mimpi anak desa kuliah di jawa

3
Mimpi Anak Desa kuliah di Jawa Banyak orang desa beranggapan bahwa kuliah di pulau jawa hanyalah sebuah mimpi, tetapi bagi saya mimpi kuliah di perguruan tinggi ternama yang ada di tanah jawa adalah sebuah motivasi belajar untuk menggapai cita-cita. Semuanya berawal di awal tahun 2013 ketika saya sudah menginjak semester 2 kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Sijunjung, Sumatera Barat. Pada waktu itu saya bermimpi untuk bisa menlanjutkan kuliah di FTTM ITB, keinginan ini muncul setelah seorang guru kimia dan kepala sekolah menceritakan kebutuhan daerahku akan insinyur pertambangan. Benar, tempat kelahiranku Sijunjung merupakan daerah yang kaya akan minyak dan mineral, batubara, dan semen. Oleh karena itu saya benar-benar yakin untuk masuk FTTM ITB. Mimpi kuliah di pulau jawa terus memotivasi saya untuk terus giat belajar. Tinggal di desa kecil yang terletak jauh dari pusat kota tidak menyurutkan niat dan tekad saya untuk tetap kuliah di perguruan tinggi ternama. Namun mimpi kuliah di ITB berangsur luntur dan mulai mulai meliritik perguruan tinggi lain. Ketika itu sudah mulai memasuki semester terakhir masa pendidikanku di SMA Negeri 1 Sijunjung. Meskipun semester sebelumnya berhasil meraih juara umum di sekolah, akan tetapi saya mulai melihat peluang untuk lulus di ITB kecil. Selain kemampuan dan kompetensi diri yang masih kurang, faktor sekolah pun mengurungkan niat untuk berkuliah di Ganesha Bandung tersebut. Alumni sekolahku yang belum banyak melanjutkan kuliah ke jawa merupakan faktor utama yang menyulitkanku untuk dapat kuliah di perguruan tinggi ternama. Pemilihan teliti memang saya lakukan dalam menentukan pilihan perguruan tinggi untuk pendaftaran SNMPTN. Langkah pertama yang saya lakukan yaitu mencari setiap informasi yang ada dengan segala cara dan upaya.

Upload: rizky-gian-pratama

Post on 11-Dec-2015

16 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Selalu berusaha dan yakin desngan kemampuan pribadi

TRANSCRIPT

Page 1: Mimpi Anak Desa Kuliah Di Jawa

Mimpi Anak Desa kuliah di Jawa

Banyak orang desa beranggapan bahwa kuliah di pulau jawa hanyalah sebuah mimpi, tetapi bagi saya mimpi kuliah di perguruan tinggi ternama yang ada di tanah jawa adalah sebuah motivasi belajar untuk menggapai cita-cita. Semuanya berawal di awal tahun 2013 ketika saya sudah menginjak semester 2 kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Sijunjung, Sumatera Barat. Pada waktu itu saya bermimpi untuk bisa menlanjutkan kuliah di FTTM ITB, keinginan ini muncul setelah seorang guru kimia dan kepala sekolah menceritakan kebutuhan daerahku akan insinyur pertambangan. Benar, tempat kelahiranku Sijunjung merupakan daerah yang kaya akan minyak dan mineral, batubara, dan semen. Oleh karena itu saya benar-benar yakin untuk masuk FTTM ITB.

Mimpi kuliah di pulau jawa terus memotivasi saya untuk terus giat belajar. Tinggal di desa kecil yang terletak jauh dari pusat kota tidak menyurutkan niat dan tekad saya untuk tetap kuliah di perguruan tinggi ternama. Namun mimpi kuliah di ITB berangsur luntur dan mulai mulai meliritik perguruan tinggi lain. Ketika itu sudah mulai memasuki semester terakhir masa pendidikanku di SMA Negeri 1 Sijunjung. Meskipun semester sebelumnya berhasil meraih juara umum di sekolah, akan tetapi saya mulai melihat peluang untuk lulus di ITB kecil. Selain kemampuan dan kompetensi diri yang masih kurang, faktor sekolah pun mengurungkan niat untuk berkuliah di Ganesha Bandung tersebut. Alumni sekolahku yang belum banyak melanjutkan kuliah ke jawa merupakan faktor utama yang menyulitkanku untuk dapat kuliah di perguruan tinggi ternama.

