modul rakitan

54
Modul Praktikum Bahasa Rakitan 1 Laboratorium Elektronika dan Teknik Digital MODUL I SISTEM BILANGAN DAN REGISTER TUJUAN Mahasiswa mengenal sistem bilangan Mahasiswa mampu mengkonversikan sistem bilangan Menampilkan dan membaca isi register Mengetahui fungsi-fungsi register sebagai pengalamat data DASAR TEORI BERBAGAI JENIS BILANGAN Didalam pemrograman dengan bahasa assembler, bisa digunakan berbagai jenis bilangan. Jenis bilangan yang bisa digunakan, yaitu: Bilangan biner, oktaf, desimal dan hexadesimal. Pemahaman terhadap jenis-jenis bilangan ini adalah penting, karena akan sangat membantu kita dalam pemrograman yang sesungguhnya. BILANGAN BINER Sebenarnya semua bilangan, data maupun program itu sendiri akan diterjemahkan oleh komputer ke dalam bentuk biner. Jadi pendefinisisan data dengan jenis bilangan apapun(Desimal, oktaf dan hexadesimal) akan selalu diterjemahkan oleh komputer ke dalam bentuk biner. Bilangan biner adalah bilangan yang hanya terdiri atas 2 kemungkinan(Berbasis dua), yaitu 0 dan 1. Karena berbasis 2, maka pengkorversian ke dalam bentuk desimal adalah dengan mengalikan suku ke-N dengan 2N. Contohnya: bilangan biner 01112 = (0 X 23) + (1 X 22) + (1 X 21) + (1 X 20) = 710.

Upload: k03m

Post on 28-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

123498

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

1 Laboratorium Elektronika dan Teknik Digital

MODUL I

SISTEM BILANGAN DAN REGISTER

TUJUAN

Mahasiswa mengenal sistem bilangan

Mahasiswa mampu mengkonversikan sistem bilangan

Menampilkan dan membaca isi register

Mengetahui fungsi-fungsi register sebagai pengalamat data

DASAR TEORI

BERBAGAI JENIS BILANGAN

Didalam pemrograman dengan bahasa assembler, bisa digunakan berbagai jenis

bilangan. Jenis bilangan yang bisa digunakan, yaitu: Bilangan biner, oktaf, desimal

dan hexadesimal. Pemahaman terhadap jenis-jenis bilangan ini adalah penting, karena

akan sangat membantu kita dalam pemrograman yang sesungguhnya.

BILANGAN BINER

Sebenarnya semua bilangan, data maupun program itu sendiri akan diterjemahkan

oleh komputer ke dalam bentuk biner. Jadi pendefinisisan data dengan jenis bilangan

apapun(Desimal, oktaf dan hexadesimal) akan selalu diterjemahkan oleh komputer ke

dalam bentuk biner. Bilangan biner adalah bilangan yang hanya terdiri atas 2

kemungkinan(Berbasis dua), yaitu 0 dan 1. Karena berbasis 2, maka pengkorversian

ke dalam bentuk desimal adalah dengan mengalikan suku ke-N dengan 2N.

Contohnya: bilangan biner 01112 = (0 X 23) + (1 X 22) + (1 X 21) + (1 X 20) = 710.

Page 2: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

2

BILANGAN DESIMAL

Tentunya jenis bilangan ini sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Bilangan Desimal

adalah jenis bilangan yang paling banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga kebanyakan orang sudah akrab dengannya. Bilangan desimal adalah

bilangan yang terdiri atas 10 buah angka(Berbasis 10), yaitu angka 0-9. Dengan basis

sepuluh ini maka suatu angka dapat dijabarkan dengan perpangkatan sepuluh.

Misalkan pada angka 12310 = (1 X 102) + (2 X 101) + (1 X 100).

BILANGAN OKTAL

Bilangan oktal adalah bilangan dengan basis 8, artinya angka yang dipakai hanyalah

antara 0-7. Sama halnya dengan jenis bilangan yang lain, suatu bilangan oktal dapat

dikonversikan dalam bentuk desimal dengan mengalikan suku ke-N dengan 8 N.

Contohnya bilangan 128 = (1 X 81) + (2 X 80) = 1010.

BILANGAN HEXADESIMAL

Bilangan hexadesimal merupakan bilangan yang berbasis 16. Dengan angka yang

digunakan berupa: 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,A,B,C,D,E,F. Dalam pemrograman assembler,

jenis bilangan ini boleh dikatakan yang paling banyak digunakan. Hal ini dikarenakan

mudahnya pengkonversian bilangan ini dengan bilangan yang lain, terutama dengan

bilangan biner dan desimal. Karena berbasis 16, maka 1 angka pada hexadesimal

akan menggunakan 4 bit.

BILANGAN BERTANDA DAN TIDAK

Pada assembler bilangan-bilangan dibedakan lagi menjadi 2, yaitu bilangan bertanda

dan tidak. Bilangan bertanda adalah bilangan yang mempunyai arti plus(+) dan

minus(-), misalkan angka 17 dan -17. Pada bilangan tidak bertanda, angka

negatif(yang mengandung tanda '-') tidaklah dikenal. Jadi angka -17 tidak akan akan

dikenali sebagai angka -17, tetapi sebagai angka lain. Kapan suatu bilangan

Page 3: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

3

perlakukan sebagai bilangan bertanda dan tidak? Assembler akan selalu melihat pada

Sign Flag, bila pada flag ini bernilai 0, maka bilangan akan diperlakukan sebagai

bilangan tidak bertanda, sebaliknya jika flag ini bernilai 1, maka bilangan akan

diperlakukan sebagai bilangan bertanda. Pada bilangan bertanda bit terakhir (bit ke

16) digunakan sebagai tanda plus(+) atau minus(-). Jika pada bit terakhir bernilai 1

artinya bilangan tersebut adalah bilangan negatif, sebaliknya jika bit terakhir bernilai

0, artinya bilangan tersebut adalah bilangan positif(Gambar 1.1).

+--------------------------------------------+

| >>>> Bilangan <<<< |

+------------+---------------+---------------+

| Biner |Tidak Bertanda | Bertanda |

+------------+---------------+---------------+

| 0000 0101 | + 5 | + 5 |

| 0000 0100 | + 4 | + 4 |

| 0000 0011 | + 3 | + 3 |

| 0000 0010 | + 2 | + 2 |

| 0000 0001 | + 1 | + 1 |

| 0000 0000 | 0 | 0 |

| 1111 1111 | + 255 | - 1 |

| 1111 1110 | + 254 | - 2 |

| 1111 1101 | + 253 | - 3 |

| 1111 1100 | + 252 | - 4 |

| 1111 1011 | + 251 | - 5 |

| 1111 1010 | + 250 | - 6 |

+------------+---------------+---------------+

Page 4: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

4

PENGERTIAN REGISTER

Dalam pemrograman dengan bahasa Assembly, mau tidak mau anda harus

berhubungan dengan apa yang dinamakan sebagai Register. Lalu apakah yang

dimaksudkan dengan register itu sebenarnya ?.

Register merupakan sebagian memori dari mikroprosesor yang dapat diakses dengan

kecepatan yang sangat tinggi. Dalam melakukan pekerjaannya mikroprosesor selalu

menggunakan register-register sebagai perantaranya, jadi register dapat diibaratkan

sebagai kaki dan tangannya mikroprosesor.

JENIS-JENIS REGISTER

Register yang digunakan oleh mikroprosesor dibagi menjadi 5 bagian dengan

tugasnya yang berbeda-beda pula, yaitu :

Segmen Register.

Register yang termasuk dalam kelompok ini terdiri atas register CS,DS,ES dan SS

yang masing-masingnya merupakan register 16 bit. Register-register dalam kelompok

ini secara umum digunakan untuk menunjukkan alamat dari suatu segmen.

Register CS(Code Segment) digunakan untuk menunjukkan tempat dari segmen yang

sedang aktif, sedangkan register SS(Stack Segment) menunjukkan letak dari segmen

yang digunakan oleh stack. Kedua register ini sebaiknya tidak sembarang diubah

karena akan menyebabkan kekacauan pada program anda nantinya.

Register DS(Data Segment) biasanya digunakan untuk menunjukkan tempat segmen

dimana data-data pada program disimpan. Umumnya isi dari register ini tidak perlu

diubah kecuali pada program residen. Register ES(Extra Segment), sesuai dengan

namanya adalah suatu register bonus yang tidak mempunyai suatu tugas khusus.

Register ES ini biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu alamat di memory,

misalkan alamat memory video. Pada prosesor 80386 terdapat tambahan register

segment 16 bit, yaitu FS<Extra Segment> dan GS<Extra Segment>.

Page 5: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

5

Pointer dan Index Register.

Register yang termasuk dalam kelompok ini adalah register SP,BP,SI dan DI yang

masing-masing terdiri atas 16 bit. Register- register dalam kelompok 16 ini secara

umum digunakan sebagai penunjuk atau pointer terhadap suatu lokasi di memory.

Register SP(Stack Pointer) yang berpasangan dengan register segment SS(SS:SP)

digunakan untuk mununjukkan alamat dari stack, sedangkan register BP(Base

Pointer)yang berpasangan dengan register SS(SS:BP) mencatat suatu alamat di

memory tempat data.

