moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

39
BAB I PENDAHULUAN The leadership paradigm is something dynamic and always up to date to talk from one generation to generation. Lately, the leadership under SBY and JK, has planned a leadership headed toward Good Governance. All the “United Cabinet” were headed toward three main agenda. They promised to build peacefull situation, justice and democracy and prosperity for all. This policy, of course needs a good basic moral and ethic. Paradigma kepemimpinan merupakan sesuatu yang sangat dinamis. Masalahnya selalu hidup dan aktual untuk dikaji dari generasi ke generasi. Akhir – akhir ini Indonesia misalnya di era kepemimpinan Susilo Bambang Yudoyono mencanangkan pola kepemimpinan yang mengarah kepada kepemerintahan yang baik yang dikenal dengan istilah Good Governance. Mereka bertekad mewujudkan Indonesia yang aman dan damai, adil dan demokrasi, serta mewujudkan kesejahteraan yang melimpah dan merata (peace, justice, democracy and prosperity). Kebijakan yang mulia ini tentu saja membutuhkan landasan moral dan etik kepemimpinan yang baik. Pepatah Arab yang cukup terkenal di Indonesia mengatakan “Innamal umamu akhlaqu maa baqiat fain humu jahabat akhlaquhum jahabu” Artinya suatu umat akan kuat karena berpegang teguh pada moralitas yang ada, namun apabila moral diabaikan maka tunggulah kehancuran umat tersebut. Untuk itulah kita perlu menyadari bahwa krisis yang melanda Bangsa Indonesia saat ini (krisis keuangan, krisis pangan, krisis minyak, dan krisis lainnya) tidak terlepas dengan kemerosotan moral dan etika kepemimpinan di Negara kita. Kasus penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan di Lembaga Yudikatif telah menghancurkan harapan Bangsa Indonesia untuk

Upload: jerry-makawimbang

Post on 17-Nov-2014

8.998 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

BAB I

PENDAHULUAN

The leadership paradigm is something dynamic and always up to date to talk from one

generation to generation. Lately, the leadership under SBY and JK, has planned a leadership

headed toward Good Governance. All the “United Cabinet” were headed toward three main

agenda. They promised to build peacefull situation, justice and democracy and prosperity for

all. This policy, of course needs a good basic moral and ethic. Paradigma kepemimpinan

merupakan sesuatu yang sangat dinamis. Masalahnya selalu hidup dan aktual untuk dikaji dari

generasi ke generasi. Akhir – akhir ini Indonesia misalnya di era kepemimpinan Susilo

Bambang Yudoyono mencanangkan pola kepemimpinan yang mengarah kepada

kepemerintahan yang baik yang dikenal dengan istilah Good Governance. Mereka bertekad

mewujudkan Indonesia yang aman dan damai, adil dan demokrasi, serta mewujudkan

kesejahteraan yang melimpah dan merata (peace, justice, democracy and prosperity).

Kebijakan yang mulia ini tentu saja membutuhkan landasan moral dan etik kepemimpinan

yang baik.

Pepatah Arab yang cukup terkenal di Indonesia mengatakan “Innamal umamu akhlaqu maa

baqiat fain humu jahabat akhlaquhum jahabu” Artinya suatu umat akan kuat karena

berpegang teguh pada moralitas yang ada, namun apabila moral diabaikan maka tunggulah

kehancuran umat tersebut. Untuk itulah kita perlu menyadari bahwa krisis yang melanda

Bangsa Indonesia saat ini (krisis keuangan, krisis pangan, krisis minyak, dan krisis lainnya)

tidak terlepas dengan kemerosotan moral dan etika kepemimpinan di Negara kita.

Kasus penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan di Lembaga Yudikatif telah

menghancurkan harapan Bangsa Indonesia untuk menegakkan supremasi hukum dan keadilan.

Demikian pula kasus penyelewengan dan suap di lembaga legislative telah memusnahkan

impian rakyat Indonesia yang telah menunjuk wakilnya dalam memperjuangkan kesejahteraan

bersama. Dalam bidang pendidikan, penyelewengan dana pendidikan, perselingkuhan,

Pemaksaan kelulusan dalam UAN/UNAS dan masih banyak lagi fenomena yang menunjukkan

bahwa rapuhnya moral dan etika kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjadi penyebab

terbesar dari krisis multidimensional di Indonesia saat ini.

Sekarang pertanyaannya adalah apa yang menjadi penyebab moral dan etika itu tidak

fungsional. Jawabannya adalah selama ini pembangunan yang digalakkan lebih banyak

ditekankan dan terfokus pada upaya mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang maksimal.

Sementara aspek moralitas dan etika yang berdasarkan nilai – nilai keagamaan seolah – olah

Page 2: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

terabaikan oleh penentu kebijakan untuk dimasukkan dalam proses dan implementasi

pembangunan. Perlu diingat bahwa pembangunan tanpa dilandasi moral dan etika sudah

barang tentu akan berdampak munculnya individu dan kelompok yang tidak sehat secara

psikologis dan sosial.

Seorang pemimpin yang baik dalam kepemerintahan seyogyanya menumbuhkan semangat

yang kuat untuk memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin bangsanya. Seorang pemimpin

harus memiliki sikap takut akan Tuhan agar dapat tampil sebagai pemimpin sejati. Pemimpin

yang dapat dipercaya, jujur, patuh, disiplin, taat azas, mampu berkomunikasi secara efektif,

tegas dan tekun menegakkan kebenaran sehingga mampu mengalahkan musuh bangsa.

Moral melahirkan seorang pemimpin yang mampu menghargai pekerjaan orang lain,

mengakui kemampuan orang yang dipimpin dan menghormati mereka sebagai abdi Negara.

Moral mampu mendorong seoran pemimpin bersikap transparan, keterbukaan dalam

melaksanakan amanah yang diembannya.

Demikian pula halnya dengan etika yang merupakan refleksi dari moral yang bersumber

dari Pancasila. Etika yang berhimpitan dengan “moral” mampu melahirkan pemimpin yang

sadar akan keterbatasan kekuasaannya. Mengakui dan mendukung adanya keterbatasan

penggunaan kekuasaan pasti akan mencetak pimpinan yang mampu menghindari

penyalahgunaan kewenangan. Pemimpin yang secara sadar menghindari terjadinya

pemerintahan otoriteristik dan kekuasaan absolute .

Prinsip Kepemimpinan menurut pandangan Alkitab bahwa, Pemimpin Sebagai Pelayan, Di

dalam tugas Kepemimpinannya. Yesus telah mengutarakan prinsip kepemimpinan Kristen di

dalam, Markus 9:35 yaitu, “… Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia

menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Dan pada Markus 10: 43-

44, “Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata : “kamu tahu, bahwa mereka yang disebut

pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-

pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara

kamu, barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan

barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk

semuanya. Karena Anak manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk

melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Yang

menjadi pertanyaan sekarang masih adakah moral dan etika pemimpin kita yang mau menjadi

seorang “Pelayan” Semoga.

Oleh karena itu untuk mewujudkan hal tersebut, maka pada kesempatan ini penulis ini

melakukan suatu kajian teoritis dalam bentuk makalah yang berjudul : MORAL DAN

ETIKA KEPEMIMPIN PENDIDIKAN DALAM PANDANGAN ALKITAB

Page 3: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

BAB II

PEMBAHASAN

I. KONSEP DASAR KEPEMIMPINAN

A. Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan memiliki pandangan yang berbeda – beda oleh para ahli, sehingga

merekapun memberikan definisi tentang kepemimpinan berbeda pula, adapun pendapat

para ahli mengenai definisi pendidikan yaitu :

1. Overton (2002) menjelaskan: kepemimpinan adalah kemampuan untuk memperoleh

tindakan dengan dan melalui orang lain dengan kepercayaan dan kerjasama.

2. Manz dan Sims,Jr (2001) berpendapat bahwa, pemimpin adalah orang yang memiliki

kekuasaan, kewenangan atau karisma yang cukup untuk mempengaruhi orang lain.

