metode lembaga el markazi dalam membina...
TRANSCRIPT
METODE LEMBAGA EL-MARKAZI DALAM MEMBINA
KEMAMPUAN PUBLIC SPEAKING SANTRI DAAR EL-
QOLAM
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
DIMAS DARMAWAN
1113051000091
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA 2019M/1440H
i
ABSTRAK
Dimas Darmawan
Matode Lembaga El-Markazi Dalam Membina Kemampuan Public
Speaking Santri Daar El-Qolam
Dakwah merupakan kewajiban bagi umat muslim namun tidak jarang
ditemui dai-dai yang kurang profesional. Dari sekian banyak alasan
permasalahan, yang paling sering ditemui menurut mad’u adalah penampilan
da’i atau mubaligh yaitu kredibilitas atau retorika dalam dakwahnya
membosankan atau terlalu berlebihan. Permasalahan tersebut membuat
almarhum kyai Rifa’i membentuk lembaga pelatihan retorika dakwah atau
public speaking club yang bernama El-Markazi.
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian
ini adalah: bagaimana metode lembaga El-Markazi dalam membina
kemampuan public speaking santri Daar El-Qolam? Teori yang digunakan
mengacu kepada teori public speaking dari Stephen E Lucas, Helena Olii,
dan lainnya. Yang menjelaskan tentang bagaimana membuat naskah pidato,
cara menyampaikan pidato, dan menghadapi demam panggung (nervous).
Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Analisa terhadap strategi pembinaan lembaga El-Markazi dalam
membina kemampuan public speaking santri Daar El-Qolam, penulis
mencoba memaparkan semua data yang diperoleh dari berbagai literatur,
wawancara langsung, kemudian data-data yang terkumpul dianalisa
berpedoman pada sumber-sumber yang tertulis.
Berdasarkan hasil penelitian ini, materi pembinaan public speaking
El-Markazi terdiri dari tiga fokus yaitu teknik membuat naskah pidato, teknik
menyampaikan pidato, dan teknik mengatasi demam panggung. Metode yang
digunakan adalah metode ceramah, metode continu, dan perlombaan.
Kata kunci: Da’i, Public, Speaking, El-Markazi, Dakwah
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr, Wb
Alhamdulillah puji serta syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang Insyaallah berguna
dan bermanfaat sebagai referensi berikutnya. Shalawat beserta
salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW beserta Sahabatnya.
Alhamdulillahirabil’alamin atas izin Allah SWT dan
dukungan orang tua dan para sahabat akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Metode Lembaga El-
Markazi Dalam Membina kemampuan Public Speaking
Santri Daar El-Qolam.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam Proses penulisan skripsi ini, penulis menyadari
banyak sekali hambatan dan kendala dalam berbagai hal. Namun
berkat doa dan dukungan dari berbagai pihak, penyusunan skripsi
ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini,
penulis hendak mengucapkan terima kasih, jazakumullah khoirul
jaza’, dan penghargaan yang sebesar- besarnya kepada:
1. Kedua Orang tua ku tercinta Mamah dan Bapak, yang tak pernah
lelah memberikan doa serta dukungan baik berupa moriil maupun
materiil yang tak terhingga.
2. Bapak Suparto,M.Ed,Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi
iii
3. Ibu Dr.Armawati Arbi. M,Si sebagai Ketua Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
4. Bapak Dr. Edi Amin, MA sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
5. Ibu Dr.Hj.Rubiyanah, M.A. sebagai Dosen Pembimbing yang tak
kenal lelah dan sabar membimbing dan mengarahkan saya selama
proses pembuatan skripsi.
6. Segenap Bapak dan Ibu dosen beserta staf tata usaha Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat dan sangat bernilai, sehingga penulis mampu
menyelesaikan studi maupun penulisan skripsi.
7. Ustad Misbahudin, Ustad Wawan, yang telah membantu saya
mencari data selama di Daar El-Qolam. Tak lupa kepada Rizky
dan kawan-kawan El-Markazi.
8. Terakhir kepada seluruh keluarga Dakwah. Terimakasih sekali
atas kekeluargaan selama di UIN.
Penulis menyadari penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, dengan kerendahan hati dan ucapan
terima kasih, penulis senantiasa menerima kritik dan saran dari
berbagai pihak yang membangun demi kesempurnaan.
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................. 1
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
........................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ............................................ 6
D. Manfaat Penelitian .......................................... 6
E. Metodologi Penelitian ..................................... 7
F. Tinjauan Pustaka ............................................. 11
G. Teknik Penulisan ............................................ 13
H. Sistematika Penulisan ..................................... 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS ..................................... 15
A. Pembinaan....................................................... 15
1. Pengertian Pembinaan ............................. 15
2. Fungsi Pembinaan ................................... 16
3. Program-Progrm Pembinaan ................... 17
B. Public Speaking .............................................. 21
1. Pengertian Public Speaking ..................... 21
2. Membuat Naskah Pidato ......................... 22
3. Metode Penyampaian Pidato ................... 27
4. Mengatasi Demam Panggung ................. 29
5. Teknik Penyampaian Pidato .................... 33
vi
6. Metode Pembinaan Public Speaking ....... 38
7. Kemampuan Kognitif Dalam Public Speaking
................................................................. 41
BAB III GAMBARAN UMUM ........................................ 46
A. Sejarah El-Markazi Daar El-Qolam ................ 46
B. Visi dan Misi El-Markazi ............................... 47
C. Struktur Organisasi El-Markazi ...................... 47
D. Program-Program El-Markazi ........................ 51
E. Kegiatan Pidato El-Markazi ........................... 55
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS ............................... 57
A. Materi Pembinan Public Speaking El-Markazi
........................................................................ 57
1. Membuat Naskah Pidato ......................... 57
2. Teknik Menyampaikan Pidato ................ 61
3. Membuka dan Menutup Pidato ............... 64
4. Strategi Mengatasi Demam Panggung .... 66
B. Metode Pembinaan Public Speaking El-Markazi
........................................................................ 69
1. Pelatihan Indoor ...................................... 69
a. Metode Ceramah ..................................... 69
b. Metode Kontinuitas ................................. 70
c. Metode Perlombaan ................................ 71
2. Pelatihan Outdoor ................................... 72
a. Cuci Gudang ........................................... 72
b. Hukuman ................................................. 73
vii
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan
Public Speaking El-Markazi ........................... 73
1. Faktor Pendukung ................................... 74
a. Pembimbing dan Pengurus yang
Kompeten ......................................... 74
b. Program yang Sesuai Harapan Peserta
......................................................... 75
c. Lingkungan yang Positif .................. 76
2. Faktor Penghambat .................................. 77
a. keterbatasan Akses Informasi .......... 77
b. Model Pembinaan Tidak Mengacu Buku
......................................................... 77
c. Kurangnya Tenaga Pengurus El-Mrkazi
......................................................... 78
d. Peserta yang Tidak Disiplin ............. 78
BAB V PENUTUP ........................................................... 80
A. Kesimpulan ..................................................... 80
B. Saran ............................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 83
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mubaligh yang berkualitas menjadi semakin dibutuhkan
oleh kaum muslimin. Tidak sedikit kaum muslimin, baik
pengurus masjid, pengurus majelis taklim, pengurus kerohanian
Islam di perkantoran, kampus maupun jamaah biasa yang
merasakan kurang memadainya kualitas mubaligh. Banyak sekali
keluhan terhadap dakwah mubaligh. Dari sekian banyak alasan
permasalahan yang paling sering ditemui menurut mad’u adalah
penampilan da’i atau mubaligh yaitu cara menyampaikan
ceramah atau retorika dalam dakwahnya membosankan atau
terlalu berlebihan.
Untuk itu pelatihan dan pembinaa menjadi da’i atau
mubaligh mutlak dilakukan agar perubahan di masyarakat dapat
terealisasi dengan cepat. Dalam menyampaikan dakwahnya,
seorang dai yang berperan sebagai khatib atau mubaligh harus
memahami berbagai metode dalam berdakwah agar pesan yang
disampaikannya dapat diterima mad’u dengan utuh sempurna.1
Mempelajari metode berdakwah dapat menghindari da’i dari
penampilan yang buruk, penyapaian dengan gaya asal-asalan, dan
penggunaan bahasa yang tidak dimengerti oleh mad’u.
Maka dari itu sangatlah penting bagi da’i atau mubaligh
mempelajari retorika dalam berdakwah.
1 Yani. Ahmad, Bekal Menjadi Khatib dan Mubaligh, (Depok:
Alqalam, 2008) h.18
2
الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسه ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والمىعظة
إن ربك هى أعلم بمه ضل عه سبيله وهى أعلم بالمهتديه 2
125. serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845]
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk.
Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa Allah memerintahkan
kita sebagai umatnya untuk menyeru kepada jalan Allah
(berdakwah) dengan cara yang baik dan membantah (keburukan)
dengan cara yang baik. Maka dari itu seorang da’i harus
menguasai segala metode dalam berdakwah terutama retorika
dalam dakwah.
Public speaking atau ilmu bicara termasuk salah satu
bagian penting dalam proses komunikasi, bahkan ada ilmunya
tersendiri. Sebagai bagian dari seni bicara, maka patut bagi orang
yang sering berbicara di depan khalayak umum untuk mengetahui
apa itu retorika, sehingga apa yang disampaikan dapat menarik
dan memikat orang yang mendengarkan. Terlebih bagi seorang
da’i, yang senantiasa menyampaikan dakwah kepada umatnya, ia
perlu mengetahui ilmu ini, karena ia berbicara bukan hanya untuk
didengar semata, tetapi lebih dari itu, ia berbicara untuk
mengajak mad’u kepada jalan Allah, Islam. Karena itu apa yang
disampaikan harus bisa mengambil hati mad’u dan
menyentuhnya.
2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung:
Diponegoro, 2012), h.281
3
Dalam dakwah tidak hanya menyampaikan pesan materi
kepada masyarakat. tetapi juru dakwah harus mampu memiliki
seni dalam menyampaikan pesan dakwah. Sehingga meski materi
sederhana, mampu meluluhkan hati mad’unya.3 Terlebih lagi
manusia bosan jika cara menyampaikan dakwah yang monoton.
maka dibutuhkan trik untuk menghilangkan kebosanan yaitu
menyampaikan pesan dengan baik dan benar tanpa keluar dari
koridor syari’at.
Berbicara di depan banyak orang tentu tidak semudah
yang dikira apalagi untuk pertama kalinya. Untuk menjadi
pembicara yang handal, harus memiliki keberanian, pengetahuan
luas, kemauan kuat, dan konsistensi dalam berlatih. Itulah yang
selalu diperhatikan dan dilakukan anggota El-Markazi, kelompok
spesial public speaking club di Pondok Pesantren Daar El-Qolam,
Tangerang, Banten. Tujuan dibentuknya kelompok ini adalah
guna mencetak generasi penerus yang mampu mendakwahkan
Islam secara umum didepan publik, mahir dalam berpidato,
diskusi, debat, presentasi, dan lain sebagainya.