Register SI(Source Index) dan register DI(Destination Index) biasanya digunakan

pada operasi string dengan mengakses secara langsung pada alamat di memory yang

ditunjukkan oleh kedua register ini. Pada prosesor 80386 terdapat tambahan register

32 bit, yaitu ESP,EBP,ESI dan EDI.

General Purpose Register.

Register yang termasuk dalam kelompok ini adalah register AX,BX,CX dan DX yang

masing-masing terdiri atas 16 bit. Register- register 16 bit dari kelompok ini

mempunyai suatu ciri khas, yaitu dapat dipisah menjadi 2 bagian dimana masing-

masing bagian terdiri atas 8 bit, seperti pada gambar 4.1. Akhiran H menunjukkan

High sedangkan akhiran L menunjukkan Low.

+ A X + + B X + + C X + + D X +

+-+--+--+-+ +-+--+--+-+ +-+--+--+-+ +-+--+--+-+

| AH | AL | | BH | BL | | CH | CL | | DH | DL |

+----+----+ +----+----+ +----+----+ +----+----+

Secara umum register-register dalam kelompok ini dapat digunakan untuk berbagai

keperluan, walaupun demikian ada pula penggunaan khusus dari masing-masing

register ini yaitu :

Register AX, secara khusus digunakan pada operasi aritmatika terutama

dalam operasi pembagian dan pengurangan.

Page 6: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

6

Register BX, biasanya digunakan untuk menunjukkan suatu alamat offset dari

suatu segmen.

Register CX, digunakan secara khusus pada operasi looping dimana register

ini menentukan berapa banyaknya looping yang akan terjadi.

Register DX, digunakan untuk menampung sisa hasil pembagian 16 bit. Pada

prosesor 80386 terdapat tambahan register 32 bit, yaitu EAX,EBX,ECX dan

EDX.

Index Pointer Register

Register IP berpasangan dengan CS(CS:IP) menunjukkan alamat dimemory tempat

dari intruksi(perintah) selanjutnya yang akan dieksekusi. Register IP juga merupakan

register 16 bit. Pada prosesor 80386 digunakan register EIP yang merupakan register

32 bit.

Flags Register.

Sesuai dengan namanya Flags(Bendera) register ini menunjukkan kondisi dari suatu

keadaan< ya atau tidak >. Karena setiap keadaan dapat digunakan 1 bit saja, maka

sesuai dengan jumlah bitnya, Flags register ini mampu memcatat sampai 16 keadaan.

Adapun flag yang terdapat pada mikroprosesor 8088 keatas adalah :

- OF <OverFlow Flag>. Jika terjadi OverFlow pada operasi aritmatika, bit ini

akan bernilai 1.

- SF <Sign Flag>. Jika digunakan bilangan bertanda bit ini akan bernilai 1

- ZF <Zero Flag>. Jika hasil operasi menghasilkan nol, bit ini akan bernilai 1.

- CF <Carry Flag>. Jika terjadi borrow pada operasi pengurangan atau carry

pada penjumlahan, bit ini akan bernilai 1.

- PF <Parity Flag>. Digunakan untuk menunjukkan paritas bilangan. Bit ini

akan bernilai 1 bila bilangan yang dihasilkan merupakan bilangan genap.

Page 7: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

7

- DF <Direction Flag>. Digunakan pada operasi string untuk menunjukkan arah

proses.

- IF <Interrupt Enable Flag>. CPU akan mengabaikan interupsi yang terjadi

jika bit ini 0.

- TF <Trap Flag>. Digunakan terutama untuk Debugging, dengan operasi step

by step.

- AF <Auxiliary Flag>. Digunakan oleh operasi BCD, seperti pada perintah

AAA.

- NT <Nested Task>. Digunakan pada prosesor 80286 dan 80386 untuk

menjaga jalannya interupsi yang terjadi secara beruntun.

- IOPL <I/O Protection level>. Flag ini terdiri atas 2 bit dan digunakan pada

prosesor 80286 dan 80386 untuk mode proteksi.

- PE <Protection Enable>. Digunakan untuk mengaktifkan mode proteksi. flag

ini akan bernilai 1 pada mode proteksi dan 0 pada mode real.

- MP <Monitor Coprosesor>. Digunakan bersama flag TS untuk menangani

terjadinya intruksi WAIT.

- EM <Emulate Coprosesor>. Flag ini digunakan untuk mensimulasikan

coprosesor 80287 atau 80387.

- TS <Task Switched>. Flag ini tersedia pada 80286 keatas.

- ET <Extension Type>. Flag ini digunakan untuk menentukan jenis coprosesor

80287 atau 80387.

- RF <Resume Flag>. Register ini hanya terdapat pada prosesor 80386 keatas.

- VF <Virtual 8086 Mode>. Bila flag ini bernilai 1 pada saat mode proteksi,

mikroprosesor akan memungkinkan dijalankannya aplikasi mode real pada

mode proteksi. Register ini hanya terdapat pada 80386 keatas.

Page 8: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

8

Perintah –Perintah Debug

• A : Merakit intruksi simbolik (kode mesin)

• D : menampilkan isi suatu daerah memori

• E : memasukan data ke memori yang dimulai pad lokasi tertentu

• G : run executable program ke memori

• N : menamai program

• P : eksekusi sekumpulan intruksi yang terkait

• Q : quit

• R : menampilkan isi satu atau lebih register

• T : trace isi sebuah intruksi

• U : unassembled kode mesin ke kode simbolik

• W : menulis program ke disk

Instruksi Bahasa Assembly

Secara fisik, kerja dari sebuah komputer dapat dijelaskan sebagai siklus

pembacaan instruksi yang tersimpan di dalam memori. komputer menentukan alamat

dari memori program yang akan dibaca, dan melakukan proses baca data di memori.

Data yang dibaca diinterprestasikan sebagai instruksi. Alamat instruksi disimpan

oleh komputer di register, yang dikenal sebagai program counter. Instruksi ini

misalnya program aritmatika yang melibatkan 2 register.

Dalam bahasa Assembly mempunyai 3 tipe intruksi dasar yaitu : mnemonic, operan1

dan 2 serta kometar

mnemonic operand1 operand2 komentar (opcode)

MOV A, #30H ;kirim 30H ke akumulator A

Page 9: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

9

Mnemonic atau opcode ialah kode yang akan melakukan aksi terhadap operand . Operand

ialah data yang diproses oleh opcode. Sebuah opcode bisa membutuhkan 1 ,2 atau lebih

operand, kadang juga tidak perlu operand. Sedangkan komentar dapat kita berikan dengan

menggunakan tanda titik koma (;). Berikut contoh jumlah operand yang berbeda beda dalam

suatu assembly.

CJNE R0,#22H, Tasmi ;dibutuhkan 3 buah operand MOVX @DPTR, A ;dibutuhkan 2 buah operand RR A ;1 buah operand NOP ; tidak memerlukan operand

Semua instruksi tersebut dapat dibagi menjadi lima kelompok menurut fungsinya, yaitu:

Instruksi Pemindahan Data

Instruksi Aritmatika

Instruksi Logika dan Manipulasi Bit

Instruksi Percabangan

Instruksi Stack, I/O, dan Kontrol.

Prosedur Percobaan

1. Klik menu start pada computer

2. Pilih All Programs dan pilih accessories

3. Pilih command prompt

4. Lalu anda ketika debug pada bagian c prompt dan tekan Enter

5. Kemudian anda ketikan Huruf A 100 dan tekan Enter

6. Lalu teketikan program dibawah ini

MOV AX, 0090H

Page 10: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

10

MOV DS, AX

MOV SI,0120H

MOV DI, 0130H

MOV AX, SI

MOV DI, AX

INT 20H

7. Untuk melihat hasil dari program di atas ketika huruf T (Trace) lalu tekan enter

dan lihat nilai dari tiap register

8. Untuk memberi nama pada program yang kita buat adalah dengan mengetikan

huruf n nama program.com

-n test.com

Tugas

1. Analisis Program yang anda dapat

2. Buatkan program untuk menukarkan isi data pada alamat memory 0120H dan

alamat memory 0130H

3. Buatkan Flowchart dari tugas no 2

Page 11: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

11

MODUL II

TURBO ASSEMBLY DAN MEMBUAT PROGRAM COM

TUJUAN

Dapat memahami pembuatan program yang berektensi COM dan EXE

Dapat menjalan program dengan mengunakan Tasm

DASAR TEORI

MODEL PROGRAM COM

Untuk membuat program .COM yang hanya menggunakan 1 segment,. Bentuk yang

digunakan disini adalah bentuk program yang dianjurkan(Ideal). Dipilihnya bentuk

program ideal dalam buku ini dikarenakan pertimbangan dari berbagai keunggulan

bentuk program ideal ini seperti, prosesnya lebih cepat dan lebih mudah digunakan

oleh berbagai bahasa tingkat tinggi yang terkenal(Turbo Pascal dan C).

-----------------------------------------------------------

.MODEL SMALL

.CODE ORG 100H Label1 : JMP Label2 +---------------------+ | TEMPAT DATA PROGRAM | +---------------------+ Label2 : +---------------------+ | TEMPAT PROGRAM | +---------------------+ INT 20H END Label1

-----------------------------------------------------------

Supaya lebih jelas bentuk dari program ideal, marilah kita telusuri lebih lanjut dari

bentuk program ini.