3. James M. Black (1961), Leadership is capable persuading others to work together

under directions as a team to accomplish certain designated objectives,

(Kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup menyakinkan orang lain supaya

bekerjasama di bawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan tertentu)

4. Ordway Tead (1935), Leadership is the activity of influencing people to cooperate

toward some goal which come to find desirable, (Kepemimpinan adalah aktivitas

mempengaruhi orang-orang agar mau bekerjasama untuk mencapai beberapa tujuan

yang mereka inginkan).

5. G.L. Freeman & E.K. Taylor (1950), Leadership is an ability to create group action

toward an organizational objective with maximum effectiveness and cooperation from

each individual (Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan kegiatan

kelompok mencapai tujuan organisasi dengan efectivitas maksimum dan kerjasama dari

tiap-tiap individu).

6. George R. Terry (1972), Leadership is the relationship in which one person, or the

leader, influences others to work together willingly on related tasks to attain that which

the leader desires, (Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang

atau pemimpin, mempengaruhi orang-orang lain untuk bekerjasama secara sadar

dalam hubungan tugas untuk mencapai yang diinginkan pemimpin).

7. Menurut Shelton (1997) ada beberapa prinsip kepemimpinan yang perlu dipahami

yaitu:

a. Kepemimpinan adalah tidak ekslusif bagi kedudukan eksekutif

b. Organisasi akan hancur tanpa kepemimpinan

Page 4: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

c. Hal yang benar untuk memimpin harus dimunculkan

d. Fokus kepemimpinan terhadap hubungan timbal balik

e. Kepemimpinan bersifat kontekstual

f. Pemimpin memberikan inspirasi kepada orang lain untuk memimpin

g. Keterampilan manajemen adalah suatu komponen penting dalam kepemimpinan

h. Kepemimpinan dapat dipelajari

Berdasarkan keterangan diatas dapat disimpulkan kepemimpinan adalah kemampuan

mempengaruhi orang lain baik individu maupun kelompok yang dengan sukarela

melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.

B. Unsur - unsur Kepemimpinan

Menurut Hersey dan Blandchart (1988) berpendapat bahwa unsur kepemimpinan itu

yaitu pemimpin (Leader), pengikut (Follower), dan situasi (Situation) tempat di mana

berlangsungnya proses kepemimpinan. Sedangkan yang membedakan pemimpin

dengan yang dipimpin dapat dilihat dari bakat-bakatnya. Ada enam bakat menurut

Kilpatrik dan Locke (Overton, 2002), yaitu:

1. Keberanian 4. Rasa percaya diri

2. Keinginan/ dorongan untuk memimpin 5. Kecerdasan

3. Kejujuran dan integritas 6. Pengetahuan yang relevan dengan pekerjaan

Pemimpin tidak akan eksis tanpa anggota atau pengikut. Menurut Owens (1995:122)

bahwa ada beberapa hal pemimpin berhubungan dengan anggotanya:

1. Mendorong menyatukan anggota dalam mewujudkan visi

2. Membangkitkan komitmen pribadi untuk berusaha membawa visi memasuki masa

depan yang lebih baik

3. Mengatur lingkungan kerjasama yang menjadikan tujuan sebagai nilai terpusat

dalam organisasi

4. Memudahkan pekerjaan yang mereka butuhkan melakukannya untuk mencapai

visi.

C. Kekuasaan dan Kepemimpinan

Disini kepemimpinan sesorang memiliki hubungan yang sangat erat dengan

kekuasaan. Ada lima jenis kekuasaan menurut French dan Reven yang dikutip Owens

(1995), yaitu:

1. Reward Power, suatu kekuasaan yang diperoleh atas dasar pemberian hadiah atau

reward kepada anggota sehingga mereka melakukan kegiatan kegiatan yang

diinginkan.

Page 5: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

2. Coercive Power, kekuasaan yang bersifat paksaan melibatkan kemampuan

mengawasi dan memberi hukuman sehingga oranglain mematuhinya.

3. Expert Power, kekuasaan yang didasarkan atas penguasaan pengetahuan tertentu

sehingga mampu mendorong orang melakukan sesuatu karena pengaruhnya yang

berdasar pengetahuannya.

4. Legitimate Power, kekuasaan yang dimiliki karena kewenangannya dalam posisi

tertentu pada organisasi sehingga diakui oleh orang lain memiliki hak yang wajib

untuk dipatuhi.

5. Referent Power, kekuasaan datang dari keinginan bawahan untuk mengidentifikasi

atau menyenangkan atasannya.

D. Keterampilan dan Sifat Kepemimpinan

1. Keterampilan memimpin

Hersey dan Blanchard (1988:5) mendefinisikan kepemimpinan adalah setiap

tindakan yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain melakukan sesuatu sesuai

dengan harapan yang mempengaruhi didalamnya telah terjadi proses

kepemimpinan.

2. Sifat-Sifat Kepemimpinan

Beberapa bakat dari pemimpin yang baik menurut Overton  (2002) mencakup : 1)

Kejujuran dan integritas, 2) Keberanian/semangat, 3) Keinginan/dorongan

memimpiun, 4. Percaya diri, 5) Kecerdasan, 6. Pengetahuan yang relevan dengan

pekerjaan.

E. Perilaku dan Gaya Kepemimpinan

1. Prilaku kepemimpinan

Ada empat perilaku kepemimpinan hasil penelitian Ohio State Leadership

sebagaimana dikemukakan oleh Robins (1991) dan Hersey & Blanchard (1988):

a. Memerintah (Directiv), Yaitu pemimpin memberitahu apa dan kapan sesuatu

dikerjakan, tidak ada partisipasi dalam pengambilan keputusan.

b. Mendukung (supportive), yaitu manajer menjadi sahabat bagi pegawai dan

menunjukkan minat kepada mereka.

c. Memudahkan (fasilitatif), yaitu pimpinan memberitahu saran dan melibatkan

pegawai dalam pengambilan keputusan.

d. Orientasi Prestasi (Achievement-Orientet), yaitu pimpinan membagi kontribusi

tentang tujuan dan menunjukkan kepercayaan bahwa pegawai mampu

mencapainya.

Page 6: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

2. Gaya Kepemimpinan

a. Gaya kepemimpinan otokratis adalah gaya kepemimpinan yang berorientasi

kepada tugas akan tetapi kurang perhatian pada kebutuhan para pekerjanya.

b. Gaya kepemimpinan demokratis adalah mengikutsertakan anggota bawahan

dalam pengambilan keputusan dalam rangka menumbuhkan komitmen kerja

untuk mencapai tujuan.

c. Gaya kepemimpinan kendali bebas (laissezfaire) menekankan bahwa pemimpin

tidak hanya berusaha untuk menjalankan kontrol atau pengaruh terhadap para

anggota kelompok. Dalam gaya kepemimpinan ini cenderung pemimpin sering

memberi kekuasaan pada bawahan.

II. Kepemimpinan pendidikan

A. Konsep dasar kepemimpinan pendidikan

Secara umum definisi kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai berikut.

“Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk

dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan

kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan

selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang

telah ditetapkan”. Pendidikan” yang mengandung arti dalam lapangan apa dan dimana

kepemimpinan itu berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri-ciri yang

harus dimiliki oleh kepemimpinan itu.

Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan

pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif

dan efisien.

1. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan

a. Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh

rasa kebebasan.

b. Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir dari yaitu ikut serta dalam

memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan

menjelaskan ujian

c. Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, yaitu membantu

kelompok dalam menganalisis situasi untuk kemudian menetapkan prosedur mana

yang paling praktis dan efektif

Page 7: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

d. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan bersama dengan

kelompok. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari

pengalaman

e. Pemimpin bertanggung jawab dalam mengembangkan dan mempertahankan

eksistensi organisasi.

2. Tipe-Tipe Kepemimpinan Pendidikan

a. Tipe Otoriter c. Tipe demokratis

b. Tipe “Laissez-faire” d. Tipe Pseudo Demokratis.

