modul manajemen penyakit berbasis...

38
MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAH OLEH MIDO ESTER SITORUS, M.K.M.

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAH OLEH MIDO ESTER SITORUS, M.K.M.

Page 2: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang maha Esa

yang telah memberikan segala rahmatNya kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan Modul Mata kuliah MANAJEMEN PENYAKIT

BERBASIS WILAYAH yang sederhana ini. Penulis menyadari bahwa

materi yang disajikan dalam modul ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu penulis mengharapkan saran saran yang membangun guna kesempurnaan

modul ini.

Terima kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang telah

memberikan dorongan dalam penyusunan modul ini. Akhir kata semoga

modul ini dapat bermanfaat.

Medan,

September 2017

Page 3: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I KONSEP EKOSISTEM ................................................................. 1

1.1 Pengertian Ekosistem ........................................................................... 1

1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik .......................................... 1

1.3.Hubungan Kesehatan Masyarakat Dengan Lingkungan Hidup ........... 2

BAB II ANALISIS SPASIAL ...................................................................... 4

2.1.Pengertian Analisis Spasial .................................................................. 4

2.2 .Penjalaran Penyakit Dalam Konteks Spasial ...................................... 4

BAB III TEORI SIMPUL ........................................................................... 6

3.1.Teori Simpul 1-IV ................................................................................ 6

3.2 Simpul 5 : Variabel Suprasistem .......................................................... 8

BAB V PRINSIP MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS

LINGKUNGAN (MPBL)........................................................................... 10

4.1.Orientasi Pencegahan dan Pengendalian pada sumber Penyakit ....... 10

4.2.Kerja sama Lintas Sektor,lintas batas wilayah kemitraan .................. 11

BAB V LANGKAH-LANGKAH MPBL ................................................. 12

5.1.Pengumpulan Informasi ..................................................................... 12

5.2. Pertemuan Periodik Lintas Sektor ..................................................... 13

BAB VI METODOLOGI MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS

WILAYAH ................................................................................................. 14

6.1. Analisis spasial dalam manajemen penyakit berbasis wilayah ......... 14

6. 2. Audit Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah ................................. 14

BAB VII APLIKASI MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS

WILAYAH ................................................................................................. 17

Page 4: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

iii

7.1. Investigasi Penyakit TBC .................................................................. 17

7.2.Investigasi penyakit Malaria .............................................................. 18

7.3. Investigasi Penyakit DBD ................................................................. 20

7.4. Investigasi Penyakit Fluburung ......................................................... 21

7.5. Investigasi Penyakit Kolera............................................................... 22

7.6. Investigasi Penyakit ISPA ................................................................. 24

BAB VIII IHR ( INTERNATIONAL HEALTH REGULATION ........ 26

8.1.Peran Kantor Kesehatan ..................................................................... 26

8.2 Perjalanan Haji ................................................................................... 26

BAB IX PENANGGULANGAN KLB DENGAN PENDEKATAN

MPBL .......................................................................................................... 27

9.1 Penyakit Menular ............................................................................... 27

9..2 .Penyakit Tidak Menular ................................................................... 29

9.3 NED(New Emerging Diseases )dan RED(Re-emerging Diases)....... 30

Page 5: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

iv

VISI DAN MISI PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

VISI :

Menjadi program studi kesehatan masyarakat yang unggul,

berkarakter, dan berdaya saing global khususnya dibidang kesehatan

lingkungan tahun 2038.

MISI:

1. Melaksanakan pendidikan yang efektif, efisien dalam kesehatan

masyarakat, khususnya kesehatan lingkungan sesuia dengan SN

Dikti dan KKNI level 6 (enam).

2. Melaksanakan kegiatan penelitian dalam rangka memberikan solusi

dalam berbagai persoalan kesehatan masyarakat khususnya

kesehatan lingkungan.

3. Melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat secara provesional

untuk meeningkatkan status kesehatan masyarakat yang

mendukung pencapaian program pemerintah dalam bidang

kesehatan khususnya kesehatan lingkungan.

4. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah

maupun swasta, asosiasi institusi, asosiasi profesi dalam dan luar

negeri dalam rangka pelaksanaan tridarma perguruan tinggi.

Page 6: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

v

Page 7: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

1

BAB I

KONSEP EKOSISTEM

1.1 Pengertian Ekosistem

Ekosistem adalah penggabungan dari tiap-tiap unit biosistem yang di

dalamnya terdapat hubungan timbal balik antara organisme dengan

lingkungan fisik sehingga aliran energi mengarah ke struktur biotik tertentu

yang mengakibatkan terjadinya siklus materi organisme dengan

anorganisme.

1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik

I .Komponen Biotik

Komponen biotik adalah sesuatu yang hidup (organisme) di

dalam ekosistem dan mengatur suatu ekosistem selain komponen

abiotik. Komponen biotik ini terdiri dari beberapa macam, yaitu;

1. Produsen, yaitu mahluk hidup atau organisme yang memiliki

kemampuan untuk memproduksi makanan sendiri melalui proses

fotosintesis. Beberapa organisme yang termasuk dalam kelompok

produsen diantaranya; tumbuhan hijau, tumbuhan lain yang

mempunyai klorofil.

2. Konsumen (heterotrof), yaitu organisme yang memakan berbagai

bahan organik yang dihasilkan oleh organisme lainnya. Komponen

konsumen disebut juga dengan konsumen makro (fagotrof) karena

mengonsumsi makanan yang berukuran lebih kecil. Beberapa yang

termasuk dalam konsumen; manusia, hewan, jamur, mikroba.

3. Pengurai (dekomposer), yaitu organisme yang memiliki peran

sebagai pengurai berbagai bahan organis yang berasal dari

organisme lain yang telah mati ataupun sisa pencernaan.

4. Penghancur (detivritor), yaitu organisme yang dapat menghancurkan

bahan-bahan organik yang berasal dari sisa-sisa organisme lainnya

yang telah mati.

Page 8: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

2

5. II. Komponen Abiotik

Komponen abiotik adalah komponen fisik dan kimia yang berperan

sebagai medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan organisme.

Komponen abiotik ini terdiri dari senyawa organik, anorganik, dan berbagai

faktor yang mempengaruhi distribusi organisme, seperti;

1. Suhu, yaitu suatu proses biologis yang mempengaruhi suhu tubuh

organisme. Misalnya mamalia dan unggas yang membutuhkan

energi untuk mengatur suhu tubuhnya.

2. Air, yaitu komponen kimia yang dibutuhkan setiap organisme untuk

bertahan hidup.

3. Garam, yaitu komponen kimia yang dapat mempengaruhi

kesetimbangan air dalam organisme melalui proses osmosis

sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

4. Cahaya Matahari, yaitu komponen kimia yang dibutuhkan

organisme untuk melakukan fotosintesis.