Page 12: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

12

MODEL SMALL

Tanda directive ini digunakan untuk memberitahukan kepada assembler bentuk

memory yang digunakan oleh program kita. Supaya lebih jelas model-model yang

bisa digunakan adalah :

- TINY

Jika program anda hanya menggunakan 1 segment seperti program COM. Model

ini disediakan khusus untuk program COM.

- SMALL

Jika data dan code yang digunakan oleh program kurang dari ukuran 1 segment

atau 64 KB.

- MEDIUM

Jika data yang digunakan oleh program kurang dari 64 KB tetapi code yang

digunakan bisa lebih dari 64 KB.

- COMPACT

Jika data yang digunakan bisa lebih besar dari 64 KB tetapi codenya kurang dari

64 KB.

- LARGE

Jika data dan code yang dipakai oleh program bisa lebih dari 64 KB.

- HUGE

Jika data, code maupun array yang digunakan bisa lebih dari 64 KB. Mungkin ada

yang bertanya-tanya mengapa pada program COM yang dibuat digunakan model

SMALL dan bukannya TINY ? Hal ini disebabkan karena banyak dari compiler

bahasa tingkat tinggi yang tidak bisa berkomunikasi dengan model TINY,

sehingga kita menggunakan model SMALL sebagai pemecahannya.

.CODE

Tanda directive ini digunakan untuk memberitahukan kepada assembler bahwa

kita akan mulai menggunakan Code Segment-nya disini. Code segment ini

digunakan untuk menyimpan program yang nantinya akan dijalankan.

Page 13: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

13

. ORG 100h

Pada program COM perintah ini akan selalu digunakan. Perintah ini digunakan

untuk memberitahukan assembler supaya program pada saat dijalankan(diload ke

memory) ditaruh mulai pada offset ke 100h(256) byte. Dapat dikatakan juga bahwa

kita menyediakan 100h byte kosong pada saat program dijalankan. 100h byte

kosong ini nantinya akan ditempati oleh PSP(Program Segment Prefix) dari

program tersebut. PSP ini digunakan oleh DOS untuk mengontrol jalannya program

tersebut.

JMP

Perintah JMP(JUMP) ini digunakan untuk melompat menuju tempat yang

ditunjukkan oleh perintah JUMP. Adapun syntaxnya adalah:

JUMP Tujuan .

Dimana tujuannya dapat berupa label seperti yang digunakan pada bagan diatas.

Mengenai perintah JUMP ini akan kita bahas lebih lanjut nantinya. Perintah JUMP

yang digunakan pada bagan diatas dimaksudkan agar melewati tempat data

program, karena jika tidak ada perintah JUMP ini maka data program akan ikut

dieksekusi sehingga kemungkinan besar akan menyebabkan program anda menjadi

Hang.

INT 20h

Perintah INT adalah suatu perintah untuk menghasilkan suatu interupsi

INT NoInt

Interupsi 20h berfungsi untuk mengakhiri program dan menyerahkan kendali

sepenuhnya kepada Dos. Pada program COM cara ini bukanlah satu-satunya tetapi

cara inilah yang paling efektif untuk digunakan. Bila anda lupa untuk mengakhiri

sebuah program maka program anda tidak akan tahu kapan harus selesai, hal ini

akan menyebabkan komputer menjadi hang.

Page 14: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

14

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Gunakan prog editor untuk membuat source program

.MODEL SMALL ;memory model

.CODE ;the following lines are program instructions ORG 100H Proses:

mov ah,1h ;moves the value 1h to register ah mov cx,07h ;moves the value 07h to register cx int 10h ;10h interruption mov ah,4ch ;moves the value 4 ch to register ah int 21h ;21h interruption

END proses ;finishes the

2. Simpan Program yang sudah anda ketik dengan nama file Latihan1.asm

3. Gunakan TASM untuk membuat program obyek

C:\>tasm \tasm latihan1.asm

4. Gunakan TLINK untuk membangun excutable program

C:\>tasm\tlink/t latihan1.obj

5. Jalan program yang sudah anda buat

C:\>tasm>latihan1

Page 15: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

15

MODUL III

FUNGSI INTTERUPT

(MENCETAK HURUF DAN KALIMAT)

TUJUAN

Mengerti penggunakan register dalam mencentak kalimat

Dapat mengerti fungsi dari int 21h

DASAR TEORI

Bila dihasilkan interupsi 21h apa yang akan dikerjakan oleh komputer ?. Jawabnya,

ada banyak sekali kemungkinan. Pada saat terjadi interupsi 21h maka pertama-tama

yang dilakukan komputer adalah melihat isi atau nilai apa yang terdapat pada register

AH. Misalkan bila nilai AH adalah 2 maka komputer akan mencetak sebuah karakter,

berdasarkan kode ASCII yang terdapat pada register DL. Bila nilai pada register AH

bukanlah 2, pada saat dilakukan interupsi 21h maka yang dikerjakaan oleh komputer

akan lain lagi. Dengan demikian kita bisa mencetak sebuah karakter yang diinginkan

dengan meletakkan angka 2 pada register AH dan meletakkan kode ASCII dari

karakter yang ingin dicetak pada register DL sebelum menghasilkan interupsi 21h. ;================================; ; PROGRAM : lat1.ASM ; ; FUNGSI : MENCETAK KARATER ; ; 'A' DENGAN INT 21 ; ;===============================; .MODEL SMALL .CODE ORG 100h Proses : MOV AH,02h ; Nilai servis ntuk mencetak karakter MOV DL,'A' ; DL = Karakter ASCII yang akan dicetak INT 21h ; Cetak karakter !! INT 20h ; Selesai ! kembali ke DOS END Proses

Page 16: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

16

Kita lihat disini bahwa karakter yang tercetak adalah yang sesuai dengan kode ASCII

yang ada pada register DL. Sebagai latihan cobalah anda ubah register DL dengan

angka 65 yang merupakan kode ASCII karakter 'A'. Hasil yang didapatkan adalah

sama.

.

MENCETAK BEBERAPA KARAKTER

Untuk mencetak beberapa karakter, bisa anda gunakan proses looping. Sebagai

contoh dari penggunaan looping ini bisa dilihat pada program 7.3.

;~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~; ; PROGRAM : lat2.ASM ; ; FUNGSI : MENCETAK 16 BUAH ; ; KARAKTER DENGAN ; ; INT 21h SERVIS 02 ; ;============================; .MODEL SMALL .CODE ORG 100h Proses : MOV AH,02h ; Nilai servis MOV DL,'A' ; DL=karakter 'A' atau DL=41h MOV CX,10h ; Banyaknya pengulangan yang akan Ulang : INT 21h ; Cetak karakter !! INC DL ; Tambah DL dengan 1 LOOP Ulang ; Lompat ke Ulang INT 20h END Proses

PROSEDUR PERCOBAAN

1. Tahap pertama dalam membuat program diatas, dimana listing ini dapat anda tulis

mengunakan program EDIT dalam MS-DOS atau NOTEPAD (ketik program

diatas)

2. Simpan Program yang telah anda ketik pada folder TASM

3. Aktifkan MS-DOS lalu masuk kedalam folder TASM

Page 17: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

17

4. Lalu ketik Program TASM.EXE dan ketik nama program yang telah anda ketik

C:\tasm\tasm lat1.asm

Akan muncul infromasi tentang program anda

(bila ada error laihat pada baris berapa yang terjasi kesalahan dan aktifkan

kembali program Edit dan buka file yang telah anda bua dan cari update

program tersebutt)

5. Langka selajutnya anda merubah file anda yang telah menjadi program yang

berekstensi OBJ menjadi COM or EXE

C:\tasm\tlink/t lat1.obj untuk program yang berektensi COM

C:\tasm\tlink lat1.obj Untuk program yang berektensi EXE

6. Lalu jalan program anda

C:\tasm\ lat1

Tugas

1. Analisi Program I dan II dan sebutkan perbedaan dari kedua program

2. Buatkan program untuk mencetak huruf D

Page 18: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

18

MODUL IV

OPERASI ARITMATIKA

TUJUAN

Mengerti tentang tambah satu kurang satu sautu register atau lokasi

memory

Mengerti tentang proses penambahan, pengurangan, pembagian dan

perkalian

DASAR TEORI

OPERASI PERNAMBAHAN

ADD

Untuk menambah dalam bahasa assembler digunakan perintah ADD dan ADC

serta INC. Perintah ADD digunakan dengan syntax :

ADD Tujuan,Asal

Perintah ADD ini akan menambahkan nilai pada Tujuan dan Asal. Hasil yang

didapat akan ditaruh pada Tujuan, dalam bahasa pascal sama dengan instruksi

Tujuan:=Tujuan + Asal. Sebagai contohnya :

MOV AH,15h ; AH:=15h

MOV AL,4 ; AL:=4

ADD AH,AL ; AH:=AH+AL, jadi AH=19h

Perlu anda perhatikan bahwa pada perintah ADD ini antara Tujuan dan Asal harus

mempunyai daya tampung yang sama, misalnya register AH(8 bit) dan AL(8 bit),

AX(16 bit) dan BX(16 bit).