3. Syarat-Syarat Pemimpin Pendidikan

a. Rendah hati dan sederhana

b. Bersifat suka menolong

c. Sabar dan memiliki kestabilan emosi

d. Percaya kepada diri sendiri

e. Jujur, adil dan dapat dipercaya

f. Keahlian dalam jabatan

4. Ketrampilan Yang Harus Dimiliki Pemimpin

a. Ketrampilan dalam memimpin

b. Ketrampilan dalam hubungan insani

c. Ketrampilan dalam proses kelompok

d. Ketrampilan dalam administrasi personil

e. Ketrampilan dalam menilai

5. Pendekatan Tentang Teori Munculnya Pemimpin

Munculnya pemimpin dikemukakan dalam beberapa teori, yaitu :

a. Teori Pertama, berpendapat bahwa seseorang akan menjadi pemimpin karena ia

memang dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Maka munculah istilah ‘Leaders are

borned not bulid”. Teori ini disebut teori Genetis.

b. Teori Kedua, mengatakan bahwa seseorang akan menjadi pemimpin kalau

lingkungan, waktu atau keadaan memungkinkan ia menjadi pemimpin. Maka

munculah istilah “Leaders are built not born”. Teori ini disebut teori Sosial.

c. Teori Ketiga, adalah gabungan teori pertama dengan teori kedua, ialah untuk

menjadi seorang pemimpin perlu bakat dan bakat itu perlu dibina supaya

berkembang. Teori ini disebut teori Ekologis.

d. Teori Keempat, disebut teori Situasi / Kontingensi. Menurut teori ini setiap orang

bisa menjadi pemimpin, tetapi dalam situasi tertentu saja, karena ia memiliki

kelebihan-kelebihan yang diperlukan dalam situasi itu.

Page 8: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

6. Pendekatan Dalam Mempelajari Kepemimpinan Pendidikan

a. Pendekatan Kontingensi / Situasi

Model Kepemimpinan Kontingensi

Model Kepemimpinan Tiga Dimensi

Teori Kepemimpinan Situasional

b. Pendekatan Sifat (Traits Approch)

c. Pendekatan Keperilakuan (Behavioral Approch)

d. Studi Kepemimpinan Ohio State University

e. Teori Kepemimpinan Managerial Grid

f. Model Getzels dan Guba

g. Kazt mengemukakan tiga ketrampilan yang harus dikuasai oleh seorang pemimpin,

ialah human relation skill, technical skill, dan conceptual skill. Kazt juga

mengemukakan ranah ketrampilan pemimpin yaitu : Top Manager, Middle  Level

Manager dan First Supervisior (Lower Manager).

B. MODEL – MODEL KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN

1. Kepemimpinan Visioner

Kepemimpinan visioner adalah kemampuan seseorang pemimpin dalam bagaimana

mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan / mensosialisasikan dan

mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau

sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan stakeholder yang diyakini

sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui

komitmen semua personil.

Sebelum seorang pemimpin yang visioner menetapkan visi, maka maka pemimpin

tersebut perlu mempunyai pengalaman hidup, pendidikan, pengalaman profesional,

interaksi dan komunikasi dalam kegiatan intelektual yang membentuk pola pikirnya.

Sehingga dengan demikian, terciptanya visi terbentuk dari perpaduan antara

INSPIRASI, IMAJINASI INSIGHT, INFORMASI, PENGETAHUAN dan

PENILAIAN (JUDGMENT). Seorang pemimpin yang visioner mempunyai konsep

tentang :

a. Bagaimana merekayasa masa depan untuk menciptakan pendidikan yang produktif.

b. Menjadikan dirinya sebagai agen perubahan

c. Memposisikan sebagai penentu arah organisasi

d. Pelatih atau pembimbing yang profesional

e. Mampu menampilkan kekuatan pengetahuan berdasarkan pengalaman profesional

dan pendidikannya.

Page 9: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

Pendidikan dapat dikatakan produktif apabila seorang pemimpin dalam mengelola

pendidikannya dapat melakukan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaannya

menerapkan 5 konsep tersebut diatas.

Sifat - sifat seorang visioner, selain dia mampu melihat dan memanfaatkan peluang-

peluang di masa depan ia juga memiliki prinsip kepemimpinan seperti yang

dikemukakan Stephen R. Covey (1997) tentang pemimpin yang berprinsip dengan ciri-

ciri sebagai berikut :

a. Selalu belajar (terus menerus) f. Hidup seimbang

b. Berorientasi pada pelayanan g. Melihat hidup sebagai petualangan

c. Memancarkan energi positif h. Sinergistik

d. Mempercayai orang lain

e. Selalu berlatih untuk memperbaharui diri agar mampu mencapai prestasi yang tingi

2. Kepemimpinan Transformasional

Bass (1985) mengemukakan sebuah teori kepemimpinan transformasional

(transformational leadership) yang dibangun atas gagasan – gagasan yang lebih awal

dari Burns (1978). Tingkatan sejauh mana seorang pemimpin disebut transformasional

terutama diukur dalam hubungannya dengan efek kepemimpinannya tersebut terhadap

para pengikutnya. Di mana para pengikut dari seseorang pemimpin transformasional

merasa adanya KEPERCAYAAN (TRUST), KEKAGUMAN, KESETIAAN

(LOYALITY), dan HORMAT TERHADAP PEMIMPIN tersebut, serta mereka

termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang awalnya diharapkan terhadap mereka

/ terdorong untuk lebih sukses dari pemimpinnya.

Saat ini para tokoh – tokoh motivator di Indonesia menggunakan model

kepemimpinan transformasional sebagai salah satu konsep pengembangan diri yang

sering diajarkan untuk memotivasi dan menciptakan pemimpin yang ideal, antara lain

Tung Desem Waringin, Mario Teguh, Andrie Wongso dll. Formulasi asli dari teori

tersebut di atas mencakup tiga komponen kepemimpinan transformasional, yaitu :

a. Kharisma

b. Stimulasi intelektual

c. Perhatian yang diindividualisasikan

Dengan demikian seorang kepala sekolah dapat dikatakan menerapkan

kepemimpinan transformasional jika dia mampu mengubah energi sumber-sumber daya

baik manusia maupun non-manusia untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah.

Implementasi model kepemimpinan transformasional dalam bidang pendidikan

memang perlu diterapkan, seperti kepala sekolah, kepala dinas, kepala departemen, dll.

Page 10: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

Model kepemimpinan ini memang perlu diterapkan sebagai salah satu solusi krisis

kepemimpinan terutama dalam bidang kependidikan. Adapun alasan – alasan mengapa

diterapkannya model kepemimpinan transformasional didasarkan pendapat Olga

Epitropika (2001) bahwa ada enam hal mengapa kepemimpinan transformasional

penting bagi suatu organisasi :

a. Secara signifikan meningkatkan kinerja organisasi

b. Secara positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan

kepuasan pelanggan

c. Membangun komitmen yang lebih tinggi para anggotanya terhadap organisasi

d. Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku keseharian

organisasi

e. Meningkatkan kepuasan pekerja melalui pekerjaan dan pemimpin

f. Mengurai stress para pekerja dan meningkatkan kesejahteraan

Implementasi model kepemimpinan transformasional dalam organisasi / instansi

pendidikan perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

a. Mengacu pada nilai-nilai agama yang ada dalam oragnisasi / instansi bahkan suatu

negara.

b. Disesuaikan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem organisasi / instansi

tersebut.

c. Menggali budaya yang ada dalam oragnisasi tersebut

d. Karena sistem pendidikan merupakan sub sistem, maka harus memperhatikan

sistem yang lebih besar yang ada di atasnya seperti sistem negara.

III. Kepemimpinan dalam Pandangan Kristen

A. Dasar Kepemimpinan Kristen

1. Dipilih dan ditetapkan Allah, Seorang bisa dilahirkan dengan bakat kepemimpinan,

namun akan efektif bila dia dibentuk dengan adanya kesempatan, latihan dan

pengalaman.  Dalam kepemimpinan rohani, selain bakat dan pembentukan, ada faktor

panggilan dan penetapan Allah untuk memimpin.  Contoh : Musa.