Kelompok spesial public speaking club El-Markazi yang
berdiri sejak tahun 1995 ini didirikan langsung oleh pendiri
ponpes Daar El-Qolam, almarhum Drs. KH. Ahmad Rifa'i Arief
dengan nama El-Markazi, yang berarti pusat.4 Dalam
penjabarannya yakni pusat perkumpulan para santri yang mahir
dalam berbicara di depan umum, baik dalam bentuk pidato,
3 Yani. Ahmad, Bekal Menjadi Khatib dan Mubaligh, (Depok:
Alqalam, 2008) h.7
4https://www.biem.co/ el-markazi asah bakat ceramah santri/ diakses
pada 23 Januari pukul 14:00 WIB
4
khotbah, pemandu acara, diskusi, ataupun debat, dan apa pun itu,
yang berhubungan komunikasi publik.5
Di El-Markazi para anggota diajarkan dan digembleng
menguatkan mental berbicara di depan publik. Tidak hanya
diajarkan teknik berpidato dengan baik dan benar, tetapi juga
dilatih berdiskusi dan debat, agar mampu mengemukakan
argumentasi yang terdapat di otak dengan lancar, tanpa gugup
dan tersendat-sendat.6
Dalam Perjalannya El-Markazi memiliki prestasi yang
bagus, di antaranya pada 2011 kami pernah juara 1 debat bahasa
Inggris tingkat Nasional yang diselenggarakan di Lombok. El-
Markazi juga pernah juara 1 lomba pidato bahasa inggris, tiga
tahun berturut-turut, pada Pekan Olahraga dan Seni Pesantren
Nasional (Pospenas) 2005 dikalimantan, 2007 di Medan, dan
2010 di Surabaya.
Selain prestasi diatas, El-Markazi telah banyak
melahirkan kader-kader penceramah yang mampu terjun
langsung ke masyarakat. Beberapa dari sekian banyaknya kader
yang sukses adalah almarhum ustad Jefri Al-Bukhori atau yang
biasa disapa Uje, dan ada juga Koko Liem. Mereka berdua adalah
dua dari sekian banyaknya penceramah lulusan kelompok spesial
public speaking club Daar El-Qolam yang bersinar dan terkenal
5 Misbahudin, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi, Tangerang,
Sabtu 27 Januari 2018
6 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 27 Januari 2018
5
di seluruh Indonesia.7 Namun beberapa tahun terakhir ini tidak
terlihat kembali prestasi – prestasi dari anggota El-Markazi ini.
Melihat permasalahan ini pengurus serta pembingbing El-
Markazi menyusun strategi untuk meningkatkan kualitas retorika
dakwah anggotanya.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik
untuk mengkaji, mengamati, dan melakukan penelitian secara
khusus tentang : “Metode Lembaga El-Markazi Dalam Membina
Kemampuan Public Speaking Santri Daar El-Qolam.”
B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan masalah
Agar penelitian ini lebih fokus, maka penulis
membatasi masalah hanya pada strategi lembaga El-
Markazi dalam membina kemampuan public speaking
santri Daar El-Qolam.
2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah penelitian ini adalah
bagaimana strategi lembaga El-Markazi dalam membina
kemampuan public speaking santri Daar El-Qolam? Dari
rumusan masalah ini saya memfokuskan bagian terpenting
yang akan saya tulis menjadi tiga poin pertanyaan, yaitu;
a) Apa saja materi dalam membina kemampuan public
speaking santri Daar El-Qolam?
b) Bagaimana metode pembinaan kemampuan public
speaking santri Daar El-Qolam?
7 https://www.biem.co/ el-markazi asah bakat ceramah santri/
diakses pada 23 Januari pukul 14:00 WIB
6
c) Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam
membina kemampuan public speaking santri Daar El-
Qolam?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah:
a) Untuk mendeskripsikan apa saja materi dalam membina
kemampuan public speaking santri Daar El-Qolam.
b) Untuk mendeskripsikan bagaimana metode pembinaan
kemampuan public speaking santri Daar El-Qolam.
c) Untuk mendeskripsikan apa saja faktor pendukung dan
penghambat dalam membina kemampuan public speaking
santri Daar El-Qolam.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada semua kalangan yang terkait dan menambah khazanah
kepustakaan tentang retorika dakwah di Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengembangan dan sumbangsih keilmuan komunikasi dan
dakwah bagi para praktisi pendidikan, komunikasi dan dakwah
yakni sebagai salah satu upaya membentuk komunikasi yang
efektif dan secara intensitas. Dengan adanya penelitian ini dapat
ditemukan strategi dalam meningkatakan kualitas retorika
dakwah.
7
Secara praktis penelitian ini manfaatnya adalah sebagai
kontribusi pemikiran dalam membina akhlak anak jalanan
khususnya dalam lingkungan di pondok pesantren Daar El-
Qolam, lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun
lingkungan akademisi lain dan masyarakat pada umumnya.
E. Metodologi Penelitian
Agar dapat membahas rumusan masalah dengan baik,
maka peneliti akan mengambil metode penelitian dengan
langkah-langkah berikut ;
1. Paradigma Penelitian
Paradigma adalah salah satu cara pandang untuk
memahami kompleksitas dunia nyata.8 Dalam pembahasan ini,
penulis hanya membahas tentang strategi lembaga El-Markazi
dalam membina kemampuan santri Daar El-Qolam dengan
menggunakan paradigm kontruktivisme.
Paradigma kontruktivisme menyatakan bahwa individu
menginterpretasikan dan bereaksi menurut konseptual dari
pikiran. Realitas tidak menggambarkan dir individu namun harus
harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas
tersebut.9
Penulis menggunakan paradigm kontruktivisme untuk
membantu menemukan relitas dari berbagai arah dengan meneliti
secara langsung, bertemu dengan objek yang menjadi sumber
penelitian. Karena Menurut penulis penelitian ini termasuk
8 Dedi Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru
Ilmu Komunikasi, (Bandung: Rosada Karya, 2006), h.6
9 Elvinaro Ardianto dan Bambang Q Ances, Filsafat dan Ilmu
Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya. 2007), h.158
8
penelitian yang harus dikaji secara mendalam bukan dilihat dari
satu sisi saja dan meneliti secara kontruktivis realitas dibalik
realitas yang nampak.
2. Pendekatan Penelitian
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang
dihasilkan dari sebuah data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar dan suatu penelitian yang bersifat alamiah dengan
mendatangi langsung tempat penelitian. Seperti yang
dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor mereka mendefinisikan
bahwa metodelogi penelitian sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan
lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati.10
Tujuan adanya metode ini adalah agar dapat
menggambarkan suatu keadaan serta dapat mengambil manfat
dari penelitian ini berdasarkan hasil tes wawancara dengan
narasumbernya.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pengurus serta
penanggung jawab El-Markazi yang memiliki peran penting
untuk menjawab pertanyaan wawancara. Sedangkan objek
penelitian ini adalah strategi El-Markazi dalam membina
kemampuan public speaking santri Daar El-Qolam.
4. Waktu dan Tempat Penelitian
10Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung, PT.
Remaja Rosda Karya 1989) Cet 1 H. 4
9
Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di pondok
pesantren Daar El-Qolam. Penelitian ini dilakukan mulai Juli
2018 mulai dari pengurusan perizinan sampai tahap pengumpulan
data.
5. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif berupaya mengungkapkan bebrapa
kondisi perilaku masyarakat yang diteliti dan situasi lingkungan
di sekitarnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data:
a. Observasi
Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan pengindraan.11
Peneliti menggunakaan
metode observasi dengan mengikuti kegiatan muhadarah di
El-Markazi dan mengamati langsung objek yang diteliti.
b. Wawancara
Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan dialog atau
tanya jawab secara langsung dengan sejumlah informan.
Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan
pengurus, anggota, serta penanggung jawab El- Markazi.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data
dengan cara mengalir atau mengambil data-data dari catatan,
dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang
11Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group,2010) h.115
10
diteliti.12
Dalam penelitian ini dokumentasi diperoleh melalui
dokumentasi yang diambil oleh peneliti saat observasi di
lapangan dan dokumen–dokumen atau arsip-arsip dari El-
Markazi yang berupa hasil wawancara dan foto kegiatan.
6. Teknik Analisis Data
Setelah mengamati dan mendapatkan berbagai data yang
dibutuhkan, selanjutnya peneliti melakukan analisis data dimana
peneliti melakukan tiga tahapan menurut Miles dan Huberman,
yakni reduksi data, data display, dan penarikan kesimpulan.13
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup
banyak, untuk itu maka perlu dicata secara rinci. Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokkok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas dan mempermudah untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
b. Data Display
Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Jika dalam penelitian kuantitatif penyajian data
dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, picto gram dan sejenisnya.
Maka dalam penelitian kualitatif yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dengan teks yang bersifat naratif. Maksud
dari teks naratif adalah peneliti mendeskripsikan informasi yang
12Nasution, Metodologi Reasearch Penelitian Ilmiah, (jakarta: Bumi
Aksara, 2003), h.143 13Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik,
(Jakarta; PT Bumi Aksara, 2013) H. 10
11
telah diklarifikasikan sebelumnya mengenai strategi retorika
dakwah.
c. Penarikan kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kulitatif menurut
Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan. Peneliti
menarik kesimpulan dari data wawancara responden, tinjauan
teori dan mencantumkan data yang sudah akurat hingga dijadikan
sebagai kesimpulan dari jawaban rumusan masalah.14
F. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian karya ilmiah ini, penulis
terlebih dahulu melakukan peninjauan di perpustakaan UIN yarif
Hidayatullah Jakarta. Terutama di perpustakaan fakultas dakwah
dan perpustakan utama UIN. Karena hal ini menjadi penting bagi
setiap mahasiswa yang ingin melakukan penelitian untuk
menghindari kesamaan judul sehingga penelitian ini tidak dapat
dilanjutkan. Dalam penulisan ini penulis banyak terinspirasi dari
hasil penelitian-penelitian sebelumnya dan dijadikan rujukan
dalam penelitian ini yaitu :
1. Hartika Yuliasari “STRATEGI KAHFI MOTIVATOR
SCHOOL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN
PUBLIC SPEAKING MAHASISWA” yang dilaksanakan pada
Kahfi Motivator School Bintaro.
Dari penulisan judul diatas subjek dan objek penelitiannya
sangat berbeda dan ini untuk jadi acuan perbedaan penulis.
14Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung; Alfabeta,2011)h.247-253
12
2. Dinda Tiara “RETORIKA DAKWAH DZAWIN NUR IKRAM
DALAM STAND UP COMMEDY.” yang bersubjek kepada
seseorang yaitu Dzawin Nur Seorang Alumni UIN Syarif
Hidayatullah sekaligus Stand Up Commedian.
Dari penulisan judul diatas subjek dan objek penelitiannya
sangat berbeda dengan yang peneliti tulis.