Page 19: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

19

CONTOH (CODING):

; Menambah angka 74H pada

ADD AL,74H ; isi AL. Hasil dalam AL

; Menambah jumlah BL ditambah membawa status

ADD DX,BX ; pada isi DX

; Menambah huruf dari memory pada offset [SI]

ADD DX,[SI] ; dalam DS ke isi DX

; Menambah byte dari PRICES[BX]

ADD PRICES [BX],AL; isi memory pada address efektif

; PRICES[BX]

CONTOH (NUMERIK)

; Penambahan angka-angka yang tidak ditandai

; CL = 01110011 = 115 desimal

; + BL = 01001111 = 79 desimal

ADD CL,BL ; Hasil dalam CL

; CL = 11000010 = 194 desimal

; Penambahan angka-angka yang ditandai

; CL = 01110011 = + 115 desimal

; + BL = 01001111 = + 79 desimal

ADD CL,BL ; Hasil dalam CL

; CL = 11000010 = - 62 desimal –

; salah sebab hasil terlalu besar untuk ukuran 7 bit.

HASIL HASIL FLAG UNTUK CONTOH TAMBAHAN YANG DITANDAI

CF = 0 Tidak membawa bit 7

PF = 0 Hasilnya memiliki keseimbangan ganjil

AF = 0 Carry dihasilkan diluar bit 3

ZF = 0 Hasil di tujuan bukan 0

Page 20: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

20

SF = 0 Hasil copy bit yang paling jelas: menunjukkan hasil negatif jika Anda

menambahkan angka-angka yang ditandai.

OF = 0 Disiapkan untuk menunjukkan hasil penambahan terlalu besar untuk masuk

dalam 7 bit bawah dari tujuan digunakan untuk mewakili besarnya angka

yang ditandai. Dengan kata lain, hasilnya lebih besar dari +127 desimal,

maka hasilnya ditutupi menjadi tanda posisi bit dan menunjukkan secara

tidak benar hasilnya negatif. Jika Anda menambahkan dua tanda nilai 16-bit,

OF akan disiapkan jika besarnya hasil terlalu besar untuk dimuat dalam 15

bit bawah tujuan.

ADC

Perintah ADC digunakan dengan cara yang sama pada perintah ADD, yaitu :

ADC Tujuan,Asal

Perbedaannya pada perintah ADC ini Tujuan tempat menampung hasil

pertambahan Tujuan dan Asal ditambah lagi dengan carry flag

(Tujuan:=Tujuan+Asal+Carry). Pertambahan yang demikian bisa memecahkan

masalah seperti yang pernah kita kemukakan, seperti pertambahan pada bilangan

12345678h+9ABCDEF0h. Seperti yang telah kita ketahui bahwa satu register hanya

mampu menampung 16 bit, maka untuk pertambahan seperti yang diatas bisa anda

gunakan perintah ADC untuk memecahkannya, Contoh:

MOV AX,1234h ; AX = 1234h CF = 0

MOV BX,9ABCh ; BX = 9ABCh CF = 0

MOV CX,5678h ; BX = 5678h CF = 0

MOV DX,0DEF0h ; DX = DEF0h CF = 0

ADD CX,DX ; CX = 3568h CF = 1

ADC AX,BX ; AX = AX+BX+CF = ACF1

Hasil penjumlahan akan ditampung pada register AX:CX yaitu ACF13568h.

Adapun flag-flag yang terpengaruh oleh perintah ADD dan ADC ini adalah

CF,PF,AF,ZF,SF dan OF.

Page 21: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

21

INC

Perintah INC(Increment) digunakan khusus untuk pertambahan dengan 1.

Perintah INC hanya menggunakan 1 byte memory, sedangkan perintah ADD dan

ADC menggunakan 3 byte. Oleh sebab itu bila anda ingin melakukan operasi

pertambahan dengan 1 gunakanlah perintah INC. Syntax pemakainya adalah :

INC Tujuan

Nilai pada tujuan akan ditambah dengan 1, seperti perintah Tujuan:=Tujuan+1

dalam Turbo Pascal. Tujuan disini dapat berupa suatu register maupun memory.

Contoh : perintah INC AL akan menambah nilai di register AL dengan 1. Adapun

flag yang terpengaruh oleh perintah ini adalah OF,SF,ZF,AF dan PF.

OPERASI PENGURANGAN

CONTOH:

; ASCII 9 – ASCII 5 (9 – 5)

; AL = 00111001 = 39H = ASCII 9

; BL = 00110101 = 35H = ASCII 5

SUB AL,BL ; Hasil: AL = 00000100 = BCD 04

; dan CF = 0

AAS ; Hasil: AL = 00000100 = BCD 04

; dan CF = 0; tidak diperlukan peminjaman

; ASCII 5 – ASCII 9 (5 – 9)

; Anggap AL = 00111001 = 35H = ASCII 5

; dan BL = 00110101 = 39H = ASCII 9

SUB AL, BL ; Hasil: AL = 11111100 = - 4

; dalam komplemen 2 dan CF = 1

AAS ; Hasil: AL = 00000100 = BCD 04

; dan CF = 1; diperlukan peminjaman

Page 22: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

22

Instruksi AAS menyisakan hasil dari hasil BCD yang benar pada angka bawah AL

dan menghapus angka atas AL pada semua 0. Jika Anda ingin mengirim kembali ke

sebuah terminal CRT, Anda bisa melakukan OR AL dengan 30H untuk menghasilkan

kode ASCII yang benar sebagai hasilnya. Jika perkalian digit angka dicari hasil

pengurangannya, CF bisa diambil menjadi account dengan menggunakan instruksi

SBB ketika mengurangi digit berikutnya.

Instruksi AAS hanya berfungsi untuk register AL. Instruksi ini

memperbaharui AF dan CF tetapi OF, PF, SF, dan ZF tidak diterang

Untuk Operasi pengurangan dapat digunakan perintah SUB dengan syntax:

SUB Tujuan,Asal

Perintah SUB akan mengurangkan nilai pada Tujuan dengan Asal. Hasil yang didapat

akan ditaruh pada Tujuan, dalam bahasa pascal sama dengan instruksi

Tujuan:=Tujuan-Asal.

Contoh :

MOV AX,15 ; AX:=15

MOV BX,12 ; BX:=12

SUB AX,BX ; AX:=15-12=3

SUB AX,AX ; AX=0

Untuk menolkan suatu register bisa anda kurangkan dengan dirinya sendiri seperti

SUB AX,AX.

SBB

Seperti pada operasi penambahan, maka pada operasi pengurangan dengan

bilangan yang besar(lebih dari 16 bit), bisa anda gunakan perintah SUB disertai

dengan SBB(Substract With Carry). Perintah SBB digunakan dengan syntax:

SBB Tujuan,Asal

Page 23: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

23

Perintah SBB akan mengurangkan nilai Tujuan dengan Asal dengan cara yang

sama seperti perintah SUB, kemudian hasil yang didapat dikurangi lagi dengan Carry

Flag(Tujuan:=Tujuan-Asal-CF).

DEC

Perintah DEC(Decrement) digunakan khusus untuk pengurangan dengan 1.

Perintah DEC hanya menggunakan 1 byte memory, sedangkan perintah SUB dan

SBB menggunakan 3 byte. Oleh sebab itu bila anda ingin melakukan operasi

pengurangan dengan 1 gunakanlah perintah DEC. Syntax pemakaian perintah dec ini

adalah:

DEC Tujuan

Nilai pada tujuan akan dikurangi 1, seperti perintah Tujuan:=Tujuan-1 dalam

Turbo Pascal. Tujuan disini dapat berupa suatu register maupun memory. Contoh :

perintah DEC AL akan mengurangi nilai di register AL dengan 1.

OPERASI PERKALIAN

Untuk perkalian bisa digunakan perintah MUL dengan syntax:

MUL Sumber

Sumber disini dapat berupa suatu register 8 bit(Mis:BL,BH,..), register 16 bit(Mis:

BX,DX,..) atau suatu varibel. Ada 2 kemungkinan yang akan terjadi pada perintah

MUL ini sesuai dengan jenis perkalian 8 bit atau 16 bit.

Bila Sumber merupakan 8 bit seperti MUL BH maka komputer akan mengambil nilai

yang terdapat pada BH dan nilai pada AL untuk dikalikan. Hasil yang didapat akan

selalu disimpan pada register AX. Bila sumber merupakan 16 bit seperti MUL BX

maka komputer akan mengambil nilai yang terdapat pada BX dan nilai pada AX

untuk dikalikan. Hasil yang didapat akan disimpan pada register DX dan

AX(DX:AX), jadi register DX menyimpan Word tingginya dan AX menyimpan

Word rendahnya.

Page 24: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

24

Sebelum Anda bisa mengalikan dua digit ASCII, Anda harus menutup 4 bit angka

atas dari masing-masing digit. Hal ini menyebabkan hasil BCD (satu digit BCD per

byte) pada setiap byte. Setelah dua hasil digit BCD dikalikan, instruksi AAM

digunakan untuk mengatur hasil dari dua hasil digit BCD dalam AX.

AAM berfungsi hanya setelah pengalian dari dua hasil byte BCD, dan AAM

hanya berfungsi hanya pada suatu operand dalam AL. AAM memperbaharui PF, SF,

dan ZF, tetapi AF, CF, dan OF tidak diterangkan.

CONTOH:

; AL = 00000101 = hasil BCD 5

; BH = 00001001 = hasil BCD 9

MUL BH ; AL x BH ; hasil dalam AX

; AX = 00000000 00101101 = 002DH

AAM ; AX = 00000100 00000101 = 0405H,

; yang merupakan hasil BCD untuk angka 45.

; Jika menginginkan kode ASCII untuk hasilnya, gunakan instruksi

berikutnya

OR AX, 3030H ; Letakkan 3 pada angka atas di setiap byte.

