metode ordinary kriging dan cross section dalam …

120
METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM PENENTUAN LAMA PENGGALIAN BATUBARA TAMBANG TERBUKA PT. ALLIED INDO COAL JAYA TUGAS AKHIR Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Pertambangan Oleh : VERA SYAFITRI 1410024427152 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN YAYASAN MUHAMMAD YAMIN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG 2018

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS

SECTION DALAM PENENTUAN LAMA

PENGGALIAN BATUBARA TAMBANG TERBUKA

PT. ALLIED INDO COAL JAYA

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Teknik Pertambangan

Oleh :

VERA SYAFITRI

1410024427152

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN YAYASAN MUHAMMAD YAMIN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI

(STTIND) PADANG

2018

Page 2: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul

Nama

NPM

Program Studi

: Metode Ordinary Kriging dan Cross Section dalam

Penentuan Lama Penggalian Batubara Tamabang

Terbuka PT. Allied Indo Coal Jaya

: Vera Syafitri

: 1410024427152

: Teknik Pertambangan

Padang, Agustus 2018

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Ahmad Fauzi Pohan, S.Pd, M.Sc Rusnoviandi, ST, MM

NIDN. 1012019002 NIDK. 8824210016

Ketua Prodi Ketua STTIND

Dr. Murad MS, MT H. Riko Ervil, MT

NIDN. 1014057501 NIDN. 007116308

Page 3: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION

DALAM PENENTUAN LAMA PENGGALIAN BATUBARA

TAMBANG TERBUKAPT. ALLIED INDO COAL JAYA

Nama

Npm

Pembimbing I

Pembimbing II

: Vera Syafitri : 1410024427152 : Ahmad Fauzi Pohan, S.Pd, M.Sc

: Rusnoviandi, ST, MM

ABSTRAK

Penentuan jumlah cadangan dan lama penggalian batubara sangat

diperlukan, salah satu usaha untuk menentukan jumlah cadangan batubara adalah

perhitungan cadangan dengan metode geostatistik dan konvesional. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebaran ketebalan batubara di PT.

Allied Indo Coal Jaya, jumlah cadangan serta lama penggalian batubara.Pada

penelitian ini metode yang digunakan adalah metode ordinary kriging dan cross

section. Dari hasil pengamatan dan pengolahan data di lapangan, di ketahui

bahwasanya batubara di PT. Allied Indo Coal Jaya cenderung mengelompok pada

ketebalan yang relatif tebal dengan jumlah cadangan batubara dengan

menggunakan metode kriging di dapatkan sebesar 3.740.750 ton. Sedangkan

dengan metode cross section sebesar 3.609.114,99 ton. Sedangkan lama

penggalian batubara pada PT. Allied Indo Coal Jaya jika digali berdasarkan target

produksi 15.000 ton/bulan adalah selama 21 tahun. Sedangkan jika digali

berdasarkan produksi aktual dilapangan sebesar 28.828,08 ton/bulan di dapatkan

lama penggalian 11 tahun.

Kata kunci :Geostatistik, Konvensional, Ordinary Kriging, Cross Section,

Produksi Aktual

Page 4: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

ORDINARY KRIGING AND CROSS SECTION METHODS IN OLD

DETERMINATION OF OPTIONAL COAL PT. ALLIED INDO

COAL JAYA

Name

: Vera Syafitri

Npm : 1410024427152

Promotor I

: Ahmad Fauzi Pohan, S.Pd, M.Sc

Promotor II

: Rusnoviandi, ST, MM

ABSTRACT

Determination of the amount of reserves and length of coal extraction is

very necessary, one of the efforts to determine the amount of coal reserves is the

calculation of reserves with conventional and conventional geostatistical methods.

The purpose of this research is to know the spread of coal thickness in PT. Allied

Indo Coal Jaya, the number of reserves and length of coal extraction. In this study

the method used is the ordinary kriging and cross section methods. From the

results of observation and data processing in the field, in the know that coal in PT.

Allied Indo Coal Jaya tends to cluster in a relatively thick thickness with the

amount of coal reserves using the kriging method obtained at 3,740,750 tons.

While the cross section method is 3.609.114,99 tons. While the long excavation of

coal at PT. Allied Indo Coal Jaya if excavated based on the production target of

15.000 tons/month is for 21 years. Whereas if excavated based on actual

production in the field of 28,828.08 tons/month in getting 11 years of excavation.

Keywords: Geostatistics, Conventional, Ordinary Kriging, Cross Section, Actual

Production.

Page 5: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa pencipta seluruh alam

semesta yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga

Penelitian Tugas Akhir yang berjudul “Metode Ordinary Kriging dan Cross

Section dalam Penentuan Lama Penggalian Batubara PT. Allied Indo Coal Jaya”

dapat terselesaikan.

Dalam penulisan ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dan

masih sangat jauh seperti apa yang diharapkan, oleh karena itu diharapkan kritik

dan saran yang sifatnya membangun sehingga nantinya dapat menjadi lebih baik

lagi.

Pada kesempatan ini diucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua Orang Tua yang selalu memberikan do’a dan motivasi baik moril

maupun materil.

2. Bapak H Riko Ervil, MT. Selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri

(STTIND) Padang.

3. Bapak Dr. Murad MS, MT. Selaku Ketua Program Studi Teknik Pertambangan

Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

4. Bapak Ahmad Fauzi Pohan, S.Pd, M.Sc. Selaku dosen pembimbing 1 dalam

penulisan tugas akhir ini.

5. Bapak Rusnoviandi, ST, MM. Selaku dosen pembimbing 2 dalam penulisan

tugas akhir ini.

6. Seluruh Dosen Teknik Pertambangan dan Karyawan Sekolah Tinggi Teknologi

Industri (STTIND) Padang.

3

Page 6: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

7. Rekan- rekan mahasiswa Program Studi Teknik Pertambangan

Demikianlah, semoga penelitian tugas akhir ini dapat

bermanfaat bagi

penulis dan pembaca, Amin.

Padang, Juli 2018

Penulis,

4

Page 7: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

DAFTAR ISI

Halaman

COVER

ABSTRAK..................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... ii

KATA PENGANTAR................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... viii

DAFTAR TABEL......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang Masalah.......................................................... 1

1.2 IdentifikasiMasalah................................................................ 4

1.3 Batasan Masalah..................................................................... 4

1.4 RumusanMasalah................................................................... 4

1.5 TujuanPenelitian..................................................................... 5

1.6 ManfaatPenelitian................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LandasanTeori........................................................................ 6

2.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan........................................ 6

2.1.2 Ganesa dan Jenis Batubara.......................................... 7

2.1.3 Klasifikasi Sumberdaya.............................................. 9

2.1.4 Analisis Statistik......................................................... 10 2.1.5 Variogram................................................................... 14

2.1.6 Kriging........................................................................ 19

2.1.7 Metode Penampang (CrossSection)............................ 20

2.1.8 Pemodelan dan Estimasi Cadangan............................ 21 2.1.9 Karakteristik DumpTruck............................................ 24

2.1.10 Karakteristik Excavator.............................................. 26

2.1.11 Lama Penggalian......................................................... 27

2.2 KerangkaKonseptual.............................................................. 28

BABIII METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian...................................................................... 30

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian.................................................. 30

3.2.1 Waktu Penelitian......................................................... 30

3.2.2 Lokasi Penelitian........................................................ 30

3.3 VariabelPenelitian................................................................... 31

3.4 Data danSumber Data............................................................. 32

3.4.1 Data............................................................................. 32

5

Page 8: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

3.4.2 Sumber Data 32

3.5 TeknikPengolahandanAnalisa Data 32

3.5.1 Penentuan Penyebaran Ketebalan Batubara 32

3.5.2 Perhitungan Cadangan dengan Kriging 38

3.5.3 Perhitungan Cadangan dengan

CrossSection 39 3.5.4 Perhitungan Lama Penggalian

41

3.6 Kerangka Metodologi 47

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 50

4.1.1 Data Primer 50

4.1.2 Data Sekunder 51

4.2 Pengolahan Data 52

4.2.1 Penyebaran Ketebalan Batubara 52

4.2.2 Penentuan Jumlah Cadangan 60

4.2.3 Penentuan Lama Penggalian Batubara 67

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data 71

5.1.1 Analisis Penyebaran Ketebalan Batubara 71

5.1.2 Analisis Jumlah Cadangan 74

5.1.3 Analisis Lama Penggalian Batubara 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 77

6.2 Saran 78

DAFTAR PUSATAKA

LEMBAR KONSULTASI

LAMPIRAN

Page 9: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

6

Page 10: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Hubungan Antara Sumberdaya dan Cadangan Batubara .............. 10

Gambar 2.2 Skewnes dari Kurva Histogram............................................................. 11

Gambar2.3 Diagram Pancar (Scatterplot) antara Dua Variabel ......................... 13

Gambar 2.4 Searching Area Variogram dengan AngleClasses dan

DistanceClasses ........................................................................................ 15

Gambar 2.5 Pencarian Pasangan Data pada Perhitungan Variogram

Eksperimental ............................................................................................ 15

Gambar 2.6 VariogramEksperimental ....................................................................... 16

Gambar 2.7 DumpTruck Ukuran Sedang PT. Allied Indo Coal Jaya ................ 25

Gambar 2.8 Excavator .................................................................................................... 26

Gambar 2.9 Diagram Kerangka Konseptual ............................................................. 28

Gambar 3.1 Kerangka Metodologi .............................................................................. 49

Gambar 4.1 Koordinat Isopac Batubara ..................................................................... 52

Gambar 4.2 Susunan Penulisan data SGeMS ........................................................... 53

Gambar 4.3 Penyebaran Ketebalan Batubara Seam B1......................................... 54

Gambar 4.4 Penyebaran Ketebalan Batubara Seam C1......................................... 54

Gambar 4.5 Penyebaran Ketebalan Batubara Seam C2......................................... 55

Gambar 4.6 Histogram Ketebalan Batubara Bin 10 ............................................... 55

Gambar 4.7 Histogram Ketebalan Batubara Bin 20 ............................................... 56

7

Page 11: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

Gambar 4.8 Susunan Penulisan Data Surfer ............................................................. 56

Gambar 4.9 Gambaran Ketebalan Batubara Seam B1 ........................................... 57

Gambar 4.10 Gambaran Ketebalan Batubara Seam C1 ........................................... 57

Gambar 4.11 Gambaran Ketebalan Batubara Seam C2 ........................................... 58

Gambar 4.12 Variogram Ketebalan Batubara Seam B1 .......................................... 58

Gambar 4.13 Variogram Ketebalan Batubara Seam C1 .......................................... 59

Gambar 4.14 Variogram Ketebalan Batubara Seam C2 .......................................... 59

Gambar 4.15 Frame Blok Penyebaran.......................................................................... 60

Gambar 4.16 KrigingSeam B1 ........................................................................................ 61

Gambar 4.17 KrigingSeam C1 ........................................................................................ 61

Gambar 4.18 KrigingSeam C2 ........................................................................................ 62

Gambar 4.19 Penampang Batubara ............................................................................... 63

8

Page 12: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Bobot Isi dan Faktor Pengembang dari Bermacam Material.. 41

Tabel 3.2 Faktor Bucket Alat Berat ........................................................................ 43

Tabel 4.1 CycleTime Alat Muat ............................................................................... 50

Tabel 4.2 CycleTime Alat Angkut ........................................................................... 51

Tabel 4.3 Perhitungan Cadangan dengan Metode Kriging .............................. 62

Tabel 4.4 Penaksiran Cadangan dengan Metode CrossSectionSeam B164

Tabel 4.5 Penaksiran Cadangan dengan Metode Cross SectionSeam C1 65

Tabel 4.6 Penaksiran Cadangan dengan Metode Cross Section Seam C2 66

Tabel 5.1 Hasil Analisis Statistik Univarian dan Bivarian .............................. 73

Tabel 5.2 Perbandingan Cadangan Metode Kriging dan CrossSection.. 74

Tabel 5.3 Lama Penggalian Batubara .................................................................... 75

9

Page 13: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A CycleTime Alat Muat

Lampiran B CycleTime Alat Angkut

Lampiran C Histogram Ketebalan Batubara

Lampiran D Cross Section Batubara

Lampiran E Tabel Kapasitas Bucket

Lampiran F Data Koordinat PT. Allied Indo Coal Jaya

Lampiran G Peta Geologi PT. Allied Indo Coal Jaya

Lampiran H Dokumentasi Lapangan

10

Page 14: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut UU Minerba No.4 Tahun 2009 dalam pasal 1 angka 1, yang

dimaksud dengan pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan

dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara

yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,

penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta

kegiatan pasca tambang.

Sistem penambangan adalah suatu cara atau teknik yang dilakukan untuk

mengambil endapan bahan galian yang mempunyai nilai ekonomis untuk diolah

lebih lanjut sehingga dapat memberikan keuntungan yang besar dengan

memperhatikan keamanan dan keselamatan kerja serta meminimalisasi dampak

lingkungan yang dapat ditimbulkan. Secara garis besarnya sistem dan metode

panambangan dibagi atas 4 (empat) bagian, yaitu sistem tambang terbuka (surface

mining), tambang dalam atau tambang bawah tanah (underground mining),

tambang bawah air (underwater mining) dan tambang ditempat (insitu mining).

PT. Allied Indo Coal Jaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang

pertambangan batubara dengan Izin Usaha Penambangan (IUP) dengan luas area

372,40 Ha. Kegiatan penambangan yang dilakukan PT. Allied Indo Coal Jaya

adalah tambang terbuka dan tambang bawah tanah.

Dalam setiap kegiatan pertambangan yang menjadi persoalan utama dalam

pembahasan metode estimasi cadangan adalah, bahwa endapan bahan galian harus

1

Page 15: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

2

dipertimbangkan sebagai suatu gambaran cadangan yang utuh. Dalam hal ini

faktor penting dalam menggambarkan suatu endapan bahan galian adalah

bagaimana pengelompokannya atau pengklasifikasiannya yang didasarkan atas

keadaan geologi, bentuk geometri, besarnya cut off grade, batas endapan dan

sistim penambangannya (Muhammad Amril Asy’ari, 2013).