2. Adanya kerinduan/beban untuk memimpin, Seorang pemimpin rohani adalah orang

yang menyadari adanya beban tugas dan tanggung jawab terhadap terhadap umat

Tuhan, sehingga mereka bersedia berkorban, bahkan menderita demi menjalankan

kehendak Allah dalam pelayanan.  Contoh: Nehemia, Martin Luther.

3. Mengutamakan fungsi, bukan jabatan, Seorang pemimpin rohani harus berfungsi:

menjalankan tugas pelayanannya dengan rajin dan setia, bukan mengutamakan pangkat

Page 11: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

atau jabatan.  Fokus dan prioritas utamanya adalah mengutamakan kerja dan bukan

imbalan (Luk. 17:10).

B. Pola Kepemimpin Kristen

Pola kepemimpinan Kristen yang Alkitabiah adalah pelayanan yang penuh kerendahan

hati, seperti yang ditunjukkan Yesus ketika Ia membasuh kaki para muridNya.  Yesus

memberi teladan tentang pelayanan sejati, kerendahan hati dan kebesaran sejati (Yoh.

13:12-15, Luk. 22:24-26).  Paling tidak ini mencakup tiga konsekuensi, yakni:

1. Melayani dengan kasih dan bukan memerintah dengan otoriter, Pelayanan yang

tidak didasari peninggian tapi perendahan diri (Fil. 2:5-11).  Yesus adalah teladan

kepemimpinan yang melayani, karena Dia datang untuk melayani dan memberi diri

bagi pelayanan (Mrk. 10:42-45).  Karena itu kita tidak boleh terpengaruh oleh pola

kepemimpinan dunia dengan menolak: kepemimpinan tangan besi yang menjalankan

kuasa dengan keras dan memiliki motivasi ingin menjadi yang paling besar dan

terkemuka.

2. Bergantung total kepada Allah, bukan kepada manusia, Pemimpin rohani tidak

mengandalkan manusia (mis: yang kaya, berpangkat) tapi mengandalkan Allah.

3. Mempermuliakan Allah dan bukan diri sendiri, Ia berusaha menyukakan Allah

lebih dari pada menyukakan manusia (I Tes. 2:4).  Penghormatan kepada Allah harus

melebihi penghormatan kepada manusia.

C. Dasar Teologis Kepemimpinan Kristen

Dasar teologis yang harus dipahami dan harus ada pada seorang pemimpinan Kristen

ialah :

1. Pemimpin Kristen harus memahami dasar kepemimpinan Kristen bahwa ia terpanggil

sebagai “pelayan – hamba” (Makus 10 : 42 – 45). Sebagai pelayan, pemimpin

terpanggil kepada tugas yang olehnya ia menjadi pemimpin. Sebagai hamba, ia

terpanggil dengan status menghamba kepada TUHAN, yang harus diwujudkan dalam

sikap, sifat, kata, dan perbuatan.

2. Pemimpin Kristen harus memiliki motif dasar kepemimpinan Kristen yaitu; Satu:

“membina hubungan” dengan orang yang dipimpinnya dan orang lain pada umumnya

(Markus 3:13-19; Matius 10:1-4; Lukas 6:12-16). Dalam kaitan ini, perlulah disadari

bahwa kadar hubungan-hubunganlah yang menentukan keberhasilan seseorang sebagai

pemimpin. Dua: “mengutamakan pengabdian” (Lukas 17:7-10). Mengutamakan

pengabdian menekankan bahwa “kerja” adalah fokus, prioritas, sikap serta tekanan

utama, sehingga ia akan mengabdikan diri untuk melakonkan tugas kepemimpinan

dengan sungguh-sungguh.

Page 12: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

3. Pemimpin Kristen harus memahami PROSES KEPEMIMPINAN serta ketrampilan

memimpin, antara lain :

a. Ia harus mengetahui tujuan (tujuan Allah, tujuan organisasi, tujuan operasi kerja)

dari institusi/organisasi yang dipimpinnya.

b. Ia perlu mengenal tanggung jawab serta tugas yang dipercayakan kepadanya.

c. Ia harus memahami dan mengenal fungsi pengelolaan kerja (manajemen) – (Lukas

14:28-30).

d. Ia harus berupaya mengenal setiap orang yang dipimpinnya untuk mempermudah

penggalangan serta pembinaan hubungan antara pemimpin-bawahan, sebagai dasar

untuk melaksanakan kinerja kepemimpinan yang berkualitas. Kondisi hubungan

baik antara pemimpin dengan para bawahan sangat menentukan pelaksanaan kerja

yang dapat dilakukan dengan baik pula.

e. Ia harus mengerti dengan baik bagaimana caranya mencipta hubungan, kondisi

yang kondusif, serta pemenuhan kebutuhan dari bawahannya dalam upaya

memperlancar uapaya dan kinerja kepemimpinan.

D. Karakteristik Kepemimpinan Kristen

Faktor utama yang harus dimiliki seorang pemimpin Kristen adalah: Integritas.  Paulus

pernah menasehati Timotius, “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu.” (I Tim.

4:16).  Bila kita memiliki karakter yang indah maka akan timbul wibawa rohani, yang

membuat orang akan rela mengikuti kita.   Alkitab menuntut persyaratan ketat untuk

seorang pemimpin rohani.

Dalam Keluaran 18:21, disebutkan bahwa orang yang harus dipilih untuk menjadi

pemimpin umat Israel adalah orang yang memiliki:

1. Integritas Diri (hubungan dengan diri, dan bagaimana memandang diri) – cakap, yaitu

menyangkut keberadaan/kemampuan/kematangan individu.  

2. Integritas Rohani (hubungan pribadi dengan Allah) – takut akan Allah, komitmen

kepada Allah.  

3. Integritas Sosial (integritas etika/moral/sosial dalam hubungan dengan orang lain)

– dapat dipercaya  

4. Integritas Ekonomi (hubungan dengan benda/uang, kebutuhan vs tanggung jawab)

– benci pengejaran suap.  

5. Integritas Kerja (hubungan dengan pekerjaan yang dipercayakan kepada pemimpin)

– memimpin orang 1000, 100, 50, 10 – sikap terhadap kerja dan orang yang dipimpin. 

Dalam I Timotius 3:1-13, Paulus memberikan kriteria bagi seorang pemimpin rohani,

meliputi klasifikasi :  

Page 13: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

1. Sosial: tak bercacat, mempunyai nama baik di luar jemaat, orang terhormat.  

2. Moral : suami dari satu istri, dapat menahan diri, bukan peminum/penggemar anggur.  

3. Mental: bijaksana, sopan, cakap mengajar.  

4. Kepribadian: Bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, suka memberi

tumpangan, bukan hamba uang/serakah, jangan bercabang lidah dan suka memfitnah,

hati nuraninya murni, dapat dipercaya.  

5. Rumah Tangga: kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-

anaknya.  

6. Kedewasaan: bukan orang yang baru bertobat, harus diuji dulu. 

Karena itu seorang pemimpin Kristen, disamping harus sudah lahir baru, ia haruslah

memiliki kepribadian yang matang/dewasa, antara lain : 

1. JUJUR, Seorang pemimpin harus memiliki kejujuran baik terhadap orang lain maupun

diri sendiri.  Jujur berarti tidak bercabang lidah, bertindak sportif, terbuka dan berani

mengakui kesalahan serta tidak mencari “kambing hitam”.  Hal ini tidak akan

menurunkan wibawa kita, malah membuat orang lain makin respek/menghargai kita. 

2. MENJAGA KESUCIAN, Kesucian memberikan wibawa rohani dan urapan Allah

kepada seorang pemimpin.  Namun kesucian bukan berarti kita tidak pernah gagal atau

salah, tapi sikap dimana kita senantiasa rela diperbaiki dan cepat menyelesaikan

kegagalan, dosa dan kesalahan. Makin tinggi kerohanian seseorang, makin mudah ia

mengaku dosa dan membereskannya.  Orang yang mudah mengaku dosa, mudah

menerima pengampunan. 

