model desain pembelajaran - umsurabaya
TRANSCRIPT
MODEL DESAIN PEMBELAJARAN
PENGEMBANGAN MORAL
BERBASIS KEARIFAN LOKAL
Penulis
Dra. Badruli Martati, SH, MA., M.Pd
ii
Model Desain Pembelajaran
Pengembangan Moral Berbasis Kearifan
Lokal
Penulis:
Badruli Martati
Editor:
Shoffan Shoffa
Desain Sampul dan Layout:
Sandha Soemantri
Penerbit:
Mavendra Pers
Alamat Redaksi:
Jl. Sutorejo no.59, Mulyorejo, Surabaya, Jawa Timur
Hp. 082141201983
Email: [email protected]
Cetakan I, Agustus 2019
Ukuran 18,2 x 25,7 cm
IV + 119 halaman
ISBN: 978-623-90948-3-6
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak karya
tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun, termasuk fotocopy,
tanpa izin tertulis dari penerbit. Pengutipan harap menyantumkan
sumbernya.
Undang-Undang No. 19 Tahun 2012, Tentang Hak Cipta Ketentuan
pidana, pasal 72 ayat (1), (2) dan (6).
iii
Kata Pengantar
Ki Hadjar Dewantara menggunakan istilah “Taman” sebagai konsep
pendidikannya, artinya tempat bermain: teduh, tenang, dan
menyenangkan. Anak-anak gembira berada di taman dan dengan senang
hati menghabiskan waktu di taman. Faktanya, masih banyak guru yang
belum benar-benar berkompeten untuk mengajar dan mendidik, belum
dapat menciptakan “taman” sehingga siswa dapat belajar dengan senang
dalam proses kegembiraan.
Untuk menyiptakan suasana belajar yang menyenangkan diperlukan
model pembelajaran. Model pembelajaran terbaik adalah model yang
dikembangkan atas dasar teori belajar, teori pembelajaran, teori
komunikasi dan teori lain yang sesuai serta terbukti menghasilkan sistem
instruksional yang efektif dan efisien dalam memfasilitasi proses dan hasil
belajar atau meningkatkan kinerja peserta didik. Namun sesungguhnya
tidak ada model pembelajaran terbaik, semua memiliki kelebihan dan
kekurangan. Sehingga diperlukan kemampuan guru dalam memilih model
yang tepat sesuai dengan tujuan, materi atau pun sumber belajar juga
karakteristik siswa.
Karakteristik siswa yang beragam membutuhkan pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena pendidikan adalah satu-satunya
cara mendongkrak kualitas manusia Indonesia, maka pendidikan nasional
harus dikembangkan terus-menerus tanpa mengenal waktu. Pembangunan
pendidikan harus dikembangkan progresif dan mengarah pada dua target
utama, yakni moral dan keilmuan. Setiap jenjang pendidikan harus
memberikan ruang kepada peserta didik agar leluasa bereksperimen dan
mengekspresikan diri. Thomas Lickona (1992) menekankan pentingnya
tiga komponen karakter yang baik yaitu pengetahuan moral, perasaan
iv
tentang moral dan perbuatan bermoral. Terkait dengan pentingnya
kearifan lokal yang perlu dikembangkan pada anak, menurut Keraf (2006)
merupakan bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan
serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam
kehidupan di dalam komunitas ekologis.
Buku monograf ini merupakan hasil penelitian dengan metode
berdasarkan konsep R&D, oleh karena R&D adalah research yang
terencana, sistematis dan terukur bertujuan untuk menciptkan kebaruan
atau inovasi dalam segala bidang. Inovasi ini bisa berupa inovasi produk,
model, prosedur, desain, cara kerja, dan strategi. Dalam penelitian ini
konsep R&D digunakan sebagai cara menciptakan model pembelajaran
dalam rangka pengembangan moral anak usia dini yang berorientasi masa
depan, tepat guna, siap pakai dan dapat terus dikembangkan.
Pengembangan model desain pembelajaran yang dilaksanakan
dalam penelitian ini berdasarkan disain instruksional yang dikembangkan
oleh Dick, Carey and Carey, yaitu The Systematic Design of Instruction.
Subjek penelitian adalah mahasiswa PG PAUD, siswa anak usia dini.
Pengumpulan dan analisis data: survey, FGD, kuasi-eksperimen (pre-post
test group only) untuk menguji keefektifan model, metode & media
pembelajaran. Data dianalisis dengan statistik inferensial uji beda. Target
Indikator Keberhasilan: a) Bahan Ajar Pengembangan Moral Anak
berbasis kearifan lokal; b) Metode yang dikemas dalam modul, c) Media
pembelajaran berbasis kearifan lokal. Luaran Penelitian: a) Model
pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal; b) Penyebaran model
melalui buku, CD, buku saku/pintar, dan leaflet; c) Publikasi Jurnal
ilmiah (tahun I), d) Buku Ajar/ Buku Teks (tahun II).
v
Penulis memahami ketidaksempurnaan dalam penyusunan buku
monograf ini. Oleh karena itu, besar harapan kami kepada pembaca untuk
memberikan saran yang membangun agar menjadi lebih baik dan
bermanfaat. Semoga buku monograf ini dapat memberikan manfaat
positif dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan
pembelajaran, khususnya pendidikan nilai di sekolah.
Surabaya, 19 Juni 2019
Penulis
vi
Ucapan Terima Kasih
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah,
kekuatan, rahman dan rahim, serta kesehatan sehingga dapat terselesaikan
buku monograf sebagai tindak lanjut dari laporan akhir penelitian hibah
bersaing ini. Buku monograf yang berjudul “Model Desain Pembelajaran
Pengembangan Moral Anak Berbasis Kearifan Lokal” merupakan hasil
bantuan baik secara material maupun moril dari berbagai pihak yang tidak
mungkin kami sebutkan satu persatu. Namun demikian merupakan sebuah
kehormatan jika kami diperkenankan menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Suprapto, DEA., Koordinator Kopertis Wilayah VII Jawa
Timur atas fasilitas dan khususnya pembiayaan dalam penelitian hibah
bersaing ini.
2. Dr. Sukadiono, MM.., Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya,
yang telah memberikan petunjuk serta memotivasi peneliti untuk
menyusun proposal dan melaksanakan penelitian.
3. Dr. M. Ridlwan, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, yang telah memotivasi dan memberikan referensi
mengenai penelitian di bidang pendidikan.
4. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas RI yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis dalam Program Hibah
Penelitian Hibah Bersaing (HIBER) sehingga dapat mengembangkan
potensi diri dalam penelitian.
5. Teman sejawat dan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UMSurabaya dan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang
vii
memberikan waktu dalam membantu kelancaran kegiatan penelitian
ini.
6. Seluruh mahasiswa yang sangat bersemangat, terima kasih atas
dukungannya sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
7. Keluarga tercinta yang menjadi spirit dalam menempuh kehidupan ini.
Penulis menyadari bahwa buku monograf ini masih jauh dari
sempurna, karena itu, saran, kritik, tanggapan, komentar-komentar dari
segenap pembaca sangat diharapkan, serta bimbingan dari pakar sangat
penulis harapkan, demi perbaikan yang akan digunakan untuk refensi
penulisan laporan akhir.
Surabaya, Juni 2019
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................. i
Ucapan terima kasih ........................................................................ iv
Daftar Isi .......................................................................................... vi
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................ 1
1.2. Tujuan Penelitian ............................................................ 2
1.3. Luaran Penelitian ............................................................ 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 4
2.1. Studi Penelitian Terdahulu .............................................. 4
2.2. Model Desain Pembelajaran ........................................... 6
2.3. Pengembangan Moral Anak ........................................... 9
2.4. Kearifan Lokal ................................................................ 14
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.................... 17
3.1. Tujuan Penelitian ........................................................... 17
3.2. Manfaat Penelitian ......................................................... 17
3.3. Luaran Penelitian ........................................................... 18
BAB IV. METODE PENELITIAN ................................................. 20
4.1. Model pengembangan desain pembelajaran .................. 20
4.2. Prosedur pengembangan penelitian .................................... 20
4.3. Kegiatan Penelitian (2 tahun) ............................................ 21
4.4. Prosedur Pengembangan Penelitian Tahun I dan II ...... 22
4.5. Subjek penelitian ............................................................ 24
4.6. Lokasi penelitian ............................................................ 24
4.7. Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian ..... 25
4.8. Target Indikator Keberhasilan ....................................... 28
ix
4.9. Teknik Analisis Data ...................................................... 28
4.10 Analisis data dosen mengelola pembelajaran di kelas .. 31
4.11 Analisis data aktivitas mahasiswa ................................. 31
4.12 Data respon mahasiswa ................................................. 33
BAB V. HASIL YANG DICAPAI.................................................. 25
5.1 Deskripsi Proses dan Hasil Pengembangan Perangkat
Pembelajaran .................................................................... 35
5.2 Proses Pengembangan The Systematc Design of Informatio 36
5.3 Tahap Dick & Carey yang akan dilakukan pada tahun ke-2 100
5.4 Modifikasi Dick, Carey & Carey Design Model ............. 100
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................ 106
6.1. Kesimpulan ......................... .......................................... 106
6.2. Saran .............................................................................. 109
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 110
LAMPIRAN .................................................................................... 112
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Anies Baswedan
menyatakan, “ Bukan tanpa alasan Ki Hadjar Dewantara menggunakan
istilah “Taman” sebagai konsep pendidikannya. Taman berarti sebuah
tempat bermain. Teduh, tenang, dan tentunya menyenangkan. Anak-anak
senantiasa gembira berada di taman. Mereka dengan senang hati
menghabiskan waktu di taman. Ki Hadjar ingin konsep pendidikan seperti
sebuah taman. Pendidikan haruslah menyenangkan, belajar adalah proses
kegembiraan. Ketika lonceng sekolah berbunyi semestinya sebuah tanda
dimulainya kegembiraan. Lalu ketika lonceng pulang berbunyi anak-anak
akan enggan untuk pulang karena ia tak ingin kesenangannya
berhenti. Pertanyaannya, bagaiman seorang guru dapat menciptakan
sekolah sebagai taman yang menyenangkan tersebut.
(http://www.kemdiknas.go.id)
Faktanya dilapangan, masih banyak guru yang belum benar-benar
berkompeten untuk mengajar dan mendidik. Belum banyak guru yang
menciptakan “taman” sehingga peserta didik dapat belajar dengan senang
dalam proses kegembiraan. Secara profesional pun guru masih memiliki
kelemahan dalam dalam penalaran dan pemahaman akan makna
pembelajaran sebagai sebuah taman yang memberikan kesenangan dan
membuat peserta didiik enggan pulang ke rumah.
Salah satu bukti guru dan adalah dalam proses Pendidikan dan
Pelatihan Profesi Guru (PLPG) lebih dari seribu guru dinyatakan tidak
lulus. Beberapa sebab ketidaklulusan tersebut dikarenakan, masih
2
“lemah” di bidang penalaran dan pemahaman. Padahal soal tulis yang
dibuat essay terstuktur, materinya mengacu pada kurikulum, silabus,
dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran. Termasuk materi
pedagogik dan kompetensi profesional. (Jawa Pos, 25 April 2014).
Berpijak dari konsep Ki Hajar Dewantoro dan adanya fakta guru
yang masih lemah dalam penalaran dan pemahaman, maka penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran pengembangan
moral anak bagi mahasiswa pendidikan guru, khususnya mahasiswa
pendidikan anak usia dini. Diharapkan mahasiswa calon guru dan
entrepreneur di bidang pendidikan anak usia dini, dapat memiliki
pemahaman dan penalaran yang baik dalam melakukan pengembangan
moral anak dengan menggunakan lingkungan alam sebagai media
pembelajaran berbasis kearifan lokal, dalam rangka mendukung Indonesia
Emas 2030.
1.2. Tujuan Penelitian
Model desain pembelajaran pengembangan moral anak berbasis
kearifan lokal bertujuan:
a. Mengembangkan model pembelajaran pengembangan moral anak
bagi mahasiswa pendidikan guru pendidikan anak usia dini dengan
menggunakan lingkungan alam sebagai media pembelajaran berbasis
kearifan lokal.
b. Mengembangkan perangkat pembelajaran pengembangan moral anak
bagi mahasiswa pendidikan guru pendidikan anak usia dini berbasis
kearifan lokal, meliputi: bahan ajar, buku saku/pintar, dan buku ajar.
3
1.3. Luaran Penelitian
a. Model pengembangan bahan ajar berbasis kearifan lokal
b. Penyebaran model melalui buku, CD, buku saku/pintar, dan leaflet.
c. Publikasi Jurnal ilmiah (tahun I)
d. Buku Ajar/ Buku Teks (tahun II) .
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Studi Penelitian Terdahulu
Murdiono melakukan sebuah penelitian berjudul Metode
Penanaman Nilai Moral Untuk Anak Usia Dini . Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan tentang metode penanaman nilai moral di
beberapa Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Bustanul Athfal Kota
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari deskripsi tersebut dapat
diperoleh gambaran tentang pengaruh metode yang dipilih terhadap
keberhasilan dalam penanaman nilai moral untuk anak usia dini. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa metode penanaman nilai moral yang
digunakan adalah sebagai berikut: bercerita, bermain, karyawisata,
bernyanyi, outbond, pembiasaan, teladan, syair, dan diskusi. Kendala
yang dihadapi dalam pelaksanaan metode penanaman nilai moral tersebut
meliputi: kurangnya pengetahuan atau teknik dalam bercerita dan
kurangnya media yang digunakan dalam bercerita, sering terjadi
inkonsistensi antara apa yang dilakukan oleh guru di sekolah dengan apa
yang dilakukan oleh orang tua di rumah dan lingkungan sekitar tempat ia
tinggal.
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Gunadi, bertujuan untuk:
(1)mengetahui efektivitas pendidikan moral pada anak usia dini melalui
pembacaan doa-doa harian dan surat-surat pendek Al-Qur’an dalam
rangka membentuk karakter. (2) Pelaksanaan metode pendidikan moral
pada anak usia dini. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
tindakan kelas. Responden adalah siswa sekolah taman kanak-kanak R.A
Habibillah kelas B usia 5-6 tahun dengan jumlah 12 orang. Hasil
5
penelitian menunjukkan bahwa: (1) Metode pendidikan pembacaan doa-
doa harian dan surat-surat pendek Al-Qur’an dalam rangka membentuk
karakter peserta didik sangat efektif dimana kemampuan yang dimiliki
peserta didik dapat memperlihatkan perilaku mereka sehari-hari di
sekolah. Moral mereka sudah mencerminkan perilaku yang Islami. (2)
Proses pembelajaran yang dilakukan guru-guru adalah langsung
mendekatkan diri kepada siswa yang ingin bermain atau mengobrol
dengan temannya di saat proses pembelajaran berlangsung.
Penelitian tentang karakter dilakukan Martati, dkk (2013, 2014)
pada mahasiswa, Yaitu sebuah penelitian dalam rangka pembentukan
karakter siaga bencana melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn),
lebih pada upaya membelajarkan mahasiswa untuk memiliki empati dan
kepedulian terhadap bencana yang sering melanda di negeri ini.
Pendidikan karakter siaga bencana tidak terlepas dari grand desain
pendidikan karakter Nasional, pengembangan karakter dilakukan dengan
pendekatan terintegrasi pada semua mata pelajaran (embeded approach).
Hal ini sejalan dengan misi pengembangan nilai dan sikap pada mata
pelajaran Pendidikan Agama dan PKn. Pengembangan karakter tersebut
bertujuan sebagai dampak pembelajaran (instructional effects) dan
dampak pengiring (nurturant effects).
Termasuk dalam pendidikan karakter adalah pendidikan moral,
dimana pendidikan moral sangatlah penting dalam membentuk karakter
seseorang. Moral berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilainilai atau
tatacara kehidupan. Pendidikan moral yang dilakukan Murdiono dan
Ahmad Gunadi tersebut di atas, unit analisisnya adalah siswa Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), sedangkan penelitian yang dilakukan Martati,
dkk merupakan penelitian pendidikan karakter siaga bencana dengan unit
6
analisis mahasiswa. Ketiga penelitian tersebut memiliki benang merah
yaitu pendidikan karakter yang berpijak pada Grand Desain Pendidikan
Karakter Nasional (2010).
2.2. Model Desain Pembelajaran
Amri (2013: 4) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah
suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi
lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi
perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Joyce, Bruce., Weil,
Marsha and Calhoun, Emily. (2009) dalam Atwi Suparman, “Models of
teaching are one way to organize intelligence-oriented education, giving
our children the means to educate themselves. The key to the effectiveness
of models of teaching is to teach students to become more powerful
learners”. Sedangkan yang dimaksudkan dengan model pembelajaran
terbaik adalah model yang dikembangkan atas dasar teori belajar, teori
pembelajaran, teori komunikasi dan teori lain yang sesuai serta terbukti
menghasilkan sistem instruksional yang efektif dan efisien dalam
memfasilitasi proses dan hasil belajar atau meningkatkan kinerja peserta
didik (Suparman, 2014:127).
Untuk menciptakan efektivitas pembelajaran yang berkualitas,
langkah awal yang perlu dilakukan adalah menerapkan desain sistem
pembelajaran, yang berisi langkah-langkah sistematis yang diperlukan
untuk menciptakan sebuah aktivitas pembelajaran. Untuk merancang
sistem pembelajaran , kita perlu mengenal model-model desain sistem
pembelajaran, dimana setiap sistem memiliki ciri khas tersendiri yang
relevan untuk digunakan dalam mendesain kegiatan pembelajaran yang
spesifik. Hal ini sejalan dengan Maslene Fauser, dkk (2006:6) dalam
7
(Pribadi, 2009:iv), “...Instructional designers cannot be effective if they
are familiar with only one model. The designers must be able to fit the
design to situatioun and familiarity with various models will make that
designer more succesful.”
Model pembelajaran yang dilaksanakan dalam penelitian ini
berdasarkan desain instruksional yang dikembangkan oleh Dick, Carey
and Carey, yaitu The Systematic Design of Instruction dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) mengidentifikasi tujuan instruksional umum; b) melakukan analisis
instruksional; c) mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta
didik; d) menulis tujuan kinerja; e) mengembangkan butir tes acuan
patokan; f) mengembangkan strategi instruksional; g) mengembangkan
dan memilih bahan instruksional; h) mendesain dan melaksanakan
evaluasi formatif; i) mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif dan j)
merevisi kegiatan instruksional. Dalam menyusun desain instruksional
dimulai dengan kegiatan mengidentifikasi kebutuhan instruksional
(instructional needs), dan menentukan tujuan instruksional umum
(instructonal goal) yang berisi kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh
peserta didik. Selanjutnya dilakukan penjabaran dari tujuan instruksional
umum menjadi tujuan instruksional khusus. Penyusunan evaluasi
berdasarkan tujuan instruksional, menentukan isi (content) pembelajaran,
metode, media dan alat pembelajaran. Menentukan alokasi waktu, proses
evaluasi dan merevisi produk sebelum digunakan di lapangan. Evaluasi
formatif melibatkan ahli di luar pengajar. Berbagai instrumen evaluasi
digunakan seperti observasi, tes, kuesioner.
Pengembangan desain pembelajaran pada mahasiswa, sejalan
dengan visi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD)
8
yaitu, “Pada tahun 2017 menjadikan program studi Pendidikan Guru
Pendidikan Anak Usia Dini bertujuan untuk menghasilkan tenaga
pendidik anak usia dini yang Islami, berkompeten, dan berjiwa
entrepreneurship.” Adapun lulusan diharapkan memiliki kompetensi
utama sebagai pendidik profesional dibidang Pendidikan Anak Usia Dini.
Secara lebih rinci, Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia
Dini UMSurabaya berupaya untuk menghasilkan lulusan yang menguasai
kompetensi utama dan memiliki kompetensi utama:
a. Memiliki kompetensi penalaran bidang pendidikan Anak Usia Dini,
professional, bermoral, berakhlak mulia, dan berorientasi ke depan.
b. Memiliki kemampuan merancang, membaca, menganalisis, dan
pengambilan keputusan yang tepat dalam bidang PAUD
c. Keterampilan dalam menganalisis peristiwa-peristiwa pendidikan
dalam masyarakat serta memahami sesuai dengan ajaran Islam.
d. Kemampuan dalam pengelolaan pendidikan. (Borang PG PAUD)
Dalam rangka mendukung kompetensi lulusan, disusun deskripsi
kode MK. 140303; mata kuliah Metodologi Pengembangan Afektif Anak
Usia Dini, yaitu mata kuliah yang membahas tentang cara dan strategi
pemahaman dan pengintegrasian nilai-nilai agama ke dalam diri anak;
membangun kepercayaan; tenggang rasa terhadap kepercayaan orang
lain; kegiatan pelaksanaan beragama dan moral dalam kehidupan sehari-
hari, penanaman dan pengembangan kemampuan untuk mandiri,
mengekspresikan emosi; bekerja sama dan toleransi, menghargai orang
lain, serta mengembangkan konsep diri.
Moral merupakan suatu nilai-nilai yang dijadikan pedoman dalam
bertingkah laku. Perkembangan moral yang terjadi pada anak usia dini
9
sifatnya masih relatif terbatas. Seorang anak belum mampu menguasai
nilai-nilai abstrak berkaitan dengan benar-salah dan baik-buruk. Namun
demikian, moral sudah harus dikenalkan dan ditanamkan sejak dini,
supaya nantinya anak menjadi terbiasa dan sudah dapat membedakan
mana yang benar dan yang salah.
2.3. Pengembangan Moral Anak
Pendidikan adalah satu-satunya cara mendongkrak kualitas manusia
Indonesia. Jusuf Kalla (2008) dalam Yasin (2014: 17) menjelaskan,
pendidikan nasional harus dikembangkan terus-menerus tanpa mengenal
waktu. Pembangunan pendidikan harus dikembangkan progresif dan
mengarah pada dua target utama, yakni moral dan keilmuan. Setiap
jenjang pendidikan harus memberikan ruang kepada peserta didik agar
leluasa bereksperimen dan mengekspresikan diri. Kalla menyakini, hal ini
tidak boleh diabaikan bila ingin mencetak manusia produktif dan kreatif,
serta memiliki semangat juang tinggi.