5. Tanah dan Batu, yaitu komponen fisik yang digunakan oleh

organisme sebagai tempat tinggal dan berkembang biak.

6. Iklim, yaitu kondisi cuaca pada suatu daerah dalam waktu yang

cukup lama.

Komponen abiotik adalah komponen tak hidup yang menyusun

suatu ekosistem. Komponen abiotik meliputi tanah, udara, sinar matahari,

dan air. ... Hubungan antara komponen abiotik dan biotik sangat erat dan

membentuk hubungan timbal balik. Hubungan timbal balik antara abiotik

dan biotik contohnya antara lain adalah siklus air.

1.3.Hubungan Kesehatan Masyarakat Dengan Lingkungan Hidup

Kesehatan Masyarakat, didefinisikan oleh Winslow tahun 1920,

adalah Ilmu dan kiat (art) untuk :

1) mencegah penyakit

2) memperpanjang usia harapan hidup (UHH)

Page 9: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

3

3) meningkatkan kesehatan dan efisiensi masyarakat, melalui usaha

masyarakat yang terorganisir untuk :

a) sanitasi (kesehatan) lingkungan

b) pengendalian penyakit menular

c) pendidikan higiene perseorangan

d) mengorganisasikan pelayanan medis dan perawatan agar dapat

dilakukan diagnosis dini dan pengobatan pencegahan, serta

e) membangun mekanisme sosial, sehingga setiap insan dapat

menikmati standar kehidupan yang cukup baik. untuk dapat

memelihara kesehatan. Definisi ini mengungkapkan tujuan

kesehatan masyarakat, dan tujuan tersebut dapat dicapai melalui

usaha masyarakat yang terorganisir, dimana salah satunya adalah

usaha sanitasi lingkungan atau Kesehatan Lingkungan.

Page 10: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

4

BAB II

ANALISIS SPASIAL

2.1.Pengertian Analisis Spasial

Analisis spasial merupakan kumpulan- kumpulan dari teknik yang

dapat digunakan untuk melakukan pengolahan data SIG. Hasil dari analisis

data spasial sangat bergantung dari lokasi atau tempat di mana objek sedang

dianalisis. Selain itu, analisis spasial juga bisa diartikan sebagai teknik –

teknik yang dapat digunakan untuk meneliti dan juga mengeksplorasi dari

dari sudut pandang keruangan. Semua teknik ataupun pendekatan

perhitungan secara matematis yang berhubungan dengan data keruangan

atau spasial dilakukan dengan menggunakan fungsi analisis spasial.

2.2 .Penjalaran Penyakit Dalam Konteks Spasial

Analisis spasial menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG)

sangat mendukung untuk pengambilan keputusan dalam penanggulangan

penyakit berbasis lingkungan. Prinsip dasar dari konsep ini adalah

pemanfaatan SIG untuk mengkonversi data populasi, data penyakit, data

lingkungan, fasilitas kesehatan, dll menjadi bentuk visual seperti peta dan

grafik guna memudahkan interpretasi data penyakit serta mendukung

pengambilan keputusan terkait program penanggulangan penyakit berbasis

lingkungan. Fungsi analisis spasial dari SIG termasuk antara lain klasifikasi,

penilaian, tumpang susun, dan fungsi-fungsi lingkungan. Integrasi SIG dan

penginderaan jauh mempermudah analisis spasial karena kenampakan yang

mendekati dunia nyata. Produk luaran yang dihasilkan dari analisis spasial

adalah: identifikasi wilayah berisiko tinggi, persebaran kasus, tren waktu,

populasi berisiko, memantau kegiatan surveilans dan penanggulangan

penyakit, penilaian aksesibilitas terhadap fasilitas kesehatan serta

memperkirakan terjadinya kasus di masa datang.

2.3.Pengaruh Iklim,topografi, terhadap penyakit.

Page 11: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

5

Ada berbagai cara bagaimanaperubahan iklim dapat memengaruhi

kesehatan manusia. Misalnya, pada beberapa aspek berikut ini:

1. Pemadaman listrik pada cuaca ekstrem bisa melumpuhkan rumah

sakit dan sistem transportasi saat kita sangat membutuhkannya.

2. Menurunnya jumlah tanaman bisa menyebabkan kekurangan gizi,

kelaparan, dan harga pangan yang lebih tinggi. Lebih banyak CO2 di

udara bisa membuat tanaman pokok seperti jelai dan kedelai kurang

bergizi.

3. Hari yang lebih panas, lebih banyak hujan, dan kelembapan yang

lebih tinggi akan menghasilkan lebih banyak kutu, yang

menyebarkan penyakit menular seperti penyakit Lyme. Kutu bisa

ditemukan pada sebagian besar wilayah timur AS pada tahun 2080.

4. Trauma dari banjir, kekeringan, dan gelombang panas dapat

menyebabkan masalah kesehatan mental seperti kegelisahan,

depresi, dan bunuh diri.

5. Lebih banyak panas bisa berarti lebih lama musim alergi dan lebih

banyak penyakit pernapasan. Lebih banyak hujan akan

meningkatkan jamur dan polusi udara dalam ruangan.

6. Demam berdarah juga telah meningkat 30 kali lipat dalam 50 tahun

terakhir. Tiga perempat dari mereka yang terpapar sejauh ini tinggal

di kawasan Asia Pasifik.

7. Orang tua dan anak-anak miskin, terutama mereka yang sudah

menderita malaria, kurang gizi, dan diare, cenderung paling rentan

terhadap penyakit terkait panas.

8. Kekeringan dan kekurangan air kronis membahayakan daerah

pedesaan dan 150 juta penduduk kota. Jika kita tidak membuat

penyesuaian dengan cepat, jumlah itu bisa hampir mencapai satu

miliar pada tahun 2050.

9. Naiknya permukaan air laut dapat mengancam pasokan air tawar

bagi orang-orang yang tinggal di dataran rendah. Badai yang lebih

parah bisa menyebabkan sistem pembuangan kota meluap.

Page 12: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

6

BAB III

TEORI SIMPUL

3.1.Teori Simpul 1-IV

Simpul 1 : Sumber Penyakit

Sumber Penyakit adalah titik mengeluarkan atau meng-emisikan

agent penyakit. Agent penyakit adalah komponen lingkungan yang

dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak secara

langsung atau melalui media perantara (yang juga komponen

lingkungan).

Umumnya melalui produk bahan beracun yang dihasilkannya ketika

berada dalam tubuh, atau secara langsung dapat mencederai sebagian

atau seluruh bagian tubuh manusia, sehingga menimbulkan

gangguan fungsi maupun morfologi (bentuk organ tubuh).

