motif tindakan sosial dalam tradisi hajat bumi...
TRANSCRIPT
MOTIF TINDAKAN SOSIAL DALAM TRADISI
HAJAT BUMI KRAMAT GANCENG DI PONDOK
RANGGON JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
OLEH:
ADITYA PRATAMA
NIM. 1112111000034
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/ 1438 H
,a
MOTIF TINDAKAN SOSIAL DALAII TRADISI
HAJAT BUMI KRAMAT GANCENG DI PONDOK
RANGGON JAKARTA TIMUR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
OLEH:
APITYA PRATAMA
l\l.IM. 1112111000034
Di Bawah Bimbingan
PROGRAM STI]I}I SOSIOLOGITAKULTAS ILMU SOSIAL DAIY ILMU POLITIK
UNNTERSITAS ISLAM hIEGERI SYARIT HIDAYATT]LLAHJAKARTA
20t7ltr/ 1438 rI
NIP : 1973032199903 1005
l.
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul :
MOTIF TINDAKAN SOSIAL DALAM TRADISI HAIAT BUMI KRAMAT
GANCENG DI PONDOK RANGGON JAIL{ITTA TIMUR
Skripsi ini merupakan hasil karya saya asli yang diajukan untuk memenuhi
salahsatu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri
ruf$ Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Of$ Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jika kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (U$i) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.
,T
PERSETUruAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Slripsi menyatakan bahwamahasiswa :
Nama
NIM
Program Studi
: AdityaPratama
:1112111000034
: Sosiologi
Telah menyelesaikanpenulisan skripsi dengan judul :
MOTIF TINDAKAN SOSIAL DALAM TRADISI HAIAT BUMI KRAMAT
GANCENG DI PONDOK RANGGON JAKARTA TIMUR
Dan telatr memenuhi syarat untuk diuji.
JakartA 05 Januari 2017
Mengetahui,
KetuaProgram Studi
Dr. Cucu Nurhavati. M.Si
NIP : 1976091 82003 I 22003
Menyetujui,
Pembimbing
Ketua Sidang
/h,,/Dr. Cucu Nurhayati. M.Si
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Skripsi :
MOTIF TINDAKAN SOSIAL DALAM TRADISI HAJAT BUMI KRAMATGANCENG DI PONDOK RANGGON JAKARTA TIMLIR
Oleh:
Aditya Pratama
t1t2t1 1000034
Telah dipertahankan dalam Sidang Skripsi Fakultas Ihnu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada Hari Kamis Tanggal
05 Januari 2017. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Sosiologi.
Jakarta 05 Januari 2017
t02 NIP: 19730321999031005
Ketua Program Studi Sosiologi
FISIP UIN JAKARTA
}rIIP : 197609182003 122003
It
NIP : 1976091820031 22003
NIP : 196808161997032002
Dr. Cuch Nurhavati. M.Si
iv
ABSTRAK
Pada skripsi yang berjudul Motif Tindakan Sosial Dalam Tradisi Hajat
Bumi Kramat Ganceng DI Pondok Ranggon Jakarta Timur ini bertujuan untuk
mengungkap apa motif tindakan yang mendasari masyarakat Pondok Ranggon
berpartisipasi dalam tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng serta mencoba
ngengungkap apa fungsi dari tradisi tersebut bagi masyarakat Pondok Ranggon.
Penelitian ini menggunakan metodelogi penelitian kualitatif dengan teknik
pengumpulan data melalui wawancara secara langsung, observasi, serta
dokumentasi. Hasil-hasil temuan tersebut kemudian dituangkan kedalam beberapa
bab dan sub-bab yang mana kemudian data-data tersebut dianalisis menggunakan
teori yang terkait. Dalam penelitian ini untuk menjawab permasalahan-
permasalahan yang ada terkait dengan penelitian ini maka penulis menggunakan
teori tindakan sosial yang dikemukakan oleh Marx Weber sebagai pisau analisis.
Adapun empat tipologi tindakan yang dimaksud Weber yaitu: instrumentally
rational, value rational, affectual dan traditional.
Dari hasil observasi dan analisis yang telah dilakukan menggunakan teori
tindakan sosial ditemukan bahwa dalam tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng
selain memiliki fungsi sebagai media perantara ucapan rasa syukut kepada Allah
SWT juga terdapat dua fungsi besar bagi masyarakat dan komunitas yang berasal
dari luar kelurahan Pondok Ranggon yang terdapat didalam tradisi tersebut yaitu
fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Adapun motif tindakan yang mendasari mereka
berpartisipasi dalam tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng dapat di bagi kedalam
empat katagori tipologi tindakan yang di kemukakan oleh Weber yang meliputi
(instrumentally rational) atau tindakan yang berorientasi tujuan, Dalam hal ini
sebagaian orang hanya berpartisipasi dalam tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng
hanaya sebagai alat untuk mencapai tujuannya semata. (value rational) atau
tindakan yang berorientasi nilai dimana masyarakat menganggap bahwa dalam
tradisi Hajat Bumi Pesta Ganceng memiliki nilai-nilai baik, kedua tindakan
tradisional (traditional), dalam hal ini masyarakat tetap melakukan tradisi tahunan
tersebut karena memang tradisi Hajat Bumi Pesta Ganceng itu sudah dilakukan
secara turun temurun. Yang ketiga adalah tindakan afektif (affectual) dimana
dalam hal ini masyarakat yang bukan warga asli Pondok Ranggon berpartisipasi
dalam tradisi Hajat Bumi karena didasari pada kondisi sikologi semata.tindakan
rasional instrumental
Kata kunci: Hajat Bumi Kramat Ganceng, Motif tindakan, Fungsi Sosial
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah Subhannahu wa
Ta’ala., yang telah memberikan limpahan nikmat kesehatan, rahmat, dan hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Sholawat berseta salam semoga terlimpahkan atas keharibaan junjungan kita
yakni Nabi besar Muhammad SAW., berserta keluarga, para sahabat, serta
pengikutnya sampai akhir zaman Amin.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari berbagai
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang dengan ikhlas memberikan
bantuannya, baik secara moril maupun materil kepada penulis. Dengan segala
bantuan dan dukungan yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Zulkifli, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Cucu Nurhayati, M.Si., selaku Ketua Program Study Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Bapak Husnul Khitam, M.Si., selaku Sekretaris Prodi Sosiologi, yang
telah memberikan masukan dalam proses penulisan skripsi ini.
4. Bapak DR. Muhammad Guntur Alting, M.Pd, M.Si. selaku dosen
pembimbing yang telah telah banyak membantu dengan iklas serta
vi
memberikan bimbingan dan motifasi kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen pengajar Prodi Sosiologi, FISIP, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak ilmu,
motivasi, inspirasi, dan bimbingannya selama masa perkuliahan.
6. Para staff pengurus bidang akademik dan administrasi, FISIP, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu dalam kepengurusan
berkas dan administrasi dalam proses penulisan skripsi ini.
7. Pimpinan dan Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FISIP, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu penulis dalam
mencari buku-buku referensi yang dibutuhkan dalam proses penulisan
skripsi ini.
8. Kedua orang tua penulis, Bapak R.Sulistiawan dan Ibu Mujiati serta
adik-adik penulis yang telah memberikan dukungan dengan penuh
ikhlas dan tulus, baik secara moril maupun materil kepada penulis.
9. Bapak Haji Majid dan Rifky Tiyas selaku tetua adat dan perwakilan
dari penitian dalam penyelenggaraan tradis Hajat Bumi Pesta Ganceng,
yang telah bersedia diwawancarai dan memberikan banyak gambaran
tentang tradisi Hajat Bumi Pesta Ganceng.
10. Segenap warga Pondok Ranggon dan para pengunjung yang datang
dalam acara Hajat Bumi Kramat Ganceng yang telah terpilih menjadi
informan penulis dalam skripsi ini, yang telah berbaik hati meluangkan
waktu untuk penulis wawancarai dalam proses pengumpulan data.
vii
11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa prodi sosiologi angkatan 2012, FISIP,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan banyak
pengalaman, keceriaan dan kenangan yang tak terlupakan selama masa
perkuliahan.
12. Segenap teman-teman kelompok KKN Insight 2015, yang juga telah
banyak memberikan pengalaman dan kenangan selama pelasanaan
KKN di desa Situ Udik Kabupaten Bogor
13. Teman spesial dan teman seperjuangan, Ghea Nurul Rizkita, dan
kawan-kawan animal kera, yang sudah membantu, menemani,
berdiskusi, memberikan masukan dan berkeluh kesah bersama selama
proses penulisan skripsi ini berlangsung.
Semoga segala bentuk kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada
penulis dapat dicatat oleh Allah SWT., sebagai amal shalih dan mendapatkan
balasan yang berlipat ganda baik didunia maupun diakhirat. Amin ya rabbal
„alamin. Melalui ucapan terima kasih ini penulis ingin sampaikan, semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi pembaca, bidang studi sosiologi, dan semua pihak yang
memerlukan dan membutuhkannya sebagai refrensi penulisan penelitian yang
terkait.
Jakarta,05 Januari 2017
Aditya Pratama
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ........................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ....................................................... ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ..................................................... iii
ABSTRAK .......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ................................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 7
E. Kerangka Teoris ...................................................................................... 17
1. Kebudayaan ......................................................................................... 17
2. Pengertian Masyarakat ........................................................................ 19
3. Konsep Tindakan Weber ..................................................................... 20
F. Metodelogi Penelitian ............................................................................... 23
ix
1. Pendekatan Penelitian ......................................................................... 23
2. Subjek Penelitian ................................................................................ 24
3. Sumber Data ....................................................................................... 24
4. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 25
5. Metode Analisis Data ......................................................................... 29
6. Sistematika Penulisan ......................................................................... 30
BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN PONDOK RANGGON
A. Letak Geografis Dan Asal-usul Kelurahan Pondok Ranggon........... 32
B. Kondisi Perekonomian Dan Mata Pencaharian Masyarakat
Pondok Ranggon ............................................................................... 36
C. Kondisi Keagamaan Masyarakat Pondok Ranggon .......................... 39
BAB III DESKRIPSI TRADISI HAJAT BUMI KRAMAT GANCENG
A. Asal-usul Makam Kramat Ganceng .................................................. 42
B. Sejarah Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng ................................... 44
C. Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Hajat Bumi Kramat Ganceng ....... 48
D. Pelaku Dan Kelengkapan Ritual Hajat Bumi Kramat Ganceng........ 50
E. Prosesi Pelaksanaan Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng .............. 56
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Motif Tindakan Masyarakat Berpartisipasi Dalam Tradisi
Hajat Bumi Kramat Ganceng ............................................................ 66
x
1. Instrumentally Rational (Tindakan Yang Berorientasi
Tujuan) .................................................................................. 67
2. Value Rational (Tindakan Yang Berorientasi Nilai) ............. 69
3. Traditional (Tindakan Tradisional)....................................... 73
4. Affectual (Tindakan Afektif) ................................................. 76
B. Fungsi Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng .............................. 79
1. Fungsi Sosial Dalam Tradisi Hajat Bumi Kramat
Ganceng................................................................................. 79
2. Fungsi Ekonomi Dalam Tradisi Hajat Bumi Kramat
Ganceng................................................................................. 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 86
B. Saran .................................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 90
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Klasifikasi Penelitian Terdahulu ................................................ 11
Tabel 1.2 Daftar Data Informan di Kelurahan Pondok Ranggon ........................ 27
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga
Kelurahan Pondok Ranggon per April 2016 ........................................ 33
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk tiap Rukun Warga Kelurahan
Pondok Ranggon Tahun 2016 .......................................................... 33
Tabel 2.3 Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Pondok
Ranggon Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun
2014 .................................................................................................... 38
Tabel 2.4 Jumlah Pemeluk Agama Kelrahan Pondok Ranggon
Jakarta Timur April Tahun 2016 ........................................................ 40
Tabel 2.5 Jumlah Sarana Peribadatan dikelurahan Pondok Ranggon ................. 41
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi ................................................................................... xiv
Lampiran 2. Transkrip Wawancara ..................................................................... xx
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Pada dasarnya Indonesia merupakan salah satu Negara
multikultural terbesar di dunia. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-
kultural, agama maupun geografis yang luas dan beragam. Wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdiri dari 13.000 pulau
besar maupun pulau kecil serta memiliki 300 suku dan menggunakan
hampir 200 bahasa yang berbeda (Penina Uring, 2015: 69). Karena
keberagaman tersebut maka Indonesia juga memiliki berbagai macam
tradisi dan budaya yang ada di masyarakat.
Tak terkecuali di Jakarta, ternyata di Jakarta masih terdapat sebuah
tradisi yang diwariskan secara turun temurun. Seperti yang kita ketahui
bahwa pada umumnya masyarakat perkotaan memiliki sifat egoisme dan
kompleksitas yang tinggi dalam arti biasanya seseorang yang berpergian
sejauh 2 mil dari rumahnya oleh siapapun yang melihatnya, baik itu di
dalam bus, di warung bahkan di tempat-tempat ramai sekalipun, dia hanya
seorang individu dalam kumpulan orang yang ramai (Roucek dan
Warren,1984: 113). Kompleksitas tersebut timbul karna di kota besar
terutama Jakarta mejadi pusat perekonomian, bisnis maupun pusat
pemerintahan di Indonesia. Hal ini berbanding terbalik dengan pola
kehidupan di pedesaan, biasanya karakteristik masyarakat pedesaan dapat
2
dikatakan lebih akrab dan mengenal kerabat serta dekat dengan tetangga-
tetangga sekitar. Hal ini dikarenakan kompleksitas kehidupan masyarakat
pedesaan jauh lebih rendah daripada masyarakat perkotaan. Orang-orang
di pedesaan biasanya lebih homogen dalam artian bahwa di kalangan
masyarakat desa biasanya tidak banyak terlihat perbedaan antara tingkat
pendapatan, pendidikan, kelas sosial, latar belakang etnik dan idiologi
yang mereka anut (Roucek dan Warren,1984).
Bebeda dengan pola-pola kehidupan masyarakat perkotaan yang
dapat dikatakan lebih heterogen dalam hal ini terdapat pembeda yang
sangat tegas dari segi ekonomi, politik, pekerjaan, agama bahkan etnik
yang berlainan. Biasanya masyarakat perkotaan hanya mau berhubungan
antara satu dengan yang lain hanya berdasarkan pada minat bukan
berdasarkan tempat. Penduduk di kota-kota besar biasanya tinggal di
rumah yang jaraknya berdekatan namun mereka tidak saling berhubungan
erat antara satu dengan yang lain seperti halnya masyarakat desa.
Masyarakat kota biasanya baru mau kunjung mengunjungi jika mereka
memiliki kesamaan pikiran, hobi dan kepentingan yang sama (Roucek dan
Warren,1984).
Di tengah-tengah kompleksitas dan permasalahan-permasalahan
sosial di perkotaan yang telah dipaparkan diatas, disalah satu sudut kota
tepatnya di sebuah kelurahan yang di sebut Pondok Ranggon yang selama
ini identik dengan pemakaman terbesar di Jakarta dan pemakaman bagi
para korban tragedi 1998 ternyata juga masih memiliki sebuah tradisi yang
3
diwariskan secara turun temurun yaitu Hajat Bumi Kramat Ganceng atau
masyarakat sekitar biasa menyebut Pesta Ganceng yang masih bertahan di
Jakarta dan memiliki makna serta fungsi tertentu bagi masyarakat. Dalam
tradisi Hajat Bumi biasanya masyrakat Pondok Ranggon akan saling
berkumpul dan memberikan bantuan untuk kepentingan acara tersebut.
Berkat acara tahunan tersebut seakan-akan masyarakat Pondok Ranggon
sedikit mengenyampingkan kepentingan-kepentingan pribadinya dan lebih
mengutamakan kepentingan acara tersebut.
Hajat Bumi Kramat Ganceng sendiri adalah sebuah tradisi yang
diadakan sebagai ucapan rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh
warga Pondok Ranggon pada saat itu, Karena dapat kita lihat konteksnya
pada saat itu orang Betawi mendapatkan penghasilan dari menjual
tanaman tani, berkebun, produksi kerajinan tangan dan memberikan jasa
pelayanan seperti menjadi kusir sado, serta pencuci pakaian( Blackburn,
2011: 93). Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng diadakan setiap bulan haji
atau bulan Dzulhijjah meurut kalender islam. Tradisi tersebut disebut
dengan Hajat Bumi Kramat Ganceng karena acara tersebut dipusatkan di
sebuah makam yang dianggap kramat yang dahulunya dijaga oleh bapak
Ganceng atau biasa disebut Oyot Ganceng.
Bagi sebagian orang tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng masih
sangat dibumbui dengan mitos-mitos yang dipercayai oleh masyarakat
sekitar seperti jika Hajat Bumi tidak diadakan maka akan ada bencana dan
malapetaka yang menimpa warga dan kampung Pondok Ranggon.
4
Berangkaat dari mitos dan kepercayaan-kepercayaan tersebut maka timbul
dorongan dan tindakan-tindakan seseorang untuk menghadiri dan ikut
berpartisipasi dalam acara tahunan tersebut.
Sebenarnya tradisi Hajat Bumi sudah sangat lekat oleh tradisi adat
masyarakat Indonesia terutama bagi masyarakat Jawa. Tradisi Hajat Bumi
juga masih bisa kita jumpai di daerah Karawang tepatnya di desa Cikuntil.
Tradisi Hajat Bumi di Karawang juga biasa disebut dengan tradisi
Babaritan. Tradisi tersebut dilakukan oleh para keluarga petani sebagai
ucapan rasa syukur atas hasil panen yang diberikan dan memohon kepada
sang pencipta agar panen berikutnya diberikan kelancaran(Radar
Karawang, 16 Januari 2017, diakses 21 Januari 2017 “Tradisi Hajat Bumi
di Karawang, Warga Cikuntul Suguhi Makanan, Cilebar Arak Tumpeng”).
Prosesi acaranya pun tidak jauh berbeda dengan prosesi Hajat Bumi yang
berada di Pondok Ranggon. Namun disini terdapat perbedaan dalam segi
waktu pelaksanaan, prosesi arak-arakannya dan komoditi yang dijual pada
acara pasar rakyatnya.
Hingga saat ini tradisi hajat bumi di Karawang hampir tidak
mengalami banyak perubahan. Tujuannya pun masih sama yaitu
mengucap rasa syukur dan memohon agar musim tanam berikutnya diberi
kelancaran hal ini dikarnakan warga kampung Cikuntul masih banyak
yang menjadikan bertani sebagai mata pencahariannya. Hal ini tentunya
sedikit berbeda dengan tradisi Hajat Bumi yang ada di Pondok Ranggon.
Seiring perkembangan zaman dan pesatnya pertumbuhan di kota Jakarta,
5
kini tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng di Pondok Ranggon telah
mengalami sedikit modifikasi. Hasil modifikasi tersebut dapat dilihat
secara kasat mata dalam bentuk waktu pelaksanaan, dan acara pesta rakyat
itu sendiri. Jika dahulu pelaksanaan Hajat Bumi Kramat Ganceng diadakan
selama tiga hari bahkan selama satu minggu penuh, namun kini Hajat
Bumi hanya diadakan selama dua hari saja yaitu hari kamis dan hari
Jum’at. Selain itu perubahan-perubahan lain juga terlihat dalam
pelaksanaan pasar rakyat yang di gelar di sekitar makam kramat Ganceng,
jika dahulu komoditi yang di jual adalah hasil kebun dan hasil pertanian
lainnya kini komoditi yang di jual di pasar rakyat Hajat Bumi Kramat
Ganceng berupa barang kebutuhan rumah tangga sampai pakaian dan
aksesoris lain. Namun perubahan-perubahan tersebut tidak serta merta
merubah esensi dan ketertarikan masyarakat akan acara Hajat Bumi
tersebut.
Mengenai uraian diatas, menjadi menarik bagi penulis untuk
mengungkap mengenai motif tindakan masyarakat Pondok Ranggon
dalam partisipasinya di tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng yang diadakan
setiap tahun di Kelurahan Pondok Ranggon Jakarta Timur serta mencari
tau apa fungsi dari tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng itu sendiri bagi
masyarakat dan komunitas yang berada di Pondok Ranggon sehingga
masyarakat sangat antusias menyambut acara tahunan tersebut walaupun
kompleksitas masyarakat Pondok Ranggong sudah sangat jauh berbeda
seiring perkembangan kota Jakarta.
6
B. Pertanyaan Penelitian
Dari penyataan masalah diatas maka guna menagkap esensi
penelitian kali ini adapun pertanyaan penelitian yang relefan dengan judul
penelitian yang diangkat sebagai berikut :
1. Apa motif yang mendasari Individu ikut berpartisipasi dalam tradisi
Hajat Bumi Kramat Ganceng?
2. Apa fungsi tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng bagi komunitas
masyarakat Pondok Ranggon?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian pertanyaan penelitian diatas, maka penelitian
ini memeiliki tujuan untuk:
1. Menjelaskan bagaimana motif tindakan seseorang untuk menghadiri
dan berpartisipasi dalam acara tradisi Hajat Bumi Kranat Ganceng.
2. Mendeskripsikan fungsi dari tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng bagi
masyarakat dan komunitas yang ada di Pondok Ranggon.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang mengambil tema Pemaknaan Tradisi Pesta
Ganceng Terhadap Masyarakat Pondok Ranggon adalah sebagai
berikut:
7
A. Manfaat Akademis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi
serta masukan terhadap dunia akademik terutama bagi disiplin
ilmu sosial dan lebih khusunya lagi bagi kajian sosiologi
tentang pentingnya masalah yang berkaitan dengan fungsi dari
sebuah kebudayaan secara umum.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
pengetahuan dan juga sebagai literature review atau referensi
bagi penelitian yang akan datang yang berhubungan dengan
penelitian sejenis.
B. Manfaat Praktis
1. Menambah pemahaman masyarakat pada umumnya dan
mahasiswa khusunya mengenai pengetahuan sosial agar dapat
menghargai dan mempertahankan kebudayaan ditengah
modernisasi dan ditengah pertumbuhan kota yang makin pesat.
2. Untuk memberikan informasi yang menjelaskan bahwa eksistensi
budaya betawi sebenarnya masih ada di kota metropolitan dan
memberikan informasi bahwa dalam sebuah kebudayaan memiliki
fungsi yang beragam bagi masyarakat.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam menyusun penelitian ini, saya sebagai penulis juga melihat
beberapa hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang
akan saya lakukan. Dalam hal ini terdapat dua penelitian yang juga
8
mengambil tema tentang Hajat Bumi Kramat Ganceng dan empat
penelitian yang juga mencoba mengambil tema tentang kebudayaan.
Dalam tinjauan pustaka ini bertujuan untuk memberikan gambaran
perbedaan antara penelitian yang sudah dilakukan dengan penelitian yang
hendak dilakukan. Adapun penelitian terdahulu saya kumpulkan sebagai
acuan yang mungkin relevan untuk penelitian kali ini diantaranya sebagai
berikut:
1. Jurnal yang pertama berjudul Makna Simbolik Seni Tari Perang
(Kencet Pepatai) Sebagai Identitas Dayak Kenyah di Desa Pampang
Samarinda. Penelitian ini ditulis oleh Penina Uring tahun 2015. Fokus
utama dalam penulisan jurnal ini adalah untuk mendeskripsikan dan
menganalisis konteks sosial dan budaya dari tari perang (Kencet
Papatai) serta mencaritau apa makna simbolis yang terkandung dalam
tari perang tersebut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif. Untuk menganalisis masalah yang ada
dalam penelitian ini penulis menggunakan teori interaksionalisme
simbolik Blumer. Adapun hasil penelitian yang diperoleh yaitu Tari
perang (Kancet Pepatai) merupakan identitas di mana tari Kancet
Pepatai menggunaan tanda-tanda untuk menampilkan ulang sesuatu
yang diserap, diindra, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik.
Tari Kancet Pepatai juga salah satu praktek penting yang memproduksi
kebudayaan. Bagi masyarakat Dayak Tari Perang merupakan
representasi identitas sosial budaya Dayak khususnya Dayak Kenyah.
9
2. Tinjauan pustaka yang kedua berjudul Makna Tradisi dan Simbol
Dalam Upacara Rokat Makam (Study deskriptif pada masyarakat
Desa Gunung Rancak, kecamatan Robatal, Kabupaten Smpang).
Penelitian ini ditulis oleh Agus Pramono dari Universitas Turnojoyo
Madura. Fokus penelitian ini adalah untuk menganalisis dan
mencaritau makna tradisi dan symbol yang terdapat pada upacara rokat
makam. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskripsi kualitatif.
Dalam menganalisis pertanyaan dan perumusan masalah yang ada,
penulis menggunakan pendekatan teori interaksionalisme simbolik dan
teori komunikasi yang dikemukakan oleh Billie J. Walhstrom. Adapun
hasil penelitian ditemukan prosesi upacara Rokat Makam di Desa
Gunung Rancak Robatal-Sampang ternyata mengandung makna
religius dan spiritual. Hal itu dapat dilihat dari makna dan simbol-
simbol yang digunakan dalam pelaksanaan upacara Rokat Makam
tersebut.