; AX = 00110100 00110101 = 3435H,

; yang merupakan kode ASCII untuk angka 45

PEMBAGIAN

Operasi pada pembagian pada dasarnya sama dengan perkalian. Untuk operasi

pembagian digunakan perintah DIV dengan syntax:

DIV Sumber

Bila sumber merupakan operand 8 bit seperti DIV BH, maka komputer akan

mengambil nilai pada register AX dan membaginya dengan nilai BH. Hasil

Page 25: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

25

pembagian 8 bit ini akan disimpan pada register AL dan sisa dari pembagian akan

disimpan pada register AH.

Bila sumber merupakan operand 16 bit seperti DIV BX, maka komputer akan

mengambil nilai yang terdapat pada register DX:AX dan membaginya dengan nilai

BX. Hasil pembagian 16 bit ini akan disimpan pada register AX dan sisa dari

pembagian akan disimpan pada register DX.

AAD mengubah dua hasil digit BCD menjadi AH dan AL menjadi angka biner yang

seimbang dalam AL. Pengaturan ini harus dibuat sebelum membagi dua hasil digit

BCD dalam AX dengan byte hasil BCD. Setelah pembagian, AL akan berisi hasil

bagi dari hasil BCD dan AH akan berisi sisa hasil BCD. PF, SF, dan ZF diperbaharui.

AF, CF, dan OF tidak diterangkan setelah AAD.

CONTOH:

; AX = 0607H hasil BCD untuk 67 desimal

; CH = 09H, sekarang atur menjadi biner

AAD ; Hasil: AX = 0043 = 43H = 67 desimal

DIV CH ; Bagi AX dengan hasil BCD pada CH

; Hasil Bagi : AL = 07 hasil BCD

; Sisa : AH = 04 hasil BCD

; Flags tidak diterangkan setelah DIV

PROSEDUR PERCOBAAN

;~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~; ; PROGRAM : TAMBAH.ASM ; ; FUNGSI : MELIHAT PENAMBAHAN ; ;==============================; .MODEL SMALL .CODE ORG 100h Proses : MOV AH,15h ; AH:=15h

Page 26: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

26

MOV AL,4 ; AL:=4 ADD AH,AL ; AH:=AH+AL, jadi AH=19h MOV AX,1234h ; NIlai AX:=1234h dan carry=0 MOV BX,0F221h ; Nilai BX:=F221h dan carry=0 ADD AX,BX ; AX:=AX+BX, jadi nilai AX=0455h MOV AX,1234h ; AX = 1234h CF = 0 MOV BX,9ABCh ; BX = 9ABCh CF = 0 MOV CX,5678h ; BX = 5678h CF = 0 MOV DX,0DEF0h ; DX = DEF0h CF = 0 ADD CX,DX ; CX = 3568h CF = 1 ADC AX,BX ; AX = AX+BX+CF = ACF1 INC AL ; AL:=AL+1, nilai pada AL ditambah 1 INT 20h END Proses ;================================; ; PROGRAM : KALI.ASM ; ; FUNGSI : MENGALIKAN BILANGAN; ;================================; .MODEL SMALL .CODE ORG 100h TData : JMP Proses ; Lompat ke Proses A DW 01EFh B DW 02FEh HslLo DW ? HslHi DW ? Proses: MOV AX,A ; AX=1EF MUL B ; Kalikan 1FH*2FE MOV HslLo,AX ; AX bernilai C922 sehingga HslLo=C922 MOV HslHi,DX ; DX bernilai 0005 sehingga HslHi=0005 INT 20h ; Kembali ke DOS END TData Prosedur Percobaan 1. ketik program diatas dengan mengunakan program EDIT dalam MS-DOS atau

NOTEPAD atau program simulator(sms)

2. Simpan Prograam yang telah anda ketik pada folder TASM

Page 27: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

27

3. Aktifkan MS-DOS lalu masuk kedalam folder TASM

4. Lalu ketik Program TASM.EXE dan ketik nama program yang telah anda ketik

5. Langka selajutnya anda merubah file anda yang telah menjadi program yang

berekstensi OBJ menjadi COM or EXE

6. Lalu jalan program anda

Tugas

Buat program untuk membagi bilangan 1- 9 dengan bilangan 2 dan disimpan dengan

nama lat4.asm

Page 28: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

28

MODUL V

INSTRUKSI BANDING DAN LOMPAT

TUJUAN

Memahami intruksi percabangan

Memahami teknik merancang program percabangan

DASAR TEORI

LOMPAT TANPA SYARAT

Perintah JMP(Jump), sudah pernah kita gunakan, dimana perintah ini digunakan

untuk melompati daerah data program. Perintah JMP digunakan dengan syntax:

JMP Tujuan

Perintah JMP ini dikategorikan sebagai Unconditional Jump, karena perintah ini

tidak menyeleksi keadaan apapun untuk melakukan suatu lompatan.Setiap ditemui

perintah ini maka lompatan pasti dilakukan. Selain dari perintah jump tanpa syarat,

masih banyak perintah Jump yang menyeleksi suatu keadaan tertentu sebelum

dilakukan lompatan. Perintah jump dengan penyeleksian kondisi terlebih dahulu

biasanya diikuti dengan perintah untuk melihat kondisi, seperti membandingkan

dengan perintah "CMP"(Compare).

MEMBANDINGKAN DENGAN CMP

Perintah CMP(Compare) digunakan untuk membandingkan 2 buah operand,

dengan syntax:

CMP Operand1,Operand2

CMP akan membandingkan operand1 dengan operand2 dengan cara

mengurangkan operand1 dengan operand2. CMP tidak mempengaruhi nilai Operand1

Page 29: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

29

dan Operand2, perintah CMP hanya akan mempengaruhi flags register sebagai hasil

perbandingan. Adapun flag-flag yang terpengaruh oleh perintah CMP ini adalah:

- OF akan 1, jika operand1 lebih kecil dari operand2 pada operasi bilangan bertanda.

- SF akan 1, bila operand1 lebih kecil dari operand2, pada operasi bilangan bertanda.

- ZF akan 1, jika operand1 nilainya sama dengan operand2.

- CF akan 1, jika operand1 lebih kecil dari operand2 pada operasi bilangan tidak

bertanda.

Perlu anda ingat bahwa CMP tidak dapat membandingkan antar 2 lokasi memory.

LOMPAT YANG MENGIKUTI CMP

Perintah CMP yang hanya mempengaruhi flag register, biasanya diikuti dengan

perintah lompat yang melihat keadaan pada flags register ini. Jenis perintah lompat

yang biasanya mengikuti perintah CMP, terdapat 12 buah seperti

-----------------------------+---------------------------------- Perintah Lompat | Kondisi -----------------------------+---------------------------------- JA <Jump If Above> | Lompat, jika Operand1 > Operand2 | untuk bilangan tidak bertanda JG <Jump If Greater> | Lompat, jika Operand1 > Operand2 | untuk bilangan bertanda JE <Jump If Equal> | Lompat, jika Operand1 = Operand2 JNE <Jump If Not Equal> | Lompat, jika Operand1 tidak sama | dengan Operand2 JB <Jump If Below> | Lompat, jika Operand1 < Operand2 | untuk bilangan tidak bertanda JL <Jump If Less> | Lompat, jika Operand1 < Operand2 | untuk bilangan bertanda JBE <Jump If Below or Equal> | Lompat, jika operand1 <= Operand2 | untuk bilangan tidak bertanda JLE <Jump If Less or Equal> | Lompat, jika Operand1 <= Operand2 | untuk bilangan bertanda JAE <Jump If Above or Equal> | Lompat, jika Operand1 >= Operand2 | untuk bilangan tidak bertanda JGE <Jump If Greater or | Lompat, jika Operand1 >= Operand2 Equal> | untuk bilangan bertanda -----------------------------+----------------------------------

Page 30: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

30

LOMPAT BERSYARAT

Instruksi ini dapat dilihat pada tabel dibawah yang menjelaskan masalah ada

atau tidak adanya syarat status tertentu

Mnemonic Arti Format Operasi Flag efect Jcc Lompat bersyarat Jcc operand Jika syarat cc benar maka

lompat ke alamat ditentukan. Jika tidak instruksi selanjutnya dilanjutkan

None

-----------------------------+---------------------------------- Perintah Lompat | Kondisi -----------------------------+---------------------------------- JA <Jump If Above> | Lompat, jika Operand1 > Operand2 | untuk bilangan tidak bertanda JG <Jump If Greater> | Lompat, jika Operand1 > Operand2 | untuk bilangan bertanda JE <Jump If Equal> | Lompat, jika Operand1 = Operand2 JNE <Jump If Not Equal> | Lompat, jika Operand1 tidak sama | dengan Operand2 JB <Jump If Below> | Lompat, jika Operand1 < Operand2 | untuk bilangan tidak bertanda JL <Jump If Less> | Lompat, jika Operand1 < Operand2 | untuk bilangan bertanda JBE <Jump If Below or Equal> | Lompat, jika operand1 <= Operand2 | untuk bilangan tidak bertanda JLE <Jump If Less or Equal> | Lompat, jika Operand1 <= Operand2 | untuk bilangan bertanda JAE <Jump If Above or Equal> | Lompat, jika Operand1 >= Operand2 | untuk bilangan tidak bertanda JGE <Jump If Greater or | Lompat, jika Operand1 >= Operand2 Equal> | untuk bilangan bertanda JC <Jump Carry> | Lompat, jika Carry flag=1 JCXZ <Jump If CX is Zero> | Lompat, jika CX=0 JNA <Jump If Not Above> | Lompat, jika Operand1 < Operand2 | dengan CF=1 atau ZF=1 JNAE <Jump If Not Above nor | Lompat, jika Operand1 < Operand2 Equal> | dengan CX=1 JNB <Jump If Not Below> | Lompat, jika Operand1 > Operand2 | dengan CF=0 JNBE <Jump If Not Below nor | Lompat, jika Operand1 > Operand2 Equal> | dengan CF=0 dan ZF=0 JNC <Jump If No Carry> | Lompat, jika CF=0 JNG <Jump If Not Greater> | Lompat, jika Operand1 <= Operand2 | dengan ZF=1 atau SF tidak sama OF JNGE <Jump If Not Greater | Lompat, jika Operand1 <= Operand2 Nor Equal> | dengan SF tidak sama OF JNL <Jump If Not Less> | Lompat, jika Operand1 >= Operand2 | dengan SF=OF