Pemilihan teliti memang saya lakukan dalam menentukan pilihan perguruan tinggi untuk pendaftaran SNMPTN. Langkah pertama yang saya lakukan yaitu mencari setiap informasi yang ada dengan segala cara dan upaya. Konsultasi dengan guru merupakan salah satu pilihan tepat yang bisa dilakukan, dalam hal ini tidak hanya guru BK selaku pembimbing siswa tetapi juga guru lainya bahkan kepala sekolahpun terbuka bagi siswa untuk konsultasi dalam pemilihan jurusan dan perguruan tinggi. Selain guru, konsultasi dengan para alumni juga saya lakukan. Banyak hal yang saya tanyakan, tidak hanya berkaitan dengan pemilihan jurusan tetapi juga kehidupan kampus, biaya hidup, sampai makanan dan budaya masyarakat sekitar. Konsultasi ini saya lakukan kontiniu setiap minggu dan bahkan diakhir pendaftaran bisa setiap hari. Begitulah budaya yang terjadi di SMA Negeri 1 Sijunjung tiap tahunnya.

Membaca buku dan mencari informasi di internet dan media lainnya juga salah satu cara yang saya tempuh dalam menentukan perguruan tinggi. Upaya ini dilakukan karena keterbatasan sekolah, guru, dan alumni yang belum mengetahui secara detail tentang perguruan tinggi. Namun alasan ini mungkin hanya objektivitas pribadi karena sekolahku belum yang terbaik dan masih belum bisa bersaing dengan SMA lain di Sumatera Barat meskipun menjadi sekolah favorit di Sijunjung. Informasi-informasi yang didapatkan justru lebih update dan detail

Page 2: Mimpi Anak Desa Kuliah Di Jawa

karena sumbernya lansung didapatkan dari web resmi perguruan tinggi. Akreditasi jurusan dan perguruan tinggi juga merupakan informasi penting yang terus saya gali, informasi ini bisa dicari pada halaman resmi BAN PT sebagai badan akreditasi kementrian pendidikan. Setelah informasi penting tentang jurusan, kurikulum, akreditasi dan akademik lainnya beberapa informasi perlu diperhatikan seperti letak kampus, kos, pasar, jarak ke pusat kota, bandara, dan transpotasi umum sampai makanan dan budaya masyarakat sekitar.

Akhirnya ketika menjelang pendaftaran SNMPTN saya menetapkan pilihan di Teknik Industri ITS. Tekadku sudah bulat untuk melanjutkan kuliah di kampus perjuangan tersebut. Namun Sebelum fiksasi pilihan, saya meminta restu dari orang tua tentang pilihan tersebut, namun orang tua dan keluarga tetap berharap saya masuk Fakultas Kedokeran Unand. Masih ingat dalam ingatanku ketika memberi pemahaman kepada orang tua yang bersikukuh untuk melanjutkan ke kedokteran. kira-kira seperti ini, “Ayah dan Ibu tersayang, saya memilih Teknik Industri tersebut sudah dengan keyakinan dan tekad yang bulat. Saya sudah pertimbangkan untuk kuliah di Teknik atau kedokteran. Saya sadar setelah berpikir, ketika masuk kedokteran akan menempuh pendidikan empat tahun minimal plus dua tahun Co-As serta empat sampai lima tahun lagi untuk spesialis. Artinya saya butuh 11 tahun untuk mencapai predikat dokter spesialis, namun kalau kuliah di Teknik cukup pendidikan sarjana selama empat tahun dan saya punya waktu tujuh tahun untuk bisa mencapai tingkat manajer di sebuah perusahaan”. Begitulah analogi yang saya kemukakan kepada orang tua dan dengan segala pertimbangan beliau menyetujui dan merestui untuk melanjutkan kuliah di jurusan Teknik Industri ITS.