Agent penyakit di bagi menjadi 3 kelompok besar :

a) Mikroorganisme, seperti virus, amoeba, jamur, bakteri, parasit

dan lain-lain.

b) Kelompok Fisik, misalnya kekuatan radiasai,energi kebisingan,

kekuatan cahaya.

c) Kelompok bahan kimia toksik, misalnya pestisida, merkuri,

cadmium, CO, H2S

Penyakit di bagi menjadi 2 :

a. Penyakit Menular, adalah penyakit yang umumnya disebabkan

oleh mikroba yang dapat dipindahkan secara langsung maupun

melalui perantara bintang.

b. Penyakit tidak menular disebabkan oleh berbagai bahan atau

komponen lingkungan berupa bahan kimia maupun zat dengan

kekuatan fisik.

Simpul 2 : Media Transmisi Penyakit

Mengacu pada gambar skema, komponen lingkungan yang dapat

memindahkan agent penyakit pada hakikatnya hanya ada lima komponen

Page 13: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

7

lingkungan yang lazim yang kita kenal sebagai media transmisi penyakit,

yakni :

a. Udara. Udara bisa dikatakan sehat apabila tidak mengandung satu atau

lebih agent penyakit.

b. Air. Dikatakan memiliki potensi menimbulkan penyakit kalau

didalamnya terdapat bakteri atau bahan kimia beracun seperti

pestisida.

c. Tanah/pangan. Agent penyakit dapat berpindah-pindah dari satu media

ke media lain. Dapat pula mengendap di dalam tanah dan berbagai

bahan beracun tersebut dapat terserap akar tanaman pangan.

d. Serangga/ Binatang. Misalnya penyebaran penyakit malaria dari

keluarga Anopheles

e. Manusia/ Langsung.

Dari kelima media transmisi di atas, ada agent penyakit tidak menular

seperti bahan kimia toksik juga berasal dari sebuah sumber, misalnya

knalpot mobil, cerobong asap industri dan lain – lain.

Simpul 3 : Perilaku Pemajanan ( Behavioural Exposure )

1. Agent penyakit, dengan atau tanpa menumpang komponen

lingkungan, masuk kedalam tubuh melalui proses yang kita kenal

sebagai proses Hubungan interaktif.

2. Hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk

berikut perilakunya, dapat diukur dalam konsep yang disebut sebagai

perilaku pemajanan atau behavioural exposure.

3. Perilaku Pemajanan adalah jumlah kontak antara manusia dengan

komponen lingkunganyang mengandung potensi bahaya penyakit

(agen penyakit). Misalnya jumlah pestisida yang mengenai kulit

seorang petani ketika sedang menyemprot tanaman di sawah.

4. Masing-masing agent penyakit yang masuk kedalam tubuh dengan

cara-cara yang khas ada tiga jalan atau route of entry yakni :

1) Sistem Pernapasan.

Page 14: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

8

2) Sistem Pencernaan.

3) Masuk melalui permukaan kulit.

Simpul 4 : Kejadian Penyakit

Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif antara

penduduk dengan lingkungan yang memilikki potensi bahaya gangguan

kesehatan. Seseorang dikatakan sakit kalau salah satu maupun bersama

mengalami kelainan dibandingkan rata-rata penduduk lainnya.bisa kelainan

bentuk atau kelainan fungsi, sebagai hasil interaksi Dengan lingkungan baik

lingkungan fisik maupun sosial.

3.2 Simpul 5 : Variabel Suprasistem

Kejadian penyakit itu sendiri masih dipengaruhi oleh kelompok

variabel simpul 5, yakni:

a. Iklim

variabel yang membentuk cuaca dan iklim adalah suhu, kelembaban,

angin serta kondisi spasia. Misalnya pegunungan, pantai, daerah

tropis.

b. Topografi

c. Temporal. Pola penyakit pada sebuah komunitas dan sekaligus masalah

kesehatan, berubah dari waktu kewaktu, dari musim ke musim serta

berbeda satu tempat ke tempat yang lain. Perubahan ini sejalan dengan

perubahan berbagai faktor resiko kesehatan seperti kependudukan,

sosial ekonomi dan geografi atau ekosistem. Pemberantasan penyakit

menular disamping memiliki universalitas global, mengandung makna

pendekatan manajemen berdasar kondisi spesifik lokal temporal pula.

d. Suprasystem lainnya. Yakni keputusan politik berupa kebijakan mikro

yang bisa mempengaruhi semua simpul. Kebijakan makro yang

merupakan keputusan pengambil kebijakan yang dapat atau memang

ditujukan untuk mempengaruhi kondisi lingkungan strategis lainnya

juga harus diperhitungkan. Kebijakan makro yang sifatnya dapat

Page 15: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

9

mempengaruhi simpul 1 hingga 4 sekaligus, misalnya kebijakan

pembangunan berwawasan kesehatan yang dapat mempengaruhi

simpul 1 hingga 4. paradigma atau model kesehatan lingkungan juga

dapat dipengaruhi oleh topografi, suhu lingkungan, kelembaban dan

lain sebagainya.

Page 16: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

10

BAB V

PRINSIP MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN(

MPBL )

1. Manajemen penyakit berbasis wilayah adalah salah satu pendekatan ilmu

kesehatan masyarakat yang senantiasa berbasis komunitas.

2. Komunitas adalah sekelompok orang yang memiliki satu atau lebih

kesamaan variabel.

3. Kesamaan variabel tidak harus berupa kesamaan wilayah namun juga

bisa hobi. Setiap pendekatan kesehatan masyarakat harus memiliki

beberapa ciri atau prinsip-prinsip, antara lain :

a) Kesehatan masyarakat senantiasa berbasis komunitas dalam satu

wilayah atau juga kesamaan risiko kesehatan yang sama. Komunitas

juga sering disebut dengan istilah masyarakat.

b) Kesehatan masyarakat senantiasa berorientasi pencegahan.

c) Community involvement atatu community participation.

Keterlibatan masyarakat dalam mencapai berbagai tujuan dan

sasaran yang ditetapkan.

d) Ilmu dan metode kesehatan masyarakat, juga mengutamakan kerja

sama lintas ilmu, lintas sektor dan kemitraan.

e) Terorganisir. Semua keempat hal diatas hendaknya diorganisasi

dengan baik.

4.1.Orientasi Pencegahan dan Pengendalian pada sumber Penyakit

1) Advokasi, kerjasama, bimbingan dan manajemen PTM

2) Promosi, pencegahan, dan pengurangan faktor risiko PTM melalui

pemberdayaan masyarakat

3) Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan kesehatan, serta

kolaborasi sektor swasta dan profesional

4) Penguatan surveilans, pengawasan dan riset PTM

Page 17: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

11

4.2.Kerja sama Lintas Sektor,lintas batas wilayah kemitraan

Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah administrasi. Dua

wilayah berbatasan antarkabupaten yang memiliki problem penyakit sejenis

harus melakukan sinkronisasi program-program pemberantasan penyakit

yang sama dengan sumber daya masing masing kabupaten/kota. Kerjasama

tidak hanya antar wilayah namun bisa pula dengan negara lain sekitar.