Paradigma pendidikan saat ini telah bergeser, pendidikan atau
mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, (Jihad, 2010:47)
namun lebih jauh dari pengertian itu yang lebih utama adalah dapat
mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi
lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika maupun
perilaku dalam kehidupan shari-hari. Dalam pendidikan karakter, Thomas
Lickona (1992) (Kemendiknas, 2010:43) menekankan pentingnya tiga
komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu
moral knowing atau pengetahuan moral atau perbuatan bermoral.
Komponen-komponen tersebut sebagai berikut. Pertama, Pengetahuan
Moral. Ada enam aspek yang menjadi orientasi dari moral knowing yaitu:
10
1) kesadaran terhadap moral (moral awareness), 2) pengetahuan terhadap
nilai moral (knowing moral values), 3) mengambil sikap pandangan
(perspective taking), 4) memberikan penalaran moral (moral reasoning),
5) membuat keputusan moral (decission making), dan 6) menjadikan
pengetahuan sebagai miliknya (self knowledge). Kedua, perasaan tentang
moral: ada enam aspek yang menjadi orientasi dari moral feeling yaitu: 1)
kata hati/suara hati (conscience), 2) harga diri (self esteem), 3) empati
(emphaty) 4) mencintai kebajikan (looving the good), 5) pengendalian diri
(self control), dan 6) kerendahan hati (humility). Ketiga.
Perbuatan/tindakan moral. Ada tiga aspek yang menjadi indikator dari
moral action, yaitu: 1) kompetensi (competence), 2) keinginan (will), 3)
kebiasaan (habit).
Mahmuddin Yasin dalam memaknai perspektif Yusuf Kalla tentang
penyelenggaran pembelajaran di Indonesia selama ini, bahwa selama
bertahun-tahun, dimana sistem pendidikan di Indonesia masih belum
memberikan cukup ruang bagi anak didik untuk mengekspresikan diri
secara kreatif (Yasin, 2014:18). Anak-anak lebih banyak “didikte” dengan
pelajaran buku teks tanpa belajar dikenalkan pada realitas yang akan
mereka hadapi. Pendidikan Indonesia membuat anak-anak “terasing” dan
pada akhirnya gagap menghadapi perubahan zaman. Satu hal yang
seharusnya kita ingat bersama adalah pendidikan tidak pernah ada di
ruang hampa. Pendidikan adalah bagian dari budaya dan sistem politik
kebudayaan. Ia harus menjadi pilot project bagi penguatan masyarakat
dan perubahan sosial.
Sejalan dengan paradigma yang menghendaki “kebebasan” dalam
pembelajaran, yaitu Paulo Freire (Hidayat, 2013: 25) dalam bukunya
yang berjudul Pedagogy of Freedom: Ethics, Democracy, And Civil
11
Courage (1998). Secara prinsip buku ini memuat: pertama, tidak ada
kegiatan mengajar tanpa belajar. Artinya pendidik hendaknya juga belajar
untuk menghormati apa yang diketahui muridnya; kedua, pengajaran
bukan sedekar menstransfer pengetahuan; dibahas konstruksi kedasaran
pendidik dan murid tanpa batas, penghormatan terhadap otonomi murid,
kerendahan hati, toleransi, dan perjuangan hak pendidik; ketiga, praktik
pendidikan itu sejatinya berfokus pada percaya diri, kompetensi
profesional, dan kedermawanan, komitmen, kebebasan dan otorita;
keempat, pendidikan itu juga didalamnya mengajarkan proses dialog dan
hubungan yang harmonis, misalnya mengetahui cara mendengarkan
murid, konsepsi pendidikan sebagai ideologis, keterbukaan untuk dialog
dan merawat optimisme murid. Dengan kalimat lain dapat dikatakan
bahwa Paulo Freire menanamkan pondasi dalam pendidikan yang
memberikan “kebebasan” bagi peserta didik untuk mengeksplorasi diri
dalam kemampuan, sikap dan keterampilan (kognitif, afektif dan
psikomotor). Jadi pendidikan tidak dipandang sebagai transfer ilmu
pengetahuan, yang diibaratkan menuang isi dalam gelas, namun
pendidikan dilakukan dengan proses pembelajaran yang menghargai
perbedaan individual peserta didik.
Ada lima (5) solusi menurut Yasin (2014: 19) agar pendidikan di
Indonesia lebih berdaya untuk menelurkan generasi emas yang siap
menghadapi persaingan bebas itu. Walaupun “there is no single magic
bullet” untuk menyelesaikan masalah tersebut tetapi ada beberapa hal
yang perlu dilakukan, yaitu: pertama, terus menambah proporsi alokasi
anggaran pendidikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara
(APBN) maupun anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) ;
kedua, evaluasi dan reformasi kurikulum dengan pendekatan lebih
12
filosofis, dan memasukan aspek fungsionalisme dan developmentalisme.
Kurikulum harus memberikan peluang kepada anak-anak yang memiliki
kemampuan berbeda untuk berkembang secara optimal. Tidak semua
prestasi anak didekati dari sisi kemampuan akademik text book, tidak
semua anak pandai fisika, matematika atau bahasa- seni . Kadangkala ada
juga anak yang memiliki kemampuan kreatif tertentu yang tidak terlalu
akademik, namun ternyata dibutuhkan dan memiliki manfaat untuk
dirinya dalam menghadapi dunia nyata puluhan tahun mendatang; ketiga,
insentif dan penghargaan tinggi untuk para guru yang bersedia bekerja di
wilayah pelosok. Pemerintah hendaknya berupaya memanusiakan para
guru yang telah bekerja keras dengan penuh dedikasi mendidik anak-anak
Indonesia dan melewati rintangan; keempat, penguatan sekolah menengah
kejuruan dan kompetensi profesi kejuruan dalam pendidikan tinggi.
Aspek fungsionalisme dan developmentalisme menekankan pentingnya
relevasi pendidikan dengan dunia kerja. Ada link and match dengan
realitas, dimana anak didik disiapkan untuk memilih opsi-opsi yang
berguna dalam hidupnya; kelima, penguatan riset dan pengembangan
(Research and Development/ R&D). Indonesia memiliki potensi riset
yang sangat melimpah di berbagai bidang.
Dipelopori oleh UNESCO melalui “The International Commission
On Educational For The Twenty-First Century” yang dipimpin oleh
Jacques Delors (1996:85) yang menyimpulkan dalam rangka memasuki
abad 21, pendidikan yang dapat diharapkan mendukung generasi emas
2030, hendaknya berpijak pada The Four Pillars of Education:
a. “Learning to know; by combining a sufficiently broad general
knowledge with the oppurtunity to work in depth on a small
number of subject. This also means learning to learn, so as so
13
to benefit from the opportunities education providers
throughout life;
b. Learning to do, in order to acquire not only an occupational skill
but also, more broadly, the competence to deal with many
situations and work in teams. It also means learning to do in the
context of young people’s various social and work experiences
which may be informal, as a result of the local or national
context, or formal, invorving courses, alternating study and
work.
c. Learning to be, so as better to develop one’s personality and be
able to act with ever greater autonomy, judgement and personal
responsibility. to In that connection must not disregard any
aspect of a person’s potential: memory, reasoning, aesthetic
sence, physycal capasities and communication skill;
d. Learning to live together; by developing an understanding of
other people and an appreciation of independence – carrying
out joint projects and learning to manage conflicts- in a spirit
of respect for the values of pluralism, mutual understanding and
peace.”
Penerapan pilar pertama “Learning to know” pada hakekatnya
sejalan dengan penerapan paradigma ilmu pengetahuan pada proses
pembelajaran di berbagai tingkat pendidikan, yaitu bagaimana peserta
didik dapat mendapatkan pengetahuan dengan cara tidak diberikan
informasi langsung, namun dengan cara memproses pengetahuan ke
dalam dirinya. Penerapan pilar kedua “Learning to do” merupakan suatu
upaya agar peserta didik menghayati proses belajar dengan mendapatkan
sesuatu yang bermakna, suatu proses pembelajaran yang disebut “active
learning”. Pilar ketiga “Learning to be” adalah prinsip pendidikan yang
dirancang bagi terjadinya proses pembelajaran yang memungkinkan
lahirnya manusia terdidik yang mandiri. Penerapan pilar keempat
“Learning to live together” di dunia international sangat penting di era
globalisasi yang sarat muatan teknologi dan perdagangan bebas, dimensi
14
kemanusiaan yang dijunjung tinggi oleh setiap agama terlupakan karena
tekanannya pada pertambahan nilai kebendaan. Pertentangan yang
dasarnya perbedaan ras, agama, suku, keyakinan politik, dan kepentingan
ekonomi yang masih sering terjadi, perlu dihindarkan. Karena itu
pendidikan nilai kemanusiaan, moral, dan agama yang melandasai
hubungan antar manusia perlu diintensifkan.
2.4. Kearifan Lokal
Grand Desain karakter pendidikan nasional (2010), menyebutkan
salah satu karakter yang perlu dibangun untuk siswa adalah karakter
demokratis, sebuah nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama.
Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerrti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang
tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Karena
itu muatan pendidikan karakter secara psikologis mencakup dimensi
moral reasoning, moral feeling, dan moral behaviour (Lickona:1991)
atau dalam arti utuh sebagai morality yang mencakup moral judgment and
moral behaviour baik yang bersifat prohibition-oriented morality maupun
pro-social morality (Piaget, 1967; Kohlberg; 1975; Eisenberg-Berg;
1981).
Pemaknaan senada, demokratis dapat dimaknai sebagai perilaku
manusia dalam mengamalkan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehari-hari. Atau dikatakan
sebagai perilaku hidup dari warganegara yang baik dan bertanggung
jawab, serta sadar akan hak dan kewajiban terhadap masyarakat, bangsa
15
dan negara. Menurut Warsono, sebagai warga negara yang baik dan
bertangung jawab setiap individu memiliki tanggung jawab terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, keluarga dan lingkungan (Martati,
2010:5).
Pengertian bertanggung jawab terhadap lingkungan dapat diartikan
kewajiban untuk menjaga dan memelihara lingkungan, peduli terhadap
kelestarian alam dengan menjaga fungsi-fungsi alam itu sendiri. Yang
dimaksud dengan lingkungan disini adalah lingkungan alam dan
lingkungan sosial yang dapat dimaknai pula sebagai sebuah sikap kearifan
lokal. Contoh menjaga lingkungan alam: menanam pohon yang
bermanfaat bagi kehidupan, tidak membuang sampah di sungai. Menjaga
lingkungan sosial, contohnya: menjaga dan memelihara norma dalam
masyarakat, menjaga dan memelihara budaya daerah di tengah arus
globalisi, berperan serta dalam kegiatan gotong royong di lingkungan, dan
lain-lain
Kearifan lokal, terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) atau
kebijaksanaan; dan lokal (lokal) atau setempat. Jadi kearifan lokal adalah
gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik,
yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Menurut Gobyah
nilai terpentingnya adalah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg
dalam suatu daerah. Secara konseptual, kearifan lokal dan keunggulan
lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi
nilai-nilai, etika, cara-cara dan perilaku yang melembaga secara
tradisional.(lihat https://id.answers.yahoo.com)
Pentingnya kearifan lokal, menjadi hal penting untuk dibudayakan
kepada generasi muda (anak usia dini) melalui proses pembelajaran yang
diberikan oleh guru PAUD melalui bahan ajar berbasis kearifan lokal.
16
Kearifan lokal makin mendesak untuk disisipkan dalam proses
pembelajaran agar anak usia dini memiliki karakter peduli sosial dan
lingkungan. Hal ini sejalan dengan semakin menipisnya sumber daya
alam dan peliknya upaya pemberdayaan masyarakat. Oleh karena kearifan
lokal turut menjadi elemen penentu keberhasilan pembangunan sumber
daya masyarakat dan pengelolaan sumber daya alam. Sebagai sebuah
nilai, kearifan lokal merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat
lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif.
Keraf (2006) menegaskan kearifan lokal merupakan bentuk
pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan
atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam
komunitas ekologis. (lihat http://spe.dbp.gov.my).
Jadi melalui proses pembelajaran yang dirancang peserta didik agar
memiliki moral yang baik sebagai karakter yang diperlukan untuk
mennyongsong Indonesia Emas 2030, serta berdampak pengiring agar
anak usia dini memiliki karakter peduli sosial dan lingkungan. Penelitian
pengembangan ini bertujuan untuk membantu mahasiswa calon guru
PAUD dan entrepreneur pendidikan anak usia dini untuk pemahaman
dan penalaran menuju guru yang profesional.
17
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan penelitian
Model desain pembelajaran pengembangan moral anak usia dini
berbasis kearifan lokal bertujuan:
a. Mengembangkan model pembelajaran pengembangan moral
anak usia dini bagi mahasiswa pendidikan guru pendidikan anak
usia dini (PG-PAUD) dengan menggunakan lingkungan alam
sebagai media pembelajaran berbasis kearifan lokal.
b. Mengembangkan perangkat pembelajaran pengembangan moral
anak usia dini bagi mahasiswa pendidikan guru pendidikan anak
usia dini (PG-PAUD) berbasis kearifan lokal, meliputi: bahan
ajar, buku saku/pintar, dan buku ajar.
3.2 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa,
dosen, maupun universitas.
a. Bagi mahasiswa
Memberikan pengalaman pembelajaran dan keteladanan dalam
upaya peningkatan kualitas pembelajaran untuk menemukan cara
yang terbaik guna mencapai pembelajaran yang bermutu dan
berimplikasi pada terciptanya kualitas calon guru yang
profesional pendidikan anak usia dini (PG-PAUD) dengan
menggunakan lingkungan alam sebagai media pembelajaran
berbasis kearifan lokal.
18
b. Bagi dosen
Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi para dosen
dalam meningkatkan mutu perkuliahan, memberikan inovasi
pembelajaran dengan kreativitas mengembangkan perangkat
pembelajaran pengembangan moral anak usia dini bagi
mahasiswa pendidikan guru pendidikan anak usia dini (PG-
PAUD) berbasis kearifan lokal, meliputi: bahan ajar, buku
saku/pintar, dan buku ajar.
c. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas
mutu dan hasil belajar, khususnya mata kuliah Pengembangan
Moral Anak Usia Dini, sehingga secara langsung dapat
meningkatkan kualitas pendidikan dan out put mahasiswa
pendidikan guru pendidikan anak usia dini (PG-PAUD)
Universitas Muhammadiyah Surabaya.
3.3 Luaran Penelitian
Setelah penelitian ini dilakukan maka luaran penelitian yang
dihasilkan antara lain:
a. Mempublikasikan hasil penelitian dalam jurnal lokal yang
mempunyai ISSN atau jurnal nasional terakreditasi atau jurnal
Internasional.
b. Menghasilkan artikel ilmiah yang dimuat dalam prosiding pada
seminar ilmiah baik yang berskala lokal, regional, nasional
maupun Internasional.
c. Pengayaan perangkat pembelajaran pengembangan moral anak
usia dini bagi mahasiswa pendidikan guru pendidikan anak usia
19
dini (PG-PAUD) berbasis kearifan lokal, berupa: bahan ajar, buku
saku/pintar dan leaflet.
d. Buku Ajar/ Buku Teks/ Modul/ Monograf
20
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Model pengembangan desain pembelajaran
Kemajuan perusahaan dan negara kini sangat ditentukan oleh
kemampuan mengembangkan kreativitas untuk mencari temukan inovasi-
inovasi, torobosan-terobosan, produk-produk, karya cipta, model-model,
dan solusi-solusi baru, berbeda, unik dan unggul. Telah terbukti semua itu
dapat diraih jika perusahaan atau negara serius melakukan Research And
Development (R&D). R&D memiliki prestasi besar untuk inovasi karena
berbeda dari jenis penelitian lain yang memiliki tujuan untuk menjelaskan
dan memahami. R&D secara terencana, sistematis dan terukur bertujuan
untuk menciptakan kebaruan atau inovasi dalam segala bidang. Inovasi
ini bisa berupa inovasi produk, model, prosedur, desain, cara kerja, dan
strategi. R&D memiliki ciri-ciri tema yaitu:
a. bertolak dari fakta, masalah, potensi, tantangan, kebutuhan yang nyata-
nyata memang mesti direspon dengan sistematik, sengaja, bertujuan,
dan segera mengedepanka pemecahan masalah yang berfokus pada
kebaruan atau inovasi, efektivitas, efesiensi dan produktivitas;
b. membutuhkan uji coba yang akurat menggunakan penelitian
eksperimen;
c. menciptakan model, cara, sistem, temuan yang berorientasi masa
depan, tepat guna, siap pakai dan dapat terus dikembangkan. (Putra,
2011:26).
Jadi dalam penelitian ini konsep R&D digunakan sebagai cara
menciptakan model pembelajaran dalam rangka pengembangan moral
anak usia dini yang berorientasi masa depan, tepat guna, siap pakai dan
21
dapat terus dikembangkan melalui matakuliah Metodologi
Pengembangan Afektif Anak Usia Dini pada program studi Pendidikan
Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD).
4.2 Prosedur pengembangan penelitian
Pengembangan model desain pembelajaran yang dilaksanakan
dalam penelitian ini berdasarkan disain instruksional yang dikembangkan
oleh Dick, Carey and Carey, yaitu The Systematic Design of Instruction,
melalui tiga tahap prosedur pelaksanaan penelitian sebagai berikut:
a. Tahap pertama dikembangkan rancangan survai dan forum
diskusi;
b. Tahap kedua, dikembangkan rancangan penelitian kaji-tindak
kolaboratif;
c. Tahap ketiga dikembangkan kaji- tindak kolaboratis dan kuasi
eksperimen.
4.3 Kegiatan Penelitian (2 tahun)
Tabel 4.1. Kegiatan Penelitian
Tahun & Tahap Penelitian Target
Tahun I
Tahap I (pertama)
1. Mengidentifikasi kecakapan-
kecakapan mahasiswa yang
dibutuhkan dalam desain
pembelajaran moral anak usia dini
berbasis kearifan lokal
2. Mengidentifikasi kompetensi dan
topik bahasan esensial untuk
selanjutnya dikemas dalam bentuk
program pembelajaran atau silabus
3. Mengembangkan rancangan
penelitian survai dan pengembangan
desain pembelajaran
1. Daftar permasalahan pembelajaran
moral anak usia dini berbasis
kearifan lokal untuk mahasiswa
PG PAUD
2. Daftar kecakapan yang perlu
dimiliki oleh mahasiswa PG
PAUD dalam desain pembelajaran
moral anak usia dini berbasis
kearifan lokal
3. Informasi pokok bahasan yang
esensial sebagai bahan ajar dalam
pembelajaran moral anak usia dini
22
Tahun & Tahap Penelitian Target
Tahap II (kedua)
Menyusun perangkat pembelajaran:
bahan ajar, metode dan media
pembelajaran yang relevan dengan
pembelajaran moral anak usia dini
berbasis kearifan lokal untuk mahasiswa
PG PAUD
berbasis kearifan lokal untuk
mahasiswa PG PAUD
Tersusunnya bahan ajar, metode
dan media pembelajaran yang
telah divalidasi dengan expert
judgment.
1. kecakapan mengenal diri,
2. kecakapan akademik dan
berpikir rasional,
3. kecakapan profesional,
4. integrasi dari semua
kecakapan tersebut.
Tahun II
Tahap III (ketiga )
Ujicoba model perangkat pembelajaran
bagi mahasiswa PG PAUD berbasis
kearifan lokal
* Pendekatan yang dipilih adalah kuasi
eksperimen rancangan pre-posttest
group only.
* Keefektifan model dan perangkat akan
dianalisis dengan statistik inferensial uji
beda.
1. Informasi tentang kualitas dan
efektivitas model dan
perangkat pembelajaran yang
telah dihasilkan.
2. Naskah final perangkat
pembelajaran bagi mahasiswa
PG PAUD berbasis kearifan
lokal
4.4 Prosedur Pengembangan Penelitian Tahun I dan II
Gambar
The Dick and Carey Systems Approach Model for Designing Instruction
( Dick Carey and Carey, 2009:1)
23
Tabel 4.2. Componen of the systems Approach Model
No. Tahap Proses Pengembangan
1 Identify instructional
goal (s)
Menuliskan tujuan pembelajaran. Tujuan ini
dihasilkan dari daftar tujuan, analisis kinerja,
penilain kebutuhan dari pengalaman praktis siswa
yang kesulitasn belajar atau analisis orang yang
melakukan pekerjaan atau lainnya.
2 Conduct Instructinal
analysis
Menentukan pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang disebut entry behavior atau perilaku awal
yang penting bagi siswa dalam proses
pembelajaran.
3 Analyze Learners and
Contexts
Selain menganalisis tujuan pembelajaran, ada
analisis relevan peserta didik, dalam konteks ini
berkaitan dengan dimana mereka belajar dan dalam
konteks apa pembelajarannya.
4 Write Performance
Objectives
Berdasarkan analisis laporan perilaku
pembelajaran, akan ditulis laporan khusus pada apa
yang dapat lakukan ketika mereka selesai dalam
pembelajaran ini.
5 Develop
Asesment Instrumens
Berdasrakan tujuan yang ditulis, dikembangkan
penilaian yang relevan dan mengukur kemampuan
peserta didik untuk melakukan apa yang tertulis
dalam tujuan pembelajaran.
6 Develop
Instructional Startegy
Berdasarkan informasi dari lima langkah
sebelumnya, maka kemudian dikembangkan
strategi pembelajaran yang relevan.
7 Develop
And Select
Insructional Materials
Dikembangkan diktat, bahan ajar, PPT, film dan
lain-lain sebagai panduan pembelajaran dari
berbagai sumber.
8 Design and Conduct
Formative Evaluation
of Instruction
Merancang dan melakukan evaluasi formatif,
setelah menyelesaikan serangkaian penilaian untuk
mengumpulkan data yang digunakan untuk
mengindentifikasi cara untuk meningkatkan
pembelajaran
9 Revice Instruction Langkah terakhir dalam proses dan pengembangan
(langkah pertama dalam siklus pengulangan) adalah
meninjau pembelajaran. Formatif evaluasi data
disimpulkan dan ditafsirkan untuk
mengidentifikasi kesulitan yang dialami oleh
peserta didik dalam mencapai tujuan.
4.5 Subjek penelitian
a. Mahasiswa Pendidikan Guru-Pendidikan Anak Usia Dini (PG
PAUD)
24
b. Anak Usia Dini
c. Pengembang model, metode dan media pembelajaran
4.6 Lokasi penelitian
a. Kota Surabaya
b. Kabupaten Sidoarjo
4.7 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang
digunakan, sebab data yang diperlukan untuk pertanyaan dalam penelitian
ini diperoleh melalui instrumen yang diberikan kepada mahasiswa. Dan
teknik pengumpulan data merupakan sebuah teknik yang digunakan oleh
seorang peneliti dalam memperoleh data yang dibutuhkan.
