keberagaman dalam masyarakat indonesia

66
A. KEBERAGAMAN DALAM MASYARAKAT INDONESIA Dalam masyarakat, yang terdiri dari manusia- manusia, terdapat suatu kehidupan kolektif, yaitu hidup bersama individu-idnividu sejenisnya dalam satu gabungan. Dalam pergaulannya, antara makhluk dalam kehidupannya, terdapat azas-azas, seperti azas egoisme atau azas “mendahulukan kepentingan diri sendiri di atas kepentingan yang lain” sehingga menyebabkan individu itu dapat bertahan hisup dalam alam yang kejam. Selain itu ada juga azas altruisme atau azas “hidup berbakti untuk kepentingan yang lain” yang juga dapat membuat individu itu sedemikian kuatnya utnuk bertahan dalam proses sleksi alam ayng kejam. Otak manusia telah mengembangkan suatu kemampuan yang disebut “akal”, yang mampu untuk membayangkan dirinya serta peristiwa-peristiwa yang mungkin terjadi terhadap dirinya sehingga dengan demikian manusia dapat mengadakan pilihan serta 1

Upload: ogi-oktora

Post on 16-Jan-2016

98 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

materi pendidikan kewarganegaraan

TRANSCRIPT

Page 1: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

A. KEBERAGAMAN DALAM MASYARAKAT INDONESIA

Dalam masyarakat, yang terdiri dari manusia-manusia, terdapat suatu

kehidupan kolektif, yaitu hidup bersama individu-idnividu sejenisnya dalam

satu gabungan. Dalam pergaulannya, antara makhluk dalam kehidupannya,

terdapat azas-azas, seperti azas egoisme atau azas “mendahulukan kepentingan

diri sendiri di atas kepentingan yang lain” sehingga menyebabkan individu itu

dapat bertahan hisup dalam alam yang kejam. Selain itu ada juga azas altruisme

atau azas “hidup berbakti untuk kepentingan yang lain” yang juga dapat

membuat individu itu sedemikian kuatnya utnuk bertahan dalam proses sleksi

alam ayng kejam. Otak manusia telah mengembangkan suatu kemampuan yang

disebut “akal”, yang mampu untuk membayangkan dirinya serta peristiwa-

peristiwa yang mungkin terjadi terhadap dirinya sehingga dengan demikian

manusia dapat mengadakan pilihan serta seleksi terhadap berbagai alternatif

dalam tingkah lakunya untuk mencapai efektivitas yang optimal dalam

mempertahankan hidup.

Apabila ditemukan suatu tingkah laku yang efektif dalam

menanggulangi masalah, tingkah laku itu akan diulangi lagi setiap masalah

serupa timbul, kemudian setiap individi akan mengomunikasikan pola tingkah

laku tersebut kepada individu-individu lain dalam kehidupan kolektif sehingga

pola itu menjadi mantap dan menjadi suatu adat istiadat yang dilaksanakan oleh

sebagian besar warga kolektif itu, yang mana pola ini didapat dari proses

belajar. Oleh karena pola-pola tindakan tersebut adalah hasil dari pelajaran,

1

Page 2: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

pola-pola tersebut dapat berubah dengan lebih cepat daripada perubahan bentuk

organismenya. Sebagai contoh adalah tigapuluh tahun hingga empatpuluh

tahun yang lalu orang-orang Indonesia banyak yang tinggal dalam rumah-

rumah besar bagi kelompok kerabatnya yangluas, dan dari musim ke musim

menanam padi di sawah sebagai petani. Sekarang keturuanan langsung dari

petani-petani itu telah banyak yang tinggal dalam rumah-rumah gedung atau

kompleks perumahan, dan banyak menghabiskan waktunya di kantor.

Perubahan-perubahan pola tindakan tersebut tidak sama cepatnya pada

satu kolektif manusia dan kolektif manusia di tempat lain di muka bumi ini, ada

yang lebih lambat dan ada yang lebih cepat. Proses perubahan yang berbeda-

beda itu menyebabkan timbulnya suatu aneka warna yang besar sekali antara

beribu-ribu kesatuan hidup manusia yang berada di muka bumi ini.

Sebenarnya, aneka warna dalam pola tingkah laku manusia bukanlah

disebabkan oleh aneka warna ciri ras, melainkan karena kolektif-kolektif di

mana manusia itu bergaul dan berinteraksi. Dalam masyarakat akan tampak

kesatuan-kesatuan manusia yang lebih khusus, yang berbeda satu dengan yang

lain disebabkan karena adat-istiadat dan bahasa yang berbeda, kadang-kadang

juga karena perbedaan agama, atau karena kombinasi keduanya. Pada dasarnya,

yang menyebabkan keberagaman dalam masyarakat (terutama masyarakat

kota) adalah adanya perbedaan suku bangsa dari masing-masing orang.

Suku bangsa adalah bagian dari suatu bangsa. Suku bangsa mempunyai

ciri-ciri mendasar tertentu. Ciri-ciri itu biasanya berkaitan dengan asal-usul dan

kebudayaan. Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mengenal suatu

suku bangsa: ciri fisik, bahasa, adat istiadat, dan kesenian yang sama. Contoh

ciri fisik, antara lain warna kulit, rambut, wajah, dan bentuk badan. Ciri-ciri

inilah yang membedakan satu suku bangsa dengan suku bangsa lainnya. Suku

bangsa merupakan kumpulan kerabat (keluarga) luas. Mereka percaya bahwa

mereka berasal dari keturunan yang sama. Mereka juga merasa sebagai satu

golongan. Dalam kehidupan sehari-hari mereka mempunyai bahasa dan adat

istiadat sendiri yang berasal dari nenek moyang mereka. Keragaman suku

bangsa di Indonesia antara lain disebabkan oleh:

2

Page 3: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

1. perbedaan ras asal,

2. perbedaan lingkungan geografis,

3. perbedaan latar belakang sejarah,

4. perkembangan daerah,

5. perbedaan agama atau kepercayaan, dan

6. kemampuan adaptasi atau menyesuaikan diri

Setiap manusia mempunyai suatu akal atau pikiran yang cenderung

menuntut dirinya untuk bertahan hidup (survive) di tempat yang baru. Dalam

bergaul atau berinteraksi dengan individu lain dalam masyarakat, seorang

individu akan berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungannya meskipun

masih membawa atribut suku bangsa yang dimilikinya, dan hal inilah yang

menyebabkan keberagaman dalam masyarakat itu. Seperti yang telah

dijelaskan di atas bahwa dalam masyarakat terdapat kesatuan-kesatuan manusia

yang sifatnya lebih khusus karena memiliki persamaan identitas, yaitu

persamaan suku bangsa seperti bahasa daerah atau adat-istiadat yang dimiliki

oleh nenek moyang mereka. Tapi apabila dalam konteks masyarakat yang lebih

luas, setiap individu akan berinteraksi dengan individu yang lain meskipun

berbeda asal-usulnya hanya untuk dapat hidup bersama-sama saling

berdampingan demi terwujudnya tujuan hidup yang dicita-citakan, karena pada

dasarnya untuk bertahan hidup individu yang satu akan bergantung kepada

individu yang lain. Kemudian pemikiran untuk bertahan hidup itu akan

diinterpretasikan kedalam suatu pola tingkah laku yang efektif untuk

menangani masalah bersama dalam masyarakat sehingga timbul suatu pola

tingkah laku yang baru dalam masyarakat tersebut yang kemudian menjadi

adat-istiadat baru yang dijalankan oleh anggota masyarakat itu.

Mengenai permasalah kesatuan hidup manusia yang lebih khusus tadi,

hal itu merujuk kepada kolektif-kolektif manusia yang ada dalam masyarakat

itu. Sebagai contoh dalam kehidupan masyarakat Sumatera Barat terdapat

keberagaman karena adanya perbedaan mendasar dari kehidupan kolektif

manusia masyarakat Pariaman, kehidupan kolektif masyarakat Padang,

kehidupan kolektif masyarakat Bukit Tinggi, dan sebagainya. Dalam

3

Page 4: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

masyarakat Pariaman juga terdapat keberagaman karena dipengaruhi oleh

disiplin yang dianut oleh suatu keluarga yang satu berbeda dengan keluarga

lain, atau misalnya juga karena agama. Seperti contoh lain adalah di Jawa

terdapat dua suku bangsa Jawa, meskipun sama adat-istiadat dan bahasanya,

tetapi berbeda dalam konteks agamanya, yaitu yang satu beragama Islam

Santri, dan lainnya menganut Islam Kejawen. Dan apabila kita melihat ke

dalam konteks masyarakat yang lebih luas lagi, misalnya Indonesia,

masyarakat Pariaman bukan dikenal sebagai masyarakat Pariaman lagi,

melainkan sebagai kolektif masyarakat Sumatera Barat. Keberagaman terjadi

karena adanya perbedaan suku bangsa. Di Jakarta, yang mana masyarakatnya

lebih modern, keberagaman dalam masyarakat terjadi karena adanya kesatuan-

kesatuan manusia yang lebih khusus tersebut (karena adanya perbedaan suku

bangsa yang dimiliki oleh kesatuan manusia yang satu dengan suku bangsa

kesatuan manusia lain), namun tidak akan dikenal secara spesifik (apakah dia

orang Bukit Tinggi atau orang Pariaman), tetapi dia dikenal karena identitas

suku bangsa yang melekat pada dirinya saja. Orang yang kampungnya di Bukit

Tinggi akan dianggap sebagai orang Padang (sebutan umum untuk orang

Sumatera Barat oleh orang-orang Jakarta). Dan apabila orang Bukit Tinggi

tersebut pergi ke luar negeri, anggaplah Amerika Serikat, dia tidak dikenal

sebagai orang Padang (Sumatera Barat) lagi, tetapi sebagai orang Indonesia.