Dalam penentuan sistem penambangan, jumlah cadangan sangat

diperlukan. Untuk menghitung jumlah cadangan batubara secara keseluruhan dan

menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk penggalian, maka

diperlukan perhitungan dan penggambaran cadangan secara rinci. Perhitungan

cadangan dapat memberikan taksiran kualitas (kadar/grade) dan kuantitas (tonase)

dari suatu cadangan, dalam hal ini adalah batubara.

Perkiraan sisa cadangan di PT. Allied Indo Coal Jaya belum dapat

dipastikan, karena perhitungan cadangan mengacu pada hasil pemboran eksplorasi

pada tahun 2008. Untuk mengevaluasi sisa cadangan batubara di PT. Allied Indo

Coal Jaya, maka perlu dilakukan perhitungan cadangan ulang dengan suatu

metode perhitungan cadangan yang tersedia berdasarkan dari data koordinat

isopac batubara yang ada. Oleh sebab itu, dilakukan pemodelan cadangan secara

geostatistik. Tujuan dari analisis geostatistika adalah untuk memprediksi suatu

bagian sebuah himpunan yang tersebar secara spasial dari hasil pengukuran

sehingga dapat dilakukan interpolasi pada data (Aldila Abid Awali, 2013).

Kriging adalah estimator geostatistik yang dirancang untuk melakukan

penaksiran kadar blok sebagai kombinasi linear dari contoh-contoh yang ada di

dalam/sekitar blok. Faktor bobot dipilih sedemikian rupa sehingga diperoleh

Page 16: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

3

varians estimasi yang minimum. Proses kriging ini memberikan harga-harga

pengestimasi kadar-kadar blok berdasarkan kadar-kadar conto yang sudah

dikoreksi (Muhammad Amril Asy’ari, 2013).

Pada pembahasan kriging ini, telah ada beberapa penelitian yang

dilakukan pada reservoir, mineral ataupun batubara. Diantaranya (Guskarnali,

2016), (Dedi Yulhendra dan Yoszi Mingsi Anaperta, 2013), (Maolin Zhang,

2016), (Muhammad Amril Asy’ari, 2013) dan (Aldila Abid Awali, 2013). Dimana

pada penelitiannya berhasil menggambarkan penyebaran kualitas dan ketebalan

dalam bentuk histogram, 2D maupun 3D, tonase cadangan, serta didapatkan

koefisien korelasi (tingkat kepercayaan) yang tinggi.

Agar metode kriging yang digunakan dapat dikatakan sesuai dan efektif,

maka dilakukan perbandingan dalam perhitungan cadangan dengan metode cross

section. Pada perbandingan ini nantinya akan dilihat perbedaan selisih jumlah

cadangan dari kedua metode ini, dan hal-hal apa saja yang menyebabkan adanya

perbedaan itu. Berdasarkan jumlah cadangan yang nantinya didapat, maka dapat

diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menggali batubara, sehingga

perusahaan dapat merancang kegiatan reklamasi yang akan dilakukan jauh hari

sebelumnya.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik mengambil bahasan tentang

“Metode Ordinary Kriging dan Cross Section dalam Penentuan Lama

Penggalian Batubara Tambang Terbuka PT. Allied Indo Coal Jaya”.

Page 17: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

4

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi

beberapa masalah diantaranya:

1. Perkiraan sisa cadangan batubara belum dapat dipastikan karena mengacu

pada hasil eksplorasi tahun 2008.

2. Belum adanya perhitungan cadangan secara geostatistik (kriging).

3. Belum adanya rancangan kegiatan reklamasi.

4. Tidak adanya pengecekan alat secara berkala (reparasi mingguan) yang dapat

menyebabkan terhentinya proses produksi saat alat rusak.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini masalah yang dibahas hanya dibatasi pada perkiraan

lama penggalian batubara tambang terbuka di PT. Allied Indo Coal Jaya

menggunakan metode ordinary kriging dan cross section.

1.4 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini, masalah yang dirumuskan antaralain:

1. Bagaimana penyebaran ketebalan batubara di PT. Allied Indo Coal Jaya?

2. Berapa jumlah cadangan batubara yang terdapat pada PT. Allied Indo Coal

Jaya?

3. Berapa lama perkiraan penggalian batubara sesuai dengan cadangan dan

produksi yang diperoleh pada PT. Allied Indo Coal Jaya?

Page 18: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

5

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Menganalisis penyebaran ketebalan batubara di PT. Allied Indo Coal Jaya.

2. Menganalisis jumlah cadangan yang terdapat pada PT. Allied Indo Coal Jaya.

3. Menentukan lama penggalian batubara sesuai dengan cadangan dan produksi

yang diperoleh pada PT. Allied Indo Coal Jaya.

1.6 Manfaaat Penelitian

1. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat menjadi informasi bagi PT. Allied Indo Coal Jaya

untuk mengetahui lama penggalian barubara sehingga dapar merencanakan

kegiatan reklamasi jauh hari sebelumnya.

2. Bagi Penulis

Dapat mengaplikasikan ilmu di bangku perkuliahan ke dalam bentuk

penelitian dan meningkatkan kemampuan peneliti dalam menganalisa suatu

permasalahan serta menambah wawasan peneliti khususnya dibidang

keilmuan teknik pertambangan

3. Bagi STTIND Padang

Hasil dari penetian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

referensi dan pedoman bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam

permodelan dengan geostatistik secara 3 (tiga) dimensi dengan metoda kriging

serta cross section bagi mahasiswa lainnya.

Page 19: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka ada beberapa landasan teori

yang penulis butuhkan, dan landasan teorinya adalah sebagai berikut:

2.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Allied Indo Coal (PT. AIC) merupakan perusahaan umum yang

melakukan kegiatan penambangan batubara dengan jenis perusahaan PKP2B

(perjanjian kerjasama perusahaan tambang batubara) sesuai dengan kontrak

No.J2/Ji.Du/25/1985. Dengan luas area 844 Ha. Awalnya perusahann ini

merupakan perusahaan swasta yang didukung oleh penanamaan modal asing.

kerja sama antara Allied Queesland Coalfleds (AQS) limited. Dari Australia

dengan PT. Mitra Abadi Sakti (PT. MAS) dari Indonesia dengan komposisi saham

masing masing 80% saham dan 20%. Pada tahun 1992 yang mengontrol seluruh

manajemen perusahan.

Pada awalnya kegiatan eksplorasi di Perambahan telah dilakukan oleh

pemerintahan Indonesia pada tahun 1975 dan 1983. Kegiatan eksplorasi di

lanjutkan oleh PT. AIC dalam tahun 1985 dan 1998 setelah kegiatan ekplorasi

selesai dilaksanakan, maka PT. AIC melakukan tambang terbuka yang

bekerjasama dengan devisi alat berat PT. United Traktor dalam pegembangan

peralatan penambangan. Pada tahun 1991 PT. AIC selaku pemilik kuasa

penambangan (KP) bekerjasama dengan kontraktor PT. Pama Persada Nusantara

hingga tahun 1996.

6

Page 20: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

7

Selanjutnya PT. AICJ melakukan kerjasama berturut-turut dengan

kontraktor PT. Berkelindo Jaya Pratama dan PT. Pasura Bina Tambang. Pada

tahun 2008 PT. Allied Indo Coal Jaya ( PT. AICJ) yang merupakan izin walikota

berupa kuasa penambangan dengan luas darah 372,40 Ha, kemudian pada tanggal

4 April 2010 memdapatkan Izin Usaha Penambangan (IUP) dengan luasa ara

372,40 Ha.

2.1.2. Ganesa dan Jenis Batubara

1. Ganesa Batubara

Menurut UU Minerba No.4 Tahun 2009 dalam pasal 1 angka 3, batubara

adalah endapan senyawa organik yang terbentuk secara alamiah dari sisa tubuh-

tumbuhan.

Ganesa batubara adalah batuan atau mineral yang secara kimia dan fisika

adalah heterogen dan dapat terbakar, yang mengandung unsur-unsur karbon,

hidrogen dan oksigen sebagai unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai

unsur tambahan. Zat lain yaitu senyawa anorganik pembentuk ash (silika,

lempung, pasir kuarsa, batu kapur) tersebar sebagai partikel zat mineral di seluruh

senyawa batubara.

Sumberdaya batubara (coal resource) adalah bagian dari endapan batubara

yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Sumberdaya batubara ini dibagi dalam

kelas-kelas sumberdaya berdasarkan tingkat keyakinan geologi yang ditentukan

secara kualitatif oleh kondisi geologi/tingkat kompleksitas dan secara kuantitatif

oleh jarak titik informasi. Sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan

apabila setelah dilakukan kajian kelayakan dinyatakan layak.

Page 21: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

8

Cadangan batubara (coal reserve) adalah bagian dari sumberdaya batubara

yang telah diketahui dimensi, sebaran kuantitas, dan kualitasnya, yang pada saat

pengkajian kelayakan dinyatakan layak untuk ditambang.

2. Rank Batubara

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang di kontrol oleh tekanan,

panas dan waktu, batubara pada umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit,

bituminus, sub-bituminus, lignit dan gambut.

a. Antrasit.

Kelas batubara tertinggi dengan warna hitam berkilauan (luster) metalik,

mengandung antara 86%-98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang

dari 8%.

b. Bituminus.

Jenis batubara ini mengandung 68%-86% unsur karbon (C) dan berkadar

air 8%-10% dari beratnya. Kelas batubara ini yang paling banyak

ditambang di Indonesia, tersebar di pulau Sumatera dan Kalimantan.

c. Sub-bituminus.

Batubara ini mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh

karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan

bituminus.

d. Lignit.

Lignit atau biasa di sebut batubara coklat adalah batubara yang sangat

lunak yang mengandung air 35%-75% dan memiliki kadar karbon 60%.

Page 22: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

9

e. Gambut.

Batubara ini memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling

rendah.

2.1.3. Klasifikasi Sumberdaya

Klasifikasi sumberdaya dan cadangan batubara didasarkan pada tingkat

keyakinan geologi dan kajian kelayakan. Pengelompokan tersebut mengandung

dua aspek, yaitu aspek geologi dan aspek ekonomi (SNI 5015:2011).

1. Aspek Geologi

Berdasarkan tingkat keyakinan geologi, sumberdaya terukur harus

mempunyai tingkat keyakinan yang lebih besar dibandingkan dengan sumberdaya

terunjuk, begitu pula sumberdaya terunjuk harus mempunyai tingkat keyakinan

yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumberdaya tereka. Sumberdaya terukur

dan terunjuk secara berturut-turut dapat ditingkatkan menjadi cadangan terkira

dan terbukti apabila telah memiliki kriteria yang layak. Tingkat keyakinan geologi

tersebut secara kuantitatif dicerminkan oleh jarak titik informasi (singkapan,

lubang bor).

2. Aspek Ekonomi

Ketebalan minimal lapisan batubara yang dapat ditambang dan ketebalan

maksimal lapisan pengotor yang tidak dapat dipisahkan pada saat ditambang, yang

menyebabkan kualitas batubaranya menurun karena kandungan abunya

meningkat, merupakan beberapa unsur yang terkait dengan aspek ekonomi dan

perlu diperhatikan dalam menggolongkan sumberdaya batubara.

Page 23: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

10

Berikut hubungan antara sumberdaya dan cadangan berdasarkan JORC

2012.

Sumber: JORC Code, 2012 Edition.

Gambar 2.1 Hubungan antara Sumberdaya dan Cadangan Batubara.

2.1.4. Analisis Statistik

Analisis statistik digunakan untuk melihat kecenderungan pola penyebaran

suatu kumpulan data. Berdasarkan analisis statistik ini dapat dijelaskan

hubungan/korelasi dan kecenderungan/trend data sehingga dapat ditentukan

metode penaksiran yang sesuai dengan pola penyebaran data yang dimiliki.

Adapun analisis statistik yang umumnya digunakan adalah:

1. Statistik Univarian

Merupakan metode statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan

antar masing-masing data dari suatu populasi tanpa memperhatikan lokasi dari

data-data tersebut. Statistik univarian digunakan untuk menggambarkan distribusi

Page 24: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

11

dari peubah-perubah tunggal yang ditampilkan dalam bentuk histogram

(Guskarnali, 2016).

Histogram merupakan suatu gambaran dari distribusi suatu data ke dalam

beberapa kelas yang memiliki interval kelas tertentu dan kemudian menentukan

jumlah data dari masing-masing kelas (frekuensi).

Gambar 2.2 Skewnes dari Kurva Histogram; (a) Teksimetris Positif. (b) Simetris.

(c) Teksimetris Negatif.

2. Statistik Bivarian

Statistik bivarian adalah metode statistik yang digunakan untuk

menganalisis hubungan dari 2 (dua) kumpulan data atau variabel populasi yang

berbeda yang terletak pada lokasi yang sama, berupa grafik scatterplot. Kegunaan

scatterplot adalah untuk membedakan kumpulan populasi yang berbeda dan

mempermudah identifikasi data atau variabel yang mempunyai nilai ekstrim.

Analisis yang dilakukan pada metode ini adalah korelasi (Mulya G, 2009).

Page 25: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

12

Korelasi merupakan suatu hubungan antara satu variabel dengan variabel

lainnya dalam bentuk diagram pencar (scatterplot) yang menunjukkan hubungan

antara kedua variabel tersebut, dimana koefisien korelasi (r) mempunyai nilai -1 ≤

r ≤ 1. Beberapa penyebaran 2 (dua) kumpulan data yang mungkin terjadi:

a. Memanjang tegak (mendekati sejajar dengan sumbu vertikal).

b. Memanjang rebah (mendekati sejajar dengan sumbu horizontal).

c. Memanjang ke kanan atas.

d. Memanjang ke kanan bawah.

e. Bulat tidak menunjukkan arah yang pasti.

Perhitungan koefisien korelasi pada dasarnya dapat dikelompokkan

menjadi 3 (tiga) kelompok besar yaitu:

a. Korelasi positif kuat.