3. Fima Riska “STRATEGI PELATIHAN MUHADHARAH
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIDATO SANTRI DARUL
FALAH TELUK BETUNG BANDAR LAMPUNG” yang
dilakukan padda Pesantren Darul Falah di Lampung
Sama-sama memaparkan konsep strategi pelatihan pidato
terhadap santri. Perbedaannya terletak pada objek dan hasil
temuan
Penelitiann “skripsi” yang penulis buat berjudul “Metode
Lembaga El-Markazi Dalam Membinan Kemampuan Publlic
Speaking Santri Daar Rl-Qolam.” Penulis tidak menemukan
kesamaan pada subjek dann objek pembahasaan dari semua judul
skripsi diatas
Skripsi yang akan penulis buat, menitik beratkan kepada
metode yang digunakan oleh pengurus dan pembina El-Mrkzi
dalam meningkatkan kemampuan public speaking santri di Daar
El-Qolam, di Jayanti Tangerang. Demikianlah tinjauan pustaka
ini penulis buat sebagai perbedaan materi antara penelitian yang
penulis teliti dengan skripsi-skripsi terdahulu.
13
G. Teknik Penulisan
Teknik dari penulisan skripsi ini dilakukan menggunakan
pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) yang
telah disusun oleh tim UIN Syarif Hidayatullah 2017.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika diajukan untuk memudahkan pemahaman
terhadap penelitian ii. Maka peneliti membagi penulisan menjadi
lima bab yang terdiri dari bab per bab. Adapun sistematika
penulisan in adalah:
Bab 1 Pendahuluan, dalam bab ini penulis akan menjelaskan latar
belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, metedologi penelitian, tinjauan pustaka dan
sistematka penulisan.
Bab 2 Tinjauan Teoritis, dalam bab ini penulis akan
menjelasakan, mengenai pengertian dari strategi menurut para
ahli serta tahap-tahap strategi, pengertian retorika menurut para
ahli, tujuan dan fungsi retorika. Setelah itu menjelaskan
pengertian dakwah, unsur-unsur dakwah, fungsi dan tujuan
dakwah.
Bab 3 Gambaran Umum, dalam bab ini akan membahas tentang
Profil Elmarkazi yang terdiri dari Sejarah El-Markazi, Struktur
Organisasi, Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran, Program-Program
El-Markazi.
Bab 4 Temuan dan analisis data, dalam bab ini akan membahas
temuan lapangan dan analisis data tentang perumusan strategi,
14
implementasi strategi, dan evaluasi strategi El-Markazi dalam
meningkatkan retorika dakwah anggotanya.
Bab 5 Penutup, bab ini berisakan kesimpulan dan saran yang
merupakan jawaban dari permasalahan yang tertera.
15
BAB II
TINJAUAN TEORITIS DAN KERANGKA TEORI
A. Pembinaan
1. Pengertian Pembinaan
Kata pembinaan berasal dari kata “bina”
yang berarti bangun; bentuk.1 Jika mendapat
awalan me- menjadi “membina” yang
mempunyai arti membangun, memndirikan,
mengusahakan supaya lebih baik.2 Pembinaan
menurut Masdar Helmi adalah segala hal usaha,
ikhtiar dan kegiatan yang berhubungan dengan
perencanaan dan pengorganisasian serta
pengendalian segala sesuatu secara teratur dan
terarah.3
Dalam hal suatu pembinaan menunjukkan
adanya suatu kemajuan peningkatan, atas berbagai
kemungkiinan peningkatan, unsur dari pengertian
pembinaan ini merupakan suatu tindakan, proses
atau pernyataan dari suatu tujuan dan pembinaan
menunjukkan kepada “perbaikan” atas sesuatu
istilah pembinaan hanya diperankan kepada unsur
1 Peter Salim dan Yenny salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kontemporer, (Jakarta, Modern English, 1991), h.13.
2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia 1998, dalam Ibid., h.13
3 Masdar Helmi, Dakwah dalam Alam Pembangunan I,
(Semarang, Toha Putra, 1973), h.36
16
manusia, oleh karena itu pembinaan haruslah
mampu menekan dan dalam hal-hal persoalan
manusia. Hal ini sejalan dengan pendapat Miftah
Thoha dalam bukunya yang berjudul “Pembinaan
Organisasi” mendefinisikan, pengertian
pembinaan bahwa :
a) Pembinaan adalah suatu tindakan, proses,
atau pernyataan menjadi lebih baik.
b) Pembinaan merupakan suatu strategi yang
unik dari suatu sistem pambaharuan dan
perubahan (change).
c) Pembinaan merupakan suatu pernyataan
yang normatif, yakni menjelaskan
bagaimana perubahan dan pembaharuan
yang berencana serta pelaksanaannya.
d) Pembinaan berusaha untuk mencapai
efektivitas, efisiensi dalam suatu perubahan
dan pembaharuan yang dilakukan tanpa
mengenal berhenti.4
2. Fungsi Pembinaan:
Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik,
maka diperlukan adanya pegawai-pegawai yang
setia, taat, jujur, penuh dedikasi, disiplin dan sadar
akan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya
4 Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi Proses Diagnosa &
Intervensi, (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2002), h.7
17
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
kepegawaian yang berlaku, fungsi pembinaan
diarahkan untuk :
a) Memupuk kesetiaan dan ketaatan.
b) Meningkatkan adanya rasa pengabdian rasa
tanggung jawab, kesungguhan dan kegairahan
bekerja dalam melaksanakan tugasnya.
c) Meningkatkan gairah dan produktivitas kerja
secara optimal.
d) Mewujudkan suatu layanan organisasi dan
pegawai yang bersih dan berwibawa.
e) Memperbesar kemampuan dan kehidupan
pegawai melalui proses pendidikan dan
latihan yang sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan organisasi (wadah yang
ditentukan).5
3. Program – Program Pembinaan :
Pembinaan membantu orang untuk
mengenal hambatan-hambatan baik yang ada di
luar maupun yang ada di dalam situasi hidup
dengan melihat segi-segi positif dan negatifnya
serta menemukan cara-cara pemecahannya.
Pembinaan dapat menimbulkan dan menguatkan
motivasi orang, mendorongnya untuk mengambil
5 Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi Proses Diagnosa &
Intervensi, (Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2002), h.41
18
dan melaksanakan salah satu cara yang terbaik
guna mencapai tujuan dan sasaran hidupnya.
Tetapi pembinaan hanya mampu memberi bekal.
Dalam melakukan pembinaan tidak terlepas
dari program pembinaan. Program pembinaan
adalah prosedur yang dijadikan landasan untuk
menentukan isi dan urutan acara-acara pembinaan
yang akan dilaksanakan. Program pembinaan
menyangkut sasaran, isi, dan metode.
Pertama, Sasaran Program. Sasaran,
objektif dari program pembinaan terkadang tidak
jelas arah dan tujuannya serta tidak dirumuskan
secara tegas dan jelas. Hal ini dapat disebabkan
pembina tidak tahu kepentingan perumusan
sasaran program pembinaan sehingga dia tidak
membuat, pembina terlalu percaya diri/yakin diri
sehingga dia tidak merasa perlu untuk
membuatnya. Penyelenggara tidak mampu
membedakan antara isi dan sasaran program
pembinaan, program pembinaan sudah biasa
dijalankan dari tahun ketahun sehingga sudah
memiliki tujuan tersendiri dan tidak lagi
mempersoalkan siapa yang menjadi sasarannya.6
6 Novita Eko wardani dan M. Towil Umuri, “Bentuk-bentuk
Pembinaan Moral Siswa SMA PGRI 1 Temanggung Tahun Ajaran
2008/2009”Jurnal citizenship, Vol.1, No. 1, 2011, h.50.
19
Perumusan sasaran program pembinaan
yang jelas dan tegas akan memudahkan
memberikan arah dan tujuan pembinaan yang
jelas. Selain itu dengan tujuan sasran program
pembinaan yang jelas mempermudah dalam
menilai berhasil atau tidaknya suatu program
pembinaan dilaksanakan.
Kedua, Isi Program. Isi materi program
pembinaan berhubungan dengan sasarannya.
Maka dalam melakukan perencanaan mengenai isi
program pembinaan harus memperhatikan hal-hal
seperti isi harus sesuai dengan tingkat
perkembangan dan pengetahuan para peserta
pembinaan dan berhubungan dengan pengetahuan
dan pengalaman mereka. Isi tidak harus selalu
bersifat teoritis tetapi dapat pula bersifat praktis
artinya isi materi dapat dibahas dan
dikembangkan dari berbagai pandangan dan
pengalaman para peserta dapat dipraktikkan dalam
hidup nyata, isi harus disesuaikan dengan daya
tangkap para peserta.
Ketiga, Pendekatan Program. Ada beberapa
pendekatan utama dalam program pembinaan
moral (Mangunhardjana 1986:16), antara lain:
a) Pendekatan Informatif, yaitu menjalankan
program dengan menyampaikan informasi
20
kepada para peserta. Pendekatan ini biasanya
menggunakan program pembinaan yang diisi
dengan ceramah atau kuliah oleh beberapa
pembicara mengenai hal yang diperlukan para
peserta. Partisispasi para peserta terbatas pada
permintan penjelasan atau penyampaian
pertanyaan mengenai hal yang belum
dipahami oleh peserta.7
b) Pendekatan partisipatif, pendekatan ini
banyak melibatkan para peserta dengan
menggunakan metode yang dapat melibatkan
banyak peserta misalnya diskusi kelompok.
Pembinaan lebih merupakan situasi belajar
bersama, dimana pembina dan para peserta
belajar bersama.
c) Pendekatan Eksperimental, Pendekatan ini
menghubungkan langsung para peserta
dengan pengalaman pribadi dan
mempergunakan metode yang mendukung.
Dengan kata lain metode ini melaksanakan
7 Novita Eko wardani dan M. Towil Umuri, “Bentuk-bentuk
Pembinaan Moral Siswa SMA PGRI 1 Temanggung Tahun Ajaran
2008/2009”Jurnal citizenship, Vol.1, No. 1, 2011, h.50.
21
praktik langsung terhadap apa yang telah
diajarkan atau disampaikan.8
B. Public Speaking
1. Pengertian Public Speaking
Pengertian Public Speaking berasal dari
dua kata: Public dan Speaking. Public artinya
orang banyak, masayarakat umum, dan rakyat.
Sedangkan Speaking artinya berbicara.
Kita belum menemukan istilah Public
Speaking didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) mungkin karena masih sulit dicarikan
terjemahannya. Istilah yang sama dengan Public
Speaking dalam KBBI adalah “pidato”, yaitu
“pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata
yang ditujukan kepada orang banyak”.
Istilah public speaking berawal dari para
ahli retorika, yang mengartikan sama yaitu seni
(keahlian) berbicara atau berpidato yang sudah
berkembang sejak abad sebelum masehi.
Pengertian sebenarnya retorika yakni pemekaran
bakat-bakat tertinggi manusia, yaitu rasio dan cita
rasa lewat bahasa sebagai kemampuan
berkomunikasi dalam media pikiran. Pada abad
ke-20, retorika mengambil manfaat dari
8 Novita Eko wardani dan M. Towil Umuri, “Bentuk-bentuk
Pembinaan Moral Siswa SMA PGRI 1 Temanggung Tahun Ajaran
2008/2009”Jurnal citizenship, Vol.1, No. 1, 2011, h.51.