Hal ini disebabkan oleh pola pikir manusia yang berusaha untuk bertahan hidup

dalam suatu masyarakat dan cara mereka untuk bergaul atau berinteraksi

dengan individu lain dalam masyarakat tersebut, mereka akan berusaha

menyesuaikan diri agar diterima dalam masyarakat di mana mereka hidup.

Dengan demikian, dalam suatu masyarakat terdapat berbagai keragaman suku

bangsa.

Aneka warna kesatuan hidup manusia dalam masyarakat juga dapat

disebabkan oleh adanya lapisan-lapisan sosial yang berbeda-beda secara

horizontal. Warga dari suatu masyarakat atau bahkan negara dapat kita golong-

golongkan misalnya ke dalam golongan petani, buruh, pedagang, pegawai

4

Page 5: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

pemerintahan, bangsawan, dan lain-lain, yang masing-masing mempunyai pola

tingkah laku, adat-istiadat, dan gaya hidup yang berbeda-beda.

Indonesia adalah Negara Kesatuan yang penuh dengan keragaman..

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Indonesia terdiri atas 34 provinsi

dengan ribuan pulau yang ada di dalamnya. Luas dan besarnya wilayah

Indonesia berpengaruh terhadap banyaknya keberagaman yang dimiliki bangsa

Indonesia. Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat

banyak perbedaan dalam berbagai bidang. Perbedaan tersebut terutama dalam

hal suku bangsa, ras, agama, keyakinan, ideologi politik, sosial-budaya,

ekonomi, dan jenis kelamin. Keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia

merupakan kekayaan dan keindahan bangsa.Namun Indonesia mampu

mepersatukan bebragai keragaman itu sesuai dengan semboyan bangsa

Indonesia "Bhineka Tunggal Ika" , yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu

jua.

Keragaman budaya adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia.

Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri

keberadaannya. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain

kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari

berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan

dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut.

Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal tersebar

dipulau- pulau di Indonesia. Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan

kondisi geografis yang bervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir,

dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan

tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di

Indonesia yang berbeda. 

5

Page 6: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

Pertemuan-pertemuan dengan kebudayaan luar juga mempengaruhi

proses asimilasi kebudayaan yang ada di Indonesia sehingga menambah

ragamnya jenis kebudayaan yang ada di Indonesia. Kemudian juga berkembang

dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukung

perkembangan kebudayaan Indonesia sehingga memcerminkan kebudayaan

agama tertentu. Bisa dikatakan bahwa Indonesia adalah salah satu negara

dengan tingkat keaneragaman budaya atau tingkat heterogenitasnya yang

tinggi. Tidak saja keanekaragaman budaya kelompok sukubangsa namun juga

keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban, tradsional hingga ke

modern, dan kewilayahan. Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia

dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. 

Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi.

Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politik masyarakat

Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar kebudayaan

yang dirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya

meliputi antar kelompok sukubangsa yang berbeda, namun juga meliputi antar

peradaban yang ada di dunia. Labuhnya kapal-kapal Portugis di Banten pada

6

Page 7: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

abad pertengahan misalnya telah membuka diri Indonesia pada lingkup

pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antar pedagang gujarat

dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membangun

interaksi antar peradaban yang ada di Indonesia. Singgungan-singgungan

peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia

dalam berinteraksi dengan perbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga

mampu menelisik dan mengembangkan budaya lokal ditengah-tengah

singgungan antar peradaban itu.

Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup

secara berdampingan, saling mengisi, dan ataupun berjalan secara paralel.

Misalnya kebudayaan kraton atau kerajaan yang berdiri sejalan secara paralel

dengan kebudayaan berburu meramu kelompok masyarakat tertentu. Dalam

konteks kekinian dapat kita temui bagaimana kebudayaan masyarakat urban

dapat berjalan paralel dengan kebudayaan rural atau pedesaan, bahkan dengan

kebudayaan berburu meramu yang hidup jauh terpencil. Hubungan-hubungan

antar kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai”Bhinneka

Tunggal Ika” , dimana bisa kita maknai bahwa konteks keanekaragamannya

bukan hanya mengacu kepada keanekaragaman kelompok sukubangsa semata

namun kepada konteks kebudayaan.Didasari pula bahwa dengan jumlah

kelompok sukubangsa kurang lebih 700’an sukubangsa di seluruh nusantara,

dengan berbagai tipe kelompok masyarakat yang beragam, serta keragaman

agamanya, pakaian adat, rumah adat kesenian adat bahkan makanan yang

dimakan pun beraneka ragam. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat

majemuk yang memiliki karakteristi yang unik ini dapat dilihat dari budaya

gotong royong, teposliro, budaya menghormati orang tua (cium tangan), dan

lain sebagainya.

Kebaragaman masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor,

baik yang datang dari dalam maupun luar masyarakat. Hal ini juga dipengaruhi

oleh faktor alam, diri sendiri, dan masyarakat . Secara umum keberagaman

masyarakat Indonesia disebabkan oleh:

1. Letak strategis wilayah Indonesia

7

Page 8: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

Coba kalian amati letak geogarfi Indonesia dalam peta dunia. Letak

Indonsia yang stategis yaitu di antara dua Samudera Pasific dan

Samudera Indonesia, serta dua benua Asia dan Australia

mengakibatkan wilayah kita menjadi jalur perdagangan

internasional. Lalu lintas perdangangan tidak hanya membawa

komoditas dagang, namun juga pengaruh kebudayaan mereka

terhadap budaya Indonesia. Kedatangan bangsa asing yang berbeda

ras, kemudian menetap di Indonesia mengakibatkan perbedaan ras.

Juga agama dan kepercayaan mereka.

2. Kondisi negara kepulauan

Negara Indonesia terdiri beribu-ribu pulau yang secara fisik terpisah-

pisah. Keadaan ini menghambat hubungan antarmasyarakat dari

pulau yang berbeda-beda. Setiap masyarakat di kepulauan

mengembangkan budaya mereka masing-masing, sesuai dengan

tingkat kemajuan dan lingkungan masing-masing. Hal ini

mengakibatkan perbedaan suku bangsa, bahasa, budaya, peran laki-

laki dan perempuan, dan kepercayaan atau agama.

3. Perbedaan kondisi alam

Kondisi alam yang berbeda seperti daerah pantai, pegunungan,

daerah subur, padang rumput, pegunungan, dataran rendah, rawa,

laut mengakibatkan perbedaan masyarakat. Juga kondisi kekayaan

alam, tanaman yang dapat tumbuh, hewan yang hidup di sekitarnya.

Masyarakat di daerah pantai berbeda dengan masyarakat

pegunungan, seperti perbedaan bentuk rumah, mata pencaharian,

makanan pokok, pakaian, kesenian, bahkan kepercayaan.

4. Keadaan transportasi dan komunikasi

Kemajuan sarana transportasi dan komunikasi juga mempengaruhi

perbedaan masyarakat Indonesia. Kemudahan sarana ini membawa

masyarakat mudah berhubungan dengan masyarakat lain, meskipun

jarak dan kondisi alam yang sulit. Sebaliknya sarana yang terbatas

juga memjadi penyebab keberagaman masyarakat Indonesia.

8

Page 9: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

5. Penerimaan masyarakat terhadap perubahan

Sikap masyarakat terhadap sesuatu yang baru baik yang datang dari

dalam maupun luar masyarakat membawa pengaruh terhadap

perbedaan masyarakat Indonesia. Ada masyarakat yang mudah

menerima orang asing atau budaya lain, seperti masyarakat

perkotaan. Namun ada juga sebagian masyarakat yang tetap bertahan

pada budaya sendiri, tidak mau menerima budaya luar.

B. Arti penting memahami keberagaman dalam masyarakat

Pernahkah kalian bepergian ke pulau-pulau atau daerah-daerah lain di wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia? Coba ceritakan pengalaman kalian

ketika berkunjung ke lain pulau atau ke lain daerah tempat tinggal kalian di

depan kelas. Nah, dengan mengetahui pulau-pulau atau daerah-daerah di

Indonesia kita dapat mengetahui perbedaan secara kewilayahan dan perbedaan

sosial budaya masyarakat Indonesia.

Aspek kewilayahan menjelaskan, bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia adalah merupakan negara kepulauan dengan ribuan pulau besar kecil

di dalamnya. Satu pulau dengan pulau yang lain dipisahkan oleh bentangan laut

yang sangat luas. Kondisi wilayah yang demikian menjadikan keterpisahan

antara satu bagian wilayah negara dengan wilayah negara yang lain dalam

9

Page 10: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

negara Indonesia. Di samping itu juga terdapatnya jarak yang jauh antara pusat

dengan daerah. Terbawa oleh kondisi kewilayahan tersebut, perlu disadari oleh

semua pihak bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sesungguhnya rawan

terjadinya perpecahan (disintegrasi). Kenyataan lain menunjukkan, bahwa

pemerintah dihadapkan pada persoalan adanya daerah yang ingin memisahkan

diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Aspek sosial budaya menjelaskan, bahwa masyarakat Indonesia diwarnai oleh

berbagai macam perbedaan, baik perbedaan suku, ras, agama, kebudayaan, dan

bahasa. Kondisi sosial budaya yang demikian menjadikan kehidupan bangsa

Indonesia menyimpan potensi terjadinya konflik. Kenyataan juga

menunjukkan, bahwa dalam kehidupan bangsa Indonesia sering terjadi konflik

antar-kelompok masyarakat yang dilatarbelakangi oleh perbedaan-perbedaan

tersebut. Sampai saat ini, konflik-konflik yang terjadi tidak menimbulkan

perpecahan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Namun demikian kenyataan

semacam itu perlu manjadikan perhatian semua pihak agar dapat

mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia tetap terjaga

Atas dasar dua alasan tersebut, maka penting sekali memahami keberagaman

dalam masyarakat Indonesia yang ditujukan untuk mengusahakan dan

mempertahankan persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Tanpa kesadaran akan keberagaman yang kita miliki, bangsa Indonesia bisa

saja terjerumus ke arah perpecahan.