3. Tinjauan pustaka ketiga dalam bentuk tesis dengan judul Makna
Simbolik Tari Bedhaya Tunggal Jawa Dalam Rangkaian Upacara
Tradisi Gerebek Besar Di Kabupaten Demak. Tesis ini ditulis oleh
Sesetri Indah Pebritani dari Universitas Gajahmada. Dalam
penelitiannya penulis ingin mencaritau apa fungsi Tari Bedhaya dan
apa makna simbolik yang terdapat dalam seni tari Bedhaya tersebut.
Dalam tesisnya penulis menggunakan pendekatan metode penelitian
kualitatif deskriptif. Dalam hasil penelitiannya menunjukan bahwa
10
makna tari Bedhaya merupakan gambaran menyatukan pejabat dengan
rakyat dan kebersamaan langkah untuk mencapai cita-cita.
4. Tinjauan pustaka keempat berjudul Makna Kultural dan Sosio
Ekonomi Tradisi Syawalan yang di tulis oleh Khoirul Anwar tahun
2013. Dalam penelitian ini penulis ingin mengungkap nalar
kebudayaan dan makna tradisi Syawalan di desa Morodemak Bonang
Demak bagi masyarakat. dalam penelitian ini metode yang digunakan
adalah metode kualitatif. Adapun hasil penelitian ini menunjukan
bahwa makna tradisi Syawalan di desa Morodemak adalah bentuk rasa
syukur kepada tuhan atas berkah yang telah diperoleh dari hasil laut.
5. Kajian pustaka kelima ini berjudul Fungsi Foklor Hajat Bumi Keramat
Ganceng Dalam Komunikasi Antar Budaya Masyarakat Urban Di
Kelurahan Pondok Ranggon Jakarta Timur yang ditulis oleh Ega
Maulana. Dalam penelitian ini ia ingin melihat bagaimana fungsi
foklor Hajat Bumi Keramat Ganceng dapat menjadi media komunikasi
masyarakat urban di kelurahan Pondok Ranggon Jakarta Timur.
Adapun hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa fungsi foklor Hajat
Bumi adalah sebagai alat peranata sosial dan menjadi alat pengawas
norma-norma yang ada di masyarakat dan menjadi media komunikasi
masyarakat urban.
6. Tinjauan pustaka keenam berjudul Makna Simbolik Hajat Bumi
Keramat Ganceng, Studi Kasus Masyarakat Kelurahan Pondok
Ranggon Jakarta Timur yang ditulis oleh Anindyah Ayu Puspitasari.
11
Dalam penelitiannya ia ingin menjelaskan bagaimana hubungan antara
symbol dan ritual dalam hal ini ritual yang ada dalam tradisi Hajat
Bumi dalam kebudayaan masayarakat Kelurahan Pondok Ranggon.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Adapun hasil dari
penelitian ini menunjukan bahwa keseluruhan ritual-ritual yang ada
dalam tradisi Hajat Bumi Keramat Ganceng memiliki makna dan arti
tertentu bagi masyarakat Pondok Ranggon
Dari keenam kajian pustaka yang telah dipaparkan diatas maka
penulis akan membuat sebuah table klasifikasi untuk memudahkan
perbandingan menganalisis sebagai berikut:
Tabel 1.1 Data Klasifikasi Penelitian Terdahulu
NO Judul Penulis Teori Fokus Penelitian
1 Makna Simbolik Seni
Tari Perang (Kencet
Pepatai) Sebagai
Identitas Dayak
Kenyah di Desa
Pampang Samarinda
Penina
Uring
teori
interaksionalisme
simbolik Blumer.
untuk
mendeskripsikan
dan menganalisis
konteks sosial-dan
budaya dari tari
perang (Kencet
Papatai) serta
mencaritau apa
makna simbolis
yang terkandung
12
dalam tari perang
tersebut.
2 Makna Tradisi dan
Simbol Dalam
Upacara Rokat
Makam (Study
deskriptif pada
masyarakat Desa
Gunung Rancak,
kecamatan Robatal,
Kabupaten Smpang)
Agus
Kuncoro
teoritis
interaksionalisme
simbolik dan teori
komunikasi yang
dikemukakan
oleh Billie J.
Walhstrom.
Focus penelitian
ini adalah untuk
menganalisis dan
mencaritau makna
tradisi dan symbol
yang terdapat
pada upacara
rokat makam.
3 Makna Simbolik Tari
Bedhaya Tunggal
Jawa Dalam
Rangkaian Upacara
Tradisi Gerebek Besar
Di Kabupaten Demak.
Sestri
Indah
Pebrianti
Terori yang
digunakan adalah
teori penafsiran
oleh Victor
Turner
Fokus penelitian
ini ingin melihat
apa makna
simbolik yang
terdapat pada seni
tari Bedhaya dan
fungsi upacara
Gerebek Besar
4 Makna Kultural dan
Sosio Ekonomi
Tradisi Syawalan
Khoirul
Anwar
Teori yang di
gunakan dalam
penelitian ini
adalah teori
Fokus dalam
penelitian ini
ingin
mengungkap nalar
13
keagamaan
masyarakat jawa
yang
dikemukakan
oleh Clifford
Geertz
kebudayaan pada
tradisi Syawalan
dan mencaritau
apa makna tradis
Syawalan bagi
masyarakat
5 Fungsi Foklor Hajat
Bumi Keramat
Ganceng Dalam
Komunikasi Antar
Budaya Masyarakat
Urban Di Kelurahan
Pondok Ranggon
Jakarta Timur
Ega
Maulana
Teori fungsi
Foklor oleh
William R.
Bascom
Foksus dalam
penelitian ini
ingin melihat
bagaimana fungsi
foklor Hajat Bumi
Pesta Ganceng
menjadi media
komunikasi pada
masyaraka urban
di Kelurahan
Pondok Ranggon
6 Makna Simbolik Hajat
Bumi Keramat
Ganceng (Studi
Kasus: Masyarakat
Kelurahan Pondok
Ranggon Jakarta
Aninddyah
Ayu
Puspita
Sari
Penafsiran
symbol dari
Victor Turner
(Exegetical
meaning,
Oprational
Fokus dalam
penelitian ini
ingin menjelaskan
hubungan antara
symbol dan ritual
dalam
14
Timur meaning,
Positional
Meaning
kebudayaan
masyarakat
Pondok Ranggon
Pada kesempatan ini penulis ingin mencoba melihat bagaimana
motif tindakan seseorang berpartisipasi dalam acara tradisi Hajat Bumi
Krammat Ganceng. Dari keenam tinjauan pustaka tersebut terdapat
beberapa persamaan yang sangat terlihat dari beberapa penelitian yang
telah dijabarkan diatas dengan penelitian yang akan dilakukan ini.
Persamaan itu dapat terlihat jelas pada metodelogi penelitian yang
digunakan, yaitu penelitian kualitatif. Pemilihan metode kualitatif ini
dipilih karena dapat dikatakan metode inilah yang paling cocok untuk
mengkaji penelitian yang kami lakukan. Selain itu kesamaan lain dapat
kita lihat dari tehnik pengumpulan data dilapangan dimana tehnik
pengumpulan datanya menggunakan tehnik observasi secara langsung dan
juga wawancara secara langsung dengan narasumber, serta didukung oleh
dokumentasi-dokumentasi yang didapat dilapangan berupa foto, video
maupun rekaman percakapan wawancara.
Kemudian dalam hal ini tentunya juga terdapat perbedaan antara
penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian yang akan dilakukan ini.
Perbedaan yang sangat terlihat adalah pada penggunaan teori yang
digunakan. Jika dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebagian
besar menggunakan teori-teori antropologi dan teori interaksionalisme
simbolik sebagai alat analisis maka dalam penelitian yang akan dilakukan
15
ini akan menggunakan teori tindakan sosial yang dikemukakan oleh
Weber sebagai pisau analisis.
Adapun hal yang menjadi pembeda adalah focus kajian penelitian
dan teori yang digunakan begitupun dengan penelitian yang akan saya
lakukan. Sebagai pembanding berikut persamaan dan perbedaan antara
penelitan ini dengan penelitian terdahulu. Pertama penelitian yang ditulis
oleh Penina Uring. Dalam hal ini persamaan terdapat pada metode yang
digunakan yaitu menggunakan penelitian kualitatif deskriptif. Sedangkan
perbedaanya dapat terlihat dari focus kajian penelitian, dalam penelitian
ini selain melihat makna simbolis dari kesenian tari perang penulis juga
ingin melihat fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian dan
mencari tahu bagaimana kesenian tari perang dapat terus di mainkan walau
situasi dan kondisi masyarakat dalam keadaan aman. Dalam penelitiannya
ia menggunakan teori interaksionalisme simbolik yang dikemukakan oleh
Blumer sebagai pisau analisis. Sedangkan dalam penelitian yang akan
dilakukan ini akan mengungkap motif apa yang mendasari seseorang
untuk menghadiri sebuah tradisi serta ingin melihat apa sebanarnya fungsi
dari tradisi tersebut adapun pendekatan teoritik yang akan dilakukan dalam
penelitian ini akan menggunakan teori tindakan sosial yang dikemukakan
oleh Weber.
Selanjutnya dalam literature kedua yang ditulis oleh Agus Kuncoro
persamaan terdapat pada metode penulisan yang menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Selanjutnya terdapat perbedaan antara penelitian ini
16
dan penelitian yang akan dilakukan. Perbedaan itu terdapat di teori yang
digunakan. Pada penelitian ini penulis menggunakan dua teori yaitu teori
interaksionalisme simbolik dan teori komunikasi yang dikemukakan oleh
Billie J. Walhstrom. Sedangkan dalam penelitian yang akan saya lakukan
hanya menggunakan teori tindakan Weber saja sebagai alat analisis.
Pada literature ketiga dan keenpat yang di tulis oleh Sestri Indah
Pebrianti dan Khoirul Anwar ini terdapat kesamaan objek penelitian antara
keduanya dengan penelitian yang akan dilakukan dimana dalam penelitian
ini ingin mencoba menganalisis suatu ritual yang ada dalam masyarakat
Indonesia dan sama-sama menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Namun dalam hal ini tentunya juga terdapat perbedaan yang sangat tegas
antara kedua penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan.
Perbedaan tersebut terlihat dari penggunaan teori untuk menjawab
permasalahan yang diajukan.
Khusus untuk literature kelima dan keenam yang ditulis oleh Ega
Maulana dan Anindiyah Ayu Puspitasari terdapat kesamaan dalam hal
objek penelitian yaitu Hajat Bumi Keramat Ganceng di Kelurahan Pondok
Ranggon dan sama-sama menggunakan metodelogi penelitian kualitatif.
Namun dalam hal ini tentunya terdapat perbedaan atara penelitian yang
sudah dilakukan tersebut degan penelitian yang akan dilakukan sehingga
penelitian ini dapat terus dilanjutkan. Adapun hal yang menjadi pembeda
antara lain terdapat pada focus penelitian dan teori yang digunakan. Dalam
penelitan yang dilakukan oleh Ega Maulana yang menjadi focus
17
permasalahannya adalah ingin melihat bagaimana fungsi foklor Hajat
Bumi Keramat Ganceng dapat menjadi media komunikasi masyarakat
urban, dan teori yang digunakan adalah teori fungsi Foklor oleh William
R. Bascom.
Sedangkan dalam literature keenam yang ditulis oleh Anindiyah
Ayu Puspitasari terntnya juga terdapat perbedaan yang signifikan dimana
dalam penelitian ini saudai Anindiyah Ayu Puspitasari menggunakan teori
antropologi yang dikemukakan Victor Turner (Exegetical meaning,
Oprational meaning, Positional Meaning). Sedangan dalam penelitian
yang akan dilakukan ini peneliti menggunakan teori tindakan yang
dikemukakan oleh Marx Weber.
E. Kerangka Teoritis
1. Kebudayaan
Dalam buku Ilmu Sosial Budaya Dasar milik Joko Prasetya (1998)
Kebudayaan atau cultuur (bahasa Belanda), culture (bahasa Inggris), dan
tasaqafah (bahasa Arab) berasal dari bahasa latin: Colere yang artinya
mengolah, mengajarkan, menyebutkan dan mengembangkan terutama
mengolah tanah atau bertani. Dari pengertian ini berkembang arti bahwa
culture merupakan segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan
mengubah alam (h:28). Namun jika ditinjau dari sudut bahasa Indonesia
kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah” yang berbentuk
jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal (Prasetya: 1998). Dalm
hal ini berarti kebudayaan merupakan sesuatu yang berhubungan dengan
18
budi dan akal manusia. Taylor mengatakan bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan yang kompleks, yang mana di dalamnya terdapat berbagai hal
seperti ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-
istiadat, serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh dari masyarakat.
Clifford Geertz dalam Culture and the Cultural Diamond milik
Wendy Griswold (2008) mendefinisikan budaya sebagai “an historically
transmitted pattern of meanings embodied in symbols, a system of
inherited conceptions expressed in symbolic forms by means of which men
communicate, perpetuate, and develop their knowledge about and
attitudes toward life” (h. 10). Dalam hal ini Geertz ingin memberitahu
bahwa yang dimaksud dengan kabudayaan adalah pola historis atau
sejarah dari sebuah makna yang terdapat dalam simbol-simbol tertentu
yang mana simbol-simbol tersebut diwariskan antar generasi guna
melestarikan kebudayaan tersebut agar tidak punah.
Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk yang menciptakan
suatu kebudayaan atau tradisi yang ada di masyarakat. dalam hal ini
setidaknya terdapat empat unsur kedudukan manusia terhadap kebudayaan
yaitu 1) pengikut kebudayaan 2) pembawa kebudayaan 3) manipulator
kebudayaan 4) pencipta kebudayaan” (Tumanggorh,2012:20-21). Dalam
hal ini yang dimaksud pengikut kebudayaan adalah manusia hanya
menjadi pelaku tradisi dan kebudayaan, sebaliknya pembawa kebudayaan
adalah orang atau masyarakat asli yang membawa kebiasaan dan budaya
baru dari luar. Sementara itu manipulator kebudayaan adalah orang yang
19
mengatasnamakan budaya setempat tetapi tidak sesuai dengan nilai-nilai
dan budaya luhur. Dan yang terakhir adalah pencipta kebudayaan, yaitu
orang yang mendorong secara sadar dan tidak sadar keseluruh lapisan
masyarakat untuk melakukan revitalisasi atau menciptakan kebudayaan
baru dan dapat diterima secara massif oleh masyarakat.
Sosiologi membagi kebudayaan kedalam dua jenis yaitu
kebudayaan materiil dan kebudayaan non materiil. Kebudayaan materil
mengacu pada teknologi yang dibuat oleh manusia dan digunakan dalam
kehidupan sehari-hari untuk mengelola lingkungannya. Kebudayaan
materiil ini sifatnya sangat kongkrit dan mudah dikenali (Yusron Razak:
2008). Sedangkan kebudayaan non materiil menurut James M. Henslim
dalam Yusron Razak (2008) mengatakan, bahwa kebudayaan non-materiil
itu adalah cara berfikir (kepercayaan, nilai dan asusmsi yang lain
mengenai dunia) dan cara bertindak (pola prilaku yang umum, termasuk
bahasa, gerak isyarat, dan bentuk interaksi lain). Kebudayaan ini sifatnya
sangat abstrak berupa gagasan yang hidup bersama dalam masyarakat dan
memberi jiwa dalam masyarakat (139).
2. Pengertian Masyarakat
Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang relative
mandiri, hidup bersama dalam jangka watu yang lama dengan mendiami
suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan
kegiatan dalam kelompok tersebut( Elly M. Stiadi, 2011: 36) sedangkan
menurut S.R Steinmetz seorang sosiolog Belanda dalam Abu Ahmadi
20
(1988) mengatakan bahwa “masyarakat adalah kelompok manusia yang
tersebar, yang meliputi pengelompokan-pengelompokan manusia yang
lebih kecil yang memiliki hubungan erat dan teratur”(h:221). Dari
penjabaran diatas dapat dikatakan bahwa, masyarakat merupakan
organisasi manusia yang saling berhubungan atau berinteraksi antara
individu satu dengan individu lain.
3. Konsep Tindakan Weber
Dalam membangun sebuah konstruksi teori sosiologi Weber
menjadikan tindakan sebagai pusat serta tumpuan kajiannya teoritisnya.
Weber melihat bagaimana individu menjalani dan memberi makna
terhadap hubungan sosial dimana individu menjadi bagian didalamnya
oleh karna itu maka weber menyebut sosiologi sebagai ilmu interpretative
atau pemahaman (Weber, 1946: 66). Jadi dalam hal ini menurut Weber
tindakan sosal ialah perbuatan manusia yang di lakukan untuk
mempengaruhi individu lain didalam masyarakat, dengan kata lain
tindakan sosial adalah tindakan yang penuh makna subyektif.
Suatu tindakan dapat dikatakan tindakan sosial apabila dilakukan
dengan mempertimbangkan perilaku orang lain dan berorientasi pada
prilaku orang lain. Dengan kata lain tindakan sosial adalah suatu tindakan
yang mendapat respon timbal balik antar individu (Upe, 2010: 203). Oleh
karena pemikirannya tersebut maka weber mendefinisikan sosiologi
sebagai sebuah ilmu yang mengusahakan pemahaman interpretative
21
mengenai tindakan sosial atau yang lebih dikenal dengan pendekatan
Verstehen.
Dalam istilah lain verstehen dapat diartikan sebagai pemahaman
subyektif (Subjective understandable), pemaknaan dalam perspektif
subyektif (interpretation in subjective terms) atau pemahaman
(Comprehension). Melalui pendekatan verstehen, sosiologi akan dapat
menjelaskan slasan mengapa dan pertimbangan apa yang mendasari
sehingga seseorang melakukan sebuah tindakan dan penjelasan kausal
mengenai tindakan sosial dan akibatnya (Maliki, 2012).
Ada empat istilah yang terkait dengan verstehen yaitu deuten, sinn,
handeln, dan verhalten. Deuten diartikan sebagai penafsiran. Dalam hal ini
deuten digunakan sebagai bentuk pemikiran hasil penafsiran subyektif,
dengan kata lain dapat dikaitkan dengan apa yang dimaksud oleh actor.
Istilah sinn sering diartikan sebagai makna. Sedangkan handeln dan
verhalten terkait secara langsung. Dalam arti luas verhalten berarti
menunjukan perilaku secara individu tanpa harus mempertimbangkan
kerangka berfikir yang dimiliki. Sedangkan handlen diartikan sebagai
fenomena prilaku manusia yang terkait dengan kemampuan “pemahaman”
yang dalam istilah Weber diberi makna secara teknis memiliki kategori
subyektif (Maliki, 2012: 263-264).
Untuk menjelaskan makna tindakan, Weber menggunakan
metodelogi yang di sebut dengan tipe ideal. Ia membagi tipe-tipe ini
kedalam empat katagori yaitu. Pertama, instrumentally rational atau
22
rasionalitas instrumental, dalam hal ini weber menggolongkan tindakan
kedalam tipologi tindakan yang erat kaitannya dengan tujuan-tujuan
absolut. Karena tujuan absolut dipandang oleh sosiolog sebagai data yang
terberi (given), maka sebuah tindakan dapat menjadi rasional jika
dikaitkan dengan hal yang ingin dicapai (Weber, 1946: 67). Singkatnya
tindakan rasional instrumental merupakan tindakan yang ditentukan oleh
harapan-harapan yang memiliki tujuan untuk dicapai dalam kehidupan
manusia yang dilakukan melalui perhitungan-perhitungan yang rasional
(Ritzer, 2009). Kedua, Value rational atau rasionalitas berorientasi nilai,
Dalam hal ini tindakan individu didasari oleh kesadaran serta keyakinan
mengenai nilai-nilai yang dianggap penting seperti etika, estetika,
kepercayaan maupun agama yang mempengaruhi sikap in
dividu dalam kehidupannya.
Ketiga, affectual, dalam hal ini tindakan yang berasal murni dari
sentimen atau kondisi kejiwaan actor yang melakukannya (Weber, 1946:
67). Tindakan ini biasanya timbul secara spontan begitu mengalami
kejadian. Keempat, traditional tipe tindakan ini bersifat tidak reflektif dan
bersifat kebiasaan, tindaka-tindakan ini biasa dilakukan karna dipandang
tepat (Weber, 1946). Singkatnya tindakan ini didasari atas kebiasaan yang
telah mendarah daging. Tindakan ini biasa dilakukan atas dasar tradisi atau
adat istiadat secara turun temurun.
Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas dapat dikatakan
bahwa konsep tindakan rasioal yang dikemukakan oleh Weber sebenarnya
23
individu hanya memiliki dua jenis rasionalitas yaitu rasionalitas
instrumental dan rasionalitas berorientasi nilai. Diluar dari itu, tindakan
individu bisa saja hanya didasari pada kebiasaan atau tindakan yang di
dasarkan pada emosi belaka (Maliki, 2012). Rasionalitas instrumental akan
melibatkan pertimbangan secara sadar yang berhubungan dengan tujuan
tindakan dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuannya. Sedangkan
rasionalitas berorientasi nilai menekankan bahwa tindakan dilakukan oleh
kesadaran akan keyakinan dan komitmen terhadap tatanan nilai luhur
seperti keyakinan kepada tuhan dan kebiasaan yang dipandang baik.
F. Metodelogi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Menurut Taylor dan Bogdan
(dalam Bagong Suyanto, 2006: 166) ”Penelitian kualitatif dapat diartikan
sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata
lisan atau tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang
yang diteliti”. Sedangkan jenis penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat
atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala
atau hubungan antara dua gejala atau lebih ( Irawan Soehartono. 2011:
35).
24
2. Subjek Penelitian
Adapun subjek utama dalam penelitian ini adalah masyarakat Pondok
Ranggon yang terdiri dari tokoh masyarakat, serta orang-orang yang
terlibat dalam prosesi tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng. Sedangkan
teknik Pemilihan informan utama dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling
adalah teknik yang dalam pengambilan anggota sampel diserahkan
pada pertimbangan pengumpul data yang menurut peneliti sesuai
dengan maksud dan tujuan penelitian (Soehartono, 2011: 63). Melalui
tehnik pengumpulan data ini peneliti akan mencari siapa saja informan
yang menurut peneliti akan memberikan inforasi yang tepat untuk
menggambarkan maksud dan tujuan peneliti.
3. Sumber Data
A. Sumber data primer
Sumber data primer merupakan sumber data penelitian yang di
dapat langsung dari narasumber terpercaya yang di dapat melalui proses
wawancara secara langsung dengan narasumber yang mengetahui tentang
tradisi Pesta Ganceng. Dalam penelitian ini data-data yang didapat
bersumber langsung dari subjek dalam penelitian ini yang meliputi: 1
orang informan ketua adat, 1 orang informan penjaga makam keramat
Ganceng, 2 orang informan tokoh pemuda, 2 orang informan pedagang
yang ada pada saat Pesta Ganceng dan 4 orang informan warga Pondok
Ranggon.
25
B. Sumber data skunder
Data skunder merupakan data yang di dapat oleh peneliti dari
sumber bacaan lain dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan
penelitian ini. Data skunder biasanya berupa bukti catatan dan lapran yang
tersusun dalam arsip-arsip. Dalam hal ini peneliti mendapat data skunder
dari jurnal, buku, data yang di dapat langsung dari kelurahan Pondok
Ranggon dan penelitian terdahulu seperti tesis dan skripsi.
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang benar-benar akurat dan sesuai
dengan fakta yang ada dilapangan maka dalam hal ini penulis akan
mengumpulkan data dengan cara:
1. Metode Observasi
Menurut (Dedy Mulyana, 2002: h.181) observasi adalah
metode penelitian yang di lakukan dengan cara pengamatan dan
pencatatan terhadap fenomena yang terjadi yang dilakukan
secara sitematis. Tujuan utama observasi adalah untuk
mengamati tingkah laku manusia sebagai peristiwa actual, yang
memungkinkan kita memandang tingkahlaku sebagai sebuah
proses (James A Black dan Dean J. Champion. 2009: h.287).
Dalam penelitian kali ini yang yang akan di observasi adalah
masyarakat sekitar Pondok Ranggon dan mengamati bagaimana
prosesi ritual Hajat Bumi itu berlangsung untuk memperoleh
26
kejelasan seperti apa ritual Hajat Bumi itu beerlangsung dan
mencaritau makna apa yang ada didalamnya.
2. Metode Wawancara
Merupakan tehnik pengumpulan data dengan cara tatap
muka dan tanya jawab secara langsung dengan narasumber
serta dengan pihak-pihak tekait yang berhubungan dengan
penelitian. Menurut (J.Vredenbregt, 1984: h.88) dasar dari
tehnik wawancara adalah dengan mengumpulkan data
mengenai sikap dan kelakuan, pengalaman cita-cita dan
harapan manusia seperti yang dikemukakan oleh responden atas
pertanyaan penelitian atau pewawancara.