Page 31: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

31

JNLE <Jump If Not Less | Lompat, jika Operand1 > Operand2 Nor Equal> | dengan ZF=0 dan SF=OF JNO <Jump If No Overflow> | Lompat, jika tidak terjadi | tidak terjadi Overflow JNP <Jump If Not Parity> | Lompat, jika Ganjil JNS <Jump If No Sign> | Lompat, jika SF=0 JNZ <Jump If Not Zero> | Lompat, jika tidak 0 JO <Jump On Overflow> | Lompat, jika OF=1 JP <Jump On Parity> | Lompat, jika Genap JPE <Jump If Parity Even> | Lompat, jika PF=1 JPO <Jump If Parity Odd> | Lompat, jika PF=0 JS <Jump On Sign> | Lompat, jika SF=1 JZ <Jump Is zero> | Lompat, jika 0 -----------------------------+---------------------------------- PROSEDUR PERCOBAAN ;/=========================================\; ; Program : CMPJ.ASM ; ; Fungsi : Mendemokan perintah lompat ; ;\=========================================/; .MODEL SMALL .CODE ORG 100h TData: JMP Proses BilA DB 67 BilB DB 66 Kal0 DB 'Bilangan A lebih kecil dari bilangan B $' Kal1 DB 'Bilangan A sama dengan bilangan B $' Kal2 DB 'Bilangan A lebih besar dari bilangan B $' Proses: MOV AL,BilA ; Masukkan bilangan A pada AL CMP AL,BilB ; Bandingkan AL(BilA) dengan Bilangan B JB AKecil ; Jika BilA < BilB, lompat ke AKecil JE Sama ; Jika BilA = BilB, lompat ke Sama JA ABesar ; Jika BilA > BilB, lompat ke ABesar Akecil: LEA DX,Kal0 ; Ambil offset Kal0 JMP Cetak ; Lompat ke cetak Sama: LEA DX,Kal1 ; Ambil offset Kal1 JMP Cetak ; Lompat ke cetak ABesar: LEA DX,Kal2 ; Ambil offset Kal2 Cetak: MOV AH,09 ; Servis untuk mencetak kalimat INT 21h ; Cetak kalimat !! EXIT: INT 20h ; Kembali ke DOS. END TData

Page 32: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

32

;/================================================\; ; Program : JMPL.ASM ; ; Fungsi : Mencetak kalimat secara perkarakter ; ;\================================================/; .MODEL SMALL .CODE ORG 100h TData : JMP Proses Kal DB ' Lucky Luck menembak ',13,10 DB 'Lebih cepat dari bayangannya !! ',7,7,'*' Proses: XOR BX,BX ; BX=0 MOV AH,02h ; Servis Untuk Cetak Karakter Ulang: CMP Kal[BX],'*' ; Bandingkan dengan '*' JE Exit ; Jika Sama Lompat ke Exit MOV DL,Kal[BX] ; Masukkan karakter ke BX menuju DL INT 21h ; Cetak karakter INC BX ; Tambah 1 pada BX JMP Ulang ; Lompat Ke Ulang Exit: INT 20h ; Selesai ! kembali ke DOS END TData

1. Tahap pertama dalam membuat program adalah menulis listrik, dimana listing ini

dapat anda tulis mengunakan program EDIT dalam MS-DOS atau NOTEPAD

(ketik program diatas)

2. Simpan Prograam yang telah anda ketik pada folder TASM

3. Aktifkan MS-DOS lalu masuk kedalam folder TASM

4. Lalu ketik Program TASM.EXE dan ketik nama program yang telah anda ketik

5. Langka selajutnya anda merubah file anda yang telah menjadi program yang

berekstensi OBJ menjadi COM or EXE

6. Lalu jalan program anda

Page 33: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

33

MODUL VI

STACK DAN SUBROTINE DAN PROCEDURE TUJUAN

Memahami arti dan pengunaan dari stack

Memahami teknik merancang dan menggunakan sobroutine

DASAR TOERI

APA ITU STACK

Bila kita terjemahkan secara bebas, stack artinya adalah 'tumpukan'. Stack

adalah bagian memory yang digunakan untuk menyimpan nilai dari suatu register

untuk sementara. Operasi- operasi pada assembler yang langsung menggunakan stack

misalnya pada perintah PUSH, POP, PUSF dan POPF. Pada program COM yang

hanya terdiri atas satu segment, dimanakah letak dari memory yang digunakan untuk

stack ?. Seperti pasangan CS:IP yang menunjukkan lokasi dari perintah selanjutnya

yang akan dieksekusi, pada stack digunakan pasangan SS:SP untuk menunjukkan

lokasi dari stack.

PUSH DAN POP

Stack dapat kita bayangkan sebagai sebuah tabung yang panjang. Sedangkan

nilai pada register dapat dibayangkan berbentuk koin yang dapat dimasukkan dalam

tabung tersebut. Untuk memasukkan nilai suatu register pada stack, digunakan

perintah push dengan syntax:

PUSH Reg16Bit

Sebagai contohnya pada perintah:

MOV AX,12

MOV BX,33

MOV CX,99

Page 34: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

34

PUSH AX ; Simpan nilai AX pada stack

PUSH BX ; Simpan nilai BX pada stack

PUSH CX ; Simpan nilai CX pada stack

Untuk mengambil keluar koin nilai pada tabung stack, digunakan perintah pop

dengan syntax:

POP Reg16Bit

Perintah POP akan mengambil koin nilai pada stack yang paling atas dan

dimasukkan pada Reg16Bit. Dari sini dapat anda lihat bahwa data yang terakhir

dimasukkan akan merupakan yang pertama dikeluarkan. Inilah sebabnya operasi

stack dinamankan LIFO(Last In First Out). Sebagai contohnya, untuk mengambil

nilai dari register AX, BX dan CX yang disimpan pada stack harus dilakukan pada

register CX dahulu barulah BX dan AX, seperti:

POP CX ; Ambil nilai pada puncak stack, masukkan ke CX

POP BX ; Ambil nilai pada puncak stack, masukkan ke BX

POP AX ; Ambil nilai pada puncak stack, masukkan ke AX

Bila anda terbalik dalam mengambil nilai pada stack dengan POP AX kemudian

POP BX dan POP CX, maka nilai yang akan anda dapatkan pada register AX, BX

dan CX akan terbalik. Sehingga register AX akan bernilai 99 dan CX akan bernilai

12.

Seperti yang telah kita ketahui, data tidak bisa dicopykan antar segment atau

memory. Untuk mengcopykan data antar segment atau memory anda harus

menggunakan register general purpose sebagai perantaranya, seperti:

MOV AX,ES ; Untuk menyamakan register

MOV DS,AX ; ES dan DS

Dengan adanya stack, anda bisa menggunakannya sebagai perantara, sehingga akan

tampak seperti:

PUSH ES ; Untuk menyamakan register

POP DS ; ES dan DS

Page 35: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

35

SUBROUTINE

Subroutine adalah prosedur yang ditulis terpisah dari program utama. Bilamana

program utama harus menjalankan fungsi yang didefenisikan oleh subroutine, maka

subroutine harus dipanggil kedalam operasi. Untuk kerja ini harus dilepaskan dari

program utama ke tempat subroutine. Perhatikan hal ini lah yang membedahkan

antara subroutine dengan lompta, tidak hanya prosedur lompat pada alamat yang tepat

dalam kode segment, tetapi itu memiliki juga mekanisme untuk menyimpan

informasi masing-masing IP dan CS, itu diperlukan kembali ke program utama.