Adapun teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Teknik Tes
Sudijono (2005:66) menerangkan bahwa “tes adalah alat atau
prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan
penilaian”. Peneliti menggunakan teknik tes untuk mengetahui
ketuntasan belajar mahasiswa sebagai upaya menilai ranah kognitif
dari masing-masing siswa, materi tes yang diberikan adalah sesuai
dengan materi yang diajarkan.
Data ketuntasan belajar mahasiswa diperoleh dengan cara
memberikan pre-test dan post-test kepada mahasiswa sebelum dan
sesudah penerapan metode pembelajaran disampaikan. Instrumen
yang digunakan oleh peneliti adalah tes tulis berupa soal uraian.
25
b. Teknik Observasi
Observasi disebut pula dengan pengamatan. Peneliti
menggunakan teknik ini untuk memperoleh data tentang aktivitas
mahasiswa dan aktivitas dosen serta kemampuan dosen dalam
mengelola pembelajaran selama proses pembelajaran mata kuliah
Pengembangan Moral AUD Berbasis Kearifan Lokal berlangsung.
1) Data kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran
Data kemampuan dosen diperoleh dengan melakukan
observasi terhadap kemampuan dosen dalam mengelola
pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung oleh
pengamat untuk setiap kali pertemuan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disediakan dan dilakukan dengan
cara memberi skor pada setiap aspek dalam lembar observasi
kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran.
2) Data aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran
Data aktivitas mahasiswa diperoleh melalui pengamatan
terhadap aktivitas mahasiswa selama proses pembelajaran
berlangsung oleh tiga orang pengamat. Pengamatan dilakukan
dengan mengamati aktivitas mahasiswa selama mengikuti
pembelajaran, selanjutnya pengamat mencatat kode aktivitas
mahasiswa pada kolom yang terdapat pada lembar observasi
aktivitas mahasiswa.
Aktivitas mahasiswa yang diamati meliputi, antara lain:
(a) Membaca masalah / materi pelajaran
(b) Aktif dalam kegiatan (diskusi kelompok, pelajaran)
(c) Mencatat
26
(d) Memperhatikan penjelasan dosen (pendahuluan/penutup,
motivasi, bahan pengait/apersepsi, tujuan pembelajaran,
materi pelajaran, contoh materi)
(e) Melakukan pengamatan, percobaan, bekerja
(f) Bertanya kepada dosen/teman
(g) Mengemukakan pendapat, presentasi di depan kelas,
mendengarkan percakapan diskusi
(h) Perilaku yang tidak relevan (berbicara sendiri, bercanda, dll)
3) Data aktivitas dosen selama proses pembelajaran
Data aktivitas diperoleh dengan melakukan observasi
terhadap aktivitas dosen selama proses pembelajaran
berlangsung oleh pengamat untuk setiap kali pertemuan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disediakan dan
dilakukan dengan cara mencatat kode aktivitas dosen pada
kolom yang terdapat pada lembar observasi aktivitas dosen.
Aktivitas dosen yang diamati, meliputi hal-hal sebagai berikut:
Aspek yang diamati
Tahap-1: Mempresentasikan materi pendidikan moral Indonesia
1. Menjelaskan tujuan pembelajaran
2. Memunculkan masalah moral Indonesia
3. Memotivasi untuk memecahkan masalah moral Indonesia
Tahap-2: mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar dalam tim
Membagi mahasiswa dalam kelompok dengan memperhatikan
perbedaan kemampuan dan rasio jumlah mahasiswa
Tahap-3: membantu pembelajaran secara kelompok
1. Mahasiswa belajar dalam tim
2. Membimbing mahasiswa dalam mengorganisasikan tugas dan
berbagi tugas dengan teman sekelompoknya
3. Memastikan bahwa seluruh tim telah menguasai materi
Tahap-4:Mengembangkan dan menyajikan hasil tim
1. Membimbing mahasiswa menganalisis dan membuat kesimpulan
2. Membimbing mahasiswa menyajikan hasil tim
Tahap-5: Membagikan post-test secara individu
Membagikan post-test secara individu
27
c. Teknik Angket
Teknik angket digunakan untuk mengetahui penerapan mata kuliah
Pengembangan Moral Anak Usia Dini Berbasis Kearifan Lokal.
Angket yang dibuat berupa daftar pertanyaan sederhana yang
diberikan kepada mahasiswa setelah proses mata kuliah
Pengembangan Moral Anak Usia Dini Berbasis Kearifan Lokal.
Peneliti menggunakan angket respon mahasiswa untuk mengetahui
dan mengevaluasi pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral
Anak Usia Dini Berbasis Kearifan Lokal.
Lembar angket diisi oleh mahasiswa dengan memberi tanda cek (√)
pada jawaban yang sesuai dengan penilaian mereka terhadap
pembelajaran yang telah dilakukan.
4.8 Target Indikator Keberhasilan
a. Bahan Ajar Pengembangan Moral AUD berbasis kearifan lokal;
b. Metode yang dikemas dalam modul;
c. Media pembelajaran berbasis kearifan lokal untuk anak usia dini
4.9 Teknik Analisis Data
a. Analisis Data Aktivitas Siswa
Data hasil pengamatan aktivitas mahasiswa selama kegiatan
pembelajaran dianalisis berdasarkan persentase. Persentase aktivitas
siswa yaitu frekuensi suatu aspek pengamatan dibagi dengan jumlah
frekuensi semua aspek pengamatan dikali dengan 100 %.
Presentase aktivitas mahasiswa =frekuensi suatu aspek pengamatan
jumlah frekuensi semua aspek pengamatan× 100%
28
b. Analisis Data Respons Mahasiswa
Analisa data respons siswa terhadap proses pembelajaran
digunakan analisa persentase. Persentase dari setiap respons
mahasiswa dihitung dengan rumus:
Jumlah respons positif siswa tiap aspek yang muncul
Jumlah seluruh siswa× 100%
c. Analisis data tes hasil belajar
1) Validitas butir soal
Rumus yang digunakan untuk menghitung validitas butir
adalah rumus korelasi product moment yaitu :
2222 YYnXXn
YXXYnrXY
keterangan : X = skor butir soal
Y = skor total
n = banyak mahasiswa yang mengikuti tes
rXY = koefisien korelasi skor butir soal dan skor total
(Arikunto, 2001:72)
Kriteria validitas suatu tes adalah:
0,80 < rXY ≤ 1,00 : sangat tinggi
0,60 < rXY ≤ 0,80 : tinggi
0,40 < rXY ≤ 0,60 : cukup
0,20 < rXY ≤ 0,40 : rendah
0,00 < rXY ≤ 0,20 : sangat rendah
rXY ≤ 0,00 : tidak valid
Tes dikatakan valid jika mempunyai validitas cukup, tinggi,
atau sangat tinggi sehingga butir soal tersebut dapat digunakan
dalam penelitian deskriptif. Jika validitas tes rendah, sangat
rendah, atau tidak valid maka tes akan direvisi atau diganti.
29
2) Reliabilitas
Untuk menentukan reliabilitas tes digunakan rumus alpha
(α) sebagai berikut:
2
2
11 1)1(
t
i
n
nr
dengan : n = banyak butir tes.
r11 (α) = reliabilitas tes yang dicari
Σσ2i = jumlah varian tiap-tiap item
σ2t = varian total. (Arikunto, 2001: 109)
Interpretasi koefisien reliabilitas tes menggunakan kategori
sebagai berikut:
0,80 < r(α) ≤ 1,00 : sangat tinggi
0,60 < r(α ) ≤ 0,80 : tinggi
0,40 < r(α ) ≤ 0,60 : cukup
0,20 < r(α ) ≤ 0,40 : rendah
0,00 < r(α ) ≤ 0,20 : sangat rendah
Tes hasil belajar dikatakan reliabel jika mempunyai
reliabilitas cukup, tinggi, atau sangat tinggi.
Jika perangkat pembelajaran yang dihasilkan sudah memenuhi
kriteria di atas, maka akan digunakan dalam penelitian deskriptif.
4.10 Analisis data dosen mengelola pembelajaran di kelas
Data diperoleh dengan menggunakan lembar observasi
kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran. Pengamatan
dilakukan setiap kali pertemuan.
Tingkat kemampuan dosen tiap pertemuan dihitung dengan cara
sebagai berikut:
30
Tkg = Jumlah nilai tiap aspek
Banyak aspek yang dinilai ….. Kurniawan (2011:165)
Untuk kemampuan dosen tersebut digunakan kategori seperti
pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3 Kategori kemampuan dosen dalam pengelolaan
pembelajaran
Tingkat kemampuan Dosen Kriteria
3,2 < tkg ≤ 4,00 Sangat baik
2,40 < tkg ≤ 3,20 Baik
1,60 < tkg ≤ 2,40 Cukup baik
0,80 < tkg ≤ 1,60 Kurang baik
0 < tkg ≤ 0,80 Tidak baik
Pembelajaran matematika dengan penerapan metode jarimatika
dikatakan efektif jika dalam mengelola pembelajaran dosen telah
mencapai kriteria baik atau sangat baik.
4.11 Analisis Data Aktivitas Mahasiswa
Data aktivitas mahasiswa diperoleh selama berlangsungnya
penerapan pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral AUD
Berbasis Kearifan Lokal dari dosen membuka pelajaran sampai menutup
pelajaran.
Aktivitas mahasiswa dan guru dikatakan pasif, jika mahasiswa
melakukan perilaku yang tidak relevan selama kegiatan belajar mengajar.
Data diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas
mahasiswa selama mengikuti pembelajaran.
Setiap pengamatan dilakukan dalam selang waktu 2 menit, berikut
diberikan table waktu idea untuk aktivias mahasiswa selama proses
pembelajaran.
31
Tabel 4.4 Waktu ideal untuk aktivitas siswa selama proses
pembelajaran
No Jenis Kegiatan
Rentang waktu
ideal dengan
toleransi 5
menit (%)
Keterangan
1 Membaca masalah / materi pelajaran 5 ≤ x ≤ 15 Efektif
2 Aktif dalam kegiatan (diskusi kelompok,
pelajaran)
25 ≤ x ≤ 35 Efektif
3 Mencatat 5 ≤ x ≤ 15 Efektif
4
Memperhatikan penjelasan dosen
(pendahuluan/penutup, motivasi, bahan
pengait/apersepsi, tujuan pembelajaran,
materi pelajaran, contoh materi)
25 ≤ x ≤ 35 Efektif
5 Melakukan pengamatan, percobaan,
bekerja
20 ≤ x ≤ 30 Efektif
6 Bertanya kepada dosen/teman 15 ≤ x ≤ 25 Efektif
7
Mengemukakan pendapat, presentasi di
depan kelas, mendengarkan percakapan
diskusi
35 ≤ x ≤ 45 Efektif
8 Perilaku yang tidak relevan (berbicara
sendiri, bercanda, dll)
0 ≤ x ≤ 5 Efektif
Pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral AUD Berbasis
Kearifan Lokal dikatakan efektif jika aktivitas mahasiswa berada dalam
rentang waktu ideal yang sudah ditentukan.
4.12 Data Respon Mahasiswa
Respon mahasiswa terhadap pembelajaran pada penelitian ini
meliputi respon positif dan respon negatif. Respon positif diperoleh dari
jawaban mahasiswa “ya” dan “senang” dan respon negatif diperoleh dari
jawaban mahasiswa “tidak dan tidak senang.
Data respon mahasiswa diperoleh dari lembar angket respon siswa
yang dianalisis dengan rumus, sebagai berikut:
% respon siswa = A
B × 100% ……… Trianto (2009:243)
32
Dimana:
A = proporsi mahasiswa yang memilih B = jumlah mahasiswa
(responden)
Respon mahasiswa dikatakan efektif jika rata-rata tiap komponen
mahasiswa, responnya positif dan mencapai ≥ 80%. (Musfiani, 2012:70)
Kriteria dalam menyatakan respon mahasiswa adalah sebagai berikut.
a. Sangat positif jika banyak mahasiswa yang memberi respon positif
lebih dari 85% (Rs ≥ 85%)
b. Positif jika banyak mahasiswa yang memberi respon positif antara
70% sampai 85% (70% ≤ Rs < 85%)
c. Kurang positif jika banyak mahasiswa yang memberi respon positif
antara 50% sampai 70% (50% ≤ Rs < 70%)
d. Tidak positif jika banyak mahasiswa yang memberi respon positif
kurang dari 50% (Rs < 50%)
33
BAB V
HASIL YANG DICAPAI
5.1 Deskripsi Proses dan Hasil Pengembangan Perangkat
Pembelajaran
Penelitian ini tergolong penelitian pengembangan karena dalam
penelitian ini bertujuan mengembangkan perangkat pembelajaran untuk
memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Perangkat pembelajaran
yang akan dikembangkan adalah berupa model pembelajaran
pengembangan moral anak usia dini bagi mahasiswa pendidikan guru
pendidikan anak usia dini (PG-PAUD) dengan menggunakan lingkungan
alam sebagai media pembelajaran berbasis kearifan lokal. Penelitian
menggunakan pendekatan analisis deskriptif kualitatif-kuantitatif karena
dalam penelitian ini ingin mendeskripsikan atau menggambarkan apa
adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan yang diteliti.
Model pengembangan yang dijadikan acuan dalam penelitian
pengembangan perangkat pembelajaran Pengembangan Moral Anak Usia
Dini berbasis kearifan lokal adalah model Dick, Carey and Carey.
Pengembangan model desain pembelajaran yang dilaksanakan dalam
penelitian ini berdasarkan disain instruksional The Systematic Design of
Instruction, melalui tiga tahap prosedur pelaksanaan penelitian sebagai
berikut:
1) Tahap pertama dikembangkan rancangan survai dan forum diskusi; 2)
Tahap kedua, dikembangkan rancangan penelitian kaji-tindak kolaboratif;
dan 3) Tahap ketiga dikembangkan kaji-tindak kolaboratis dan kuasi
eksperimen.
34
5.2 Proses Pengembangan The Systematic Design of Instruction
Perancangan pengembangan menurut sistem pendekatan model
Dick, Carey and Carey, memiliki proses pengembangan yang diterapkan
dan disajikan ke dalam 10 (sepuluh) langkah sebagai berikut (Dick, Carey
and Carey, 2009:1):
T1. Tahap Identifikasi Tujuan Pengembangan Instruksional (Identity
Instructional Goals)
Pada tahap awal model ini adalah menentukan capaian
pembelajaran (learning outcomes) mahasiswa pendidikan guru
pendidikan anak usia dini (PG-PAUD) sebagai tujuan pengembangan
perangkat pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia
Dini berbasis kearifan lokal. Identifikasi tujuan pengembangan mengacu
pada hasil survey analisis mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia
Dini berbasis kearifan lokal sebagai hasil need assessment, sehingga
diperoleh profil lulusan untuk merumuskan capaian pembelajaran
(learning outcomes).
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
UMSurabaya berupaya untuk menghasilkan lulusan yang menguasai
kompetensi utama dan memiliki kompetensi utama:
a. Memiliki kompetensi penalaran bidang pendidikan Anak Usia Dini,
professional, bermoral, berakhlak mulia, dan berorientasi ke depan.
35
b. Memiliki kemampuan merancang, membaca, menganalisis, dan
pengambilan keputusan yang tepat dalam bidang PAUD
c. Keterampilan dalam menganalisis peristiwa-peristiwa pendidikan
dalam masyarakat serta memahami sesuai dengan ajaran Islam.
d. Kemampuan dalam pengelolaan pendidikan.
Kompetensi tersebut di break down dalam mata kuliah pengembangangan
nilai moral agama anak usia dini sebagai berikut:
a. Memiliki kompetensi penalaran dalam nilai moral AUD
b. Memiliki moral yang sesuai dengan kearifan lokal
c. Memiliki wawasan nilai moral dan agama yang berorientasi ke
depan
d. Mampu menyusun bahan pembelajaran nilai moral dan agama AUD
T2. Tahap Melakukan Analisis Instruksional (Conducting a Goals
Analysis)
Setelah mengidentifikasi tujuan capaian pembelajaran (learning
outcomes), maka akan ditentukan apa tipe belajar yang dibutuhkan
mahasiswa. Tujuan yang dianalisis digunakan untuk mengidentifikasi
karakter dan keterampilan yang lebih khusus lagi yang harus dipelajari.
Analisis ini akan menghasilkan carta atau diagram tentang pemilihan
bahan kajian yang ditinjau berdasarkan: tingkat keluasan, tingkat
kedalaman, dan tingkat kemampuan yang ingin dicapai. Berdasarkan
bahan kajian tersebut akan menghasilkan carta atau diagram dalam bentuk
matriks bahan kajian capaian pembelajaran (learning outcomes)
mahasiswa pendidikan guru pendidikan anak usia dini (PG-PAUD) yang
kemudian diperoleh konsep mata kuliah yang terintegrasi.
36
T3. Tahap Mengidentifikasi Tingkah Laku Awal/Karakteristik
Mahasiswa (Analyze Learners and Contexts)
Pada tahap ke tiga dilakukan identifikasi tingkah laku
awal/karakteristik peserta didik (mahasiswa) untuk mengetahui karakter
yang perlu dikembangkan dan merumuskan capaian pembelajaran
(learning outcomes) yang harus dimiliki oleh mahasiswa pada saat
mengikuti perkuliahan, yang paling penting juga adalah melakukan
identifikasi karakteristik khusus mahasiswa yang mungkin ada
hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pembelajaran.
Model desain pembelajaran pengembangan moral anak usia dini
berbasis kearifan lokal bertujuan: 1) mengembangkan model
pembelajaran pengembangan moral anak usia dini bagi mahasiswa
pendidikan guru pendidikan anak usia dini (PG-PAUD) dengan
menggunakan lingkungan alam sebagai media pembelajaran berbasis
kearifan lokal. 2) mengembangkan perangkat pembelajaran
pengembangan moral anak usia dini bagi mahasiswa pendidikan guru
pendidikan anak usia dini (PG-PAUD) berbasis kearifan lokal, meliputi:
bahan ajar, buku saku/pintar, dan buku ajar. Oleh karena perlu diakukan
survey sebagai salah satu langkah untuk menganalisis kebutuhan atau
need assement dalam mengembangkan pembelajaran moral berbasis
kearifan lokal. Need assesment dilakukan untuk menginventarisasi
kecakapan-kecakapan mahasiswa yang relevan dengan pengembangan
moral anak usia dini. Data dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan tabel-tabel, diagram, dan naratif. Pada model
pengembangan tahap pertama yag dilakukan adalah menentukan profil
lulusan untuk merumuskan capaian pembelajaran (learning outcomes).
37
Pada tahap ini untuk mengetahui karakteristik khusus mahasiswa
pada mata kuliah pengembangan nilai moral berbasis kearifan lokal, kami
selaku tim peneliti melakukan survey need assesment mahasiswa. Adapun
tahap pelaksanaan untuk kegiatan need assessment disajikan pada bagan
sebagai berikut:
a. Perancangan (Design) Survey Need Assessment
Perancangan (design) format survey need assesment mahasiswa
dimaksudkan untuk mendesain atau merancang lembar survey mahasiswa
yang disusun oleh tim peneliti dengan mengadaptasi pengembangan nilai
moral berbasis kearifan lokal disesuaikan dengan kebutuhan penelitian.
Selanjutnya, lembar survey need assesment yang dihasilkan divalidasikan
kepada Expert Judgement (validator ahli), adapun validator perangkat
pembelajaran adalah sebagai berikut:
Expert Judgement-1 : Dr. M. Ridlwan, M.Pd.
Expert Judgement-2 : Dr. Wahju Dyah Laksmi W., M.Pd.
Berikut ini lembar survey need assessment pengembangan nilai
moral berbasis kearifan lokal yang masih belum direvisi
Perancangan
(Design) Survey
need assessment
Validasi perangkat
Survey need
assessment
Pelaksanaan
Survey need
assessment
Analisis hasil
Survey need
assessment
38
b. Validasi perangkat Survey Need Assessment
Rancangan lembar survey need assesment yang dihasilkan
divalidasi oleh Expert Judgement (validator ahli). Adapun saran
perbaikan dari validator untuk lembar survey need assessment
pengembangan nilai moral berbasis kearifan lokal tersaji dalam tabel
berikut:
Tabel 5.1 Saran Perbaikan Validator Lembar Survey Need Assessment
Validator Saran Perbaikan Lembar Survey Need Assessment Kesimpulan
Validator
1
2. Pada lembar survey tidak terdapat identitas Institusi
3. Belum ada petunjuk pengisian lembar survey
4. Pada lembar survey ada baiknya mahasiswa tidak hanya
menjawab Ya/Tidak namun ditambahkan item “Alasan” pada
setiap pertanyaan pilihan jawaban
Dapat
digunakan
dengan
perbaikan
Validator
2
1. Pada lembar survey tidak terdapat identitas Institusi
2. Tambahkan juga identitas mata kuliah yang dikembangkan
serta program studi
3. Pada pertanyaan No. 7 tidak perlu dicantumkan, sehingga
pertanyaan survey hanya memuat 9 pertanyaan
Dapat
digunakan
dengan
perbaikan
Kesimpulan saran dari validator mengenai perangkat survey need
assessment adalah lembar survey dapat digunakan dengan sedikit
perbaikan.
c. Validasi perangkat Survey Need Assessment
Setelah dilakukan validasi dan perbaikan lembar survey need
assessment, kemudian dilakukan uji coba terbatas pada mahasiswa PG-
PAUD. Uji coba ini dilakukan pada mahasiswa semester II (dua) dengan
jumlah sebanyak 33 peserta didik. Berikut salah satu contoh hasil survey
need assessment.
39
40
d. Analisis hasil Survey need assessment
Hasil survey need assessment diperoleh daftar permasalahan
pembelajaran moral anak usia dini berbasis kearifan lokal untuk
mahasiswa PG-PAUD diberikan sebagai berikut:
1) Mahasiswa kurang memahami teori-teori perkembangan moral
universal.
2) Mahasiswa kurang memahami pentingnya penanaman nilai moral
pada Anak Usia Dini pada saat golden age dalam rangka pembentukan
karakter semenjak dini
3) Mahasiswa kurang memahami karakter anak usia dini yang
dibutuhkan dalam pengembangan moral AUD sesuai dengan ajaran
Islam.
