music dan dance dalam islam

17
MUSIK DAN DANCE DALAM PANDANGAN ISLAM

Upload: ardhy-nugraha

Post on 20-Jul-2015

265 views

Category:

Spiritual


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Music dan dance dalam islam

MUSIK DAN DANCE

DALAM PANDANGAN ISLAM

Page 2: Music dan dance dalam islam

BOLEHKAH MUSIK?

PANDANGAN ISLAM TENTANG MUSIK

Para ulama yang MENGHARAMKAN nyanyian dan musik inidiantaranya adalah Imam Ibnu al Jauzi, Imam Qurthubi danImam asy Syaukani. Sedang yang membolehkan musikadalah Imam Malik, Imam Ja’far, Imam al Ghazali dan ImamDaud azh Zhahiri.

Masing-masing mereka menggunakan dalilAl Qur’an dan Hadits.

Page 3: Music dan dance dalam islam

BOLEHKAH MUSIK?

ULAMA YANG MENGHARAMKAN MUSIK

اس من يشتري لهو الحديث ليضل ومن الن م بغير عل عن سبيل للاخذها هزوا هين ويت ئك لهم عذاب م

أول

Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang

menghinakan. (QS. Luqman : 6)

زز و منهم است بصوتك من است

Dan bujuklah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan suaramu. (QS. Al-Isra : 64)

Page 4: Music dan dance dalam islam

BOLEHKAH MUSIK?

ULAMA YANG MENGHARAMKAN MUSIK

“Sesungguhnya akan terdapat di kalangan umatkugolongan yang menghalalkan zina, sutra, arak dan alat

permainan (musik).” (HR. Bukhori)

“Pada umat ini berlaku tanah longsor, pertukaran rupa dan kerusuhan.” Bertanya salah seorang diantara kaum Muslimin,“Kapankah yang demikian itu terjadi, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Apabila telah muncul biduanita, alat-alat musik

dan minuman arak di tengah-tengah kaum Muslimin.”(HR. Bukhori)

Page 5: Music dan dance dalam islam

BOLEHKAH MUSIK?

ULAMA YANG MEMBOLEHKAN MUSIK

واغضض من صوتك لصو إن أنكر الصوا

الحمير

Imam Ghazali mengambil pengertian ayat ini dari mafhum mukhalafah. Allah SWT memuji suara yang baik. Dengan demikian dibolehkan mendengarkan

nyanyian yang baik. (Ihya’ Ulumudddin, juz VI, jilid II, hal. 141).

“…dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (QS. Luqman : 19)

Hadits riwayat Imam Ahmad, Bukhari dan Muslim dari Aisyah ra.Katanya,”Aku pernah mengawinkan seorang wanita dengan seorang laki-lakidari kalangan Anshar. Maka Nabi saw bersabda, “Hai Aisyah, tidak adakahpadamu hiburan (nyanyian) karena sesungguhnya orang-orang Ansharsenang dengan hiburan (nyanyian).”

Page 6: Music dan dance dalam islam

Dr Abdurrahman al Baghdadi dalam bukunya Seni dalamPandangan Islam :

“Bertolak dari dasar hukum inilah maka mendengar atau memainkan alat-alat musik atau menyanyi mubah selama tidak terdapat suatu dalil syar’I yang

menunjukkan bahwa pekerjaan tersebut haram atau makruh. Mengenai menyanyi atau memainkan alat musik dengan atau tanpa nyanyian, tidak

terdapat satu pun nash, baik dari Al Qur’an maupun sunnah Rasul yang mengharamkannya dengan tegas. Memang ada sebagian dari para sahabat,

tabiin dan ulama yang mengharamkan sebagian atau seluruhnya karena mengartikannya dari beberapa nash tertentu. Diantara mereka ada yang

menyatakan bahwa hal tersebut makruh, sedangkan yang lain mengatakan hukumnya mubah. Adapun nash-nash (dalil-dalil) yang dijadikan alasan olehmereka yang mengharamkan seni suara dan musik bukanlah dalil-dalil yang

kuat. Sebagaimana telah disebutkan di atas, tidak ada satu dalil pun yang berbicara secara tegas dalam hal ini. Dengan demikian tidak ada seorang

manusia pun yang wajib diikuti selain dari pada Rasulullah SAW. Beliau sendiritidak mengharamkannya.”

Page 7: Music dan dance dalam islam

Meski demikian, Dr Abdurrahman membagi

nyanyian ke dalam dua jenis. Nyanyian haram dannyanyian halal.