Keberagaman masyarakat Indonesia memiliki dampak positif sekaligus

dampak negatif bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara.. Dampak

positif memberikan manfaat bagi perkembangan dan kemajuan, sedangkan

dampak negatif mengakibatkan ketidakharmonisan bahkan kehancuran bangsa

dan negara. Keberagaman suku bangsa, budaya, ras, agama, dan gender

menjadi daya tarik wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia. Kita tidak

10

Page 11: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

hanya memiliki keindahan alam, tetapi juga keindahan dalam keberagaman

masyarakat Indonesia.

Perbedaan dalam lingkungan sekolah juga memiliki manfaat bagi pelajar, guru,

dan sekolah. Bayangkan apabila setiap saat semua pelajar dan guru selalu

memiliki pendapat yang sama, cara berpakain yang sama, cara berbicara yang

sama. Maka kehidupan sekolah akan “monoton atau hambar”. Kreatifitas dan

inovasi akan lebih berkembang apabila memungkinkan perbedaan pendapat,

berpikir, dan berkreasi.

Keragaman adalah takdir bagi kita, masyarakat Indonesia. Sehingga, keinginan

untuk menyeragamankan masyarakat adalah kesia-siaan. Tragisnya,

keragaman, khususnya agama, selalu menjadi lahan paling sensitif untuk

melahirkan konflik. Konflik akibat keragaman alami. Menjadi masalah

kemudian jika konflik tersebut bermuara pada aksi kekerasan. Perusakan harta

benda, penganiayaan , bahkan pembunuhan. Artikel ini ingin mengkaji

keragaman dari beberapa perspektif: personal, sosial dan institusional. Dengan

cara itu, berharap kita sadar bahwa keragaman tidak sepantasnya menjadi

sumber petaka, melah sebaliknya menjadi sumber daya untuk membangun

bangsa lebih kuat dan bisa bersaing dengan nagara lain.

Indonesia terdiri dari 17.504 pulau. Sekitar 11 ribu pulau dihuni oleh penduduk

dengan 359 suku[1] dan 726 bahasa[2]. Mengacu pada PNPS no. 1 tahun 1969

—yang baru saja dipertahankan Mahkamah Konstitusi—Indonesia memiliki

lima agama “resmi”. Pada masa presiden Abdurahman Wahid, pemerintah

mengakui Konghucu sebagai agama resmi. Meski hanya enam, di dalam

masing-masing agama tersebut terdiri dari berbagai aliran yang berwujud

dalam organisasi sosial. Begitu juga ratusan aliran kepercayaan hidup dan

berkembang di Indonesia.

Namun demikian, pengakuan kita akan keragaman baru nampak di permukaan.

Selama 30 tahun, rezim Orde Baru merayakan keragaman dari segi fisik, dan

11

Page 12: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

pada saat bersamaan, menekan keragaman substansial dalam rangka menjaga

stabilitas negara. Pengetahuan mengenai berbagai jenis suku, adat, budaya dan

agama muncul dalam setiap pelajaran sekolah. Namun, keragaman hanya boleh

memperkenalkan diri di ruang publik di bawah kuasa dan kendali rezim.

Sehingga, harmoni sosial masyarakat kita sangat bergantung pada rezim Orde

Baru. Ketika presiden Soeharto mundur, rezim Orde Baru runtuh, keragaman

menjadi malapetaka. Keragaman menjadi sumber konflik yang berujung pada

aksi kekerasan.

Kini, 12 tahun pasca reformasi, Indonesia kelabu. Serangkaian kerusuhan sosial

bernuansa etnis, agama, separatisme dan terorisme terjadi. Kerusuhan di

Kalimantan antara suku Dayak dan suku Madura. Di Maluku dan Poso, perang

saudara beda agama berkecamuk. Belakangan, kelompok kepercayaan dan

aliran keagamaan yang dianggap sesat menjadi korban kekerasan massa.

Kontroversi rumah ibadah yang diiringi dengan pembakaran di sejumlah

daerah, khususnya pulau Jawa, belum reda hingga kini. Juga beberapa gerakan

seperatis di sejumlah daerah bermunculan. Aceh, Maluku dan Papua adalah tiga

wilayah yang sempat ingin memisahkan diri. Terakhir, kita disbukkan oleh aksi

terorisme yang berlindung di balik wajah agama Islam.

Yang menjadi pertanyaan kemudian, kenapa pengetahuan tentang keragaman

yang diajarkan di sekolah tidak berbanding lurus dengan harmoni sosial?

Kenapa kita lebih sering memaknai keragaman atau pluralisme sebagai

ancaman ketimbang rahmat? Lalu bagaimana mengelola keragaman agar

kehidupan sosial kita tetap harmoni dan menjadi sumber kekuatan di mata

dunia?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita telusuri akar keragaman

dari sudut pandangan eksistensial (personal) manusia. Melalui akar personal

kita akan melihat sejauh mana keragaman mungkin dan di mana batasannya.

Kemudian, akar keragaman juga bisa kita temukan dalam kehidupan sosial.

Keragaman individu dalam kehidupan sosial lalu mengerucut menjadi identitas

12

Page 13: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

kelompok. Dalam konteks inilah diskusi mengenai politik identitas menjadi

krusial untuk menelusuri akar keragaman pada dimensi sosial.

Terakhir, keragaman dapat kita lihat wujudnya dalam kerangka institusional.

Keragaman yang merupakan anugerah bagaimanapun sudah menjadi bahan

renungan para founding fathers dalam merumuskan Indonesia. Untuk itu

keragaman perlu ditelusuri dari segi bagaimana negara mengelolanya. Untuk

tujuan tersebut, tulisan ini akan menelusuri bagaimana nasib keragaman pada

masa transisi. Atas dasar penelusuran tersebut, kita akan menimbang

bagaimana keragaman bisa menjadi sumber berkat kekuatan Indonesia di masa

yang akan datang dan di mata dunia ketimbang musibah.

Akar Keragaman: Dimensi Eksistensial

Keragaman dalam pengertian paling radikal, menyangkut perbedaan antar

manusia. Saya dan Anda berbeda. Masing-masing kita berbeda cara

memandang dan memahami pemandangan yang ada di hadapan kita. Begitu

juga dengan saudara sedarah pasti berbeda. Bahkan dua saudara kembar

sekalipun, tak luput dari perbedaan. Manusia pada dasarnya unik. Pada titik

tertentu, keunikannya tersebut tak terbandingkan dengan manusia lainya.

Perbedaan ini bermula dari keterbatasan pada diri manusia. Keterbatasan ini

bukan sekedar berangkat dari keyakinan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan

yang terbatas. Keterbatasan manusia dapat kita telusuri secara empirik dari

perangkat lunak yang menjadi dasar ekspresi manusia. Manusia lahir melalui

13

Page 14: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

tiga perangkat ini, panca indra, akal dan bahasa. Interaksi manusia atas dasar

perangkat lunak tersebut, yang memiliki keterbatasan, melahirkan perbedaan

pada saat menyatakan diri di ruang publik.

Keterbatasan panca indera

Pertama, panca indera. Panca indera pada masa pencerahan mula-mula dilirik

sebagai sumber pengetahuan. David Hume bahkan menilai bahwa tidak ada

pengetahuan tanpa pencerapan panca indera atau pengetahuan empirik. Hume

meyakini bahwa tidak ada hukum kausalitas atau sebab akibat. Pengetahuan

manusia adalah untaian pengalaman inderawi (Hume, 1955). Misalnya, kaca

pecah setelah batu menyentuhnya, tidak berarti batu menyebabkan kaca pecah.

Tetapi peristiwa batu berurutan dengan peristiwa pecahnya kaca.

Namun begitu, pandangan Hume tidak cukup kokoh. Panca indera memiliki

keterbatasannya sendiri. Keterbatasan panca indera terletak pada keterbatasan

organ fisiknya. Mata hanya bisa memandang ada yang ada di hadapan dan

dalam jarak pandangan tertentu. Telinga hanya bisa mendengar dalam jarak dan

arah angin tententu. Demikian juga indera perasa, hanya bisa merasakan apa

yang tersentuh oleh kulit. Bahkan kombinasi semua panca indera dalam

mencerap objek terbatasi ruang dan waktu.

Keterbatasan panca indera menyumbangkan banyak perbedaan dalam

memahami sesuatu. Contoh paling terkenal adalah analogi tiga orang buta

meraba gajah. Masing-masing diminta mendefinisikan gajah tersebut. Orang

yang menyentuh badan gajah, dia mengatakan bahwa gajah itu keras dan besar.

Orang kedua menyentuh kaki gajah dan menyatakan bahwa gajah itu bulat.