Page 18: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

12

BAB V

LANGKAH-LANGKAH MPBL

Untuk melaksanakan MPBW pada sebuah wilayah administratif

tertentu, maka secara umum perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :

1) Tentukan wilayah administratif, apakah wilayah puskesmas atau

wilayah kabupaten

2) Tentukan prioritas penyakit atau faktor risiko berkenaan yang

hendak dikendalikan

3) Pengumpulan evidences, data atau fakta dengan tujuan

penggambaran proses kejadian penyakit atau patogenesis penyakit

atau dalam kejadian penyakit menular

5.1.Pengumpulan Informasi

1. Pertemuan Awal

Pertemuan awal bertujuan mengikat para mitra atau stakeholders,

medapatkan kesamaan platform atau pemahaman yang sama terhadap

suatu permasalahan penyakit dan faktor risikonya serta menyepakati

terhadap sebuah Rencana Kegiatan Surveilans yang akan dilaksanakan.

2. Pertemuan periodik

Pertemuan ini bisa dilakukan setiap 6 bulan sekali, atau sekurang-

kurangnya setahun sekali. Tujuannya adalah untuk menilai kinerja

kegiatan surveilans itu sendiri serta menilai kemajuan pengendalian

penyakit beserta faktor risiko berkenaan.

3. Pelaksanaan

a. Pengumpulan data

Data yang dikumpul kan adalah data epidemiologi yang jelas,

tepat, dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan,

kejadian penyakit secara keseluruhan serta faktor risikopenyakit

berkenaan. Untuk menjalankan surveilans yang baik, pengumpulan

data harus dilaksanakan secara terus menerus.

b. Pengolahan, Analisis dan Interpretasi

Page 19: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

13

analisis data harus dilakukan secara baik, tergantung tujuannya.

Variabel-variabel diolah harus dapat menggambarkan suatu permasalahan

dan faktor risiko yang mempengaruhi serta bagaimana data yang ada

dapat menjelaskan tujuan dari suatu kegiatan surveilans.

Dalam melakukan analisis dan interpretasi data, yang harus dilakuakan

adalah:

a) Memahami kualitas data dan mencari metode terbaik untuk menarik

kesimpulan.

b) Menarik kesimpulan dari suatu rangkaian data deskriptif.

Penyajian hasil analisis data surveilans epidemiologi dapat digunakan :

a) Teks, yaitu gambaran dari variabel-variabel yang ada dituangkan

dalam bentuk tulisan atau uraian dalam bentuk kalimat-kalimat

b) tabel, yang menggambarkan satu variabel atau lebih. Bisa

mengunakan tabulasi silang apabila menggambarkan dua variabel

atau lebih.

3. Grafik, dibuat untuk membantu membaca mengerti dengan cepat

perbedaan yang ada pada data.

Analisis data surveilans epidemiologi diawali dengan membuat pola

penyakit menurut orang, tempat/wilayah, dan waktu.

5.2. Pertemuan Periodik Lintas Sektor

Pertemuan ini bisa dilakukan setiap 6 bulan sekali, atau sekurang-

kurangnya setahun sekali. Tujuannya adalah untuk menilai kinerja kegiatan

surveilans itu sendiri serta menilai kemajuan pengendalian penyakit beserta

faktor risiko berkenaan.

Page 20: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

14

BAB VI

METODOLOGI MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS

WILAYAH

6.1. Analisis spasial dalam manajemen penyakit berbasis wilayah

Spasial mempunyai arti sesuatu yang dibatasi oleh ruang dan waktu,

juga dibatasi oleh komunikasi dan atau transportasi. Sedangkan data spasial

data yang menunjukkan posisi, ukuran dan kemungkinan hubungan

topografi (bentuk dan tata letak) dari semua objek yang ada dimuka bumi.

Berbagai data baik data dalam kondisi lingkungan maupun distribusi

penduduk dengan berbagai atributnya merupakan data dan informasi

wilayah spasial, data lingkungan, yang merujuk pada lokasi atau mewakili

hasil pengukuranpada tempat-tempat pengukuran, analisis dan observasi

yang diambil secara sistematik maupun random data dari sebuah sumber

emisi adalah data spasial.

6. 2. Audit Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah

1) Manajemen berbasis wilayah adalah manajemen kasus (penyakit)

yang dilakukan secara terintegrasi dengan manajemen faktor risiko

atau manajemen kesehatan masyarakat dan sebaliknya.

2) Pengertian audit manajemen penyakit berbasis wilayah meliputi dua

jenis audit, yakni audit manajemen kasus dan audit manajemen

faktor risiko yang berkenaan, dan yang penting juga adalah apakah

ada upaya integratif diantara keduanya atau tidak baik perencanaan

maupun pelaksanaannya.

3) Audit manajemen penyakit berbasis wilayah adalah proses

sistematik, periodik dan atau sewaktu, yang dilakukan untuk

mengukur kinerja suatu kegiatan dibanding kan dengan standar dan

tujuan yang telah ditetapkan untuk menemukan adanya

penyimpangan atau kekurangan dan mencari penyebabnya sehingga

dapat segera di lakukan perbaikan.

Manajemen kasus adalah suatu kegiatan tata laksana penderita

penyakit tertentu untuk meliputi upaya penegakkan diagnosa, pengobatan,

Page 21: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

15

rujukan, perawatan untuk kesembuhan, menghindarkan kematian dan

kecacatan.

- Audit Faktor Resiko

a. Manajemen faktor risiko adalah tata laksana suatu kegiatan yang

meliputi semua variabel yang berperan pada kejadian penyakit

kelompok masyarakat dengan mengikuti standart yang telah

ditetapkan.

b. Secara rinci bagaimana manajemen faktor risiko tersebut

dilaksanakan dilihat dengan cara bagaimana pengendalian simpul 1,

2 dan 3.

c. sedangkan tata laksana simpul 4 adalah tata laksana kasus dimana

rujukannya adalah Standard Operating Procedures (SOP) yang telah

ditetapkan.

d. Untuk manajemen simpul 5 meliputi variabel prediktor seperti

kelembaban lingkungan, topografi, suhu lingkungan dan iklim.

e. Audit dapat dilaksanakan secara periodik maupun insidentil. Ruang

lingkup audit sebagai bagian dari proses manajemen dalam upaya

peningkatan dan menjaga mutu pelaksanaan kegiatan, maka audit

dilaksanakn dengan ruang lingkup yang saksama komprehensif

mulai dari tahap input, proses, output dan outcome dari suatu

kegiatan.