3. MEMILIKI PENDIRIAN ROHANI YANG TEGUH, Pemimpin harus memiliki

landasan rohani yang kokoh, tidak berkompromi dalam mengambil keputusan karena

mendengar pendapat orang atau membaca buku saja.  Pemimpin juga harus tegas,

artinya konsekwen dengan apa yang sudah digariskan.  Tegas berarti berani mengoreksi

anak buah yang salah, namun dengan kasih (Ams. 28:23). 

4. DISIPLIN, Sifat ini sangat penting karena tanpa disiplin maka karunia-karunia yang

lain, betapa pun besarnya, tidak akan berkembang dengan sepenuhnya. Seorang

pemimpin dapat memimpin orang lain, karena ia telah mengalahkan dirinya sendiri.

Seorang pemimpin adalah orang yang pertama-tama telah menyerahkan dengan

sukarela dan belajar untuk mentaati disiplin yang berasal dari luar dirinya, tetapi yang

kemudian menaklukkan dirinya sendiri pada disiplin yang lebih keras dari dalam. 

Mereka yang memberontak terhadap penguasa dan meremehkan disiplin pribadi, jarang

yang cakap menjadi pemimpin pada tingkat atas.  Orang yang berkaliber pemimpin

Page 14: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

akan bekerja sementara orang lain membuang-buang waktu, belajar pada waktu orang

lain tidur, dan berdoa pada waktu orang lain bermain.  

5. KEBERANIAN, Keberanian adalah sifat pikiran yang memungkinkan orang untuk

menghadapi bahaya atau kesukaran dengan keteguhan, tanpa rasa takut atau kecil hati.

Martin Luther memiliki sifat yang penting ini dalam ukuran yang luar biasa. Dia

berkata, “Saya tidak merasa takut sedikitpun; Allah dapat membuat orang begitu

berani.  Tingkat keberanian yang paling tinggi dapat dilihat dalam pribadi yang paling

penakut, tetapi yang tidak mau menyerah kepada ketakutan.” Keberanian seorang

pemimpin dinyatakan dalam hal ia rela menghadapi kenyataan yang tidak enak dengan

ketenangan hati yang teguh. 

6. KERENDAHAN HATI, Di bidang politik, kerendahan hati bukanlah suatu sifat yang

diinginkan atau diperlukan. Tetapi menurut ukuran Allah, kerendahan hati mendapat

tempat yang sangat tinggi.  Tidak menonjolkan diri, tidak mengiklankan diri, adalah

definisi yang diberikan Kristus untuk kepemimpinan.  Seorang pemimpin rohani akan

memilih pelayanan yang penuh pengorbanan  yang tidak digembar-gemborkan, bukan

tugas yang megah dan pujian yang berlebihan dari orang-orang yang tidak rohani. 

Rendah hati beda dengan rendah diri/minder, tapi terbuka untuk menerima kritik dan

memperbaiki kekurangan diri. Contoh: Paulus merendahkan hati agar tujuan Injil

tercapai ( I Kor 9:22-23). 

7. RAJIN, MAU BEKERJA KERAS, Tak ada hal besar yang bisa dicapai bila

pemimpin malas dan tidak mau bekerja keras.  Kerajinan, kerja keras disertai keuletan,

itulah yang membuat kepemimpinan seseorang menjadi efektif.  Pemimpin dituntut

bekerja lebih daripada orang yang dipimpinnya.  Terutama bekerja dengan pikiran,

strategi, pengertian dan kasih.  Keberhasilan tidak diraih dalam sekejap.  Mereka

bekerja keras di malam yang gelap ketika orang lain tertidur lelap.  Untuk itu

dibutuhkan disiplin diri yang teguh.  Seorang pemimpin dapat memimpin orang lain

karena ia telah mengalahkan dirinya sendiri. 

8. RELA BERKORBAN/MENDERITA, Pemimpin yang tidak rela berkorban

(termasuk mengorbankan harta milik) tidak akan berhasil.  Perhatikan teladan Yesus

yang bahkan rela mengorbankan hidup-Nya bagi umat manusia.  Pemimpin rohani juga

harus sungguh-sungguh berjuang dan bergumul dalam pelayanan.  Kemajuan pekerjaan

Tuhan seringkali menuntut kerelaan menderita dari si pengerjanya.  Lihat: Mazmur

126:5-6. 

9. KESABARAN,Kesabaran adalah keteguhan hati untuk tahan menderita demi

kemenangan, menerima dengan gagah dan berani segala sesuatu yang dapat menimpa

Page 15: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

kita di dalam hidup ini, dan mengubah keadaan yang paling buruk sekalipun menjadi

satu langkah ke arah yang lebih tinggi.  Kesabaran adalah kesanggupan yang

memungkinkan orang melampaui keadaan krisis dengan tabah, dan dengan gembira

selalu menyambut yang tidak terlihat. 

10. MEMPERHATIKAN, Pemimpin harus peduli kepada pengikutnya, seperti ibu yang

mengasuh dan merawat anaknya, dan seperti bapa yang menasehati dan menguatkan

hati anaknya (I Tes. 2:7-8, 11).  Orang tidak peduli berapa banyak yang anda tahu,

sampai orang tahu berapa banyak anda peduli. Seorang pemimpin sejati sanggup

memperkaya kehidupan orang yang dipimpinnya.  Ia senang melihat mereka maju dan

tidak menganggapnya sebagai saingan.  Ini terjadi karena ia memiliki “hati Bapa”. 

11. HIKMAT, Hikmat adalah pengetahuan dengan pengertian sedalam-dalamnya terhadap

inti persoalan, dan mengenalnya sebagaimana adanya.  Di dalam hikmat termasuk

pengetahuan akan Allah dan segala seluk beluk tentang hati manusia.  Hikmat jauh

lebih luas daripada pengetahuan; hikmat merupakan penerapan yang benar daripada

pengetahuan di dalam persoalan-persoalan moral dan rohani, dalam menghadapi

keadaan yang membingungkan dan kerumitan hubungan manusia. Hikmat lebih

daripada kecerdasan manusia, hikmat adalah ketajaman sorgawi. Menurut Theodore

Roosevelt, hikmat sembilan persepuluhnya adalah sikap bijaksana pada

waktunya.Pengetahuan diperoleh melalui belajar, tetapi pada waktu Roh Kudus masuk,

Ia memberikan hikmat untuk memakai dan menerapkan pengetahuan itu dengan tepat.  

12. PENUH DENGAN ROH KUDUS, Kepemimpinan rohani hanya dapat dilakukan oleh

orang yang penuh Roh.  Ini adalah syarat mutlak. Tanpa perlengkapan penting ini,

seseorang tidak akan dapat menjadi seorang pemimpin rohani yang sejati (Kisah 1:8;

6:3,5). 

IV. Moral dan Etika Kepemimpinan Pendidikan

A. Konsep Etika Kepemimpinan

1. Pengertian Etika

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos

sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat

tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan,

sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Arti dari bentuk jamak

inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh Aristoteles dipakai

untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika

mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat

Page 16: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

kebiasaan (K.Bertens, 2000). Biasanya bila kita mengalami kesulitan untuk memahami

arti sebuah kata maka kita akan mencari arti kata tersebut dalam kamus. Tetapi ternyata

tidak semua kamus mencantumkan arti dari sebuah kata secara lengkap. Hal tersebut

dapat kita lihat dari perbandingan yang dilakukan oleh K. Bertens terhadap arti kata

‘etika’ yang terdapat dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama dengan Kamus Bahasa

Indonesia yang baru.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia yang lama (Poerwadarminta, sejak 1953 – mengutip

dari Bertens,2000), etika mempunyai arti sebagai : “ilmu pengetahuan tentang asas-asas

akhlak (moral)”. Sedangkan kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang

baru (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 – mengutip dari Bertens 2000),

mempunyai arti :

a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban

moral (akhlak);

b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;

c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Dari perbadingan kedua kamus tersebut terlihat bahwa dalam Kamus Bahasa

Indonesia yang lama hanya terdapat satu arti saja yaitu etika sebagai ilmu. Sedangkan

Kamus Bahasa Indonesia yang baru memuat beberapa arti. Kalau kita misalnya sedang

membaca sebuah kalimat di berita surat kabar “Dalam dunia bisnis etika merosot terus”

maka kata ‘etika’ di sini bila dikaitkan dengan arti yang terdapat dalam Kamus Bahasa