Dalam penelitian ini ada sepuluh (10) narasumber yang
akan diwawancarai untuk mendapatkan informasi penelitian,
yaitu:
1. Sorang Tokoh Masyarakat yang ikut terlibat langsung
dalam kegiatan Hajat Bumi Pesta Ganceng
2. Seorang juru kunci atau penjaga makam keramat Ganceng.
3. Dua orang tokoh pemuda yang terlibat langsung dan
menjadi peserta dalam tradisi Hajat Bumi.
4. Empat orang warga Pondok Ranggon yang bermukim
disekitar makam keramat Ganceng dan dipilih secara acak.
5. Dua orang pedagang yang berjualan disekitar makam
keramat Ganceng.
27
Berikut adalah table kegiatan wawancara dan informan
yang dilakukan langsung di lokasi penelitian Kelurahan Pondok
Ranggon.
Tabel 1.2 Daftar Data Informan di Kelurahan Pondok Ranggon
No Nama Usia Tanggal Banyaknya
Wawancara
Keterangan
1 Bapak Haji Majid 77 Tahun 16 Juni 2016 1 kali Tetuah
Adat
2 Bapak Wiin Asan 71 Tahun 16 Juni 2016 1 kali Tokoh
Masyarakat
3 Rifky Tiyas 21 Tahun 16 Juni 2016 1 kali Panitia
Hajat Bumi
4 Nadilah 21 Tahun 03 Agustus
2016
1 kali Panitia
5 Ibu Ina 48 Tahun 03 Agustus
2016
1 kali Warga
6 Ibu Aci 65 Tahun 11 Agustus
2016
1 kali Warga
7 Ibu Nurlelawati 45 Tahun 11 Agustus
2016
1 kali Warga
8 Bapak Idris 52 Tahun 11 Agustus
2016
1 kali Warga
28
9 Jinten 50 Tahun 23
September
2016
1 kali Pedagang
10 Agus 29 Tahun 23
September
2016
1 kali Pedagang
3. Dokumentasi
Menurut (Djma’an Satori dan Aan Komariah, 2010: h.148)
tehnik pengumpulan data dokukentasi yaitu pengumpulan
catatan yang diungkapkan dalam bentuk tulisan, lisan, dan
bentuk karya lain seperti foto dan video yang berhasil di
dokumentasikan oleh pihak tertentu. Tehnik pengumpulan data
dokumentasi ini dilakukan dengan cara mengambil gambar,
foto-foto, serta video dari hasil temuan dilapangan yang terkait
dengan penelitian yang kemudian di analisis.
Dalam menunjang penelitian ini ada beberapa dokumen
yang diperlukan untuk memperkuat temuan data yang ada di
lapangan yaitu berupa rekaman video dan foto-foto, serta
dokumen pendukung guna mendapatkan gambaran umum
mengenai kegiatan ritual Hajat Bumi.
29
5. Metode Analisis Data
Setelah data-data yang diperlukan terkumpul maka tahap
selanjutnya dalam menyusun skripsi ini adalah menganalisis data hasil
temuan dilapangan. Dalam hal ini analisis data merupaka proses pencari
dan menyusun secara sistematis data yang telah di peroleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan data lain seperti foto dan video dengan
cara mengorganisasikan data dalam katagori, menjabarkan dalam uraian
singkat, kemudian menganalis temuan tersebutdan sehingga dapat
difahami (Sugiyono, 2009: 89).
Menurut Miles dan Huberman dalam Gunawan (2013) terdapat tiga
tahap yang harus dilakukan dalam menganalisis data dalam penelitian
kualitatif, yaitu (1) reduksi data (data reduction) mereduksi data
merupakan kegiatan merangkum, memilih hal pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, lalu mencari tema dan polanya. Data-data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelasa dan
memudahkan untuk melakukan pengumpulan data. (2) Paparan data
(data display) merupakan serangkaian informasi yang telah tersusun dari
hasil reduksi data yang memberikan kemungkinan untuk penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. (3) Penarikan kesimpulan dan
verifikasi (conclusion drawing/ verifying). Penarikan simpulan
merupakan hasil penelitian yang menjawab focus penelitian berdasarkan
hasil analisis data. Simpulan ini disajikan dalam bentuk deskriptif objek
penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian (h: 210-212).
30
6. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan dan memperoleh gambaran secara
jelas, maka dalam skripsi ini dikelompokan menjadi beberapa bab dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I Dalam BAB I ini terdiri dari pernyataan masalah,
pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka teoritis, metodelogi penelitan
yang mencakup 1). Metode penelitian. 2). Sumber data. 3).
Metode pengumpulan data. 4). Metode analisis data. Dan 5)
sistematika penulisan.
BAB II Pada BAB II ini menjelaskan tentang gambaran umum
lokasi penelitian di Kelurahan Pondok Ranggon yang
meliputi sejara serah, letak geografis, kondisi
Perekonomian dan mata percaharian masyarakat, serta
kondisi keagamaan masyarakat Kelurahan Pondok
Ranggon.
BAB III Pada BAB III ini berisi tentang asal-usul tradisi Hajat Bumi
Kramat Ganceng, asal-usul makam kramat Ganceng,
prosesi plaksanaan Hajat Bumi, kelengkapan Ritual serta
orang-orang yang terlibat didalamnya.
BAB IV Pada bab IV dalam penelitian ini berisi tentang analisis dari
hasi observasi mengenai fungsi dari Hajat Bumi Kramat
31
Ganceng dan motif seseorang menghadiri tradisi Hajat
Bumi Kramat Ganceng.
BAB V Pada bab terakhir dalam penelitian skripsi ini berisi
kesimpulan dan saran dari penelitian skripsi ini.
32
BAB II
GAMBARAN UMUM KELURAHAN PONDOK RANGGON
A. Letak Geografis dan asal-usul Kelurahan Pondok Ranggon
Kelurahan Pondok Ranggon merupakan satu dari delapan
kelurahan yang ada diwilayah Kecamatan Cipayung, Kota administrasi
Jakarta Timur. Berdasarkan surat keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor
1227 tahun 1984 tentang pemecahan dan perubahan batas wilayah
Kelurahan Pondok Ranggon memiliki luas wilayah sebesar 366,015 Ha
yang terbagi kedalam 6 Rukum Warga (RW) dan 63 Rukun Tetangga
(RT), dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Mabes TNI/ Kelurahan
Cilangkap
2. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kali Sunter/ Kelurahan Jati
Raden
3. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kelurahan Harjamukti/ Depok
Jawa Barat
4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Cilangkap/
Kelurahan Munjul
Kelurahan Pondok Ranggon memiliki jumlah penduduk sebanyak
26.756 orang yang tersebar di 6RW dengan rincian 13.502 berjenis
kelamin Laki-laki dan 13.254 Perempuan. Berikut ini adalah table jumlah
penduduk di kelurahan Pondok Ranggon tahun 2016:
33
Tabel 2.1 Jumlah Penduduk dan Jumlah Kepala Keluarga
Kelurahan Pondok Ranggon per April 2016
Jumlah Penduduk Jumlah Kepala Keluarga
Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah
13.502 13.254 26.756 6.654 1.284 7.938
Sumber: Laporan Kegiatan Pemerintahan Kelurahan Pondok Ranggon April 2016
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk tiap Rukun Warga Kwlurahan
Pondok Ranggon Tahun 2016
RW
WNI WNA
Jumlah
Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah
1 2.403 2.385 4.788 - - - 4.788
2 2.290 2.266 4.556 - - - 4.556
3 2.319 2.179 4.498 1 - 1 4.499
4 2.468 2.422 4.890 - - - 4.890
5 2.027 1.984 4.011 - - - 4.011
6 1.995 2.018 4.013 - - - 4.013
Jumlah 13.502 13.224 26.756 1 - 1 26.757
Sumber: Laporan Kegiatan Pemerintahan Kelurahan Pondok Ranggon April 2016
Wilayah Kelurahan Pondok Ranggon secara Geografis merupakan
daerah yang dapat dikatakan strategis, hal ini dikarnakan Kelurahan
Pondok Ranggon berbatasan langsung dengan wilayah Jawa Barat dan
merupakan jalur alternative dari kawasan Jawa Barat seperti Bandung,
Cianjur dan Cilengsi Kabupaten Bogor menuju Provinsi DKI Jakarta. Hal
34
ini lah yang menyebkan Kelurahan Pondok Ranggon memiliki banyak
kelebihan dan keunikan, antara lain:
1. Memiliki daerah bumi perkemahan Jakarta (Buperta)
2. Memiliki areal peternakan sapi perah
3. Memiliki areal pemakaman (TPU) terbesar di Jakarta
4. Terdapat makam Keramat Ganceng dan pesta adat Hajat Bumi Pesta
Ganceng.
5. Masyarakatnya berbahasa Sunda namun berbudaya Betawi
Menurut sejarahnya daerah ini desebut Pondok Ranggon karena
pada zaman dahulu daerah ini merupakan jalur perjalanan orang-orang dari
Cirebon menuju ke Banten dan sebaliknya. Mereka yang melewati daerah
Pondok Ranggon kemudian singgah dirumah-rumah warga sehingga
daerah ini disebut dengan pondok. Sedangkan Ranggon merupakan jenis
bangunan panggung yang dibangun oleh masyarakat untuk melindungi
mereka dari serangan binatang buas (Ega Maulana, 2012: 49). Jadi dapat
dikatakan bahwa asal mula nama Pondok Ranggon itu bermula dari
banyaknya masyarakat Cirebon yang ingin berpergian menuju Banten
yang melewati daerah itu dan singgah disana sehingga disebut dengan
Pondok dan Ranggon itu sendiri merupakan tempat tinggal warga yang
berbentuk panggung. Sehingga dari situlah nama Pondok Ranggon
terbentuk. Sampai saat ini daerah Pondok Ranggon dan Cibubur masih
menjadi jalur alternative menuju Cianjur, Bandung dan menuju daerah
Jawa barat lainnya termasuk Cirebon.
35
Dari banyaknya para pelancong dari daerah Jawa Barat tersebut
maka seiring berjalannya waktu dan seringnya masyarakat Pondok
Ranggon berinteraksi dengan para pelancong yang singgah di daerah
mereka banyak dari masyarakat yang mulai mempelajari bahasa sunda
untuk mempermudahkan mereka bekomunikasi. Hingga saat ini
masyarakat asli Pondok Ranggon masih memakai bahasa sunda sebagai
bahasa keseharian mereka untuk berkomunikasi. Namun disamping itu
masyarakat Pondok Ranggon juga menganut kebudayaan-kebudayaan
betawi seperti masih memainkan music tanjidor, dan masih mempelajari
seni beladiri pancak silat aliran beksi yang merupakan seni beladiri pancak
silat asli betawi. Selai sebagai seni beladiri pancak silat juga masuk dalam
kesenian tari karena menggunakan gerak-gerak tubuh sebagai alat
penyampaiannya(Chaer, 2012).
Pendapat lain mengatakan bahwa asal-usul tentang daerah Pondok
Ranggon berawal dari cerita lisan tentang seorang aki-aki (kakek-kakek)
yang berasal dari daerah karawang yang pada suatu hari ditengah
perjalanan pelancaongannya dia bertemu dengan seorang nenek-nenek
yang kemudian merka berdua menikah dan mendirikan sebuah rumah di
daerah tesebut yang hingga kini disebut dengan daerah Pondok Ranggon.
Rumah kediaman itu berbentuk panggng dengan tinggi kurang lebih dua
meter. Bentuk rumah seperti itu disebut dengan Ranggon. Dan lama
kelamaan keluarga tersebut terkenal dengan nama “Mbah Santri”
(Zaenuddin: 2012).
36
Menurut anggapan masyarakat Mbah santri adalah orang sakti
yang dapat merubah menjadi laki-laki dan perempuan. Sebelum Mbah
Santri meninggal ia berpesan agar daerah tersebut dibenri nama Pondok
Ranggon dan berpesan agar Pondok Ranggon setiap tahunnya mengadakan
selamatan (Nazar) yang di juga diramaikan dengan tanggapan (tontonan)
(Zaenuddin, 2012:196). Nazar tersebut hingga kini masih berlangsung
yang dikenal dengan Hajat Bumi Kramat Ganceng.
B. Kondisi Perekonomian dan Mata Pencaharian Masyarakat Pondok
Ranggon
Pada abad ke-19 orang Betawi mendapatkan penghasilan dari
menjual tanaman tani, berkebun, produksi kerajinan tangan dan
memberikan jasa pelayanan seperti menjadi kusir sado, serta pencuci
pakaian( Blackburn, 2011: 93). Begitupun dengan masyarakat di Pondok
Ranggon, menurut informasi dari masyarakat, daerah Pondok Ranggon
merupakan wilayah pertanian dan perkebunan sehingga seumber
pendapatan mereka mayoritas bersumber dari sector pertanian (Ega
Maulana, 2012:49). Namun pada abad ke-19 sampai masa-masa awal
kemerdekaan masyarakat asli Betawi sulit untuk menggantungkan hidup
hanya dari sektor pertanian saja hal ini dikarnakan sebagian besar tanah-
tanah diwilayah Jakarta merupakan tanah pribadi milik tuan-tuan tanah
yang tidak bertempat tinggal di daerah tersebut(Blackburn, 2011:95).
Warga pribumi yang kemungkinan besar orang Betawi hanya
merupakan petani penyewa tanah dan menjadi sasaran tindak kesewenang-
37
wenangan para tuan tanah. Menurut hukum, para petani tersebut harus
bekerja 52 hari dalam setahun pada tuan tanah dan memberikan sebagian
hasil panen mereka(Blackburn:2011). Namun seiring berjalannya waktu
serta masa kemerdekaan Indonesia dengan tanpa mempertimbangkan
seberapa miskinnya Jakarta pada saat itu, kota Jakarta merupakan tenpat
paling istimewa di Indonesia. orang-orang kaya tinggal di kota ini dan
Jakarta juga mendapatkan investasi dalam sekala besar dibandingkan kota-
kota lain di Indonesia(Blackburn:2011). Dengan investasi dari pemerintah
dan pihak swasta tersebut menjadikan kota Jakarta sebagai pusat
perekonomian dan magnet bagi para pencari pekerjaan.
Hal ini berdampak kepada perubahan di sektor ekonomi dari yang
tadinya masyarakat mengandalkan sektor pertanian sebagai tumpuan hidup
mereka kini mereka lebih menyukai pekerjaan disektor formal dengan
penghasilan yang tetap. Begitupun dengan masyarakat Pondok Ranggon,
mereka yang dahulu menggantungkan hidup dari hasil kebun dan
pertanian kini mereka telah banyak beralih profesi ke sektor-sektor formal
dan bekerja di instansi-instansi pemerintah baik swasta dan negeri. Dari
beragam jenis pekerjaan yang dimiliki oleh masyarakat Pondok Ranggon
jenis pekerjaan yang paling banyak adalah bekerja diperusahaan swasta
dengan jumlah 5108 orang disusul dengan profesi buruh sebanyak 516
orang dan PNS dengan 707 orang. Sedangkan masyarakat yang
menggantungkan hidupnya dari sector pertanian hanya 10 orang. berikut
38
adalah table jenis mata pencaharian masyarakat Pondok Ranggon: Dari
penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa
Tabel 2.3 Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Pondok Ranggon
Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2014
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah
1 Pegawai Negeri sipil 707
2 TNI/ POLRI 241/78
3 Guru/Dosen 378/15
4 Pegawai Swasta 5108
5 Pensiunan 173
6 Tani 10
7 Buruh 516
8 Tenaga Medis 59
9 Pedagang 222
10 Lain-lain 1800
11 Tidak Bekerja 3889
Jumlah 13196
Sumber: Sensus Penduduk 2014 Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi DKI
Jakarta (Kelurahan Pondok Ranggon).
Dari penjabaran dan data yang telah dipaparkan diatas dapat di
simpulkan bahwa mata pencaharian masyarakat Jakarta khususnya
masyarakat kelurahan Pondok Ranggon telah mengalami perubahan dari
39
yang tadinya masyarakat menggantungkan hidup dari sektor pertanian dan
perkebunan kini masyarakat lebih memilih bekerja dibidang formal seperti
bekerja menjadi pegawai swasta dan bekerja di instansi-instansi
pemerintahan dengan penghasilan yang tetap setiap bulannya.
C. Kondisi keagamaan masyarakat Pondok Ranggon
Berbicara mengenai masalah keagamaan dapat dikatakan
masyarakat Pondok Rangon yang mendasari bahwa mereka berbudaya
Betawi yang memang masih sangat menjujung tinggi nilai-nilai dan akidah
islam. Hali ini di karnakan orang-orang Betawi khususnya masyarakat
Pondok Ranggon memiliki perinsip hidup yang harus ditaati secara umum
yaitu bisa ngaji, bisa beladiri dan bisa pergi haji(Chaer: 2012).
Para orang tua mendidik anaknya sejak kecil untuk bisa mengaji
dengan cara belajar membaca Al-Qur’an, belajar salat, belajar akidah dan
menghafal Juz Amma. Sedangkan perinsip bisa bela diri dilakukan dengan
belajar silat dengan penekanan untuk bisa menjaga diri dan dan bukan
untuk menyerang serta bisa menolong sesama. Selanjutnya Perinsip bisa
pergi haji. Perinsip ini mengandung makna bahwa orang betawi harus
bekerja keras lalu hasil atau upah dari pekerjaan mereka disisihkan atau
ditabung untuk bisa menunaikan ibadah rukun islam kelima yaitu pergi
haji(Chaer, 2012: 7).
Masyarakat Pondok Ranggon sendiri masih sering mengadakan
acara-acara keagamaan khususnya acara keagamaan bernuansa islam
secara masal yang diadakan hampr setiap bulan di kantor kelurahan
40
diantaranya Pengajian Majelis Taklim Kelurahan, peringatan Isra Mi‟raj
dan Peringatan Maulid Nabi. Untuk peringatan Maulid Nabi sendiri
biasanya diselenggarakan dengan sekala besar yaitu dilakukan pada saat
acara Hajat Bumi Kramat Ganceng dengan dihadiri seluruh masyarakat
Pondok Ranggon.
Dikelurahan Pondok Ranggon sendiri persentasi pemeluk agama
islam dapat dikatakan tertinggi yaitu 94% dengan jumlah 22.480 orang
sedangkan untuk pemeluk agama kristem protestan menduduki posisi
kedua dengan 5,3%, disusul dengan Kristen katolik 0,4%, Hindu 0,2% dan
budha 0,1%. Berikut adalah tabel jumlah pemeluk agama dikelurahan
Pondok Ranggon tahun 2016:
Tabel: 2.4 Jumlah Pemeluk Agama Kelrahan Pondok Ranggon
Jakarta Timur April Tahun 2016
No Agama Jumlah Persentase
1 Islam 22.480 94%
2 Kristen Protestan 1.311 5,3%
3 Keristen Katholik 98 0,4%
4 Hindu 63 0,2%
5 Budha 10 0,1%
Sumber: Laporan Kegiatan Pemerintahan Kelurahan Pondok Ranggon April 2016
Berhubung mayoritas penduduk Pondok Ranggon beragama Islam
maka tak mengherankan jika disetiap Rt maupun Rw terdapat masjid dan
musola sebagai sarana peribadahan dan juga dipergunakan sebagai tempat
41
mengaji bagi anak-anak. Hal tersebut dapat digambarkan dari data tentang
sarana peribadatan yang terpampang sebagai berikut:
Tabel: 2.5 Jumlah Sarana Peribadatan dikelurahan Pondok Ranggon
RW Masjid Musholla Gereja Vihara Pura
01 2 7 - - -
02 1 4 - - -
03 2 3 - - -
04 1 6 - - -
05 4 3 - - -
06 1 2 - - -
Jumlah 11 25 - - -
Sumber: Laporan Kegiatan Pemerintahan Kelurahan Pondok Ranggon April 2016
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa hampir disetiap RW (rukun
warga) terdapat paling tidak satu masjid dan minimal dua Musholla
(masjid berukuran kecil) sebagai tempat beribadah umat islam. Sedangkan
untuk sarana peribadatan untuk agama lain seperti gereja, vihara, maupun
pura tidak terdapat sama-sekali di kelurahan Pondok Ranggon. Namun hal
tersebut tidak menjadi sebuah masalah dan sampai menimbulkan konflik
di masyarakat terutama konflik yang berkaitan dengan agama. Hingga saat
ini belum ada data yang menunjukan adanya konflik masyarakat yang
didasarkan pada pertentangan agama di kelurahan Pondok Ranggon.
42
BAB III
DESKRIPSI TRADISI HAJAT BUMI KRAMAT GANCENG
A. Asal Usul Makam Kramat Ganceng
Makam Kramat Ganceng merupakan suatu kompleks pemakaman
yang ada di kelurahan Pondok Ranggon Jakarta Timur yang menjadi
tempat pemakaman warga asli Pondok Ranggon. Tanah pemakaman ini
dahulu merupakan tanah milik almarhum bapak Ganceng. Letak kompleks
pemakaman ini berada persis di samping kantor Kelurahan Pondok
Ranggon. Jalan menuju makam Kramat ini bisa diakses dari jalan raya
alternative Cibubur atau bisa di tempuh melalui Cilangkap dengan
menumpang angkutan 02 jika menggunakan angkutan umum.
Di dalam kompleks pemakaman tersebut terdapat dua makam yang
oleh masyarakat sekitar dianggap kramat dan diyakini bahwa dahulu
makam kramat tersebut dijaga oleh bapak Ganceng. Diketahui pula bahwa
bapak Ganceng merupakan juru kunci pertama makan kramat tersebut.
Selanjutnya dalam hal ini bapak Ganceng mewakafkan tanah miliknya
seluas kurang lebih 4 hektar untuk digunakan sebagai makam bagi
masyarakat asli Pondok Ranggon beserta keluarga (Anindyah Ayu
Puspitasari 2013: 39). Hingga saat ini makam kramat tersebut masih
dirawat oleh keluarga bapak Ganceng. Oleh sebab itu maka kompleks
pemakaman tersebut diberikan nama Makam Kramat Ganceng oleh warga
sekitar sebagai bentuk penghormatan terhadap almarhum bapak Ganceng
43
yang telah merawat kedua makam kramat tersebut dan menjadi juru kunci
makam tersebut.
Adapun dua makam kramat yang ada di kompleks Pemakaman
tersebut merupakan makam Mbah Uyut (Kakek) dan Mbah Kudung
(Nenek). Masyarakat meyakini beliaulah yang mendirikan kampung
Pondok Ranggon dan dianggap sebagai leluhur oleh masyarakat sekitar.
Dalam hal ini sosok Mbah Uyut ialah seorang laki-laki tua atau uyut yang
sangat suci dan dihormati, sedangkan sosok Mbah Kudung adalah sosok
nenek-nekek yang biasanya menggunakan kain putih penutup kepala atau
kudungan (Anindyah Ayu Puspitasari 2013: 39). Atas dasar itulah maka
masyarakat sekitar memberi julukan mereka dengan sebutan Mbah Uyut
dan Mbah Kudung.
Makam Mbah Uyut dan Mbah Kudung berada ditengah ruangan
pendopo makam Kramat Ganceng. Makam Mbah Uyut berada disebuah
ruangan berlantai kramik dan makamnya ditutup oleh kain kelambu
berwarna putih. Tidak sembarangan orang diperbolehkan masuk kedalam
makam Mbah Uyut. Untuk masuk ke dalam makam Mbah Uyut kita harus
meminta izin terlebih dahulu kepada juru kunci makam untuk
membukakan pintunya dan ditanyakan terlebih dahulu niat dan tujuan
dating dan berziarah ke makam tersebut. Jika dinilai niat dan tujuannya
benar barulah pintu makam di bukakan.
Sedangkan makam Mbah Kudung berada disebelah makam Mbah
Uyut. Kondisi makamnya pun sama, beralaskan kramik dan terawat hanya
44
dalam hal ini terdapat sedikit perbedaan perlakuan untuk para peziarah.
Khusus untuk makam Mbah Kudung makamnya tidak di kunci seperti
maam Mbah Uyut sehingga pengunjung maupun peziarah bisa melakukan
doa dimakam ini. Pengunjung ataupun peziarah bebas memasuki makam
tersebut namun tetap harus meminta izin terlebih dahulu kepada pengurus
makam.
Walaupun masyarakat Pondok Ranggon menganggap kedua
makam itu kramat namun menurut kesaksian dari beberapa warga sekitar
sebenarnya mereka tidak tau pasti siapa nama asli dari Mbah Uyut dan
Mbah Kudung, bahkan mereka tidak tahu pasti kapan mereka meninggal.
Hal itu terbukti bahwa di dalam ruangan makam dimana tempat Mbah
Uyut dan Mbah Kudung dimakamkan, pada batu nisannya tidak tertuis
nama dan tanggal wafatnya. Masyarakat setempat hanya mengetahui cerita
tersebut dari orangtua mereka bahwa dahulu ada seorang kakek-kakek
(Mbah Uyut) dan nenek-nenek (Mbah Kudung) yang tinggal di Pondok
Ranggon dan diyakini sebagai orang yang mendirikan kampong Pondok
Ranggon. Pengetahuan tentang asal-usul tersebut di ceritakan secara turun
temurun sehingga masyarakat Pondok Ranggon mempercayainya.