1. Nyanyian haram, nyanyian yang disertai dengan perbuatan haram atau

mungkar, semisal minuman khamr, menampilkan aurat wanita atau

nyanyiannya berisi syair yang bertentangan dengan aqidah atau melanggar

etika kesopanan Islam. Contoh untuk ini adalah syair lagu kerohanian

agama selain Islam, lagu asmara, lagu rintihan cinta yang membangkitkan

birahi, kotor dan porno. Tak peduli apakah nyanyian itu berbentuk vocal

atau diiringi dengan musik, baik yang dinyanyikan laki-laki atau wanita.

2. Nyanyian halal (baik diikuti alat musik atau tidak), adalah nyanyian yang syairnya membangkitkan semangat perjuangan (jihad), atau nyanyian yang syairnya menunjukkan ketinggian ilmu para ulama dan keistimewaan mereka, atau nyanyin yang yang memuji saudara-saudara maupun sesama temandengan cara menonjolkan sifat-sifat mulia yang mereka miliki, atau juganyanyian yang melunakkan hati kaum Musimin terhadap agama atau yang mendorong mereka untuk berpegang teguh kepada ajaran-ajaran Islam danbahaya yang akan menimpa orang yang melanggarnya. Begitu pula macam-macam nyanyian yang membicarakan tentang keindahan alam atau yang membicarakan tentang persoalan ilmu, menunggang kuda dan lain-lain.

Page 8: Music dan dance dalam islam

Bolehkah dance?

PANDANGAN ISLAM TENTANG DANCE

Banyak ‘ulamā’ yang tidak setuju dengan tarian, tercatat diantaranya ialah Imām Syaikhul-Islam, Ahmad Ibnu Taimiyah(wafat tahun 1328 M). Beliau MENENTANG KERAS SENI TARIdalam kitabnya yang berjudul Risālah fī Simā‘i war-Raqswas-Surākh (Risālah tentang Mendengar Musik, Tarian-Tarian dan Nyanyian).

Page 9: Music dan dance dalam islam

Bolehkah dance?

PANDANGAN ISLAM TENTANG DANCE

Namun ada juga kalangan ‘ulamā’ yang membolehkan senitari selama tidak melanggar norma-norma Islam. Yangberpendapat begini di antaranya Ibrāhīm Muhammad Al-Halabī (wafat tahun 1545 M.). Beliau mengarang kitāb yangberjudul Ar-Rahs Wal-Waqs Limustahill-ir-Raqs (Bentengyang Kokoh bagi Orang yang Membolehkan Tari-Tarian).

Imām Al-Ghazālī dalam kitāb Ihya Ulumuddin, (Lihat

Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Jilid VI, hlm. 1141,

1142 dan 1187) beranggapan bahwa mendengar

nyanyian dan musik sambil menari hukumnya

mubāh. Sebab, kata beliau: "Para sahabat Rasūlullāh

s.a.w. pernah melakukan "hajal" (berjinjit) pada saat

mereka merasa bahagia.

Page 10: Music dan dance dalam islam

Bolehkah dance?

PANDANGAN ISLAM TENTANG DANCE

Adapun mengenai nukilan Imām Al-Ghazālī tentang "hajal" (berjinjitnya)‘Alī, Ja‘far, dan Zaid, maka ditentangkeras oleh Imām Ibnul-Jauzi (LihatImām Ibn-ul-Jauzi TALBĪS IBLĪS, hlm.258-260). Katanya, hajal tidak lebihdari semacam cara dalam gerak kakiberjalan yang dilakukan pada saatseseorang merasa gembira.

Sedangkan tarian tidak demikian! Gerakan Zafarnya orang-orang Habsyahadalah mendorong keras dan menyepak dengan kaki. Maka inipunmerupakan salah satu cara dalam berjalan pada saat berhadapan dalampeperangan.

Page 11: Music dan dance dalam islam

Bolehkah dance?

PANDANGAN ISLAM TENTANG DANCE

Kemudian Imām Ibn-ul-Jauzi berkata: "Menurut Abū Al Wafā Ibnul-‘Aqīl, Al-Qur’ān telah mencantumkan keharaman tarian dengan nash yang tegas seperti firman Allah :

في األرض مرحاو ال تمشي "Dan janganlah kamu berjalan di bumi ini dengan angkuh." (31:18)

ر إن اهلل ال يحب كل مختال فخو "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang sombong lagi membanggakan

diri." (31:18)

Menurut Abū Wafā Ibnul ‘Aqīl, menari merupakan cara

berjalan paling angkuh dan penuh dengan kesombongan.

Page 12: Music dan dance dalam islam

Bolehkah dance?

PANDANGAN ISLAM TENTANG DANCE

Tarian Barat banyak macamnya. Tarian ini biasanya dilakukan oleh sepasang manusia (lelaki-perempuan).