Sementara orang ketiga memegang belalai dan menilai bahwa gajah itu

panjang. Masing-masing berbeda tentang apa itu gajah lantaran keterbatasan

indera rasa saat menyentuh gajah.

Begitu juga ketika kita memahami ajaran agama. Kita tak ubahnya tiga orang

buta tersebut. Meski kita punya perangkat lunak panca indea yang bisa kita

pakai untuk membaca literatur, kita tidak bisa mengelak dari keterbatasan

14

Page 15: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

panca indera. Sehingga hasil bacaan atas teks tersebut menghasilkan jawaban

yang berbeda-beda. Bahkan analisis atas teks yang terang benderang sekali pun.

Di sinilah letak keragaman bersumber: lantaran keterbatasan panca indera.

Keterbatasan akal

Kedua, akal. Akal lebih luas ketimbang panca indera. Jika indera tidak bisa

mengatasi objek yang ia cerap pada ruang dan waktu yang berbeda, maka akal

diyakini dapat mengatasi keterbatasan tersebut. Objek yang dicerap panca

indera pada masa tertentu tersimpan pada memori. Sekumpulan memori

kemudian menjadi dasar akal melakukan inferensi atau kesimpulan-

kesimpulan. Melalui akalnya, manusia dapat mengerti prinsip-prinsip umum

pola hubungan antar objek. Akal kemudian diyakini sebagai sumber

pengatahuan utama. Rene Descartes, filsuf modern yang merumuskan

pemikiran ini, melahirkan jargon terkenal: cogeto ergo sum [aku berpikir maka

aku ada] (Descartes, 1977).

Meski akal dapat melengkapi pencerapan panca indera, bukan berarti akal

sempurna. Immanuel Kant, filsuf yang disebut-sebut sebagai puncak abad

pencerahan (aufklarung), menunjukan keterbatasannya. Menurut Kant, akal

terbatas pada 12 kategori. Akal hanya mampu melakukan inferensi manakala ia

menggunakan kategori yang tersedia. Tanpa kategori-kategori, akal tidak

berguna. Ia tidak lebih dari gudang data (Kant, 1965).

Kelemahan akal melalui 12 kategori yang dimilikinya hanya menyaring objek

fisik dalam bingkai ruang dan waktu. Akal tidak mampu memberi jawaban

pasti atas persoalan metafisika. Keberadaan Tuhan misalnya. Analisis akal

yang mengandalkan kategori tidak dapat menyentuh Tuhan. Sehingga

pengetahuan tentang Tuhan yang diturunkan atas dasar inferensi akal bukan

jawaban pasti sebagimana pengetahuan yang menolak keberadaanya atas dasar

inferensi akal tersebut.

Contoh lain, fenomena santet. Setidaknya hingga kini, belum ada temuan

ilmiah yang bisa menjelaskan fenomena santet. Bagaimana mungkin ada

15

Page 16: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

sejumlah barang dalam perut tanpa diketahui asal mulanya. Keterbatasan akan

juga terjadi pada 11 kategori lainnya untuk menjelaskan fenomena metafiska.

Pada gilirannya, keterbatasan akal menyumbang pada perbedaan pendapat dan

kepercayaan. Baik itu atas objek fisika atau metafisika. Perbedaan terhadap

objek fisik terbukti dengan munculnya sejumlah teori fisika dan temuan

berbeda pada masing-masing zaman. Temuan Isac Newton tentang gravitasi

mempengaruhi cara berpikir sains selama tiga abad. Teori Newton kemudian

runtuh oleh temuan Einstain  tentang teori relativitas. Perbedaan ini

membuktikan bahwa akal terbatas dan menghasilkan pemahaman berbeda-beda

atas objek yang sama. Keragaman lantaran keterbatasan akal niscaya

hukumnya.

Jika keterbatasan akal atas objek fisik bisa melahirkan perbedaan persepsi,

maka pengetahuan tentang Tuhan sudah pasti berbeda. Bahkan keragaman

pengetahuan tentang Tuhan seberagam jumlah manusia. Masing-masing kita

mengalami perjumpaan pengalaman berbeda-beda sehingga kita memersepsi

keberadaan atau penolakan atas-Nya. Oleh karenannya, kita tidak perlu heran

jika ada perdebatan antara orang yang percaya keberadaan Tuhan, melalui

agama atau tidak, dengan mereka yang atheis. Perdebatan tersebut semata-mata

lantaran akal pikir manusia terbatas.

Keterbatasan bahasa

Dalam perkembangannya, muncul gagasan bahwa keterbatasan indera dan akal

sebagai akar keragaman diperuncing oleh bahasa. Perbedaan dan keragaman

pengetahuan atas dasar indera dan akal makin nyata keragamannya ketika

dirumuskan dalam bahasa. Bahkan Ferdinand de Saussure meyakini bahwa

tidak ada pengetahuan tanpa bahasa (Saussure, 1974). Sehingga, akar

perbedaan dan keragaman sesungguhnya pada keterbatasan bahasa.

Keterbatasan bermula dari kenyataan bahwa bahasa merupakan sistem tanda.

Sementara tanda memiliki keterbatasannya sendiri. Keterbatasan tanda inilah

yang kemudian menjadi garis batas bahasa. Tanda terbatas lantaran ia terdiri

16

Page 17: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

dari konsep dan bentuk. Hubungan antara konsep dan makna seolah taksir.

Kata gajah hanya merujuk pada hewan besar dan memiliki belalai. Kata gajah

tidak bisa digunakan untuk menandai hewan kecil dan bersayap. Bagaimana

dengan dua kata yang bisa yang sama untuk makna yang berbeda?

Misalnya apel dan apel. Yang satu merujuk pada jenis buah, yang kedua

fenomena lelaki mengunjungi kekasih. Kedua kata ini juga pada akhirnya

terbatas manakala muncul dalam rangkaian kata dalam satu kalimat.

Keterbatasan tanda kemudian melahirkan perubahan dan keragaman bahasa.

Pertautan dan rajutan satu tanda dengan tanda lainnya menentukan makna.

Kalimat “saya sakit kepala,” sebagai contoh. Bila rajutan huruf berubah, makna

dengan sendirinya berubah. Kata sakit pada kalimat tersebut jika huruf

vokal idi depan ditukar dan a di belakang, hasilnya bisa berubah: “saya sikat

kepala.” Begitu juga dengan perubaha tatanan kata, makna kalimatnya juga bisa

berubah. Misalnya susunan kalimat kita tukar menjadi “kepala sikat saya” tentu

maknanya berubah.

Keragaman atas dasar keterbatasan bahasa melahirkan keragaman berpikir

umat manusia. Perbedaan antara Newton dan Einstain tidak lebih karena

rumusan bahasa yang berbeda. Perbedaan keduanya bermula dari keterbatasan

bahasa yang dimiliki masing-masing pemikir paling berpengaruh tersebut. jika

ilmuan fisika bisa berbeda lantaran rumusan bahasanya, apalagi keyakinan akan

dunia metafisika. Perbedaan agama dengan ribuan keyakinannya yang ada di

dunia adalah bukti betapa masing-masing orang mengambil cara ucap yang

berbeda untuk memahami dan menghayati Sang Ada Absolut. Pilihan masing-

masing orang atas bahasanya adalah keragaman tersendiri dalam kehidupan

manusia. Di sinilah pluralitas eksistensial itu bercokol.

Keragaman atas dasar keterbatasan bahasa ini jadi kian kompleks manakala

berhadapan dengan teks, ruang dan waktu. Teks dalam konteks ini adalah

seluruh objek dan peristiwa yang ada di hadapan kita. Tidak hanya dalam arti

teks tertulis, tetapi juga tes tidak tertulis. Sementara ruang dan waktu

membingkai cara kita menghadapi teks. Tidak sekedar beragam lantaran

17

Page 18: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

keterbatasan tanda, keterbatasan merumuskan dalam memaknai teks makin

meneguhkan bahwa keragaman persepsi pada diri manusia tak terbantahkan.

Keragaman pemaknaan atas teks berangkat dari debat panjang mengenai

objektivitas makna. Pertanyaanya apakah kita, kini, dapat mengungkap makna

sebenarnya (makna sebagaimana dimaksud oleh pengarang) suatu teks?

Schleiermacher percaya bahwa kita dapat dan harus mengungkap makna

sebagaimana dimaksud si pengarang. Caranya? Sistem bahasa, di manapun dan

kapanpun mesti memiliki struktur. Dengan menelusuri struktur, penafsir dapat

memahami makna bahasanya. Sementara, makna utuh teks dimungkinkan

dengan mencari semangat zaman kala teks tersebut ditulis (dalam tradisi umat

Islam asbabun nuzul). Makna objektif, Schleiermacher yakin, niscaya dapat

direngkuh (Schleiermacher, 1959).

Namun demikian, keyakinan Scheleirmacher ini tidak bisa mejelaskan

kenyataan bahwa para penafsir bisa melahirkan tafsir yang berbeda-beda,

padahal pada ruang dan waktu yang sama. Gadamer mengingatkan bahwa

Scheleimacher melupakan peran penafsir. Bagi Gadamer, betapapun usaha

penafsir keras untuk mencapai objektivitas makna, penafsir  berhadapan dengan

kenyataan bahwa ia memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda.

Latar belakang dan pengalaman ini membentuk pola pikir dan perspektif

masing-masing penafsir (Gadamer, 1975).