Indonesia yang lama tersebut tidak cocok karena maksud dari kata ‘etika’ dalam

kalimat tersebut bukan etika sebagai ilmu melainkan ‘nilai mengenai benar dan salah

yang dianut suatu golongan atau masyarakat’. Jadi arti kata ‘etika’ dalam Kamus

Bahasa Indonesia yang lama tidak lengkap. K. Bertens berpendapat bahwa arti kata

‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut dapat lebih dipertajam dan

susunan atau urutannya lebih baik dibalik, karena arti kata ke-3 lebih mendasar

daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya menjadi seperti berikut :

a. Nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok

dalam mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang

jawa, etika agama budha, etika protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan

etika di sini bukan etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem

nilai ini bisaberfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.

b. Kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh :

kode etik jurnalistik

Page 17: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

c. Ilmu tentang yang baik atau buruk. Etika baru menjadi ilmu bila kemungkinan-

kemungkinan etis (asas-asas dan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk)

yang begitu saja diterima dalam suatu masyarakat dan sering kali tanpa disadari

menjadi bahan refleksi bagi suatu penelitian sistematis dan metodis. Etika di sini

sama artinya dengan filsafat moral.

Wiramihardja memberikan dua pengertian tentang etika, yaitu Etika adalah wacana

yg memperbincangkan landasan - landasan moralitas. Etika adalah landasan falsafah

norma dan nilai dalam kehidupan bermasyarakat. 

2. Sistematika Etika

Secara umum, menurut A. Sonny keraf (1993) dalam Rismawaty (2008 : 64), bahwa

etika dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

Pertama, Etika Umum membahas kondisi dasar bagaimana manusia bertindak etis,

dalam mengambil keputusan etis, dan teori etika serta mengacu pada prinsip moral

dasar yang menjadi pegangan dalam bertindak dan tolak ukur atau pedoman untuk

menilai “baik atau buruknya” suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau

kelompok orang.

Kedua, Etika khusus adalah penerapan prinsip – prinsip moral dasar dalam bidang

khusus, yaitu bagaimana mengambil keputusan dan bertindak dalam kehidupan sehari –

hari pada proses dan fungsional dari suatu organisasi, atau juga sebagai seorang

profesional untuk bertindak etis yang berlandaskan teori – teori etika dan prinsip –

prinsip moral dasar.

Etika khusus ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Etika individiual menyangkut kewajiban dan perilaku manusia terhadap dirinya

sendiri untuk mencapai kesucian kehidupan pribadinya, kebersihan hati nurani dan

berakhlak luhur.

b. Etika sosial berbicara mengenai kewajiban, sikap dan perilaku sebagai anggota

masyarakat yang berkaitan dengan nilai – nilai sopan santun, tata krama dan saling

menghormati, yaitu bagaimana saling berinteraksi yang menyangkut hubungan

manusia dengan manusia, baik secara perorangan dan langsung, maupun secara

bersama – sama atau kelompok dalam bentuk kelembagaan masyarakat dan

organisasi formal lainnya.

3. Macam – macam Etika

Etika menurut Rismawaty (2008 : 65) dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :

Page 18: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

a. Etika sebagai ilmu, merupakan kumpulan tentang kebajikan, tentang penilaian dari

perbuatan seseorang.

b. Etika dalam arti perbuatan, merupakan perbuatan kebajikan. Misalnya seseorang

dikatakan etis apabila orang itu telah berbuat kebajikan.

c. Etika sebagai filsafat, merupakan sessuatu yang mempelajari pandangan –

pandangan, persoalan – persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan.

B. Etika Kepemimpinan Kristen

1. Etika Kepemimpinan

Etika kepemimpinan mengandung kriteria: Pemimpin berkelebihan pengetahuan,

keterampilan sosial, kemahiran teknis, pengalaman; kompeten melakukan kewajiban

dan tugas-tugas kepemimpinannya; mampu bersikap susila, dewasa, bertanggungjawab

secara etis, susila. mampu membedakan hal-hal baik dan buruk, bertanggung jawab

sosial tinggi; mampu mengontrol diri: pikiran, emosi, keinginan, dan segenap

perbuatannya disesuaikan dengan norma-norma kcbaikan, sehingga munculah sikap

kebaikan moral dan bertanggung jawab. melandaskan diri pada nilai-nilai etis.

menciptakan nilai-nilai tinggi. patuh rada norma. perintah, larangan demi efisiensi dan

kesejahteraan hidup bersama. mampu membetulkan kesalahan, pelanggarandan

bertindak tegas (Kartini Kartono. 2003:&4-86). Etika kepemimpinan melandasi

pemimpin untuk selalu bersikap kritis, rasional, Berani mengemukakan pendapat

sendiri, bersikap tegas sesuai dengan rasa tanggung jawab etis pada diri sendiri. Etika

kepemimpinan menggugah pemimpin bersikap rasional dan kritis terhadap semua

peristiwa dan norma : termasuk norma tradisi, hukum, Etik kerja. dan norma-nomla

sosial lainnya: Bersikap otonom: Bebas, tanpa dipaksa atau "dibeli", mempunyai

"pemerintahan - diri", berhak membuat norma dan hukum sendiri sesuai dengan

ketulusan, kebersihan suara hati nurani. Dengan otonomi ini bukan berarti sang

pemimpin dapat berbuat semau diri. bertingkah laku sewenang-wenang; melainkan dia

bebas memeluk norma-nonna kebaikan dan wajib dilaksanakan, untuk membawa anak

buah pada pencapaian tujuan tertentu: Memberikan keadilan perintah dan larangan

harus ditaati oleh setiap lembaga dan individu.

2. Etika Kristen

Etika kristen adalah salah satu tools untuk membantu para pemimpin dalam proses

kepemimpinannya. Etika kristen sendiri dibentuk para pemimpin gereja dalam suatu

organisasi, untuk mengatur (memanajemenkan) urusan perilaku antar anggota,

termasuk perilaku para pemimpin. Etika kristen diambil dari alkitab. Namun etika

Page 19: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

kristen tidak dapat disejajarkan dengan alkitab. Etika kristen itu berdasarkan ayat-ayat

alkitab yg ditafsirkan oleh bapa gereja menjadi pedoman untuk menjalankan hidup.

Seringkali orang menyebutnya dengan “alkitabiah”.

Jadi etika kristen itu akan menjadi pagar bagi prinsip-prinsip kehidupan kita. Jika

etika kristen termasuk dogmatika, maka dogma yg kita percayai itu atau yg kita anut itu

akan menjadi pagar dalam kita melakukan segala sesuatu, dalam kita memutuskan

segala sesuatu.

Jika kita melihat fungsi kita sebagai orang kristen adalah sebagai garam dan terang

dunia, maka etika kristen adalah fungsi sebagai garam dunia. Kata “dunia” di sini

menunjukkan suatu region, bagian kecil dari keseluruhan, berarti komunitas tertentu

saja. Artinya etika kristen adalah aturan untuk ke dalam saja, bukan untuk orang di luar

‘komunitas’. Hanya menjadi hakim utk ‘komunitas’ saja, bkn org yg di luar

‘komunitas’. Berarti di sini pemimpin membangun komunitasnya sendiri,

memanajemenkannya agar setiap anggota dapat berfungsi dengan baik. Setiap orang

seharusnya dapat membuktikan ‘rasa’nya, atau ‘keasinannya’.

3. Etika Kepemimpinan Kristen

Kepemimpinan Kristen memiliki dasar etika yang Alkitabiah. Dalam kepemimpinan

Kristen, presuposisi dasar etika-moral dilandaskan atas fakta dan dinamika “inkarnasi”

Yesus Kristus (Yohanes 1:1-14, 18; Filipi 2:1-11).