B. Sejarah Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng
Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng merupakan sebuah tradisi
leluhur yang diwariskan secara turun temurun dari generasi kegenerasi.
Tradisi Hajat Bumi ini sendiri sudah berlangsung sejak dahulu dan tidak
ada satupun orang yang mengetahui kapan tradisi Hajat Bumi itu pertama
45
kali diadakan dan siapa yang pertama kali mengadakan tradisi tersebut.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Bapak Majid selaku
keluarga dari almarhum Bapak Ganceng, beliau mengatakan:
“Kalau awal diadakannya tradisi Hajat Bumi itu semua sesepuh sini
sampai saya pun tidak ada yang tahu itu kapan dimulainya dan siapa
yang pertama kali ngadain pun tidak ada yang tahu. Pokonya intinya
orang-orang sekarang tinggal nerusin aja tradisi hajat bumi itu”
(Wawancara pribadi pada tanggal 16 Juni 2016).
Sedangkan Ganceng itu sendiri merupakan nama juru kunci
makam keramat yang biasa disebut oleh masyarakat sebagai embah
Ganceng. Masyarakat Pondok Ranggon menyebut tradisi Hajat Bumi
Kramat Ganceng dikarnakan tradisi tersebut dimulai denga ritual doa dan
penanaman kepala kambing yang diadakan di sebuah makam yang
dianggap keramat yang dijaga oleh Bapak Ganceng dan diakhiri dengan
penanaman kepala kambing di keramat yang terakhir yaitu di keramat
Ampel sehingga lama kelamaan masyarakat menyebut tradisi itu dengan
sebutan Hajat Bumi kramat Ganceng. Seperti yang dikatakan oleh bapak
Majid dalam sebuah wawancara:
“Ganceng sendiri itu bukan nama keramat yang ada disini. Ganceng itu
sebenarnya nama orang yang menjaga keramat disini. Lalu lama
kelamaan karna hajat bumi itu dimulainya dari keramat disini maka
orang-orang nyebutnya dengan Hajat Bumi Kramat Ganceng”
(Wawancara pribadi tanggal 16 Juni 2016).
Tradisi Hajat Bumi ini biasanya diadakan setahun sekali setiap
bulan haji atau jika dalam penanggalan kalender islam bertepatan pada
bulan Dzulhijjah, tepatnya dipertengahan bulan haji, diatas tanggal 15 dan
46
dibawah tanggal 30. Seperti yang dikatakan oleh bapak Majid dan
beberapa informan lain dalam sebuawah wawancara:
“Pesta Ganceng itu diadakan setiap bulan haji diatas tanggal 15 dan
dibawah tanggal 30 dan pasti diadakan setiap hari jum’at”
(Wawancara pribadi tanggal 16 Juni 2016).
Tradisi Hajat Bumi ini dimaksudkan untuk memanjatkan rasa
syukur kepada Allah SWT atas hasil bumi yang melimpah selama satu
tahun. Hal ini dikarnakan pada zaman dahulu masyarakat Pondok Ranggn
mayoritas penduduknya adalah petani dan berkebun. Tradisi Hajat Bumi
juga bertujuan untuk memohon kepada Allah SWT agar selalu diberikan
keberkahan dan keselamatan bagi kampung serta menjadi ajang
silaturahmi antar sesama warga. Hal ini juga sesuai dengan apa yang
dikatakan oleh bapak Wiin Asan selaku kerua Rw 05.
“Pesta Ganceng itu tujuannya untuk menyelamatkan kampung. Jadi kalau
dulu kan orang-orang sini kebanyakan petani jadi hajat bumi itu
tujuannya untuk nyelametin hasil sawah dan kebun (panen) yang
diberikan Allah. Selain itu Pesta Ganceng juga tujuannya untuk ajang
saling ketemu antara orang-orang Pondok Ranggon” (Wawancara pribadi
pada tanggal 16 Juni 2016).
Mitos yang beredar dimasyarakat sekitar, apabila tradisi Hajat
Bumi tidak diadakan makan kampung akan mengalami musibah dan akan
mengalami gagal panen selama tahun berikutnya hal inilah yang menjadi
sebuah kepercayaan bagi masyarakat bahwa tradisi Hajat Bumi itu adalah
suatu yang bersifat sakral. Oleh karna itu Hajat Bumi selalu diadakan
setiap tahun secara turun temurun dan masih terus diadakan hingga
sekarang. Pernyataan tersebut sesuasi dengan temuan yang ada dilapangan
47
yang tergambar dalam sebuah wawancara pribadi oleh warga sekitar, yang
menyatakan bahwa:
“Kalo kata orang-orang asli sini yang percaya banget. Tujuannya
itu buat minta selamat sama minta terus dilancarin rejekinya. Jadi
orang-orang sini kalo ada pesta pasti suka ngasih gede-gedean
yang percaya banget. Malah ada orang yang semaleman zikiran di
keramat Ganceng situ” (Wawancara Pribadi dengan informan
“Nurlela” 11 Agustus 2016).
Serta informan lain yang mengatakan bahwa:
“Yaaaa itu, orang sini percayanya akan ada bencana seperti banjir,
atau akan banyak yang meninggal gitu. Jadi pesta ganceng itu
harus terus diadain.” (Wawancara Pribadi dengan informan
“Nadilah” 3 Agustus 2016)
Namun seiring perkembangan zaman serta semakin cepat dan
besarnya perkembangna Kota Jakarta baik dari segi sosial, budaya,
ekonomi, maupun jumlah penduduk, kini tradisi Hajat Bumi sedikit
mengalami pergeseran makna dari yang semula sebagai upacara sakral
yang dibumbui dengan cerita-cerita mistis yang bertujuan untuk
memanjatkan rasa syukur atas hasil bumi yang telah diberikan sang
pencipta. Namun kini tujuan dari Hajat Bumi hanyalah untuk melestarikan
tradisi budaya yang diwariskan secara turun temurun dan menjadi ajang
silahturahmi antar sesama waraga. Hal ini dikarnakan adanya perubahan
pola pikir dari masyarakat yang semakin rasional dan lebih
mengedepankan ilmu pengetahuan dan daripada mitos-mitos yang beredar.
Hal senada juga dikatakan oleh beberapa narasumber yang menyatakan
bahwa:
48
“Kalo buat saya mah cuma buat ngumpul doang soalnya kan kalo
pesta biasanya pada dateng. Anak saya yang tinggal di kalideres
aja dateng jadi yaa seneng aja gitu kaya lebaran”( Wawancara
pribadi dengan informan “idris” 11 Agustus2016)
“Yaa seneng laah namanya acara tiap tahun apalagi kan kita orang
asli sisni yaa kaya lebaran aja kita kumpul” (Wawancara pribadi
dengan ibu “Aci”11 Agustus 2016).
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Hajat Bumi Kramat Ganceng
Seperti yang telah dikatakan diatas bahwa prosesi ritual Hajat
Bumi dilaksanakan pada bulan haju atau pada saat umat islam menunaikan
ibadah pergi haji. Dalam kalender Hijriah atau kalender umat islam bulan
haji jatuh pada bulam Dzulhijah. Pemilihan bulan Dzulhijah sebagai bulan
pelaksanaan Hajat Bumi dikarnakan untuk mendoakan orang yang habis
menunaikan ibadah haji khususnya warga Pondok Ranggon supaya
menjadi haji yang mabrur dan mendapat berkah dari Allah SWT
(Anindyah Ayu Puspitasari 2013: 46). Oleh sebab itu mengapa tradisi
Hajat Bumi selalu diadakan satu sampai dua minggu setelah lebaran haji.
Pada awalnya tradisi Hajat Bumi dilakukan selama tiga hari tiga
malam. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Pesta Rakyat Hajat Bumi
dilakukan selama satu minggu penuh. Namun karena perkembangan
zaman dan kompleksitas masyarakat Jakarta, kini tradisi Hajat Bumi
Kramat Ganceng hanya diadakan selama dua hari saja yaitu pada hari
Kamis dan hari Jum’at dengan alasan jika di adakan dalam waktu yang
panjang dihawatirkan akan mengganggu ketertiban umum dalam hal ini
dapat membuat jalan menjadi semerawut dan macet. Hal ini dikarnakan
pada saat pelaksanaan Hajat Bumi jalan-jalan di sekitar kramat Ganceng
49
ditutup dan dipadati oleh pengunjung serta para pedagang yang
menajahkan dagangannya sehingga menghambat arus lalulintas.
Ritual Hajat Bumi dilaksanakan di Kelurahan Pondok Ranggon
dan bertempat di makam Kramat Ganceng. Semua persiapan dan
rangkaian ritual dipusatkan di makam kramat Ganceng. Kramat Ganceng
digunakan sebagai tempat persiapan serta lokasi alaw pemendaman kepala
kambing serta arak-arakan, pengajian, santunan anak yatim, makan
bersama serta kumpul-kumpul masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam
acara tersebut. Pada saat saya melakukan penelitian tentang Hajat Bumi
Kramat Ganceng pada tahun 2016 lalu, hajat bumi dilaksanakan pada
tanggal 22-23 September 2016.
Secara umum acara itu dilakukan hanya dalam waktu dua hari yang
mana pada hari pertama, kamis 22 September adalah hari pembukaan
acara dan selametan. Sedangkan dihari kedua yang diadakan pada tanggal
23 September adalah acara puncak yaitu ngarak dan mendam kepala
kambing dimakan kramat Ganceng, perbatasan kamung pertigaan herang,
dan di pertengahan kampung kramat Ampel. Setelah itu disusul dengan
acara makan bersama, acara panjat pinang dan pertunjukan kesenian
tradisional yang diselenggarakan hingga larut malam tanpa dipungut
biaya.
50
D. Pelaku dan Kelengkapan Ritual Hajat Bumi Kramat Ganceng
Pada pelaksanaan tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng sukses
diselenggarakan berkat adanya peran serta partisipasi dari berbagai pihak
yang mendukung acara tersebut yang meliputi:
1. Juru Kunci Makam Kramat
Dalam hal ini yang dimaksud juru kunci makam adalah orang yang
dianggap mampu berkomunikasi secara langsung dengan roh para
leluhur kampung Pondok Ranggon yaitu Mbah Uyut dan Mbah
Kudung. Dalam kesehariannya juru kunci merupakan tokoh yang
paling disegani oleh masyarakat. Syarat untuk menjadi juru kunci
makam kramat adalah seorang laki-laki maupun perempuan yang
masih keturunan serta kerabat dari almarhum bapak Ganceng. Saat ini
juru kunci makam Kramat Ganceng dipegang oleh Ibu Sa’amih
(Anindyah Ayu Puspitasari 2013:48).
Adapun tugas dari juru kunci ini adalah sebagai penjaga makam
Kramat dan bertugas sebagai penerima tamu yang ingin melakukan
Ziarah ke makam Kramat. Adapun fungsi dari juru kunci dalam Hajat
Bumi adalah sebagai penyerah sesaji berupa makanan dan minuman,
dan memanjatkan doa khusus di makan Mbah Uyut dan Mbah
Kudung. Namun pada saat pelaksanaan hajat bumi tahun 2016 kemarin
yang menjadi penyerah sesaji dan pembacaan doa dilakukan oleh
bapak Boih Dinam dan bapak Abdul Majid yang dipercaya sebagai
perpanjangan tangan dari juru kunci.
51
2. Pemasak Sesaji
Pemasak sesaji adalah orang yang memasak keperluan dan
hidangan-hidangan yang ada dalam tradisi Hajat Bumi dan sesaji yang
diletakan di dalam ancak. Adapun orang yang dipercaya sebagai
pemasak sesaji adalah Kong Iyeb (Anindyah Ayu Puspitasari
2013:48). Dalam proses pengolahan sesaji, orang yang memasak sesaji
harus bersih dari segala najis, oleh sebab itu para pemasak sesaji harus
melakukan mandi wajib terlebih dahulu sebelum memasak sesaji.
Selain itu mereka juga harus memahami macam-macam makanan yang
akan disajikan beserta resep-resep bumbu dalam masakan yang akan
dimasak.
3. Pembawa Sesaji
Pembawa sesaji adalah orang yang bertugas membawa atau
memikul dondang (tempat meletakan kepala kambing). Biasanya
panitia yang ditunjuk untuk memikul dondang adalah remaja asli
Pondok Ranggon. Para pemikul dondang ini biasanya berpakaian serba
hitam mulai dari peci, baju, hingga celamna dan dikalungkan sebuah
sarung. Sedangkan orang yang mengubur kepala kambing sendiri
merupakan orang yang ditunjuk langsung oleh juru kunci.
4. Tokoh Agama
Dalam hal ini tokoh agama berperan sebagai orang yang memiliki
kelebihan dalam pengetahuan tentang agama Islam. Biasanya tokoh
agama dalam hal ini ustad bertugas untuk memimpin salat, doa
52
bersama serta memberikan cerama kepada masyarakat yang
menghadiri acara Hajat Bumi pada hari pertama.
5. Pemain Musik Tanjidor dan Penari Jaipong
Tugas dari para pemain music tanjidor ini adalah sebagai pengiring
dalam acara arak-arakan kepala kambing yang dimulai dari makam
Kramat Ganceng dan berakhir di Kramat Ampel yang berada di tengah
kampung. Adapun personil yang memainkan kesenian tanjidor ini
berjumlah 7-10 orang. Sejak dahulu kesenian musik tanjidor sudah
menjadi ciri khas acara-acara hajatan besar masyarakat Betawi.
Sedangkan tarian jaipong yang notabennya merupakan tarian khas
daerah sunda di pertontonkan pada saat selesai penanaman kepala
kambing di Kramat Ampel. Konon kesenian jaipong ini merupakan
kesenian yang wajib di adakan pada saat pelaksanaan Hajat Bumi.
Menurut informasi dari narasumber dahulu orang yang ikut berjoged
dalam tarian jaipong ini merupakan jawarah-jawarah kampung Pondok
Ranggon dan tarian jaipong ini juga dipercaya sebagai hiburan bagi
leluhur kampung Pondok Ranggon.
6. Aparat Pemerintahan
Dalam pelaksanaan Hajat Bumi, adapula pejabat pemerintahan
yang ikut berpartisipasi langsung dalam acara tersebut. Biasanya
tradisi Hajat Bumi dihadiri oleh bapak Camatan Cipayung dan bapak
Lurah Pondok Ranggon serta unsur-unsur pemerintah lain. Adapun
fungsi dari lurah dan camat setempat dalam acara Hajat Bumi adalah
53
sebagai penanggungjawab acara serta penjamin perizinan demi
memperlancar jalannya acara Hajat Bumi Kramat Ganceng.
7. Pedagang dan Masyarakat setempat
Dalam perayaan Hajat Bumi Kramat Ganceng banyak pedagang
yang menggelar dagangannya di sekitar makam Kramat Ganceng. Para
Pedagang tersebut berasal dari berbagai daerah di Jakarta. Sedangkan
komoditi yang di jual belikan dalam acara Hajat Bumi sudah
mengalami banyak perubahan yang mana pada awalnya komoditi yang
didagangkan merupakan hasil kebun dan serta jajanan tradisional, kini
barang-barang yang di dagangkan jenisnya lebih beragam seperti
barang kebutuhan rumahtangga sampai aksesoris pelengkap kakaian.
Walaupun komoditas yang di dagangkan sudah banyak mengalami
perubahan hal tersebut tidak lantas mengurangi esensi dan kemeriahan
pada saat pelaksanaan Hajat Bumi. Malah justru semakin menabah
meriah suasana perayaan Hajat Bumi dengan adanya para pedagang
dan para pengunjung yang menghadiri pesta rakyat tahunan tersebut.
Sedangkan untuk perlengkapan dan keperluan ritual adapun
beberapa perlengkapan yang harus ada dalam prosesi acara Hajat Bumi
Kramat Ganceng yang diantaranya meliputi:
1. Dondang
Dondang merupakan wadah berbentuk persegi empat dengan ukurang 70 x
70 cm dengan atap berbentuk kerucut dan berbentuk rumah-rumahan.
Jumlah dondang yang di gunakan dalam Hajat Bumi berjumlah dua buah.
54
Dondang ini terbuat dari kayu dan dapat di pikul oleh dua orang. Fungsi
dari dondang ini adalah sebagai tempat meletakan kepala kambing beserta
berbagai hidangan sesaji yang diletakan di atas ancak yang akan di arak
dan dikubur.
2. Ancak
Ancak merupaka wadah sesaji bersegi empat yang terbuat dari anyaman
bambu. Alas dari ancak ini adalah daun pisang dan diberi berbagai macam
hisan. Pada bagian ujungnya ancak diberikan tali untuk mengikat dan
menggantungkannya di tempat-tempat tertentu. Dalam hal ini diletakan di
pojok-pojok kampung dan persimpangan-persimpangan jalan. Menurut
bapak Majid ancak memiki filosofis bahwa kita sesama manusia harus
saling berbagi dan berlaku adil kepada sesama manusia lainnya tanpa
membeda-bedakan.
3. Tangkir
Tangkir merupakan wadah sesaji yang terbuat dari daun pisang yang di
bentuk menyerupai mangkok atau wadah. Ukuran tangkir bervariasi
adayang besar maupun kecil dan dibuat sesuai kebutuhan. Biasanya
tangkir di letakan di atas ancak sebagai tempat meletakan sesaji. Adapun
fungsi dari tangkir merypakan wadah pengganti dari mangkok.
4. Sesaji
Secara umum sesaji yang harus ada dalam tradisi Hajat Bumi terdiri dari
dua bagian besar yaitu sesaji pokok dan sesaji pendamping. Sesaji pokok
terdiri dari 6 kepala kambing yang dibungkus dengan kain kafan dan di
55
taburi dengan bunga-bungaan serta di bacakan doa-doa menurut ajaran
islam (Anindyah Ayu Puspitasari 2013:53). Kepala-kepala kambing ini
nantinya akan di arak dan dikubur ditempat-tempat yang telah ditentukan.
Sedangkan sesaji pendamping sifatnya tidak bisa dipisahkan dari sesaji
utama. Sesaji pendamping ini diletakan di atas ancak dan diletakan di
sudut-sudut kampung. Adapun sajian yang harus ada dalam sesaji
pendamping terdiri dari:
1. Nasi kuning atau tumpeng kecil
2. Nasi putih dan nasi kuning yang jumlahnya 14 buah
3. Ketupat yang melambangkan lahir batin manusia
4. Kue lepet, kueh yang terbuat dari beras ketan yang dibungkus dengan
janur atau daun kelapa dengan bentuk melingkar.
5. Ketan uli, panganan yang terbuat dari beras ketan dan santan kelapa
yang dikukus serta ditumbuk
6. Ayam panggang yang terbuat dari ayam kampung
7. Ikan asin goring
8. Ikan bandeng
9. Telur ayam
10. Sate daging kambing mentah
11. Gulai kambing
12. Oseng sayur, yang terdiri dari berbagai jenis sayuran seperti tauge,
kacang panjang, maupun kangkung.
13. Goring-gorengan yang isinya berupa gorengan tempe, tahu, maupun
pisang
14. Kue jajanan pasar yang terdiri dari kue kelepon, kue bugis, kue cucur,
kue pisang dan selendang mayang.
15. Dodol yang terbuat dari beras ketan putih, santan kelapa dan gula
merah
16. Rujak dan aneka manisan yang terdiri dari berbagai macam buah yang
diiris tipis dan disajikan dengan gula merah
17. Kelapa hijau
18. Cerutu dan rokok
19. Kembang dan bunga yang terdiri dari bunga mawar, melati, kenanga
dan irisan daun pandan
20. Dupa dan kemenyan, merupakan media untuk berkomunikasi antara
manusia yang masih hidup dengan roh para leluhur.
21. Aneka minuman yang terdiri dari kopi hitam, teh manis, teh tawar, air
putih, sirup dan susu
22. Beberapa lembar uang kertas dan logam
56
E. Prosesi Pelaksanaan Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng
Perayaan Hajat Bumi Kramat Ganceng diadakan setiap bulan haji
atau jika dalam kalender islam tepatnya diadakan setiap bulan Dzulhijjah
yaitu diatas tanggal 15 dan dibawah tanggal 30 setelah lebaran haji atau
Iedul Adha. Untuk tanggal pastinya tidak pernah ada kepastian karena
selalu diadakan musyawarah terlebih dahulu yang dilakukan oleh para
tetuah adat untuk menetapkan tanggal diselenggarakannya Hajat Bumi.
Pada awalnya tradisi Hajat Bumi berlangsung selama tigs hari bahkan
menurut kesaksian dari beberapa narasumber awalnya Hajat Bumi
dilakukan selama satu minggu penuh namun karena pola kehidupan
masyarakat Jakarta telah banyak mengalami perubahan dalam segi sosial,
ekonomi maupun kepentingan-kepentingan lain kini Hajat Bumi selalu
diadakan selama dua hari yang dimulai dari hari kamis sampai dengan
Jum’at malam.
Biasanya satu minggu menjelang hari perayaan pihak kelurahan
memberikan informasi kepada warga melalui spanduk-spanduk yang
menginformasikan bahwa pada hari Kamis sampai Jum’at akan diadakan
Hajat Bumi. Setelah itu akan diadakan bersih-bersih kampung yang
dilakukan secara serentak dimasing-masing wilayah Rw. Pada saat
pelaksanaan Hajat Bumi warga sangat dilarang melakukan perjudian dan
mabuk-mabukan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang di katakana oleh
Bapak Majid dalam sebuah wawancara yang dilakukan pada tanggal 16
Juni 2016. Beliau mengatakan:
57
“kalo diurut dari pertama, urutanya pertama kelurahan
memberitahu warga bahwa akan diadakan hajat bumi dan
kemudian mengintruksikan warga untuk membersihkan lingkungan
termasuk juga dilarang berjudi selama dua malam (malam Jum’at
dan malam Sabtu). Setelah itu sesepuh dan jurukunci keramat
ganceng memohon agar warga dan kelurahan Pondok Ranggon
diberi keselamatan dan keberkahan. Setelah magrib diadakan acara
mauled Nabi dan santunan anak yatim yang diikuti oleh semua
warga. Setelah itu sambutan ketua adat dan pejabat-pejabat
kelurahan dan disertai ceramah dari kiyayi dan ditutup dengan doa.
Setelah itu acara kumpul-kumpul dan silatuhrahmi antar sasama
warga sampai pagi”.
1. Hari Pertama ( Hari Kamis 22 September 2016)
Pada pelaksanaan hari pertama yaitu hari kamis sesepuh dan juru
kunci makam keramat berdoa kepada Allah SWT agar warga dan
Kelurahan Pondok Ranggon selalu diberikan keselamatan dan keberhan.
Doa bersama ini dilakukan di selasar makam keramat Ganceng. Acara doa
bersama ini biasa dihadiri oleh tokoh masyarakat, kepala instansi
pemerintah dalam hal ini adalah bapak lurah Pondok Ranggon dan bapak
camat Cipayung dan juga para masyarakat sekitar yang mendukung
pelaksanaan acara Hajat Bumi Kramat Ganceng.
Lalu pada malam Jum’at diadakan acara pembukaan perayaan
Hajat Bumi yang diawali dengan acara maulid Nabi dan santunan anak
yatim yang di hadiri oleh seluruh warga Pondok Ranggon. Dalam acara ini
warga secara bersama-sama membaca tahlil dan salawat yang dipimpin
oleh tokoh agama setempat. Seperi acara maulid Nabi di berbagai tempat,
adapun sambutan oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat seperti bapak
Lurah Pondok Ranggon, sesepuh adat dan ceramah agama yang
58
disampaikan oleh kiyayi terkenal dan terakhir ditutup dengan doa bersama.
Hal ini juga diungkapkan oleh bapak Majid dalam sebuah wawancara:
“Setelah itu sesepuh dan jurukunci keramat ganceng memohon
agar warga dan kelurahan Pondok Ranggon diberi keselamatan dan
keberkahan. Setelah magrib diadakan acara maulid Nabi dan
santunan anak yatim yang diikuti oleh semua warga. Setelah itu
sambutan ketua adat dan pejabat-pejabat kelurahan dan disertai
ceramah dari kiyayi dan ditutup dengan doa” (Wawancara pribadi
tanggal 16 Juni 2016).
Setelah seluruh rangkaian acara doa bersama selesai dilaksanakan
maka para hadirin yang dating dibagikan makanan yang kemudiang
mereka santap secara bersamaan dengan diiringi musik marawis. Setelah
seluruh rangkaian acara selesai dilaksanakan Pada waktu malam harinya
diadakan acara kumpul-kumpul dan silaturahmi yang dihadiri hingga
menjelang pagi. Biasanya dalam acara ini hanya dihadiri oleh para bapak-
bapak adapun hal-hal yang dibahas dalam acara kumpul-kumpul ini
biasanya terkait dengan kondisi lingkungan masyarakat dan seputar
pelaksanaan upacara adat yang akan dilaksanakan besok.