Karena itulah, menurut Gadamer, penafsir tak dapat diremehkan. Ia

menyumbangkan banyak hal dalam mengungkap makna teks. Secara

eksistensial, kita hidup tidak di ruang hampa. Saya hidup sudah menduduki

“jabatan” sebagai seorang sunda, anak gunung, Islam NU turunan, dan

sebagainya. “Jabatan” tersebut melekat dalam pemahaman kita dan menjadi

penyangga dan penentu cara kita memilih cara ucap mengungkap makna teks.

Tak hanya ruang, waktu pun ikut menentukan jenis kita dalam memaknai objek

atau peristiwa yang ada dihadapan kita.

Dengan demikian, akar eksistensial keragaman atau pluralitas manusia terletak

keterbatasan panca indera, akal dan bahasa. Menyeragamkan pikiran, persepsi

18

Page 19: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

dan pengetahuan selalu menelan korban. Sebab pada dasarnya, manusia unik

dan masing-masing tampil dalam kesunyiannya masing-masing.

Akar Keragaman: Dimensi Sosial

Namun begitu, keterbatasan panca indera, akal dan bahasa yang mendasari

keragaman tidak berarti memusnahkan persamaan. Sebab keragaman hanya

mungkin manakala di sana ada persamaan. Apa yang kita sebut berbeda

lantaran ada bagian-bagain tertentu pada kesunyian manusia yang sama.

Persamaan dan perbedaan pada diri manusia dengan melihatnya pada dimensi

sosial. Interaksi antar manusia di lingkungan sosial melahirkan sejumlah

persamaan dan perbedaan.

Interaksi yang melahirkan perbedaan dan persamaan pada gilirannya

membentuk kelompok-kelompok. Kelompok tersebut mulai dari sekala kecil

[keluarga] hingga terbesar [bangsa]. Persamaan-persamaan yang teridentifikasi

dalam kelompok inilah yang kini kita kenal dengan identitas. Identitas saya

Sunda karena saya mengidentifkasi ada sejumlah kesamaan dengan orang-

orang yang seringkali dirumuskan sebagai Sunda. Persamaan tersebut misalnya

jenis bahasa yang sama.

Identifikasi ini pada saat yang bersamaan berlangsung setelah mengeliminasi

perbedaan-perbedaan yang ada. Saya menemukan diri saya Sunda setelah saya

mengeliminasi perbedaan saya yang berasal dari Garut dengan orang Sunda

lain yang berasal dari wilayah Tasikmalaya. Dan begitu seterusnya hingga

identitas transnasional, yaitu agama. Saya merasakan satu identitas dengan

warga muslim Palestina lantaran teridentifikasi sama-sama mengacu pada kitab

suci yang sama: al-Quran.

Proses identifikasi diri tersebut seringkali muncul begitu saja. Saya tidak perlu

merenung terlalu panjang untuk sampai pada kesimpulan bahwa saya orang

Sunda. Identifikasi berlangsung di alam bawah sadar. Karena itulah muncul

perdebatan dari asal mula identitas. Sebagian pemikir meyakini bahwa identitas

yang beragam ini adalah anugerah Ilahi. Identitas tercipta seiring Tuhan

19

Page 20: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

menciptakan manusia. Oleh karenannya, bagi mereka identitas memiliki

karakter yang tetap dan tidak akan berubah seiring ruang dan waktu. Identitas

Sunda sudah ada sejak zaman ajali dan tidak akan berubah hingga dunia ini

kiamat.

Pandangan bahwa identitas sebagai given tidak bisa menjelaskan mengapa ada

orang yang dengan mudah berganti identitas. Lebih dari itu, kadang satu

identitas menghilang sementara identitas lainnya muncul. Untuk itulah, pemikir

seperti Michel Foucault mengajukan pandangan bahwa identitas pada dasarnya

cair dan dapat berubah seiring ruang dan waktu (Foucault, 1970). Sebab

identitas merupakan bentukan manusia melalui interaksinya sepanjang sejarah.

Saya seorang Sunda, tetapi dengan mudah saya bisa menghilangkan kesundaan

saya dan beralih menjadi identitas Indonesia misalnya. Hari ini saya bisa

mengidentifikasi diri sebagai NU dan di lain waktu saya bermotamorfosa

menjadi Muhammadiyah.

Keragaman identitas di ruang publik tidak tumbuh berkembang dengan mulus.

Selalu saja ada gesekan antara satu identitas dengan identitas lainnya. Gesekan

tersebut didorong oleh faktor kekuasaan. Kehendak berkuasa tak terelakan pada

diri manusia manakala ia tampil ruang publik. Terlebih dia tampil mewakili

identitas tertentu. Dia akan merasa paling berhak menentukan aturan main

ketimbang indetitas lainnya. Sehingga identitas tertentu bisa menghakimi atau

meminggirkan identitas lainnya. Dari segi inilah kita mengenal istilah politik

identitas.

Politik identitas, menurut A. Syafii Maarif, mulanya adalah gerakan mahasiswa

di Amerika tahun 60-an atas dasar penindasan ekonomi maupun rasial (Maarif,

2010). Gerakan mahasiswa memperjuangakn hak-hak kelompok ekonomi dan

ras tertentu yang tersingkir, khususnya warga Afro-Amerika. Tujuan mereka

adalah bagaimana warga kelas kedua bisa tampail ddi ruang publik secara

setara dengan kelompok lainnya.

Belakangan politik identitas tidak hanya menjadi basis gerakan marxis, tetapi

identitas atas dasar sosial, budaya dan keagamaan juga mulai memperlihatkan

20

Page 21: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

gejala yang sama. Pertumbuhan penduduk muslim di Eropa dan Amerika yang

makin membesar melatari politik identitas tumbuh berkembang di sana. Di

antara penduduk muslim tersebut, menurut Buya, umumnya sulit beradaptasi

dengan budaya setempat. Mereka yang kurang terdirik gagap menghadapi

perbedaan identitas yang ada. Mereka meyakini kelompok lain harus musnah

demi tegaknya kelompok mereka di ruang publik. Akibat paling nyata, bagi

Maarif, adalah bom bunuh diri yang menewaskan banyak orang di Madrid,

Inggris dan Amerika.

Karena itulah, dari sudut dimensi sosial, akar keragaman terletak pada

bagaimana identitas tampil di ruang publik yang tidak jarang menimbulkan

gesekan. Di sinilah jarak antara pengetahuan akan keragaman artifisial tidak

berbanding lurus dengan harmoni di lingkungan sosial kita. Alih-alih harmoni,

perbedaan identitas lebih sering tampil dengan berbagai konflik dan bahkan

berakhir menjadi aksi kekerasan.

Keragaman Berkat atau Musibat? Dimensi Institusional

Keragaman eksistensial yang mengambil wujud sosialnya dalam politik

identitas, akan menjadi rahmat atau musibat bergantung pada bagaimana

institusi negara mengelolanya. Rezim ikut menentukan apakah keragaman

identitas bisa dipertahankan sebagai sumber kekuatan atau sumber kelemahan

suatu bangsa. Indonesia pada masa rezim Orde Baru pernah diakui sebagai

macan asia dalam berbagai bidang. Olah raga, beberapa kali Indonesia merajai

sejumlah perlombaan olah raga tingkat Asia. Kemudian, dari segi ekonomi

Indonesia adalah negara berkembang di Asia siap bersaing dengan negara maju

lainnya di Amerika dan Eropa. Pada masa ini, negara memanfaatkan

sumberdaya manusia dari berbagai latarbelakang identitas-identitas yang ada.

Namun sayang, keragaman sebagai sumber kekuatan bangsa sifatnya top-down.

Artinya harmoni dan penggalaman kekuatan datang dari atas ke bawah, dari

negara ke warga. Siapa saja membantah upaya ini dia akan berhadapan dengan

moncong senjata karena dianggap mengganggu ketertiban masyarakat.

Keragaman sebagai sumber kekuatan bangsa tidak tumbuh dari kesadaran

21

Page 22: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

warga. Gotong royong yang selalu kita banggakan sebagai jati diri bangsa,

sejatinya bentukan rezim.

Situasi berubah pada saat Soeharto mundur, rezim Orde Baru runtuh.

Perbedaan identitas kemudian menjadi sumber musibat bagi seluruh komponen

masyarakat. Politik identitas mengambil bentuk dalam aksi-aksi kekerasan dan

kerusuhan atas nama suku dan agama. Ini adalah bukti bahwa kesadaran

harmoni tidak muncul dari kesadaran warga. Sehingga masa transisi menuju

demokrasi menjadi ajang kelompok-kelompok dengan identitas tertentu

meneguhkan keberadaan dan kekuasaannya.

Pada masa transisi negara lemah. Pemerintahan lebih fokus pada upaya

memantapkan struktur politik yang lebih adil dan demokratis. Selain itu,

kemampuan negara di bidang keamanan melemah. Lembaga keamanan tidak

lagi percaya diri sebagaimana pada masa sebelumnya. Lembaga keamanan

mendapat tekanan dari berbagai pihak dan dianggap lembaga paling

berlumuran dosa sebagai garda terdepan dalam pelanggaran hak asasi manusia

pada masa rezim sebelumnya. Kelemahan negara pada masa transisi inilah

yang kemudian politik identitas antar masyarakat tidak jarang berakhir dengan

aksi kekerasan. Dalam konteks inilah keragaman bangsa menjadi musibat bagi

warganya.