22
perkembangan ilmu pengetahuan modern. Istilah
retorika mulai digeser speech communication atau
lebih dikenal dengan public speaking.
Sementara pengertian public speaking
menurut para ahli ialah sebagai berikut:
Menurut Verderber dan Sellnow : Public
Speaking adalah keterampilan berbicara di depan
umum memberdayakan kami untuk
mengomunikasikan gagasan dan informasi
sedemikian rupa sehingga semua anggota audiens
dapat memahai.
Menurut Gunasi : Public speaking itu
merupakan komunikasi yang dilakukan secara
lisan, yaitu tentang suatu hal atau topik yang
disampaikan dihadapan banyak orang dengan
tujuan untuk memberikan informasi kepada
banyak orang.
Menurut Olii : Public speaking adalah
komunikasi tatap muka yang bersifat dua arah.9
2. Teknik Membuat Naskah Pidato
Langkah pertama dalam berpidato adalah
memilih topik. Sedikitnya ada empat prosedur
dalam mencari inpirasi topik:
9 Helena Olii, Public Speaking, (Jakarta: PT Indeks, 2010), Cet.
Ke-1, h.5-6.
23
1) Buatlah daftar dari semua hobi, pengalaman,
kepercayaan, kesukaan, kemampuanmu uuntuk
menjadi bahan topik materi.
2) Gunakan teknik pengelompokan dan tulis di
kertas topik yang pertama muncul dari pikiran.
3) Lihatlah beberapan karya (contoh pidato) sebagai
referensi untuk mencari ide.
4) Bisa gunakan internet sebagai bahan untuk
melihat kejadian atau topik yang sedang trending.
Setelah memilih topik. Kita perlu
membuat tujuan dari pidato yang akan
disampaikan. Biasanya tujuan pidato ada dua yaitu
untuk informasi atau mempengaruhi khalayak.
Ketika tujuan pidato untuk memberi informasi
pada khalayak, maka berpidatolah seperti guru
tujuannya ialah mengkomunikasikan informasi
pada khalayak dengan jelas. Ketika tujuan pidato
untuk mempengaruhi maka berpidatolah seperti
advokat. Bukan hanya sekedar informasi tetapi
juga menyertai alasannya. Tujuannya agar
pendengar sepandangan dengan pandangan
pembicara.10
Menurut Jalaludin Rahmat sebelum kita
berpidato kita harus mengetahui terlebih dahulu
10 Stephen E. Lucas, The Art of Public Speaking, (New York:
McGraw-Hill Companies, 2004) H. 104
24
apa yang akan kita sampaikan dan tingkah laku
apa yang diharapkan dari khalayak kita. Dengan
singkat kita memerlukan pokok bahasan (topik)
dan tujuan pidato.11
Dalam menentukan topik pidato sering kali
menjadi bingung ketika harus mencari topik
pidato yang baik seakan-akan anda tidak memiliki
kemampuan apa-apa. Untk membantu
menemukan topik pidato, Prof Wayne N.
Thompson menyusun sistematika sumber topik
sebagai berikut:
1. Pengalaman Pribadi:
a. Perjalanan
b. Tempat yang pernah dikunjungi
c. Kelompok anda
d. Wawancara dengan tokoh
e. Kejadian luar biasa
2. Hobbi dan keterampilan
a. Cara melakukan sesuatu
b. Kesukaan terhadap sesuatu
3. Pelajaran sekolah atau kuliah:
a. Hasil-hasil penelitian
b. Hal-hal yang perlu diteliti lebih lanjut
4. Pendapat pribadi:
11 Jalaludin Rahkmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis,
(Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2000), h. 20
25
a. Kritikan pada permainan, film, buku, siaran
televisi
b. Hasil pengamatan pribadi
5. Peristiwa hangat atau pembicaraan publik
a. Berita halaman surat kabar
b. Artikel pada kolom lain
c. Berita radio dan televisi12
kriteria topik yang baik menurut Jalaludin
Rahmat dipergunakan ukuran berikut ini topik
sesuai dengan latar belakang pengetahuan anda,
menarik minat, sesuai dengan pengetahuan
pendengar, topik harus jelas ruang lingkup dan
pembatasannya, sesuai dengan waktu dan situasi,
dapat ditunjang dengan bahan lain.
Merumuskan judul erat hubungannya dengan
topik.bila topikk adalah pokok bahasan yang akan
diulas, maka judul adalah nama yang akan
diberikan kepada pokok bahasan itu.
Judul yang baik memenuhi tiga syarat:
1. Relevan, artinya ada hubungannya dengan
pokok-pokok bahasan.
2. provokatif, ialah berarti menimbulkan hasrat
ingin tahu dan antusuasme pendengar.
12 Jalaludin Rahkmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis,
(Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2000), h. 21
26
3. singkat, singkat yang dimaksud disini ialah
judul tidak terlalu panjang terbelit-belit dan
mudah ditangkap oleh pendengar.13
Bagaimana menyusun naskah pidato
berdasarkan awal, tengah, dan akhir menurut
Helena Olii.
Bagian awal, berfungsi menarik minat
pendengar dan memperkenalkan topik yang akan
dibicarakan. Tujuannya supaya pendengar tertarik
mendengarkan pembicaraan lebih lanjut.
Bagian tengah, berfungsi untuk menyajikan
toppik yang akan dibicarakan secara lebih
mendaam lagi. Dibagian inilah semua informasi
dituangkan untuk mendukung toppiknya.
Tujuannya adalah supaya pendengar makin
berminat mendengarkan sampai selesai.
Bagian akhir, berfungsi untuk merangkum
toppik yang dibicarakan kedalam fakta-fakta yang
menguatkan. Tujuannya supaya pendengar
terkesan oleh bagian penutup ini, ada hasilnya,
dan ada kelanjutannya.14
13 Helena Olii, Public Speaking, (Jakarta: PT Indeks, 2010), Cet.
Ke-1, h. 34
14 Helena Olii, Public Speaking, (Jakarta: PT Indeks, 2010), Cet.
Ke-1, h. 64-69
27
Terdapat dua macam tujuan yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pidato
dapat dirumuskan dalam tiga hal:
1) Memberitahukan (informatif), ditunjukan untuk
menambah pendengar. Komunikasi diharapkan
akan memperoleh penjelasan, menaruh minat
yang dimiliki pengertian tentang persoalan yang
dibicarakan, misal memberi tahu tentang beberapa
ketentuan penggunaan “Bendera Kebangsaan
Indonesai.”
2) Mempengaruhi (persuasif), ditunjukan kepada
orang untuk mempercayai sesuatu, melakukannya
atau terbakar semangatnya. Keyakinan dan
semangat adalah bentuk reaksi yang diharapkan.
3) Menghibur (rekreatif), perhatian, kesenangan, dan
humor adalah reaksi pendengar yang diharapkan.
Bahasanya enteng, segar, dan mudah dicerna oleh
pendengar. 15
3. Metode Penyampaian Pidato (Public Speaking)
Setidaknya terdapat empat metode dalam
menyampaikan pidato yaitu:
a. Impromptu (Mendadak)
Impromptu merupakan teknikk
berpidato yang dilakukan tanpa persiapan dan
15 Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000) h.64-69.
28
secara mendadak. Pada metode ini pembicara
tidak menyiapkan naskah, tidak membaca
naskah, menghafal naskah. Pembicara hanya
memikirkan masalah apa yang hendak
dibicarakan kepada pendengar saat ia
dipersilahkan oleh pembawa acara. Bagi
pembicara yang telah mahir, berpidato secara
mendadak atau spontan ini terkadang dinilai
menarik dibandingkan dengan pidato yang
telah dipersiapkan sebelumnya.
b. Manuskrip (Membaca Teks)
Strategi ini dilakukan dengan membaca
teks pidatoyang hendak disampaikan. Strategi
manuskrip atau membaca naskah biasanya
digunakan untuk acara-acara yang bersifat
resmi atau formal yang disiarkan melalui
televisi atau radio, atau bisa pula pidato
seorang pejabat yang diwakilkan (dibacakan)
oleh orang lain.
c. Menghafal
untuk melakukan strategi in seorang
orator atau pembicara harus memiliki daya
ingat yang sangat kuat, apalagi jika materi
pidato yang disampaikan sangat panjang. Bila
pembicara lupa dengan susunan materi
29
pembicaraan maka dapat mengakibatkan proses
orasi yang tidak sesuai harapan.16
d. Ekstemporer (Menjabarkan Kerangka)
Strategi ekstemporer adalah strategi
pidato yang materi pidatonya hanya disajikan
dalam bentuk gari besar (outline) dan materi
pendukung (supporting point). Dengan begitu
orator tidak perlu menghafal isi pidato yang
hendak disampaikan. Ketika berpidato,
kerangka isi naskah pidato dikembangkan
secara langsung dan catatan hanya dilihat
sesekali saat diperlukan. Strategi ini juga
memberikan kebebasan bagi orator untuk
menyampaikan materi-materi pidatonya tanpa
harus keluar atau melenceng dari isi dan tujuan
dari pidato yang disampaikannya.17
4. Mengatasi Demam Panggung
Dalam kegiatan public speaking terkadang
terjadi situasi psikologis di mana muncul rasa gugup
sebelum dan selama berpidato. Secara psikologis hal
ini wajar terjadi sebab setiap orang bisa mengalami
kecemasan dari waktu ke waktu. Penelitian
mengejutkan bahwa kebanyakan orang menganggap
16 Kustadi Suhandang, Retorika Strategi Teknik dan Teknik
Pidato, (Bandung: Nuansa, 2009), cet. 1, h. 73
17 Kustadi Suhandang, Retorika Strategi Teknik dan Teknik
Pidato, (Bandung: Nuansa, 2009), cet. 1, h. 74
30
pidato atau public speaking merupakan ketakutan
terbesar bagi mereka. Stephen E. Lucas mengatakan
dalam bukunya, warga Amerika beranggapan bahwa
takdir terburuk dari kematian adalah public speaking
(berpidato).
Walaupun kegiatan public speaking terlihat
mengerikan bagi kebanyakan orang terdapat cara
mengatasi atau meminimalisirnya. Berikut adalah
teknik yang dirumuskan oleh Stephen E. Lucas ;
a) Memperoleh pengalaman berbicara di depan
umum. Biar bagaimanapun pengalaman ialah
guru terbaik, walau pidato pertama kita sangat
tidak karuan namun pengalan berbicara
didepan umum tadi bisa dijadikan bahan
evaluasi untuk memperbaiki kesalahan saat kita
berbicara di depan umum sehingga penampilan
kita selanjutnya lebih baik.18
b) Persiapan, persiapan, persiapan. Tidak ada cara
terbaik selain mempersiapkan. Kunci lain dari
mendapat rasa percaya diri adalah mengambil
materi dari sesuatu yang sangat kau pedulikan
lalu persiapkan itu.
c) Berpikir positif. Kekuatan berpikir positif
adalah rahasia paling terkenal dari cara
18 Stephen E. Lucas, The Art of Public Speaking, (New York;
McGraw-Hill Companies, 2004) , h. 10
31
mendapatkan rasa percaya diri. Justru
sebaliknya jika kita berpikir kita akan
mendapat kesulitan atau hambatan ketika
berpidato maka kesulitan dan hambatan itu
yang akan terjadi dalam proses berpidato.
d) Gunakan kekuakan visualisasi pikiran.