Korelasi positif kuat apabila hasil perhitungan korelasi mendekati +1 atau

sama dengan +1. Ini berarti bahwa setiap kenaikan nilai pada variabel X akan

diikuti dengan kenaikan nilai variabel Y. Sebaliknya, jika variabel X mengalami

penurunan, maka akan diikuti dengan penurunan variabel Y. b. Korelasi negatif

kuat

Korelasi negatif kuat apabila hasil perhitungan korelasi mendekati -1 atau

sama dengan -1. Ini berarti bahwa setiap kenaikan nilai pada variabel X akan

diikuti dengan penurunan skor/nilai variabel Y. Sebaliknya, jika variabel X turun,

maka nilai variabel Y akan naik.

Page 26: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

13

c. Tidak ada korelasi

Tidak ada korelasi, apabila hasil perhitungan korelasi mendekati 0 atau

sama dengan 0. Hal ini berarti bahwa naik turunnya nilai satu variabel tidak

mempunyai kaitan dengan naik turunnya nilai variabel yang lainnya. Apabila nilai

variabel X naik tidak selalu diikuti dengan naik atau turunnya nilai variabel Y,

demikian juga sebaliknya.

Gambar 2.3 Diagram Pancar (Scatterplot) antara Dua Variael

3. Statistik Spasial (Geostatistik)

Merupakan metode statistik yang digunakan untuk menganalisis kumpulan

data atau variabel teregional dengan mempertimbangkan faktor ruang (spasial)

dari data-data tersebut. Geostatistik merupakan suatu studi secara statistik

mengenai fenomena alam, dimana diterapkan suatu rumus fungsi acak dengan

tujuan untuk mengetahui dan mengestimasi fenomena alam tersebut.

Suatu peubah yang terdistribusi dalam ruang disebut sebagai variabel

terregional (regionalized variable). Variabel ini umumnya mencirikan suatu

Page 27: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

14

fenomena tertentu, misalnya kadar bijih yang merupakan karakteristik suatu

mineral. Matheron (1963) menjelaskan bahwa gejala geologi mempunyai peubah

teregional yaitu nilai conto selalu mempunyai hubungan letak ruang dengan conto

lainnya. Semakin dekat nilai dua titik conto, semakin besar hubungan letak

ruangnya. Fenomena alam yang menyajikan variabel teregional disebut

regionalisasi. Secara matematis peubah teregional merupakan penyajian fungsi

f(x) yang menempati setiap titik pada ruang.

Dua buah nilai data dengan letak berdekatan mempunyai kemungkinan

lebih besar untuk bernilai seragam dibandingkan dengan dua nilai data yang saling

berjauhan. Untuk menaksir kadar bijih guna mengkuantifikasi korelasi ruang antar

conto digunakan suatu perangkat statistik yang disebut variogram.

2.1.5. Variogram

Variogram menggambarkan selisih rata-rata antara harga titik percontoh

yang terpisah oleh jarak pada arah tertentu atau titik-titik yang dipisahkan oleh lag

tertentu (Muhammad Amril Asy’ari, 2013).

Menjelaskan istilah angle classes (θ±α/2) dan distance classes (h±_h)

sebagai toleransi untuk menghitung pasangan data dengan jarak antar data yang

tidak teratur. Semua titik conto atau data yang berada pada search area yang

didefinisikan dengan angle classes dan distance classes akan dianggap sebagai

titik-titik conto yang berjarak h dari titik xo (titik origin) pada arah yang

dimaksud.

Page 28: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

15

Gambar 2.4 Searching Area Variogram dengan Angle Classes (θ±α/2) dan

Distance Classes (h±_h)

1. Variogram Eksperimental

Variogram eksperimental dibuat berdasarkan pengukuran korelasi spasial

antara 2 (dua) conto/data yang dipisahkan dengan jarak tertentu sebesar h. Data

tersebut merupakan data yang diperoleh dari pengukuran di lapangan, dapat

berupadata kadar, ketebalan, ketinggian topografi, porositas, dan permeabilitas.

Pencarian pasangan data dalam variogram dapat diilustrasikan pada (Gambar 2.5):

Gambar 2.5 Pencarian Pasangan Data pada Perhitungan Variogram Eksperimental

Kemudian hasil perhitungan variogram di plot pada suatu koordinat kartesian

antar jarak antar pasangan data (h) dan variogram γ(h) sepeti yang

terlihat pada Gambar 2.6 di bawah ini:

Page 29: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

16

Gambar 2.6 Variogram Eksperimental

Parameter variogram eksperimental diharapkan memiliki nilai nugget

effect yang kecil, sill yang besar dan range yang besar (Guskarnali, 2016).

2. Fitting Variogram

Metode yang umum digunakan dalam melakukan fitting variogram ada 2

(dua), yaitu: metode visual dan metode least square. Para ahli geostatistik lebih

banyak menggunakan metode visual (manual) untuk fitting variogram karena

hasilnya sudah cukup memuaskan.

Parameter fitting variogram dikatakan valid jika terlihat hasil model

variogram yang dipilih beserta parameternya berimpit atau overlay (Guskarnali,

2016). Namun, pekerjaan ini sangat tergantung dari pengalaman dan sense

seseorang. Tujuan dari fitting ini adalah untuk menentukan parameter geostatistik

seperti a, C, dan Co. Berikut ini adalah beberapa pedoman penting dalam

melakukan fitting variogram:

Page 30: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

17

a. Variogram yang mempunyai pasangan conto yang sangat sedikit agar

diabaikan.

b. Nugget variance (Co) didapat dari perpotongan garis tangensial dari beberapa

titik pertama variogram dengan sumbu Y.

c. Sill (Co+C) kira-kira sama dengan atau mendekati varians populasi. Garis

tangensial di atas akan memotong garis sill pada jarak 2/3 range (a), sehingga

dapat dihitung harga range.

d. Interpretasi nugget variance untuk variogram dengan sudut toleransi 180°

(variogram rata-rata) akan sangat membantu untuk memperkirakan besarnya

nugget variance.

e. Nugget variance diambil dari multiple variogram (dalam berbagai arah).

f. Dalam multiple variogram, best spherical line sebaiknya lebih mendekati

variogram yang mempunyai pasangan contoh yang cukup.

3. Variogram Model

Model variogram yang dikodekan sebagai jumlah dari satu atau lebih

model sederhana (dan opsional struktur anisotropi). Sebuah model variogram

sederhana dinotasikan dengan , C tersebut (variance) faktor skala

vertikal, Mod tipe model, dan a kisaran (horisontal, faktor skala jarak) dari model

sederhana. Jika Mod adalah model transitif (yaitu setelah jarak beberapa, atau

asimtotik sebagai model sederhana mencapai maksimum tertentu) maka

adalah ambang parsial dari model dan covariogram sederhana yang sesuai dengan

model variogram.

Page 31: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

18

4. Anisotropi dan Isotropi

Terdapat dua jenis variogram yaitu isotropi dan anisotropi. Perbedaannya

adalah isotropi hanya bergantung pada jarak sedangkan anisotropi tidak hanya

bergantung pada jarak namun juga pada arah persebaran (Guskarnali, 2016).

Sementara model semivariogram yang sering digunakan untuk menginterpolasi

data pengamatan secara teoritis yaitu spherical, eksponensial dan gausian.

Perilaku suatu variabel teregional (regionalized variable) dalam ruang 3

(tiga) dimensi dapat diselidiki dengan cara membuat variogram dalam berbagai

arah. Pada umumnya variogram dibuat dalam beberapa arah yang berbeda-beda

karena jarak (h) merupakan suatu vektor. Suatu penyelidikan perubahan γ(h)

sesuai dengan arah orientasinya memungkinkan munculnya suatu anisotropi.

Apabila variogram-variogram yang dibuat dalam berbagai arah sama,

maka dapat diartikan bahwa γ(h) merupakan suatu fungsi dari harga-harga

absolute vector H h12 h2

2 h3

3 ,jika h1, h2, dan h3 adalah komponen vector

h, sehingga dikatakan bahwa endapan tersebut adalah isotropi (homogen).

Model anisotropi adalah model variogram yang mempunyai bentuk

berbeda pada arah yang berbeda. Untuk membuat suatu variogram anisotropi

perlu dibuat variogram secara incremental, pada umumnya dilakukan dengan cara

trial and error. Pada proses pencarian data perlu dilakukan penentuan toleransi

jarak dan toleransi sudut (angle of classes dan dictance classes). Secara umum

dikenal dua macam anisotropi, yaitu anisotropi geometris dan anisotropi zonal.

Kondisi anisotropi geometri akan menyebabkan range berubah pada berbagai

arah, namun nilai sill akan tetap. Jika digambarkan pada bidang, range anisotropi

Page 32: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

19

geometri akan membentuk ellips. Sedangkan, anisotropi zonal terjadi jika

variogram pada arah tertentu sangat berbeda sekali.

2.1.6. Kriging

Kriging adalah metode geostatistik yang digunakan untuk mengestimasi

nilai dari sebuah titik atau blok sebagai kombinasi linier dari nilai conto yang

terdapat disekitar titik yang akan diestimasi. Bobot kriging diperoleh dari hasil

variansi estimasi minimum dengan memperluas penggunaan semi-variogram.

Estimator kriging dapat diartikan sebagai variabel tidak bias dan penjumlahan dari

keseluruhan bobot adalah satu. Bobot inilah yang dipakai untuk mengestimasi

nilai dari ketebalan, ketinggian, kadar atau variabel lain.

Kriging memberikan lebih banyak bobot pada conto dengan jarak terdekat

dibandingkan dengan conto dengan jarak lebih jauh, kemenerusan dan anisotropi

merupakan pertimbangan yang penting dalam kriging, bentuk geometri dari data

dan karakter variabel yang diestimasi serta besar dari blok juga ditaksir.

Sifat-sifat kriging sebagai berikut:

1. Struktur dan korelasi variabel melalui fungsi γ(h).

2. Hubungan geometri relatif antar data yang mencakup hal penaksiran dan

penaksiran volume melalui (Si,Sj) (hubungan antar data) dan sebagai (Si,V)

(hubungan antara data dan volume).

3. Jika variogram isotrop dan pola data teratur, maka sistem kriging akan

memberikan data yang simetri.

4. Dalam banyak hal hanya conto-conto di dalam blok dan di sekitar blok

memberikan estimasi dan mempunyai suatu faktor bobot masing-masing nol.

Page 33: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

20

5. Dalam hal ini jangkauan radius conto yang pertama atau kedua pertama tidak

memengaruhi (tersaring).

6. Efek screen ini akan terjadi, jika tidak ada nugget effect atau kecil sekali ε =

C0/C.

7. Efek nugget ini menurunkan efek screen.

8. Untuk efek nugget yang besar, semua conto mempunyai bobot yang sama.

9. Contoh–contoh yang terletak jauh dari blok dapat diikutsertakan dalam

estimasi ini melalui harga rata-ratanya. (sumber: Tesis Estimasi Sumberdaya

Batu Gamping, dengan Metode Kriging Blok 3 Dimensi oleh Mulya

Gusman.2009)

2.1.7. Metode penampang (Cross Section)

Metode penampang (cross section) adalah salah satu metode estimasi

cadangan secara konvensional, prinsip dari metode ini adalah dengan cara

membagi endapan menjadi beberapa section dengan interval tertentu, jarak yang

sama atau berbeda sesuai dengan keadaan geologi dan kebutuhan penambangan.

Dalam metode ini perhitungan volume sumberdaya atau cadangan dilakukan

dengan mengetahui luar area masing-masing sayatan kemudian dilakukan dengan

panjang blok ataupun blok yang besar dibagi menjadi blok-blok yang lebih kecil.

Volume total didapatkan dengan penjumlahan masing-masing blok tersebut.

Didasarkan pada pembuatan blok maka terdapat beberapa cara dari metode

ini, yaitu blok penambangan dibatasi oleh 2 buah penampang dan sebuah bidang

permukaan yang tidak teratur dan masing-masing blok terakhir dibatasi oleh

bidang permukaan yang tidak teratur.

Page 34: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

21

2.1.8. Pemodelan dan Estimasi Cadangan

Pemodelan dan estimasi cadangan adalah suatu kegiatan yang menjadi

dasar perencanaan tambang. Pemodelan dan estimasi cadangan harus dilakukan

sebelum kegiatan penambangan dimulai. Berikut ini adalah beberapa alasan

dilakukannya pemodelan dan estimasi cadangan:

1. Memberikan estimasi kuantitas (tonase) dan kualitas (kadar) cadangan bijih.

2. Memberikan perkiraan bentuk tiga dimensi (3D) cadangan bijih dan distribusi

spasial dari kadarnya. Hal ini sangat membantu dalam penentuan cara

penambangan, metode penambangan, rancangan push back, serta perencanaan

peralatan dan tenaga kerja.

3. Jumlah cadangan akan menentukan umur tambang.

4. Batas-batas kegiatan penambangan dibuat berdasarkan taksiran cadangan.

Penentuan lokasi pabrik pengolahan, bengkel, dan fasilitas pendukung

lainnya harus dipilih secara tepat sehingga kegiatan penambangan dapat berjalan

secara efektif dan efisien.

Model cadangan yang dibuat merupakan pendekatan dari kenyataan dan

dibuat berdasarkan informasi dan data-data yang dimiliki. Model cadangan dan

hasil estimasi cadangan selalu mengandung unsur ketidakpastian. Namun suatu

model cadangan dan taksiran cadangan yang baik harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

1. Suatu penaksiran cadangan harus mencerminkan secara tepat kondisi geologi

dan karakter mineralisasinya.

Page 35: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

22

2. Suatu model cadangan bijih yang akan digunakan untuk perancangan tambang

harus konsisten dengan metode penambangan dan teknik perencanaan

tambang yang akan diterapkan.

3. Model cadangan harus dibuat dari data-data faktual dan diolah secara objektif.

Data yang digunakan harus didapat dari kegiatan eksplorasi yang terpercaya

dan pembobotan data yang berbeda dilakukan dengan alasan yang jelas.

4. Model yang dibuat harus dapat dilakukan verifikasi. Verifikasi perlu

dilakukan karena kesalahan kecil pada suatu nilai individu dapat memberikan

efek terhadap penghalusan korelasi, analisis statistik parameter, ataupun

geostatistik. Sumber kesalahan ini dapat berupa human error (proses

pemasukan data) ataupun kesalahan saat menentukan asumsi, batasan maupun

saat korelasi.