Politik identitas di Indonesia pada masa transisi ini makin mengerikan. Gerakan

sosial atas nama identitas keagamaan, khususnya Islam seringkali berakhir

dengan menelan korban. Mulai dari isu aliran sesat, rumah ibadah tak berizin,

dan menegakkan negara Islam dengan teror sebagai jalan. Meski mesjid di

Indonesia umumnya masih dalam kendali NU dan Muhammadiyah, dua

organisasi moderat dan penopang demokrasi, Maarif menilai bahwa gerakan

Islamis dan salafis radikal mulai berkibar di Indonesia. Majelis Mujahidin

Indonesia (MMI), Front Pembela Islam (FPI), dan Hizbut Tahrir Indonesia

(HTI) adalah tiga organisasi yang hingga kini memperjuangkan syariat Islam

sebagai sistem negara. FPI adalah organsiasi sosial yang lebih sering tampail di

muka publik dengan wajah yang beringas.

22

Page 23: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

Sementara MMI dan HTI tidak tampak menggunakan cara kekerasan dalam

mewujudkan agendanya. Namun begitu, kedua organisasi ini tidak bersedia

menggunakan jalur demokrasi yang tersedia. Mereka menilai demokrasi adalah

sistem manusia yang bertentangan dengan hukum dan aturan main dari Tuhan.

Terakhir, gerakan keagamaan Islam di bawah organisasi Jamaah Islamiyah

menyalurkan aspirasinya melalui jalur kekerasan melaui sejumlah aksi teror.

Maarif yakin bahwa politik identitas bukan ancaman berarti jika kita benar-

benar menghayati dan mengamalkan visi dan misi para pendiri bangsa yang

tercermin dalam Pancasila. Namun begitu, Pancasila di sini, mengutip gagasan

Nurcholish Madjid, tidak boleh ditafsir secara monolitik. Kita harus membuka

tafsir atas Pancasila agar dengannya dapat mengawal keragaman identitas dan

budaya dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Penghayatan tersebut mendorong sitem demokrasi sebagai mekanisme dalam

perebutan kekuasaan dan pengambilan kebijakan secara adil dan transparan.

Sehingga kontestasi dengan sendirinya melahirkan kedaharan bahwa

keragaman adalah berkah dan sumber kekuatan.

Harmonisasi Keragaman

Jika keragaman identitas mengakar dalam setiap diri kita, maka keharmonisan

sosial harus kita ciptakan sendiri. Untuk itu perlu kesadaran masing-masing

kita bahwa keragaman tidak bisa kita tolak. Juga kita tidak bisa memaksakan

orang lain sama dengan kita. Sebab perbedaan dan keragaman adalah hakikat

kemanusiaan akibat panca indera akal dan bahasa kita yang terbatas.

23

Page 24: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

Namun apakah kesadaran saja cukup? Tentu saja tidak. Dalam survei LSI

bersama Lazuardi Birru tahun 2010 menunjukkan bahwa umumnya masyarakat

Indonesia intoleran. Enam dari 10 orang Indonesia tidak bisa menerima

disekitarnya dibangun rumah ibadah agama lain. Lalu bagaimana mengatasi

intoleransi yang umum seperti ini?

Untuk mengatasinya adalah komitmen pemerintah terhadap penegakan hukum.

Agenda penegakkan hukum  harus menjadi prioritas mempercepat masa transisi

menuju konsolidasi demokrasi. Aturan main dan hukum yang dibuat melalui

mekanisme demokrasi harus dikawal dengan baik. Siapa saja yang melanggara

aturan main dia harus mendapatkan hukuman sebagaimana diatur dalam UU

yang berlaku. Siapa saja yang tampil dengan wajah beringas dan melakukan

tindakan kriminal, ia akan berhadapan dengan penegak hukum yang tegas.

Sehingga, sikap intoleransi buah dari politik identitas yang mengarah pada

tindakan dengan kekerasan tidak berani muncul.

Menekan warga untuk tidak menyalurkan aspirasinya melalui cara kekerasan

saja tidak cukup. Upaya ini harus dibarengi dengan membuka ruang kontestasi

yang selebar-lebarnya. Sehingga, aspirasi tersalurkan dengan baik dan melalui

mekanisme yang adil, transparan dan bertangung jawab. Dengan begitu,

keragaman akan tetap kita rayakan melalui kontestasi yang sehat. Pertaruangan

kekuatan berbagai elemen dengan sendirnya akan menyeleksi anak-anak

terbaik bangsa. Dengan begitu, kemungkinan kita bersaing dengan negara lain

semakin lebar.

Di lain pihak, kontestasi juga menuntut para pesertanya tampil mengesankan di

hadapan seluruh lapisan masyarakat. Sebab dukungan masyarakat adalah

kekuatan utama kontestasi ini. Sehingga gerakan sosial berbasis identitas

keagamaan sekalipun akan mencari dukunagn tak hanya dari identitas yang ia

miliki tetapi juga lintas identitas. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah partai

yang membuka diri terhadap keanggotaan non-muslim dalam partainya.

Dengan demikian, politik identitas bisa menjadi berkah atau kekuatan jika

rezim memperkuat mekanisme demokrasi dan memperlebar kesempatan setiap

24

Page 25: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

warga berkompetisi. Jika tidak politik identitas adalah sumber malapetaka yang

setiap hari mengancam keberadaan warga, khususnya dengan identitas

minoritas.

Dengan demikian, keragaman memiliki akar terdalam  dalam diri kita. Yakni

keterbatasan sumber pengetahuan kita, panca indera, akal dan bahasa.

Keterbatasan diri ini, dalam interaksi sosialnya, kemudian melahirkan

pengelompokan-pengelompokan di masyarakat menjadi identitas. Sayangnya

Konstelasi antar identitas tidak hanya melahirkan kerjasama tetapi juga

seringkali berbuntut kekerasan dan menelan korban. Konstelasi yang tidak

menguntungkan ini umumnya dalam masa transisi, di mana negara masih

berkonsentrasi memperbaiki mekanisme menuju sistem demokrasi yang adil,

transparan dan terbuka.

Oleh karena itu, agar keragaman menjadi kekuatan ketimbang malapetaka, kita

memerlukan harmonisasi. Harmonisasi keragaman harus datang pertama-tama

dari dalam diri, bukan dari luar. Kesadaran tersebut adalah kesadaran

eksistensial. Yakni, perbedaan dan keragaman tidak bisa kita tolak. Sekaligus

kita juga tidak bisa memaksakan keragaman menjadi keseragaman.

Akan tetapi, adalah wajar jika tidak seluruh umat manusia memiliki kesadaran

ini. Mesti ada sebagai pihak yang ingin menghempaskan pihak lainnya demi

kekuasaan di ruang publik. Oleh karena itu, kesadaran diri saja tidak cukup.

Kita membutuhkan ketegasan pemerintah dalam menegakkan hukum yang

berlaku. Sembari pada saat yang bersamaan menciptakan ruang kontestasi yang

adil, transparan dan bertanggung jawab

C. PERILAKU TOLERAN TERHADAP KEBERAGAMAN

AGAMA, SUKU, RAS, BUDAYA DAN GENDER

Semua manusia pada dasarnya sama. Membeda-bedakan perlakuan terhadap

sesama manusia karena warna kulit atau bentuk fisik lainnya adalah sebuah

kesalahan. Tuhan menciptakan manusia berbeda dan beragam. Perbedaan itu

25

Page 26: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

adalah anugerah yang harus kita syukuri. Mengapa kita harus bersyukur dengan

keragaman itu? Dengan keragaman, kita menjadi bangsa yang besar dan arif

dalam bertindak. Agar keberagaman bangsa Indonesia juga menjadi sebuah

kekuatan, kita bangun keberagaman bangsa Indonesia dengan dilandasi

persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Persatuan dan kesatuan di sebuah negara yang beragam dapat diciptakan salah

satunya dengan perilaku masyarakat yang menghormati keberagaman bangsa

dalam wujud perilaku toleran terhadap keberagaman tersebut. Sikap toleransi

berarti menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan

berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda.

Toleransi sejati didasarkan sikap hormat terhadap martabat manusia, hati

nurani, dan keyakinan, serta keikhlasan sesama apa pun agama, suku,

golongan, ideologi atau pandangannya.

Perhatikan dan bacalah penjelasan perilaku toleran terhadap keberagaman

agama, suku, ras, budaya, dan gender di bawah ini.

 

1. Perilaku Toleran dalam Kehidupan Beragama 

Semua orang di Indonesia tentu menyakini salah satu agama atau kepercayaan

yang ada di Indonesia. Pemerintah Indonesia mengakui enam agama yang ada

di Indonesia. Agama tersebut adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha,

dan Khonghucu. Bukankah kalian sejak kecil sudah meyakini dan

melaksanakan ajaran agama yang kalian anut.

26

Page 27: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

Negara menjamin warga negaranya untuk menganut dan mengamalkan ajaran

agamanya masing-masing. Jaminan negara terhadap warga negara untuk

memeluk dan beribadah diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat (2). Bunyi

lengkap Pasal 29 ayat (2) adalah “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat

menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

Dalam kehidupan berbangsa, seperti kita ketahui keberagaman dalam agama itu

benar-benar terjadi. Agama tidak mengajarkan untuk memaksakan keyakinan

kita kepada orang lain. Oleh karena itu, bentuk perilaku kehidupan dalam

keberagaman agama di antaranya diwujudkan dalam bentuk:

menghormati agama yang diyakini oleh orang lain;

tidak memaksakan keyakinan agama kita kepada orang yang berbeda agama;

bersikap toleran terhadap keyakinan dan ibadah yang dilaksanakan oleh yang

memiliki keyakinan dan agama yang berbeda

melaksanakan ajaran agama dengan baik; serta

tidak memandang rendah dan tidak menyalahkan agama yang berbeda dan

dianut oleh orang lain.