- Audit Laksana Kasus

a. Dalam konteks manajemen penyakit berbasis wilayah, audit kasus

hendaknya dirujuk kepada SOP atau dalam bahasa program dikenal

Pedoman Tata Laksana Kasus yang telah ditetapkan secara nasional.

Untuk beberapa penyakit yang menjadi prioritas nasional. Dalam hal

secara nasional tidak memiliki acuan serta ada penyakit yang bersifat

spesifik lokal dan menjadi prioritas daerah maka daerah dapat

menyusun pedoman tersebut.

b. Audit pelaksanaan pengendalian faktor risiko. Pengendalian faktor

risiko dalam konteks manajemen penyakit berbasis wilayah, harus

menggunakan prinsip-prinsip ilmu dan metode kesehatan

Page 22: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

16

masyarakat. Ada lima prinsip kesehatan masyarakat yang harus

diikuti, khususnya dalam melaksanakan tata laksana simpul 1, 2, dan

3 yakni :

a. Berbasis masyarakat, fokusnya adalah penduduk secara keseluruhan

b. harus ada keterlibatan masyarakat, namun pemerintah harus

melaksanakan peran pokok dalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan masyarakat.

c. Titik berat pada pencegahan primer.

d. Multidisiplin

e. Terorganisir

Audit adalah suatu kegiatan manajemen, maka perlu disepakati siapa

yang diaudit dan siapa yang melakukan audit. Untuk itu perlu dipahami

sasaran audit, yaitu pelaksana kegiatan manajemen secara kelembagaan

maupun individual. Langkah-langkah penyusunan rencana dan pelaksanaan

audit.

1) Pertama tentukan tujuan

2) Pengorganisasian antara lain menentukan sasaran

3) Rencana pelaksanaan.

Audit manajemen penyakit berbasis wilayah bertujuan untuk

menigkatkan mutu penyelenggaran manajemen penyakit pada wilayah

tertentu. Secara rinci tujuan tersebut hendaknya diuraikan misalnya

mengetahui mutu diagnosis, tata laksana pengobatan dan rujukan. audit juga

ditujukan untuk mendapatkan gambaran tata laksana kasus yang hendaknya

dilakukan secara terintegrasi bersama pengendalian faktor risiko berkenaan

atau tidak.

Page 23: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

17

BAB VII

APLIKASI MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAH

PENYAKIT MENULAR

1) Tentukan wilayah administratif, apakah wilayah Puskesmas atau

wilayah Kabupaten/ Kota atau provinsi

2) Tentukan setiap wilayah kabupaten/kota, tentukan prioritas penyakit

menular atau faktor risiko berkenaan yang hendak dikendalikan .

Modelling .

Baik faktor risiko maupun penyakit menular hendaknya

digambarkan dalam sebuah model kejadian penyakit atau paradigma dengan

mengacu kepada teori simpul dan dapat dimodifikasi. Model gambaran

kejadian (Patogenesis) penyakit menular dideskripsikan ke dalam model

manajemen untuk masing-masing simpul dengan rangkaian kegiatan untuk

masing-masing simpul

a) Model teori simpul advance dapat pula dikembangkan ke dalam

model manajemen malaria di wilayah pertambakan

b) Model gambaran kejadian penyakit menular beserta prioritas

penanggulangan pada tiap simpul kemudian diterjemahkan ke dalam

proses perencanaan dan pembiayaan terpadu.

c) Pelaksanaan dan monitoring pengendalian penyakit menular.

d) Audit manajemen penyakit menular berbasis wilayah.

7.1. Investigasi Penyakit TBC

TBC (Tuberkulosis) yang juga dikenal dengan TBadalah penyakit

paru-paru akibat kuman Mycobacterium tuberculosis. TBC akan

menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama (lebih dari 3

minggu), biasanya berdahak, dan terkadang mengeluarkan darah. Kuman

TBC tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga bisa menyerang tulang,

usus, atau kelenjar. Penyakit ini ditularkan dari percikan ludah yang keluar

penderita TBC, ketika berbicara, batuk, atau bersin. Penyakit ini lebih

rentan terkena pada seseorang yang kekebalan tubuhnya rendah, misalnya

penderita HIV.

Page 24: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

18

Gejala Tuberkulosis

Selain menimbulkan gejala berupa batuk yang berlangsung lama,

penderita TBC juga akan merasakan beberapa gejala lain, seperti:

Demam

Lemas

Berat badan turun

Tidak nafsu makan

Nyeri dada

Berkeringat di malam hari

TBC dapat dideteksi melalui pemeriksaan dahak. Beberapa tes lain

yang dapat dilakukan untuk mendeteksi penyakit menular ini adalah foto

Rontgen dada, tes darah, atau tes kulit (Mantoux).

Pencegahan Tuberkulosis

TBC dapat dicegah dengan pemberian vaksin, yang disarankan

dilakukan sebelum bayi berusia 2 bulan. Selain itu, pencegahan juga dapat

dilakukan dengan cara:

Mengenakan masker saat berada di tempat ramai.

Tutupi mulut saat bersin, batuk, dan tertawa.

Tidak membuang dahak atau meludah sembarangan.

Penularan TBC paling umum terjadi melalui udara. Ketika seseorang

yang telah mengidap penyakit TBC batuk, bersin, atau berbicara dengan

memercikkan ludah, bakteri TB akan ikut melalui ludah tersebut untuk

terbang ke udara. Selanjutnya, bakteri akan masuk ke tubuh orang lain

melalui udara yang dihirup.

7.2.Investigasi penyakit Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi menular yang menyebar melalui

gigitan nyamuk.

Page 25: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

19

Gejala Malaria

Gejala malaria timbul setidaknya 10-15 hari setelah digigit nyamuk.

Munculnya gejala melalui tiga tahap selama 6-12 jam, yaitu menggigil,

demam dan sakit kepala, lalu mengeluarkan banyak keringat dan lemas

sebelum suhu tubuh kembali normal. Tahapan gejala malaria dapat timbul

mengikuti siklus tertentu, yaitu 3 hari sekali (tertiana) atau 4 hari sekali

(kuartana).

Penyebab Malaria

Manusia dapat terkena malaria setelah digigit nyamuk yang terdapat

parasit malaria di dalam tubuh nyamuk. Gigitan nyamuk tersebut

menyebabkan parasit masuk ke dalam tubuh manusia. Parasit ini akan

menetap di organ hati sebelum siap menyerang sel darah merah. Parasit

malaria ini bernama Plasmodium. Jenis Plasmodium bermacam-macam, dan

akan berpengaruh terhadap gejala yang ditimbulkan serta pengobatannya.