Konsep inkarnasi dalam kepemimpinan Kristen yang dibangun di atas fakta “inkarnasi

Yesus Kristus” yang memiliki kisi kebenaran sesuai perilaku kepemimpinan kristen

berikut :

1. Dasar perilaku etika-moral kepemimpinan Kristen adalah pribadi Yesus Kristus,

termasuk: kehidupan, karya, ajaran dan perilaku-Nya, di mana seluruh kerangka

kepemimpinan Kristen dibangun di atas dasar ini (I Yohanes 2:6).

2. Orientasi dan pendekatan etika-moral kepemimpinan Kristen bersifat partisipatif

yang berlaku dalam penerapan kepemimpinan Kristen pada segala bidang hidup

(Lukas 4:18-19).

3. Dinamika etika-moral kepemimpinan Kristen terwujud oleh adanya transformasi

hidup (individu/masyarakat) yang dibuktikan dengan pertobatan/ pembaharuan/

pemulihan hidup dan semangat kerja (individu/korporasi; banding: Roma 12:1-2, 8,

9-21).

4. Perwujudan dasar etik-moral kepemimpinan Kristen di atas haruslah dinyatakan

dalam sikap hati, kata dan perbuatan serta bakti setiap pemimpin Kristen secara

nyata dalam bidang hidup berikut :

Page 20: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

a. Pemimpin Kristen harus membuktikan diri sebagai pemimpin bertanggung

jawab (Ibrani 13:17).

b. Pemimpin Kristen harus menemukan diri sebagai pemimpin yang bertumbuh

(Kolose 2:6-7; 3:5-17).

c. Pemimpin Kristen harus menjadi pemimpin model dalam keteladanan hidup

dan kinerja (Ibrani 13:7-8).

d. Pemimpin Kristen harus memiliki: motivasi dasar Pelayan-Hamba (Markus

10:42-45), yang senantiasa menyadari akan status dan perannya sebagai

pemimpin.

Motivasi dasar seseorang pemimpin seperti ini akan sangat menentukan sikap,

perilaku, kata ddan tindakan dari orang tersebut, baik terhadap diri, orang lain maupun

pekerjaan. Karena itu, seorang pemimpin Kristen perlu memastikan apakah ia memiliki

dasar etika-moral, orientasi dan motivasi yang sesuai dengan Firman Allah.

4. Perilaku Kepemimpinan kristen yang etik

Kepemimpinan yang etik menggabungkan antara pengambilan keputusan etik dan

perilaku etik; dan ini tampak dalam konteks individu dan organisasi. Tanggung jawab

utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan etik dan berperilaku secara

etik pula, serta mengupayakan agar organisasi memahami dan menerapkannya dalam

kode-kode etik.

Bila pemimpin etik memiliki nilai – nilai etika pribadi yang jelas dan nilai-nilai etika

organisasi, maka perilaku etik adalah apa yang konsisten sesuai dengan nilai-nilai

tersebut. Ada beberapa saran yang diadaptasi dari Blanchard dan Peale (1998)untuk

Pemimpin Kristen yang etik yaitu :

a. Berperilakulah sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuan anda (Blanchard

dan Peale mendefinisikannya sebagai jalan yang ingin anda lalui dalam hidup ini;

jalan yang memberikan makna dan arti hidup anda.) Sebuah tujuan pribadi yang

jelas merupakan dasar bagi perilaku etik. Sebuah tujuan organisasi yang jelas juga

akan memperkuat perilaku organisasi yang etik.

b. Berperilakulah sedemikian rupa sehingga anda secara pribadi merasa bangga akan

perilaku anda. Kepercayaan diri merupakan seperangkat peralatan yang kuat bagi

perilaku etik. Bukankah kepercayaan diri merupakan rasa bangga (pride) yang

diramu dengan kerendahan hati secara seimbang yang akan menumbuhkan

keyakinan kuat saat anda harus menghadapi sebuah dilema dalam menentukan sikap

yang etik.

Page 21: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

c. Berperilakulah dengan sabar dan penuh keyakinan akan keputusan anda dan diri

anda sendiri. Kesabaran, kata Blanchard dan Peale, menolong kita untuk bisa tetap

memilih perilaku yang terbaik dalam jangka panjang, serta menghindarkan kita dari

jebakan hal-hal yang terjadi secara tiba-tiba.

d. Berperilakulah dengan teguh. Ini berarti berperilaku secara etik sepanjang waktu,

bukan hanya bila kita merasa nyaman untuk melakukannya. Seorang pemimpin etik,

menurut Blanchard dan Peale, memiliki ketangguhan untuk tetap pada tujuan dan

mencapai apa yang dicita-citakannya.

e. Berperilakulah secara konsisten dengan apa yang benar-benar penting. Ini berarti

anda harus menjaga perspektif. Perspektif mengajak kita untuk melakukan refleksi

dan melihat hal-hal lebh jernih sehingga kita bisa melihat apa yang benar-benar

penting untuk menuntun perilaku kita sendiri.

C. Konsep Moral

1. PENGERTIAN MORAL

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos

sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang

sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka

secara etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut

sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata

’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan

norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam

mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja

yaitu ‘etika’ dari bahasa Yunani dan ‘moral’ dari bahasa Latin. Jadi bila kita

mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita

menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang

berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral

bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak

baik. ‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya

sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu

perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut.

Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan

baik dan buruk.

Page 22: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

2. Persyaratan moral seorang pemimpin

Beberapa persyaratan moral kepemimpinan, tidak peduli apakah Ia pemimpin formal

atau non formal, yaitu : Pertama, memiliki karakter dan jati diri. Kedua hal Ini adalah

kunci untuk suksesnya memimpin, baik untuk sendiri, lingkungan, organisasi atau

bahkan tingkat negara seusai dengan kepemimpinan yang menjadi tanggung jawabnya.

Pemahaman tentang karakter dan Jati diri tersebut, mencerminkan apa yang harus

dilaksanakan, membuat pilihan terbaik tentang apa. siapa dan bagaimana seseorang

berfikir, berprilaku dan bertindak, mengambil tanggung Jawab, memahami dimana ego

akan muncul dan mereda, serta cerminan integritas kepribadian (terhadap keahliannya,

Intelektual dan emosional serta splritualnya dapal berjalan bersama-sama menjadi

satu). Integritas kepribadian tersebut akan membentuk ketinggian diri manusia. Dengan

komitmen seperti Itu minimal orang tidak berbuat semena-mena dalam menjalankan

amanah kepemimpinannya. Dengan kesadaran seperti Itu diharapkan pemimpin yang

bersangkutan tidak akan menabrak rambu-rambu moral, misalnya melakukan KKN,

sekecil apapun hanya untuk memenuhi ambisi dan kepentingannya. Kedua, memiliki

kemampuan menangani perubahan, ketidakpastian, keka-lutan, dan

kemenduaan/dualisme (double standart) dalam berbagai bidang kehidupan. Bagi

kepemimpinan nasional termasuk menjawab tantangan bahwa Indonesia. Ketiga,

mempunyai visi kemana suatu organisasi bergerak. Visi adalah pelita penuntun, karena

membantu dalam membuat alur keputusan. Seorang pemimpin harus memiliki

kemampuan mengambil keputusan, cepat, tepat, benar, dengan harga yang terbaik bagi

bangsa dan negara. Dengan visi, pemimpin memberikan semua Jawaban yang penting

dari masa sekarang ke masa depan. Karena Itu, pemimpin tidak sekedar mengikuti

perubahan, tetapi mewarnai perubahan (dlr-rection setter). berarti menentukan siapa

yang berkata apa, kepada siapa, tentang apa dan tentang bagaimana rencana dan

kegiatan diselesaikan. Keempat, memiliki seperangkat nilai moral yangjelas.

Kepemimpinan tumbuh dari nilai-nilai yang dipegang oleh para pemimpin. Diantara

para pemimpin Itu, yang terpenting adalah karakter dan integritas moral kepribadian.

Bila seseorang kehilangan karakter dan integritas moral kepribadiannya, maka

kepemimpinannya akan hilang (hancur). Kelima, mampu melayani yang dipimpin.