Verifikasi dilakukan sebelum dan sesudah model dibuat, hal ini dilakukan

untuk melihat apakah terjadi kesalahan dalam proses pemodelan. Dengan

melakukan verifikasi dapat diketahui kecenderungan distribusi kadar dan tonase

dalam model grid atau blok dibanding hasil sebenarnya dari penambangan.

Beberapa cara dan langkah verifikasi yang dapat dilakukan adalah sebagai

berikut:

a. Melakukan analisis statistik data.

Kadar blok hasil pemodelan dibandingkan dengan kadar conto yang

digunakan (assay atau komposit). Analisis dilakukan berdasarkan statistik

dasar meliputi nilai rata-rata (mean), nilai tengah, kuartil atas, kuartil bawah,

Page 36: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

23

dan lain-lain. Selain itu, dilihat juga kecenderungan distribusi data meliputi

angka ketaksimetrisan (skewness), kurtosis, dan koefisien variasi.

b. Melakukan perhitungan secara terpisah.

Dilihat apakah taksiran yang diperoleh sensitif terhadap perubahan

parameter penaksiran. Dicoba untuk melakukan perhitungan dengan

mengganti secara coba-coba terhadap parameter range (daerah pengaruh).

c. Melakukan evaluasi terhadap basis data assay.

Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan analisis assay cutting hasil

pemboran pada saat kegiatan produksi dengan data dari bor inti.

d. Melakukan pengamatan secara manual dan visual.

Cara ini dilakukan dengan cara membandingkan koordinat titik data

hasil survey (peta pemboran) dengan penampang blok hasil pemodelan. Dari

sini dapat dilihat apakah kadar blok diekstrapolasikan terlalu jauh ke daerah

yang tidak ada data pemboran. Kemudian dibandingkan dengan peta kerja dari

kegiatan penambangan, apakah model yang kita buat sesuai atau tidak.

Hasil penaksiran dan perhitungan cadangan akan mempunyai tingkat

kepercayaan yang berbeda-beda. Tingkat kepercayaan suatu hasil perhitungan dan

penaksiran cadangan sangat tergantung kepada:

a. Kebenaran dan kelengkapan pengetahuan dalam memahami dan mempelajari

data badan bijih. Hasil penaksiran seseorang yang telah paham tentang kaidah

penaksiran dan genesa mineral bijih akan lebih meyakinkan dibandingkan

hasil penaksiran seseorang yang hanya bertindak sebagai operator.

Page 37: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

24

b. Kerapatan data (grid density) dapat dipercaya sebagai data dasar. Data dengan

pengambilan sampel dengan jarak yang dekat lebih meyakinkan daripada data

dengan jarak yang jauh.

c. Dalam menentukan asumsi dan pendekatan variabel interpresi dilakukan

secara bertanggung jawab baik dari aspek ilmiah maupun aspek teknis.

d. Perhitungan penaksiran cadangan menggunakan rumus dan pemodelan yang

tidak melanggar kaidah matematika yang ada.

2.1.9. Karakteristik Dump Truck

1. Definisi Dump Truck

Dump truck adalah alat yang dapat memindahkan material pada jarak

menengah sampai jarak jauh (500 meter up). Muatannya diisikan oleh alat

pemuat, sedangkan untuk membongkar muatannya dapat bekerja sendiri. Dump

truck dapat menumpahkan muatannya secara hidrolis yang menyebabkan satu sisi

baknya terangkat, sedangakn satu sisi lain berfungsi sebagai sumbu putaran atau

engsel. Dalam industri pertambangan khususnya pertambangan terbuka (open pit

mining) truck digunakan untuk memindahkan material hasil tambang maupun

material tanah penutup barang tambang. Untuk menigkatkan produktivitas

pertambangan maka diperlukan adanya alat transportasi pertambangan yang

memiliki fasilitas besar dan perfoma yang baik.

Kapasitas sebuah Off-Road Mining Dump Truck ditentukan oleh kapasitas

dump body-nya. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik maka di

perlukan dump body dengan performa yang baik serta aman untuk digunakan.

Page 38: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

25

2. Jenis-Jenis Dump Truck

Dump truck ada dua golongan ditinjau dari besar muatannya :

a. On High Way Dump Truck, muatannya dibawah dari 20 m3.

b. Off High Way Dump Truck, muatannya diatas 20 m3.

Jika dilihat dari cara pengosongan muatan, jenis truck dapat dibedakan

menjadi tiga yaitu:

a. End-Dump atau Rear Dump, yaitu Dump Truck dengan cara pengosongan

muatan ke belakang.

b. Side Dump, Dump truck dengan cara pengosongan kesamping.

c. Bottom-Dump, Dump truck dengan cara pengosongan kesamping.

Berdasarkan ukuran muatannya, dump truck dapat dibedakan menjadi tiga:

a. Ukuran kecil, memiliki kapasitas angkut maksimum 25 ton.

b. Ukuran sedang memiliki kapasitas 25 sampai 100 ton.

c. Ukuran besar jika kapasitasnya lebih dari 100 ton.

Gambar 2.7 Dump Truck Ukuran Sedang PT. Allied Indo Coal Jaya

Page 39: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

26

2.1.10. Karakteristik Excavator

Excavator adalah sebuah jenis alat berat yang terdiri dari mesin diatas roda

khusus yag dilengkapi dengan lengan (arm) dan alat pengeruk (bucket) yang

digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan berat berupa penggalian tanah yang

bisa dilakukan secara langsung oleh tangan manusia.

Gambar 2.8 Excavator

1. Bagian –bagian utama dari excavator antara lain:

a. Bagian atas yang dapat berputar (Revolving unit)

b. Bagian bawah untuk berpindah tempat (Travelling unit)

c. Bagian-bagian tambahan (attachment) yang dapat diganti sesuai dengan

jenis pekerjaan yang akan dilakukan.

Bagian- bagian tambahan yang penting diketahui adalah: crane,

shovel, backhoe, dragline, dan clam shell. Bagian bawah excavator ada yang

menggunakan roda rantai (crawler truck) ada yang dipasang di atas truck

(mounted truck).

Page 40: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

27

2. Unit Operasional Excavator

a. Operasional kerja menggunakan sistem hidrolik

b. Pengerakan arm bucket dan perputaran body kabin (swing) dapat dikontrol

melalui dua tuas utama yang ada di kanan-kiri sheat operator dalam kabin.

c. Travelling dikontrol oleh dua tuas yang dilengkapi dengan dua pedal

didepan sheet operator.

d. Penyetelan operasi mesin (RPM) dapat melalui display panel didepan

sheat operator.

2.1.11. Lama Penggalian

Lama penggalian adalah lamanya operasi penambangan atau waktu yang

dibutuhkan untuk menambang suatu endapan bahan galian dari suatu kegiatan

penambangan, yang didapat dari pembagian jumlah cadangan endapan bahan

galian yang ada dengan target produksi perusahaan tambang tersebut.

Lama penggalian berpengaruh terhadap biaya yang akan digunakan, yakni

semakin lama umur tambang maka biaya penambangan juga akan semakin besar.

Selain itu juga akan berpengaruh terhadap penggunaan penyangga, misalnya

untuk umur tambang yang lama kemungkinan akan menggunakan penyangga dan

untuk umur tambang yang singkat jika melihat segi ekonomis, lebih baik tidak

menggunakan penyangga (namun perlu memperhatikan geometri dan karakteristik

endapan maupun batuan samping).

Page 41: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

28

2.2. Kerangka Konseptual

Penelitian ini dapat digambarkan seperti skema kerangka konseptual di

bawah sebagai berikut ini:

INPUT

Data Primer terdiri

dari:

1. Cycle Time

excavator.

2. Cycle Time dump

truck.

Data Sekunder terdiri

dari:

1. Koordinat isopac

batubara seam B1.

2. Koordinat isopac

batubara seam C1.

3. Koordinat isopac

batubara seam C2.

PROSES Tahap

Kegiatan: 1. Penyebaran

ketebalan.

a. Pengolahan dan

pemodelan

dengan

software

SGeMS v.21

dan Surfer 11. 2. Jumlah cadangan.

a. Perhitungan

tonnase dengan

metode kriging

dan cross

section. 3. Lama penggalian.

a. Perbandingan

cadangan

dengan

produksi.

OUTPUT

1. Diketahuinya

penyebaran

ketebalan batubara

di PT. Allied Indo

Coal Jaya. 2. Diketahuinya

jumlah cadangan

yang terdapat pada

PT. Allied Indo

Coal Jaya. 3. Diketahuinya lama

penggalian

batubara sesuai

dengan produksi

aktual dan rencana

di PT. Allied Indo

Coal Jaya.

Gambar 2.9 Diagram Kerangka Konseptual

Page 42: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

29

Dari kerangka di atas dapat disimpulkan dengan data primer dan sekunder

yang di sediakan, maka dapat ditentukan gambaran model endapan ketebalan

batubara, jumlah cadangan batubara dan lama penggalian batubara pada PT.

Allied Indo Coal Jaya. Dengan cara menghitung produktivitas excavator dan

dump truck, hingga di dapatkannya produksi bulanan. Serta membandingkan

antara cadangan dan produksi renca serta aktual batubara hingga di dapatkannya

berapa umur tambang. Penggambaran endapan batubara dengan cara geostatistik

ini dianggap lebih teliti dan lebih memiliki tingkat persisi yang lebih tinggi.

Page 43: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian terapan, batasan yang

diberikan LIPI bahwa setiap penelitian terapan adalah setiap penelitian yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ilmiah dengan suatu tujuan praktis.

Berarti hasilnya diharapkan segera dapat dipakai untuk menunjang kegiatan

pembangunan yang sedang berjalan, penelitian untuk melandasi kebijakan

pengambilan keputusan atau administrator.

Senada dengan pendapat tersebut, Gay berpendapat bahwa penelitian

terapan adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji dan

mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan

masalah-masalah praktis.

3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

3.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama ± 12 hari yaitu pada tanggal 31 Mei

hingga tanggal 11 Juni 2018.

3.2.2. Lokasi Penelitian

Secara admitrasi lokasi penambangan PT. Allied Indo Coal Jaya berada di

Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatra Barat.

Wilayah tersebut terletak di sebelah Timur Laut Kota Padang. Secara geografis

wilayah IUP PT. Allied Indo Coal Jaya berada pada posisi E100˚46’48’’–

30

Page 44: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

31

E100˚48’47’’ dan S00˚35’34’’- S00˚36’59’’, dengan batas lokasi wilayah

kegiatan sebagai berikut:

a. Sebelah Utara: Wilayah Desa Batu Tanjung dan Desa Tumpuak Tangah

Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto.

b. Sebelah Timur: Wilayah Jorong Bukit Bua dan Kota Panjang Nagari V Kota

Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijujung .

c. Sebelah Selatan: Wilayah Jorong Panjang Nagari V Koto, Kecamatan Koto

VII. Kabupaten Sijunjung dan wilayah Desa Salak, Kecamatan Talawi, Kota

Sawahlunto .

d. Sebelah Barat: Wilayah Desa Salak dan Desa Sijantang Koto Kecamatan

Talawi, Kota Sawahlunto.

Untuk mencapai wilayah izin usaha pertambangan operasi produksi PT.

Allied Indo Coal Jaya dapat di tempuh dengan mengunakan jalur transportasi

darat Padang- Sawahlunto dengan kendaraan roda 4 (empat) dengan jarak ±90 km

atau dengan waktu tempuh ±3 jam.Selanjutnya dari Sawahlunto ke PT. Allied

Indo Coal Jaya dapat di tempuh dengan jarak ±12 km atau dengan waktu tempuh

± 25 menit.

3.3. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variable, yaitu variabel terikat dan

variabel bebas. Adapun variabel terikatnya adalah metode ordinary kriging dan

metode cross section. Sedangkan untuk variabel bebas adalah penentuan lama

penggalian batubara tambang terbuka PT. Allied Indo Coal Jaya.

Page 45: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

32

3.4. Data dan Sumber Data

3.4.1. Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder yang

diperoleh dari hasil pengamatan lapangan PT. Allied Indo Coal Jaya dan studi

literatur yang mendukung, data-datanya sebagai berikut:

1. Data Primer

a. Cycle Time excavator.

b. Cycle Time dump truck.

2. Data Sekunder

a. Koordinat isopac batubara seam B1.

b. Koordinat isopac batubara seam C1.

c. Koordinat isopac batubara seam C2.

3.4.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini berasal dari pengamatan

dan pengukuran langsung lapangan, dokumen milik PT. Allied Indo Coal Jaya

serta studi kepustakaan.

3.5. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Untuk menjawab tujuan penelitian, maka penulis menggunakan metode

sebagai berikut:

3.5.1. Penentuan Penyebaran Ketebalan Batubara

1. Analisis Statistik

a. Statistik Univarian

Interval kelas dari suatu histogram dapat dihitung dengan persamaan:

Page 46: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

33

Interval kelas = Range

, .................................. (3.1)

k

k 1 3,322 log( n) , ..................................... (3.2)

dengan Range adalah jangkauan data dan k adalah banyak data.

Parameter statistik lain yang dapat digunakan untuk analisis statistik univarian

adalah sebagai berikut:

a) Mean ( ) atau rata-rata adalah nilai yang mewakili sekelompok data dan

nilainya mempunyai kecenderungan berada ditengah-tengah populasi

(rata-rata dari populasi data), secara matematis dinyatakan dengan

persamaan:

1n n

n1 xi . .............................................. (3.3)

b) Median yaitu nilai pertengahan data yang telah disusun dari yang besar ke

yang kecil atau sebaliknya. Nilai tersebut terletak di tengah (jika jumlah

datanya ganjil) atau rata-rata kedua nilai di tengahnya (jika jumlah datanya

genap) dari suatu populasi data yang telah disusun dalam suatu jajaran

data.

Md Bo N / 2 Cf Ci , ............................... (3.4)

f .Md

dengan; Md: median, Bo: tepi kelas bawah kelas median, N: banyak data

observasi, Cf: frekuensi kumulatif kelas sebelum kelas median, f Md:

frekuensi kelas median dan Ci: interval kelas median.