Pemeriksaan darah untuk mendiagnosa malaria meliputi tes diagnostik cepat

malaria (RDT malaria) dan pemeriksaan darah penderita di bawah

mikroskop.

Pengobatan Malaria

Malaria harus segera ditangani untuk mencegah risiko komplikasi

yang berbahaya. Penanganan malaria dapat dilakukan dengan pemberian

obat antimalaria. Obat-obatan ini perlu disesuaikan dengan jenis parasit

penyebab malaria, tingkat keparahan, atau riwayat area geografis yang

pernah ditinggali penderita.

Komplikasi Malaria

Beberapa komplikasi serius yang disebabkan oleh malaria, di

antaranya anemia berat, hipoglikemia, kerusakan otak, dan banyak organ

gagal berfungsi. Komplikasi tersebut dapat berakibat fatal dan lebih rentan

dialami oleh balita serta lansia

Page 26: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

20

Pencegahan Malaria

Meski belum ada vaksinasi untuk mencegah malaria, dokter dapat

meresepkan obat antimalaria sebagai pencegahan jika seseorang berencana

bepergian atau tinggal di area yang banyak kasus malarianya. Selain itu,

pencegahan bisa dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk dengan

memasang kelambu pada tempat tidur, menggunakan pakaian lengan

panjang dan celana panjang, serta menggunakan krim atau semprotan

antinyamuk.

7.3. Investigasi Penyakit DBD

Demam berdarah dengue atau biasa disingkat DBD adalah penyakit

menular akibat virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti. Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa kasus demam berdarah di seluruh

dunia meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Diperkirakan ada

sekitar 50-100 juta kasus demam berdarah setiap tahun, dan sekitar setengah

dari populasi manusia di dunia berisiko terkena penyakit ini.

Tanda-tanda & gejala:

Sakit kepala parah

Nyeri pada bagian belakang mata

Nyeri otot dan sendi parah

Mual dan muntah

Ruam

Penyebab

Demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan

lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Biasanya

pergelangan kaki dan leher menjadi bagian tubuh yang umum digigit

nyamuk.

Page 27: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

21

Faktor-faktor risiko

Tinggal atau bepergian ke daerah dengan iklim tropis. Berada di

daerah tropis dan subtropis meningkatkan risiko kena demam

berdarah. Daerah yang berisiko tinggi adalah Asia Tenggara, bagian

barat Kepulauan Pasifik, Amerika Latin, dan Karibia.

Pernah kena DBD. Jika sebelumnya pernah sakit DBD, Anda

berpeluang tinggi mengalami gejala yang lebih serius jika terinfeksi

lagi.

Pengobatan

1. Minum obat untuk menurunkan demam

2. Istirahat yang banyak di tempat tidur

3. Minum banyak cairan

7.4. Investigasi Penyakit Fluburung

Flu burung adalah suatu jenis penyakit influenza yang ditularkan

oleh burung kepada manusia.

Gejala Flu Burung

Masa inkubasi virus dari masuk ke tubuh manusia sampai

menimbulkan gejala adalah 3-5 hari. Seseorang yang terkena flu burung

akan mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, pegal-pegal, pilek,

batuk, dan sesak. Namun sebelum gejala tersebut muncul, ada juga

penderita flu burung yang terlebih dahulu mengalami Muntah,Sakit

perut.,Diare.,Gusi berdarah.,Mimisan.,Nyeri dada.

Penyebab Flu Burung

Virus flu burung merupakan virus influenza yang sebenarnya

menyerang unggas, baik itu unggas liar maupun unggas peternakan (ayam,

Page 28: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

22

bebek, angsa, atau burung). Flu burung menular melalui kontak langsung

dengan unggas yang sakit atau lingkungan yang terkontaminasi, seperti:

Menyentuh unggas yang telah terinfeksi, baik yang masih hidup

maupun yang sudah mati.

Kontak dengan cairan tubuh unggas yang sakit, misalnya ludah.

Atau tidak sengaja menghirup percikan cairan tubuh tersebut.

Kontak dengan debu dari kotoran unggas sakit yang telah mengering

atau menghirupnya.

Menyantap daging atau telurnya dengan tidak dimasak sampai

benar-benar matang. Makan daging dan telur yang matang tidak

akan membuat Anda tertular virus flu burung.

Pengobatan Flu Burung

Pasien yang telah terbukti menderita flu burung biasanya akan

dirawat di ruang isolasi di rumah sakit untuk menghindari penularan. Selain

dianjurkan untuk minum banyak cairan, mengonsumsi makanan sehat,

istirahat, dan minum obat pereda rasa sakit, dokter juga biasanya akan

memberikan obat-obatan antivirus agar penyakit tidak berkembang makin

parah.

7.5. Investigasi Penyakit Kolera

Kolera adalah diare akibat infeksi bakteri yang bernama Vibrio

cholerae. Penyakit ini dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak

dan diare yang ditimbulkan dapat parah hingga menimbulkan dehidrasi.

Kolera merupakan penyakit yang menular melalui makanan atau minuman

yang terkontaminasi bakteri. Kondisi ini biasanya mewabah di daerah yang

padat penduduk dan memiliki lingkungan yang kotor.

Penyebab Kolera

Kolera disebabkan oleh infeksi bakteri Vibrio cholerae. Bakteri

kolera hidup di alam bebas, terutama di lingkungan perairan seperti sungai,

Page 29: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

23

danau, atau sumur. Sumber penyebaran utama bakteri kolera adalah air dan

makanan yang terkontaminasi bakteri kolera. Bakteri kolera dapat masuk

bersama makanan jika makanan tersebut tidak dibersihkan dan dimasak

dengan baik sebelum dimakan. Contoh jenis makanan yang dapat menjadi

sarana penyebaran bakteri kolera adalah:

Makanan laut seperti kerang dan ikan.

Sayuran dan buah-buahan.

Biji-bijian seperti beras dan gandum.

Selain beberapa sumber infeksi kolera seperti yang disebutkan di

atas, ada juga beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko terjangkit

bakteri kolera, yaitu:

Hidup di lingkungan yang tidak bersih.

Tinggal serumah dengan penderita kolera.

Bergolongan darah O.