4) Mahasiswa memiliki pemahaman moral sesuai dengan daerah asal
mereka, jadi kurang paham kearifan lokal dari kota surabaya.
5) Mahasiswa kurang memahami tujuan pembelajaran moral anak usia
dini berbasis kearifan lokal.
6) Mahasiswa kurang memahami pentingnya pendidikan karakter peduli
sosial dan peduli lingkungan untuk anak usia dini yang dibutuhkan
dalam pengembangan moral AUD.
7) Mahasiswa kurang memahami tentang menyusun materi
pembelajaran yang dibutuhkan dalam pengembangan moral AUD.
8) Mahasiswa kurang memahami metode pembelajaran yang dibutuhkan
dalam pengembangan moral AUD.
9) Mahasiswa kurang memahami pembuatan media pembelajaran yang
dibutuhkan dalam pengembangan moral AUD.
Data hasil survey need assessment mahasiswa terhadap
permasalahan pembelajaran moral anak usia dini berbasis kearifan lokal
41
untuk mahasiswa PG-PAUD. Perhitungan data hasil survey need
assessment secara terperinci dapat dilihat pada lampiran, sedangkan
analisis data hasil survey need assessment terhadap kegiatan pembelajaran
moral anak usia dini berbasis kearifan lokal untuk mahasiswa PG-PAUD
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.2 Data Hasil Survey Need Assessment Mahasiswa PG-PAUD
No Pertanyaan Respon Mahasiswa (%)
Ya Tidak
1 Moral adalah perilaku yang baik dan tidak baik? 21 (63.64%)
12 (36.36%)
2 Menurut Saudara pembelajaran moral untuk anak usia dini
perlukah?
9
(27.27%)
24
(72.73%)
3 Kearifan lokal adalah gagasan setempat yang bersifat
bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan
diikuti oleh anggota masyarakatnya?
22
(66.67%)
11
(33.33%)
4 Moral yang diajarkan sebaiknya berpijak atau sesuai
dengan kearifan lokal?
0
(0 %)
33
(100.00%)
5 Nilai agama penting diajarkan sejak usia dini? 33
(100.00%)
0
(0 %)
6 Kearifan lokal makin mendesak untuk disisipkan dalam
proses pembelajaran agar anak usia dini memiliki karakter
peduli sosial dan lingkungan?
25 (75.76%)
8 (24.24%)
7 Saya membutuhkan materi yang sesuai dengan kearifan
lokal?
33 (100.00%)
0 (0 %)
8 Saya membutuhkan metode yang sesuai dengan kearifan
lokal?
33 (100.00%)
0 (0 %)
9 Saya membutuhkan media yang sesuai dengan kearifan
lokal?
33
(100.00%)
0
(0 %)
Pada Tabel 5.2 hasil survey need assessment mahasiswa PG-
PAUD terhadap pengembangan pembelajaran moral anak usia dini
berbasis kearifan lokal untuk setiap pertanyaan diuraikan sebagai berikut:
1) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-1 menunjukkan bahwa
mahasiswa kurang memahami tentang moral, menuru mereka moral
42
hanya merupakan perilaku yang baik dan tidak baik. Mahasiswa juga
kurang memahami teori-teori perkembangan moral universal
2) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-2 menunjukkan bahwa
72.73% mahasiswa menyatakan pembelajaran moral dimulai pada
usia SD.
3) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-3 menunjukkan bahwa
66.67% mahasiswa menyatakan Kearifan lokal adalah gagasan
setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang
tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya, namun mereka
belum memahami secara pasti tentang makna “Kearifan Lokal”.
4) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-4 menunjukkan bahwa
100.00% mahasiswa menjawab “Tidak”, mereka belum memahami
tentang “Kearifan Lokal”.
5) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-5 menunjukkan bahwa
100.00% mahasiswa menjawab nilai agama penting diajarkan sejak
usia dini, karena menganggap bahwa agama adalah pedoman hidup
dalam mendidik manusia.
6) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-6 menunjukkan bahwa
75.76% mahasiswa menyatakan kearifan lokal makin mendesak untuk
disisipkan dalam proses pembelajaran agar anak usia dini memiliki
karakter peduli sosial dan lingkungan.
7) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-7 menunjukkan bahwa
100.00% mahasiswa menyatakan membutuhkan materi yang sesuai
dengan kearifan lokal.
8) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-8 menunjukkan bahwa
100.00% mahasiswa menyatakan membutuhkan metode yang sesuai
dengan kearifan lokal.
43
9) Survey mahasiswa terhadap pertanyaan ke-9 menunjukkan bahwa
100.00% mahasiswa menyatakan membutuhkan media yang sesuai
dengan kearifan lokal.
T4. Tahap Merumuskan Tujuan Kinerja (Write Performance
Objectives)
Berdasarkan analisis instruksional dan identifikasi tingkah laku
awal/karakteristik mahasiswa, selanjutnya akan dirumuskan
pengembangan perangkat pembelajaran mata kuliah Pengembangan
Moral Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal.
Hasil survey need assessment tim peneliti merumuskan daftar
kecakapan yang perlu dimiliki oleh mahasiswa PG-PAUD dalam desain
pembelajaran moral anak usia dini berbasis kearifan lokal.
Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
UMSurabaya berupaya untuk menghasilkan lulusan yang menguasai
kompetensi utama dan memiliki kompetensi utama:
a. Memiliki kompetensi penalaran bidang pendidikan Anak Usia Dini,
professional, bermoral, berakhlak mulia, dan berorientasi ke depan.
b. Memiliki kemampuan merancang, membaca, menganalisis, dan
pengambilan keputusan yang tepat dalam bidang PAUD
c. Keterampilan dalam menganalisis peristiwa-peristiwa pendidikan
dalam masyarakat serta memahami sesuai dengan ajaran Islam.
d. Kemampuan dalam pengelolaan pendidikan.
Kompetensi tersebut di break down dalam mata kuliah
pengembangangan nilai moral agama anak usia dini sebagai berikut:
a. Memiliki kompetensi penalaran dalam nilai moral AUD
b. Memiliki moral yang sesuai dengan kearifan lokal
44
c. Memiliki wawasan nilai moral dan agama yang berorientasi ke
depan
d. Mampu menyusun bahan pembelajaran nilai moral dan agama AUD
Informasi pokok bahasan yang esensial sebagai bahan ajar dalam
pembelajaran moral anak usia dini berbasis kearifan lokal untuk
mahasiswa PG-PAUD dirumusakan sebagai berikut:
POKOK BAHASAN ESENSIAL UNTUK BAHAN AJAR
a. Tujuan mata kuliah
b. Nilai
c. Moral
d. Teori nilai moral Lickona dan Kohlberg
e. Pendidikan nilai Ki Hajar Dewantara
f. Nilai-nilai agama dan moral universal
g. Grand desain pendidikan karakter di Indonesia
h. Nilai moral berbasis kearifan lokal
i. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini
j. Analisis nilai moral dan agama AUD
k. Metode-metode pembelajaran nilai moral AUD
l. Penyusunan bahan ajar dan metode pembelajaran nilai moral AUD
berbasis kearifan lokal
Setelah menyusun pokok bahasan mata kuliah pengembangangan
nilai moral anak usia dini (AUD), tim peneliti melaksanakan rancangan
penelitian di Ruang Microteaching (B-106), Gedung FKIP, Universitas
Muhammadiyah Surabaya, dengan hasil sebagai berikut:
45
a. Penentuan tim observer
Pembentukan tim obeserver, sebagai strategi untuk meningkatkan
keprofesionalan pendidik secara bersama-sama. Setelah melakukan
diskusi diperoleh hasil sebagai berikut:
Fakultas/Jurusan : Keguruan dan Ilmu Pendidikan/ FMIPA
Jurusan/Program Studi : Pendidikan Guru-Pendidikan Anak Usia Dini
(PG-PAUD)
Bidang Keahlian : Pendidikan Kewarganegaraan
Bidang Keahlian Mata kuliah Nama
Dosen Peneliti
Nama
(Dosen Pengamat)
Pendidikan
Kewarganegaraan
Pengembangangan
Nilai Moral Anak
Usia Dini (AUD)
Badruli
Martati, M.Pd. Wahyuni Suryaningtyas, M.Si.
Misrin Hariadi, ME.
Kamaliah Rahmayati
b. Perancangan (design) pembelajaran mata kuliah pengembangangan
nilai moral AUD
Pada design pembelajaran mata kuliah pengembangangan nilai
moral AUD juga dilakukan identifikasi masalah di ruang perkuliahan
yang akan digunakan untuk kegiatan penelitian dan perencanaan alternatif
pemecahannya. Identifikasi masalah dalam rangka perencanaan
pemecahan masalah tersebut berkaitan dengan pokok bahasan (materi
pelajaran) yang relevan dengan kelas dan jadwal pelajaran, karakteristik
Observer
46
siswa dan suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, alat
peraga, dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap design adalah
dengan melakukan diskusi sesama tim peneliti mengenai tata cara atau
skenario pelaksanaan, penetapan materi pembelajaran, waktu
Implementasi dan Refleksi. Diskusi menghasilkan kesepahaman
mengenai rencana tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Selanjutnya dosen peneliti dan observer berdiskusi dalam menyusun
lembar observasi, terutama penentuan aspek-aspek yang perlu
diperhatikan dalam suatu proses pembelajaran dan indikator-
indikatornya, dilihat dari segi tingkah laku mahasiswa. Aspek-aspek
proses pembelajaran dan indikator-indikator itu disusun berdasarkan
perangkat pembelajaran yang dibuat serta kompetensi dasar yang
ditetapkan untuk dimiliki siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Dari hasil identifikasi masalah dan diskusi perencanaan pemecahannya,
selanjutnya disusun dan dikemas dalam suatu perangkat pembelajaran
yang terdiri atas:
1) Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata kuliah
Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal
2) Lembar Kerja Mahasiswa (LKM) mata kuliah Pengembangan Moral
Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal
3) Bahan ajar mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia Dini
berbasis kearifan lokal
4) Media pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia
Dini berbasis kearifan lokal
5) Instrument penelitan mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia
Dini berbasis kearifan lokal meliputi: lembar observasi
47
kesesuaian/kelayakan RPP dengan pelaksanaan pembelajaran,
lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas dosen
dan lembar respon mahasiswa
6) Prototype buku teks pengembangan moral anak usia dini bagi
mahasiswa pendidikan guru pendidikan anak usia dini (PG-PAUD)
dengan menggunakan lingkungan alam sebagai media pembelajaran
berbasis kearifan lokal.
T5. Tahap Pengembangan Tes Acuan Patokan (Develop Criterian-
Reverenced Test Item)
Berdasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan, maka dilakukan
pengembangan butir asesmen untuk mengukur pengembangan karakter
dan capaian pembelajaran (learning outcomes) mahasiswa. Berikut
diberikan literature mengenai pembelajaran berbasis kearifan lokal:
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun
2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Gagne (dalam Pribadi, 2009:9) mendefinisikan istilah pembelajaran
sebagai serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud
untuk memudahkan terjadinya proses belajar. Pembelajaran pada
dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik
melakukan kegiatan belajar. Pembelajaran merupakan suatu kegiatan
yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai
sumber untuk belajar (Susialana dan Riyana, 2008: 1). Pembelajaran
48
dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru
sebagai fasilitator. Bagian terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah
terjadinya proses belajar (learning process).
Grand Desain karakter pendidikan nasional (2010), menyebutkan
salah satu karakter yang perlu dibangun untuk siswa adalah karakter
demokratis, sebuah nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama.
Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai,
pendidikan budi pekerrti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang
tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan
keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan
kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Karena
itu muatan pendidikan karakter secara psikologis mencakup dimensi
moral reasoning, moral feeling, dan moral behaviour (Lickona:1991)
atau dalam arti utuh sebagai morality yang mencakup moral judgment and
moral behaviour baik yang bersifat prohibition-oriented morality maupun
pro-social morality (Piaget, 1967; Kohlberg; 1975; Eisenberg-Berg;
1981).
Pemaknaan senada, demokratis dapat dimaknai sebagai perilaku
manusia dalam mengamalkan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehari-hari. Atau dikatakan
sebagai perilaku hidup dari warganegara yang baik dan bertanggung
jawab, serta sadar akan hak dan kewajiban terhadap masyarakat, bangsa
dan negara. Menurut Warsono, sebagai warga negara yang baik dan
bertangung jawab setiap individu memiliki tanggung jawab terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, keluarga dan lingkungan (Martati,
2010:5). Pengertian bertanggung jawab terhadap lingkungan dapat
diartikan kewajiban untuk menjaga dan memelihara lingkungan, peduli
49
terhadap kelestarian alam dengan menjaga fungsi-fungsi alam itu sendiri.
Yang dimaksud dengan lingkungan disini adalah lingkungan alam dan
lingkungan sosial yang dapat dimaknai pula sebagai sebuah sikap kearifan
lokal. Contoh menjaga lingkungan alam: menanam pohon yang
bermanfaat bagi kehidupan, tidak membuang sampah di sungai. Menjaga
lingkungan sosial, contohnya: menjaga dan memelihara norma dalam
masyarakat, menjaga dan memelihara budaya daerah di tengah arus
globalisi, berperan serta dalam kegiatan gotong royong di lingkungan, dan
lain-lain
Kearifan lokal, terdiri dari dua kata yaitu kearifan (wisdom) atau
kebijaksanaan; dan lokal (lokal) atau setempat. Jadi kearifan lokal adalah
gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik,
yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Secara
konseptual, kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan
kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika,
cara-cara dan perilaku yang melembaga secara tradisional. Pentingnya
kearifan lokal, menjadi hal penting untuk dibudayakan kepada generasi
muda (anak usia dini) melalui proses pembelajaran yang diberikan oleh
guru PAUD melalui bahan ajar berbasis kearifan lokal. Kearifan lokal
makin mendesak untuk disisipkan dalam proses pembelajaran agar anak
usia dini memiliki karakter peduli sosial dan lingkungan. Hal ini sejalan
dengan semakin menipisnya sumber daya alam dan peliknya upaya
pemberdayaan masyarakat. Oleh karena kearifan lokal turut menjadi
elemen penentu keberhasilan pembangunan sumber daya masyarakat dan
pengelolaan sumber daya alam. Sebagai sebuah nilai, kearifan lokal
merupakan tata nilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam
berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif. Keraf
50
(2006) menegaskan kearifan lokal merupakan bentuk pengetahuan,
keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang
menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas
ekologis.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran moral berbasis
kearifan lokal adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan
peserta didik dalam upaya pemenuhan kebutuhan tentang pengetahuan,
keterampilan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan
atau etika yang menuntun perilaku hidup masyarakat lokal dalam
berinteraksi dengan lingkungan tempatnya hidup secara arif pada suatu
lingkungan belajar dengan memanfaatkan komunitas ekologis sebagai
sumber belajar.
Penelitian pengembangan menggunakan prosedur Dick &Carey
pada tahap 6 sampai dengan tahap 9 saling terintegrasi, sehingga
prosesnya tidak dapat dipisahkan tahap satu dengan tahap lainnya. Bagan
integrasi tahap 6 sampai dengan tahap 9 adalah sebagai berikut:
T6. Tahap Pengembangan Strategi Pengajaran (Develop Instructional
Strategy)
Informasi dari lima tahap sebelumnya, maka selanjutnya akan
dilakukan pengembangan strategi pengajaran yang digunakan untuk
mengidentifikasi kegiatan pendukung pengembangan perangkat
pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis
kearifan lokal dan peningkatan capaian pembelajaran (learning
51
outcomes). Strategi akan meliputi aktivitas preinstruksional, penyampaian
informasi, praktik dan refleksi (balikan), dan testing yang dilakukan lewat
aktivitas.
T7. Tahap Pengembangan atau Memilih Pengajaran (Develop and
Select Instructional Materials)
Tahap ini akan digunakan strategi pengajaran untuk menghasilkan
pengembangan perangkat pembelajaran sebagai penjabaran lebih rinci
dalam memenuhi capaian pembelajaran (learning outcomes) yang
meliputi silabus, RPP, bahan ajar, media, dan instrumen penilaian hasil
belajar.
T8. Tahap Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (Design
and Conduct Formative Evaluation)
Tahap ini akan dilakukan evaluasi untuk mengumpulkan data
dalam rangka melakukan identifikasi strategi pengembangan perangkat
pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis
kearifan lokal dan capaian pembelajaran (learning outcomes) mahasiswa.
T9. Tahap Menulis Perangkat (Design and Conduct Summative
Evaluation)
Hasil-hasil tahap di atas dijadikan sebagai dasar untuk menulis
perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan
diujicobakan di pada mitra-Universitas yaitu Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo (UMSIDA) program studi Pendidikan Guru- Pendidikan Anak
Usia Dini (PG-PAUD).
Hasil validasi perangkat pembelajaran yang dihasilkan
divalidasikan kepada Expert Judgement (validator ahli), adapun validator
perangkat pembelajaran adalah sebagai berikut:
52
Expert Judgement-1 : Dr. Ridwan
Expert Judgement-2: Dr. Wahju Dyah Laksmi W., M.Pd.
Validasi-1: Perangkat Survey Need Assesment
Rancangan lembar survey need assesment yang dihasilkan
divalidasikan kepada Expert Judgement (validator ahli). Adapun hasil
validasi perangkat serta saran perbaikan dari validator untuk lembar
survey need assessment pengembangan nilai moral berbasis kearifan lokal
tersaji dalam tabel berikut:
Tabel 5.3 Validasi dan Saran Perbaikan Lembar Survey Need Assessment
No Pertanyaan V-1 V-2
1 Moral adalah perilaku yang baik dan tidak baik 3 3
2 Menurut Saudara pembelajaran moral untuk anak usia dini
perlukah?
4 4
3 Kearifan lokal adalah gagasan setempat yang bersifat bijaksana,
penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya
3 3
4 Moral yang diajarkan sebaiknya berpijak atau sesuai dengan kearifan lokal
3 3
5 Nilai agama penting diajarkan sejak usia dini 3 3
6 Kearifan lokal makin mendesak untuk disisipkan dalam proses pembelajaran agar anak usia dini memiliki karakter peduli sosial
dan lingkungan
3 3
7 Kearifan lokal merupakan bentuk pengetahuan, keyakinan,
pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang
menuntun perilaku manusia dalam keidupan di dalam komunitas
ekologis
3 2
8 Saya membutuhkan materi yang sesuai dengan kearifan lokal 3 3
9 Saya membutuhkan metode yang sesuai dengan kearifan lokal 3 3
10 Saya membutuhkan media yang sesuai dengan kearifan lokal 3 3
Ratar-rata Skor Penilaian 3.10 3.00
Rata-rata Skor Penilaian V-1 dan V-2 3.05
(Sangat Baik)
Saran Validator-1:
1. Pada lembar survey tidak terdapat identitas Institusi
2. Belum ada petunjuk pengisian lembar survey
3. Pada lembar survey ada baiknya mahasiswa tidak hanya menjawab Ya/Tidak namun
ditambahkan item “Alasan” pada setiap pertanyaan pilihan jawaban
Kesimpulan:
Dapat digunakan dengan perbaikan kecil
53
Saran Validator-2:
1. Pada lembar survey tidak terdapat identitas Institusi
2. Tambahkan juga petunjuk pengisian lembar survey serta identitas mata kuliah yang
dikembangkan serta program studi
3. Pada pertanyaan No. 7 tidak perlu dicantumkan, sehingga pertanyaan survey hanya
memuat 9 pertanyaan
Kesimpulan:
Dapat digunakan dengan sedikit perbaikan
Keterangan Skala penilaian:
Sangat Baik : 4 (Kualitas baik, mudah dipahami, dan sesuai dengan
konteks penjelasan)
Baik : 3 (Kualitas baik, mudah dipahami, perlu disempurnakan)
Cukup baik : 2 (Kualitas baik, sulit dipahami, perlu disempurnakan)
Tidak baik : 1 (Kualitas tidak baik, sulit difahami, perlu
disempurnakan
Pedoman Penilaian Perangkat Survey Need Assestment (PSMA):
Nilai dikonversikan dengan kriteria :
30 < PSNA ≤ 40 Kategori : Kualitas PSNA Sangat Baik, dapat
digunakan untuk penelitian dengan sedikit
perbaikan
20 < PSNA ≤ 30 Kategori : Kualitas PSNA Baik, dapat digunakan
untuk penelitian dengan banyak perbaikan
10 < PSNA ≤ 20 Kategori : Kualitas PSNA Tidak Baik, tidak dapat
digunakan untuk penelitian
Kesimpulan saran dari validator mengenai perangkat survey need
assessment adalah lembar survey dapat digunakan dengan sedikit
perbaikan.
54
Validasi-2: Perangkat RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dihasilkan
divalidasikan kepada Expert Judgement (validator ahli). Adapun hasil
validasi perangkat serta saran perbaikan dari validator untuk Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Implementasi-1 dan Implementasi-2
mata kuliah pengembangan nilai moral berbasis kearifan lokal tersaji
dalam tabel berikut:
Tabel 5.4 Validasi dan Saran Perbaikan RPP Implementasi-1 dan Implementasi-2
No Komponen RPP Ada RPP-1 RPP-2
V-1 V-2 V-1 V-2 V-1 V-2
I A. Kompetensi dasar
1. Kesesuaian dengan kurikulum 2. kesesuaian dengan perangkat
√ √
√ √
4 3
3 4
3 4
3 4
II B. Indikator 1. Ketepatan penjabaran
kompetensi dasar dengan
indikator
2. Dapat dan mudah diukur 3. Mengandung kata-kata
operasional.