Page 47: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

34

c) Modus yaitu nilai yang memiliki frekuensi terbesar atau nilai yang paling

banyak muncul dalam suatu populasi. Modus mungkin ada dan mungkin

juga tidak ada. Cara mencari modus untuk data berkelompok:

d 1

Mo BMo Ci , .................................. (3.5)

d 2

d1

dengan; Mo: modus, BMo: tepi kelas bawah kelas modus, d1: selisish

frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sebelumnya, d2: selisih

frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesudahnya dan Ci: interval

kelas modus.

d) Range yaitu ukuran variasi sederhana yang menyatakan penyebaran nilai

data. Range dinyatakan dengan persamaan:

Range X max imum X min imum . ...............................

(3.6) Akan tetapi range ini kurang cocok dalam suatu analisis statistik

univarian karena sangat sensitif terhadap nilai data yang ekstrim.

e) Varians (σ2) yaitu ukuran variansi yang menyatakan penyebaran data

disekitar rataan. Varians dinyatakan dengan persamaan:

n

xi 2

2

i1 . ............................................ (3.7)

n 1

f) Simpangan baku (σ) adalah akar kuadrat dari varians, merupakan nilai

yang mengukur rata-rata selisih jarak masing-masing nilai individu dari

suatu kelompok nilai terhadap rata-ratanya. Simpangan baku dinyatakan

dengan persamaan:

Page 48: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

35

n

xi 2

i1 . ........................................... (3.8)

(n 1)

g) Koefisian variasi adalah suatu parameter yang menunjukan keheterogenan

suatu kelompok data. Semakin besar nilai koefisien variansi, maka sifat

data tersebut semakin heterogen. Koefisien variansi dapat juga digunakan

untuk membandingkan 2 (dua) kelompok data. Koefisien variansi

dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

Koefisien variansi =

(3.9) . ......................................

h) Skewness atau ukuran kemiringan kurva adalah kecenderungan distribusi

data dilihat dari ukuran simetris atau tidaknya suatu kurva histogram.

Skewness positif menyatakan distribusi data lebih banyak berada pada nilai

yang lebih rendah sedangkan skewness negatif menyatakan data

terdistribusi lebih banyak pada nilai yang lebih tinggi. Skewness ini sangat

penting karena pada umumnya data geoscience (misalnya data distribusi

kadar mineral) memiliki distribusi data yang menunjukkan skewness

positif atau skewness negatif dan jarang dijumpai data yang memiliki

distribusi normal. Skewness dinyatakan dengan persamaan:

1 n

(xi )3

Skewness n

i1 . ............................. (3.10)

3

i) Kurtosis merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kecenderungan

keruncingan puncak data. Kurtosis dinyatakan dengan persamaan:

Page 49: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

36

(xi )4

n

Kurtosis i1 . ................................. (3.11) 4

Skewness maupun kurtosis pada umumnya digunakan untuk

menunjukkan apakah data terdistribusi normal atau tidak.

b. Statistik Bivarian.

Perhitungan koefisien korelasi dapat dinyatakan dengan persamaan di

bawah ini:

1

n (xi x )( yi y )

n

i1 , ............................ (3.12)

xy

dengan; : koefisien korelasi, n: jumlah data, xi xn : nilai variable x, yi yn :

nilai variable y, x : mean variable x, y : mean variable y, x : simpangan

baku variable y dan y : simpangan baku variable y.

2. Analisis Variogram

Variogram eksperimental dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:

n

(h) Z (xi) Z (xi h)2

i1 , .......................... ( 3.13)

2N (h)

dengan; (h) : variogram eksperimental, Z (xi) : nilai kadar pada lokasi ( xi ),

Z (xi h) : nilai kadar pada lokasi (xi h) dan N (h) : jumlah pasangan data.

Persamaan di atas hanya berlaku bagi data dengan jarak antar pasangan

(lag) yang sama sebesar h dan berarah 0°. Sedangkan untuk data yang memiliki

jarak antar conto tidak teratur diperlukan suatu toleransi untuk kedua variabel

tersebut (Dedi Yulhendra dan Yoszi Mingsi Anaperta, 2013).

Page 50: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

37

3. Kriging

Estimasi pada variabel tunggal biasa dilakukan dengan Ordinary Kriging

(OK). Ordinary kriging dapat digunakan sebagai penaksir cadangan global, tak

bias dengan variansi minimum dan merupakan kombinasi linear sehingga

ordinary kriging terkenal sebagai BLUE yaitu Best Linear Unbiased Estimator.

Penerapan teknik ordinary kriging dilapangan telah membuktikan bahwa hasil

taksiran sumberdaya dan cadangan akan akurat apabila dilakukan pada nilai

koefisien variansi mendekati satu, contoh cebakan seperti sedimenter dan porfiri

(Muhammad Amril Asy’ari, 2013).

Pada Ordinary Kriging hal – hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Nilai estimasi variabel blok

Nilai estimasi variabel dari masing-masing blok dilakukan dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut:

∑ . .......................................... (3.14)

2. Bobot dihitung dengan persamaan kriging berikut:

∑ ) ∑. ......... (3.15)

3. Varians kriging

Varians kriging dapat dinyatakan dengan persamaan: ∑ ) ) , .................... (3.16)

dengan; Z*: nilai taksiran kadar, ZI: nilai kadar yang dibobot, -γ (v,v) : nilai

rata-rata (h) jika salah satu ujung vektor h menunjukkan domain v(x) dan

ujung lainnya menunjukkan domain v(x) juga, -γ (v,V ): nilai rata – rata (h)

jika salah satu ujung vektor h menunjukkan domain V(x) dan ujung lainnya

Page 51: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

38

menunjukkan domain v(x) , -γ (V,V ) : nilai rata – rata (h) jika salah satu

ujung vektor h menunjukkan domain V(x) dan ujung lainnya menunjukkan

domain V(x) juga, 2K: varians kriging, γi: nilai bobot, μ: pengali lagrange.

3.5.2. Perhitungan Cadangan dengan Kriging

Menurut Muhammad Amril Asy’ari pada tahun 2013 dalam mengestimasi

cadangan ada tiga bagian yang dihitung. Diantaranya:

1. Estimasi kadar dan variansi kesalahan

Estimasi kadar dan varian kesalahan diperoleh dari hasil perhitungan

pada program kriging.

2. Estimasi ketebalan dan varian kesalahan

Estimasi ketebalan dan varian kesalahannya diperoleh dari hasil

perhitungan pada program kriging.

3. Estimasi cadangan dan rata-rata global kadar serta ketebalan

a. Untuk menghitung tonase pada suatu badan bijih atau endapan digunakan:

, ................................... (3.17)

dengan; V: volume satu blok, n: jumlah blok, d: berat jenis.

b. Untuk menghitung kadar rata-rata global digunakan formula:

n

Vi.gi

g i1 , ............................................ (3.18) n

Vi i 1

dengan; ∑ = volume cadangan dan ∑ = volume blok.

Page 52: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

39

c. Untuk menghitung ketebalan rata-rata global digunakan formula: ̅ ∑ , ............................................ (3.19)

dengan; ∑: jumlah ketebalan dan n: jumlah titik bor.

3.5.3. Perhitungan Cadangan dengan Cross Section

Pada prinsipnya perhitungan cadangan dengan menggunakan metoda

penampang ini adalah mengkuantifikasikan cadangan pada suatu areal dengan

membuat penampang-penampang yang representatif dan dapat mewakili model

endapan pada daerah tersebut. Pada masing-masing penampang akan diperoleh

(diketahui) luas batubara dan luas overburden. Volume batubara dapat diketahui

dengan mengalikan luas terhadap jarak pengaruh penampang tersebut.

Perhitungan volume tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan 1 (satu)

penampang, 2 (dua) penampang, atau juga dengan rangkaian banyak penampang.

1. Dengan menggunakan 1 (satu) penampang

Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa satu penampang

mempunyai daerah pengaruh hanya terhadap penampang yang dihitung saja.

Volume ( A d1) ( A d 2) , ......................... (3.20)

dengan; A: luas penampang, d1: jarak pengaruh penampang ke arah 1, d2:

jarak pengaruh penampang ke arah 2.

Page 53: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

40

2. Dengan menggunakan 2 (dua) penampang

Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa volume dihitung pada

areal di antara 2 penampang tersebut. Yang perlu diperhatikan adalah variasi

(perbedaan) dimensi antara kedua penampang tersebut. Jika tidak terlalu

berbeda, maka dapat digunakan rumus mean area.

S2

S1

V L(S1

S

2)

, ............................................. (3.21) 2

dengan; S1: luas penampang 1, S2: luas penampang 2, L: jarak antar

penampang, V: volume cadangan.

Dalam perhitungan cadangan, batubara uang akan ditambang dihitung

dalam satuan berat (tonase). Konversi satuan volume ke satuan berat dilakukan

dengan bantuan suatu faktor tonase berat jenis (density). Besar nilai density untuk

setiap material berbeda-beda. Nilai density untuk batubara adalah 1,3 ton/m3,

perhitungan tonase dinyatakan pada persamaan berikut:

Tonase volume density. .................................. (3.22)

Page 54: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

41

3.5.4. Perhitungan Lama Penggalian

1. Perhitungan Produktivitas Alat

a. Sweel Factor (faktor pengembangan tanah)

Menurut Yanto Indonesianto, (1999:6) sweel adalah pengembangan

volume suatu material setelah digali dari tempatnya (di alam). Material

didapati dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan baik sehingga hanya

sedikit bagian-bagian kosong (void) yang terisi udara diantara butir-butirnya.

Besarnya sweel factor dapat dihitung dengan persamaan berikut:

)

. ........................ (3.23)

Tabel 3.1

Bobot Isi dan Faktor Pengembang dari Bermacam Material

Macam Material Density lb/cu Sweel Factor In-Bank

Yd Corection Factor

Tanah liat kering 2300 0,85

Tanah liat basah 2800 – 3000 0,82 – 0,80

Anthrasite 2200 0,74

Bituminous 1900 0,74

Tanah biasa kering 2800 0,85

Tanah biasa basah 3320 0,85

Pasir kering 2200-3250 0,89

Pasir basah 3300-3600 0,88

(Sumber : PTM, Partanto, 1993:186)

Page 55: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

42

b. Produktivitas Alat Muat

Q q

3600

E

, ......................................... (3.24)

CTm

dengan; Q: produktivitas excavator per jam (m³ / jam), q: kapasitas produksi

per siklus (m³), E: efesiensi kerja, CTm: waktu siklus per detik.

Dimana kapasitas produksi persiklus excavator dapat ditemukan dengan

rumus (Partanto, 1995).

q ql K , ............................................ (3.25)

dengan; q: produktivitas per siklus (m³), ql: kapasitas bucket monjong (m³), K:

faktor bucket

c. Produktivitas Alat Angkut

Menurut Partanti Prodjosumarto (Pemindahan Tanah Mekanis, ITB,

Bandung, 1996). Menghitung produksi dump truck perjam dihitung dengan

rumus:

P q

3600

E

, ................................... (3.26) CTa

dengan; P: produksi dump truck per jam (m³/jam), q: kapasitas produksi per

siklus (m³), E: efesiensi kerja alat, CTa: waktu siklus (detik)

Kapasitas produksi per siklus dump truck dihitung dengan rumus :

q ql K n , ......................................... (3.27)

dengan; q: Kapasitas produksi per siklus (m³), ql: kapasitas bucket monjong

(m³), n: jumlah siklus yang diperlukan untuk mengisi dump truck, K: faktor

bucket (Partanto, 1993).

Page 56: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

43

Table 3.2

Faktor Bucket Alat Berat

No Jenis

Kondisi Muatan Faktor

Pekerjaan Bucket

1 2 3 4

Menggali dan memuat dari stockpile atau

material yang telah dikeruk excavator lain, yang

1 Ringan tidak membutuhkan daya gali dan dapat dimuat 1,0-0,8 munjung dalam bucket.

Contoh : pasir, tanah berpasir

Menggali dan memuat dari stockpile yang sulit

2 Sedang untuk digali dan dikeruk tetapi dapat dimuat

0,8-0,6 hamper munjung (antara peres dan munjung

penuh).

Memuat dan menggali batu pecah, tanah liat

3 Agak Sulit yang keras, pasir campur kerikil yang telah ada

0,6-0,5 di stockpile oleh excavator lain dan sulit mengisi

bucket dengan material tersebut.

4 Sulit Bongkahan batu besar dengan bentuk tidak

0,5-0,4 teratur dengan banyak rongga diantaranya.

Page 57: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

44

d. Waktu Edar (Cycle time)

Waktu edar merupakan waktu yang diperlukan oleh alat untuk

menghasilkan daur kerja. Semakin kecil waktu edar suatu alat, maka

produksinya semakin tinggi.

1) Waktu Edar Alat Muat

Merupakan total waktu pada alat muat, yang dimulai dari pengisian bucket

sampai dengan menumpahkan muatan ke dalam alat angkut dan kembali

kosong (Eugene P. Pfleider, 1972).

Ctm Tm1Tm2 Tm3 Tm4 , ............................... (3.28)

dengan; Ctm: total waktu edar alat muat (detik), Tm1: waktu untuk

menggali muatan (detik), Tm2: waktu swing bermuatan (detik), Tm3:

waktu untuk menumpahkan muatan (detik), Tm4: waktu swing tidak

bermuatan (detik)

2) Waktu Edar Alat Angkut

Waktu edar alat angkut pada umumnya terdiri dari waktu menunggu alat

untuk dimuat, waktu mengatur posisi untuk dimuati, waktu diisi muatan,

waktu mengangkut muatan, waktu dumping dan waktu kembali kosong.

(Eugene P. Pfleider, 1972).

Cta Ta1 ta2 Ta3 Ta4 Ta5 Ta6 Ta7 , .................. (3.29)

dengan; Cta: waktu edar alat angkut (menit), Ta1: waktu

mengambil posisi siap dimuati (menit), Ta2: waktu diisi muatan (menit),

Ta3: waktu mengangkut muatan (menit), Ta4: waktu mengambil posisi

Page 58: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

45

untuk penumpahan (menit), Ta5: waktu muatan ditumpahkan (menit), Ta6:

waktu kembai kosong (menit), Ta7: waktu tunggu (menit)

Waktu edar alat angkut ini merupakan waktu keseluruhan dari satu

siklus produksi yang terdiri dari :

1) Waktu Penempatan Posisi (Manuver Time), Ta1.