2. Hari Kedua (hari Jum’at 23 September 2016)
Pada hari kedua ini acara pertama yang dilakukan adalah pengajian
pengajian majelis taklim Pondok Ranggon yang dihadiri oleh para ibu-ibu
sekelurahan yang dilaksanakan dari pukul 08.00 sampai pukul 10.30
adapun rangkaian acara dalam pengajian ini sama seperti rangkaian
pengajian majelis taklim pada umumnya yang terdiri dari salawatan, doa
bersama meminta keselamatan serta keberkahan yang di panjatkan dengan
59
menggunakan bahasa Arab dan mendengarkan ceramah atau takziah dari
para ustad yang diundang dalam acara tersebut.
Lalu pada hari kedua ini merupakan acara puncak dari keseluruhan
proses ritual Hajat Bumi yaitu acara arak-arakan, peletakan ancak dan
pemendaman kepala kambing. Seperti yang telah dijelaskan diatas ancak
sendiri adalah wadah berbentuk persegi empat yang didalamnya berisi
berbagai sajian makanan. Menurut bapak Wiin Asan Ancak itu sendiri
memiliki arti disetiap bagiannya yangmana ancak berbentuk persegi empat
dan memiliki sisi-sisi yang sama memiliki arti bahwa kita sebagai manusia
harus bersifat adil kepada sesama manusia lain bahakan dengan alam
sekitar sedangkan berbagai sesajian makanan yang ada diatasnya memiliki
arti bahwa kita sesama manusia harus saling saling tolong menolong serta
berbagi dengan sesama.
Sedangkan arti dari pemendaman kepala kambing sendiri menurut
bapak Majid memiliki arti simbolik yaitu untuk mengubur dan memendam
sifat jahat atau sifat buruk yang ada didalam diri manusia. Dalam hal ini
tentu timbul pertanyan mengapa yang dipilih adalah kepala kambing
bukan kepala yang lain padahal di Indonesia sendiri simbol-simbol
kejelekan biasanya di lambangkan dengan binatang-binatang lain
seperti,”monyet, anjing dan babi”. Tentunya pemilihan kepala kambing ini
tidak serta merta dilakukan begitu saja tampa alasan yang jelas. Ternyata
menurut bapak Majid dalam sebuah wawan cara tanggal 16 Juni 2016
beliau mengatakan bahwa pemilihan kepala kambing tak lepas dari
60
pengaruh cerita tentang Nabi Ibrahim yang pada saat itu hendak
menyembelih anaknya sendiri yaitu Nabi Ismail atas perinta Allah SWT
namun kemudian karena ketabahan dan ketawakalan atas perintah Allah
mereka maka Allah memerintahkan untuk mengganti Nabi Ismail yang
hendak di korbankan dengan seekor kambing. Hingga saat ini pristiwa
tersebut masih dilakukan oleh umat muslim yang dikenal dengan hari raya
qurban atau lebaran idul adha dan perayaan hari raya qurban ini juga jatuh
pada bulan Dzulhijjah dimana perayaan Hajat Bumi juga dilaksanakan
pada bulan yang sama. Atas dasar itulah mengapa kemudian yang di pilih
adalah kepala kambing.
Berlanuj pada prosesi acara. Acara arak-arakan kepala kambing
ini berlangsung sekitar pukul 13.00 dimulai dari pendopo Kramat Ganceng
namun sebelumnya dilakukan sambutan dan pelepasan secara simbolik
terlebih dahulu oleh bapak Luranh dari depan kantor kelurahan. Hal
tersebut dikarnakan seluruh persiapan dipusatkan di pendopo Kramat
Ganceng dan jalur arank-arakan dimulai dari makam Kramat Ganceng
kemudian melewati depan kantor Kelurahan Pondok Ranggon yang
kemudian arak-arakan berjalan keliling kampung dengan diiringi dengan
musik tanjidor.
Penanaman kepala kambing yang pertama di lakukan di keramat
Ganceng. Khusus untuk pemendaman kepala kambing di kramat Ganceng
tidak boleh ada satu orangpun yang tau dimana lokasi pemendaman kepala
kambing tersebut. Setelah pemendaman kepala kambing selesai
61
dilaksanakan di Kramat Ganceng barulah arak-arakan bergerak menuju
perbatasan kampung dengan menggunakan mobil. Pada awalnya memang
arak-arakan dilakukan dengan berjalan kaki dari kramat Ganceng, namun
seiring perkembangan zaman dan semakin mudahnya akses kendaraan kini
rombongan arak-arakan tidak lagi berjalan kaki melainkan diangkut
menggunakan mobil. Khusus masyarakat yang ingin mengikuti arak-
arakan dan tidak membawa kendaraan bermotor disana disediakan mobil-
mobil yang digunakan khusus untuk mengantar arak-arakan dan siapapun
bebas menaikinya tanpa dipungut biaya.
Prosesi arak-arakan ditandai dengan membakar petasan sebagai
tanda bahwa arak-arakan sudah mulai bergerak. Acara arak-arakan ini
juga di iringi dengan music tanjidor yang di mainkan selama perjalanan
menuju lokasi pemendaman kepala kambing dan pelentakan ancak. Lokasi
pemendaman kepala kambing yang kedua berada di perbatasan kampung
yaitu di pertigaan Herang. Pertigaan herang terletak persis di sebelah TPU
Pondok Ranggon dan menjadi pertigaan penghubung antara jalan
alternativ cibubur, jalan menuju Kranggan dan menuju Pondok Ranggon
itu sendiri.
Setelah rangkaian acara selesai dilaksanakan di perbatasan
kampung selanjutnya arak-arakan bergerak menjuu lokasi pemendaman
kepala kambing yang terakhir yaitu di kramat Ampel. Lokasi kramat
Ampel ini berada di tengah-tengah kampung Pondok Ranggon. Suasana di
Kramat Ampel tidak kalah meriahnya dengan suasana yang ada di Pendopo
62
Kramat Ganceng. Masyarakat sekitar sering menyebut kramt Ampel ini
dengan sebutak kramat bambu, hal ini dikarnakan di kramat ampel banyak
sekali ditumbuhi tanaman bambu yang sangat rindang.
Ketika rombongan arak-arakan datang di kramat Ampel mereka
disambut dengan ledakan-ledakan petasan yang menjadi ciri khas
masyarakat Betawi dalam menyambut tamu kehormatan. Proses
pemendaman kepala kambing di kramat Ampel ini juga tak berbeda
dengan penanaman kepala kambing di kramat Ganceng dan Pertigaan
Hrang yang diawali oleh penyerahan kepala kambing yang berada di
dalam dondang yang kemudian kepala kambing tersebut dibacakan doa-
doa tertentu lalu kemudian dikuburkan di dalam lubang yang telah
disediakan.
Selain penenanaman kepala kambing adapun peletakan ancak.
Ancak ini diletakan di perbatasan kampung dan berisi berbagaimacam
makanan, buah-buahan dan kueh-kuehan. Menurut bapak Wiin Asan
dalam sebuah wawancara yang dimaksud ancak adalah wadah persegi empat
yang isinya berbagai macam makanan, buah-buahan dan kueh-kuehan yang di
letakan di setiap pebatasan kampung maupun kramat Ganceng dan Kramat
Ampel. Setelah seluruh rangkaian upacara adat selesai dilaksanakan maka
acara berikutnya adalah acara makan bersama yang diikuti oleh seluruh
panitian dan para warga yang datang dan mengikuti seluruh rangkaian
acara adat. Makanan-makanan yang di suguhkan dalam acara makan
bersama di kramat Ampel ini sangat beragam jenisnya mulai dari gulai
63
kambing, nasi kuning, nasi ketan, sate kabing dan berbagaimacam jenis
kue-kuean tradisional lainnya yang masa seluruh hidangan tersebut bebas
disantap oleh siapa saja baik itu panita pelaksana, tamu undangan maupun
seluruh masyarakat yang hadir termasuk saya sebagai peneliti dalam hal
ini.
Setelah acara makan-makan selesai diadakan acara selanjutnya
adalah acara hiburan berupa pertunjukan tarian jaipong hingga menjelang
sore hari. Setelah acara jaipongan selesai biasanya para pemuda
melakukan bersih-bersih kramat dari sampah-sampah yang tersisa selepas
acara Hajat Bumi. Dalam pelaksanaan bersih-bersih kramat tersebut saya
sebagai peneliti yang notabennya adalah tamu dari luar juga ikut
berpartisipasi membantu pelaksanaan bersih-bersih kramat. Hingga
menjelang sore hari tepatnya pukul 16.00 di selenggarakan acara panjat
pinang yang diadakan di sebuah lapangan yang lokasinya tak jauh dari
pendopo Kramat Ganceng.
Pada malam harinya dilanjutkan dengan acara pesta dan berbagai
pagelaran kesenian khas Betawi dan Sunda. Acara pesta ini tergolong
acara hiburan rakyat yang bisa dihadiri oleh siala saja. Adapun hiburan
rakyat yang terdapat pada acara Pesta Ganceng menurut bapak Wiin Asan
antara lain adalah wayang golek, topeng betawi, jaipongan, dangdutan dan
gambang keromong yang diselenggarakan hingga menjelang pagi. Selain
berbagai acara hiburan rakyat tersebut adapula pasar malam atau pasar
rakyat. Pasar rakyat ini sudah ada dari zaman dahulu dan masih terus ada
64
hingga saat ini. Hal yang membedakan antara pasar rakyat dahulu dan
sekarang adalah jenis barang dagangan yang ditawarkannya.
Dahulu komoditi yang dijajahkan dalam pasar rakyat ini berupa
makanan-makanan khas betawi, dan berbagai hasil kebun seperti buah-
buahan dan sayuran. Namun seiring perkembangan zaman dan semakin
berkembangnya kebutuhan masyarakat maka kini pasar rakyat Pesta
Ganceng tidak hanya menjual hasil kebun dan makanan tradisional saja
melainkan juga menjual berbagai barang seperti perabotan rumahtangga,
mainan anak-anak dan berbagai perabotan harian lainnya. hal tersebut
dapat dibuktikan melalui sebuah wawancara pribadi yang dilakukan pada
tanggal (23 September 2016) oleh bebrapa pedagang yaitu ibu Jinten dan
Agus serta dokumentasi sebagai berikut:
“Klo saya biasanya jualan kueh-kuehan a, kaya ini niih cucur,
lepet, sama kueh cerocot paling” (Wawancara Pribadi 23
September 2016).
“Yaa gini aja bang baju-baju sama daleman” (Wawancara Pribadi
23 September 2016).
Para pedagang tersebut memanfaatakan ajang tradisi Hajat Bumi
Kramat Ganceng sebagai ajang untuk mencari keuntungan atau mencari
tambahan pendapatan dengan menjual berbagai barang keperluan rumah
tangga. Hal ini diperkuat oleh kepercayaan masyarakat tentang Hajat Bumi
yang mengatakan bahwa mereka harus mengeluarkan uang atau sedekah
pada saat Hajat Bumi dengan tujuan untuk memperlancar rezeki dan
65
menghindari marabahaya. Hal tersebut juga sesuai dengan pernyataan Ibu
Aci, yang menyatakan:
“kita mah gatau deeh. Emang dari dulu udah tradisinya begitu.
Kalo kita mah ikut aja. Palingan sama nonton doang terus beli-
beli jajanan kan kalo pesta ganceng banyak orang yang jualan
macem-macem disitu. Tapi kalau orang yang beber-bener percaya
yaaa, mereka tuh wajib ngeluarin uang bangsa limaribuaan untuk
belanja waktu dateng ke pesta” (Wawancara pribadi 11 Agustus
2016).
Atas dasar kepercayaan-kepercayan itulah maka para pedagang
yang berjualan pada saat Hajat Bumi jumlahnya semakin bertambah dari
tahun ke tahun dan komoditi yang mereka jual semakin beragam sehingga
menambah meriah suasana pada saat perayaan tradisi tersebut. Namun ada
sedikit catatan jika kita ingin menghadiri acara pasar rakyar yang di
selenggarakan di sekitar kramat ganceng. Jika kita ingin berkeliling
melihat-lihat pasar rakyat di sana sebaiknya kita memarkirkan kendaraan
agak sedikit di luar area pasar rakyat, hal ini dikarnakan jalan disekitar
area pasar rakyat sangat ramai dengan lalulalang pembeli dan pedagang
sehingga sangat sulit untuk berkeliling menggunakan kendaraan bermotor.
66
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Motif Tindakan Masyarakat Berpartisipasi Dalam Tradis Hajat Bumi
Kramat Ganceng
Dalam bab sebelumnya telah dipaparkan tentang asalusul dan
prosesi ritual yang diadakan dalam tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng.
Mengacu pada pertanyaan yang telah diajukan diatas maka dalam bagian
ini penulis akan mencoba menjelaskan tentang motif tindakan seseorang
untuk berpartisipasi dalam tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng dengan
menggunakan teori tindakan sosial yang dikemukakan oleh Marx Weber.
Dalam konsep tindakan yang dikemukakan Weber “tindakan” merupakan
seluruh tingkahlaku manusia, sejauh dan pada saat tindakan tersebut
terkait dengan makna subyektif (Maliki, 2012: 263). Weber
mendefinisikan tindakan dengan dengan istilah verstehen atau dapat
diartikan sebagai pemahaman subyektif. Tindakan dapat berdimensi sosial
sejauh makna subjektif tersebut terkait dengan masyarakat kerena dalam
tindakan-tindakan individu tersebut seseorang mempertimbangkan prilaku
orang lain dan mengarahkan pada sebab-sebab tindakannya.
Dalam kaitannya dengan penelitian kali ini penulis akan mencoba
menjelaskan apa sebenarnya motif yang mendasari seseorang ikut
berpartisipasi dalam tradisi Hajat Bumi yang ditinjau melalui tindakan
individu yang dikatagorikan kedalam empat tipologi tindakan yang
67
dikemukakan oleh Weber diantaranya instrumentally rational, value
rational, affectual, dan traditional. Berdasarkan data yang telah didapat
dilapangan maka dapat dikatakan bahwa motif seseorang menghadiri acara
tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng dapat dilihat melalui empat tipe
tindakan yang dilakukan individu yang dikemukakan Weber yang
meliputi:
1. Instrumental Rational (Tindakan yang berorientasi tujuan)
Sesuai dengan pertanyaan dan data-data yang telah di dapat
dilapangan didapatkan fakta bahwa salah satu motif seseorang menghadiri
dan ikut berpartisipasi dalah tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng adalah
karna ada hal-hal tertentu yang ingin dituju. Biasanya motif tindaan
Instrumental Rational ini tercermin dalam sikap pedagang yang menggelar
dagangannya pada saat Hajat Bumi diadakan. Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa para pedagang yang menghadiri tradisi Hajat Bumi
hanya memanfaatkan acara tersebut untuk tujuan kepentingan-kepentingan
pribadi mereka semata. Mereka melakukan tindakan tersebut dengan
mengacu pada pertimbangan-pertimbangan dan konsekuensi yang mereka
terima atas tindakan yang mereka lakukan tersebut.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan beberapa pedagang yang
berjualan pada saat acara Hajat Bumi yaitu ibu Jinten (50) dan Agus (29).
Mereka mengelar dagangan mereka pada saat Hajat Bumi Kramat
Ganceng karena menganggap bahwa melalui acara tersebut mereka
68
mendapatkan penghasilan yang lebih banyak dibandingkan ketika mereka
berjualan pada momen-momen lain seperti menggelar dagangan mereka
pada saat gelaran bazar. Walaupun mereka harus mngeluarkan uang sewa
lapak atau tempat berdagang yang harganya lumayan mahal mereka
menganggap besarnya uang sewa lapak yang mereka keluarkan sebanding
dengan penghasilan yang mereka terima.
Tindakan-tindakan para pedagang tersebut ternyata mendapatkan
respon yang positif dari para pengunjung yang menghadiri acara Pesta
Ganceng tersebut. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan ibu Ina dalam
sebuah wawancara berikut:
“Terus kan kalo pas acara Pesta kan banyak orang-orang yang
dagang juga tuh kita mah seneng aja gitu beli-beliin dagangan
mereka soalnya kan enak macem-macem barang juga ada disitu.
Tapi kalo buat orang sini yang udah percaya banget mah kalo
mereka dh dateng ke acara pesta itu wajib ngeluari duit bangsa
seribu dua ribu gitu. Katanya sih buat sedekah biar makin banyak
rejekinya.” (Wawancara Pribadi 03 Agustus 2016).
Dari penjelasan tersebut maka dapat dikatakan bahwa para
pedagang yang menjajahkan berbagai dagangannya pada saat acara
tersebut berlangsung hanya memanfaatkan keramaian pada saat Hajat
Bumi. Mereka memanfaatkan momen Hajat Bumi Kramat Ganceng hanya
sebagai alat untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya dan semua
tindaka-tindakan para pedagang tersebut mendapat respon dari masyarakat
dengan cara membeli barang dagangan mereka dengan berbagai alasan
seperti bahwa keberadaan mereka memberikan kemudahan dalam
berbelanja kebutuhan sehari-hari hingga alasan-alasan yang bersandar
69
pada mitos-mitos yang berkembang dimasyarakat seperti yang dikatakan
salah seorang informan Ibu Ina (48) yang mengatakan bahwa:
“kalo buat orang sini yang udah percaya banget mah kalo mereka
dateng ke acara pesta itu wajib ngeluari duit bangsa seribu dua
ribu gitu. Katanya sih buat sedekah biar makin banyak
rejekinya”(wawancara pribadi 03 Agustus 2016).
Jadi dapat dikatakan bahwa masyarakat datang dan membeli
barang-barang yang dijual para pedagang dalam acara Hajat Bumi Kramat
Ganceng bukan hanya dilakukan karena kebutuhan-kebutuhan akan barang
yang dibeli tersebut melainkan ada faktor lain yang mendorong
masyarakat untuk melakukan tindakan mebeli barang-barang dagangan
tersebut yaitu karena adanya faktor kepercayaan yang telah tertanam
dalam diri mereka secara turun-temurun yang mereka yakini.
2. Value Rational (Tindakan yang berorientasi nilai)
Mengacu pada data dan temuan yang telah didapat ditemukan fakta
bahwa motif seseorang menghadiri dan ikut berpartisipasi dalam tradisi
Hajat Bumi dikarnakan mereka menganggap dalam tradisi tersebut
terdapat hal-hal yang mereka anggap baik dan patut mereka lakukaan atau
yang disebut dengan Weber dalam tindakan yang berorientasi pada nilai
(value rational).
Masyarakat Pondok Ranggon hingga sekarang masih tetap
melakukan tradisi tahunan yang telah ada sejak zaman dahulu tersebut
dikarnakan mereka meyakini bahwa dalam tradisi Hajat Bumi Kramat
Ganceng terdapat nilai-nilai baik yang terdapat didalamnya yang mereka
70
yakini bersama. Mereka meyakini bahwa dalam tradisi Hajat Bumi
sebenarnya tidak menyimpang dari ajaran-ajaran agama islam dan tidak
tergolong dalam katagori kegiatan-kegiatan yang berbau musrik. Mereka
menganggap bahwa tatanan pelaksanaan tradisi tersebut menyiratkan
kebaikan-kebaikan yang ada didalamnya seperti yang dikatakan oleh
informan bapak Majid (77) yang megatakan:
“jurukunci keramat ganceng memohon agar warga dan kelurahan
Pondok Ranggon diberi keselamatan dan keberkahan. Setelah
magrib diadakan acara maulid Nabi dan santunan anak yatim yang
diikuti oleh semua warga. Setelah itu sambutan ketua adat dan
pejabat-pejabat kelurahan dan disertai ceramah dari kiyayi dan
ditutup dengan doa. Setelah itu acara kumpul-kumpul dan
silatuhrahmi antar sasama warga sampai pagi. Lalu paginya
dilanjutkan dengan acara pengajian ibu-ibu. Barulah setelah salat
Jum’at diadakan acara adat yaitu arak-arakan kepala kambing dan
hidangan (ancak). Berbentuk segi empat yang berisi berbagai
sesajian makanan yang diletakan di perempatan jalan. Makna dari
ancak ini sendiri adalah pertama bahwa manusia dianjurkan untuk
saling berbagi dan sedekah di hari-hari tertentu seperti ikut qurban
dan zakat. Kedua, karna ancak berbentuk kubus yang keempat
sisinya sama memiliki makna bahwa manusia harus memiliki sifat
adil kepada sesame manusia. Kemudian dilanjutkan dengan
penanaman kepala kambing. Penanaman kepala kambing ini
memiliki makna untuk memendam dan mebuang sifat binatang
yang ada dalam diri manusia. Lalu jika ditanya kenapa harus
kepala kambing itu karena merujuk kepada kisah nabi Ismail yang
akan disembelih dan kemudian oleh Allah digantikan oleh
kambing.”(Wawancara pribadi 16 Juni 2016).
Dari kutipan wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa pada
tahapan-tahapan tradisi Hajat Bumi Pesta Ganceng sebenarnya banyak
mengisyaratkan kebaikan-kebaikan yang ada dalam proses ritualnya
dimana dalam tradisi tersebut masyarakat menggelar doa bersama dengan
tujuan memohon keselamatan kepada Allah SWT. Setelah itu dalam
prosesi acara tersebut juga diadakan maulid Nabi yang diperingatkan
71
dengan tujuan mengingat perjuangan baginda Rasulullah SAW dalam
menyiarka ajaran agama islam.
Sebenarnya dalam tradisi masyarakat Indonesia sendiri maulid
Nabi bisa dilakukan kapan saja tidak ada waktu dan tanggal baku dalam
pnetapan acaranya. Namun dalam hal ini terdapat alasan tersendiri
mengapa acara Maulid Nabi di kelurahan Pondok Ranggon diadakan pada
saat perayaan Hajat Bumi Kramat Ganceng. Hal ini dikarnakan pada saat
Hajat Bumi berlangsung biasanya masyarakat Pondok Ranggon selalu
berkumpul dan sekaligus memohon kepada Allah SWT agar acara Hajat
Bumi Kramat Ganceng dapat berjalan dengan lancar tanpa ada kendala.
Dalam acara maulid Nabi tresebut tentunya juga diisi dengan berbagai
kegiatan-kegiatan yang mengacu pada ajaran islam seperti, salawatan,
mendengar ceramah tentang agama dan santunan kepada anak yatim dan
janda renta.
Selain dilatarbelakangi oleh dalil-dalil agama yang diyakini
masyarakat itu benar, mereka melakukan tradisi Hajat Bumi juga karna
dilandaskan pada nilai-nilai kekerabatan yang ada dalam masyarakat.
dalam hal ini masyarakat berpartisipasi dalam tradisi Hajat Bumi Kramat
Ganceng karena pada tradisi tersebut terdapat nilai-nilai sosial yang tinggi
dimana masyarakat memanfaatkan tradisi tersebut sebagai media
silaturahmi dan menimbulkan rasa kebersamaan dalam masyarakat. hal ini
sesuai dengan apa yang dikatakan oleh beberapa narasumber seperti yang
dikatakan bapak Idris Wiin Asan (71) yang mengatakan bahwa Pesta
72
Ganceng memiliki makna sebagai ajang silaturahmi antar warga yang
mana jika saat pelaksanaan Hajat Bumi biasanya warga itu selalu
ngeluangin waktu buat dateng, sampai-sampai yang tinggal diluar kota
kadangan sering pulang ke Pondok Ranggon untuk ikut acara itu”
(Wawancara Pribadi dengan bapak Wiin Asan 16 Juni 2016).
Disamping terdapat budaya silaturahmi yang terbangun dari tradisi
Hajat Bumi tersebut ditemukan adanya budaya saling tolong-menolong
dan gotong royong antar sesama warga yang tercermin dalam tradisi
tahunan tersebut. Dalam hal ini cermin budaya gotong royong itu
tergambar dari kesediaan warga memberikan bantuan baik materil maupun
tenaga mereka secara sukarela demi terselenggaranya tradisi Pesta
Ganceng. Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari informan Rifky (21)
selaku pemuda Pondok Ranggon yang menyatakan:
“Kalo untuk pemuda sih Hajat Bumi itu sebagai ajang kumpul-
kumpul pemuda sepondok ranggon dan yang tujuan pesta ganceng
itu bagi pemuda adalah untuk meningkatkan rasa solidaritas.
Karena kalo ada acara Hajat Bumi biasanya pemuda-pemuda dari
Rw 01-05 pasti ngumpul tuh buat ikut serta, kaya bersih-bersih
keramat, bikin janur, sama ngawal arak-arakan”(Wawancara
Pribadi 16 Juni 2016).
Selain itu adapun pernyataan warga yang menyatakan bahwa
mereka juga ikut berpartisipasi dengan cara memberikan bantuan secara
finansial seperti yang dikatakan oleh ibu Ina yang menyatakan bahwa
sebelum diadakan pesta Ganceng diadain sumbangan dulu per RT secara
sukarela tapi kalau gak ngasi juga gak masalah karna pemungutan
73
sumbangan itu dilakukan secara suka rela tanpa paksaan
sedikitpun(Wawancara dengan Ibu Ina 03 Agustus 2016)
Dari penjelasan yang telah dipaparkan diatas dapat dikatakan
bahwa masyarakat Pondok Ranggon meyakini bahwa mereka melakukan
teradisi tahunan tersebuat karena dilandasakan pada nilai-nilai yang
mereka anggap benar dan sesuai dengan dalil-dalil agama yang mereka
yakin benar. Berangkat dari pemahaman nilai-nilai tentang hal yang
dianggap benar tersebut maka dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
masyarakat menghadiri dan ikut berpartisipasi dalam acara tersebut karena
didasarkan pada keyakinan merek akan hal-hal yang dianggap benar itu
yang bersumber dari ajaran-ajaran agama tanpa mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian atas tindakan yang mereka lakukan atau dalam
istilah yang diberikan Weber tindakan tersebut masuk dalam golongan
tindakan yang berorientasi pada nilai atau value rational.