Lazimnya untuk memulai suatu pekerjaan, terlalu banyak apa yang diinginkan oleh

pemimpin, serta apa yang Ingin dikerjakan. Tetapi begitu memulai untuk

memberdayakan banyak orang yang juga memiliki kepedulian, terasa ada suatu

tanggung Jawab besar untuk menggerakan organisasi terus maju. Karena Itu, pemimpin

identik dengan tanggung jawab, untuk melayani secara adil, bukan untuk minta

Page 23: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

dilayani. Keenam, keterbukaan. Keterbukaan adalah kedewasaan berfikir, bertindak

dari berpribadian. Keterbukaan merupakan saduan dari kecerdasan emosi dan

kecerdasan spiritual dan kecerdasan pikirannya sekaligus. Ketujuh, kepercayaan.

Kepercayaan ada-lah lem emosional yang mengikat anggota dan pemimpin secara

bersama-sama. Akumulasi kepercayaan adalah suatu ukuran legitimasi kepemimpinan,

yang tidak dapat dlmandatkan atau diperjual belikan. Kepercayaan adalah rumusan

dasar dari semua kebutuhan untuk mempertahankan eksistensi intltusi. Kedelapan,

mampu menggunakan kekuasaan dengan bijak. Pemimpin Itu penatalayanan dan

pengguna kekuasaan (power) secara bijaksana (wisdom). Ia beroperasi pada lingkup

keadilan kecerdasan akal, emotional, spiritual, dan moral, komitmen, dan aspirasi.

Naluri seorang pemimpin seharusnya adalah menyukai perubahan (change). Agar

berhasil menjadi agent of change. seorang pemimpin harus memiliki konsep

kepemimpinan yang menonjol dalam hal keterarahan. membangun tim, ketaula-danan.

Sebab Ia adalah panutan dan bukan menggunakan kekuasaannya semena-mena dan

kepemihakan atau melacurkan diri untuk kepentingan yang bertolak dengan kebutuhan

kebersamaan. Inti dari pouierdan wisdom Ini adalah membangun kemajuan secara

berkeadilan dansejahtera. Mengantisipasi masa depan yang unpredictable tersebut,

mengisyaratkan bahwa visi dan misi kepemimpinan akan terkait erat dengan waktu dan

lingkungan. Pemimpin dituntut memiliki keahlian dan mampu bertindak sebagai

spokesman, mampu berperan sebagai agent of change, serta mampu berperan sebagai

direction seller.Apa yang diuraikan diatas, adalah sebagian dari moral kepemimpinan

yang harus ada pada diri seorang pemimpin. Tanpa moral kepemimpinan seperti itu,

suatu organisasi sekecil RT. RW sekalipun apalagi suatu negara bangsa, akan selalu

meninggalkan residu masalah dari waktu ke waktu

Page 24: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

BAB III

KESIMPULAN

1. Kepemimpinan dapat didefinisikan berdasarkan penerapannya pada bidang militer, olahraga,

bisnis, pendidikan, industri dan bidang-bidang lainnya. Ordway Tead memberikan rumusan

"Leadership is the activity influencing people to cooperate some good which they come to find

desirable". Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja

sama guna mencapai tujuan tertentu yang diinginkan. ( Wursanto, 2003: 196). Slamet santosa (

2004: 44 ) mendefinisikan kepemimpinan sebagai "usaha untuk mempengaruhi anggota

kelompok agar mereka bersedia menyumbangkan kemampuannya lebih banyak dalam

mencapai tujuan kelompok yang telah disepakati". Menurut Ngalim Purwanto (1993: 26).

"Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi, suatu seni pembinaan kelompok orang-orang

tertentu, biasanya melalui 'human relations' dan motivasi yang tepat, sehingga tanpa adanya

rasa takut mereka mau bekerja sama dan membanting tulang memahami dan mencapai segala

apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi". Menurut Goestch dan Davis (1994: 192 )

"kepemimpinan merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain agar

bersedia dan memiliki tanggung jawab total terhadap usaha mencapai atau melampaui tujuan

organisasi".

2. Kepemimpinan visioner adalah kemampuan seseorang pemimpin dalam bagaimana mencipta,

merumuskan, mengkomunikasikan/mensosialisasikan dan mengimplementasikan pemikiran-

pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota

organisasi dan stakeholder yang diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus

diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil.

3. Bass (1985) mengemukakan sebuah teori kepemimpinan transformasional (transformational

leadership) yang dibangun atas gagasan – gagasan yang lebih awal dari Burns (1978).

Tingkatan sejauh mana seorang pemimpin disebut transformasional terutama diukur dalam

hubungannya dengan efek kepemimpinannya tersebut terhadap para pengikutnya.

4. Model kepemimpinan transformasional memang perlu diterapkan sebagai salah satu solusi

krisis kepemimpinan terutama dalam bidang kependidikan. Adapun alasan – alasan mengapa

diterapkannya model kepemimpinan transformasional didasarkan pendapat Olga Epitropika

(2001) bahwa ada enam hal mengapa kepemimpinan transformasional penting bagi suatu

organisasi :

a. Secara signifikan meningkatkan kinerja organisasi

Page 25: Moral dan etika pemimpin dalam perspektif alkitab

b. Secara positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan kepuasan

pelanggan

c. Membangun komitmen yang lebih tinggi para anggotanya terhadap organisasi

d. Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku keseharian organisasi

e. Meningkatkan kepuasan pekerja melalui pekerjaan dan pemimpin

f. Mengurai stress para pekerja dan meningkatkan kesejahteraan

5. Kepemimpinan menurut pandangan Kristen memiliki faktor-faktor dasar kepemimpinan yang

sama dengan kepemimpinan umum lainnya. Pada sisi lain kenyataan yang membedakan antara

Kepemimpinan menurut pandangan Kristen dan kepemimpinan lainnya ialah hakikat,

dinamika, serta falsafah yang didasarkan pada Alkitab. Sebagai contoh, premis utama

kepemimpinan Kristen ialah bahwa Allah yang berdaulat oleh kehendak-Nya yang kekal, telah

menetapkan serta memilih setiap pemimpin Kristen kepada pelayanan memimpin. J. Robert

Clinton mengatakan, “Allah memilih bagi dirinya seorang pemimpin, dan Allah

mengembangkan pemimpin tersebut sepanjang kehidupannya.” Itulah sebabnya tatkala

mendefinisikan tentang siapa pemimpin Kristen itu, Clinton menjelaskan: “Pemimpin Kristen

adalah seseorang yang telah dipanggil Allah sebagai PEMIMPIN.

6. Lao-Tzu, filsafat dari Cina yang hidup pada abad ke enam sebelum masehi menyatakan

seorang pemimpin dalam tingkatannya yang paling baik, ialah ketika orang-orang nyaris tidak

ada tahta . Sebab, orang-orang yang selaluberusaha maju, berani menghadapi perubahan dan

mengembangkan kemampuan kepemimpinannya, adalah bagian yang sangat penting dari masa

depan dan merupakan sebagian dari moral kepemimpinan. siapa dan bagaimana seseorang

berfikir, berprilaku dan bertindak, mengambil tanggung Jawab, memahami dimana ego akan

muncul dan mereda, serta cerminan integritas kepribadian (terhadap keahliannya, Intelektual

dan emosional serta splritualnya dapal berjalan bersama-sama menjadi satu). Dengan

kesadaran seperti Itu diharapkan pemimpin yang bersangkutan tidak akan menabrak rambu-

rambu moral, misalnya melakukan KKN, sekecil apapun hanya untuk memenuhi ambisi dan

kepentingannya. Lazimnya untuk memulai suatu pekerjaan, terlalu banyak apa yang

diinginkan oleh pemimpin, serta apa yang Ingin dikerjakan. Sebab Ia adalah panutan dan

bukan menggunakan kekuasaannya semena-mena dan kepemihakan atau melacurkan diri

untuk kepentingan yang bertolak dengan kebutuhan kebersamaan. Pemimpin dituntut memiliki

keahlian dan mampu bertindak sebagai spokesman, mampu berperan sebagai agent of change,

serta mampu berperan sebagai direction seller.Apa yang diuraikan diatas, adalah sebagian dari

moral kepemimpinan yang harus ada pada diri seorang pemimpin.