Maksudnya adalah membayangkan bagaimana
kita saat berpidato seakan kita sedang
berpidato. Ini adalah rahasia dari banyak
musisi, aktor, atlit, dan lainnya. Dengan
membayangkan (menvisualisasikan) mereka
mendapat ketenangan dan rasa percaya diri saat
penampilan mereka.
e) Ketahuilah bahwa kekhawatiran terbesar tidak
nyata. Kebanyakan orang khawatir karena
adalah pikiran mereka sendiri. Mereka
membayangkan akan terjadi hal-hal buruk yang
akan terjadi begitu juga seorang pembicara
yang akan tampil. Oleh karena itu dengan
berpikir bahwa kekhawatiran itu tidak nyata
akan akan memberi ketenangan serta rasa
percaya diri yang akan membuat kita tampi
dengan baik.
f) Jangan berharap sempurna. Kebanyakan orang
berharap setiap performance (penampilan)
mereka selalu sempurna. Hal ini justru
32
membuat pembicara terbebani. Dengan berpikir
bahwa tidak ada manusia yang sempurna serta
menerima kekurangan akan mengurangi rasa
beban saat penampilan. Pembicara bisa
berkonsentrasi sehingga pembicara bisa
memberi penampilan yang tenang dan santai.19
Rasa takut terhadap pidato menduduki
peringkat kedua dibawah rasa takut terhadap ular dan
sebelumnya rasa takut terhadap kematian. Untuk
mengatasi rasa takut anda memerlukan latihan terus
menerus dan berulang-ulang. Anda perlu latihan
bicara agar kalimat yang keluar dari mulut anda
terdengar jelas. Latihan juga bisa dengan membaca
keras-keras agar mulut anda terbiasa mengeluarkan
kata-kata dan ada dapat dapat mendengar suara anda
yang keluar. Lama kelamaan dengan latihan
demikian, anda akan memperoleh suara yang baik
dan mengeluarkan suara yang mempesona.
Latihan ini adalah melalui cermin, anda perlu
berdiri di depan cermin dan perhatikan mulut anda
ketika berbicara. Anda harus memperhatikan mulut
anda yang mengeluarkan suara dan memperhatiikan
tingi rendahnya suara yang keluar.20
19 Stephen E. Lucas, The Art of Public Speaking, (New York;
McGraw-Hill Companies, 2004) H. 13-15
20 Helena Olii, Public Speaking, (Jakarta: PT Indeks, 2010), h.
84-85
33
Bagaimana mengendalikan kecemasan
berkomunikasi dan mengapa hal itu terjadi? Hal
tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan tentang
“public speaking”, tidak mempunyai pengalaman
dalam berpidato dan juga tdak ada persiapan
berpidato.
Menurut Jalaludin Rahmat, terdapat dua
metode dalam menghadapi atau mengendalikan
kecemasan berpidato yaitu:
a. Metode jangka panjang, yaitu secara berangsur-
angsur mengembangkan keterampilan, meningkatkan
pengetahuan public speaking, dan meningkatkan
pengetahuan serta disiplin ilmu lainnya.
b. Metode jangka pendek, melalui latihann berbicara
setiap saat, menggunakan kesempatan yang tersedia
berbicara di depan umum.21
5. Teknik Penyampaian Pidato
Penyampaian pidato yang baik bukan hanya
menarik perhatian pembicaranya tetapi juga juga
memukau perhatian khalayak. Penyampaian pidato
yang baik akan menyampaikan gagasan pembicara
dengan jelas, menyenangkan, dan tidak mengganggu
(membuat risih) khalayak. Berikut adalah dua teknik
penyampaian pidato menurut Stephen E. Lucas:
21 Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000) h. 40
34
a. Suara Pembicara
Saat ini berpidato dimudahkan oleh alat bantu
seperti microphone, ini sangat membantu pembicara
dalam menyampaikan pidato mereka kepada
pendengar. Namun bila kita berpidato di ruangan
yang luas tanpa alat bantu maka nada bicara harus
diperhatikan. Jika kita berpidato dengan suara terlalu
keras pendengar akan mengira pembicara orang yang
kasar. Begitupun jika menyampaikan dengan suara
terlalu pelan, pendengar tidak akan mendengar apa
yang disampaikan.
Selain nada terdapat keragaman yang harus
diperhatikan oleh pembicara yang akan
mempengaruhi makna yaitu; nada, durasi, kecepatan,
hetian.
b. Bahasa Tubuh Pembicara
Untuk memdapat perhatian dari pendengar
juga dibutuhkan isyarat tubuh yang baik. Postur,
ekspresi wajah, gerakan, dan kontak mata adalah
semua yang mempengaruhi merespon pembicara.
Pembicara yang baik selalu menyapaikan pidato
mereka dengan suara yang bersemangat untuk
membantu gagasan mereka tersampaikan. Bukan
hanya faktor suara bahasa tubuh (body languange)
yang baik seperti postur, ekspresi wajah, serta kontak
35
mata akan membuat pidato yang disampaikan terlihat
hidup dan meyakinkan pendengar.22
Menurut Helena Olii semua orang dapat
menyampaikan pidato dengan baik bila mereka
mengetahui dan mempraktikkan tiga prinsip
penyampaian pidato sebagai berikut:
a) Kontak mata dan kontak emosi. Pidato bersifat
tatap muka dua arah, karena itu memlihara
kontak mata dan emosi sangatlah penting. Mata
merupakan bagian yang paling ekspresif dari
seluruh wajah, maka pandangilah mata
pendengar. Hindari menatap langit-langit atau
lantai. Jika pembicara tidak menatap mata
pendengar maka akan kehilangan kesempatan
berkomunikasi dengan baik dengan pendengar.
b) Olah vokal. Gunakan lambang-lambang auditif
atau usahakan suara anda memberikan makna
yang lebih kaya. Helena memberikan tips
dalam mengolah vokal yaitu: Jangan berbicara
terlalu cepat, karena pendengar tidak akan
dapat mendengar apa yang dikatakan, bernafas
dengan baik akan membantu pembicara
berpidato lebih tenang, melatih kosakata agar
setiap kata yang diucapkan terdengar jelas.
22 Stephen E. Lucas, The Art of Public Speaking, (New York:
McGraw-Hill Companies, 2004)h. 294-309
36
c) Olah visual. Berbicara dengan seluruh
kepribadia dengan wajah, tangan, dan seluruh
tubuh.23
Bagaimana cara-cara membuka pidato
membuka pidato dan berapa banyak waktu yang
dibutuhkan amat bergantung pada topik, tujuan,
situasi, khalayak, dan hubungan antara komunikator
dan komunikan. Sebagai pedoman, anda dapat
memilih salah satu diantara cara-cara dibawah ini:
Langsung menyebutkan pokok persoalan,
komunikator langsung menyebutkan hal yang akan
dibicarakan, dan memberikan kerangka
pembicaraannya. Cara ini biasanya dilakukan bila
topik adalah pusat perhatian khalayak. Contohnya
adalah bagaimana mendapatkan kredit investasi.
a. melukiskan latar belakang masalah,
komunikastor menerangkan sejarah, membatasi
pengertian, dan menyatakan masalah-
masalahnya.
b. menghubungkan dengan tempat komunikator
berpidato, tempat komunikator pidato dapat
dijadikan dasar pembuka pidato misalnya
menecritakan sejarah atau peristiwa yang
pernah terjadi pada tempat tersebut.
23 Helena Olii, Public Speaking, (Jakarta: PT Indeks, 2010) Cet.
Ke-1, h.70-85
37
c. memberikan pujian pada khalayak atas prestasi
mereka, bia pendengar memiliki keistimewaan
atau prestassi akan hal tertentu, maka
pembicara harus memuji dan menyanjungnya.
d. membuat humor, pembukaan ini adalah yang
paling sulit. Bebrapa penulis bahkan tidak
sama sekali menganjurkan cara ini. Bila
berhasil, pembukaan seperti ini dapat
mengesankan pendengar. 24
Permulaan dan akhir pidato ialah bagian-
bagian yang paling menentukan kalau permulaan
pidato dapat mengantarkan pikiran dan menempatkan
perhatian kepada pokok pembicaraan, maka penutup
pidato dapat memfocuskan pikiran dan perasaan
khalayak pada gagasan utama atau kesimpulan
penting dari seluruh isi pidato. Karena itu penutp
pidato harus dapat menjelaskan seluruh tujuan
komposisi pidato dan memperkuan daya persuasi,
mendorong pemikiran dan tindakan yang diharapkan,
dan menimbulkan kesan terakhri yang positif.
Ada dua macam penutup yang buruk. Yang
pertama adalah berhenti tiba-tiba tanpa
menggambarkan komposisi yang sempurna. Yang
kedua adalah berlarut-larut berbicara tanpa
24 Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000) h. 57-59
38
pengetahuan harus berhaenti dimana. Untuk
menghindari kejadian tersebut, dibawah ini bebrapa
cara menutup pidato:
a. menyimpulkan dan mengemukakan ikhtisar
pembicaraan, manusai dapat mengingat banyak
hal, tetapi hanya sanggup mengingat hal jelas
beberpa saja. Karena itu pokok-pokok
pembahasan harus disimpulkan dan disebutkan
kembali.
b. menyatakan kembali gagasan dengan kalimat
dan kata yang berbeda.
c. mendorong khalayak untuk bertindak (appeal
for action)
d. mengakhiri pidato dengan klimaks, dengan
menyampaikan bagian terpenting pidato
diakhir.
e. mengatakan kutipan sajak, kitab suci,
pribahasa, atau ucapan ahli.
f. menceritakan contoh yang berupa ilustrasi dari
tema pembicaraan.25
6. Metode Pembinaan Public Speaking
Metode pembinaan pidato merupakan faktor
yang sangat mempengaruhi dan sangat menentukan
bagi sebuah proses pembinaan, apaila metode yang
25 Jalaludin Rakhmat, Retorika Modern Pendekatan Praktis, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2000) h. 59-61
39
digunakan tepat dan sesuai, maka tingkat
keberhasilan dalam pembinaan tersebut akan sangat
memungkinkan. Tapi, apabila metode yang
diterapkan tersebut kurang atau bahkan tidak dapat
dan tidak sesuai dengan kondisi, maka tingkat
keberhasilan yang diraih pun tidak akan memnuhi
target yang diharapkan. Dengan demikian sanagt
penting memerhatikan metode yang harus diterapkan
dalam pembinaan seni berpidato ini.