3. Traditional (Tindakan Tradisional)
Dalam bentuk tindakan tradisional menurut Weber seseorang
melakukan tindakan atas dasar kebiasaan-kebiasaan yang telah mendarah
darah daging dan berlasung secara turun-temurun. Seperti yang sudah
dijelaskan bahwa biasanya masyarakat perkotaan terutama masyarakat
Jakarta sudah memiliki pikiran-pikiran yang rasional namun dalam hali ini
ternyata sebagaian masyarakat Pondok Ranggon masih sangat mengantut
pola-pola pikir yang dapat dikatakan masih mempercayai hal-hal yang
74
mistis terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan tradisi Hajat Bumi
Kramat Ganceg. Sebagian orang percaya “apabila Hajat Bumi tidak
diadakan maka akan ada bencana yang menimpa masyarakat Pondok
Ranggon seperti ada keluarga yang meninggal atau bencana alam lain
yang menimpa Pondok Ranggon” (wawancara dengan Nadilah, 03
Agustus 2016).
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, masyarakat Pondok
Ranggon hingga saat ini masih terus melaksanakan tradisi Hajat Bumi
Kramat Ganceng karena mereka menganggap tradisi tahunan tersebut
sudah menjadi bagian dari hidup mereka dan sudah dilakukan secara turun
temurun dari generasi ke generasi walaupun pada kenyataannya masih
banyak masyarakat Pondok Ranggon yang tidak mengetahui tentang asal-
ususul diadakannya tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng serta tidak
mengetahui siapa orang pertama yang melaksanakan tradisi Hajat Bumi
tersebut. Masyarakat Pondok Ranggon hanya meyakini bahwa
pelaksanaan tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng hanya dilakukan dengan
tujuan untuk memanjatkan syukur atas rizki yang diterima dan
diimaksudkan agar Pondok Ranggon selalu diberikan keselamatan. Hal ini
dapat dibuktikan dari seorang narasumber yang menyatakan:
“Kalo yang pertama kali ngadain pesta Ganceng itu sendiri saya
tidak tahu. Yang saya tahu Ganceng itu sendiri adalah nama orang
jaman dulu. Yaaa kalau kata orang sini mah dia itu sesepuh. Yaaa
yang saya ketahui siih tujuannya hanya sukuran hasil bumi aja.
Terus kalau tidak dilakukan katanya akan ada bencana. Kalau kata
orang sini untuk buang sial” (Wawancara Pribadi dengan Nadilah
03 Agustus2016).
75
Mereka percaya bahwa dengan diselenggarakannya tradisi Hajat
Bumi Pesta Ganceng mereka akan senantiasa diberikan keselamatan dan
kemudahan rezeki dari Allah SWT. Bentuk-bentuk tindakan yang
dilakukan masyarakat Pondok Ranggon ini hanya didasarkan pada
kepercayaan dan tradisi yang sudah ada sejak dahulu dan dilakukan secara
turun temurun seperti tercermin dalam prosesi ritual peletakan “ancak
(wadah persegi empat berisi berbagai hidangan makanan) yang di letakan
di setiap perempatan kampung yang memiliki arti bahwa kita sebagai
manusia harus saling berbagi dan adil sesama manusia dan penanaman
kepaka kambing yang ada dalam Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng
yang memiliki arti untuk memendam sifat jahat yang ada dalam diri
manusia” (Wawancara dengan Bapak Wiin Asan taggal 16 Juni 2016).
Selain dari segi ritualnya motif tindakan masyarakat Pondok
Ranggon ikut berpartisipasi dalam acara Hajat Bumi dikarnakan ada
mitos-mitos yang berkembang dimasyarakat bahwa kita harus memberikan
sumbangan setiapkali Hajat Bumi dilakukan tujuannya adalah “untuk
meminta selamat serta minta terus dilancarin rejekinya. Jadi orang-orang
sini kalo ada pesta pasti suka ngasih gede-gedean yang percaya banget.
Malah ada orang yang semaleman zikiran di keramat Ganceng situ”
(Wawancara dengan Ibu Nurlela Wati, 11Agustus 2016).
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa terdapat motif
tindakan tradisional yang di lakukan masyarakat Pondok Ranggon untuk
menghadiri dan berpartisipasi dalam acara Hajat Bumi Kramat Ganceng.
76
Masyarakat Pondok Ranggon tetap melaksanakan tradisi Hajat Bumi Pesta
Ganceng karena dilandaskan pada kebiasaan-kebiasan yang telah
diwariskan secara turun-temurun yang memikliki tujuan tertentu yaitu
untuk meminta keselamatan dan dimudahkan dalam mencari rizki. Berkat
anggapan dan kepercayaan-kepercayaan tersebut maka dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa kebiasaan secara turun-temurun itu dapat menjadi faktor
yang medasari seseorang untuk datang dan ikut berpartisipasi dalam acara
tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng sehingga melalui tradisi tersebut
dapat tercipta interaksi dan sosialisasi antar sesama warga. Dengan
demikian asumsi-asumsi tersebut maka tradisi Hajat Bumi Kramat
Ganceng dapat bertahan.
4. Tindakan affectual
Tindakan affectual ini adalah tindakan yang dilakukan oleh
individu yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kejiwaan dan perasaan
individu tersebut akan suat hal. Motif tindakan orang-orang dari luar
kelurahan Pondok Ranggon maupun warga pendatang yang menghadiri
dan ikut berpartisipasi dalam perayaan tradisi Hajat Bumi Kramat
Ganceng dengan tanpa memiliki tujuan apapun dan hanya didasarkan pada
rasa penasaran dan empati semata dapat dikatagorikan masuk dalam
tindakan affectual. Hal ini dikarnakan mereka berpartisipasi dalam acara
tersbut hanya karna dilandaskan pada kondisi-kondisi diri mereka yang
hanya merasa penasaran dan hanya ingin sekedar ingin mengetahui seperti
77
apa sebenarnya tradisi Hajat Bumi Pesta Ganceng dilakukan tanpa maksud
dan tujuan tertentu.
Selain itu biasanya dalam pelaksanaan tradisi Hajat Bumi Kramat
Ganceng masyarakat asli Pondok Ranggon memberikan sumbangan
mereka secara suka rela untuk menyelenggarakan tradisi Hajat Bumi
tersebut. Namun dalam hal ini masyarakat yang notabennya bukan
merupakan masyarakat asli Pondok Ranggon sebenarnya tidak diwajibkan
memberikan sumbangan mreka, namun karna mereka sudah hidup di
lingkungan Pondok Ranggon dan sudah berbaur dengan masyarakat asli
disana maka dalam hal ini mereka mencoba ikut merasakan dan
menganggap bahwa acara Hajat Bumi Kramat Ganceng juga merupakan
bagian dari dirinya.
Atas dasar itulah maka dalam hal ini dapat dikatakan bahwa salah
satu motif masyarakat Pondok Ranggong ikut berpartisipasi dalam tradisi
Hajat Bumi Kramat Ganceng adalah karna masyarakat pendatang di
kelurahan pondok Ranggon yang notabennya bukan merupakan
masyarakat asli Pondok Ranggon ikut berpartisipasi dalam acara tersebut
hanya didasari pada kondisi-kondisi perasaannya yang seakan-akan ikut
merasakan betapa pentingnya acara tersebut untuk mereka.
B. Fungsi Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng
Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya tujuan awal
diadakannya tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng adalah sebagai ucapan
78
rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil bumi yang telah diterima
masyarakat Pondok Ranggon dan sebagai ritual meminta keselamatan
untuk kampung Pondok Ranggon. Seperti yang kita ketahui bahwa pada
zaman dahulu masyarakat Betawi terutama masyarakat Pondok Ranggon
mendapatkan penghasilan dari berkebun dan bertani atas dasar itulah maka
tradisi Hajat Bumi diadakan.
Dalam konteks ucapan rasa syukur dan memohon keselamatan ini
adapun fungsi tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng adalah sebagai sarana
atau prantara simbolik dari doa-doa yang dipanjatkan oleh warga Pondok
Ranggon yang tercermin dalam ritual-ritual yang dilakukannya berupa
pemendaman kepala kambing dan peletakan sesaji ancak. Namun
disamping fungsi Hajat Bumi Kramat Ganceng sebagai prantara rasa
syukur masyarakat kepada sang pencipta ternyata terdapat fungsi lain yang
tersirat dalam tradisi tahunan masyarakat Pondok Ranggon ini. Selain
dimanfaatkan oleh masyarakat Pondok Ranggon itu sendiri ternyata dalam
tradisi tersebut juga banyak dimanfaatkan oleh komunitas-komunitas yang
berasal dari luar Pondok Ranggon yang memanfaatkan tradisi tahunan
tersebut untuk kepntingan mereka misalnya komunitas kesenian Betawi
seperti grup musik tanjidor, kelompok kesenian penari jaipong, dan
komunitas peedagang pasar rakyat (pasar malam) yang tak ketinggalan
ikut meramaikan acara tersebut. Jadi dalam hal ini dapat dilihat bahwa
sebenarnya terdapat fungsi lain dari tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng
79
bagi masyarakat dan komunitas dari luar Pondok Ranggon itu sendiri
diantaranya:
1. Fungsi Sosial Dalam Tradis Hajat Bumi Kramat Ganceng
Dalam hasil observasi dan wawancara dengan warga dan para
penyeleggara tradisi Hajat Bumi penulis menemukan bahwa ternyata
tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng memiliki fungsi sosial bagi
masyarakat. Yang dimaksud dengan fungsi sosial disini adalah ketika
masyarakat Pondok Ranggon dan sekitarnya memanfaatkan ajang tradisi
Hajat Bumi Kramat Ganceng sebagai ajang bersosialisasi serta menjadikan
ajang tradisi Hajat Bumi sebagai media bersilaturahmi dengan orang lain
dan membangun rasa kebersamaan serta gotong royong antar sesama
warga.
Bentuk kebersamaan ini dapat dilihat dari upaya masyarakat
Pondok Ranggon untuk saling membantu dalam hal tenaga maupun
materil (uang) dalam upaya untuk mensukseskan acara tahunan tersebut.
Hal ini diperkuat oleh pernyataan yang dikemukakan oleh tokoh
masyarakat yaitu bapak Majid yang mengatakan bahwa warga asli Pondok
Ranggon wajib sedekah uang maupun makanan yang dia punya untuk
pesta, namun kalau warga pendatang tidak diwajibkan namun biasanya
mereka sering memberikan secara sukarela. Bisanya masyarakat
berkontribusi memberikan sumbangan secara sukarela untuk pelaksanaan
pesta ini. Bahkan ada juga yang sampai menyumbang puluhan juta hanya
80
demi acara Hajat Bumi”(Wawancara pribadi dengan Bapak Majid 16 Juni
2016).
Selain uang, sebagian masyarakat Pondok Ranggon termasuk para
pemuda juga tidak ketinggalan untuk memberikan kontribusi mereka dan
ikut membantu dari segi tenaga seperti yang dilakukan oleh Rifky sebagai
tokoh pemuda Kelurahan Pondok Ranggon yang mengatakan:
“Biasanya kontribusi pemuda itu klo pemuda asli Pondok Ranggon
itu biasanya harus jadi panitia yaa paling ikut bantu-bantu nyiapin
acara laah kaya bersih-bersih keramat, ikut ngebuat janur, terus
ngebuat dondang (tempat meletakan kepala kambing waktu
diarak)” (Wawancara Pribadi 16 Juni 2016).
Adapun salah satu tokoh masyarakat yaitu bapak Wiin Asan selaku
ketua Rw 05 yang sering terlibat langsung pada saat pelasanaan Hajat
Bumi Kramat Ganceng mengatakan bahwa partisipasi dan rasa
kebersamaan masyarakat Pondok Ranggon khususnya masyarakat RW 05
dapat terliha pada saat perayaan Hajat Bumi yang digambarkan dengan
bantuan dari warga yang mana setiap warganya selalu nyediain makanan
biasanya berupa tumpengan, ada yang bawa buah-buahan selain itu juga
ada yang memberi bantuan dana seiklasnya yang dikumpulin untuk acara
pesta dikeramat Ampel (Wawancara dengan Bapak Wiin Asan, 16 Juni
2016).
Fungsi sosial ini juga dapat tercermin dalam masyarakat Pondok
Ranggon yang menjadikan Tradisi Hajat Bumi sebagai ajang silaturahmi
dan kumpul-kumpul anatar warga. Biasanya pada saat perayaan Hajat
81
Bumi warga asli Pondok Ranggon selalu menyempatkan diri untuk datang
keacara tahunan tersebut dengan berbagai alsan walaupun mereka sedang
bekerja di daerah lain. Dengan kata lain dalam hal ini Hajat Bumi kramat
Ganceng dapat berfungsi sebagai ajang untuk berinteraksi dan saling
bersilaturahmi antar sesama warga. Bahkan menurut kesaksian dari bapak
Idris mengatakan bahwa anaknya yang tinggal di kalideres sampai
menyempatkan pulang ke Pondok Ranggon hanya demi menyaksikan
secara langsung tradisi Hajat Bumi. Dia menganggap bahwa tradisi Hajat
Bumi Kramat Ganceng merupakan sebuah tradisi yang dianggap seperti
tradisi lebaran pada masyarakat muslim. Selain itu dalam plaksanaan
tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng biasanya banyak warga yang
meluangkan waktu untuk datang keacara tersebut (Wawancara dengan
bapak Idris, 11 Agustus 2016).
Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa tradisi Hajat Bumi
Kramat Ganceng memiliki fungsi sosial tersendiri bagi masyarakat Pondok
Ranggon Jakarta Timur, yang mana fungsi sosial tersebut dapat dilihat dari
bentuk partisipasi secara langsung masyarakat dalam membantu persiapan
pelaksanaan acara serta mendukung acara tersebut secara finansial atau
memberikan bantuan berupa sumbangan uang serta tenaga secara sukarela.
Selain itu fungsi Hajat Bumi Kramat Ganceng dapat juga diartikan sebagai
ajang silaturahmi antar sesama warga khususnya warga Pondok Ranggon.
Masyarakat Pondok Ranggon yang mayoritas memeluk agama
islam dan berpegang teguh pada ajaran islam. Dalam ajaran isal
82
disebutkan bahwa pentingnya silaturahmi selain untuk menjaga hubungan
baik dengan sesama warga juga diyakini memiliki manfaat lain yaitu
sebagai pelancar rizki dan membuat umur panjang seperti seperti sabda
Rasullallah SAW.
“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjngkan
umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”(H.R.
Bukhari dan Muslim).
2. Fungsi Ekonomi Dalam Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng
Selain memiliki fungsi sosial bagi masyarakat. Tradisi Hajat Bumi
Kramat Ganceng juga memiliki fungsi ekonomi bagi sebagian orang dan
komunitas yang menghadiri dan terlibat langsung dalam acara tahunan
tersebut terutama komunitas pedagang pasar rakyat (pasar malam). Dalam
penelitian ini yang di maksud dengan fungsi ekonomi adalah ketika para
warga maupun pengunjung yang menghadiri acara Hajat Bumi Kramat
Ganceng memanfaatkan acara tersebut sebagai ajang untuk mencari
keuntungan semata. Dalam hal ini bagi sebaian orang tradisi Hajat Bumi
hanya berfungsi sebagai alat untuk melakukan tindakan ekonomi semata.
Adapun yang dimaksud dengan tindakan ekonomi adalah “sebuah
tindakan yang dilakukan oleh aktor yang bertujuan untuk memaksimalkan
pemanfaatan (individu) dan keuntungan”(Damsar dan Indrayani,42: 2013).
Seperti yang kita ketahui bahwa sejak zaman dahulu Hajat Bumi
Kramat Ganceng selain identik dengan tradisi ritual kepercayaan meminta
keselamatan yang telah diwariskan secara turun temurun. Selain itu tradisi
83
ini juga identik dengan aktifitas-aktifitas jual beli berbagai barang
kebutuhan sehari-hari. Namun seiring perkembangan zaman terdapat
perubahan dalam hal komoditi yang dijual dari segi barang yang
dijajahkan. Jika dahulu komoditi atau barang-barang yang dijual dalam
tradisi Hajat Bumi adalah berupa hasil-hasil kebun seperti buah-buahan,
sayuran dan berbagai jajanan khas Betawi. Kini barang-barang yang dijual
para pedagang pada saat tradisi tersebut lebih bersifat barang-barang
kebutuhan pokok dan rumah tangga seperti pedagang pakaian, perabotan
rumahtangga hingga aksesoris lain seperti jam tangan hingga sepatu juga
ikut dijual pada saat pesta rakyat Ganceng.
Saat ini walaupun masih ada beberapa pedagang makanan khas
Betawi yang masih setia menjajahkan dagangannya seperti kerak telor,
pedagang kue cucur, pedagang dodol Betawi dan pedagang kue-kue
tradisional Betawi lainnya namun jumlahnya tidak sebanyak pedagang
barang-barang pokok lainnya. Biasanya pedagang-pedagang yang
menggelar dagangannya di sekitar makam Kramat Ganceng berasal dari
luar Pondok Ranggon walaupun ada juga pedagang yang memang mereka
menetap di Pondok Ranggon namun jumlahnya tidak sebanyak pedagang
dari luar Pondok Ranggon.
Biasanya warga asli Pondok Ranggon dan memang asli orang
Betawi berjualan kue-kuean tradisional pada saat prayaan Hajat Bumi.
Adapun kue-kue yang biasa dijual memang dapat dibilang sudah sulit
dicari di tempat-tempat lain seperti kue lepet, kue bugis, kue pisang, kueh
84
cerocot, dan selendang mayang. Adapun alasan mereka berdagang pada
saat Hajat Bumi “hanya untuk mencari tambahan uang belaja saja dan
bukan menjadikan berdagang kue-kue tradisional itu sebagai pekerjaan
sehari-hari, mereka hanya memanfaatkan keramaian saat Hajat Bumi yang
dilakukan setahun sekali sebagai media untuk mencari tambahan
penghasilan semata”(Wawancara dengan Ibu Jinten 23 September 2016).
Namun untuk menggelar dagangan disekiar makam kramat
Ganceng tidak asal sembarangan berdagang saja. Para pedagang harus
mendaftar terlebih dahulu kepada panitia penyelenggara pesta rakyat Hajat
Bumi dan membayar sejumlah uang sebagai uang untuk menggelar lapak
dagangan mereka. Walaupun harga lapak yang ditawarkan tidaklah murah,
namun hal tersebut tidak menjadi halangan bagi para pedagang tersebut
untuk menggelar dagangan mereka di sekitar area makam kramat Ganceng
seperti pernyataan yang dilontarkan oleh salah satu pedagang bernama
Agus (29) yang merupakan seorang pedagang pakaian mengatakan:
“Biasanya jualannya yaa gini aja bang baju-baju sama daleman.
Alasanya karena hasilnya lumayan bang, klo pas ada acara ini
saya bisa dapet lebih banyak daripada saya gelar-gelar dagangan
di pasar malem biasa. Terus pasti ada aja yang beli. Rame laah
pokonnya biarpun sewa tempatnya agak mahal”(Wawancara
Pribadi 23 September 2016).
Sedangkan dari sudut pandang masyarakan mereka mengaku
senang dan merasa terbantu dengan hadirnya para pedagang yang
berjualan pada saat Hajat Bumi. Mereka memandang keberadaan para
pedagang tersebut “memudahkan mereka membeli barang kebutuhan
85
sehari-hari dengan harga yang relative murah dan tidak perlu jauh-jauh
pergi ke pasar” (Wawancara dengan Ibu Aci, 11 Agustus 2016).
Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa keberadaan para
pedagang yang berjualan pada saat Hajat Bumi Kramat Ganceng sangat
menguntungkan warga karena warga menganggap dengan adanya para
pedagang tersebut mereka merasa terbantu untuk membeli kebutuhan
harian mereka. Sedangkan bagi pedagang tradisi Hajat Bumi memberikan
tambahan penghasilan ekstra karena mereka merasa penghasilan mereka
menjadi bertambah karena masyarakat banyak yang datang menghadiri
acara tersebut dan membeli dagangan mereka. Dengan kata lain adanya
sifat saling menguntungkan antara masyarakat dan para pedagang berkat
adanya tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng.
86
BAB V
PENUTUP
Dalam bab terakhir ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan
saran dari hasil penelitian mengenai fungsi tradisi Hajat Bumi Kramat
Ganceng dan motif tindakan seseorang menghadiri dan berpartisipasi
dalam acara Hajat Bumi tersebut.
A. Kesimpulan
Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng merupakan salah satu tradisi
leluhur yang masih dapat bertahan hingga saat ini di Jakarta. Tradisi ini
diadakan setiap bulan Dzulhijjah atau sekitar satu minggu setelah lebaran
haji. Pada awalnya tujuan diadakannya tradisi Hajat Bumi Kramat
Ganceng adalah sebagai ucapan rasa syukur atas hasil bumi yang diterima
masyarakat Pondok Ranggon atas hasil panen yang di terima serta
meminta keselamatan kepada Allah SWT. Namun kini tradisi tersebut
dilakukan selain untuk memanjatkan rasa syukur kini tradisi Hajat Bumi
Kramat Ganceng juga menjadi ajang silaturahmi dan sebagai ajang
hiburan bagi masyarakat Pondok Ranggon Jakarta Timur.
Tradisi Hajat Bumi ini dipusatkan disekitar kompleks pemakaman
di samping kantor kelurahan Pondok Ranggon yang di khususkan untuk
pemakaman warga asli Pondok Ranggon yang disebut dengan kompleks
pemakaman kramat Ganceng. Di dalam kompleks pemakaman tersebut
terdapat dua makam yang dianggap kramat oleh masyarakat sekitar yaitu
87
makam Mbah Uyut dan Mbah Kudung yang diyakini sebagai orang yang
mendirikan kampung Pondok Ranggon. Sedangkan Nama Ganceng sendiri
merupakan nama salah salah seorang yang dihormati dan menjadi orang
pertama yang menjadi juru kunci makam kramat tersebut.
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, paling tidak ada beberapa
motif bagi masyarakat terkait tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng yang
dapat kita lihat melalui motif tindakannya yang pertama bahwa sebagaian
orang hanya memanfaatkan tradisi Pesta Ganceng hanya sebagai alat
untuk mencapai tujuannya. Kedua, bahwa masyarakat menganggap dalam
tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng memeiliki nilai-nilai baik yang
terkandiung di dalamnya seperti ajaran untuk menjaga silaturahmi, dan
saling tolong menolong. Yang ketiga, bahwa masyarakat tetap melakukan
tradisi tahunan tersebut karena memang tradisi Hajat Bumi Kramat
Ganceng itu sudah dilakukan secara turun temurun. Keempat, masyarakat
yang bukan merupakan masyarakat asli Pondok Ranggon mau
berpartisipasi dan menghadiri acara Hajat Bumi Kramat Ganceng karna
didasarkan pada pada kondisi-kondisi perasaan mereka yang seakan-akan
ikut merasakan betapa pentingnya acara tersebut untuk mereka.
Selain memiliki fungsi sebagai alat atau perantara doa masyarakat
Pondok Ranggon kepada Allah SWT sebearnya terdapat fungsi lain yang
tersirat dalam tradisi tahunan masyarakat Pondok Ranggon tersebut.
Setidaknya dalam hal ini terdapat dua fungsi lain yang terdapat dalam
tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng bagi masyarakat dan komunitas yang
88
berdada di Pondok Ranggon yaitu fungsi sosial yang mana masyarakat
menjadikan tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng ini sebagai ajang
bersosialisasi dan bersilaturahmi antar sesama warga. Selain itu juga
terdapat fungsi ekonomi didalamnya dimana dalam hal ini masyarakat dan
sebagian komunitas yang berasal dari luar wilayah Pondok Ranggon yaitu
para pedagang pasar rakyat hanya memanfaatkan tradisi Hajat Bumi hanya
sebagai alat mencari keuntungan dan melakukan tindakan-tindakan
ekonomi semata.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, maka berikut ini
merupakan saran yang penulis berikan:
1. Kepada para peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini mampu
menjadi bahan acuan yang kompetibel dan bisa memberikan informasi
semaksimal mungkin yang dibutuhkan untuk penelitian mendatang,
khususnya bagi penelitian mengenai tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng.
Saran yang bisa saya berikan adalah dengan menggunakan subjek
penelitian yang lebih beragam, seperti coba temui budayawan, ataupun
sejarawan yang akan mampu menjawab lebih mendalam mengenai sejarah
Tradisi Hajat Bumi Kramat Ganceng. Semoga dengan adanya penelitian
ini mampu mendorong para peneliti selanjutnya agar mampu mengadakan
penelitian dengan tema serupa jauh lebih mendalam dan lebih baik dari
penelitian ini.