Dalam pemanggilan subroutine mengizinkan dua tipe operasi yaitu call intrasegment

dan ret. Call di gunakan untuk memanggil subroutine dan Ret untuk kembali ke

program utama

PROSEDUR PERCOBAAN ;/=========================================\; ; Program : NSTACK.ASM ; ; Fungsi : Mencetak kalimat 2 kali ; ;\=========================================/; .MODEL SMALL .CODE ORG 100h TData : JMP Proses Kal DB 'TASMI TASMI TASMI $' Ganti DB 13,10,'$' Stacks DW ? Proses: LEA DX,Kal MOV Stacks,DX MOV AH,09 INT 21h LEA DX,Ganti INT 21h MOV DX,Stacks INT 21h Exit: INT 20h END TData

Page 36: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

36

;/=========================================\; ; Program : STACK.ASM ; ; Fungsi : Mencetak kalimat 2 kali ; ;\=========================================/; .MODEL SMALL .CODE ORG 100h TData : JMP Proses Kal DB 'TASMI TASMI TASMI $' Ganti DB 13,10,'$' Stacks DW ? Proses: LEA DX,Kal PUSH DX MOV AH,09 INT 21h LEA DX,Ganti INT 21h POP DX INT 21h Exit: INT 20h END TData ;~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~; ; PROGRAM : PROC_KAR.ASM ; ; FUNGSI : MENCETAK KARATER ; ;============================; .MODEL SMALL .CODE ORG 100h Proses : CALL Cetak_Kar ; Panggil Cetak_Kar INT 20h Cetak_Kar PROC NEAR MOV AH,02h MOV DL,'S' INT 21h ; Cetak karakter RET ; Kembali kepada si pemanggil Cetak_Kar ENDP ; END Procedures END Proses

1. Tahap pertama dalam membuat program adalah menulis listrik, dimana listing ini

dapat anda tulis mengunakan program EDIT dalam MS-DOS atau NOTEPAD

(ketik program diatas)

Page 37: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

37

2. Simpan Prograam yang telah anda ketik pada folder TASM

3. Aktifkan MS-DOS lalu masuk kedalam folder TASM

4. Lalu ketik Program TASM.EXE dan ketik nama program yang telah anda ketik

5. Langka selajutnya anda merubah file anda yang telah menjadi program yang

berekstensi OBJ menjadi COM or EXE

6. Lalu jalan program anda

Tugas

latihan buatkan program dengan memanggil untuk menambahkan 2 data 8 byte yang

disimpan dalam memory 1A00h

Page 38: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

38

MODUL VII

MACRO

TUJUAN

Dapat mengenal proses macro

Dapat menerapkanya macro untuk apliaksi sederhana

DASAR TEORI

Macro hampir sama dengan procedure, yang dapat membantu anda dalam membuat

program yang besar. Dengan Macro anda tidak perlu menggunakan perintah "CALL"

dan anda juga bisa menggunakan parameter dengan mudah. Suatu ciri dari

pemrograman bahasa tingkat tinggi!

Macro adalah lebih mudah dibuat daripada procedure. Untuk membuat Macro bisa

anda gunakan bentuk seperti pada gambar

--------------------------------------------------------------- NamaM MACRO [P1,P2,,] +------------+ | Program | +------------+ ENDM

---------------------------------------------------------------

"P1" dan "P2" adalah parameter yang bisa anda gunakan pada macro. Parameter ini

berbentuk optional, artinya bisa digunakan ataupun tidak. Supaya lebih jelas bisa

anda lihat pada program MAC1 yang menggunakan macro ini untuk mencetak

karakter.

Cetak_Kar MACRO Kar MOV CX,3 MOV AH,02

Page 39: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

39

MOV DL,Kar Ulang : INT 21h ; Cetak Karakter LOOP Ulang ENDM ; End Macro

.MODEL SMALL .CODE ORG 100h

Proses: Cetak_Kar 'S' ; Cetak Huruf S INT 20h END Proses

Dari program MAC1 bisa anda lihat betapa mudahnya untuk menggunakan macro.

Pada procedure, setiap kali kita memanggilnya dengan perintah CALL maka program

akan melompat pada procedure tersebut, sehingga setiap procedure hanya terdapat

satu kali saja pada program. Lain halnya dengan Macro, setiap terjadi pemanggilan

terhadap macro atau dapat dikatakan secara kasar, setiap kita memanggil macro

dengan menuliskan nama macronya dalam program, maka seluruh isi macro akan

dipindahkan pada program yang memanggilnya. Dengan demikian bila pada program

anda memanggil suatu macro sebanyak 10 kali maka macro tersebut akan disisipkan

10 kali pada program. Hal inilah yang menyebabkan program yang menggunakan

macro ukuran programnya menjadi lebih besar. Tetapi hal ini juga yang

menyebabkan program yang menggunakan macro lebih cepat daripada procedure,

karena pada procedure komputer harus melakukan lompatan tetapi pada macro tidak

perlu.

Cetak_Kar MACRO Kar LOCAL Ulang ; Label 'Ulang' jadikan Local MOV CX,3 MOV AH,02 MOV DL,Kar Ulang: INT 21h ; Cetak Karakter LOOP Ulang

Page 40: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

40

ENDM ; End Macro .MODEL SMALL .CODE ORG 100h Proses:

Cetak_Kar 'P' ; Cetak Huruf P Cetak_Kar 'C' ; Cetak Huruf C INT 20h

END Proses

1. Tahap pertama dalam membuat program adalah menulis listrik, dimana listing ini

dapat anda tulis mengunakan program EDIT dalam MS-DOS atau NOTEPAD

(ketik program diatas)

2. Simpan Prograam yang telah anda ketik pada folder TASM

3. Aktifkan MS-DOS lalu masuk kedalam folder TASM

4. Lalu ketik Program TASM.EXE dan ketik nama program yang telah anda ketik

5. Langka selajutnya anda merubah file anda yang telah menjadi program yang

berekstensi OBJ menjadi COM or EXE

6. Lalu jalan program anda

Page 41: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

41

MODULVIII

MASUKAN DARI KEYBOARD TUJUAN

Dapat mengenal port input dan output

Dapat menerapkanya untuk apliaksi sederhana

DASAS TEORI

Keyboard merupakan sarana bagi kita untuk berkomunikasi dengan program.

Pada bagian ini akan kita lihat bagaimana caranya untuk menanggapi masukan dari

keyboard. Tetapi sebelumnnya anda tentunya harus mengerti sedikit mengenai

beberapa hal penting yang berkaitan dengan keyboard itu.

KODE SCAN DAN ASCII

Prosesor pada keyboard mendeteksi setiap penekanan maupun pelepasan tombol

pada keyboard. Prosesor ini menterjemahkan setiap sinyal yang terjadi berdasarkan

posisi tertentu menjadi apa yang dinamakan kode Scan. Dengan demikian tombol "A"

dan "B" akan mempunyai kode Scan yang berbeda karena posisinya memang

berbeda. Lain halnya untuk tombol "A"<A besar> dan "a"<a kecil> yang terdapat

pada posisi yang sama, akan mempunyai kode Scan yang sama. Kode Scan ini

biasanya tidak berguna bagi kita. Kita biasanya hanya menggunakan kode ASCII dan

Extended yang merupakan hasil terjemahan dari kode scan oleh keyboard handler.

Kode ASCII adalah kode yang melambangkan suatu karakter baik berupa

huruf,angka, maupun simbol-simbol grafik. Misalkan angka "1" akan dilambangkan

dengan kode ASCII 49. Untuk kode ASCII ini bisa anda lihat pada lampiran.

APA ITU KODE EXTENDED ?

Kode ASCII telah menyediakan sebanyak 256 karakter dengan beberapa

karakter kontrol, misalnya #10 untuk pindah baris dan #13 untuk Enter yang akan

menggerakkan kursor kesamping kiri. Tetapi fungsi yang telah disediakan ini tidak

Page 42: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

42

mampu untuk menampilkan ataupun mendeteksi tombol fungsi misalnya F1, F2, F3

dan Home. Tombol kombisasi juga tidak dapat dideteksi oleh karakter ASCII ,

misalnya penekan tombol shif disertai tombol F1, penekanan Ctrl disertai tombol

Home, dan lain-lain. Penekanan terhadap tombol-tombol fungsi dan tombol

kombinasi akan menghasilkan kode ASCII 0<nil>. Karena alasan diatas maka

diciptakanlah suatu kode yang dinamakan sebagai kode EXTENDED. Kode

Extended ini dapat mendeteksi penekanan terhadap tombol-tombol fungsi maupun

tombol kombinasi. Untuk kode extended bisa anda

PROSEDUR PERCOBAAN ;#################################################### ; Program : kunci.asm ; Fungsi : mengunci keyboard ;#################################################### code_seg segment assume cs:code_seg org 100h start: jmp mulai kata1 db'Selamat anda Bisa Menggunakan komputer ini',13,10,'$' kata2 db'Silakan masukan kata kunci sekarang!',13,10,'$' mulai: mov ah,09h mov dx,offset kata2 int 21h masuk: mov ah,07h int 21h cmp al,'t' je lewat1 cmp al,'T' jne masuk lewat1: mov ah,07h int 21h cmp al,'a' je lewat2 cmp al,'A'

Page 43: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

43

jne masuk lewat2: mov ah,07h int 21h cmp al,'s' je lewat3 cmp al,'S' jne masuk lewat3: mov ah,07h int 21h cmp al,'m' je lewat4 cmp al,'M' jne masuk lewat4: mov ah,07h int 21h cmp al,'i' je lewat5 cmp al,'I' jne masuk lewat5: mov ah,09h mov dx,offset kata1 int 21h int 20h code_seg ends end start 1. Tahap pertama dalam membuat program adalah menulis listrik, dimana listing ini

dapat anda tulis mengunakan program EDIT dalam MS-DOS atau NOTEPAD

(ketik program diatas)

2. Simpan Prograam yang telah anda ketik pada folder TASM

3. Aktifkan MS-DOS lalu masuk kedalam folder TASM

4. Lalu ketik Program TASM.EXE dan ketik nama program yang telah anda ketik

Page 44: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

44

5. Langka selajutnya anda merubah file anda yang telah menjadi program yang

berekstensi OBJ menjadi COM or EXE

6. Lalu jalan program anda

Page 45: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

45

MODUL IX

PORT SERIAL (PPI 8255)

TUJUAN

Mahasiswa mampu membuat program aplikasi input dan output menggunakan

PPI dan port

Mahasiswa mampu memahami pengalamatan pada PPI 8255

DASAR TOERI

Jika paraler port mengirimkan data secara paraler,maka serial mengirimkan

data secara serial. Serial port lebih sulit untuk ditangani dari pada port paraler karena

peralatan yang dihubungkan ke serial harus berkomunikasi dengan menggunakan

transmisi serial sedangkan data di computer diolah secara paraler. Karenanya data

dari serial port harus dikonversikan ke dalam bentuk paraler agar bisa digunakan.