Gejala Kolera

Gejala utama penyakit kolera adalah diare. Diare yang terjadi akibat

kolera dapat dikenali dari tinja penderita yang cair dan berwarna pucat

keputihan seperti susu atau air cucian beras. Beberapa penderita kolera

mengalami diare parah, berkali-kali, hingga kehilangan cairan tubuh dengan

cepat (dehidrasi). Selain diare, gejala lain yang dapat dirasakan penderita

kolera adalah:

Mual

Muntah

Kram perut

Pencegahan Kolera

Risiko terjangkit kolera dapat diminimalkan dengan menjaga

kebersihan diri, misalnya dengan rajin mencuci tangan menggunakan air

Page 30: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

24

mengalir dan sabun, terutama sebelum makan dan setelah dari toilet. Selain

kebersihan diri, kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi juga

perlu diperhatikan. Caranya adalah dengan:

Tidak membeli makanan yang tidak terjamin kebersihannya

Tidak mengonsumsi makanan mentah atau setengah matang

Tidak mengonsumsi susu segar yang belum diolah

Minum air mineral botol atau air yang telah dimasak hingga

mendidih

Mencuci bersih sayur dan buah sebelum dimakan

7.6. Investigasi Penyakit ISPA

Penyakit ISPA adalah infeksi yang sangat menular. Orang yang

menderita penyakit ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut ini bisa

menularkan penyakitnya kepada mereka yang berkontak langsung

dengannya. Penularan penyakit ISPA ini juga disebabkan karena si

penderita mengalami batuk atau bersin, kemudian bakteri penyebab ISPA

tersebut menular kepada orang yang ada di dekatnya.

Penyebab ISPA

Bronkitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi paru-paru, 90% di

antaranya adalah virus. Serangan berulang dari bronkitis akut, yang

melemahkan dan mengiritasi bronkus saluran udara dari waktu ke waktu,

dapat mengakibatkan bronkitis kronis.

Bronkitis kronis ditemukan dalam tingkat yang lebih tinggi pada

kawasan industri seperti pertambangan batu bara di mana para pekerja

terpapar debu dan asap. Tapi penyebab utama adalah merokok jangka

panjang, yang mengiritasi saluran bronkial dan menyebabkan saluran

bronkhial untuk menghasilkan lendir yang berlebihan. Gejala bronkitis

kronis juga diperparah dengan konsentrasi tinggi sulfur dioksida dan polutan

lainnya di atmosfer.

Page 31: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

25

Gejala bronkitis akut meliputi:

Batuk kering.

Dahak berwarna kuning, putih, atau hijau, biasanya muncul 24

sampai 48 jam setelah batuk dimulai.

Demam, menggigil.

Rasa nyeri dan sesak di dada.

Nyeri di bawah tulang dada saat bernapas dalam-dalam

Sesak napas.

Gejala-gejala bronkitis kronis adalah:

Batuk persisten (menetap) yang memproduksi dahak kuning, putih,

atau hijau (setidaknya tiga bulan dalam setahun atau selama lebih

dari dua tahun berturut-turut).

Kadang-kadang disertai mengi atau sesak napas.

Page 32: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

26

BAB VIII

IHR(INTERNATIONAL HEALTH REGULATION)

8.1.Peran Kantor Kesehatan

Peran Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) menjadi semakin penting

di Indonesia peran utama KKP yaitu menangkal penyakit dan faktor risiko

penyakit yang datang dari luar atau antarpulau.Setiap KKP juga mengubah

konsep kekarantinaan, membangun ruang isolasi di sekitar bandara, serta

membangun jaringan antar pulau.Pendidikan kesehatan masyarakat yang

memiliki knowledge untuk melandasi keahlian petugas KKP di setiap

pendidikan kesehatan, perlu diselenggarakan di Indonesia. Petugas harus

memahami berbagai peraturan kesehatan internasional, memahami

kesehatan lingkungan pelabuhan, global risk factors, memahami masalah

teknis medis, memahami travel health, serta visi global atau regional

epidemiology.

8.2 Perjalanan Haji

Penyelenggaraan kesehatan Haji adalah rangkaian kegiatan

pelayanankesehatan haji meliputi pemeriksaan kesehatan haji, pelayanan

medis,imunisasi, surveilans, kesehatan lingkungan dan manajemen

penyelenggaraankesehatan haji.

Page 33: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

27

BAB IX

PENANGGULANGAN KLB DENGAN PENDEKATAN MPBL

9.1 Penyakit Menular

penyakit yang dapat menular ke manusia yang disebabkan oleh agen

biologi, antara lain virus, bakteri, jamur, dan parasit. Penanggulangan

Penyakit Menular adalah upaya kesehatan yang mengutamakan aspek

promotif dan preventif yang ditujukan untukmenurunkan dan

menghilangkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian, membatasi

penularan, serta penyebaran penyakit agar tidak meluas antardaerah maupun

antarnegara serta berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa/wabah.

Upaya Pencegahan, Pengendalian, dan Pemberantasan Pernyakit

Menular

(1) Penyelenggaraan

(a) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota

bertanggung jawab dalam penyelenggaraan upaya pencegahan,

pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular.

(b) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota

bertanggung jawab menyediakan sarana, prasarana, obat, dan vaksin

dalam upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit

menular.

(c) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota

bertanggung jawab atas akibat yang ditimbulkan dalam pemberantasan

dan pengendalian penyakit berdasarkan penelitian dan pembuktian

kejadian.

(d) Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit

menular dilakukan melalui kegiatan peningkatan kesehatan, pencegahan,

penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan bagi individu atau

masyarakat.

Page 34: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

28

(e) Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit

menular dilakukan untuk melindungi masyarakat dari tertularnya

penyakit, menurunkan jumlah yang sakit, cacat dan atau meninggal

dunia, serta untuk mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat

penyakit menular.

(f) Upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit

menular dilaksanakan dengan berbasis wilayah.

(g) Pelaksanaan upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan

penyakit menular dilakukan oleh Dinas dan jajarannya, bekerja sama

dengan OPD dan instansi lain yang terkait, sarana kesehatan pemerintah

dan swasta, LSM, dan masyarakat.

(h)Upaya pencegahan pengendalian, dan pemberantasan penyakit

menular dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

(i) Standar pelayanan pencegahan, pengendalian dan pemberantasan

penyakit menular berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

(j)Dinas menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis upaya

pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular.

Wabah atau KLB

(a) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota

serta masyarakat melakukan upaya penanggulangan keadaan wabah atau

KLB.

(b)Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Kabupaten/Kota

bertanggung jawab dalam penyediaan dana, sarana, dan prasarana dalam

penanggulangan KLB.

Page 35: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

29

(c) Penentuan wilayah dalam keadaan wabah dan KLB dan upaya

penanggulangan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

(d) Penanganan KLB penyakit dikoordinasikan oleh Dinas bekerja sama

dengan OPD dan instansi terkait pemerintah dan swasta.

(e) Rumah Sakit milik pemerintah maupun swasta wajib menerima

korban KLB tanpa melihat status dan latar belakang termasuk status

keikutsertaan dalam jaminan kesehatan, serta menanganinya sesuai

dengan prosedur dan standar pelayanan yang berlaku.