Adapun metode pembinaan pidato itu pada
hakikatnya serupa dapat dilakukan dengan berbagai
macam cara, seperti:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suat metode di dalam
pendidikan dimana cara menyampaikan materi
kepada anak didik dengan jalanpenerangan dan
penuturan secara lisan, dapat dikatakan juga sebagai
teknik kulaih, merupakan suatu cara mengajar yang
digunkan untuk menyampaikan keterangan atau
informasi, uraian tetang suatu pokok persoalan serta
masalah lisan.26
b. Metode Diskusi
Diskusi merupakan suatu percakapan ilmiah
oleh beberapa orang yang bergabung dalam satu
26 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:
Kalam Mulia, 1990), h.104.
40
kelompok untuk saling tukar pendapat tentang suatu
masalah atau bersama-sama mencari pemecahan
pendapat tentang suatu masalah dan mendapatkan
akar jawabannya serta kebenaran dari masalah
tersebut. Sedangkan metode diskusi merupakan suatu
cara penyajian bahan pelajaran dimana guru
smemberikan kesempatan kepada para siswa untuk
mengadakan perbincangan ilmiah guna pengumpulan
pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan
berbagai alternatifatas suatu masalah.27
c. Metode Kontinuitas
Kontinuitas adaah metode mengulang kembali
materi yang telah diajarkan kepada peserta didik.
Pengulangan dalam proses belajar mengajar
berlandaskan kepada dua hal. Pertama, individu pada
umumnya berkecenderungan meniru orang lain,
terutama jika yang ditiru cukup berpengaruh
(misalnya karena faktor identifikasi dan simpatik).
Kedua, peniruan dan pengulangan memperhatikan
efektifitas yang tinggi.
Dalam pelaksanaannya pengulangan dapat
dilaksanakan sebelum pemberian materi kepada
peserta didik dan dapat pula sesudah pemberian
bahan pelajaran. Pengulangan sebelum pemberian
27 Syah Muhibin, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h.42.
41
ateri pembelajaran dimaksudkan untuk mengetahui
penguasaan materi pada peseta didik. Pengulangan
sesudah pelajaran bertujuan mempertinggi
penguasaan materi peserta didik.28
7. Kemampuan Kognitif Dalam Public Speaking
a. Pengertian Kemampuan Kognitif
menurut Soehardi, kemampuan adalah kajian yang
menghasilakn nilai-nilai secara normatif atas prilaku
dan dianggap sebagai hasil kerjanya kepada
masyarakat. Maka dalam hal ini kemampuan disebut
bakat yang diperoleh sejak lahir, prosees belajar,
serta pengalaman.29
Kognitif berhubungan dengan atau melibatkan
kognisi. Sedangkan kognisi merupakan kegiatan atau
proses memperoleh pengetahuan (termasuk
kesadaran, perasaan, dan sebagainya) atau usaha
mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri.
Kemampuan kognitif adalah penampilan-penampilan
yang dapat diamati sebagai hasil kegiatan atau proses
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman
sendiri. Menurut Anas Sudijono, ranah kognitif
28 Muhammad Utsman Najati, Psikologi dalam Al-Qur’an Terapi
Qur’ani dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan (Bandung: Pustaka
Setia, 2005), h. 282
29 Susi Hendriani, Soni A. Nulhaqim, “Pengaruh Pelatihan dan
Pembinaan Dalam Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mitra Binaan PT.
(Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Dumai”, Jurnal Kependudukan
Padjajaran, vol. 10, h. 158
42
adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Robert M.Gagne menjelaskan bahwa pengaturan
kegiatan kognitif mencakup penggunaan konsep dan
kaidah yang telah dimiliki, terutama bila sedang
menghadapi suatu problem.30
b. Ranah Kemampuan Kognitif
Benjamin S.Bloom dkk berpendapat bahwa
taksonomi tujuan ranah politik meliputi enam jenjang
proses berfikir yaitu :
1) pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan
seseorang untuk mengingat-ingat kembali
(recall) dan menghafal mengenali kembali
tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus
dan sebagainya, tanpa mengharapkan
kemampuan untuk menggunakannya.
Pengetahuan atau ingatan ini merupakan proses
berfikir yang paling rendah.31
2) Pemahaman (comprehension) adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Dengan kata lain,
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu
dan dapat melihatnya dari berbagai segi.
30 Anas Sudjiono, Pengantar Eavaluasi Pendidikan, (Jakarta:
Raja Grafindo, 2001), h. 49
31 Anas Sudjiono, Pengantar Eavaluasi Pendidikan, (Jakarta:
Raja Grafindo, 2001), h50
43
Seseorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan
penjelasan atau memberi uraian yang lebih
rinci menggunakan kata-katanya sendiri.
Pemahaman merupakan jenjang kemapuan
berfikir setingkat lebih tinggi dari ingatan atau
hafalan.
3) Penerapan (Application) adalah kesanggupan
seseorang untuk menerapkan atau
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus,
teori-teori, dan sebagainya. Dalam situasi yang
baru dan konkret aplikasi ata penerapan ini
adalah merupakan proses berfikir setingkat
lebih tinggi dari pemahaman.32
4) Analisis (analysis), mencakup kemampuan
untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-
bagian sehingga struktur keseluruhan atau
organisasinya dapat dipahami dengan baik.
5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan
seseorang untuk merinci atau menguraikan
sesuatu atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil dan mampu memahami
hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-
32 Anas Sudjiono, Pengantar Eavaluasi Pendidikan, (Jakarta:
Raja Grafindo, 2001), h50
44
faktor yang satu dengan faktor lainnya. Sintesis
merupakan suatu proses yang memdukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secar logis
sehingga menjelma menjadi suatu pola yang
berstruktur atau berbentuk pola baru. Jenjang
sintesis kedudukannya lebih tingggi setingkat
dari analisis.
6) Evaluasi (evaluation) adalah merupakan
jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah
kognitif menurut Bloom, penilaian atau
evaluasi disini merupakan kemampuan
seseorang untuk membuat pertimbangan
terhadap sesuatu situasi, nilai, atau ide,
misalnya jika sesorang dihadapkan pada
beberapa pilihan dia akan mampu memilih
pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan
degan kriteria yang ada. 33
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa setidaknya terdapat empat kemampuan
kognitif dalam berpidato yaitu:
1) Kemampuan seseorang dalam menghafal
pidato.
33 Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja
Grafindo, 2001), h. 51-52
45
2) Kemampuan memahami suatu keadaan dan
menganalisa suatau masalah untuk dijadikan
sebua materi pidato.
3) kemampuan dalam menggunakan ide-ide Tu
suatu keadaan menjadi materi dan ditulis dalam
bentuk naskah.
4) kemampuan untuk menyampaikan naskah
pidato dengan baik an tersusun.
46
BAB III
GAMBARAN UMUM EL-MARKAZI
A. Sejarah El-Markazi Daar El-Qolam
Kelompok spesial public speaking club El-Markazi yang
berdiri sejak tahun 1995 didirikan bersama ekstra kulikuler
Marching Band. El-Markazi didirikan langsung oleh pendiri
ponpes Daar El-Qolam, almarhum Drs. KH. Ahmad Rifa'i
Arief dengan nama El-Markazi, yang berarti pusat. Dalam
penjabarannya yakni pusat perkumpulan para santri yang
mahir dalam berbicara di depan umum, baik dalam bentuk
pidato, khotbah, pemandu acara, diskusi, ataupun debat, dan
apa pun itu yang berhubungan komunikasi publik.
Berawal dari keinginan almarhum Drs. KH. Ahmad Rifa’i
Arief yang ingin Daar El-Qolam mempunyai ekstra kulikuler
yang membina santri dalam berpidato, ceramah, debat,
ataupun kegiatan public speaking yang lainnya demi
mewujudkan santri Daar El-Qolam yang berbakat dibindang
dai dan public speaking, maka didirikanlah oleh beliau El-
Markazi ini.1
Di El-Markazi para anggota diajarkan dan digembleng
menguatkan mental berbicara di depan publik. Tidak hanya
diajarkan teknik berpidato dengan baik dan benar, tetapi juga
dilatih berdiskusi dan debat, agar mampu mengemukakan
argumentasi yang terdapat di otak dengan lancar, tanpa
gugup dan tersendat-sendat. Dalam perjalannya anggota El-
1 https://www.biem.co/ el-markazi asah bakat ceramah santri/
diakses pada 05 Agustus pukul 20:00 WIB
47
Markazi juga memiliki prestasi yang bagus, di antaranya
pada 2011 juara 1 debat bahasa Inggris tingkat Nasional yang
diselenggarakan di Lombok. Juara 1 lomba pidato bahasa
inggris, tiga tahun berturut-turut, pada Pekan Olahraga dan
Seni Pesantren Nasional (Pospenas) 2005 dikalimantan, 2007
di Medan, dan 2010 di Surabaya.
B. Visi dan Misi El-Markazi
1. Visi
a. Mencetak santri yang merespon modernisasi dan
berakhlak suci.
b. Mencetak santri yang siap terjun ke masyarakat.
2. Misi
a. Menguji mental santri untuk bisa berbicara di depan
orang banyak.
b. Melatih santri agar bisa menyampaikan materi
pidato dengan baik dan benar.
c. Mengkoreksi isi pidato santri agar tidak terdapat
kesalahan di dalam pidatonya.2
C. Struktur Organisasi El-Markazi
Suatu Organisasi seperti El-Markazi tidak akan
berjalan dengan baik, tanpa adanya orang-orang yang
mengurusi ataupun bertanggung jawab dalam organisasi
tersebut, maka harus dibuat suatu struktur kepengurusan
atau struktur organisasi. Soetmina mengatakan bahwa
2Misbahudin,Pembina El-Markazi, wawancara pribadi, Tangerang,
Jumat 19 Oktober 2018
48
“Struktur organisasi adalah suatu kerangka yang
menunjukkan semua tugas kerja untuk mencapai tujuan
organisasi, hubungan antara fungsi-fungsi tersebut serta
wewenang dan tanggung jawab setiap anggota organisasi
yang melakukan tiap-tiap tugas kerja tersebut.”3
Berangkat dari tulisan di atas, maka dapat
dipahami bahwa struktur organisasi dapat dilakukan
sebagai kerangka kerjasama di mana orang-orang akan
bertindak, menyusun tenaga kerja dan tugas-tugas serta
menyusun bagian-bagian sedemikian rupa dengan penuh
rasa tanggung jawab, sehingga dalam sistem organisasi
terwujud apa yang dicita-citakan.
Yang dimaksud dengan kerangka yaitu ruang
lingkup, jalur koordinasi, kegiatan dan fungsi-fungsi yang
dijalankan oleh masing-masing bagian yang ada dalam
struktur organisasi yang bersangkutan. Untuk mencapai
misi yang diemban oleh pengurus El-Markazi, seperti
yang dituturkan oleh ketua El-Markazi yaitu Saudara M.
Rizky Hidayatullah, maka disusunlah sebuah struktur
organisasi sebagai berikut :
1. Pembina El-Markazi
Jabatan ini di pegang oleh Ustadz Misbahudin.
Pada umumnya tugas seorang pembina ialah
membina khususnya ketua dan anggota lainnya.