√
√
√
√
√
√
3
3
3
3
4
4
3
4
3
4
3
4
III C. Penyusunan RPP
1. Kegiatan awal
2. Kegiatan inti
3. Kegiatan akhir 4. Pemberian tugas
√
√
√ √
√
√
√ √
3
3
2 3
3
3
3 3
3
3
3 3
3
3
3 3
Rata-rata Skor Penilaian 3.00 3.33 3.22 3.33
Rata-rata Skor Penilaian V-1 dan V-2 3.17 3.28
Rata-rata Skor Akhir Penilaian V-1 dan V-2 3.22
Saran Validator-1:
1. Pada judul RPP ditambahkan identitas RPP seperti keterangan identittas prodi dan
implementasi ke-…
RPP Implementasi ke-1
RPP Implementasi ke-2
2. Menambahkan pada point (F)
Metode ditambahkan Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab
Menambahkan “Model Pembelajaran apa? yang digunakan
3. Memperbaiki alokasi waktu yang digunakan pada RPP implementasi-1 dan implementasi-2
4. Pada RPP implementasi-1 dan implementasi-2 alokasi waktu sebaiknya jangan dibuat
global, harus diperinci setiap langkah pembelajaran
Kesimpulan:
Dapat digunakan untuk penelitian dengan melakukan perbaikan
55
Saran Validator-2:
1. Pada lembar RPP bisa ditambahkan logo Fakultas
2. Secara umum RPP implementasi-1 dan implementasi-2 serta bahan ajar yang digunakan
sudah memiliki linieritas dalam capaian pembelajaran dan materi.
3. Memperbaiki point (F)
- Pendekatan yang digunakan digani dengan pendekatan Saintific
- Menambahkan metode pembelajaran Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab dan Presentasi,
karena dalam RPP juga terdapat unsur ceramah ketika dosen menerangkan tentang
pembelajaran berbasis kearifan lokal, terdapat juga unsur diskusi ketika mahasiswa
berkelompok berdiskusi mengerjakan LKM, terdapat Tanya jawab ketika awal
pembelajaran pada waktu melakukan apersepsi serta eksplorasi tentang kearifan lokal,
dan juga terdapat unsur presentasi ketika mahasiswa setiap kelompok memaparkan
hasil diskusi.
4. RPP implementasi-1 dan implementasi-2 pada kegiatan awal, inti dan akhir karakteristik
pendekatan pembelajaran yang digunakan belum terlihat dengan jelas. Karakteristik
pendekatan bisa ditampakkan mungkin dengan menebalkan kata-kata/unsur-unsur
pendekatan Saintific.
5. Metode pembelajaran juga harus terlihat mungkin bisa dengan alternatif menambahkan
kolom metode pembalajaran.
6. Jika memungkinkan bisa menambahkan model pembelajaran yang digunakan.
7. Alokasi waktu RPP implementasi-1 dan implementasi-2 terlalu global, alokasi harus lebih
diperinci karena akan digunakan untuk menghitung efektifitas aktivitas mahasiswa dalam
pembelajaran berbasis kearifan lokal.
8. Sumber pustaka yang digunakan tidak up-to-date, sebaiknya menggunakan pustaka yang
terbaru dengan janka waktu 5 tahun ke belakang yaitu pustaka sekitar tahun 2010 s.d 2016.
9. Pada point (I), untuk media pembelajaran ditambahkan media yang digunakan untuk
pembelajaran berbasis kearifan lokal.
10. Penulisan point (J) “Insrumen” diperbaiki menjadi “Instrumen”
Kesimpulan:
Dapat digunakan dengan melakukan perbaikan
Keterangan Skala penilaian:
Sangat Baik : 4 (Kualitas baik, mudah dipahami, dan sesuai dengan
konteks penjelasan)
Baik : 3 (Kualitas baik, mudah dipahami, perlu disempurnakan)
Cukup baik : 2 (Kualitas baik, sulit dipahami, perlu disempurnakan)
Tidak baik : 1 (Kualitas tidak baik, sulit difahami, perlu
disempurnakan
56
Pedoman Penilaian Perangkat RPP:
Nilai dikonversikan dengan kriteria:
30 < RPP ≤ 40 Kategori : Kualitas RPP Sangat Baik, dapat
digunakan untuk penelitian dengan sedikit
perbaikan
20 < RPP ≤ 30 Kategori : Kualitas RPP Baik, dapat digunakan
untuk penelitian dengan banyak perbaikan
10 < RPP ≤ 20 Kategori : Kualitas RPP Tidak Baik, tidak dapat
digunakan untuk penelitian
Pada Tabel 5.4 dapat dilihat bahwa untuk kedua RPP baik RPP
Implementasi-1 dan Implementasi-2 semuanya komponen RPP ada,
diantaranya yaitu: komponen Kompetensi Dasar (KD), Indikator
Pembelajaran dan komponen penyusunan RPP yang terdiri dari Kegiatan Awal,
Kegiatan Inti, Kegiatan Akhir dan Pemberian Tugas. Berdasarkan hasil validasi
expert judgement menunjukkan bahwa RPP layak digunakan untuk
penelitian dengan melakukan perbaikan. Penilaian Expert Judgement-1
pada RPP Implementasi-1 memberikan rata-rata nilai sebesar 3.00 dan
RPP Implementasi-2 memliki rata-rata 3.22, sehingga diperoleh rata-rata
keseluruhan penilaian RPP sebesar 3.11. Pedoman penilaian perangkat
pembelajaran RPP untuk rata-rata 3.11 masuk pada kategori perangkat
yang ”sangat baik”, yaitu RPP memiliki kualitas yang baik dan layak
digunakan untuk penelitian dengan melakukan perbaikan. Sedangkan,
hasil penilaian Expert Judgement-2 pada RPP Implementasi-1
memberikan rata-rata nilai sebesar 3.33 dan RPP Implementasi-2 memliki
rata-rata 3.33, sehingga diperoleh rata-rata keseluruhan penilaian RPP
sebesar 3.33. Pedoman penilaian perangkat pembelajaran RPP untuk rata-
rata 3.33 masuk pada kategori perangkat yang ”sangat baik”, yaitu RPP
57
memiliki kualitas yang baik dan layak digunakan untuk penelitian dengan
melakukan perbaikan.
Hasil analisis validasi pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa secara
umum kesimpulan dan saran dari validator mengenai perangkat RPP
Implementasi-1 dan Implementasi-2 adalah kualitas RPP sangat baik dan
dapat digunakan untuk penelitian dengan melakukan perbaikan.
Validasi-3: Materi Ajar
Materi ajar pembelajaran berbasis kearifan lokal yang dihasilkan
juga divalidasikan kepada Expert Judgement (validator ahli). Materi ajar
yang digunakan adalah berupa verisi cetak dari media power point dengan
hasil cetak dua slide per lembar, jika menggunakan 3 (tiga) slide per
lembar tulisan pada masing-masing slide terlihat terlalu kecil dan tidak
terlihat dengan jelas, sehingga tim peneliti sepakat untuk mencetak 2 (dua)
slide per lembar. Adapun hasil validasi perangkat serta saran perbaikan
dari validator untuk Materi Ajar Implementasi-1 dan Implementasi-2 mata
kuliah pengembangan nilai moral pembelajaran berbasis kearifan lokal
tersaji dalam Tabel 5.5 berikut:
Tabel 5.4 Validasi dan Saran Perbaikan RPP Implementasi-1 dan Implementasi-2
No Komponen RPP Ada MA-1 MA-2
V-1 V-2 V-1 V-2 V-1 V-2
1.
2.
3.
4.
5.
6
Kesesuaian materi dengan
tujuan pembelajaran
. Kebenaran konsep
Gambar penunjang materi
Keterangan gambar
Contoh permasalahan
penunjang materi
Keterbacaan bahasa
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
3
3
4
3
3
4
3
4
4
3
3
4
3
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
4
Rata-rata Skor Penilaian 3.33 3.50 3.17 3.33
Rata-rata Skor Penilaian V-1 dan V-2 3.42 3.25
Rata-rata Skor Akhir Penilaian V-1 dan V-2 3.33
58
Saran Validator-1:
1. Pada materi ajar sebaiknya diberikan keterangan implementasi ke-…
Contoh:
Menjadi
2. Menambahkan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran pada PPT
Implementasi-1
Kesimpulan:
Dapat digunakan untuk penelitian dengan melakukan sedikit perbaikan
Saran Validator-2:
1. Pada PPT Implementasi-1 ditambahkan kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran.
2. Power point yang digunakan sangat menarik karena terdapat gambar-gambar
yang sesuai dengan konten pebelajaran berbasis kearifan lokal yaitu mempelajari
Tokoh pendidikan bangsa disertai dengan melibatkan tokoh penanaman nilai
moral Muhammadiyah yaitu KH. Ahmad Dahlan sangat sesuai dengan ciri khas
Universitas, Fakultas dan Prodi.
3. Secara umum ajar yang digunakan untuk implementasi-1 dan implementasi-2
sudah memiliki linieritas dalam capaian pembelajaran.
Kesimpulan:
Dapat digunakan dengan melakukan sedikit perbaikan
59
Keterangan Skala penilaian:
Sangat Baik : 4 (Kualitas baik, mudah dipahami, dan sesuai dengan
konteks penjelasan)
Baik : 3 (Kualitas baik, mudah dipahami, perlu disempurnakan)
Cukup baik : 2 (Kualitas baik, sulit dipahami, perlu disempurnakan)
Tidak baik : 1 (Kualitas tidak baik, sulit difahami, perlu
disempurnakan
Pedoman Penilaian Perangkat RPP:
Nilai dikonversikan dengan kriteria:
30 < RPP ≤ 40 Kategori : Kualitas RPP Sangat Baik, dapat
digunakan untuk penelitian dengan sedikit
perbaikan
20 < RPP ≤ 30 Kategori : Kualitas RPP Baik, dapat digunakan
untuk penelitian dengan banyak perbaikan
10 < RPP ≤ 20 Kategori : Kualitas RPP Tidak Baik, tidak dapat
digunakan untuk penelitian
Pada Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa untuk kedua Media Ajar
Implementasi-1 dan Implementasi-2 semuanya komponen materi ajar ada,
diantaranya yaitu: Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran,
Kebenaran konsep, Gambar penunjang materi, Keterangan gambar,
Contoh permasalahan penunjang materi dan Keterbacaan bahasa.
Berdasarkan hasil validasi expert judgement menunjukkan bahwa Materi
Ajar layak digunakan untuk penelitian dengan melakukan perbaikan.
Penilaian Expert Judgement-1 pada Materi Ajar Implementasi-1
memberikan rata-rata nilai sebesar 3.33 dan Materi Ajar Implementasi-2
memliki rata-rata 3.17, sehingga diperoleh rata-rata keseluruhan penilaian
RPP sebesar 3.25. Pedoman penilaian perangkat pembelajaran Materi
60
Ajar untuk rata-rata 3.25 masuk pada kategori perangkat yang ”sangat
baik”, yaitu Materi Ajar memiliki kualitas yang baik dan layak digunakan
untuk penelitian dengan melakukan perbaikan. Sedangkan, hasil penilaian
Expert Judgement-2 pada Materi Ajar Implementasi-1 memberikan rata-
rata nilai sebesar 3.50 dan Materi Ajar Implementasi-2 memliki rata-rata
3.33, sehingga diperoleh rata-rata keseluruhan penilaian RPP sebesar
3.42. Pedoman penilaian perangkat pembelajaran RPP untuk rata-rata
3.42 masuk pada kategori perangkat yang ”sangat baik”, yaitu Materi
Ajar memiliki kualitas yang baik dan layak digunakan untuk penelitian
dengan melakukan perbaikan.
Hasil analisis validasi pada Tabel 5.5 menunjukkan bahwa secara
umum kesimpulan dan saran dari validator mengenai perangkat Materi
Ajar Implementasi-1 dan Implementasi-2 adalah kualitas Materi Ajar
sangat baik dan dapat digunakan untuk penelitian dengan melakukan
perbaikan.
Penelitian pengembangan Tahap-6 (T6) sampai dengan Tahap-9
(T9) terealisasi pada hasil penelitian Implementasi-1. Hasil
implementasi-1 diuraikan sebagai berikut:
Implementasi-1 Pengembangan Moral AUD Berbasis Kearifan Lokal
Pada tahap ini
dilaksanakan Implementasi-1
mata kuliah Pengembangan
Moral Anak Usia Dini
berbasis kearifan lokal.
Impementasi-1 dilakukan pada
Hari Kamis, tanggal 23 Juni 2016, penjelasan pelaksanaan implementasi
dilakukan oleh ketua peneliti pada pukul 12.45 WIB dan diakhiri dengan
61
pembagian Lembar Observasi, RPP, LKM, dan Lembar Soal-Soal
Evaluasi kepada observer dan lembar validasi perangkat pembelajaran.
Dalam kegiatan pelaksanaan dan observasi, dosen peneliti melakukan
penyelenggaraan Belajar dan Mengajar (PBM) dan observer melakukan
observasi dengan mencatat apa saja yang diamati saat proses
pembelajaran berlangsung sesuai poin-poin yang telah tersedia dalam
lembar observasi. Pelaksanaan Implementasi I disajikan pada tabel 5.6
berikut.
Tabel 5.6 Jadwal Pelaksanaan perkuliahan pada Implementasi-1
Implementasi-1
Hari/Tanggal Materi/Topik
Kamis/23 Juni 2016 Nilai Moral Indonesia
Kompetensi Dasar:
Mampu memahami teori-teori nilai moral pakar pendidikan Indonesia
Indikator
1. Memahami teori nilai moral Ki Hajar Dewantara
2. Memahami teori nilai moral K.H. Ahmad Dahlan
Pada awal perkuliahan dosen menyampaikan tujuan pembelajaran
dilanjutkan dengan menjelaskan materi pelajaran dengan pokok bahasan
Nilai Moral Indonesia, selanjutnya membagi mahasiswa yang berjumlah
33 mahasiswa ke dalam 6 (delapan) kelompok belajar, dimana masing-
masing kelompok belajar terdiri dari 5-6 orang mahasiswa, namun pada
pelaksanaan mahasiswa yang hadir sebanyak 29 mahasiswa. Langkah
selanjutnya dosen peneliti memberikan media pembelajaran berbasis
kearifan lokal serta lembar kerja mahasiswa (LKM) kepada masing-
masing kelompok setelah memberikan penjelasan materi.
62
Bahan Ajar Implementasi-1 (Pengembangan Moral AUD Berbasis
Kearifan Lokal)
Bahan ajar yang digunakan pada Implementasi-1 mata kuliah
Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal
menggunakan teori-teori moral dari tokoh pahlawan pendidikan Ki Hajar
Dewantara serta untuk mengintegrasikan dengan nilai-nilai
Kemuhammadiyahan kami menyertakan teori nilai morah dari K.H.
Ahmad Dahlan.
Pelaksanaan Implementasi-1
Pelaksanaan pembelajaran pada
implementasi-1 dilakukan sesuai dengan
RPP yang telah disusun.
Prosedur pelaksanaan adalah sebagai berikut:
a. Penyajian informasi
Dosen memberikan informasi dengan menyampaikan materi tentang:
nilai moral Ki Hajar Dewantoro dan nilai moral K.H. Ahmad
Dahlan.
b. Pembagian kelompok
Dosen membagi mahasiswa menjadi
kelompok yang heterogen yaitu
dibentuk kelompok yang memiliki
63
kriteria Tinggi, Sedang dan Rendah. Pembagian kelompok sudah
dilakukan sebelum Implementasi-1. Hal ini dilakukan karena peneliti
sudah terbiasa melakukan pem-belajaran dengan menggunakan
cooperative learning. Peneliti sebelum mulai pembelajaran sudah
membagikan kelompok belajar, sehingga siswa pada waktu
pembelajaran sudah membentuk kelompok masing-masing sesuai
dengan list group yang diberikan oleh dosen. Pemberian list group
sebelum implementasi-1 diharapkan dapat menghemat waktu
pembelajaran, mengingat pembentukan kelompok menghabiskan
waktu yang cukup banyak, diantaranya waktu untuk menata kursi,
waktu untuk berkelompok sesuai dengan list group, waktu untuk
mengeluarkan kursi yang tidak digunakan, dan lain-lain.
c. Membagikan Bahan ajar, LKM dan media pembelajaran
Dosen membagikan Bahan ajar,
Lembar Kerja Mahasiswa (LKM)
dan Media Pembelajaran pada
masing-masing kelompok belajar.
Sebelum mengerjakan LKM,
mahasiswa diberikan informasi mengenai penggunaan media
pembelajaran, setelah menggunakan media, kelompok mahasiswa
dapat berdiskusi mengerjakan LKM.
d. Dosen membimbing kelompok belajar
Dosen juga melakukan pendampingan
dan bimbingan pada kelompok belajar,
hanya untuk memastikan media dan LKM
yang diberikan dapat dapat dikerjakan
sesuai dengan informasi yang diberikan.
64
e. Presentasi diskusi kelompok belajar
Mahasiswa setelah melakukan
diskusi pada masing-masing
kelompok belajar serta
mengerjakan LKM, dosen
kemudian memberikan arahan
agar masing-masing kelompok menunjuk perwakilan untuk
mempresentasikan hasil diskusi pengerjaaan LKM.
Dosen pada waktu akhir presentasi memberikan assessment
(penilaian) hasil presentasi diskusi kelompok berupa reward
(penghargaan) bagi kelompok yang presentasinya bagus.
f. Membimbing membuat ringkasan/refleksi
Dosen membimbing kelompok belajar agar berdiskusi untuk
membuat ringkasan pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral
AUD Berbasis Kearifan Lokal dengan pokok bahasan Nilai Moral
Indonesia.
g. Memberikan Post-Test dan tugas lanjutan
Dosen membagikan post-test kepada masing-masing mahasiswa.
Sebelum membagikan post-test dosen mengembalikan tempat duduk
mahasiswa seperti semula dengan diberikan jarak pada masing-
masing kursi. Pengembalian empat duduk dan pemberian jarak
dimaksudkan agar mahasiswa mengerjakan post-test sesuai dengan
kemampuannya sesndir serta untuk menghindari pencontekan. Jika
ada pencontekan, maka hasil evaluasi test hasil belajar menjadi tidak
valid.
65
Setelah mengerjakan post-test selama 40 menit, mahasiswa
diberikan informasi mengenai tugas lanjutan yang akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya (implementasi-2).
Refleksi Implementasi-1
Pada pukul 15.30 perkuliahan berakhir, kemudian pukul 16.00
dosen peneliti dan tim observer masuk kembali ke dalam ruang kelas yang
sama untuk melakukan diskusi pasca pembelajaran. Diskusi pasca
pembelajaran ini dikenal dengan tahap refleksi. Tahap Refleksi diawali
dengan mempersilahkan dosen peneliti untuk melakukan refleksi diri
berupa perasaan sebelum, saat dan setelah mengajar, ketercapaian
skenario pembelajaran yang telah dirancang, kondisi-kondisi khusus yang
terjadi pada beberapa siswa saat pembelajaran, dll. Selanjutnya, setelah
refleksi diri dari dosen model dilakukan kemudian observer
menyampaikan komentar berdasarkan hasil pengamatan
pembelajarannya. Berikut hasil refleksi yang diberikan:
a. Revisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKM, dan THB
b. Penyesuaian alokasi waktu pembelajaran
c. Ruang kelas yang digunakan kurang luas walaupun sudah mengurangi
kursi-kursi yang tidak digunakan, karena pada waktu mahasiswa
membentuk kelompok, space (jarak) antara kelompok satu dengan
yang lain sangat dekat serta akses dosen untuk berjalan ke masing-
masing kelompok kesulitan.
d. Tas-tas mahasiswa sebaiknya ditaruh di depan kelas, mahasiswa
diharapkan hanya mengeluarkan peralatan menulis, buku ataupun
sumber belajar yang dibawa.
66
e. Dosen kurang memperhatikan mahasiswanya pada waktu
menerangkan, karena terdapat beberapa mahasiswa yang tidak
memperhatikan penjelasan dari dosen.
Analisis Kemampuan Dosen dalam Mengelola Pembelajaran
Implementasi-1
Data kemampuan dosen diperoleh dari lembar observasi
kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran. Data kemampuan
dosen secara terperinci dapat dilihat pada lampiran, sedangkan analisis
data kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 5.7 Data Kemampuan Dosen Mengelola Pembelajaran pada
Implementasi-1
Aspek Yang Diamati Dilakukan Observer Rata-
Rata Ya Tidak 1 2 3
Tahap-1: Mempresentasikan materi pendidikan moral Indonesia
1. Menjelaskan tujuan pembelajaran
√ 3 4 3 3.33
2. Memunculkan masalah moral Indonesia
√ 4 4 4 4.00
3. Memotivasi untuk memecahkan masalah moral
Indonesia
√ 3 4 4 3.67
Tahap-2: mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar dalam tim
Membagi mahasiswa dalam
kelompok dengan memperhatikan
perbedaan kemampuan dan rasio
jumlah mahasiswa
√ 4 4 4 4.00
67
Aspek Yang Diamati Dilakukan Observer Rata-
Rata Ya Tidak 1 2 3
Tahap-3: membantu pembelajaran secara kelompok
1. Mahasiswa belajar dalam tim √ 4 3 3 3.33
2. Membimbing mahasiswa
dalam mengorganisasikan
tugas dan berbagi tugas dengan teman sekelompoknya
√ 4 4 4 4.00
3. Memastikan bahwa seluruh tim telah menguasai materi
√ 3 3 3 3.00
Tahap-4:Mengembangkan dan menyajikan hasil tim
1. Membimbing mahasiswa
menganalisis dan membuat kesimpulan
√ 4 4 3 3.67
2. Membimbing mahasiswa menyajikan hasil tim
√ 3 3 4 3.33
Tahap-5: Membagikan post-test secara individu
Membagikan post-test secara
individu
√ 4 4 4 4.00
Hasil Penilaian Kemampuan Dosen Mengelola Pembelajaran pada Implementasi-1
Rata-rata tingkat Kemampuan Dosen 3.60 3.70 3.60 3.63
Kategori Penilaian Sang
at
Baik
Sang
at
Baik
Sanga
t Baik
Sangat
Baik
Pedoman Penilaian :
Nilai dikonversikan dengan kriteria :
3,20 < tkg ≤ 4,00 Kategori : Sangat Baik
2,40 < tkg ≤ 3,20 Kategori : Baik
0,80 < tkg ≤ 1,60 Kategori : Kurang Baik
0 < tkg ≤ 0,80 Kategori : Tidak Baik
Kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran ditunjukkan pada
tabel 5.7 yang dihitung dengan mencari rata-rata dari ke tiga observer,
kemudian melihat hasil rata-rata diperoleh hasil kriteria kemampuan
dosen dalam mengelola pembelajaran. Kriteria kemampuan dosen
diperoleh dari rumus sturges untuk memperoleh banyak kelas dan juga
rentang penilaian. Dari ke ke tiga observer menunjukkan tingkat
kemampuan dosen berada pada kriteria Sangat Baik. Dari hasil analisis
68
tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan dosen dalam mengelola
pembelajaran adalah efektif.