27

Page 28: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

Perilaku baik dalam kehidupan beragama tersebut sebaiknya kita laksanakan,

baik dikeluarganya, sekolah, masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara

2. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Suku dan Ras di Indonesia 

Perbedaan suku dan ras antara manusia yang satu dengan manusia yang lain

hendaknya tidak menjadi kendala dalam membangun persatuan dan kesatuan

bangsa Indonesia maupun dalam pergaulan dunia. Kita harus menghormati

harkat dan martabat manusia yang lain. Marilah kita mengembangkan

semangat persaudaraan dengan sesama manusia dengan menjunjung nilai-nilai

kemanusiaan.

Suku bangsa di Indonesia

Perbedaan kita dengan orang lain tidak berarti bahwa orang lain lebih baik dari

kita atau kita lebih baik dari orang lain. Baik dan buruknya penilaian orang lain

kepada kita bukan karena warna, rupa, dan bentuk, melainkan karena baik dan

buruknya kita dalam berperilaku. Oleh karena itu, sebaiknya kita berperilaku

baik kepada semua orang tanpa memandang berbagai perbedaan tersebut.

3. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Sosial Budaya

Kehidupan sosial dan keberagaman kebudayaan yang dimiliki bangsa

Indonesia tentu menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Kita tentu harus

28

Page 29: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

bersemangat untuk memelihara dan menjaga kebudayaan bangsa Indonesia.

Siapa lagi yang akan mempertahankan budaya bangsa jika bukan kita sendiri.

Bagi seorang pelajar perilaku dan semangat kebangsaan dalam

mempertahankan keberagaman budaya bangsa di antaranya dapat dilaksanakan

dengan:

mengetahui keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia.

mempelajari dan menguasai salah satu seni budaya sesuai dengan minat

dan kesenangannya;

merasa bangga terhadap budaya bangsa sendiri; dan

menyaring budaya asing yang masuk ke dalam bangsa Indonesia.

4. Kesadaran Gender

Tuhan menciptakan manusia dalam dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan.

Laki-laki dan perempuan pada dasarnya sama. Hubungan sosial antara laki-laki

dan perempuan itulah yang dinamakan dengan jenis kelamin. Jadi, jenis

kelamin merujuk pada hubungan antara laki-laki dan perempuan, anak laki-laki

dan anak perempuan, dan bagaimana hubungan tersebut dilihat berdasarkan

sifat kodrat.

Pengertian gender tidak didasarkan pada sifat kodrat manusia. Gender adalah

konsep hubungan sosial yang membedakan kedudukan, fungsi, dan peran

antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Gender dibentuk dan

29

Page 30: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

berkembang seiring dengan budaya masyarakat. Gender bukan bawaan sejak

lahir.

Tiap-tiap masyarakat memiliki perkembangan budayanya sendiri, demikian

pula dalam perkembangan budaya bangsa Indonesia. Pemahaman gender di

Indonesia tentulah akan sejalan dengan perkembangan budaya bangsa

Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman dan kesadaran gender bersifat dinamis

dan dapat berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.

Kesadaran gender bararti meletakan kedudukan, fungsi, dan peran antara laki-

laki dan perempuan dalam masyarakat secara sejajar. Misalnya dalam keluarga,

maka setiap anggota keluarga bertanggung jawab atas kebersihan dan kerapian

rumah tempat tinggalnya. Anak laki-laki atau anak perempuan, keduanya bisa

menjaga kebersihan dan kerapian rumah tempat tinggalnya. Di sekolah, laki-

laki atau perempuan sama-sama dapat menjadi guru. Dalam masyarakat, baik

laki-laki maupun perempuan dapat mengambil peran yang berguna bagi sesama

manusia lainnya.

D. SUKU SUKU YANG ADA DI INDONESIA

Indonesia adalah negara yang terdiri dari beribu pulau yang terbentang dari Sabang di

barat sampai ke Merauke di timur. Indonesia di kenal dengan bangsa yang kaya akan

keragaman etnik, suku, adat istiadat, budaya, agama, serta bahasa. Hal itu dapat di

lihat dari cara hidup masyarakat nya, makanan nya , bahasa daerah, lagu daerah, alat

musik, pakaian nya, dan lain - lain. suku bangsa yang beraneka ragam budaya yang

hidup secara berdampingan merupakan kebanggaan tersendiri bagi rakyat Indonesia

sebagai bagian sari negara negara dunia, kita patut bangga, karena kita Bhineka

Tunggal Ika,berbeda beda tetapi tetap satu jua.

Meskipun ada teori yang menyebutkan bahwa bangsa Indonesia mempunyai nenek

moyang yang sama, kenyataannya ada beraneka ragam suku bangsa yang mendiami

wilayah Indonesia.Tidak diketahui secara pasti berapa jumlah suku bangsa di

Indonesia. Namun Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil sensus penduduk terakhir

2010, diketahui bahwa Indonesia terdiri dari 1.128 suku bangsa. Jumlah yang fantastis

30

Page 31: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

dari segi jumlah.  Dapat dibayangkan betapa keaneka-ragaman suku bangsa di

Indonesia.  Hal ini antara lain disebabkan oleh:

a. perbedaan ras asal,

b. perbedaan lingkungan geografis,

c. perbedaan latar belakang sejarah,

d. perkembangan daerah,

e. perbedaan agama atau kepercayaan, dan

f. kemampuan adaptasi atau menyesuaikan diri.

Daftar Lengkap Suku-Suku Yang Ada Di Nusantara – Indonesia adalah negara

kepulauan yang terdiri dari belasan ribu pulau, baik pulau besar maupun kecil. Dari

sekian banyak pulau tersebut, ada beraneka ragam kebudayaan yang terdapat di

dalamnya. Kebudayaan-kebudayan tersebut lahir dari berbagai macam suku bangsa

yang berdiam di tanah Kepulauan Nusantara. Nama - nama suku bangsa yang ada di

Indonesia berdasarkan provinsinya ialah sebagai berikut :

* Suku Aceh di Aceh: kabupaten Aceh Besar

* Suku Alas di kabupaten Aceh Tenggara

* Suku Alor di NTT: kabupaten Alor

* Suku Ambon di kota Ambon

* Suku Ampana di Sulawesi Tengah

* Suku Anak Dalam di Jambi

* Suku Aneuk Jamee di kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Barat Daya

* Suku Arab-Indonesia

* Suku Aru di Maluku: Kepulauan Aru

31

Page 32: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

* Suku Asmat di Papua

* Suku Abung di Lampung

* Suku Bali di Bali

* Suku Balantak di Sulawesi Tengah

* Suku Banggai di Sulawesi Tengah: Kabupaten Banggai Kepulauan

* Suku Baduy di Banten

* Suku Bajau di Kalimantan Timur

* Suku Bangka di Bangka Belitung

* Suku Banjar di Kalimantan Selatan

* Suku Batak di Sumatera Utara

* Suku Batin di Jambi

* Suku Bawean di Jawa Timur: Gresik

* Suku Belitung di Bangka Belitung

* Suku Bentong di Sulawesi Selatan

32

Page 33: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

* Suku Berau di Kalimantan Timur: kabupaten Berau

* Suku Betawi di Jakarta

* Suku Bima NTB: kota Bima

* Suku Boti di kabupaten Timor Tengah Selatan

* Suku Bolang Mongondow di Sulawesi Utara: Kabupaten Bolaang Mongondow

* Suku Bugis di Sulawesi Selatan

* Suku Bungku di Sulawesi Tengah: Kabupaten Morowali

* Suku Buru di Maluku: Kabupaten Buru

* Suku Buol di Sulawesi Tengah: Kabupaten Buol

* Suku Buton di Sulawesi Tenggara: Kabupaten Buton dan Kota Bau-Bau

* Suku Bonai di Riau: Kabupaten Rokan Hilir

* Suku Damal di Mimika

* Suku Dampeles di Sulawesi Tengah

* Suku Dani di Papua: Lembah Baliem

33

Page 34: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

* Suku Dairi di Sumatera Utara

* Suku Dayak di Kalimantan

* Suku Dompu NTB: Kabupaten Dompu

* Suku Donggo, Bima

* Suku Donggala di Sulawesi Tengah

* Suku Dondo di Sulawesi Tengah: Kabupaten Toli-Toli

* Suku Duri Terletak di bagian utara Kabupaten Enrekang berbatasan dengan

Kabupaten Tana Toraja, meliputi tiga kecamatan induk Anggeraja, Baraka, dan Alla

di Sulawesi Selatan

* Suku Eropa-Indonesia (orang Indo atau peranakan Eropa-Indonesia)