Adalah waktu penempatan dari alat angkut sampai siap untuk dimuati

kembali.

2) Waktu Pemuatan (Loading Time), Ta2.

Adalah waktu yang diperlukan alat muat untuk mengisi bak dari alat

angkut sampai penuh. Untuk yang bermuatan ore ada tambahan waktu

untuk pengisian kapur di lime feeder, Ta2’.

3) Waktu Pengangkutan (Hauling Time), Ta3.

Adalah waktu yang digunakan untuk pengangkutan material sampai ke

tempat penimbunan.

4) Waktu Mengambil Posisi Siap Dumping (Spoting Time), Ta4.

Adalah waktu yang dibutuhkan untuk memposisikan suatu alat angkut

sampai dengan siap untuk melakukan penumpahan material.

5) Waktu Penimbunan (Dumping Time), Ta5.

Adalah waktu yang dibutuhkan untuk menumpahkan material di tempat

penimbunan. Waktu penimbunan ini dipengaruhi oleh kondisi tempat

penimbunan (disposal), mudah atau tidak untuk manuver alat angkut dan

kondisi dari material yang akan ditumpahkan baik ukuran ataupun

kelengketannya.

Page 59: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

46

6) Waktu Kembali Kosong (Return Time), Ta6.

Adalah waktu yang diperlukan alat angkut untuk kembali ke tempat

pemuatan setelah melakukan penumpahan material di tempat penimbunan

(disposal). Merupakan total waktu pada alat muat, yang dimulai dari

pengisian bucket sampai dengan menumpahkan muatan ke dalam alat

angkut dan kembali kosong.

7) Waktu Tunggu (Spotting Time) Ta7

Pada saat alat kembali ke tempat pemuatan adakalanya alat tersebut perlu

antre dan menunggu sampai alat diisi kembali. Saat mengantre dan

menunggu ini yang disebut waktu tunggu.

2. Lama Penggalian

Untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menggali

batubara, dapat dihitung dengan:

LP TC ................................................. ( 3..30)

P

dengan; LP: lama penggalian (tahun), TC: total cadangan (ton), P: produksi

(ton/tahun)

Page 60: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

47

3.6. Kerangka Metodologi

Tahapan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini dapat dilihat pada

diagram dibawah ini.

Metode Ordinary Kriging dan Cross Section dalam

Penentuan Lama Penggalian Tambang Terbuka

PT. Allied Indo Coal Jaya

Identifikasi Masalah

1. Perkiraan sisa cadangan batubara belum dapat dipastikan karena

mengacu pada hasil eksplorasi tahun 2008.

2. Belum adanya perhitungan cadangan secara geostatistik (kriging).

3. Belum adanya rancangan kegiatan reklamasi.

4. Tidak adanya kegiatan reparasi mingguan terhadap alat.

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis penyebaran ketebalan batubara di PT. Allied Indo Coal

Jaya.

2. Menganalisis jumlah cadangan yang terdapat pada PT. Allied Indo Coal

Jaya.

3. Menentukan lama penggalian batubara sesuai dengan cadangan dan

produksi yang diperoleh pada PT. Allied Indo Coal Jaya.

A

Page 61: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

48

A

Pengumpulan Data

Data Primer

1. Cycle time excavator.

2. Cycle time dump truck.

Data Sekunder

1. Koordinat isopac batubara

seam B1.

2. Koordinat isopac batubara

seam C1.

3. Koordinat isopac batubara

seam C2.

Pengolahan Data

1. Studi lapangan dengan pengambilan dokumentasi dan perhitungan

data yang berhubungan dengan objek penelitian.

2. Studi pustaka buku-buku yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3. Penentuan penyebaran batubara dan cadangan dengan menggunakan

metode kriging dengan software SGeMS v.21 dan metode cross

section dengan software surfer 11.

B

Page 62: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

49

B

Analisa Data

Penyebaran ketebalan batubara akan dianalisa dengan menggunakan

metode statistik univarian dan bivarian. Serta jumlah cadangan yang di

dapat dengan menggunakan metode kriging dan cross section akan di

bandingkan dengan produksi aktual di lapangan serta produksi rencana

perusahaan, sehingga dapat diketahuinya lama waktu yang dibutuhkan

untuk penggalian batubara.

Hasil Penelitian

Jumlah cadangan yang didapatkan dengan menggunakan metode

kriging dan crosss section tidak memiliki perbedaan yang begitu

signifikan. Yang membedakannya hanyalah jumlah produksi aktual di

lapangan dengan jumlah produksi rencana perusahaan yang

menyebabkan terjadinya rentang lama penggalian yang cukup lama.

Gambar 3.1 Kerangka Metodologi Penelitian

Page 63: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Pengumpulan Data

Data yang diperoleh pada saat penelitian di PT. Allied Indo Coal Jaya

berupa data primer dan data sekunder, yaitu:

4.1.1 Data Primer

a. Cycle time alat muat

Tabel 4.1 merupakan tabel cycle time alat muat yang diukur langsung

di lapangan. Data-data yang dihitung yaitu waktu tumpah, waktu swing

kosong, waktu gali serta swing isi. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada

(Lampiran 1).

Tabel 4.1 Cycle Time Alat Muat

Tumpah Swing

Gali Swing

CT

kosong isi (detik) (detik) (detik)

(detik) (detik)

2.49 7.65 13.70 7.03 30.87

3.19 4.14 8.89 5.25 21.47

2.38 4.99 10.72 5.39 23.48

2.33 4.55 10.87 5.59 23.34

2.34 4.34 13.27 6.51 26.46

2.49 3.43 8.85 5.03 19.80

2.90 4.11 8.28 3.45 18.74

50

Page 64: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

51

b. Cycle time alat angkut

Pada tabel 4.2 merupan tabel cycle time dari hasil perhitungan alat

angkut di PT. Allied Indo Coal Jaya, umtuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Lampiran 2.

Tabel 4.2 Cycle Time Alat Angkut

4.1.2 Data Sekunder

Adapun data-data sekunder yang dibutuhkan untuk pengolahan data ini

adalalah data isopac batubara yang didapatkan dari tim survey PT. Allied Indo

Coal Jaya yang meliputi:

1. Koordinat isopac batubara seam B1

2. Koordinat isopac batubara seam C1

3. Koordinat isopac batubara seam C2

Page 65: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

52

Gambar 4.1 Koordinat Isopac Batubara

4.2. Pengolahan Data

4.2.1. Penyebaran Ketebalan Batubara

Dalam pengolahan data ini data akan di bandingkan dengan dua buah

software pertambangan.

1. Software SGeMS v2.1

a. Basis Data Assay

Susunan penulisan data assay yang akan di input ke software SGeMS

yaitu pada baris pertama merupakan judul dari data, baris kedua merupakan

banyak data yang akan di analisis, baris ketiga dan seterusnya merupakan

parameter yang akan di analisis, dan diikuti pada baris selanjutnya data dari

parameter yang akan di analisis.

Page 66: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

53

Gambar 4.2 Susunan Penulisan Data SGeMS

b. Peta penyebaran

Setelah input data assay dilakukan, maka akan muncul gambaran

penyebaran ketebalan dari batubara yang akan di analisis seperti yang terlihat

pada gambar 4.3 merupakan batubara seam B1, gambar 4.4 seam C1 dan

gambar 4.5 merupakan batubara seam C2.

Page 67: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

54

Gambar 4.3 Penyebaran Ketebalan Batubara Seam B1

Gambar 4.4 Penyebaran Ketebalan Batubara Seam C1

Page 68: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

55

Gambar 4.5 Penyebaran Ketebalan Batubara Seam C2

c. Histogram

Setelah pembuatan penyebaran ketebalan batubara, maka selanjutnya

di lakukan analisis statistik univarian dengan histogram terhadap masing-

masing seam batubara. Berikut gambar histogram bin 10 dan 20 dari batubara

seam B1. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 3).

Gambar 4.6 Histogram Ketebalan Batubara Bin 10

Page 69: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

56

Gambar 4.7 Histogram Ketebalan Batubara Bin 20

2. Software Surfer 11

a. Basis Data Assay

Susunan penulisan data assay yang akan di input ke software surfer

terdiri dari koordinat x, y serta elevasi batubara.

Gambar 4.8 Susunan Penulisan Data Surfer

Page 70: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

57

b. Peta penyebaran

Setelah input data assay, maka selanjutnya di tampilkan peta

penyebaran ketebalan batubara dari masing-masing seam batubara. Pada

gambar akan terlihat perbedaan ketebalan batubara sesuai dengan skala

warnanya.

Gambar 4.9 Gambaran Ketebalan Batubara Seam B1

Gambar 4.10 Gambaran Ketebalan Batubara Seam C1

Page 71: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

58

Gambar 4.11 Gambaran Ketebalan Batubara Seam C2

c. Variogram

Setelah pembuatan penyebaran ketebalan batubara, maka selanjutnya

di lakukan analisis statistik univarian dengan variogram terhadap masing-

masing seam batubara. Berikut gambar variogram dari masing-masing lapisan

batubara:

Gambar 4.12 Variogram Ketebalan Batubara Seam B1

Page 72: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

59

Gambar 4.13 Variogram Ketebalan Batubara Seam C1

Gambar 4.14 Variogram Ketebalan Batubara Seam C2

Page 73: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

60

4.2.2 Penentuan Jumlah Cadangan

Dalam penentuan jumlah cadangan ada dua metode yang akan digunakan,

yaitu:

1. Metode Kriging

Penentuan jumlah cadangan dengan metode kriging dilakukan dengan

software SGeMS v.2.1. Pada tahap ini dilakukan pembuatan blok seperti

gambar 4.15 pada peta penyebaran ketebalan batubara.

Gambar 4.15 Frame Blok Penyebaran

Blok dibuat dengan cell size untuk batubara seam B1 dan C2 dan untuk

batubara seam C1. Sedangkan untuk grid dimensi seam B1 , seam C1 dan

seam C2 dengan ukuran grid . Metode kriging yang digunakan pada penelitian

ini

adalah ordinary kriging. Berikut pengolahan data kriging yang dilakukan pada

setiap seam batubara:

Page 74: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

61

Gambar 4.16 Kriging Seam B1

Gambar 4.17 Kriging Seam C1

Page 75: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

62

Gambar 4.18 Kriging Seam C2

Dengan menggunaka persamaan (3.17), maka dapat dilakukan

perhitungan cadangan batubara seperti pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Perhitungan Cadangan dengan Metode Kriging

Volume Satu Blok Jumlah Densitas Tonase

Seam

Panjang Lebar

Tebal

Blok 3

(ton) (m) (m) (m) (ton/m )

B1 25 25 2 690 1,3 1.121.250

C1 25 25 3 768 1,3 1.872.000

C2 25 25 2 598 1,3 747.500

Total 3.740.750

Page 76: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

63

2. Metode Cross Section

Perhitungan cadangan denga metode cross section (Lampiran 4) di

lakukan dengan membuat sayatan atau penampang pada peta kontur, sehingga

perhitungan ini tergantung pada ketebalan, panjang, massa jenis batubara dan

jarak interval setiap penampang. Berikut salah satu penampang yang dibuat pada

batubara:

Gambar 4.19 Penampang Batubara

Hasil penaksiran cadangan batubara seam B1, C1 dan C2 dengan

menggunakan metode cross section yang di hitung dengan menggunakan

persamaan ( 3.21 ) dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 77: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

64

Tabel 4.4 Penaksiran Cadangan dengan Metode Cross Section Seam B1

Penaksiran Cadangan Metode Cross Section Batubara Seam B1

No Sayatan Luas Jarak Volume Densitas Tonnase

(m2) (m) (m

3) (ton/m

3) (Ton)

1 A-A' 1.264,5416

50 63.244,665 1,3 82.218,0645

B-B' 1.265,245

2 B-B' 1.265,245

50 63.505,125 1,3 82.556,6625

C-C' 1.274,96

3 C-C' 1.274,96

50 63.179,625 1,3 82.133,5125

D-D' 1.252,225

4 D-D' 1.252,225

50 63.258,125 1,3 82.235,5625

E-E' 1.278,1

5 E-E' 1.278,1

50 64.641,75 1,3 84.034,275

F-F' 1.307,57

6 F-F' 1.307,57

50 65.640,25 1,3 85.332,325

G-G' 1.318,04

7 G-G' 1.318,04

50 65.964,625 1,3 85.754,0125

H-H' 1.320,545

8 H-H' 1.320,545

50 65.712,625 1,3 85.426,4125

I-I' 1.307,96

9 I-I' 1.307,96

50 65.079 1,3 84.602,7

J-J' 1.295,2

10 J-J' 1.295,2

50 62.841,06 1,3 81.693,378

K-K' 1.218,4424

11 K-K' 1.218,4424

50 60.296,56 1,3 78.385,528

L-L' 1.193,42

12 L-L' 1.193,42

50 57.016 1,3 74.120,8

M-M' 1.087,22

13 M-M' 1.087,22

50 52.254,125 1,3 67.930,3625

N-N' 1.002,945

14 N-N' 1.002,945

50 46.634,875 1,3 60.625,3375

O-O' 862,45

15 O-O' 862,45

17 15.382,6625 1,3 19.997,46125

P-P' 947,275

TOTAL 1.137.046,394

Page 78: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

65

Tabel 4.5 Penaksiran Cadangan dengan Metode Cross Section Seam C1

Penaksiran Cadangan Metode Cross Section Batubara Seam C1

No Sayatan Luas Jarak Volume Densitas Tonnase

(m2) (m) (m3) (ton/m3) (Ton)