Analisis Aktivitas Mahasiswa dalam Pembelajaran Implementasi-1
Pada instrumen lembar observasi aktivitas mahasiswa diperoleh
aktivitas mahasiswa selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan
dilakukan setiap kali pertemuan dengan waktu 2 × 50 menit dengan jarak
waktu setiap 2 (dua) menit satu kali pencatatan dan hasilnya dirata-rata.
Data hasil pengamatan dapat dilihat secara terperinci pada lampiran,
sedangkan pengolahan data hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel 5.5
berikut.
Tabel 5.8 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Mahasiswa pada
Implementasi-1
No Jenis Kegiatan O1 O2 O3 Rata-
rata
Rentang
waktu ideal
dengan
toleransi 5
menit (%)
Keterangan
1 Membaca masalah / materi
pelajaran
9.00 8.00 8.00 8.33 5 ≤ x ≤ 15 Efektif
2 Aktif dalam kegiatan (diskusi kelompok,
pelajaran)
27.00 28.00 27.00 27.33 25 ≤ x ≤ 35 Efektif
3 Mencatat 8.00 8.00 9.00 8.33 5 ≤ x ≤ 15 Efektif
4 Memperhatikan penjelasan
dosen
(pendahuluan/penutup, motivasi, bahan
pengait/apersepsi, tujuan
pembelajaran, materi
pelajaran, contoh materi)
30.00 24.00 26.00 26.67 25 ≤ x ≤ 35 Efektif
5 Melakukan pengamatan,
percobaan, bekerja
24.00 30.00 23.00 25.67 20 ≤ x ≤ 30 Efektif
6 Bertanya kepada
dosen/teman
15.00 16.00 15.00 15.33 15 ≤ x ≤ 25 Efektif
7 Mengemukakan pendapat,
presentasi di depan kelas, mendengarkan percakapan
diskusi
37.00 38.00 38.00 37.67 35 ≤ x ≤ 45 Efektif
69
No Jenis Kegiatan O1 O2 O3 Rata-
rata
Rentang
waktu ideal
dengan
toleransi 5
menit (%)
Keterangan
8 Perilaku yang tidak
relevan (berbicara sendiri, bercanda, dll)
4 0 0 1.33 0 ≤ x ≤ 5 Efektif
Berdasarkan tabel 5.8 dan rentang waktu ideal, maka waktu yang
digunakan mahasiswa selama pembelajaran berlangsung untuk setiap
aktivitas diuraikan sebagai berikut.
a. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam membaca masalah / materi
pelajaran adalah 8.33 berada pada rentang 5 ≤ x ≤ 15, sehingga
aktivitas tersebut efektif dilakukan.
b. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam aktif dalam kegiatan
(diskusi kelompok, pelajaran) adalah 27.33 berada pada rentang 25 ≤
x ≤ 35, sehingga aktivitas tersebut efektif dilakukan.
c. Waktu yang digunakan mahasiswa untuk mencatat adalah 8.33berada
pada rentang 5 ≤ x ≤ 15, sehingga aktivitas tersebut efektif dilakukan.
d. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam memperhatikan penjelasan
dosen (pendahuluan/penutup, motivasi, bahan pengait/apersepsi,
tujuan pembelajaran, materi pelajaran, contoh materi) adalah 26.67
berada pada rentang 25 ≤ x ≤ 35, sehingga aktivitas tersebut efektif
dilakukan.
e. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam melakukan pengamatan,
percobaan, bekerja adalah 25.67 berada pada rentang 20 ≤ x ≤ 30,
sehingga aktivitas tersebut efektif dilakukan.
f. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam bertanya kepada
dosen/teman adalah 15.33 berada pada rentang 15 ≤ x ≤ 25, sehingga
aktivitas tersebut efektif dilakukan.
70
g. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam mengemukakan pendapat,
presentasi di depan kelas, mendengarkan percakapan diskusi adalah
37.67 berada pada rentang 35 ≤ x ≤ 45, sehingga aktivitas tersebut
efektif dilakukan.
h. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam Perilaku yang tidak relevan
(berbicara sendiri, bercanda, dll) adalah 1.33 berada pada rentang 0 ≤
x ≤ 5, sehingga aktivitas tersebut efektif tidak dilakukan.
Analisis Ketuntasan Mahasiswa dalam Pembelajaran Implementasi-
1
Dosen peneliti dalam analisis ketutasan mahasiswa, dosen
memberikan Pre-test untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa
mengenai pembelajaran pengembangan nilai moral berbasis kearifan
lokal. Selain sebagai informasi kemampuan awal, nilai pre-test juga
digunakan untuk mengetahui terdapatnya perbedaan sebelum dan sesudah
pembejaran. Grafik nilai pre-post mahasiswa PG-PAUD pada
imlementasi-1 diberikan pada grafik 5.1 sebagai berikut.
Grafik 5. 1 Pre-Post Implementasi-1 Pembelajaran Berbasis Kearifan
Lokal
71
Tabel 5.9 Rekapitulasi Nilai Pre-test Mahasiwa Implementasi-1
Nilai Post-Test 1 Nilai
Rata-rata KKMM
Jumlah
Mahasiswa Persentase
Tuntas Belajar
(KKMM ≥ 65) 0 00.00 %
21.72
Tidak Tuntas Belajar
(KKMM < 65) 29 100.00 %
Jumlah 29 100.00%
Rekapitulasi hasil pre-test mahasiswa pada table 5.9 menunjukkan
bahwa semua (100%) mahasiswa tidak memenuhi nilai KKMM sebesar
lebih dari sama dengan 65 (KKMM ≥ 65). Nilai rata-rata kelas juga sangat
rendah yaitu sebesar 21.72, hal ini sejalan dengan need assessment yang
telah dilakukan, menunjukkan bahwa mahasiswa belum memahami
tentang pengembangan nilai moral berbasis kearifan lokal.
Tes ketuntasan belajar mahasiswa diikuti oleh 29 mahasiswa, 4
mahasiswa tidak hadir karena 1 mahasiswa pulang ke desa, 1 mahasiswa
ijin karena harus mengantarkan ibunya ke rumah sakit dan 2 mahasiswa
yang lain sakit. Data tes ketuntasan belajar mahasiswa pada mata kuliah
Pengembangan Moral AUD Berbasis Kearifan Lokal dengan pokok
bahasan Nilai Moral Indonesia, diperoleh sebagai berikut.
Tabel 5. 10 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Mahasiwa Implementasi-1
Nilai Post-Test 1 Nilai
Rata-rata KKMM
Jumlah
Mahasiswa Persentase
Tuntas Belajar
(KKMM ≥ 65) 25 86.21 %
70.17
Tidak Tuntas Belajar
(KKMM < 65) 4 23.79 %
Jumlah 29 100.00%
Pada tabel 5.10 dapat dilihat bahwa kriteria ketuntasan minimal
mahasiswa yang ditentukan dosen sebagai peneliti sebesar lebih dari sama
72
dengan 65 (KKMM ≥ 65). Penentuan KKMM ≥ 65 dikarenakan
pembelajaran berbasis kearifan lokal merupakan hal yang baru bagi
mahasiswa serta mempertimbangkan kemampuan mahasiswa dalam
menjawab soal uraian dikarenakan banyak mahasiswa dalam menjawab
cenderung “to the point” kurang dapat menguraikan jawaban dengan
kata-kata. Pada implementasi-1 diperoleh hasil presentase ketuntasan
belajar sebesar 86.21% dengan rata-rata nilai kelas sebesar 70.12.
Berdasarkan hasil penelitian pada implementasi-1 dapat disimpulkan
oleh peneliti bahwa KKMM telah melebihi target yang ditentukan oleh
peneliti yaitu 80% mahasiswa mencapai KKMM ≥ 65, walaupun dalam
penelitian pengembangan hal tersebut tidak perlu ditentukan indikatornya,
namun indikator tersebut bagi peneliti sebagai acuan dalam melaksanakan
penelitian dalam melihat progres atau proses peningkatan ketuntasan
mahasiswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh dosen.
Penelitian pengembangan Tahap-6 (T6) sampai dengan Tahap-9
(T9) terealisasi juga pada hasil penelitian Implementasi-2. Hasil
implementasi-2 diuraikan sebagai berikut:
Implementasi-2 Pengembangan Moral AUD Berbasis Kearifan Lokal
Pada tahap ini dilaksanakan Implementasi-2 mata kuliah
Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal.
Impementasi-2 dilakukan pada Hari Senin, tanggal 27 Juni 2016. Ketua
peneliti mengadakan briefing pada pukul 11.00 sebelum pelaksanaan
implementasi-2. Briefing yang diberikan meliputi: skenario pembelajaran,
observasi yang harus dilakukan dan diakhiri dengan pembagian Lembar
Observasi, RPP, LKM, dan Lembar Soal-Soal Evaluasi kepada observer.
Implementasi-2 dilaksanakan pada pukul 12.45. Pada waktu kegiatan
73
pelaksanaan dan observasi implementasi-2, dosen peneliti melakukan
penyelenggaraan Belajar dan Mengajar (PBM) dan observer melakukan
observasi dengan mencatat apa saja yang diamati saat proses
pembelajaran berlangsung sesuai poin-poin yang telah tersedia dalam
lembar observasi. Pelaksanaan Impementasi-2 disajikan pada tabel 5.11
berikut.
Tabel 5.11 Jadwal Pelaksanaan perkuliahan pada Implementasi-2
Implementasi-1
Hari/Tanggal Materi/Topik
Senin/27 Juni 2016 Norma Agama Anak Usia Dini
(AUD)
Kompetensi Dasar:
Mampu memahami, dan menampilkan perilaku yang mendukung
pembiasaan berdasarkan norma agama
Indikator 1. Memahami tentang Norma Agama untuk Anak Usia ini
2. Menampilkan perilaku yang mendukung pembiasaan berdasarkan norma
Agama
Pada awal perkuliahan dosen menyampaikan tujuan pembelajaran
dilanjutkan dengan menjelaskan materi pelajaran dengan pokok bahasan
“Norma Agama Anak Usia Dini (AUD)”, selanjutnya membagi
mahasiswa yang berjumlah 33 mahasiswa ke dalam 6 (delapan) kelompok
belajar, dimana masing-masing kelompok belajar terdiri dari 5-6 orang
mahasiswa. List pembagian kelompok sama dengan implementasi-1
dengan tujuan untuk melihat kekonsistenan mahasiswa bekerja dalam satu
tim dalam tim yang sama. Alhamdulillah mahasiswa hadir seluruhnya,
namun pada waktu analisis data, nilai post-test mahasiswa disesuaikan
dengan implementasi-1 yaitu sejumlah 29 mahasiswa. Langkah
selanjutnya dosen peneliti memberikan media pembelajaran berbasis
kearifan lokal serta lembar kerja mahasiswa (LKM) kepada masing-
masing kelompok setelah memberikan penjelasan materi.
74
Bahan Ajar Implementasi-2
Bahan ajar yang digunakan pada
Implementasi-2 mata kuliah Pengembangan
Moral Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal
pada materi norma agama AUD
menggunakan strategi dan pengintegrasian
nilai moral dan agama ke dalam diri anak
usia dini, membangun kepercayaan diri, membangun kepercayaan
kepada orang lain, tenggang rasa, kegiatan pelaksanaan beragama dan
moral dalam kehidupan sehari-hari, penanaman dan pengembangan
kemampuan untuk mandiri mengekspresikan emosi, bekerja sama dan
toleransi, menghargai orang lain, serta mengembangkan konsep diri.
Pelaksanaan Implementasi-2
Pelaksanaan pembelajaran pada implementasi-2 dilakukan sesuai dengan
RPP yang telah disusun. Prosedur pelaksanaan adalah sebagai berikut.
a. Penyajian informasi
Dosen memberikan informasi dengan menyampaikan materi
implementasi-2 yaitu tentang: Norma Agama Anak Usia Dini (AUD).
Pada materi perkuliahan, mahasiswa sebagai calon guru PAUD
dijelaskan bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan berfungsi
sebagai wahana sosialisasi,
membantu anak-anak dalam
mempelajari cara-cara hidup dimana
mereka dilahirkan. Sekolah berfungsi
mentransmisi dan mentransformasi
75
kebudayaan, mengajarkan nilai-nilai kebudayaan dari generasi tua ke
generasi muda. Sekolah berfungsi mentransformasi budaya, artinya
untuk mengubah bentuk kebudayaan agar tetap sesuai dengan
masyarakat yang semakin maju dan komplek dengan tidak
meninggalkan kultur kebudayaan kita. Oleh karena itu nilai-nilai
luhur yang telah diwariskan oleh generasi tua ke generasi muda tidak
boleh ditinggalkan, maka sekolah mempunyai peranan besar dalam
menjaga eksistensi nilai-nilai luhur tersebut. Sebab dalam kurun
waktu yang bersamaan sekolah dituntut untuk menjawab tantangan
kemajuan teknologi serta komunikasi global yang semakin canggih
dan kompleks. Berkaitan dengan pendidikan norma agama pada anak
usia dini, maka kearifan lokal yang tercermin pada perilaku budaya
norma agama kita, perlu ditumbuhkan melalui pengenalan norma
agama setempat yang mampu menampilkan perilaku yang
mendukung kegiatan pelaksanaan beragama dan moral dalam
kehidupan sehari-hari berwujud perilaku yang sesuai dengan norma
agama dan norma sosial.
Pokok-pokok dan ruang lingkup materi pengembangan norma agama
meliputi: (1) berdoa sebelum dan sesudah memulai kegiatan; (2)
mengucapkan dua kalimat syahadah dan mengamalkannya melalui
perbuatan; (3) melaksanakan sholat; (4) menunaikan zakat; dan (5)
berpuasa.
b. Pembagian kelompok
Pada implementasi-2, Dosen membagi mahasiswa menjadi kelompok
yang heterogen yaitu dibentuk kelompok yang memiliki kriteria
Tinggi, Sedang dan Rendah. Dosen Peneliti sebelum mulai
pembelajaran sudah membagikan kelompok belajar, sehingga siswa
76
pada waktu pembelajaran sudah membentuk kelompok masing-
masing sesuai dengan list group yang diberikan oleh dosen pada
waktu implementasi-1.
c. Membagikan Bahan ajar, LKM dan media pembelajaran
Implementasi-2
Dosen membagikan Bahan ajar,
Lembar Kerja Mahasiswa (LKM)
dan Media Pembelajaran pada
masing-masing kelompok belajar.
Sebelum mengerjakan LKM,
mahasiswa diberikan informasi
mengenai penggunaan media pembelajaran, setelah menggunakan
media, kelompok mahasiswa dapat berdiskusi mengerjakan LKM.
d. Dosen membimbing kelompok belajar pada Implementasi-2
Dosen juga melakukan pendampingan dan bimbingan pada kelompok
belajar pada Implementasi-2, hanya untuk memastikan media dan
LKM yang diberikan dapat dapat dikerjakan sesuai dengan informasi
yang diberikan.
e. Presentasi diskusi kelompok belajar Implementasi-2
Mahasiswa setelah melakukan diskusi pada masing-masing
kelompok belajar serta mengerjakan LKM, dosen kemudian
memberikan arahan agar masing-masing kelompok menunjuk
perwakilan untuk mempresentasikan hasil diskusi pengerjaaan LKM
Implementasi-2.
Dosen pada waktu akhir presentasi memberikan assessment
(penilaian) hasil presentasi diskusi kelompok berupa reward
(penghargaan) bagi kelompok yang presentasinya bagus.
77
f. Membimbing membuat ringkasan/refleksi
g. Dosen membimbing kelompok belajar agar berdiskusi untuk membuat
ringkasan pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral AUD
Berbasis Kearifan Lokal dengan pokok bahasan Norma Agama AUD.
h. Memberikan Post-Test, tugas lanjutan dan lembar respon
pembelajaran pada Implementasi-2
Dosen membagikan post-test kepada masing-masing mahasiswa.
Sebelum membagikan post-test dosen mengembalikan tempat duduk
mahasiswa seperti semula dengan diberikan jarak pada masing-
masing kursi. Pengembalian empat duduk dan pemberian jarak
dimaksudkan agar mahasiswa mengerjakan post-test sesuai dengan
kemampuannya sesndir serta untuk menghindari pencontekan. Jika
ada pencontekan, maka hasil evaluasi test hasil belajar menjadi tidak
valid.
Setelah mengerjakan post-test selama 40 menit, mahasiswa diberikan
informasi mengenai tugas lanjutan serta dilanjutkan dengan
membagikan lembar respon pembelajaran.
Refleksi Implementasi-2
Pelaksanaan perkuliahan Implementasi-2 berakhir pada pukul
15.30, kemudian pukul 16.15 dosen peneliti dan tim observer masuk
kembali ke dalam ruang kelas yang sama untuk melakukan diskusi pasca
pembelajaran. Diskusi pasca pembelajaran ini dikenal dengan tahap
refleksi. Tahap Refleksi diawali dengan mempersilahkan dosen peneliti
untuk melakukan refleksi diri berupa perasaan sebelum, saat dan setelah
mengajar, ketercapaian skenario pembelajaran yang telah dirancang,
kondisi-kondisi khusus yang terjadi pada beberapa siswa saat
78
pembelajaran, dll. Selanjutnya, setelah refleksi diri dari dosen model
dilakukan kemudian observer menyampaikan komentar berdasarkan hasil
pengamatan pembelajarannya. Berikut hasil refleksi yang diberikan.
a. Revisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan
skenario pembelajaran pada waktu Implementasi-2
b. Penyesuaian alokasi waktu pembelajaran
Permasalahan-permasalahan pada waktu Implementasi-1 sebagian
sudah dapat teratasi diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Untuk refleksi pada Implementasi-1 mengenai ruang kelas yang
kurang luas belum bisa teratasi dikarenakan terbatasnya jumlah kelas
yang digunakan. Hal ini disebabkan karena pembangunan gedung
FKIP belum selesai, sehingga prodi PG-PAUD berusaha
memaksimalkan kelas-kelas yang ada.
b. Tas-tas mahasiswa juga sudah ditaruh di depan kelas, mahasiswa
hanya mengeluarkan peralatan menulis, buku ataupun sumber belajar
yang dibawa. Penempatan tas di depan kelas diharapkan dapat
menghemat space dan agar tidak kelihatan semrawut.
c. Dosen sudah mampu mengelola kelas dengan baik karena sudah tidak
ada mahasiswa yang melakukan perilaku tidak relevan seperti:
melamun pada waktu dosen menjelaskan, berbicara dengan teman
pada waktu proses pembelajaran dan sibuk dengan ponsel.
Analisis Kemampuan Dosen dalam Mengelola Pembelajaran
Implementasi-2
Data kemampuan dosen diperoleh dari lembar observasi
kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran Implementasi-2. Data
kemampuan dosen secara terperinci dapat dilihat pada lampiran,
79
sedangkan analisis data kemampuan dosen dalam mengelola
pembelajaran Implementasi-2 dapat dilihat pada Tabel 5.12 berikut:
Tabel 5.12 Data Kemampuan Dosen Mengelola Pembelajaran pada
Implementasi-2
Aspek Yang Diamati Dilakukan Observer Rata-
Rata Ya Tidak 1 2 3
Tahap-1: Mempresentasikan materi pendidikan moral Indonesia
1. Menjelaskan tujuan pembelajaran
√ 4 4 3 3.67
2. Memunculkan masalah moral Indonesia
√ 4 4 4 4.00
3. Memotivasi untuk memecahkan masalah moral
Indonesia
√ 4 3 4 3.67
Tahap-2: mengorganisasikan mahasiswa untuk belajar dalam tim
Membagi mahasiswa dalam
kelompok dengan memperhatikan
perbedaan kemampuan dan rasio
jumlah mahasiswa
√ 4 3 4 3.67
Tahap-3: membantu pembelajaran secara kelompok
1. Mahasiswa belajar dalam tim √ 4 3 4 3.67
2. Membimbing mahasiswa
dalam mengorganisasikan tugas dan berbagi tugas
dengan teman
sekelompoknya
√ 4 4 3 3.67
3. Memastikan bahwa seluruh
tim telah menguasai materi
√ 3 4 3 3.33
Tahap-4:Mengembangkan dan menyajikan hasil tim
1. Membimbing mahasiswa
menganalisis dan membuat
kesimpulan
√ 4 4 3 3.67
2. Membimbing mahasiswa
menyajikan hasil tim
√ 4 3 4 3.67
Tahap-5: Membagikan post-test secara individu
Membagikan post-test secara
individu
√ 4 4 4 4.00
Hasil Penilaian Kemampuan Dosen Mengelola Pembelajaran pada Implementasi-1
Rata-rata tingkat Kemampuan Dosen 3.90 3.60 3.60 3.70
Kategori Penilaian Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
Sangat
Baik
80
Pedoman Penilaian:
Nilai dikonversikan dengan kriteria :
3,20 < tkg ≤ 4,00 Kategori : Sangat Baik
2,40 < tkg ≤ 3,20 Kategori : Baik
0,80 < tkg ≤ 1,60 Kategori : Kurang Baik
0 < tkg ≤ 0,80 Kategori : Tidak Baik
Kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran ditunjukkan
pada tabel 5.12 yang dihitung dengan mencari rata-rata dari ke tiga
observer, kemudian melihat hasil rata-rata diperoleh hasil kriteria
kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran. Kriteria kemampuan
dosen diperoleh dari rumus sturges untuk memperoleh banyak kelas dan
juga rentang penilaian. Dari ke ke tiga observer menunjukkan tingkat
kemampuan dosen berada pada kriteria Sangat Baik. Pada hasil analisis
tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan dosen dalam mengelola
pembelajaran adalah efektif dengan rata-rata sebesar 3.70.
Analisis Aktivitas Mahasiswa dalam Pembelajaran Implementasi-2
Pada instrumen lembar observasi aktivitas mahasiswa
Implementasi-2, diperoleh aktivitas mahasiswa selama pembelajaran
berlangsung. Pengamatan dilakukan setiap kali pertemuan dengan waktu
2 × 50 menit dengan jarak waktu setiap 2 (dua) menit satu kali pencatatan
dan hasilnya dirata-rata. Data hasil pengamatan dapat dilihat secara
terperinci pada lampiran, sedangkan pengolahan data hasil pengamatan
dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut.