3 Soetmina, Perpustakaan, Kepustakaan dan Pustakawan,
(Yogyakarta : Kanisius, 1992), Cet. Ke-I, h. 57
49
Tugas seorang pembina tidaklah mudah yaitu
mengawasi kinerja dari organisasi tersebut dan
bertanggung jawab apabila ada kendala atau hal yang
tidak diinginkan. Dalam perannya sebagai pembina
El-Markazi, pembina dapat memberikan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu public speaking kepada
ketua dan anggota El-Markazi lainnya, sehingga bisa
di terapkan ilmu-ilmunya di bagikan kembali kepada
masyarakat luas.
2. Ketua El-Markazi
Jabatan ini dipegang oleh saudara M. Rizky
Hidayatullah. Pada umumnya tugas seorang ketua
atau pemimpin El-Markazi adalah mengusahakan
agar yang dipimpinnya dapat merealisasikan visi dan
misi El-Markazi dengan sebaik-baiknya dalam
kerjasama yang produktif. Seorang Ketua harus bisa
mengintegrasikan pandangan-pandangan anggota
kelompok, baik mengenai situasi di dalam maupun di
luar kelompok yang bersangkutan. Selain itu, harus
bisa mengawasi tingkah laku anggotanya berdasarkan
rumusan bersama yang telah ia rumuskan itu dan
harus menyadari dan merasakan kebutuhan-
kebutuhan, keinginan-keinginan dan cita-cita anggota
serta mewakilinya ke dalam maupun ke luar
anggotanya.
3. Wakil Ketua El-Markazi
50
Jabatan Wakil Ketua ini dipegang oleh Saudara
Jaezan Hafyan. Tugas seorang wakil ketua adalah
bertanggung jawab membantu apa yang menjadi
tugas dari ketua. Jabatan ini sama beratnya dengan
jabatan ketua organisasi, karena di sini juga
diperlukan tenaga ekstra dalam membantu apa yang
diperintahkan oleh seorang ketua serta menjadi
penyalur aspirasi dari anggota kepada ketuanya.4
4. Sekretaris El-Markazi
Jabatan Sekretaris ini dipegang oleh saudara
Akmal Ramadhan. Sekretaris bertugas membuat
jadwal kegiatan atau agenda El-Markazi, mencatat
siapa saja yang menjadi penceramah, mengurus
absensi kegiatan pidato El-Markazi, mencatat apa saja
kegiatan yang di lakukan dan sebagainya yang
berhubungan dengan kesekertariatan El-Markazi.
Jabatan ini diperlukan suatu ketelitian agar tidak
terjadi kesalahan dalam pembukuannya dan
catatannya.
5. Bendahara El-Markazi
Jabatan Bendahara ini dipegang oleh Saudara
Varell Azka. Ia bertugas memegang keuangan yang
ada di El-Markazi, mengatur pembelanjaan kebutuhan
public speaking El-Markazi Sifat yang sangat jujur
dan teliti diperlukan dalam tugas ini, karena mengatur
4 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018
51
keuangan lembaga bukan hal yang mudah.
Diharapkan dengan sifat jujur dan teliti urusan
keuangan lembaga dapat berjalan dengan baik.5
6. Bagian Disiplin dan Pengajaran
Bagian disiplin dan pengajaran dipegang oleh
saudara Wildan Fadhli. Bagian ini bertugas mengurus
masalah kedisiplinan anggota El-Markazi serta
pengajarannya. Tugas bagian disiplin dan pengajaran
ialah mengurus perizinan tidak ikut kegiatan pidato,
menghukum anggota yang melanggar aturan,
mengawas selama kegiatan pidato El-Markazi,
mengecek teks pidato penceramah, menentukan tema
pidato, dan sebagainya.
D. Program-Program El-Markazi
1. Pelatihan Master of Ceremony (MC)
Selain pidato kegiatan public speaking dalam El-
Markazi tidak hanya berupa penyampaian pidato saja
ada didalamnya pelatihan MC yang dipraktekan oleh
santri sebelum memulai jalannya muhadharah, agar
santri selalu siap menjadi pembawa acara ketika
terjun dimasyarakat kelak. Pemilihan MC ditunjuk oleh
pengurus, santri yang ditunjuk harus siap menjadi MC
minggu selanjutnya.
2. Pelatihan Pidato
5 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018
52
Pelatihan pidato atau public speaking tentu saja
menjadi kunci atau tujuan utama didirikannya kelompok
public speaking El-Markazi ini. Pelatihan public
speaking diharapkan agar santri menjadi da’i atau
pembicara yang berkualitas ketika santri terjun langsung
di masyarakat nanti. Pelatihan pidato El-Markazi
diadakan seminggu sekali yaitu pada malam jumat
setelah sholat isya hingga pukul 22:00 WIB.6
3. Pelatihan Debat
Selain pelatihan MC dan pidato pelatihan debat
juga diadakan oleh El-Markazi karena debating
(berdebat) juga masih merupakan bagian dari public
speaking. Pelatihan berdebat bertujuan untuk melatih
kemampuan komunikasi santri agar santri mampu
menyampaikan argumen yang mereka miliki dengan
baik dan tidak tersendat-sendat. Pelatihan debat
dilakukan dengan cara membagi dua kelompok yaitu
kelompok yang pro dengan yang kontra dari tema yang
telah ditentukan saat pelatihan debat.
4. Cuci Gudang (Pidato Out Door)
Cuci gudang merupakan istilah yang diberikan
oleh pengurus El-Markazi. Cuci gudang adalah praktek
pidato anggota El-markazi yang dilakukan di luar
ruangan agar dilihat orang banyak, biasanya dilakukan di
belakang masjid, di saung-saung, ataupun di lapangan
6 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, sabtu 20 Oktober 2018
53
depan ruang kelas. Cuci gudang dilakukan setiap hari
jumat dan minggu ketika banyak wali santri yang datang
menjenguk anaknya. Cuci gudang bertujuan melatih
mental santri agar santri lebih siap berpidato di hadapan
publik atau ketika terjun ke masyarakat kelak.
5. Puisi Berantai
Pelatihan puisi berantai adalah pembacaan satu
puisi yang disambung oleh puisi yang lainnya sehingga
puisi tersebut terdengar menyatu namun tidak sambung
secara makna sehingga terdengar lucu. Puisi berantai
dilakukan oleh anggota El-Markazi dengan cara
penunjukan angkatan oleh pengurus. Angkatan yang
ditunjuk wajib menampilkan puisi berantai pada tanggal
yang sudah ditentukan. Puisi berantai bertujuan melatih
kemampuan santri tampil didepan umum.7
6. Nasyid
El-Markazi mempunyai banyak program salah
satunya penampilan nasyid, selain harus bisa berpidato
dan ceramah anggota El-Markazi juga dituntut memiliki
kemapuan menghibur di hadapan publik. Nasyid
dilakukan masih dengan cara penunjukan angkatan oleh
pengurus. Dan angkatan yang ditunjuk harus tampil pada
tanggal yang telah ditentukan. Nasyid bertujuan
membuat suasana El-Markazi tidak monoton dan melatih
7 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018
54
kemampuan santri menghibur ketika tampil di hadapan
publik.
7. Akapela
Akapela merupakan bentuk vokal grup gaya kapel
dan tanpa alat musik pengiring. Sehingga musik akapela
adalah sekelompok penyanyi yang bernyanyi tanpa
iringan alat musik.8 Selain nasyid dan puisi berantai, El-
Markazi juga memiliki program akapela dalam kegiatan
pelatihan pidatonya. Sama seperti puisi berantai dan
nasyid, akapela El-Markazi dilakukan dengan cara
penunjukan angkatan oleh pengurus El-Markazi
kemudian angkatan yang ditunjuk harus menampilkan
kemapuan akapela pada tanggal yang sudah ditentukan.
Tujuan dari akapela ini juga masih sama dengan nasyid
dan puisi berantai yaitu membuat suasana El-Markazi
tidak monoton dan melatih kemampuan santri
menghibur ketika tampil di hadapan publik.9
8. Markazi Show
Selain mengadakan pelatihan-pelatihan diatas, El-
Markazi juga mengadakan penampilan khusus anggota
El-Markazi yang memiliki bakat baik dalam menyanyi,
dancing, nasyid, akapela, dan lain sebagainya. Markazi
Show dilakukan di aula pesantren atau di lapangan
depan gedung sekolah. Markazi show diadakan untuk
9 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018
55
mengapresiasi anggotanya yang berbakat dan agar
menjadi motivasi dan daya tarik kepada santri lain untuk
masuk ke dalam public speaking club El-Markazi.
E. Kegiatan Pidato El-Markazi
Kegiatan pidato El-Markazi awalnya dilakukan
seminggu 2 kali, tetapi kebiakan dari pimpinan pondok
pesantren yang menjadikan kegiatan pidato menjadi
mata pelajaran wajib, mengubah jadwal kegiatan pidato
El-Markazi menjadi seminggu sekali yaitu, pada malam
jumat. Dengan adanya kegiatan pidato dapat melatih
keberanian dan rasa percaya diri untuk berbicara
didepan banyak orang.10
Adapun kegiatan yang
dilakukan pada muhadharah yaitu :
1. Pelatihan MC (Master of Ceremony)
Kegiatan muhadharah tidak hanya berupa
penyampaian pidato saja ada didalamnya pelatihan MC
yang dipraktekan oleh santri sebelum memulai jalannya
muhadharah, MC berfungsi sebagai pemandu acara
selama jalannya pidato berlangsung dan mengambil
kesimpulan pidato yang dibawakan oleh pembicara.
2. Pembacaan Saritilawah
Semua kegiatan di Pondok Pesantren ini tidak
lepas dari pembacaan saritilawah, saritilawah disini
dibacakan bukan hanya untuk acara formal saja,
pembacaan saritilawah dibawakan anggota El-Markazi
10 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018
56
yang ditunjuk oleh bagian displin dan pengajaran El-
Markazi. Pembacaan saritilawah bertujuan untuk
mendapatkan ridho Allah SWT pada setiap kegiatan
yang dilakukan.
3. Penyampaian Intisari
Penyampaian inti sari adalah kegiatan yang
ditakuti para santri yang tidak memperhatikan temannya
ceramah didepan umum, pengambilan intisari dilakukan
setelah penceramah menyampaikan pidatonya lalu
pengurus menunjuk salah satu dari santri untuk
menyampaikan inti sari dari penceramah sebelumnya.
Dapat simpulkan metode penyampaian intisari ini sangat
efektif untuk santri yang tidak memperhatikan dan main-
main didalam kegiatan muhadharah, karena jika ada
santri yang bercanda didalam kelas muhadharah MC
dengan cepat menunjuk santri tersebut utuk
penyampaikan intisari dari apa yang sampaikan
penceramah.11
11 Misbahudin, Pembina El-Markazi, wawancara pribadi, Tangerang,
Jumat 19 Oktober 2018
57
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
Sebagai lembaga yang bergerak dalam membina public
speaking santri Daar El-Qolam, maka El-Markazi berusaha
memberikan pembinaan public speaking yang berkualitas kepada
para santri Daar El-Qolam. Hal ini sesuai dengan tujuan
didirikannya El-Markazi mencetak kader da’i yang berkualitas.