Semua tarian ini sudah lazim dilakukan oleh pasangan penari lelaki dan wanita. Lalu, bagaimana status hukum syara‘ terhadap tari-tarian yang telah disebutkan di atas?

Page 13: Music dan dance dalam islam

Bolehkah dance?

PANDANGAN ISLAM TENTANG DANCE

Syara‘ melarang kaum Muslimīn menyerupai orang kafir dalam hal-hal yang menyangkut urusan agama.

Dalam hal ini termasuk semua jenis tarian upacara keagamaan dan primitif.

اعة حتى تأخذ أمتي ال ت قو را بشبر و ذ قرو بأخذ ال م الس لها شب راعا بذراع ن ق ب ؟و :م؟ ف قال ل اهلل كفارس و الرو يا رسو :ل فقي الاس إال أول م م

"Tidak akan terjadi kiamat sebelum umatku menerima (mengambil) apa-apa yang dilakukan oleh bangsa-bangsa terdahulu (abad-abad silam) sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai ketika

mereka masuk ke liang biawak, kalian pun mengikutinya." Para sahabat bertanya: "Ya Rasūlullāh, apakah yang (engkau) maksudkan di sini adalah (seperti) bangsa-bangsa Persia dan Romawi?" Rasūlullāh menjawab:

"Siapa lagi kalau bukan mereka." (HR. Bukhori).

Page 14: Music dan dance dalam islam

Bolehkah dance?

PANDANGAN ISLAM TENTANG DANCE

Setiap tarian yang berpasangan lelaki wanita yang bercampur-baur dan diiringi dengan instrumen musik,maka harām hukumnya, karena Rasūlullāh s.a.w. bersabda (Lihat ‘Abd-ur-Ra’ūf Al-Manāwī, FAIDH-UL-QĀDIR,Hadīts No. 5824)

اق و المذاء مان رة من اإلي الغي من الن"Ghīrah (cemburu) itu adalah bagian dari īmān, sedangkan Mizā’ adalah bagian dari nifāq."

(HR. Al-Bazzar, Baihaqi, dari Abū Sa‘īd Al-Khudrī).

Dalam kitāb MUKHTASHARUSY SYU‘ABIL ĪMĀN, Imām Al-Qazwīnī menukil pendapat Imām Al-

Halīmī tentang arti Miza’ tersebut, yaitu (Lihat Imām Al-Halīmī, MUKHTASHAR-USY-SYU‘AB-IL-

ĪMĀN, hlm. 238) mengumpulkan lelaki-perempuan agar masing-masing pasangan

mencampuri pasangan lainnya, atau membiarkan lelaki pergi bersama kaum wanita.

Page 15: Music dan dance dalam islam

Bolehkah dance?

PANDANGAN ISLAM TENTANG DANCE

Menurut ketentuan syara', setiap sesuatu yang menghantarkan kepada perbuatan harām maka ia harām pula, sebagaimana kaidah syara‘ yang berbunyi:

ام لة إلى الحرام حر الوسي "Sesuatu yang menghantarkan kepada yang harām maka ia harām pula (dikerjakan)."

Tari-tarian masa sekarang sering dilakukan bersama-sama lelaki-wanita. Bahkan acara tersebut tidak terlepas dari perbuatan-perbuatan harām lainnya. Misalnya, berpegangan tangan, berangkulan, badan berdempetan, saling menggeserkan bagian-bagian tubuh tertentu, berrangkulan dan berpelukan, dan perbuatan yang lebih

jauh dari itu. Di samping itu, mereka juga menenggak minuman keras sampai teler.

Page 16: Music dan dance dalam islam

Bolehkah dance?

PANDANGAN ISLAM TENTANG DANCE

Ada dalil lain yang mengharamkan semua jenis tarian dari semua bangsa-bangsa, yaitu(Lihat ‘Abdur Ra’ūf Al-Manāwī, FAIDHUL-QĀDIR, Hadits No. 8593):

ه بقوم من منهم فهو تشب"Siapa saja yang menyerupai suatu kaum (dalam pola hidup dan adat istiadat), maka ia (telah) tergolong ke

dalam golongan mereka." (HR. Abū Dāwūd, Thabranī, dari Ibnu ‘Umar, dan Hudzaifah bin Al-Yaman).

Kata "menyerupai" di dalam Hadīts tersebut adalah bentuk seruan umum yang sama halnya dengan kata"suatu kaum". Inilah adalah larangan menyerupai bangsa manapun dengan apa saja secara mutlak, baikdalam urusan ‘aqīdah, ‘ibādah, nikāh, adat kebiasaan, hidup bebas, dan sebagainya. Termasuk di sini hal-halyang menyangkut masalah tari-tarian.

Page 17: Music dan dance dalam islam