Dari segi kecepatan transmisi data serial juga tidak mungkin bisa mengalakan

kecepatan transmisi paraler. Namun demikian adal hal yang menjadi keuntungan dari

serial port yaitu :

• Kabel serial bisa lebih panjang dari kabel paraler port

• Tidak diperlukan banyak kabel untuk transmisi dengan port

• Memungkinkan sinar infra merah

• Banyak mikrokontroler yang menggunakan port serial

IC Programmable Peripheral Interface (PPI) 8255

IC PPI 8255 merupakan IC antarmuka yang dapat dikendalikan program

sehingga dapat diakses langsung ke data bus sebagai masukan maupun keluaran.

Didesain untuk sistem mikroprosesor INTEL, ZILOG, dan berbagai mikrokontroler,

dll. Fungsinya dibuat sedemikian sebagai sebuah komponen masukan/keluaran

serbaguna untuk menjembatani perangkat periferal ke bus sistem mikroprosesor.

Page 46: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

46

Konfigurasi Pena

Konfigurasi pena IC PPI 8255 terdiri dari 40 pena (pin) sebagai gambar berikut:

Gambar 8. Konfigurasi Pena IC PPI 8255

Deskripsi Fungsional IC PPI 8255

Deskripsi fungsional pena-pena (pin) IC 8255 adalah sebagai berikut:

CS (chip select): jika pena masukan ini berlogika 0, maka PPI 8255 akan aktif,

berlangsung komunikasi antara PPI 8255 dan CPU (sistem mikro).

RD (read): jika pena masukan berlogika 0, maka PPI 8255 akan mengirim data ke

CPU melalui bus data (CPU membaca data dari PPI 8255).

WR (write): jika pena masukan ini berlogika 0,maka CPU akan mengirim data atau

kata kendali ke PPI 8255.

A0 dan A1 (pilihan port 0 dan 1):merupakan sinyal masukan, diberikan bersamaan

dengan RD dan WR, berfungsi memilih salah satu dari tiga port atau kata

kendali. Pena ini dihubungkan ke bit terendah dari bus alamat A0 dan A1.

RST: jika pena masukan ini berlogika 1, maka akan menghapus nilai register kendali

dan semua port (A,B,C) akan diset sebagai modus masukan.

Page 47: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

47

Vcc (catu daya +5V): sebuah kapasitor 0,1 mikrofarat antara pena 26 dan 7

diperbolehkan sebagai dekopling.

GND (ground): hubungan ke ground (pembumian).

D0…D7: merupakan jalur bus data (dua arah).

PA0…PA7 : port A : berfungsi sebagai keluaran 8 bit data latch/buffer dan masukan

8 bit data latch.

PB0…PB7 : port B : berfungsi sebagai keluaran 8 bit data latch/buffer dan masukan

8 bit data buffer.

PC0…PC7: port C : keluaran 8 bit data lacth/buffer dan masukan 8 bit data buffer.

Port ini dapat dibagi atas dua port (setiap port 4 bit data lacth) yang digunakan secara

bersama dengan port A dan B untuk mengendalikan sinyal keluaran dan status sinyal

masukan.

PROSEDUR PERCOBAAN

Hubungkan control DT-51 MinSys dengan control DT-51 trainner board

(sebagai sumber) menggunakan kabel tipe X

Hubungkan DT 51 MinSys dengan PC dengan menngunakan kabel serial

Hubungkan DT-51 MinSys dengan sumber tegangan

hubungkan Port A DT-51 MinSys dengan Port Output Dt-51 Trainner Board

menggunakan kabel Y, Ketik program dibawah, assemble, download ke DT-

51 MinSys

$mod51

CSEG

ORG 400H

LJMP TASMI

ORG 4100H

TASMI:

MOV SP, #30H

Page 48: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

48

;inisialisasi

MOV DPTR, #2003H

MOV A, #80h

MOVX @DPTR, A

;PORT A

MOV DPTR, #2000H

MOV A, #0CFH

MOVX @DPTR, A

SJMP $

Page 49: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

49

Lampiran Code ASCII

US ASCII Character Codes (000-063)

Decimal Hexadecimal Character 000 00 NUL 001 01 SOH 002 02 STX 003 03 ETX 004 04 EOT 005 05 ENQ 006 06 ACK 007 07 BEL 008 08 BS 009 09 HT 010 0A LF 011 0B VT 012 0C FF 013 0D CR 014 0E SO 015 0F SI 016 10 DLE 017 11 DC1 018 12 DC2 019 13 DC3 020 14 DC4 021 15 NAK 022 16 SYN 023 17 ETB 024 18 CAN 025 19 EM 026 1A SUB

US ASCII Character Codes (064-127)

Decimal Hexadecimal Character 064 40 @ 065 41 A 066 42 B 067 43 C 068 44 D 069 45 E 070 46 F 071 47 G 072 48 H 073 49 I 074 4A J 075 4B K 076 4C L 077 4D M 078 4E N 079 4F O 080 50 P 081 51 Q 082 52 R 083 53 S 084 54 T 085 55 U 086 56 V 087 57 W 088 58 X 089 59 Y 090 5A Z

Page 50: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

50

027 1B ESC 028 1C FS 029 1D GS 030 1E RS 031 1F US 032 20 SP 033 21 ! 034 22 " 035 23 # 036 24 $ 037 25 % 038 26 & 039 27 ' 040 28 ( 041 29 ) 042 2A * 043 2B + 044 2C , 045 2D - 046 2E . 047 2F / 048 30 0 049 31 1 050 32 2 051 33 3 052 34 4 053 35 5 054 36 6 055 37 7 056 38 8 057 39 9

091 5B [ 092 5C \ 093 5D ] 094 5E ^ 095 5F _ 096 60 ` 097 61 a 098 62 b 099 63 c 100 64 d 101 65 e 102 66 f 103 67 g 104 68 h 105 69 i 106 6A j 107 6B k 108 6C l 109 6D m 110 6E n 111 6F o 112 70 p 113 71 q 114 72 r 115 73 s 116 74 t 117 75 u 118 76 v 119 77 w 120 78 x 121 79 y

Page 51: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

51

058 3A : 059 3B ; 060 3C < 061 3D = 062 3E > 063 3F ?

122 7A z 123 7B { 124 7C | 125 7D } 126 7E ~ 127 7F DEL

Page 52: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

52

MODUL PRAKTIKUM

BAHASA RAKITAN

DISUSUN OLEH

TASMI, S.Si

LABORATORIUM KOMPUTER

PROGRAM DIPLOMA KOMPUTER

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Page 53: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

53

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada ALLAH SWT atas berkat yang telah diberikan-Nya dalam

penyusunan Penuntun Praktikum Bahasa Rakitan edisi refisi. Terima kasih juga

kepada semua pihak yang telah membantu baik secaralangsung maupun tidak.

Pada Modul ini, Pembaca akan diajak untuk mengenal cara pemograman

dengan assembly

Modul penuntun praktikum ini merupakan edisi kedua, yang pembahasannaya

di fokuskan pada aplikasi dan cara awal menggunakan program debugger, Tasm ,

Simulator.

Modul ini disusun untuk membatu para pemakai pemulai dalam pemograman

menggunakan Bahasa Tingkat Rendah (assembly) karena di modul diberikan

beberapa contoh dan cara menggunakan program Assembly. Dan penulis berharap

modul ini sebagai awal mahasiswa dalam memahami pemograman dengan

mengunakan bahasa mesin yang nanti nya akan terus di gunakan dalam mata kuliah

yang berhubungan dengan Hardware (mikrokontroler dan mikroprosesor)

Besar harapan penyusun agar para Pembaca dapat memberikan kritik dan

saran mengenai isi ataupun penyusunan penuntun praktikum Bahasa Rakitan. Akhir

kata, penyusun mengucapkan terima kasih kepada para Pembaca.

Selamat belajar!

Palembang, Februari 2005

Penulis

Page 54: Modul Rakitan

Modul Praktikum Bahasa Rakitan

54

DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengantar ........................................................................................................ i

Daftar isi.................................................................................................................. ii

Daftar Gambar......................................................................................................... iii

Daftar Tabel ............................................................................................................ iv

Modul 1 ................................................................................................................... 1

Modul 2 ................................................................................................................... 11

Modul 3 ................................................................................................................... 15

Modul 4 ................................................................................................................... 18

Modul 5 ................................................................................................................... 24

Modul 6 ................................................................................................................... 29

Modul 7 ................................................................................................................... 34

Modul 8 ................................................................................................................... 37