* Suku Flores di NTT: Flores Timur

* Suku Gayo di Aceh: Gayo Lues Aceh Tengah Bener Meriah

* Suku Gorontalo di Gorontalo: Kota Gorontalo

* Suku Gumai di Sumatera Selatan: Lahat

* Suku India-Indonesia

* Suku Banten di Banten

* Suku Cirebon di Jawa Barat: Kota Cirebon

* Suku Jawa di Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta

* Suku Jambi di Jambi: Kota Jambi

* Suku Kei di Maluku Tenggara: Kabupaten Maluku Tenggara dan Kota Tual

* Suku Kaili di Sulawesi Tengah: Kota Palu

* Suku Kaur di Bengkulu: Kabupaten Kaur

* Suku Kayu Agung di Sumatera Selatan

* Suku Kerinci di Jambi: Kabupaten Kerinci

* Suku Komering di Sumatera Selatan: Kabupaten Ogan Komering Ilir, Baturaja

* Suku Konjo Pegunungan, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan

* Suku Konjo Pesisir, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan

34

Page 35: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

* Suku Kubu di Jambi dan Sumatera Selatan

* Suku Kulawi di Sulawesi Tengah

* Suku Kutai di Kalimantan Timur: Kutai Kartanegara

* Suku Kluet di Aceh: Aceh Selatan

* Suku Krui di Lampung

* Suku Laut, Kepulauan Riau

* Suku Lampung di Lampung

* Suku Lematang di Sumatera Selatan

* Suku Lembak, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu

* Suku Lintang, Sumatera Selatan

* Suku Lom, Bangka Belitung

* Suku Lore, Sulawesi Tengah

* Suku Lubu, daerah perbatasan antara Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi

Sumatera Barat

* Suku Madura di Jawa Timur

* Suku Makassar di Sulawesi Selatan: Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar,

Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba (sebagian),

Kabupaten Sinjai (bagian perbatasan Kab Gowa)Kabupaten Maros (sebagian)

Kabupaten Pangkep (sebagian)Kota Makassar

* Suku Mamasa (Toraja Barat) di Sulawesi Barat: Kabupaten Mamasa

* Suku Mandar Sulawesi Barat: Polewali Mandar

* Suku Melayu (Suku Melayu Riau di Riau, Suku Melayu Tamiang di Aceh: Aceh

Tamiang)

* Suku Mentawai di Sumatera Barat: Kabupaten Kepulauan Mentawai

* Suku Minahasa di Sulawesi Utara: Kabupaten Minahasa terdiri 9 subetnik :

* Suku Minangkabau, Sumatera Barat

* Suku Mori, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah

35

Page 36: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

* Suku Muko-Muko di Bengkulu: Kabupaten Mukomuko

* Suku Muna di Sulawesi Tenggara: Kabupaten Muna

* Suku Muyu di Kabupaten Boven Digoel, Papua

* Suku Mekongga di Sulawes Tenggara: Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Kolaka

Utara

* Suku Nias di Sumatera Utara: Kabupaten Nias, Nias Selatan

* Suku Osing di Banyuwangi Jawa Timur

* Suku Ogan di Sumatera Selatan

* Suku Ocu di Kabupaten Kampar, Riau

* Suku Papua/Irian

* Suku Asmat di Kabupaten Asmat

* Suku Biak di Kabupaten Biak Numfor

* Suku Dani, Lembah Baliem, Papua

* Suku Ekagi, daerah Paniai, Abepura, Papua

* Suku Amungme di Mimika

* Suku Bauzi, Mamberamo hilir, Papua utara

* Suku Arfak di Manokwari

* Suku Kamoro di Mimika

* Suku Palembang di Sumatera Selatan: Kota Palembang

* Suku Pamona di Sulawesi Tengah: Kabupaten Poso

* Suku Pasemah di Sumatera Selatan

* Suku Pesisi di Sumatera Utara: Tapanuli Tengah

* Suku Pasir di Kalimantan Timur: Kabupaten Pasir

* Suku Rawa, Rokan Hilir, Riau

* Suku Rejang di Bengkulu: Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Lebong, dan

Kabupaten Rejang Lebong

* Suku Rote di NTT: Kabupaten Rote Ndao

* Suku Rongga di NTT Kabupaten Manggarai Timur

* Suku Saluan di Sulawesi Tengah

* Suku Sambas (Melayu Sambas) di Kalimantan Barat: Kabupaten Sambas

* Suku Sangir di Sulawesi Utara: Kepulauan Sangihe

36

Page 37: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

* Suku Sasak di NTB, Lombok

* Suku Sekak Bangka

* Suku Sekayu di Sumatera Selatan

* Suku Semendo di Bengkulu, Sumatera Selatan: Muara Enim

* Suku Serawai di Bengkulu: Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Seluma

* Suku Simeulue di Aceh: Kabupaten Simeulue

* Suku Sumbawa Di NTB: Kabupaten Sumbawa

* Suku Sumba di NTT: Sumba Barat, Sumba Timur

* Suku Sunda di Jawa Barat

* Suku Talaud di Sulawesi Utara: Kepulauan Talaud

* Suku Talang Mamak di Riau: Indragiri Hulu

* Suku Tamiang di Aceh: Kabupaten Aceh Tamiang

37

Page 38: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

* Suku Tengger di Jawa Timur Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo lereng G.

Bromo

* Suku Ternate di Maluku Utara: Kota Ternate

* Suku Tidore di Maluku Utara: Kota Tidore

* Suku Timor di NTT, Kota Kupang

* Suku Tionghoa-Indonesia

* Suku Tojo di Sulawesi Tengah: Kabupaten Tojo Una-Una

* Suku Toraja di Sulawesi Selatan: Tana Toraja

* Suku Tolaki di Sulawesi Tenggara: Kendari

* Suku Toli Toli di Sulawesi Tengah: Kabupaten Toli-Toli

* Suku Tomini di Sulawesi Tengah: Kabupaten Parigi Moutong

* Suku Una-una di Sulawesi Tengah: Kabupaten Tojo Una-Una

* Suku Ulu di Sumatera utara: mandailing natal

* Suku Wolio di Sulawesi Tenggara: Buton

38

Page 39: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

E. TARIAN YANG ADA DI INDONESIA

1. TARIAN-TARIAN DAERAH ISTIMEWA ACEH.Tari Seudati, berasal dari Arab dengan latar belakang agama Islam. Sebuah tarian dinamis penuh keseimbangan dengan suasana keagamaan. Tarian ini sangat disenangi dan terkenal di daerah Aceh

tari seudati

Tari Saman Meuseukat, di lakukan dalam posisi duduk berbanjar dengan irama yang dinamis. Suatu tari dengan syair penuh ajaran kebajikan, terutama ajaran agama Islam

tari saman meuseukat

2. TARIAN-TARIAN DAERAH BALITari legong, merupakan tarian yang berlatar belakang kisah cuinta Raja dari lasem. Diterikan secara dinamis dan memikat hati. 

39

Page 40: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

tari legong

Tari Kecak, sebuah tari berdasarkan cerita dan Kitab Ramayana yang mengisahken tentang bala tentara monyet dari Hanuman dari Sugriwa. 

tari kecakTari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadat umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi “ucapan selamat datang”, meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius. Pencipta/koreografer bentuk modern tari ini adalah I Wayan Rindi. 

40

Page 41: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

tari pendet

3. TARIAN-TARIAN DAERAH BENGKULUTari Andun, dari Bengkulu Selatan ini merupakan sebuah tarian guna menyambut para tamu yang dihormati.

tari andunTari Bidadari Teminang Anak, tarian ini dapat pula diartikan bidadari meminang anak. Tarian adat ini berasal dari Rejang Lebong.

tari bidadari.teminang anak

4. TARI-TARIAN DAERAH DKI-JAKATATari Topeng, merupakan sebuah tari tradisional Betawi dalam menyambut tamu agung.

41

Page 42: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

Tari topeng

Tari Yopong, adalah tari persembahan untuk menghormati tamu negara.

tari yopong

5. TARI-TARIAN DAERAH JAMBITari Sekapur Sirih, merupakan tari persembahan. Tari adat jambi ini hanyak persamaannya dengan tari Melayu.

tari sekapur sirih

42

Page 43: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

Tari Selampir Delapan, merupakan tari pergaulan muda-mudi dan sangat digemari di daerah Jambi.

tari selampir

6. TARIAN-TARIAN DAERAH JAWA BARATTari Topeng Kuncaran, merupakan sebuah tarian yang mengisahkan dendam kesumat seorang raja karena cintanya ditolak.

tari topeng kuncaran

Tari Merak, sebuah tari yang mengisahkan kehidupan burung merak yang serba indah dan memukau.

tari merak

43

Page 44: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

7. TARI-TARIAN DAERAH JAWA TENGAHTari Serimpi, sebuah tarian keraton pada masa silam dengan suasana lembut, agung dan menawan.

tari serimpi

Tari Blambangan Cakil, mengisahkan perjuangan Srikandi melawan Buto Cakil (raksasa). Sebuah perlambang penumpasan angkara murka.

tari blambang cakil

44

Page 45: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

8. TARI-TARIAN DAERAH JAWA TIMURTari Remong, sebuah tarian dari Surabaya yang melambangkan jiwa, kepahlawanan. Ditarikan pada waktu menyambut para tamu.

tari remong

Reog Ponorogo, merupakan tari daerah Jawa Timur yang menunjukkan keperkasaan, kejantanan dan kegagahan.

reog ponorogo

9. TARI-TARIAN DAERAH KALIMANTAN BARATTari Monong, merupakan tari penolak penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi

tari monong

45

Page 46: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

Tari Zapin Tembung, Merupakan suatu tari pergaulan dalam masyarakat Kalimantan Barat.

tari zapin tembung

10. TARI-TARIAN DAERAH KALIMANTAN SELATANTari Baksa Kembang, merupakan tari selamat datang pada tamu agung dengan menyampaikan untaian bunga.

tari baksa kembang

Tari Radab rahayu, di pertunjukan pada upacara tepung tawar, sebelum pengantin pria dan wanita di persandingkan.

46

Page 47: Keberagaman Dalam Masyarakat Indonesia

47