89
2. Untuk para peneliti selanjutnya yang ingin mengambil tema sejenis
diharapkan untuk memberikan perbandingan yang lebih tegas tentang
tradisi Hajat Bumi di Pondok Ranggon dengan tradisi Hajat Bumi di
daerah lain seperti di Karawang karena dengan memberikan perbandingan
yang lebih jelas akan lebih terlihat keunikan-keunikan lain yang terdapat
dalam tradis Hajat Bumi khususnya tradisi Hajat Bumi di Pondok
Ranggon.
90
Daftar Pustaka
Buku
Ahmadi, Abdul. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Bina Aksara. 1988.
Berger, Arthur Asa. Tanda-tandan Dalam Kebudayaan
Kontemporer.Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya. 2000.
Black, A James dan Dean J. Champion. Metode Dan Masalah Penelitian
Sosial. Bandung: PT Refika Aditama,2009.
Blackburn, Sausan. JAKARTA: Sejarah 400 Tahun. Jakarta: Masup
Jakarta.2011
Chaer, Abdul. Foklor Betawi: Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi.
Jakarta: Masup Jakarta. 2012
Griswold, Wendy. 2008. Culture and the Cultural Diamond. Tersedia di
http://www.sagepub.com/upm-data/21123_Chapter_1.pdf.
Diunduh pada 16 Juli 2016.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek. Jakarta:
Bumi Aksara, 2013.
HM, Zaenuddin. Asal-usul Djakarta Tempo Doeloe: Disertai Fakta, Foto
Dan Kesaksian UnikYang Membawa Anda Ke Masa Lalu. Jakarta:
Ufuk Press. 2012.
Damsar dan Indrayani. Pengantar Sosiologi Ekonomi (Edisi Kedua).
Jakarta:Kencana Prenadamedia Group. 2013
Maliki, Zainudin. Rekonstruksi Teori Sosial Modern. Yogyakarta:
Gajahmada University Press, 2012.
Mulyana, Dady. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosda Karya,
2002.
Prasetya, Joko Tri. Ilmu Budaya Dasar (MKUD). Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1998.
Raho, Bernard. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2007.
Ritzer, George. Dougles J Goodman. Teori Sosial: Dari Teori Sosiologi
Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosiologi Post
Modern. Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2009.
Razak, Yusron. Sosiologi Sebuah Pengantar: Tinjauan Pemikiran
Sosiologi Perspektif Islam. Tanggerang: Mitra Sejahtera, 2008.
91
Roucek S. Joseph dan Roland L. Warren. Pengantar
Sosiologi.(dialihbahasakan oleh Sahat Simamora). Jakarta: Bina
Aksara, 1984
Salam, Syamsir dan Jaelan, Aripin. Metodelogi Penelitian Sosial. Ciputat:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006.
Satori, Djam’an dan Aan Komariah. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabeta, 2010.
Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip. Pengantar Sosiologi (Pemahaman
Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan
Pemecahannya). Jakarta: Kencana, 2011.
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2009.
Soehartono, Irawan. Metode Penelitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian
Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
Suyanto, Bagong, dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana, 2007.
Tumanggor, Rusmin, Kholis Ridho, dan Nurochim. Ilmu Sosial dan
Budaya Dasar. Jakarta: Kencana, 2012.
Upe, Ambo. Tradisi Aliran Dalam Sosiologi: Dari Filosofi Positivistik Ke
Post Positivistik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010.
Vredenbregt, Jacob. Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat. Jakarta:
PT Gramedia, 1978.
Weber, Max. From Max Weber: Essays in Sosiology, Oxford University
Prees, 1946. (dialihbahasakan oleh Noorkholish). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar offset, 2009.
Wirawan.I.B. Teori- Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial,
Definis Sosial dan Perilaku Sosial). Jakarta: Kencana. 2012.
Skripsi
Arifin, Samsul. 2013. Komunikasi Antar Budaya Melalui Foklor “Haul
Cuci Pusaka Keramat Tanjung” Di Kelurahan Cilenggang
Serpong Tangerang Selatan. [Skripsi Online]. Diunduh. 27
Oktober 2015 (http://digilib.uin-suka.ac.id).
Puspitasari, Aninddyah Ayu. 2013. Makna Simbolik Hajat Bumi Keramat
Ganceng (Studi Kasus: Masyarakat Kelurahan Pondok Ranggon-
Jakarta Timur. Skripsi Antropologi Universitas Indonesia.
92
Maulana, Ega. 2012. Fungsi Foklor Hajat Bumi Keramat Ganceng Dalam
Komunikasi Antar Budaya Masyatakat Urban di Kelurahan
Pondok Rangon Jakarta Timur. [Skripsi Online]. Diunduh. 16 Juni
2016 (http://tulis.uinjkt.ac.id.-EGA%20MAULANA-FDK.PDF).
Jurnal
Anwar, Khoirul. 2013. Makna Kultural Dan Sosial-Ekonomi Tradis
Syawalan. Jurnal Walisongo, Vol. 21 Nomer: 3
Kuncoro, Agus. 2012. Makna, Tradisi Dan Simbol Dalam Upacara Rokat
Makam (Study deduktif pada masyarakat Desa Gunung Rancak
kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang). [Jurnal] Tersedia:
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documentsUniversitas_Tru
nojoyo_Madura_MAKNA_TRADI.pdf. Diunduh. 21 Februari
2016.
Karanawai, Daniel. 2015. Makna Ritual Makad Ulid Masyarakat Suku
Dayak Bulusu di Desa Rian Kabupaten Tanah Tidung. Jurnal
Sosiatri-Sosiologi, Vol. 3 (3): 1-23
Uring, Penina. 2015. Makna Simbolik Seni Tari Perang (Kencet Pepatai)
Sebagai Identitas Dayak Kenyah di Desa Pampang Samarinda.
Jurnal Sosiatri-Sosiologi, Vol. 3 (4): 68-85
Tesis
Pebrianti, Sestri Indah. 2013. Makna Simbolik Tari Bedhaya Tunggal Jiwa
Dalam Rangkaian Upacara Tradisi Gerebek Besar Di Kabupaten
Demak. [Tesis Online]. Diunduh. 14 Oktober 2016.
(http://etd.repository.ugm.ac.id/).
Sumber Lain
Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta. 2014. “Data
Sensus Penduduk Wikayah Kelurahan Pondok Ranggon Jakarta
Timur Tahun 2014”. Jakarta: Dinas Kependudukan Dan Catatan
Sipil. Tersedia di http://smartcity.jakarta.go.id/: diakses pada 14
Oktober 2016.
Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. “Laporan Kegiatan
Penyelenggaraan Pemerintahan Kelurahan Pondok Ranggon April
2016. Jakarta: 2016
Radar Karawang. 16 Januari 2017. Tradisi Hajat Bumi Di Karawang,
Warga Cikuntul Suguhi Makanan, Cilebar Arak Tumpeng [berita].
Diakses 21 Januari 2017. (http://www.radar-
karawang.com/2017/01/tradisi-hajat-bumi-di-karawang.html).
JAYA . RAYAPEMERINTAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMURKECAMATAN CIPAYUNG
KELURAHAN PONDOK RANGGONJalan Pondok Ransgon *". ,
:Xilg?l8444085, Fax- (021) 845e2671
Kode Pos : 13860
SURAT PENGANTAR
PERMOHONAN WAWANCARA/ MENCARI DATA
Saya yang bertandatangan dibawah inimenerangkan bahwa :
Nama
Tempat, tanggal lahir
NPM
Semester
Program Studi
NoMoR: a€t{ I teS
: Aditya Pratama
:Jakarta, 11 Oktober 1994
:1112111000034
: Vlll
: Sosiologi
Adalah benar mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta, sesuai Surat
pengantar Nomor : UN/01lFll/PP00.1Al42AnA$ yang memperoleh izin untu!_metaksanakan wawanffiralmencari data dengan Tokoh Masyarakat di Wilayah
Kelurahan Pondok Ranggon terkait dengan Adat Pesta Ganceng sebagai persyaratan
yang sedang menyusun skripsi'dengan iudul : Pemaknaan Simbolik Masyarakat
terhadap Pesta Ganceng di Kelurahan Pondok Ranggon'
Demikian atas perkenaan Bapak/lbu kami ucapkan terima kasih.
.- -:l
'LurdhPondok Ranggon,
KEMENTERIANAGAMAUNTVERSTTAS ISLAM NEGERI (UU\D
SYARIF HIDAYAII'LLAII JAKARTAEAKI]UTAS ILMU SOSIAL DAI\[ ILMU POLITIK
JL KcrtuuldiNo. 05, Pisga!, CiF ar f 5419 ,alarta SelatsoWcbsitc : r'ww.uinlc-acj{ Eoail : [email protected]
T &- ALl 4705215, F ax- U2l -7 47 an t 3
NamaNIMFak/ProdiJudul Skripsi
Pembimbing
PRESENSI KONST'LTASI BIMBINGAhI SKIPSI MAHASISWA
AdityaPratamattt2ll 1000034Ilmu Sosial dan IImu Politil/SosiologiPemaknaan Simbolik Masyarakat Terhadap Pesta Ganceng di Kelurahan
Pondok Ranggon, Jakarta Timur.Dr. Muharnmad Guntur Alting, M.Pd.M
No- Hari/Tgl Materi yang DikonsultasikanTanda
Tangan
:l
75.
6.
7-
8.
IK.
z/'r-r-,{l
9/os-*d
rilou--ol
'lfoo-**l
/F-*'&t-f*-zn6
p/v-we
lafo<-r
lil/ ttd
luf-t
P*i^/tuht^ fifL th'fiP-,/el-/"r PuY"4* n"*vC'G'' -
r;^* I*.f i/^'b;ry rufA^',^ ruEAL (
n{>e*ow'3Pry*b}^ t J'r''* f*e{4y'* ' '
ffl,w;L!*-- buf,* fz'/' T7**L L)/'L''-
fr*rlr"rfr* b*tau { D4\ 6:*' I
- f f g
t'-
lc4,,W )'n
Q;-
C/4--4+5^/-^
xiv
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Lampiran I: Dokumentasi Observasi
1. Suasana pada saat persiapan arak-arakan kepala kambing dan ancak dari
depan Makam Keramat Ganceng
Sumber: Dokumentasi observasi pada tanggal 23 September 2016
xv
2. Pelaksanaan Pengajian dan Maulid Nabi
Sumber: Dokumentasi observasi pada tanggal 22 September 2016
3. Penguburan Kepala Kambing dan Peletakan Ancak
Ancak (Wadah Persegi empat berisi berbagai hidangan yang diletakan di
persimpangan dan dibawah pohon
Sumber: Dokumentasi observasi tanggal 23 September 2016
xvi
Perosesei ritual penguburan kepala kambing yan dilakuka oleh tetua adat setempat
Sumber: Dokumentasi observasi tanggal 23 September 2016
4. Acara makan-makan bersama dan kumpul-kumpul
Sumber: Dokumentasi observas tanggal 23 September 2016
xvii
5. Acara-acara hiburan rakyat berupa Jaipongan, ondel-ondel, tanjido dan
wayang
Hiburan rakyat berupa ondel-ondel dan music tanjidor
Sumber: Dokumentasi observasi tanggal 23 September 2016
Hiburan rakyat berupa gambang keromong dan jaipongan
Sumber: Dokumentasi observasi tanggal 23 September 2016
xviii
6. Para Pedagang yang berjualan pada saat Hajat Bumi Pesta Ganceng
Para Pedagang makanan tradisional dan pedagang pakaian yang berjualan
disekitar makan keramat Ganceng
Sumber: Dokumentasi observasi pribadi tanggal 23 September 2016
xix
7. Para panitia dan tetua adat serta penulis yang berfoto bersama
Sumber: Dokumentasi observasi tanggal 23 September 2016
xx
B. Lampiran II: Transkrip Wawancara
Informan 1
Nama : Bapa Haji Majid (Cucu Bapak Ganceng)
Usia : 77 Tahun
Waktu : Kamis, 16 Juni 2016
T Bagaimana awal diadakannya tradisi Hajat Bumi Pesta Ganceng?
J Kalau awal diadakannya Hajat Bumi Pesta Ganceng itu semua
sesepuhsini sapai saya pun gak ada yang tahu itu kapan dimulainya dan
siapa yang pertama kali ngadainpun tidak ada yang tahu. Pokonya intinya
orang-orang sekarang tinggal nerusin aja itu tradisi hajat bumi itu.
T Yang bapak tau Gancang sendiri itu siapa?
J Ganceng sendiri itu bukan nama keramat yang ada disini. Ganceng itu
sebenarnya nama orang yang menjaga keramat disini. Lalu lama
kelamaan karna hajat bumi itu dimulainya dari keramat disini maka
orang-orang nyebutnya dengan Hajat Bumi Pesta Ganceng.
T Kapan Pesta Ganceng itu diadain?
J Pesta Ganceng itu diadakan setiap bulan haji diatas tanggal 15 dan
dibawah tanggal 30 dan pasti diadakan setiap hari jum’at.
T Seperti apa urutan proses ritualnya?
xxi
J kalo diurut dari pertama, urutanya pertama kelurahan memberitahu warga
bahwa akan diadakan hajat bumi dan kemudian mengintruksikan warga
untuk membersihkan lingkungan termasuk juga dilarang berjudi selama
dua malam (malam Jum’at dan malam Sabtu). Setelah itu sesepuh dan
jurukunci keramat ganceng memohon agar warga dan kelurahan Pondok
Ranggon diberi keselamatan dan keberkahan. Setelah magrib diadakan
acara mauled Nabi dan santunan anak yatim yang diikuti oleh semua
warga. Setelah itu sambutan ketua adat dan pejabat-pejabat kelurahan
dan disertai ceramah dari kiyayi dan ditutup dengan doa. Setelah itu
acara kumpul-kumpul dan silatuhrahmi antar sasama warga sampai pagi.
Lalu paginya dilanjutkan dengan acara pengajian ibu-ibu. Barulah setelah
salat Jum’at diadakan acara adat yaitu arak-arakan kepala kambing dan
hidangan (ancak). Berbentuk segi empat yang berisi berbagai sesajian
makanan yang diletakan di perempatan jalan. Kemudian dilanjutkan
dengan penanaman kepala kambing. Setelah selesai diadakan makan
bersama yang dihadiri panitia. Acara selanjutnya adalah panjatpinang
sampai menjelang magrib. Abis itu malemnya masih ada acara. Nah
acara malam ini lah acara pestanya. Diacara pesta ini disuguhin berbagai
hiburan rakyat. Diantaranya wayang golek, topeng betawi, jaipongan dan
gambang keromong.
T Ritual Ritual adat apa saja yang ada dalam Pesta Ganceng dan apa maknanya?
J kalau ritualnya itu pertama, ada ritual meminta izin kepada leluhur dan
nenek moyang yang dilakukan disuatu ruangan khusus nah itu hanya
xxii
orang-orang tertentu saja yang boleh tahu. Tujuannya untuk meminta izin
kepada leluhur dan Allah SWT bahwa pada hari tersebut akan diadakan
Hajat Bumi. Kemudian ada peletakan ancak di perempatan atau ditempat-
tempat khusus. Makna dari ancak ini sendiri adalah pertama bahwa
manusia dianjurkan untuk saling berbagi dan sedekah di hari-hari tertentu
seperti ikut qurban dan zakat. Kedua, karna ancak berbentuk kubus yang
keempat sisinya sama memiliki makna bahwa manusia harus memiliki
sifat adil kepada sesame manusia. Ritual selanjutnya adalah penanaman
kepala kambing. Penanaman kepala kambing ini memiliki makna untuk
memendam dan mebuang sifat binatang yang ada dalam diri manusia.
Lalu jika ditanya kenapa harus kepala kambing itu karena merujuk
kepada kisah nabi Ismail yang akan disembelih dan kemudian oleh Allah
digantikan oleh kambing.
T Apa makna Hajat Bumi Pesta Ganceng menurut anda?
J Makna Pesta Ganceng itu memohon pada Allah melalui pesta adat karena
tahun ini telah diberikan keselamatan dan dimohonkan tahun depan tidak
diberikan musibah. Selain itu makna lainya juga dimaksudkan agar
masyarakat bersilaturahim, dan gotongroyong.
T Apa kontribusi masyarakat dalam pelaksanaan Pesta Ganceng
J Kalo warga asli Pondok Ranggon itu wajib sedekahin duit atau makanan
yang dia punya untuk pesta, namun kalau warga pendatang tidak
diwajibkan namun biasanya mereka sering ngasih secara sukarela.
Bisanya masyarakat itu berkontribusi untuk menyumbangkan sebagian
xxiii
rezekinya untuk pelaksanaan pesta ini. Ada juga yang sampai nyumbang
puluhan juta Cuma buat hajat bumi.
T Menurut anda bagaimana masyarakat sekitar memaknai Pesta Ganceng?
J kalo menurut saya masyarakat memaknai Pesta Ganceng ini sebagai
ajang silaturahmi dan acara hiburan sendiri. Karena seperti yang saya
bilang tadi setelah acara adat selesai malamnya diadakan pesta rakyat itu.
T Apa yang terjadi bila Pesta Ganceng sekali waktu tidak didakan?
J Kalau untuk tidak diadakan itu dari dulu tidak pernah terjadi karena hajat
bumi ini udah menjadi acara yang sacral buat masyarakat Pondok
Ranggon jadi saya kira setiap tahun dari dulu pasti diadain.
T Menurut bapak kenapa pesta ganceng harus terus diadain?
J Kalau menurut saya pesta ganceng harus terus diadakan itu karena
pertama sebagai ajang silaturahmi antar warga, kedua supaya anak cucu
kita nanti tetap tau budaya dan tradisi leluhur dulu itu seperti apa.intinya
sih dari pesta ganceng ini harus terus diadain supaya antar sesame warga
Pondok Ranggon dapat menjaga silaturahminya dengan baik dan dapat
melestarikan budaya leluhur.
xxiv
Informan 2
Nama : Wiin Asan (Ketua Rw 005)
Usia : 71 Tahun
Waktu : Kamis, 16 Juni 2016
T Bagaimana awal diadakannya tradisi Hajat Bumi Pesta Ganceng?
J Awal cerita atau sejarahnya Hajat Bumi itu tidak ada yang tahu siapa
yang pertamakali ngadain. Yang saya tahu dari turun temurun dari
kakek saya masih hidup sudah ada Pesta Ganceng. Yang saya tahu dari
orangtua dulu Pesta Ganceng itu tujuannya untuk menyelamatkan
kampong. Jadi kalau dulu kan orang-orang sini kebanyakan petani jadi
hajat bumi itu tujuannya untuk nyelametin hasil sawah dan kebun
(panen) yang diberikan Allah. Selain itu Pesta Ganceng juga tujuannya
untuk ajang saling ketemu antara orang-orang Pondok Ranggon.
T Yang Bapak tahu Ganceng sendiri itu siapa?
J Ganceng itu nama orang. Jadi bapak Ganceng itu sebenernya istilah
orang jaman dahulu itu dia adalah kuncen (penjaga) yang megang
kunci keramat. Jadi itu terkenalnya namanya keramat Ganceng.
Sebenernya orang-orang sekarang itu salah nyebutnya bukan Hajat
Bumi Pesta Ganceng karena Ganceng itu sendiri nama orang. Jadi
kalo mau nyebut harusnya Pesta Hajat Bumi
xxv
T Kapan Pesta Ganceng itu diadakan?
J Kalo untuk diadainnya itu dipertengahan bulan haji sekitar tanggal 20-
an tapi harus dihari jum’at.
T Seperti apa prosesi ritual adat itu berlangsung?
J Kalo ritualnya sendiri itu dimulai dari malam Jum’at. Pertama itu ada
sedekahan dan acara sakral jadi dalam acara sacral ini jurukunci
keramat ganceng memohon agar warga dan kelurahan Pondok
Ranggon diberi keselamatan. Setelah itu ada ceramah oleh ustad
terkenal dan maulid Nabi yang diikuti oleh semua warga dan terakhir
doa. Lalu paginya ada acara pengajian ibu-ibu. Barulah setelah salat
Jum’at diadakan acara adat yaitu arak-arakan kepala kambing dan
hidangan (ancak). Kemudian dilanjutkan dengan penanaman kepala
kambing. Acara selanjutnya adalah panjatpinang sampai menjelang
magrib. Abis itu malemnya masih ada acara. Nah acara malam ini lah
acara pestanya. Diacara pesta ini disuguhin berbagai hiburan rakyat.
Diantaranya wayang golek, topeng betawi, jaipongan dan gambang
keromong.
T Ritual-ritual apa saja yang ada dalam Pesta Ganceng dan apa
maknanya?
J Kalo ritualnya itu seperti tadi yang saya bilang. Dimulai dari malam
Jum’at yang ada pengajian dan santunan anak yatim. Tapi kalo untuk
ritual adatnya itu Cuma satu ya nanem kepala kambing itu. Nanem
kepala kambing itu maksudnya untuk ngebuang sifat jahat dan sifat
xxvi
binatang yang ada dalam manusia dan juga dimaksudkan untuk supaya
kampung Pondok Ranggon itu dihidarin dari musibah. Nah terus
paling ada peletakan ancak. Ancak itu wadah bersegi empat yang
isinya berbagai macam makanan dan kueh-kuehan yang di letakan di
setiap perempatan kampung. Nah untuk ancak ini maknanya adalah
sebagai symbol bahwa kita sebagai manusia harus saling berbagi dan
adil sesama manusia.
T Apa makna Hajat Bumi Pesta Ganceng menurut anda?
J Kalo menurut saya makna Hajat Bumi itu sendiri adalah bentuk rasa syukur
atas hasil bumi yang udah diberikan Allah. Tapi kalo sekarang hajat
bumi itu tujuannya untk melestarikan budaya dan sebagai ajang
kumpul-kumpul masyarakat sepondok ranggon.
T Apa Kontribusi masyarakat dalam pelaksanaan Pesta Ganceng?
J Biasanya kalo warga saya setiap Rt selalu nyediain makanan biasanya
tumpengan, ada yang bawa buah-buahan selain itu juga ada yang
ngasih bantuan dana seiklasnya yang dikumpulin untuk acara pesta
dikeramat Ampel.
T Menurut anda bagaimana masyarakat dilingkungan anda memaknai
Pesta Ganceng?
J Kalo menurut saya masyarakat memaknainya itu sebagai ajang kumpul-
kumpul antar sesame warga. Soalnya biasanya warga itu klo ada Pesta
Ganceng selalu ngeluangin waktu buat dateng, sampai-sampai yang
tinggal diluar kota kadangan sering pulang ke Pondok Ranggon untuk
xxvii
ikut acara itu.
T Apa yang akan terjadi bila Pesta Ganceng sekali waktu tidak
diadakan?
J Kalau apa yang akan terjadi saya tidak tahu. Tapi yang saya tahu dari
orang-orang dulu jika Pesta Ganceng tidak diadakan orang-orang dulu
percaya katanya akan ada musibah yang akan menimpah kampung.
Makannya Hajat Bumi itu selalu diadakan. Jadi tidak mungkin klo
pesta ganceng tidak diadain.
T Menurut bapak mengapa Pesta Ganceng harus terus diadakan?
J Menurut saya pesta ganceng harus terus diadakan itu supaya untuk
melestarikan budaya leluhur supaya nanti anak cucu kita tau gimana
tradisi nenek moyangnya dulu. Selain itu juga supaya menjaga
kekompakan warga dan supaya silaturahmi terus terjaga.
xxviii
Informan 3
Nama : Rifky Tiyas (Salahsatu Panitia Hajat Bumi)
Usia : 21 Tahun
Waktu : Kamis, 16 Juni 2016
T Apa yang anda ketahui tentang Hajat Bumi Pesta Ganceng?
J Pesta Ganceng itu acara adat tahunan yang hanya ada di Pondok Ranggon.
T Kapan Pesta Ganceng itu diadakan?
J Hajat Bumi itu diadain Setiap bulan haji biasanya pertengahan bulan
haji.
T Seperti apa prosesi ritual adat itu berlangsung?
J Kalo ritualnya itu dimulai dari malem Jum’at. Itu ada pengajian sama
maulit Nabi terus juga ada doa bersama. Nah waktu malem jum’at ini
biasanya orang tua disini ada ada yang berdoa di keramat. Nah kalo
kita yang muda-muda bisanya enggak ikut-ikutan. Terus paginya ada
acara pengajian ibu-ibu, baru abis solat jum’at mulai dah tuh acara
arak-arakan kepala kambing sama ancak keliling kampung. Kalo
ancak ditaro di perempatan jalan sama kalo di keramat ampel itu
dibawah pohon bambu. Terus kepala kambingnya dikubur ditiga titik,
petama keramat ganceng, pertigaan herang, sama keramat ampel. Nah
abis itu selesai panitia sama warga makan-makan bareng dikeramat
xxix
ampel. Sorenya ada panjat pinang, abis itu malemnya pesta. Pesta itu
ada macem-macem hiburan kaya topeng betawi, gambang keromong,
terus wayang golek.