(f) Dalam pelaksanaan penanggulangan wabah dan KLB, tenaga

kesehatan yang berwenang dapat memeriksa tempat-tempat yang

dicurigai berkembangnya vektor dan sumber penyakit lain.

(g) Unit Pelaksana Teknis Daerah Laboratorium Kesehatan wajib

menerima rujukan spesimen terkait kasus KLB sesuai dengan

kemampuan sarananya.

(h) Pembiayaan kasus-kasus rujukan dibebankan pada Pemerintah

Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

9..2 .Penyakit Tidak Menular

Penyakit tidak menular adalah jenis penyakit yang tidak menular

seperti cacat fisik, gangguan mental, kanker, penyakit degeneratif, penyakit

gangguan metabolisme, dan kelainan-kelainan organ tubuh lain penyakit

jantung, pembuluh darah, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit kencing

manis, berat badan lebih, osteoporosis, kanker usus, depresi dan kecemasan.

Pencegahan dan Pengendalian faktor risiko PTM meliputi 4 cara,

yaitu :

a) Advokasi, kerjasama, bimbingan dan manajemen PTM

b) Promosi, pencegahan, dan pengurangan faktor risiko PTM melalui

pemberdayaan masyarakat

Page 36: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

30

c) Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan kesehatan, serta

kolaborasi sektor swasta dan profesional

d) Penguatan surveilans, pengawasan dan riset PTM .

Langkah - Langkah kebijakan dan strategi Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam mencapai target indikator

adalah :

1) Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat

sehingga dapat terhindar dari faktor risiko.

2) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

berkualitas melalui penguatan sumber daya , dan standardisasi

pelayanan,

3) Meningkatkan kemitraan dengan lintas program, lintas sektor, dan

pemangku kepentingan terkait,

4) Menyelenggarakan Surveilans dengan mengintegrasikan dalam

sistem surveilans penyakit tidak menular diFasilitas Pelayanan

Kesehatan dan masyarakat.

5) Meningkatkan advokasi kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah

Desa, dan pemangku kepentingan terkait.

9.3 NED(New Emerging Diseases )dan RED(Re-emerging Diases)

New Emerging Infectious Disease (NEID) dan Re-emerging

Infectious Disease (REID) sebagai semua penyakit infeksi yang

menunjukkan gejala peningkatan masa-masa terakhir dan sekaligus

menunjukkan gejala kemungkinan ancaman peningkatan dalam waktu

mendatang, dengan demikian New Emerging Infectious Disease (NEID)

merupakan ancaman di masa mendatang yang harus diantisipasi

kehadirannya. NEID sebenarnya telah lama merupakan zoonotic disease

atau penyakit bersumber binatang namun karena perubahan ekosistem.

Berbagai faktor yang berperan timbulnya NEID maupun REID

seperti aspek ekosistem, kepadatan penduduk perubahan perilaku,

Page 37: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

31

kemampuan mikroba patogen mengubah sifat-sifat dirinya dari waktu ke

waktu.

a) Iklim; perubahan iklim dunia berperan timbulnya NEID maupun REID

melalui berbagai cara, peningkatan suhu makin meningkatkan

perkembangbiakan nyamuk dan tingginya radiasi ultraviolet

mengurangi daya tahan tubuh.

b) Kepadatan penduduk; kepadatan penduduk telah memicu timbulnya

penyakit-penyakit infeksi baru. Kepadatan penduduk merupakan

tempat persemaian subur bagi virus.

c) Pencemaran Lingkungan; dapat menyebabkan kerentanan terhadap

kemampuan tubuh dalam menyangkal penyakit.

d) Perubahan perilaku manusia; mobilitas penduduk dan alat transportasi,

kebiasaan makan-makanan, kebiasaan memelihara binatang.

Banyaknya reservoir yang dulu dihutan kini berada disekitar kita.

Langkah-langkah manajemen Faktor dalam menghadapi penyakit

infeksi baru dapat diuraikan secara sistematik :

1) Kembangkan EWORS yakni sistem kewaspadaan yang

menghubungkan UGD rumah sakit dalam wilayah berdekatan

dengan Dinas Kesehatan setempat dan berlangsung terus menerus.

Analisis tiap kasus secara seksama tiap hari, kembangkan pertemuan

dan koordinasi dengan Dinas Kesehatan.

2) Dinas Kesehatan hendaknya menyelidiki kasus-kasus clusters

tersebut dan kembangkan upaya Identifikasi Faktor Risiko kasus

yang tidak biasa terjadi.

pengendalian faktor risiko pada wilayah timbulnya kejadian dan

tanggani kasus dengan baik.

3) Jejaring Dunia

Global Networking dilakukan antar negara, kerja sama bilateral juga

bisa dilakukan.

Page 38: MODUL MANAJEMEN PENYAKIT BERBASIS WILAYAHkesmas.sari-mutiara.ac.id/download/file/PENYAKIT_BERBASIS_WILA… · 1.2. Hubungan Komponen Biotik dan Abiotik I .Komponen Biotik Komponen

32

4) Jejaring Nasional

networking bisa dilakukan pula antar laboratorium, pemerintah pusat

dengan Dinas-Dinas Kesehatan. Program peningkatan kapasitas

surveilans untuk masing-masing simpul , kemampuan penyelidikan

epidemiologi contact trecing dan isolasi sangat diperlukan. Network

juga dilakukan dengan semua pelaku kesehatan seperti LSM dan

tentu saja masyarakat.

5) Kerjasama lintas sektor

kerja sama lintas instansi sektor misalnya koordinasi dengan dinas

pertanian, dinas kehutanan dan dinas pariwisata.

6) Penyelidikan Epidemiologi dan contact tracing;

isolasi dan contact tracing sangat penting ketika terjadi wabah

SARS. Kejadian penyakit yang belum diketahui secara pasti serta

diagnosis dan pengobatan yang belum diketahui, maka identifikasi

kasus sangat penting. Apabila NEID maupun REID telah diketahui

obat dan cara penularannya lebih mudah di banding dengan penyakit

yang belum, sistem isolasi dianggap yang paling efektif digabung

dengan contact tracing yakni melacak orang dengan riwayat kontak

untuk diisolasi juga agar tidak menular lebih lanjut.

7) Manajemen Berita dan manajemen Persepsi

Kejadian NEID umumnya memperoleh perhatian yang luas dari

masyarakat maupun liputan media massa. Menggunakan teknik

media massa untuk membentuk opini masyarakat agar”waspada tapi

jangan panik”. Sebaiknya angka kesembuhan harus ditonjolkan,

yang disertai tran grafik yang ikut membantu menjelaskan namun

tidak terlepas dari honesty dan transparansi.