81
Tabel 5.13 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Mahasiswa pada
Implementasi-2
No Jenis Kegiatan O1 O2 O3 Rata-
rata
Rentang
waktu ideal
dengan
toleransi 5
menit (%)
Ket
1 Membaca masalah /
materi pelajaran
8.00 9.00 9.00 8.67 5 ≤ x ≤ 15 Efektif
2 Aktif dalam kegiatan
(diskusi kelompok,
pelajaran)
28.00 30.00 29.00 29.00 25 ≤ x ≤ 35 Efektif
3 Mencatat 9.00 8.00 9.00 8.67 5 ≤ x ≤ 15 Efektif
4 Memperhatikan penjelasan dosen
(pendahuluan/penutup,
motivasi, bahan
pengait/apersepsi, tujuan pembelajaran, materi
pelajaran, contoh materi)
28.00 27.00 26.00 27.00 25 ≤ x ≤ 35 Efektif
5 Melakukan pengamatan,
percobaan, bekerja
25.00 27.00 28.00 26.67 20 ≤ x ≤ 30 Efektif
6 Bertanya kepada
dosen/teman
18.00 16.00 17.00 17.00 15 ≤ x ≤ 25 Efektif
7 Mengemukakan
pendapat, presentasi di
depan kelas,
mendengarkan percakapan diskusi
38.00 38.00 39.00 38.33 35 ≤ x ≤ 45 Efektif
8 Perilaku yang tidak relevan (berbicara sendiri,
bercanda, dll)
0 0 0 0.00 0 ≤ x ≤ 5 Efektif
Berdasarkan tabel 5.13 dan rentang waktu ideal, maka waktu yang
digunakan mahasiswa selama pembelajaran berlangsung untuk setiap
aktivitas diuraikan sebagai berikut.
a. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam membaca masalah / materi
pelajaran adalah 8.67 berada pada rentang 5 ≤ x ≤ 15, sehingga
aktivitas tersebut efektif dilakukan.
b. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam aktif dalam kegiatan
(diskusi kelompok, pelajaran) adalah 29.00 berada pada rentang 25 ≤
x ≤ 35, sehingga aktivitas tersebut efektif dilakukan.
82
c. Waktu yang digunakan mahasiswa untuk mencatat adalah 8.67 berada
pada rentang 5 ≤ x ≤ 15, sehingga aktivitas tersebut efektif dilakukan.
d. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam memperhatikan penjelasan
dosen (pendahuluan/penutup, motivasi, bahan pengait/apersepsi,
tujuan pembelajaran, materi pelajaran, contoh materi) adalah 27.00
berada pada rentang 25 ≤ x ≤ 35, sehingga aktivitas tersebut efektif
dilakukan.
e. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam melakukan pengamatan,
percobaan, bekerja adalah 26.67 berada pada rentang 20 ≤ x ≤ 30,
sehingga aktivitas tersebut efektif dilakukan.
f. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam bertanya kepada
dosen/teman adalah 17.00 berada pada rentang 15 ≤ x ≤ 25, sehingga
aktivitas tersebut efektif dilakukan.
g. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam mengemukakan pendapat,
presentasi di depan kelas, mendengarkan percakapan diskusi adalah
38.33 berada pada rentang 35 ≤ x ≤ 45, sehingga aktivitas tersebut
efektif dilakukan.
h. Waktu yang digunakan mahasiswa dalam Perilaku yang tidak relevan
(berbicara sendiri, bercanda, dll) adalah 0.00 berada pada rentang 0 ≤
x ≤ 5, sehingga aktivitas tersebut efektif tidak dilakukan.
Analisis Ketuntasan Mahasiswa dalam Pembelajaran Implementasi-
2
Dosen peneliti dalam analisis ketuntasan mahasiswa, dosen pada
waktu Implementasi-2 memberikan Pre-test untuk mengetahui
kemampuan awal mahasiswa mengenai pembelajaran pengembangan
nilai moral berbasis kearifan lokal dengan pokok bahasan Norma Agama
83
Anak Usia Dini (AUD). Selain sebagai informasi kemampuan awal, nilai
pre-test juga digunakan untuk mengetahui terdapatnya perbedaan sebelum
dan sesudah pembelajaran. Grafik nilai pre-post mahasiswa PG-PAUD
pada imlementasi-2 diberikan pada grafik 5.3 sebagai berikut.
Grafik 5.3 Pre-Post Implementasi-2 Pembelajaran Berbasis Kearifan
Lokal
Tabel 5.14 Rekapitulasi Nilai Pre-test Mahasiwa Implementasi-2
Nilai Post-Test 1 Nilai
Rata-rata KKMM
Jumlah
Mahasiswa Persentase
Tuntas Belajar
(KKMM ≥ 65) 0 00.00 %
42.41
Tidak Tuntas Belajar
(KKMM < 65) 29 100.00 %
Jumlah 29 100.00%
Rekapitulasi hasil pre-test mahasiswa pada tabel 5.14
menunjukkan bahwa semua (100%) mahasiswa tidak memenuhi nilai
KKMM sebesar lebih dari sama dengan 65 (KKMM ≥ 65). Nilai rata-rata
kelas juga sangat rendah yaitu sebesar 42.41.
Tes ketuntasan belajar mahasiswa diambil data analisis sebanyak
29 mahasiswa. Tetap menggunakan mahasiswa yang sama pada
84
Implementasi-2 dengan tujuan diperoleh hasil analisis yang konsisten.
Data tes ketuntasan belajar mahasiswa pada mata kuliah Pengembangan
Moral AUD Berbasis Kearifan Lokal dengan pokok bahasan Norma
Agama Anak Usia Dini (AUD), diperoleh sebagai berikut :
Tabel 5. 15 Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Mahasiswa Implementasi-2
Nilai Post-Test 2 Nilai
Rata-rata KKMM
Jumlah
Mahasiswa Persentase
Tuntas Belajar
(KKMM ≥ 65) 27 93.10 %
75.52
Tidak Tuntas Belajar
(KKMM < 65) 2 7.90 %
Jumlah 29 100.00%
Pada tabel 5.15 dapat dilihat bahwa kriteria ketuntasan minimal
mahasiswa yang ditentukan dosen sebagai peneliti sebesar lebih dari sama
dengan 65 (KKMM ≥ 65). Pada ketuntasan belajar mahasiswa
implementasi-2 diperoleh hasil presentase ketuntasan belajar sebesar
93.10% dengan rata-rata nilai kelas sebesar 75.52. Berdasarkan hasil
penelitian pada implementasi-2 dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa
KKMM telah melebihi target yang ditentukan oleh peneliti yaitu 80%
mahasiswa mencapai KKMM ≥ 65, walaupun dalam penelitian
pengembangan hal tersebut tidak perlu ditentukan indikatornya, namun
indikator tersebut bagi peneliti sebagai acuan dalam melaksanakan
penelitian dalam melihat progres atau proses peningkatan ketuntasan
mahasiswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh dosen.
Analisis Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Implementasi-1 dan
Implementasi-2
Hasil analisis pembelajaran berbasis kearifan lokal pada
implementasi-1 dan implementasi-2 diperoleh hasil peningkatan nilai
85
rata-rata ketuntasan belajar. Hal ini dikarenakan nilai rata-rata yang
diperoleh mahasiswa meningkat dari implementasi-1 ke implementasi-2
dengan peningkatan sebesar 7.62%. Rekapitulasi hasil nilai rata-rata Post-
Test implementasi-1 dan implementasi-2 mahasiswa diberikan pada tabel
5.13 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan ketuntasan hasil belajar
mahasiswa, tabel diberikan sebagai berikut:
Tabel 5. 16 Analisis Ketuntasan Belajar Mahasiswa Implementasi-1 dan
Implementasi-2
Descriptive Statistics
N Mean Std.
Deviation
Variance % Ketuntasan
Post_test_1 29 70.1724 6.61205 43.719 86.21%
Post_test_2 29 75.5172 6.17380 38.116 93.10%
Valid N
(listwise)
29
Pada tabel 5.13 hasil analisis Post-Test ketuntasan belajar
mahasiswa implementasi-1 dan implementasi-2 menunjukkan bahwa rata-
rata hasil belajar mahasiswa meningkat pada implementasi-1 rata-rata
sebesar 70.17 dan implementasi-2 rata-rata sebesar 75.52. Namun tingkat
variansi pada implementasi-2 lebih kecil dibandingkan dengan
implementasi-1. Variansi yang kecil menunjukkan bahwa mahasiswa
rata-rata mulai memahami tentang pembelajaran pengembangan nilai
moral AUD berbasis kearifan lokal. Mahasiswa mulai dapat
mengintegrasikan penerapan pembelajaran berbasis kearifan lokal pada
implementasi-2, ditunjukkan dalam proses pengerjaan LKM serta hasil
presentasi kelompok mahasiswa. Tingkat variansi mahasiswa
implementasi-1 dan implementasi-2 divisualisasikan pada diagram Box-
Plot sebagai berikut:
86
Diagram 5.1 Box-Plot Implementasi-1 dan Implementasi-2
Pada diagram 5.1 dapat dilihat bahwa kotak box-plot pada Post-Test
implementasi-1 lebih panjang dibandingkan dengan box-plot pada Post-
Test implementasi-2. Panjang box-plot menunjukkan tingkat variansi data
yang besar. Variansi Post-Test implementasi-1 adalah sebesar 43.72 dan
variansi Post-Test implementasi-2 adalah 38.12. Diagram pada Box-Plot
menginterpretasikan bahwa pada implementasi-1 terdapat tingkat variansi
yang lebih besar dibandingkan dengan variansi implementasi-2. Letak
Box-Plot juga menunjukkan bahwa pada diagram 5.1 Box-Plot Post-Test
nilai rata-rata implementasi-2 lebih tinggi dibandingkan dengan
implementasi-1, ditunjukkan dengan letak Box-Plot Post-Test
implementasi-2 lebih tinggi dibandingkan dengan letak Box-Plot Post-
Test implementasi-1. Persentase ketuntasan hasil belajar implementasi-1
(86.21%) meningkat pada implementasi-2 (93.10%) dengan peningkatan
sebesar 7.62%.
87
Analisis Respon Mahasiswa dalam Pembelajaran Implementasi-1
dan Implementasi-2
Data respon mahasiswa terhadap pembelajaran mata kuliah
Pengembangan Moral AUD Berbasis Kearifan Lokal implementasi-1 dan
implementasi-2 diperoleh dari angket. Perhitungan data respon
mahasiswa dapat dilihat secara terperinci dapat dilihat pada lampiran,
sedangkan analisis data respon mahasiswa terhadap kegiatan
pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.17 Respon Mahasiswa terhadap Pembelajaran Implementasi-1
dan Implementasi-2
No Uraian Respon mahasiswa
senang tidak senang
1 Perasaan mahasiswa terhadap kegiatan
pembelajaran 29 (100.00%) 0 (0.00%)
2 Perasaan mahasiswa terhadap
a. materi pelajaran
b. lembar kegiatan mahasiswa
c. kuis dalam pertemuan
d. suasana belajar di kelas
e. cara penyajian materi
27 (93.10%)
24 (82.76%)
26 (89.66%)
29 (100.00%)
27 (93.10%)
2 (6.90%)
5 (17.24%)
3 (10.34%)
0 (0.00%)
2 (6.90%)
baru tidak baru
3 Pendapat mahasiswa terhadap:
a. materi pelajaran
b. lembar kegiatan mahasiswa
c. kuis dalam pertemuan
d. suasana belajar dikelas
e. cara penyajian materi
26 (89.66%)
28 (96.55%)
24 (82.76%)
27 (93.10%)
22 (75.86%)
3 (10.34%)
1 (3.45%)
5 (17.24%)
2 (6.90%)
7 (24.14%)
baru tidak baru
4 Pendapat mahasiswa terhadap pendidikan moral
Indonesia berbasis kearifan lokal
27 (93.10%) 2 (6.90%)
5 Pendapat mahasiswa terhadap pembelajaran
pendidikan moral Indonesia berbasis kearifan
lokal
a. bekerja sama dalam kelompok
b. mendemonstrasikan kemampuan
mendengarkan pembicaraan orang lain
c. menyatakan ide-ide dengan jelas selama
bertukar pendapat
d. dapat dan mau membantu mahasiswa lain
dalam tugas-tugas kelompok
21 (72.41%)
26 (89.66%)
24 (82.76%)
25 (86.21%)
22 (75.86%)
8 (27.59%)
3 (10.34%)
5 (13.79%)
4 (13.79%)
7 (24.14%)
88
No Uraian Respon mahasiswa
senang tidak senang
e. mengajukan pertanyaan
senang tidak senang
6 Pendapat mahasiswa tentang keterampilan
pemecahan masalah berikut ini:
a. berada dalam tugas
b. mengambil giliran berbagi tugas
c. mendorong berpartisipasi
d. mendengarkan dengan aktif
25 (86.21%)
28 (96.55%)
28 (96.55%)
28 (96.55%)
4 (13.79%)
1 (3.45%)
1 (3.45%)
1 (3.45%)
Respon mahasiswa terhadap pembelajaran pada penelitian ini
meliputi respon positif dan respon negatif. Respon positif diperoleh dari
jawaban siswa “ya” dan “senang” dan respon negatif diperoleh dari
jawaban siswa “tidak dan tidak senang.
Data respon mahasiswa diperoleh dari lembar angket respon
mahasiswa yang dianalisis dengan rumus, sebagai berikut.
% respon siswa = A
B × 100% ……… Trianto (2009:243)
dimana : A = proporsi mahasiswa yang memilih B = jumlah
mahasiswa (responden)
Respon mahasiswa dikatakan efektif jika rata-rata tiap komponen
mahasiswa, responnya positif dan mencapai ≥ 80%. (Musfiani, 2012:70)
Kriteria dalam menyatakan respon siswa adalah sebagai berikut.
a. Sangat positif jika banyak mahasiswa yang memberi respon positif
lebih dari 85% (Rs ≥ 85%)
b. Positif jika banyak mahasiswa yang memberi respon positif antara
70% sampai 85% (70% ≤ Rs < 85%)
c. Kurang positif jika banyak mahasiswa yang memberi respon positif
antara 50% sampai 70% (50% ≤ Rs < 70%)
d. Tidak positif jika banyak mahasiswa yang memberi respon positif
kurang dari 50% (Rs < 50%)
89
Pada tabel 5.17 respon mahasiswa terhadap pembelajaran mata
kuliah Pengembangan Moral AUD Berbasis Kearifan Lokal
implementasi-1 dan implementasi-2 untuk setiap pertanyaan diuraikan
sebagai berikut.
a. Respon mahasiswa terhadap penyataan ke-1 menunjukkan 100.00%
mahasiswa menyatakan senang terhadap kegiatan pembelajaran,
sehingga merupakan respon sangat positif.
b. Respon mahasiswa terhadap penyataan ke-2a menunjukkan 93.10%
mahasiswa menyatakan senang terhadap materi pelajaran, sehingga
merupakan respon sangat positif.
c. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-2b menunjukkan 82.76%
mahasiswa menyatakan senang dengan Lembar Kegiatan Mahasiswa
(LKM), sehingga merupakan respon positif.
d. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-2c menunjukkan 89.66%
mahasiswa menyatakan senang dengan kuis dalam pertemuan,
sehingga merupakan respon sangat positif.
e. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-2d menunjukkan
100.00% mahasiswa menyatakan senang dengan suasana belajar di
kelas, sehingga merupakan respon sangat positif.
f. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-2e menunjukkan 93.10%
mahasiswa menyatakan senang dengan cara dosen dalam menyajikan
materi, sehingga merupakan respon sangat positif.
g. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-3a menunjukkan 89.66%
mahasiswa menyatakan bahwa materi pelajaran yang diberikan
merupakan materi baru, sehingga merupakan respon sangat positif.
h. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-3b menunjukkan 96.55%
mahasiswa menyatakan bahwa LKM yang dikerjakan merupakan hal
90
yang baru bagi mereka, karena tidak semua dosen menyusun dan
membagikan LKM dalam pembelajaran, sehingga merupakan respon
sangat positif.
i. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-3c menunjukkan 82.76%
mahasiswa menyatakan bahwa kuis dalam pertemuan merupakan hal
yang baru terutama kuis tentang pembelajaran nilai moral berbasis
kearifan lokal, sehingga merupakan respon positif.
j. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-3d menunjukkan 93.10%
mahasiswa menyatakan bahwa suasana belajar di kelas merupakan
hal yang baru diantaranya adalah media yang diberikan, diskusi
kelompok yang menyenangkan, diberikan pendampingan dan
bimbingan dalam diskusi kelompok dan diberikannya reward hasil
diskusi bagi presentasi kelompok yang baik, sehingga merupakan
respon sangat positif.
k. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-3e menunjukkan 75.86%
mahasiswa menyatakan bahwa cara dosen menyajikan materi adalah
hal yang baru, sehingga merupakan respon positif.
l. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-4 menunjukkan 93.10%
mahasiswa menyatakan pendidikan moral Indonesia berbasis
kearifan lokal merupakan hal yang baru, sehingga merupakan respon
sangat positif.
m. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-5a menunjukkan bahwa
72.41% mahasiswa menyatakan bahwa pembelajaran dengan bekerja
sama dalam kelompok merupakan hal yang baru, sehingga
merupakan respon positif.
n. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-5b menunjukkan 89.66%
mahasiswa menyatakan bahwa mendemonstrasikan kemampuan
91
mendengarkan pembicaraan orang lain merupakan hal yang baru,
sehingga merupakan respon sangat positif.
o. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-5c menunjukkan 82.76%
mahasiswa menyatakan bahwa menyatakan ide-ide dengan jelas
selama bertukar pendapat merupakan hal yang baru, sehingga
merupakan respon positif.
p. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-5d menunjukkan 86.21%
mahasiswa menyatakan bahwa mahasiswa dapat dan mau membantu
mahasiswa lain dalam tugas-tugas kelompok merupakan hal yang
baru, sehingga merupakan respon sangat positif.
q. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-5e menunjukkan 75.86%
mahasiswa menyatakan bahwa mengajukan pertanyaan dalam
pembelajaran merupakan hal yang baru, sehingga merupakan respon
positif.
r. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-6a menunjukkan 86.21%
mahasiswa menyatakan berada dalam tugas dalam pemecahan
masalah merupakan hal yang baru, sehingga merupakan respon
sangat positif.
s. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-6b menunjukkan 96.55%
mahasiswa menyatakan bahwa keterampilan mengambil giliran
berbagi tugas dalam pemecahan masalah merupakan hal yang baru,
sehingga merupakan respon sangat positif.
t. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-6c menunjukkan 96.55%
mahasiswa menyatakan bahwa keterampilan mendorong
berpartisipasi dalam pemecahan masalah merupakan hal yang baru,
sehingga merupakan respon sangat positif.
92
u. Respon mahasiswa terhadap pernyataan ke-6c menunjukkan 96.55%
mahasiswa menyatakan bahwa keterampilan mendengarkan dengan
aktif dalam pemecahan masalah merupakan hal yang baru, sehingga
merupakan respon sangat positif.
5.3 Tahap Dick & Carey yang akan dilakukan pada tahun ke-2
Perancangan pengembangan menurut sistem pendekatan model
Dick, Carey and Carey pada penelitan telah melaksanakan sebanyak 5
(lima) tahap, sedangkan 5 tahap berikut dilaksanakan pada peneltian tahun
ke-2. Berikut tahap-tahap yang dilakukan pada tahun ke-2.
T10. Tahap Revisi Instruksional (Revice Instruction)
Tahap ini dilakukan untuk utuk memperoleh masukan tentang
kebenaran substansi pengembangan perangkat pembelajaran mata kuliah
Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal. Di samping
itu, langkah ini dimaksudkan untuk memperoleh validasi perangkat
pembelajaran tentang: kebenaran isi dan kebenaran tujuan pengembangan
berbasis karakter. Tim Peneliti Mitra (TPM) yang dilibatkan dalam
penelitian pengembangan perangkat pembelajaran mata kuliah
Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal mencakup
tenaga ahli penunjang pengembangan pendidikan karakter dan tenaga ahli
pengembang kurikulum program studi berdasarkan Indonesian
Qualification Framework (KKNI).
5.4 Modifikasi Dick, Carey & Carey Design Model
Selanjutnya, draf pertama berupa buku pengembangan perangkat
pembelajaran mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis
93
kearifan lokal program studi PG-PAUD yang dihasilkan tersebut
dihasilkan ini direvisi berdasarkan masukkan dari para validator. Setelah
draf pertama direvisi dan diperbaiki maka dihasilkan draf buku
pengembangan yang ke-2 (dua).
Pada draf buku pengembangan yang ke-2 ini akan dilakukan uji
coba terbatas paket sebaran kurikulum selama satu semester untuk satu
angkatan. Uji coba terbatas ini dilakukan untuk mengetahui
pengembangan karakter dan peningkatan capaian pembelajaran (learning
outcomes). Hasil dari respon uji coba terbatas tersebut djadikan referensi
untuk memperbaiki draf buku pengembangan perangkat pembelajaran
mata kuliah Pengembangan Moral Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal
dan capaian pembelajaran (learning outcomes) sehingga akan muncul draf
buku pengembangan terakhir yaitu draf buku pengembangan yang akan
digunakan sebagai buku pegangan utama mahasiswa pada mata kuliah
Pengembangan Moral Anak Usia Dini yang terintegrasi dengan unsur
kearifan lokal.
Berdasarkan learning outcomes dapat dirumuskan kompetensi
mata kuliah pengembangan nilai moral agama anak usia dini berbasis
kearifan lokal sebagai berikut: 1) Memiliki kompetensi penalaran dalam
nilai moral AUD; 2) Memiliki moral yang sesuai dengan kearifan lokal;
3) Memiliki wawasan nilai moral dan agama yang berorientasi ke depan;
dan 4) Mampu menyusun bahan pembelajaran nilai moral dan agama
AUD.
Berikut diberikan langkah-langkah pengembangan nilai moral
agama anak usia dini berbasis kearifan lokal dengan menggunakan model
desain Dick, Carey & Carey yang telah dimodifikasi.
94
Diagram 5.2 Prosedur Pengembangan Penelitian Tahun I
(Model Pengembangan Dick & Carey yang telah Dimodifikasi)
dokumen kurikulum baru: buku Pengembangan Moral
Anak Usia Dini berbasis kearifan lokal
Analisis Masalah
Survey
PROFIL MAHAJISWA
RUMUSAN CAPAIAN PEMBELAJARAN
(Learning Outcome)
Tugas Tim
Pengembangan
Perangkat Pemb.