1 A-A' 1748.75

50 88625 1.3 115212.5

B-B' 1796.25

2 B-B' 1796.25

50 91312.5 1.3 118706.25

C-C' 1856.25

3 C-C' 1856.25

50 93268.75 1.3 121249.375

D-D' 1874.5

4 D-D' 1874.5

50 98175 1.3 127627.5

E-E' 2052.5

5 E-E' 2052.5

50 104375 1.3 135687.5

F-F' 2122.5

6 F-F' 2122.5

50 104812.5 1.3 136256.25

G-G' 2070

7 G-G' 2070

50 103125 1.3 134062.5

H-H' 2055

8 H-H' 2055

50 98687.5 1.3 128293.75

I-I' 1892.5

9 I-I' 1892.5

50 88468.75 1.3 115009.375

J-J' 1646.25

10 J-J' 1646.25

50 67431.25 1.3 87660.625

K-K' 1051

11 K-K' 1051

50 49831.25 1.3 64780.625

L-L' 942.25

12 L-L' 942.25

50 50775 1.3 66007.5

M-M' 1088.75

13 M-M' 1088.75

50 56640.625 1.3 73632.8125

N-N' 1176.875

14 N-N' 1176.875

50 62035 1.3 80645.5

O-O' 1304.525

15 O-O' 1304.525

50 65203.75 2.3 149968.625

P-P' 1303.625

16 P-P' 1303.625

16 20677 1.3 26880.1

Q-Q' 1281

TOTAL 1681680.788

Page 79: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

66

Tabel 4.6 Penaksiran Cadangan dengan Metode Cross Section Seam C2

Penaksiran Cadangan Metode Cross Section Batubara Seam C2

No Sayatan Luas Jarak Volume Densitas Tonnase

(m2) (m) (m3) (ton/m3) (Ton)

1 A-A' 1058.25

50 51903.125 1.3 67474.0625

B-B' 1017.875

2 B-B' 1017.875

50 49785.9375 1.3 64721.71875

C-C' 973.5625

3 C-C' 973.5625

50 47526.5625 1.3 61784.53125

D-D' 927.5

4 D-D' 927.5

50 45028.125 1.3 58536.5625

E-E' 873.625

5 E-E' 873.625

50 45246.875 1.3 58820.9375

F-F' 936.25

6 F-F' 936.25

50 48806.25 1.3 63448.125

G-G' 1016

7 G-G' 1016

50 49587.5 1.3 64463.75

H-H' 967.5

8 H-H' 967.5

50 52406.25 1.3 68128.125

I-I' 1128.75

9 I-I' 1128.75

50 55218.75 1.3 71784.375

J-J' 1080

10 J-J' 1080

50 51937.5 1.3 67518.75

K-K' 997.5

11 K-K' 997.5

50 48750 1.3 63375

L-L' 952.5

12 L-L' 952.5

50 46625 1.3 60612.5

M-M' 912.5

13 M-M' 912.5

20 15168.75 1.3 19719.375

N-N' 604.375

TOTAL 790387.8125

Dari perhitungan ketiga seam batubara dengan metode cross section

diatas, maka diperoleh tonase total dari batubara sebesar 3.609.114,994 ton.

Page 80: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

67

4.2.3. Penentuan Lama Penggalian Batubara

Dari perhitungan jumlah cadangan batubara maka dapat diketahui lama

waktu yang dibutuhkan untuk mengambil batubara. Dimana lama penggalian ini

berpengaruh terhadap kinerja perusahaan kedepan, berdasarkan target produksi

batubara perbulan yang ditetapkan oleh PT. Allied Indo Coal Jaya sebesar 15.000

ton/bulan, maka sisa lama penggalian berdasarkan metode kriging adalah:

( ) ( )

= 249,38 bulan

=

Jika dibandingkan dengan metode cross section, maka di dapatkan hasil: ( ) ( )

= 240,6 bulan

=

Pada realisasinya, produksi di lapangan setiap bulan tidaklah tetap. Banyak

hal yang dapat mempengaruhi naik atau turunnya produksi, seperti kondisi

lapangan, cuaca, efektifitas alat, dan faktor lainnya. Maka dari itu peneliti

melakukan perhitungan produktivitas alat secara langsung pada saat produksi

Page 81: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

68

berjalan dengan baik. Adapun produksi yang diperoleh oleh alat muat dan alat

angkut adalah sebagai berikut:

1. Alat Muat

Efesiensi kerja alat = 0,83

Kapasitas bucket (ql) = 1,4 m³ (Lampiran 5 )

Factor bucket (K) = 0,8 (Tabel 3.2 )

Sweel factor (SF) = 0,74 (Tabel 3.1 )

Waktu siklus excavator (CTm) = 21,39 detik (Lampiran )

a) Kapasitas produksi per siklus

q = q1 K

= 1,4 m³ 0,83

= 1,162 m³

b) Produksi total

=

= 120,117 bcm/jam

c) Produksi Excavator dalam 1 hari adalah :

Q = 120,117 bcm/jam x 8 jam/hari

= 960,936 bcm/hari

= 960,936 bcm/hari x 30 hari kerja

= 28.828,08 bcm/bulan

Page 82: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

69

2. Alat Angkut

Jumlah pengisisan DT (n) = 15 bucket

Faktor Bucket (K) = 0,8

Kapasitas bucket (ql) = 1,4 m³

Effective utilization (E.U) atau Penggunaan efektif (efesiensi kerja)

E.U = {(W / T) x 100%

= {(195/ 240) x 100%

= 81,25 %

a) Kapasitas produksi per siklus

q = n x ql x K

= 15 x 1.4 m³ x 0,8

= 16,8 m³

b) Produksi total (P) Dump Truck :

P = x SF

=

x 0,74

= 21,42 bcm/ jam

c) Produksi Dump Truck dalam 1 hari :

= 21,42 bcm/ jam x 8 jam/hari

Page 83: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

70

= 171,36 bcm/hari

Produksi Dump Truck dalam 1 bulan :

= 171,36 bcm/hari x 30 hari/bulan

= 5140,8 bcm/bulan

( )

( )

( )

( )

Berdasarkan realisasi produksi batubara perbulan yang di dapatkan pada

saat pengamatan lapangan di PT. Allied Indo Coal Jaya sebesar 28.828,08

bcm/bulan, maka sisa lama penggalian berdasarkan metode kriging adalah:

( ) ( )

= 129,76 bulan

=

Jika dibandingkan dengan metode cross section, maka di dapatkan hasil: ( )

( )

= 125,19 bulan

=

Page 84: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data

5.1.1 Analisis Penyebaran Ketebalan Batubara

Dari hasil analisis statistik univarian terhadap ketebalan batubara pada

histogram, analisis data harus dilihat. Berikut analisa data dari masing-masing

seam batubara:

1. Batubara Seam B1

Histogram katebalan batubara seperti yang terlihat pada Gambar 4.1

menunjukkan bahwa ketebalan batubara memiliki distribusi teksimetri

(skewness) negatif yang berarti bahwa batubara seam B1 cenderung

mengelompok pada ketebalan relatif tebal. Hal tersebut ditunjukkan juga

dengan nilai koefisien variasi (coefficient of variation) sebesar 0,05.

Gambar 4.1 menunjukkan histogram dari data batubara seam B1

dengan bin 10 dan 20. Dapat diamati bahwa dalam peningkatan jumlah bin,

maka frekuensi setiap bin berkurang dan ini disebabkan oleh pengurangan

panjang bin. Dari gambar 4.1 terlihat bahwa ketika nomor bin 10, frekuensi

ketebalan yang terletak diantara 1,9 m hingga 2 m dan 2,1 m hingga 2,2 m

adalah 0. Sedangkan pada nomor bin 20, frekuensi ketebalan yang terletak

antara 1,85 m hingga 2 m adalah 0 dan yang terletak antara 2,05 m hingga 2,2

m adalah 0.

71

Page 85: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

72

2. Batubara Seam C1

Histogram katebalan batubara seperti yang terlihat pada Gambar 4.2

menunjukkan bahwa ketebalan batubara memiliki distribusi teksimetri

(skewness) negatif yang berarti bahwa batubara seam C1 cenderung

mengelompok pada ketebalan relatif tebal. Hal tersebut ditunjukkan juga

dengan nilai koefisien variasi (coefficient of variation) sebesar 1,99.

Gambar 4.2 menunjukkan histogram dari data batubara seam C1

dengan bin 10 dan 20. Dapat diamati bahwa dalam peningkatan jumlah bin,

maka frekuensi setiap bin berkurang dan ini disebabkan oleh pengurangan

panjang bin. Dari gambar 4.2 terlihat bahwa ketika nomor bin 10, frekuensi

ketebalan yang terletak diantara 0,6 m hingga 1,3 m adalah 0,06. Sedangkan

pada nomor bin 20, frekuensi ketebalan yang terletak antara 0,7 m hingga 1 m

adalah 0,02.

3. Batubara Seam C2

Histogram katebalan batubara seperti yang terlihat pada gambar 4.3

menunjukkan bahwa ketebalan batubara memiliki distribusi teksimetri

(skewness) negatif yang berarti bahwa batubara seam C2 terdistribusi pada

ketebalan yang lebih tebal. Hal tersebut ditunjukkan juga dengan nilai

koefisien variasi (coefficient of variation) sebesar 0,22.

Gambar 4.3 menunjukkan histogram dari data batubara seam C2

dengan bin 10 dan 20. Dapat diamati bahwa dalam peningkatan jumlah bin,

maka frekuensi setiap bin berkurang dan ini disebabkan oleh pengurangan

panjang bin. Dari gambar 4.3 terlihat bahwa ketika nomor bin 10, frekuensi

Page 86: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

73

ketebalan yang terletak diantara 3 m hingga 3,2 m adalah 0,03. Sedangkan

pada nomor bin 20, frekuensi ketebalan yang terletak antara 3 m hingga 3,1 m

adalah 0,013 dan frekuensi ketebalan yang terletak antara 3,1 hingga 3,2

adalah 0,017. Disini dapat dilihat bahwasanya semakin banyak jumlah bin,

maka semakin banyak informasi yang bisa di dapatkan.

Dari analisis batubara diatas, diketahui bahwasanya batubara pada PT.

Allied Indo Coal Jaya cenderung mengelompok pada ketebalan yang relatif tebal.

Dilihat juga pada histogramnya yang cenderung ke arah kanan atau pada

ketebalan yang tinggi (skewness negative). Hal ini dapat diterima karena

penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu yang diteliti oleh Maolin Zhang

pada tahun 2017 tentang analisis penyebaran ketebalan dan porositas batubara,

dimana penelitiannya menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0,94.

Tabel 5.1 Hasil Analisis Statistik Univarian dan Bivarian

Analisis Parameter Seam B1 Seam C1 Seam C2

Mean 2,3 2,97 2,05

Variance 0,05 1,99 0,22

Maximum 2,8 6,4 3,2

Histogram Kuartil atas 2,6 4 2,4

Median 2,4 3,2 2

Kuartil bawah 2,4 2,2 1,7

Minimum 1,8 0 1,1

Max lag 290 310 270

distance

Variogram Number of lags 25 25 25

Lag width 11.6 12.4 10.8

Error variance 0.0278 1.29 0.0945

Tolerance 90 90 90

Page 87: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

74

5.1.2 Analisis Jumlah Cadangan

Dari perhitungan jumlah cadangan dengan menggunakan metode kriging

dan dibandingkan dengan metode kontur, maka di dapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 5.2 Perbandingan Cadangan Metode Kriging dan Cross Section

Metode Parameter B1 C1 C2 Total

Panjang 25 25 25

(m)

Lebar (m) 25 25 25

Tebal (m) 2 3 2

Kriging Jumlah

690 768 598

blok

Densitas 1,3 1,3 1,3

(ton/m3)

Tonase 1.121.250 1.872.000 747.500 3.740.750

(ton)

Panjang 717 766 620

(m)

Cross Lebar (m) 524 5252 550

Tebal (m) 2.3 2.97 2.05

Section

Section (m) 50 50 50

Tonase 1.137.046.39 1.681.680,78 790.387,81 3.609.114,99

(ton)

Dari table 5.1 di atas dapat dilihat bahwasanya total tonase yang di

dapatkan dengan metode kriging adalah sebesar 3.740.750 ton. Pada metode ini

dilakukan perhitungan berdasarkan ukuran dan jumlah blok yang didapatkan saat

proses estimasi.

Sedangkan pada metode cross section di dapatkan cadangan batubara

sebesar 3.609.114,99 ton dengan mengukur luas dan ketebalan dari penyebaran

batubara.

Pada hasil peritungan diketahui tonase yang didapat dengan menggunakan

metode kriging dan metode cross section tidak memiliki perbedaan yang

Page 88: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

75

signifikan, yakni sebesar 131.635 ton. Hasil ini merupakan cadangan batubara

secara insitu, belum dikurangi terhadap geological losses, mining losses ataupun

processing losses.

Hasil ini dapat diterima karena perhitungan cadangan ini mengacu pada

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Guskarnali pada tahun 2016 tentang

pehitungan sumberdaya bijih besi yang menghasilkan tingkat kepercayaan

(koefisien korelasi) hasil penaksiran sebesar 0,89 (r2=0,94).

5.1.3 Analisis Lama Penggalian Batubara

Setelah diketahuinya jumlah cadangan dan produksi batubara, maka dapat

ditentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menggali batubara secara

keseluruhan. Adapaun pembahasannya seperti terlihat pada tabel 5.2 berikut:

Tabel 5.3 Lama Penggalian Batubara

RKAP Aktual

(15.000 ton/bulan) (28.828,08 ton/bulan)

Kriging

Cross Kriging

Cross Sction

Section

Total Cadangan 3.740.750 3.609.114,99 3.740.750 3.609.114,99

Lama Penggalian 249,38

240,6 129,76

125,19

(bulan)

Lama Penggalian 20,78

20,05 10,81

10,43

(tahun)

Tahun 21 11

Dari tabel 5.2 diatas dapat diketahui bahwasanya jika batubara digali

berdasarkan target produksi sebesar 15.000 ton/tahun, maka waktu yang

dibutuhkan untuk menggali batubara adalah 21 tahun. Namun aktualnya di

Page 89: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

76

lapangan, penggalian batubara tidaklah konstan. Ada hari dimana penggalian

meningkat dan juga turun, seperti saat sesudah aktivitas peledakan, maka

penggalian akan meningkat. Namun jika tidak ada peledakan pada hari

sebelumnya maka penggalian akan turun. Begitu juga dengan fakor cuaca, jika

hari hujan maka aktivitas penambangan akan di hentikan, hal ini dapat

mengakibatkan turunnya produksi batubara.