T Ritual-ritual apa saja yang ada dalam Hajat Bumi Pesta Ganceng dan
apa maknanya yang adan ketahui?
J Kalo Ritual-ritualnya palingan cuma doa di keramat yang dilakukan oleh
orang-orang tua sama nanem kepala kambing doing palingan. Kalo
untuk doa dikeramat itu tujuannya bukan yang aneh-aneh. Maknanya
itu ucapan syukur kepada Allah karena Pondok Ranggon udah dikasih
keselamatan ditahun ini jadi jangan salah paham itu disitu. Terus
nanem pala kambing itu yang saya tahu cuma simbolik aja jadi nanem
kepala kambing itu maknannya membuang sifat binatang yang ada
dalam diri manusia khususnya masyarakat Pondok Ranggon. Sifat
binatang itu kaya tamak, liar (arogan), terus serakah.
T Apa makna Hajat Bumi Pesta Ganceng menurut anda?
J yaa kalo ditanya makna Pesta Ganceng sih kalo buat saya Cuma jadi
ajang kumpul-kumpul laah sesama warga kaya lebaran gitu sama
untuk ngelestariin budaya aja.
T Apa Kontribusi pemuda dalam pelaksanaan Pesta Ganceng?
J Biasanya kontribusi pemuda itu klo pemuda asli Pondok Ranggon itu
biasanya harus jadi panitia yaa paling tidak ikut bantu-bantu nyiapin
acara laah kaya bersih-bersih keramat, ikut ngebuat janur, terus
ngebuat dondang (tempat meletakan kepala kambing waktu diarak),
xxx
terus ikutan menyambut arak-arakan dan ikut mengamankan jalannya
ritual.
T Menurut anda bagaimana pemuda Pondok Ranggon memaknai Pesta
Ganceng?
J Kalo untuk pemuda sih Pesta Ganceng itu maknanya selain budaya
dan warisan leluhur pesta ganceng itu sebagai ajang kumpul-kumpul
pemuda sepondok ranggon dan yang tujuan pesta ganceng itu bagi
pemuda adalah untuk meningkatkan rasa solidaritas. Karena kalo ada
acara Hajat Bumi biasanya pemuda-pemuda dari Rw 01-05 pasti
ngumpul tuh buat ikut serta, kaya bersih-bersih keramat, bikin janur,
sama ngawal arak-arakan.
T Apa yang akan terjadi bila Pesta Ganceng sekali waktu tidak
diadakan?
J Klo apa yang akan terjadi sih saya tidak tahu karena belom pernah sih
Pesta Ganceng itu tidak diadain. Cuman kalo kata orang dulu klo gak
diadain katanya nanti ada bencana.
T Menurut anda mengapa Pesta Ganceng harus terus diadakan?
J Menurut saya Pesta Ganceng harus terus diadakan itu karena karena
adanya pesta ganceng itu kita para pemuda bisa saling kompak untuk
mensukseskan acara pesta ganceng, kedua untuk semakin mempererat
rasa solidaritas pemuda sepondok ranggon, supaya Pondok Ranggon
semakin dikenal, dan yang paling penting sih untuk terus melestarikan
adat dan tradisi.
xxxi
Informan 4
Nama : Nadilah (warga Pondok Ranggon)
Usia : 21 Tahun
Waktu : Kamis, 03 Agustus 2016
T Sudah berapa lama anda tinggal di Pondok Ranggon?
J saya tinggal di Pondok Rangon kurang lebih sudah empat tahun
T Apakah anada warga asli Pondok Ranggon atau bukan?
J Saya bukan warga asli sini, saya pindahan dari Bogor
T Apa yang anda ketahui tentang Hajat Bumi Pesta Ganceng?
J Pesta kurang lebihnya saya tahu. Jadi dari dulu pesta ganceng sudah di adain.
Pesta Ganceng itu sukuran hasil bumi jadi barang-barang yang dijual
dalam pesta ganceng itu berupa hasil bumi seperti jagung, beras dan
lain-lain. Mitosnya kalo hajatbumi gak di adakan itu akan ada
bencana.
T Apakah anda tahu siapa yang pertamakali mengadakan pesta
Ganceng?
J Kalo yang pertama kali ngadain pesta Ganceng itu sendiri saya tidak
tahu. Yang saya tahu Ganceng itu sendiri adalah nama orang jaman
dulu. Yaaa kalau kata orang sini mah dia itu sesepuh.
T Kapan Pesta Ganceng itu diadakan?
xxxii
J Satu minggu setelah lebaran haji
T Seperti apa prosesi ritual adat itu berlangsung dan apa maknanya yang
anda ketahui?
J Ritualnya itu dimulai dari potong kambing terus kepalanya diarak-arak
keliling gitu. Lalu disetiap tikungan itu selalu di letakan sesajen gitu
terus kepala kambingnya di kubur itu katanya untuk buang sial dan
supaya tidak ada kendala atau musibah seperti itu. Terus malemya ada
seperti ada acara kesenian Betawi seperti golek, wayang orang. Itu
katanya kalau acara itu tidak diadakan akan ada bencana seperti hujan
gitu.
T Apa tujuan Hajat Bumi Pesta Ganceng yang anda ketahui?
J Kalo Yaaa yang saya ketahui siih hanya sukuran hasil bumi aja. Terus kalau
tidak dilakukan katanya akan ada bencana. Kalau kata orang sini
untuk buang sial.
T Apa makna Hajat Bumi Pesta Ganceng menurut anda?
J Yang pertama itu seru-seruan aja. Maksudnya buat hiburan aja. Terus
buat ajang ngumpul-ngumpul juga seperti silahturahmi aja gitu karena
semua orang di pondok ranggon itu rata-rata selalu dateng pas ada
acara itu bahkan banyak orang yang dateng dari luar Pondok Ranggon
juga. Dan yang pasti melestarikan budaya aja gitu.
T Apa Kontribusi anda dalam pelaksanaan Pesta Ganceng?
J Kalau saya siih ikut partisipasi aja ngeramein pas ada acara itu. Terus
kan sebelum diadakan pesta Ganceng diadain sumbangan dulu per RT
xxxiii
secara sukarela tapi kalau gak ngasi juga gak masalah
T Apa yang akan terjadi bila Pesta Ganceng sekali waktu tidak
diadakan?
J Yaaaa itu, orang sini percayanya akan ada bencana seperti banjir, atau
akan banyak yang meninggal gitu. Jadi pesta ganceng itu harus terus
diadain.
T Menurut anda mengapa Pesta Ganceng harus terus diadakan?
J Pertama tujuannya pasti untuk melestarikan budaya supaya anak-anak
jaman sekarang kenal sama budaya tradisional.
xxxiv
Informan 5
Nama : Ibu Ina (warga Pondok Ranggon)
Usia : 48 Tahun
Waktu : Kamis, 03 Agustus 2016
T Sudah berapa lama anda tinggal di Pondok Ranggon?
J Saya tinggal di Pondok Ranggon udah 20 tahun lebih
T Apakah anada warga asli Pondok Ranggon atau bukan?
J Bukan saya warga pendatang,asli Tanah tinggi senen.
T Apa yang anda ketahui tentang Hajat Bumi Pesta Ganceng?
J Pesta yang saya ketahui dari pesta Ganceng itu syukuran hasil bumi kalo
orang sini bilangnya sukuran bumi. Jadi kalau dulu itu yang dipestain
dan dijual pada saat hajat bumi itu hasil bumi orang Pondok Ranggon
aja. Terus sebenernya Ganceng itu nama orang, bukan nama acara.
Acara adatnya sendiri itu namanya Hajat Bumi.
T Kapan Pesta Ganceng itu diadakan?
J Seminggu setelah lebaran haji diutamakannya malem Jum’at
T Seperti apa prosesi ritual adat itu berlangsung?
J Prosesnya itu pertama dimulai pada malam Jum’at itu ada pengajian
dan doa bersama, terus pas hari jum’atnya itu setelah solat jum’at ada
arak-arakan kepala sapi, atau kerbau yang dihias dan diarak keliling
xxxv
diiringi music tanjidor tanjidor terus kepala sapi itu diubur.
T Ritual-ritual apa saja yang ada dalam Hajat Bumi Pesta Ganceng dan
apa maknanya yang adan ketahui?
J Kalo yang saya tahu ritual yang sakralnya itu hanya ngubur kepala sapi saja
dan paling hanya doa di keramat Ganceng saja. Itu pun yang
melakukan doa hanya sesepuh adat situ saja. Terus kalau maknanya
mah kalo kata orang sini Cuma buat syukuran aja sama minta
keselamatan.
T Apa makna Hajat Bumi Pesta Ganceng menurut anda?
J Yaaa kala buat kita siih karena warga pendatang mah gak ada artinya
Cuma tradisi tahunan aja, paling buat acara kumpul-kumpul aja. Terus
kan kalo pas acara Pesta kan banyak orang-orang yang dagang juga
tuh kit amah seneng aja gitu beli-beliin dagangan mereka soalnya kan
enak macem-macem barang juga ada disitu. Tapi kalo buat orang sini
yang udah percaya banget mah kalo mereka dh dateng ke acara pesta
itu wajib ngeluari duit bangsa seribu dua ribu gitu. Katanya sih buat
sedekah biar makin banyak rejekinya.
T Apa Kontribusi anda dalam pelaksanaan Pesta Ganceng?
J Kalau buat kita warga Pondok Ranggon setiap mau ada acara Pesta
Ganceng itu dimintain iyuran seiklasnya buat ngadain acara itu. Terus
kalo yang bisa masak yaa ikut masak-masak buat makan-makan
bareng.
T Menurut anda bagaimana warga sekitar Pondok Ranggon memaknai
xxxvi
Pesta Ganceng?
J Menurut saya ada dua hal. Ada yang positif ada yang negative kalo
buat kita yang positif siih buat acara seru-seruan aja buat rame-
ramean. Kalo yang negative mah ada yang nganggepnya itu musrik
yang pake acara semedi-semedi di keramat.
T Apa yang akan terjadi bila Pesta Ganceng sekali waktu tidak
diadakan?
J Waah gak tau tuh. Selama saya tinggal disini Pesta Ganceng itu Pasti
diadain.
T Menurut anda mengapa Pesta Ganceng harus terus diadakan?
J Yaaa kan Pesta Ganceng udah jadi tradisi jadi gabisa diilangin dong
xxxvii
Informan 6
Nama : Ibu Aci (warga Pondok Ranggon)
Usia : 65 Tahun
Waktu : 11 Agustus 2016
T Sudah berapa lama anda tinggal di Pondok Ranggon?
J Saya dari kecil sudah tinggal disini ikut orangtua saya dari dulu.
T Apakah anada warga asli Pondok Ranggon atau bukan?
J Yaaa kalo di bilang warga asli yaaa saya orang asli sini cuman lahir
kan di daerah Keranggan dulu masih satu wilayah sama Pondok
Ranggon.
T Apa yang anda ketahui tentang Hajat Bumi Pesta Ganceng?
J Pesta Pesta Ganceng itu tradisi dari jaman dulu emang selalu di rayain setiap
bulan haji.
T Apakah anda tahu siapa yang pertamakali mengadakan pesta
Ganceng?
J Kalo yang ngadain mah itu yang punya Ganceng. Klo orang sini
bilang oyot Ganceng dia yang punya keramatnya.
T Kapan Pesta Ganceng itu diadakan?
J Setiap abis lebaran haji.
T Seperti apa prosesi ritual adat itu berlangsung dan apa maknanya yang
xxxviii
anda ketahui?
J Pertama itu ngarak, terus babarit. Babarit itu ngumpulin makanan kaya
ketupat sama kueh-kuehan terus di taro di pinggir-pinggir jalan. Terus
nanem kepala kambing. Yaa sedekahan laah gitu supaya minta
selamat. Tapi sebelomnya mah ada ngaji dulu.
T Apa tujuan Hajat Bumi Pesta Ganceng yang anda ketahui?
J Kalo kita mah gatau deeh. Emang dari dulu udah tradisinya begitu. Kalo kita
mah ikut aja. Palingan sama nonton doing terus beli-beli jajanan kan
kalo pesta ganceng banyak orang yang jualan macem-macem disitu.
Tapi kalau orang yang beber-bener percaya yaaa, mereka tuh wajib
ngeluarin uang untuk belanja waktu dateng kepesta. Malah katanya
ada orang yang udah setahun nabung cuma buat acara itu doangan.
T Apa makna Hajat Bumi Pesta Ganceng menurut anda?
J Yaa seneng laah namanya acara tiap tahun apalagi kan kita orang asli
sisni yaa kaya lebaran aja kita kumpul.
T Apa Kontribusi anda dalam pelaksanaan Pesta Ganceng?
J Kalo say amah ikut-ikut ramein aja. Paling klo di tunjuk untuk masak-
masak sama Rt yaaa saya ikut.
T Apa yang akan terjadi bila Pesta Ganceng sekali waktu tidak
diadakan?
J Belom pernah gak dadain dari jaman saya kecil. Tiap tahun pasti ada.
Terus itu mah turun menurun dari oyot Ganceng ke anaknya terus ke
cucungnya.
xxxix
T Menurut anda mengapa Pesta Ganceng harus terus diadakan?
J Itu mah gatau udah emang harus begitu dari sananya jadi selama orang
Pondok Ranggon masih pada idup yaa terus mungkin diadain.
xl
Informan 7
Nama : Nurlela Wati
Usia : 45 Tahun
Waktu : 11 Agustus 2016
T Sudah berapa lama anda tinggal di Pondok Ranggon?
J Saya dari abis nikah langsung pindah kesini.
T Apakah anada warga asli Pondok Ranggon atau bukan?
J Saya bukan orang sini. Kalo saya orang Pondok gede.
T Apa yang anda ketahui tentang Hajat Bumi Pesta Ganceng?
J Pesta Pesta Ganceng itu tradisi orang sini (orang Pondok Ranggon)
sukurangitu nanem kepala kambing.
T Apakah anda tahu siapa yang pertamakali mengadakan pesta
Ganceng?
J Kalo yang pertamakali ngadain saya gatau.
T Kapan Pesta Ganceng itu diadakan?
J Abis lebarah haji biasanya.
T Seperti apa prosesi ritual adat itu berlangsung dan apa maknanya yang
anda ketahui?
J Ritualnya itu pertama ngaji tuh sebelom ngarak terus abis solat jumat
baru ngarak sama nanem kepala kambing. Klo maknannya saya sendiri
xli
kurang tau katanya sih buat minta berkah. Tapi kalo orang asli sini
suka naro-naro kaya makanan terus dihias-hias gitu di keramatnya ada
yang bilang biar lancer terus rejekinya.
T Apa tujuan Hajat Bumi Pesta Ganceng yang anda ketahui?
J Kalo kata orang-orang asli sini yang percaya banget. Tujuannya itu
buat minta selamat sama minta terus dilancarin rejekinya. Jadi orang-
orang sini kalo ada pesta pasti suka ngasih gede-gedean yang percaya
banget. Malah ada orang yang semaleman zikiran di keramat Ganceng
situ.
T Apa makna Hajat Bumi Pesta Ganceng menurut anda?
J Kalo buat orang sini udah percaya klo setiap pesta harus dateng. Jadi
kalo gak kesana itu takut kenapa-kenapa jadi yang kerja juga pada
libur. Soalnya pernah ada kejadian pas ada pesta dia gak dateng lebih
milih kerja terus sorenya dia jatoh terus meninggal. Yaaa mungkin itu
kebetulan aja jadi orang-orang percayanya gitu. Jadi orang sekarang
punya duit gak punya duit daeng aja kesitu.
T Apa Kontribusi anda dalam pelaksanaan Pesta Ganceng?
J Kalo saya gak tau soalnya saya kan bukan orang asli sini jadi paling
Cuma ngasih iyuran aja ke RT buat pesta. Yaa paling dateng aja. Tapi
kalo orang asli sini suka bawa-bawa kaya parsel buah-buahan gitu
buat di taro di keramatnya.
T Apa yang akan terjadi bila Pesta Ganceng sekali waktu tidak
diadakan?
xlii
J Gatau deh belom pernah soalnya.
T Menurut anda mengapa Pesta Ganceng harus terus diadakan?
J Yaa kalo untuk gituan mah saya gak tau. Yang saya tau mah pesta
ganceng setiap tahun pasti diadain.
xliii
Informan 8
Nama : Bapak Idris
Usia : 52 tahun
Waktu : 11 Agustus 2016
T Sudah berapa lama anda tinggal di Pondok Ranggon?
J saya dari lahir udah disini mas.
T Apakah anada warga asli Pondok Ranggon atau bukan?
J Iyaa saya orang asli sini. Oyot saya juga orang asli sisni.
T Apa yang anda ketahui tentang Hajat Bumi Pesta Ganceng?
J Pesta Pesta Ganceng itu sebenernya namanya Hajat Bumi. Jadi dulu ada
orang asli sini namanya Bapak Ganceng dia itu orang yang jagain
keramat yang deket kelurahan itu. Terus karena Hajat bumi itu
dimulainya dari keramat sana jadi orang-orang taunya itu Pesta
Ganceng.
T Apakah anda tahu siapa yang pertamakali mengadakan pesta
Ganceng?
J Waduh kalo itu mah saya gatau. Soalnya orangtua sini juga pada gak
ngasih tau. Tapi yang saya tau dari bapak saya dulu orang yang
pertama kali ngadain itu orang yang ada di dalem kuburan yang ada di
keramat itu. Kan di keramat Ganceng ada rumah tuh naah di dalem
xliv
rumah itu ada makam katanya sih orang yang didalem kubur itu yang
pertamakali ngadain.
T Kapan Pesta Ganceng itu diadakan?
J Biasanya seminggu abis lebaran haji. Tapi tanggalnya gak pasti.
T Seperti apa prosesi ritual adat itu berlangsung dan apa maknanya yang
anda ketahui?
J Kalo ritualnya itu pertama kita ngaji dulu tuh pas malem jumatnya
kalo buat yang percaya siih zikiran dikeramat sampe pagi. Abis itu
aginya ngaji lagi tuh sebelom ngarak. Abis solat jumatnya baru ngarak
sama nanem pala kambing tapi sebelom nenem harus naro ancak dulu
tuh di perempatan. Terus kalo udah selesai baru pestanya acara rakyat
jaipongan sama topeng biasanya sama makan-makan biasanya buat
yang mau ikut aja. Kalo maknanya mah macem-macem soalnya kan
setiap proses itu ada artinya gak sembarangan. Ada yang bilang buat
minta selamet ada yang bilang buat buang sial terus ada lagi yang
bilang buat minta berkah.
T Apa tujuan Hajat Bumi Pesta Ganceng yang anda ketahui?
J Kalo yang saya tahu dari orang tua dulu, Hajat bumi itu sukuran
(sedekah) jadi setiap abis panen selalu sebagian disedekahin tujuannya
biar tahun depan dapet lebih banyak lagi. Tapi kalo sekarang mah
orang dateng ke pesta udah dari mana-mana ada yang niatnya jualan
doang. Tapi biasanya yang jualan itu orang dari luar, orang kita mah
pada gak mau jualan paling beli-beli doing mampir.
xlv
T Apa makna Hajat Bumi Pesta Ganceng menurut anda?
J Kalo buat saya mah cuma buat ngumpul doang soalnya kan kalo pesta
biasanya pada dateng. Anak saya yang tinggal di kalideres aja dateng
jadi yaa seneng aja gitu kaya lebaran.
T Apa Kontribusi anda dalam pelaksanaan Pesta Ganceng?
J Kalo saya suka ikut ngarak sama ngumpul-ngumpul aja paling sama
bapak-bapak yang laen kalo lagi pesta.
T Apa yang akan terjadi bila Pesta Ganceng sekali waktu tidak
diadakan?
J Kalo gak diadain kayanya gak mungkin. Soalnya emang udah turun
temurun kaya gitu soalnya. Yaa mungkin aja ada apa-apa entar klo gak
diadain. Soalnya orang yang tinggalnya jauh aja dateng jadi gak
mungkin kayanya klo pesta gak diadain.
T Menurut anda mengapa Pesta Ganceng harus terus diadakan?
J Yaaa biar cucu-cucu kita tau entar gimana tradsi moyangnya dulu.
Terus biar pada ngumpul aja gitu kan enak klo ada pesta, jadi rame.
xlvi
Informan 9
Nama : Jinten
Usia : 50 tahun
Waktu : 23 September 2016
T Apakah anada warga asli Pondok Ranggon atau bukan?
J Iya saya asli sini.
T Sejek kapan anda berjualan di saat hajat bumi?
J Hampir setiap kali ada hajat bumi
T Apa yang biasa anda jual saat momen hajat bumi?
J Klo saya biasanya jualan kueh-kuehan a, kaya ini niih cucur, lepet,
sama kueh cerocot paling.
T Mengapa anda memilih berjualan pada saat Pesta Ganceng (apa
alasannya)
J Yaaa buat tambah-tambah uang belaja aja a, soalnya kan rame banget
klo pas ada Pesta. Lagian saya juga jualan Cuma setahun sekali a.
T Apa yang anda ketahui tentang Hajat Bumi Pesta Ganceng?
J Pesta Pesta Ganceng itu hajat bumi a klo kata oyot saya dulu kaya sukuran
hasil bumi hasil-hasil panen kita kita sedekahin.
T Apakah anda tahu siapa yang pertamakali mengadakan pesta
Ganceng?
xlvii
J Gatau sih a dari dulu udah ada.
T Kapan Pesta Ganceng itu diadakan?
J Abis lebaran haji
T Seperti apa prosesi ritual adat itu berlangsung dan apa maknanya yang
anda ketahui?
J Kalo ritualnya itu ngaji kaya semalem, maulid nabi sama nanem
kepala sapi.
T Apa tujuan Hajat Bumi Pesta Ganceng yang anda ketahui?
J Yaa itu a sedekahan hasil bumi klo kata orang dulu biar dapet berkah
T Apa makna Hajat Bumi Pesta Ganceng menurut anda?
J Seneng a klo ada hajat bumi ini kan kita jadi bisa jualan a, jadi ada
penghasilan lebih
T Apa Kontribusi anda dalam pelaksanaan Pesta Ganceng?
J Paling suka ikut nyumbang makanan aja a.
T Apa yang akan terjadi bila Pesta Ganceng sekali waktu tidak
diadakan?
J Gak tau deh pasti diadain sih.
T Menurut anda mengapa Pesta Ganceng harus terus diadakan?
J Klo menurut saya mah biar terus lestari aja tradisi-tradisi itu. Soalnya
kan anak-anak kecil sekarang udah jarang tau ada tradisi-tradisi
gituan. Taunya maen hp aja.
xlviii
Informan 10
Nama : Agus
Usia : 29 tahun
Waktu : 23 September 2016
T Apakah anada warga asli Pondok Ranggon atau bukan?
J Saya mah orang celilitan
T Sejek kapan anda berjualan di saat hajat bumi?
J Baru tahun ini sama tahun kemaren
T Apa yang biasa anda jual saat momen hajat bumi?
J Yaa gini aja bang baju-baju sama daleman
T Mengapa anda memilih berjualan pada saat Pesta Ganceng (apa
alasannya)
J Hasilnya lumayan bang, klo pas ada acara ini saya bisa dapet lebih
banyak daripada saya gelar-gelar dagangan di pasar malem biasa.
Terus pasti ada aja yang beli. Rame laah pokonnya biarpun sewa
tempatnya agak mahal.
T Apa yang anda ketahui tentang Hajat Bumi Pesta Ganceng?
J Hahaha gak tau deh saya mah. Kita mah Cuma jualan aja taunya
T Apakah anda tahu siapa yang pertamakali mengadakan pesta
Ganceng?
xlix
J Yaa gak tau lah, pesta ganceng aja gatau apalagi siapa yang
pertamakali ngadain.
T Kapan Pesta Ganceng itu diadakan?
J Kurang tau juga sih biasanya sebelom apa sesudah lebaran haji gitu
T Seperti apa prosesi ritual adat itu berlangsung dan apa maknanya yang
anda ketahui?
J Kurang tau juga sih. Katanya nanem kepala kambing gitu sama naro-
naro sesajen di pinggir jalan. Nooh kaya yang di pertigaan samping
kelurahan
T Apa tujuan Hajat Bumi Pesta Ganceng yang anda ketahui?
J Gatau juga sih. Biar rame-rame aja kali
T Apa makna Hajat Bumi Pesta Ganceng menurut anda?
J Kalo saya mah bang namanya pedagang pasti seneng lah klo ada
acara-acara gini. Soalnya dagangan kita pasti laku. Kalo bisa mah
setahun diadain tiga kali aja. Biasa gak tuh bang lu usulin. Lu kan
mahasiswa
T Apa Kontribusi anda dalam pelaksanaan Pesta Ganceng?
J Saya mah Cuma dagang aja
T Apa yang akan terjadi bila Pesta Ganceng sekali waktu tidak
diadakan?
J Gak tau
T Menurut anda mengapa Pesta Ganceng harus terus diadakan?
J Biar rame aja laah, biar kita bisa jualan terus.