T1. Identifikasi Tujuan Pengembangan moral anak usia dini berbasis kearifan lokal
T2. Analisis Instruksional
Pemilihan Bahan
Kajian:
Tingkat Keluasan,
Tingkat Kedalaman,
Tingkat kemampuan
yang ingin dicapai
Matriks Bahan Kajian
dengan pengembangan
karakter dan capaian pembelajaran
(learning outcomes)
Konsep mata kuliah
terintegrasi
Peta Keilmuan
Berbasis Kearifan
Lokal
Keterlibatan
Dosen dan
Mahasiswa
T3. Identifikasi Karakteristik Mahasiswa
T4. Merumuskan Tujuan Kinerja
Ketetapan
Program Studi
T5.
Pengembangan
Tes Acuan
Patokan
T6.
Pengembangan
Strategi
Pengajaran
T7. Memilih
Pengajaran
T9. Menulis
Perangkat
T8.
Merancang
Evaluasi
Formatif
DRAFT I
TAHUN 1
T10. Revisi Instruksional Perangkat Pembelajaran -> Review
Ahli
DRAFT
II
UJI COBA TERBATAS
NASKAH
PRODUK I
95
Implementasi Tahap ke-2 Setelah Laporan Kemajuan
Implementasi tahap ke-2 merupakan realisasi rancangan penelitian
tahap setelah pengerjaan Laporan Kemajuan dengan pelaksanaan
anggaran penelitian 70%. Implementasi rancangan penelitian setelah
pengerjaan Laporan Kemajuan adalah mengerjakan Laporan Akhir
penelitian Hibah Bersaing, yaitu realisasi racangan penelitian dengan
anggaran hibah sebesar 100%, dengan implementasi diberikan sebagai
berikut.
a. Tim peneliti mempublikasikan hasil penelitian pada seminar
internasional.
Alhamdulillah tim kami sudah mengikuti seminar internasional
pendidikan di Univrsitas Muhammadiyah Ponorogo, berikut bukti
lampiran sertifikat dan cover proseding.
b. Tim peneliti mendiseminasikan hasil laporan Hiber tahun ke-1 yang
berupa Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing kepada LPPM
Universitas Muhammadiyah Surabaya dan Perpustakaan, dengan
tujuan dapat dijadikan sebagai arsip dan referensi penelitian bagi
teman sejawat dan mahasiswa.
96
c. Mendesiminasikan luaran penelitian yang berupa: Rencana
Pelaksanaan Perkuliahan (RPP), Lembar Kerja Mahasiswa (LKM),
Tes Hasil Belajar (THB) dan Buku Saku kepada.
1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Muhammadiyah Surabaya
2) Program Studi Pendidikan Guru-Pendidikan Anak Usia Dini (PG-
PAUD)
3) LPPM Universitas Muhammadiyah Surabaya
4) Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surabaya
Cover CD-Penelitian HIBER Cover Sumber Belajar
Cover Perangkat
Pembelajaran
Cover Hand-Out
97
d. Membuat poster Penelitian Hibah Bersaing Pembelajaran Berbasis
Kearifan Lokal
e. Menyusun draft buku ajar untuk persiapan Hiber tahun ke-2
f. Mengajukan Proposal Hibah Bersaing tahun ke-2.
98
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan dalam laporan
kemajuan penelitian pengembangan ini telah menghasilkan need
assessment mahasiswa PG-PAUD terhadap pengembangan pembelajaran
moral anak usia dini berbasis kearifan lokal. Penelitian pengembangan ini
diujicobakan pada mahasiswa semester II (dua) kelas pagi tahun
akademik 2015/2016. Hasil penelitian pengembangan ini sehingga ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Pengembangan pembelajaran moral anak usia dini berbasis kearifan
lokal dikembangkan dengan model desain pembelajaran yang
dilaksanakan dalam penelitian ini berdasarkan disain instruksional
The Systematic Design of Instruction Dick, Carey and Carey (2009).
b. Model desain pengembangan memiliki 10 (sepuluh) tahap sebagai
berikut:
Tahap-1: Identifikasi Tujuan Pengembangan Instruksional (Identity
Instructional Goals)
Tahap-2: Melakukan Analisis Instruksional (Conducting a Goals
Analysis)
99
Tahap-3: Mengidentifikasi Tingkah Laku Awal/Karakteristik
Mahasiswa (Analyze Learners and Contexts)
Tahap-4: Merumuskan Tujuan Kinerja (Write Performance Objectives)
Tahap-5: Pengembangan Tes Acuan Patokan (Develop Criterian-
Reverenced Test Item)
Tahap-6: Pengembangan Strategi Pengajaran (Develop Instructional
Strategy)
Tahap-7: Pengembangan atau Memilih Pengajaran (Develop and
Select Instructional Materials)
Tahap-8: Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (Design and
Conduct Formative Evaluation)
Tahap-9: Menulis Perangkat (Design and Conduct Summative
Evaluation)
Tahap-10: Revisi Instruksional (Revice Instruction)
c. Hasil survey need assessment mahasiswa PG-PAUD menunjukkan bahwa
mahasiswa membutuhkan pengembangan perangkat pembelajaran
moral anak usia dini berbasis kearifan lokal.
d. Penelitian pengembangan menggunakan prosedur Dick &Carey pada
tahap-6 sampai dengan tahap-9 saling terintegrasi, sehingga prosesnya
tidak dapat dipisahkan tahap satu dengan tahap lainnya. Penelitian
pengembangan Tahap-6 (T6) sampai dengan Tahap-9 (T9) terealisasi
pada hasil penelitian Implementasi-1 dan Implementasi-2.
e. Hasil analisis kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran
berbasis kearifan lokal pada Implementasi-1 dari ke ke tiga observer
memperoleh rata-rata sebesar 3.63 menunjukkan tingkat kemampuan
dosen berada pada kriteria Sangat Baik. Sedangkan, pada
Implementasi-2 dari ke ke tiga observer memperoleh rata-rata sebesar
3.70 menunjukkan tingkat kemampuan dosen juga berada pada
100
kriteria Sangat Baik. Sehingga, berdasarkan hasil pada Implementasi-
1 dan Implementasi-2 tersebut dapat dilihat bahwa kemampuan dosen
dalam mengelola pembelajaran adalah efektif.
f. Hasil analisis aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran berbasis
kearifan lokal pada Implementasi-1 dan Implementasi-2 semua
aktivitas dalam rentang waktu ideal. Sehingga, berdasarkan hasil
analisis pada Implementasi-1 dan Implementasi-2 tersebut dapat
dilihat bahwa aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran berbasis
kearifan lokal adalah efektif.
g. Hasil ketuntasan belajar Post-Test mahasiswa pada Implementasi-1
mahasiswa yang tuntas belajar adalah sebanyak 25 mahasiswa yaitu
sebesar 86.21% dengan rata-rata kelas sebesar 70.17. Sedangkan, hasil
ketuntasan belajar Post-Test mahasiswa pada Implementasi-2
mahasiswa yang tuntas belajar adalah sebanyak 27 mahasiswa yaitu
sebesar 93.10% dengan rata-rata kelas sebesar 75.52. Persentase
ketuntasan hasil belajar implementasi-1 (86.21%) meningkat pada
implementasi-2 (93.10%) dengan peningkatan sebesar 7.62%.
Sehingga, berdasarkan hasil analisis pada Implementasi-1 dan
Implementasi-2 tersebut dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar Post-
Test dalam pembelajaran berbasis kearifan lokal adalah efektif.
h. Respon mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis kearifan lokal
menunjukkan bahwa rata-rata mahasiswa menjawab positif dengan
prosentase respon positif antara 70% sampai 85% dan ada juga respon
yang lebih dari 85%. Sehingga, berdasarkan hasil analisis respon
mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis kearifan lokal
Implementasi-1 dan Implementasi-2 tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran memperoleh respon yang positif dan efektif.
101
6.1 Saran
Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan hasil
penelitian laporan akhir dalam rangka mengembangkan perangkat
pembelajaran mata kuliah pengembangan pembelajaran moral anak usia
dini berbasis kearifan lokal adalah sebagai berikut.
a. Pada penelitian ini hanya sampai pada tahap pengembangan,
belum sampai pada tahap penyebaran, sehingga untuk tahap
penyebaran (disseminate) dapat dilakukan pada tingkat Perguruan
Tinggi Mitra (TPM)
b. Diseminasi juga diharapkan dapat mengimplementasikan media
pembelajaran berbasis kearifan lokal pada tingkat sekolah-
sekolah PAUD Aisyiyah di Lingkungan Muhammadiyah, dengan
harapan setiap konten pada tema yang diberikan berbasis kearifan
lokal.
102
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Gunadi,R. Andi. 2015. http://download.
portalgaruda.org/article.php?article diunduh 27 April 2015.
Amri, Sofan,. 2013. “Pengembangan& Model Pembelajaran dalam
Kurikulum 2013”. Jakarta: Prestasi Pustakaraya Publisher
Borang PG-PAUD FKIP Univ Muhammadiyah Surabaya Tahun 2014
Delors, Jacques. 1996 . “Learning: The Treasure Within”. UNESCO
Publishing The Australian National Commission for UNESCO.
Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah,
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. “Model Pembinaan
Pendidikan Karakter Di Lingkungan Sekolah”.
Dick, Walter., Lou Carey, James O Carey,. 2009. The Dick and Carey
Systems Approach Model for Designing Instruction. 7th ed. New
Jersey: Pearson.
Kemendiknas, (2010), Grand Design Pendidikan Karakter.
Hidayat, Rakhmat. 2013. “Pedagogi Kritis: Sejarah, Perkembangan dan
Pemikiran”. Jakarta: PT Grafindo Rajawali Perkasa.
Jihad, Asep., M. Muchlas Rawi, Noer Komarudin. 2010 .“Pendidikan
Karakter Teori dan Implementasi. “ Jakarta:Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah.
Pribadi, Benny.A,.2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PT
Dian Rakyat.
Putra, Nusa. 2011. Research & Development., Penelitian Dan
Pengembangan: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Martati, Badruli., Seminar Nasional Temu Ilmiah Guru Nasional (TING)
VI. Prosiding FKIP Universitas Terbuka. ISBN- 978-979-011-
923-9. Penerapan Hak Asasi Manusia Melalui Model
Pembelajaran Siaga Bencana, Tangerang Selatan, 29 November
2014
Martati, Badruli, (2010). Metodologi Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan: Strategi Penanaman Nilai, Jilid I. Bandung:
Genesindo
Murdiono, Mukhamad.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132304487/B1-
JURNAL%20KEPENDIDIKAN-LEMLIT%20UNY.pdf. Diunduh
27 April 2015.
103
Suparman, Atwi M. 2014. Desain Instruksional Modern: Panduan Para
Pengajar Dan Inovator Pendidikan. Edisi keempat. Jakarta:
Erlangga.
Yasin, Mahmuddin. Indonesia Menanti Harapan 2030: Generasi Emas dan
Semoga Bukan Generasi Cemas dalam Bunga Rampai
“Tantangan Pendidikan Indonesia dalam Membangun Generasi
Emas“. Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.
2014.
Jawa Pos, Sabtu 25 Januari 2014 “ Lemah Nalar, Gagal
PLPG”,https://id.answers.yahoo.com /diunduh 17-4-l 2014,
http://spe.dbp.gov.my /diunduh 17-4- 2014
104
Lampiran 1. Artikel Ilmiah pada Internasional Seminar on
Education (ISE)
http://ise.fkip.umpo.ac.id/index.php/e-proceedings/
DISCOVERING THE CONCEPT OF RELIGIOUS MORAL
VALUES FOR YOUNG LEARNERS Badruli Martati1, Wahyuni Suryaningtyas2, Misrin Hariyadi 3
Abstract
Young learners need facilities to rise and develop their all personality aspects.
In the moral aspect development as an effort for character building, it is
necessary to have three components within character building. Those are moral knowledge, moral conception, and moral action. The aim of moral education is
preparing young learners in the very beginning to develop their behaviors which
are based on the principles of religious and moral value. By knowing,
understanding, and implementing the principles of truth value, justice, kindness, and amelioration so that they can live well in the society.
Keywords: Religious, Moral Values, Young Learners
INTRODUCTION
Education for young learners is an education which is given to facilitate the
development of students’ character building and personality aspects1.It means
that young learners are given such opportunities to develop their maximum
personality and potential. Therefore, it is necessary to have activities to support
various aspects development such as cognitive, language, social, emotional,
physical, and motoric aspect.
Young learners are learners who are in the kindergarten school aging 2-6 years
old. This age is called as golden age since this is the right time to maximize all
their capabilities and talents. In this age, young learners tend to be egocentric.
Therefore, teachers need to teach them religious moral values with full attention
and affection.
Lickona (1992) emphasized the importance of three components of good
character. Those are: 1) knowing the moral knowledge; 2) moral conception; 3)
moral action. The development of young learners’ character within moral
knowledge is emphasized good and bad behaviors, without any detail reasons.
Moral knowledge refers to culture, habit, values, and rule of life. Therefore,
moral values are used to be a behavior standard. In this context, a teacher plays
105
an important role to have and to understand moral values in society which are
based on local wisdom. For instance, one is forbidden to lie because it is a sin.
Thus, young learners need to be taught why a lie is prohibited.
The moral development for young learners is relatively limited. A young learner
has not been able yet to master abstract values related to good and bad behaviors.
However, religious moral values should be introduced in the very beginning, so
a young learner can be differentiate which one is right and which one is wrong
and can do what have been ruled in their religion.
DISCUSSION
Introducing religious, moral, discipline, and affection values implemented
within behavior program at kindergarten school is continually conducted and is
practiced in the daily life. Therefore, those aspects can be optimally developed.
In order to achieve those aspects, it should be practiced regularly in daily life
activities. By learning in the very beginning, young learners will then live
according to society norms.For this reason, teachers need to guide by giving
religious moral values for young learners at school.
Owen, in the early 1800s assumed that education for young learners is a part of
establishing a society as the one. In addition, the condition where they live, and
how they are protected are also part of society. Corporal punishment may be
thought as a bad education for some parents. Teachers are required to
appropriately teach their young learners without any corporal punishment.
Based on explanation above, it is a teacher’s duty in the kindergarten to give an
education according to religious moral values implemented in the society.
Behavior guidance should be taught without any corporal punishment. The
punishment should be consistent with implemented moral values. Therefore, a
good education for young learners at school will be absolute for fulfillment of
children's right to a proper education.
Education which is suitable with moral values for young learners is guiding them
to a proper behavior according to what have been ruled in the society. This
guidance refers to a positive process to develop a good behavior. Discipline is
not only about obedience and control, but also about having a proper behavior,
being an independent learner, and having a confidence. There are some strategies
to guide young learner’s behavior. Those are (1) implementing constructive
stages; (2) having confidence related to behavior guidance; (3) knowing and
practicing activities according to young learner’s development and needs; (4)
guiding young learners to build a new habit, to empower them, to encourage
them to reach their dreams, to be a good model for them, to create an educated
learning atmosphere, to build a good partnership with their parents and
environment; (5) knowing and appreciating what should be accepted by young
learners; (6) implementing conflict management to young learners.
106
Moral intelligence will be seen from a young learner’s behavior. Smart young
learners are not only those who are good in the academic but also those who
know how to behave to others; appreciating what others do. Moral intelligence
cannot be reached only by obeying the rules and learning abstract discussion at
school, but also learning how to behave based on the value that is believed to be
right; selecting the proper things from what have been seen and what have been
heard.
Since the teachers have a responsibility to teach a good behavior to young
learners, so they must have a deep knowledge of appropriate religious moral
values. Moreover, they should be able to develop moral intelligence of young
learners. This is the required competence that should be had by the teachers of
young learners. They have to be able to have knowledge and understanding; and
be able to be a model for their students.
According to Wiyani, the development of young learner’s moral value is the
process of how young learner differentiates which behavior is right to do and
which one is forbidden to do based on particular norms. While the development
of religion is referred to the development of any behaviors that should be done
and avoided based on one’s belief. Therefore, the development of moral values
and religion can be done together because moral values come from religion
values and do not contradict it. Basically, if one has done according to the
required religious moral values, then he or she will behave based on universal
moral values.
The development of moral and religion for young learners can be divided into
three aspects:
a) Cognitive aspect. It is related to the ability of young learners to know
appropriate behaviors according to their belief. This ability can teach them
what is good based on the religion they believe.
b) Affective aspect. It is related to the ability of young learners to feel and to
love the appropriate behaviors according to their belief. This ability can
teach them to have a care and love to society based on the religion they
believe.
c) Behavioral aspect. It is related to the ability of young learners to determine
which behavior should be done and which behavior should be avoided
according to their belief. This ability can motivate them to be consistent on
doing the good behaviors based on the norms.
While teaching religious values to young learners, there are some problems since
they still cannot think an abstract idea or unseen thing such as God, Angel, Satan,
Jannah, and Jahannam. Here, the ability to teach and give understanding to young
107
learners is important. Related to the concept of God, F. Oser proposed five stages
of young learner’s perception towards God.
a) First stage, God is physically powerful
b) Second stage, God is the One who gives prosperity and goodness
c) Third stage, God is the closest Friend
d) Fourth stage, God is the One who creates the rule of law
e) Fifth stage, God is the One who rules the moral values
As time goes by, young learners will be able to understand the concept of God
appropriately. It is expected that daily life activities and models given will be
beneficial for young learners.
Yusuf (2008) revealed that moral development for young learners can be taught
through some ways: 1) direct education; through understanding delivered by
parents and teachers; 2) identification; doing exactly what they see such as
appearance and behavior from parents, teachers, and idols; 3) trial; try to do and
improve moral values that they have been learnt. The behaviors which result to
compliment will continuously do, and vice versa.
Successful religious moral education will influence to successive character
building. It depends on awareness, understanding, attention, and commitment
towards many educational parties. Kilpatrick reported: “one reason why one
cannot behave well although he or she understands about that behavior is because
he or she used to not doing it. Therefore, character building for young learners
should be taught through real activities, not too theoretically.
Related to those aspects, below are tips for teachers to teach moral values to
young learners.
a) Establishing consistent and appropriate rules for young learners
b) Appreciating young learners’ opinions and knowing what they need
c) Having effective communication with young learners
d) Using clear statements about what should be done by young learners
e) Explaining the impacts if they do not stop their bad behaviors
f) Educating them not to lie and explaining why
g) Reminding them with appropriate ways
Muhammad TakdirIlahi stated that introducing moral values which are based on
religious values will lastly be primordial step to develop moral values for young
learners. It influences positively towards their contemplation to understand
substantial meaning of religious teachings. Therefore, they will be able to have
high respect, kindness, brave to others, ready to face reality, and emphatic to face
problems.
108
Moreover, the significance education for young learners can be applied by:
firstly, through the concept of education which contains universal values, it is an
understanding to comprehend the meaning of substantial religious teachings.
Educational process includes not only cultural transformation value process, but
also the development itself. Secondly, transformation process here means that it
is a change, forming a better generation from one to another. Education will form
creative individual who will continuously develop cultural scope.
Based on description above, education for young learners as a pleasant place to
learn for young learners needs some parties to do all the responsibilities.
Therefore, every party involved within the school such as teachers, students,
headmaster, parents, and stakeholders should have the standardized moral
values. In this case, it is necessary to create school rules. These rules are an
accepted instruction which aims to control any individual behavior in the school,
so that safe environment will be ensured. In addition, it is expected that
operational principles at school can control bad behavior and promote good
behavior to students.
Generally, one’s behavior is based on moral values which he or she believes.
Necessary values for young learners are truth, justice, humanity, and
advancement so these values can assist their development. According to Subur,
education values are the efforts to form one’s manner and behavior. In line with
this, Smith and Spranger stated that moral values affect one’s behavior and
manner.
Hermawan (1972) stated, “…value is neither taught nor caught, it is learnt”. That
the values substance is not always taught but is learnt, explored, internalized, and
made to be a part of one’s personal quality through learning process. It is needed
to remind that learning process does not always happen in the classroom but in
the society where various cultures are taught because we live in the cultured life.
It can be concluded that moral values is a precious thing to form young learner’s
character. It needs to be developed within manner and behavior. Moral values
are not taught but those should be delivered through real models and should be
implemented within behavior according norms and rules of society.
CONCLUSION
Moral values are related to one’s bad and good behavior in life. Moral
development for young learners should be taught by teachers to guide their
behavior at school. Besides, religion is the belief which controls manner and
behavior for those who believe in it. However, the implementation of religious
moral values should be done without any corporal punishment for those learners
who break the rule. It should be based on school principles which create the
109
pleasant environment for learners to study and to play. For this reason, the
teachers must have deep knowledge and understanding of religious moral values.
REFERENCES Budimansyah, Dasim. Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter. Bandung: Widya Aksara
Press, 2012.
Coles, Robert Menumbuhkan Kecerdasan Moral . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama , 2000 Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah, Kementerian Pendidikan
Nasional.. “Model Pembinaan Pendidikan Karakter Di Lingkungan Sekolah”. 2010
Fridani, Lara & APE Lestari. Inspiring Education PAUD . Jakarta: Gramedia. 2009.
Gunadi,R. Andi Ahmad . Membentuk Karakter Melalui Pendidikan Moral Pada Anak Usia Dini Di Sekolah Raudhatul Athfal (R.A) Habibillah, Jurnal Ilmiah WIDYA, Volume 1 Nomor
2 Juli-Agustus 2013.
Ilahi, Muhammad Takdir. Revitalisasi Pendidikaan Berbasis Moral. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2012. Maswardi Muhammad Amin. Pendidikan Karakter Anak Bangsa . Jakarta: Badueso Media,
2011.
Morrison, George S. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: Indeks , 2012
Mulyasa, Manajemen PAUD .Bandung: Remaja Rosda. 2012 Nutbrown, Cathy dan Peter Clough, Pendidikan Anak Usia Dini: Sejarah, Filosofi, dan
Pengalaman, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Subur, Pendidikan Nilai: Telaah tentang Model Pembelajaran,INSANIA| Vol. 12 | No. 1 | P3M
STAIN Purwokerto | Subur 1 Jan-Apr 2007 | 3-16 http://download.portalgaruda.org diakses 9-2-2015
Suyadi dan Maulidya Ulfah. Konsep Dasar PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013
Wiyani, Novan Ardy . Manajemen Paud Bermutu: Konsep dan Praktik MMT Di KB, TK/RA
.Yogyakarta: Gava Media , 2015 Zaman, Badru. Strategi Pengembangan Moral Dan Agama Di Taman Kanak-Kanak.
https://docs.google.com. diakses 22 -2- 2016