Pada saat waktu penelitian, aktivitas penggalian batubara sedang berjalan

dengan baik. Karena pada saat itu proses peledakan berjalan lancar dan cuaca

cerah. Karenanya didapatkan produksi batubara yang dihitung dari produktivitas

alat meningkat, yakni sebesar 28.828,08 ton/bulan. Sehingga jika batubara digali

dengan tonase tersebut, maka lama penggalian yang di dapatkan dengan metode

kriging maupun cross section adalah 11 tahun. Karena jarak angkut dari front

penambangan ke stockpile jauh (+1 km) maka perbandingan penggunaan alat

yang dibutuhkan adalah 1 excavator dan 6 dump truck.

Page 90: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh beberapa

kesimpulan dan saran sebagai berikut:

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengalaman lapangan dan analisa studi kasus, selanjutnya

dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Penyebaran ketebalan batubara di PT. Allied Indo Coal Jaya cenderung

mengelompok pada ketebalan yang relatif tebal. Terlihat dari histogram

masing-masing seam yang cenderung ke arah kanan atau pada ketebalan yang

tinggi (skewness negative). Dengan error variance pada seam B1 sebesar

0,0278, seam C1 1,29 dan seam C2 sebesar 0,0945.

2. Jumlah cadangan batubara dengan menggunakan metode ordinary kriging

didapatkan sebesar 3.740.750 ton. Sedangkan dengan metode cross section

sebesar 3.609.114,99 ton.

3. Lama penggalian batubara pada PT. Allied Indo Coal Jaya jika digali

berdasarkan target produksi 15.000 ton/bulan adalah selama 21 tahun.

Sedangkan jika digali berdasarkan produksi aktual di lapangan sebesar

28.828,08 ton/bulan didapatkan lama penggalian 11 tahun. Dengan

penggunaan alat yang dibutuhkan 1 excavator dan 6 dump truck.

77

Page 91: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

78

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan:

1. Sebaiknya dilakukan pengecekan secara berkala (reparasi mingguan) terhadap

alat agar tidak terjadi kerusakan pada saat proses produksi.

2. Untuk peneliti selanjutnya disarankan pada saat perhitungan cadangan dengan

proses kriging, dilakukan koreksi terhadap bottom bore hole dan topografi

dengan menggunakan kombinasi software pertambangan lain.

3. Untuk penentuan lama penggalian batubara, disarankan untuk membandingan

jumlah cadangan dengan produksi atau rencana produksi tahunan.

Page 92: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

DAFTAR PUSTAKA

Asy’ari, Muhammad Amril, dkk. Geologi dan Estimasi Sumberdaya Nikel Laterit

Menggunakan Metode Ordinary Kriging di PT. Aneka tambang, Tbk. Jurnal

INTEKNA, No. 1, Mei 2013: 7-15.

Australasian Code for Reporting of Exploration Results, Minerals Resources and Ore

Reserves. JORC Code 2012 Edition.

Guskarnali. Metode Point Kriging untuk Estimasi Sumberdaya Bijih Besi (Fe)

Menggunakan Data Assay (3D) pada Daerah Tanjung Buli Kabupaten Halmahera

Timur. PromineJuornal.Vol. 4 (2) page 13-20. Desember 2016.

Gusman, Mulya. Tesis Estimasi Cadangan Batugamping dengan Metode Kriging Blok 3

(Tiga) Dimensi. 2009.

Ilahi, Riki Rizki, dkk. Kajian Teknis Produktivitas Alat Gali-Muat (Excavator) dan Alat

Angkut (Dump Truck) pada Pengupasan Tanah Penutup Bulan September 2013

di Pit 3 Banko Barat PT. Bukit Asam (Persero) Tbk UPTE. 2013.

Pratanto, Pemindahan Tanah Mekanis. Jurusan Teknik Pertambangan ITB. Bandung. 1996.

Riko Ervil, dkk.Buku Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi.Sekolah Tinggi Teknologi

Industri (STTIND) Padang.2016.

Standar Nasional Indonesi (SNI) 5015:2011. Pedoman Pelaporan Sumberdaya dan

Cadangan Batubara.

Yulhendra, Dedi, Yoszi Mingsi Anaperta. Estimasi Sumberdaya Batubara dengan

Menggunakan Geostatistik (Kriging). Jurnal Teknologi Informasi&Pendidikan.

ISSN: 2086-4981. Vol. 6 No.2. September 2013.

Zhang, Maolin, dkk. Applied Geostatistics Analysis for Reservoir Characterization

Based on the SGeMS (Stanford Geostatistical Modeling Software). Open Journal of

Yangtze Gas and Oil. ISSN Online: 2473-1900. ISSN Print: 2473-1889. 2017: 45-66.

Page 93: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

LAMPIRAN A

Cycle Time Alat Muat Excavator Komatsu PC 300

Tumpah Swing

Gali Swing

CT kosong

isi

2.49 7.65 13.70 7.03 30.87

3.19 4.14 8.89 5.25 21.47

2.38 4.99 10.72 5.39 23.48

2.33 4.55 10.87 5.59 23.34

2.34 4.34 13.27 6.51 26.46

2.49 3.43 8.85 5.03 19.80

2.90 4.11 8.28 3.45 18.74

3.03 4.53 12.55 4.58 24.69

2.26 4.26 9.57 5.47 21.56

2.70 4.79 9.72 6.03 23.24

2.87 3.72 9.25 5.09 20.93

2.54 3.80 10.05 4.58 20.97

3.32 3.13 7.25 5.14 18.84

2.52 4.17 8.71 5.47 20.87

2.75 4.22 5.45 9.23 21.65

2.64 3.08 7.46 4.76 17.94

2.67 3.97 9.30 3.60 19.54

1.87 4.26 10.66 3.80 20.59

2.76 4.20 8.09 4.08 19.13

3.40 3.37 7.52 5.23 19.52

2.50 4.06 6.24 5.12 17.92

2.93 3.67 6.01 4.71 17.32

2.59 4.42 8.11 3.60 18.72

2.78 3.85 9.31 3.97 19.91

2.97 3.61 9.73 3.82 20.13

2.29 5.05 7.63 4.38 19.35

2.93 4.32 10.12 4.49 21.86

3.15 3.60 10.78 4.76 22.29

4.92 6.21 11.95 4.63 27.71

2.58 4.96 10.75 4.65 22.94

TOTAL 21.39

Page 94: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

LAMPIRAN B

Cycle Time Alat Angkut Dump Truck Hino 500

Fixe time (menit)

No

n W.Muat W.Angkut

W.Manufer W.Tumpah W.Kembali

W.Manufer W.Tunggu CT

Bucket Tumpah

Muat

1 15 5.47 10.37 0.36 0.49 8.11 0.53 5.05 30.38

2 16 5.23 10.27 0.43 0.32 8.03 0.34 3.21 27.83

3 15 5.12 11.53 0.23 0.67 8.67 0.57 2.45 29.24

4 15 4.74 9.65 1.11 0.83 9.37 0.55 1.51 27.76

5 15 6.02 10.35 0.56 0.47 8.11 0.54 0.57 26.62

6 14 5.54 10.11 0.4 0.59 9.65 0.44 1.54 28.27

7 16 5.14 9.43 0.51 0.88 8.22 0.47 1.21 25.86

8 14 6.29 10.72 1.31 0.95 8.61 1.02 2.4 31.3

9 15 5.53 9.88 1.01 0.54 9.02 0.59 4.43 31

10 15 5.35 9.11 0.38 0.58 7.45 0.48 0.45 23.8

TOTAL 28.206

Page 95: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

LAMPIRAN C

Histogram Ketebalan Batubara

1. Histogram Ketebalan Batubara Seam B1 Bin 10 dan 20

Page 96: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

2. Histogram Ketebalan Batubara Seam C1 Bin 10 dan 20

Page 97: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

3. Histogram Ketebalan Batubara Seam C2 Bin 10 dan 20

Page 98: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

LAMPIRAN D

Cross section Batubara

Seam B1

0

50

100

Page 99: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

150

200

250

Page 100: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

300

350

400

Page 101: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

450

500

550

Page 102: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

600

650

700

Page 103: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

717

Seam C1

0

50

Page 104: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

100

150

200

Page 105: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

250

300

350

Page 106: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

400

450

500

Page 107: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

550

600

650

Page 108: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

700

750

766

Page 109: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

Seam C2

0

50

100

Page 110: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

150

200

250

Page 111: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

300

350

400

Page 112: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

450

500

550

Page 113: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

600

620

Page 114: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

LAMPIRAN E

TABEL KAPASITAS BUCKET

Page 115: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

LAMPIRAN F

DATA KOORDINAT PT. ALLIED INDO COAL JAYA

Bujur timur Lintang (LU/LS )

NO. ° ' '' ° ' ''

1 100 47 21.40 000 36 48.28 LS

2 100 47 21.40 000 36 02.56 LS

3 100 47 29.20 000 36 02.56 LS

4 100 47 29.20 000 35 34.00 LS

5 100 48 16.91 000 35 34.00 LS

6 100 48 16.91 000 35 35.35 LS

7 100 48 12.21 000 35 35.35 LS

8 100 48 12.21 000 35 38.07 LS

9 100 48 07.74 000 35 38.07 LS

10 100 48 07.74 000 35 40.65 LS

11 100 48 03.91 000 35 40.65 LS

12 100 48 03.91 000 35 51.27 LS

13 100 48 08.25 000 35 51.27 LS

14 100 48 08.25 000 35 54.84 LS

15 100 48 11.43 000 35 54.84 LS

16 100 48 11.43 000 35 57.75 LS

17 100 48 16.42 000 35 57.75 LS

18 100 48 16.42 000 36 00.47 LS

19 100 48 21.60 000 36 00.47 LS

20 100 48 21.60 000 36 03.02 LS

21 100 48 24.20 000 36 03.02 LS

22 100 48 24.20 000 36 06.76 LS

23 100 48 26.92 000 36 06.76 LS

24 100 48 26.92 000 36 10.52 LS

25 100 48 30.29 000 36 10.52 LS

26 100 48 30.29 000 36 13.63 LS

27 100 48 36.51 000 36 13.63 LS

28 100 48 36.51 000 36 16.16 LS

29 100 48 41.24 000 36 16.16 LS

30 100 48 41.24 000 36 19.79 LS

31 100 48 43.76 000 36 19.79 LS

32 100 48 43.76 000 36 24.97 LS

Page 116: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

Lanjutan data koordinat PT. Allied Indo Coal Jaya:

33 100 48 44.80 000 36 24.97 LS

34 100 48 44.80 000 36 28.27 LS

35 100 48 45.45 000 36 28.27 LS

36 100 48 45.45 000 36 30.80 LS

37 100 48 46.34 000 36 30.80 LS

38 100 48 47.37 000 36 37.49 LS

39 100 48 34.37 000 36 37,49 LS

40 100 48 34.37 000 36 44.70 LS

41 100 48 29.53 000 36 44.70 LS

42 100 48 29.53 000 36 43.34 LS

43 100 48 21.67 000 36 43.34 LS

44 100 48 21.67 000 36 37.85 LS

45 100 48 16.60 000 36 37.85 LS

46 100 48 16.60 000 36 20.67 LS

47 100 47 48.56 000 36 20.67 LS

48 100 47 48.56 000 36 48.96 LS

49 100 47 39.20 000 36 49.00 LS

50 100 47 39.20 000 36 48.30 LS

48 100 47 48.56 000 36 48.96 LS

49 100 47 39.20 000 36 49.00 LS

50 100 47 39.20 000 36 48.30 LS

Page 117: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

LAMPIRAN H

DOKUMENTASI LAPANGAN

Proses Pengambilan Batubara

Keadaan di Sekitar Lokasi Penelitian

Alat Angkut (dump truck)

Gambaran Lapisan Batubara

Mesin Grader

Aktivitas Pemboran

Page 118: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

Loader

Pembasahan jalan agar tidak berdebu

Page 119: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : VERA SYAFITRI

NIM : 1410024427152

Program Studi : Teknik Pertambangan

Dengan ini menyatakan bahwa tugas akir yang saya susun dengan judul:

“ METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM

PENENTUAN LAMA PENGGALIAN BATUBARA TAMBANG

TERBUKA PT. ALLIED INDO COAL JAYA”

Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat

skripsi orang lain. Apabila kemudian dari pernyataan saya tidak benar, maka saya

bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (dicabut predikat kelulusan dan

gelar kesarjanaannya).

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, untuk dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Padang, Agustus 2018

Pembuat Pernyataan

Vera Syafitri NPM: 1410024427152

Page 120: METODE ORDINARY KRIGING DAN CROSS SECTION DALAM …

YAYASAN MUHAMMAD YAMIN

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND) PADANG

Jl. Prof. DR. Hamka No. 121 Telp. (0751) 7054350 Padang

BIODATA WISUDAWAN/TI

No. Urut :

Nama : Vera Syafitri

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tgl Lahir : Bukittinggi/ 21 Februari 1996

Nomor Pokok : 1410024427152

Mahasiswa

Program Studi : Teknik Pertambangan

Tanggal Lulus : 21 Juni 2018

IPK : 3,80

Predikat Lulus : Dengan Pujian

Metode Ordinary Kriging dan Cross Section

Judul Skripsi : dalam Penentuan Lama Penggalian Batubara

Tambang Terbuka PT. Allied Indo Coal Jaya

Dosen Pembimbing : 1. Ahmad Fauzi Pohan, S.Pd, M.Sc

2. Rusnoviandi, ST, MM

Asal SMA : SMA N 4 Bukittinggi

Nama Orang Tua : Ayah : Edison

Ibu : Rayeni

Pekerjaan Orang :

Ayah : Petani

Tua Ibu : Ibu Rumah Tangga

Jalan Panorama Baru, RT 03, RW 01,

Alamat /Telp/Hp : Kelurahan Puhun Pintu Kabun, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan, Bukittinggi.

082171993548

Email : [email protected]