Untuk mencapai tujuan dan mewujudkan visi yang telah
dirumuskan, maka setiap kegiatan yang dilakukan El-Markazi
membutuhkan suatu materi, metode, dan faktor pendukung
lainnya dalam membina santri.
A. Materi Pembinaan Public Speaking El-Markazi
Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, materi
pembinaan public speaking harus sesuai dengan sasaran dan
tujuan awal didirikannya lembaga public speaking EL-Markazi
yaitu menciptakan santri yang berkualitas dalam berpidato.
Penulis melihat terdapat tiga fokus materi utama dalam membina
kemampuan public speaking santri Daar El-Qolam yaitu
pembinaan teknik membuat naskah pidato, pembinaan teknik
penyampaian pidato, dan pembinaan mengatasi demam
panggung.
1. Membuat Naskah Pidato
Dalam membina santri membuat naskah pidato pengurus
El-Markazi sejalan dengan teknik yang dirumuskan oleh Stephen
58
E Lucas yang terdiri dari tiga hal yaitu membuat daftar topik,
mengelomopokan topik, dan melihat beberapa karya.1
Dalam membina anggotanya menulis naskah yang pidato
yang baik, pengurus menerapakan hal yang serupa dengan yang
Stephen E Lucas rumuskan dalam bukunya. Setelah anggota
menulis materi pidato pengurus akan membaca dan mengkoreksi
jika terdapat kekurangan atau kesalahan dalam naskah pidato
yang telah anggota tulis. Sebagaimana dijelaskan Jaezan selaku
wakil ketua El-Markazi,
“Dalam membina anggota menulis naskah pidato
yang baik, pertama kami memberi contoh-contoh pidato
terdahulu untuk mereka pelajari, setelah itu kami
menyuruh anggota untuk membuat daftar tema apa yang
mereka sukai yang ingin mereka eksplorasi atau hal-hal
yang sedang trending saat ini. Kami juga menyuruh
anggota kami untuk rajin membaca baik itu buku, artikel-
artikel, majalah, Koran, ataupun novel. Hal itu agar
mereka banyak mendapat inspirasi untuk menulis materi
pidato. Kami selalu terbuka dan membimbing anggota
kami jika terdapat anggota yang bingung dan ingin
bertanya. Setelah mereka mendapat inspirasi dan menulis
naskah, kami mengumpulkan naskah yang telah ditulis
tersebut lalu memerikasa dan mengkoreksinya jika
terdapat kesalahan.”2
Dari hasil wawancara tersebut, penulis melihat teknik
penulisan naskah pidato yang diajarkan pengurus dan pembina
kepada anggota El-markazi (santri Daar El-Qolam) adalah
dengan memberi contoh-contoh naskah pidato yang dipelajari,
1 Sthephen E Lucas, The Art of Public Speaking, (New York:
McGraw-Hill Companies,2004), h. 104
2 Jaezan, Wakil Ketua El-Markazi, wawancara pribadi, Tangerang,
Sabtu 20 Oktober 2018
59
setelah memberikah contoh naskah pidato, pengurus El-Markazi
memerintahkan anggotanya untuk banyak membaca. Hal ini
bertujuan agar anggota El-Markazi mendapat banyak inspirasi
untuk membuat naskah pidato. Seperti yang dijelaskan varel
selaku anggota El-Markazi,
“Biasanya saya mencari inspirasi untuk menulis
pidato dengan membaca buku ataupun koran untuk
mencari topik yang sedang trending saat ini. lalu saya
menuliskan satu persatu tema-tema yang menarik bagi
saya, terus saya pilih diantara tema-tema tadi mana yang
paling menarik.”3
Dari penjelasan diatas, penulis melihat anggota El-
markazi juga sejalan dengan apa yang disampaikan Jalaludin
Rakhmat pada bab teori yaitu tentang memilih topic dari surat
kabar atau koran. Varel sebagai anggota El-Markazi lebih suka
mencari inspirasi dan topik untuk berpidato dari surat kabar dan
koran.selain memberi contoh dan menyuruh anggota untuk
banyak membaca, pengurus dan Pembina El-Markazi juga
membantu jika terdapat anggota yang mengalami kesulitan dalam
penulisan naskah pidato.
Dalam penulisan naskah pidato, santri selalu diajarkan
bagaimana membuat judul yang baik. Seperti yang dikatakan oelh
Rizky selaku ketua EL-Markazi, judul yang baik adalah yang
membuat pendengar merasa tertarik dan ingin tahu, tidak norak,
dan singkat mudah dimengerti.4 Apa yang diajarkan oleh Rizky
3 Varel Azka, Anggota El-Markazi kls 5, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018
4 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018
60
kepada anggotanya suda sesuai dengan syarat-syarat judul yang
baik, yang telah dijelaskan oleh elena Olii pada bab dua yaitu bab
teori.
Setelah menetukan topik dan judul, santri membuat
naskah pidato dari tiga bagian, yang terdiri dari pembuka, isi,
penutup. Hal ini sudah cukup baik kerna sesuai dengan apa yang
dirumuskan Helenaa Olii yaitu bagian awal pidato berfungsi
memperkenalkan topik, bagian kedua membahas topik, dan
bagian ketiga adalah penutup yang merupakan rangkuman.5
Bagian awal naskah pidato anggota El-Markazi yaitu pembuka
yang berisi ucapan salam dan rasa syukur lalu pengenalan isi
pidato, bagian kedua yang berupa isi pidato berisi pembahasan
topik pidato santri, lalu bagian ketiga yang berupa penutup yang
berisi kesimpulan.
Namun penulis melihat bahwa tujuan pidato El-Markazi
cenderung monoton yaitu hanya bersifat memberi tahu (to
inform) dan mempengaruhi pendengar akan suatu hal yang baik,
misalnya pentingnya berbakti kepada orang tua. Seperti yang
telah dibahas pada bab teori sebelumnya terdapat tiga tujuan
berpidato yaitu untuk memberitahu, mempengaruhi, dan
menghibur. Dalam prosesnya penulis merasa anggota El-Markazi
harus belajar lebih tentang bagaimana mempengaruhi khalayak
saat pidato. Penulis juga tidak melihat adanya pidato yang
bersifat menghibur di El-Markazi, ini sangat penulis sayangkan
5 Helena Olii, Public Speaking, (Jakarta: PT Indeks, 2010), cet. Ke-1,
h.62
61
karena pidato bersifat menghibur akan memperkaya jenis pidato
yang ada di el-Markazi.
Dalam pembinaan penulisan naskah pidato penulis juga
menemukan bahwa ada beberapa hal yang tidak terlalu
difokuskan pengurus El-Markazi kepada santrinya. Yaitu
pemilihan kata, Stephen E Lucas menjelaskan bahwa pemilihan
kata dalam menulis naskah pidato sangatlah penting. Bahasa
membantu kita memahami suatu peristiwa dengan cara
memberikan arti. Bahasa yang kita gunakan untuk melabelkan
suatu peristiwa sangat menetukan bagaimana kita merespon
peristiwa tersebut.6
Santri tidak diajarkan penggunaan kata kata dalam
menulis pidato, contohnya bagaimana penghematan kata agar
tidak diulang-ulang. Selain pemilihan kata, tujuan pidato di El-
Markazi cenderung monoton yaitu hanya bersifat memberti tahu
(to inform). Santri tidak diajarkan bagaimana cara berpidato
untuk menghibur. Penulis melihat bahwa dalam pembinaan
menulis naskah pidato pengurus tidak mengacu kepada teori
ataupun buku. Mereka hanya mempraktikan apa yang dahulu
diajarkan kepada mereka.
2. Teknik Penyampaian Pidato
Dalam berpidato yang baik, teknik penyampaian pidato
merupakan salah satu unsur penting ketika berpidato agar
pendengar tidak merasa jenuh saat mendengarkan pidato dan
supaya pesan dari pedato tersampaikan dengan baik kepada
6 Stephen E Lucas, The Art of Public Speaking, (New York: McGraw-
Hill Companies, 2004), h. 247
62
pendengar. Oada bab teori telah dibahas terdapat dua poin pening
dalam menyampaikan pidato. Yang pertama Ialah suara
pembicara harus terdengar jelas tidak boleh pelan namun tidak
juga terlalu keras seperti orang yang sedang marah.7 Yang kedua
bahasa tubuh pembicara. Pembicara harus melakukan kontak
mata dengan pendengar dan memperhatikan gaya tubuh saat
berbicara di depan umum.8
Sebagaimana telah dijelaskan oleh Rizky selaku ketua El-
Markazi, saat berpidato suara pembicara tidak boleh pelan karena
akan terlihat lemas dan membuat bosan pendengarnya. Santri
yang bersuara pelan saat menyampaikan pidato akan langsung
ditegur oleh pengurus. Suara pembicara juga tidak boleh terlalu
kencang sehingga terlihat seperti orang yang sedang marah
karena akan membuat pendengar tidak nyaman. Menurut Rizky
penyampaian pidato yang baik adalah dengan suara jelas dan
santai namun meyakinkan. Ini akan membuat pendengar
bersemangat mendengarkan pidato.9
Unsur penting ainnya dalam menyampaikan pidato adalah
kontak mata dan gaya tubuh. Seperti yang dijelaskan Varel
sebagai anggota El-Markazi,
“Saat berpidato mata harus tetuju kepada
pendengar dan tidak boleh menatap langit-langit atau
lantai. Badan juga tidak boleh kaku, kita harus
menggunakan tangan minimal dan sesuai dengan tema
7 Stephen E Lucas, The Art of Public Speaking, (New York: McGraw-
Hill Companies, 2004) h. 294
8 Helena Olii, Public Speaking, (Jakarta: PT Indeks, 2010) Cet. Ke-1,
h.70-85
9 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018.
63
pidato kita. Gerakan tubuh yang kita lakukan juga tidak
boleh berlebihan dan sesuai kebutuhan.” 10
Selain suara pembicara, bahasa tubuh juga sangat penting
dalam menarik perhatian pendengar. Dari penjelasan diatas
penulis menyimpulkan bahwa kontak mata dan olah visual (gerak
tubuh) pembicara sangat diperhatikan dlam pembinaan public
speaking El-Markazi. Pembicara tidak boleh menatap langit-
langit dan lantai menandakan bahwa pembicara harus
membangun emosi dengan pendengarnya. Walaupun bersifat
ceramah, pendengar merasa diperhatikan oelh pembicara karena
kontak mata pembicara tertuju kepada pendengar. Pembicara juga
tidak boleh terlihat kaku supaya pendengar tidak merasa melihat
robot yang sedang berpidato. Gerak tubuh yang sesuai akan
membuat pidato semakin terlihat menarik untuk diperhatikan.
Dari penjelasan diatas penulis dapat melihat bahwa teknik
penyampaian pidato yang diajarkan di El-Markazi dalam
membina public speaking santri Daar El-Qolam sesuai seperti
yang dirumuskan oleh dua tokoh yaitu Stephen E Lucas dan
Helena Olii, yang memfokuskan pada tiga hal yaitu; kontak mata
pembicara, olah vokal pembicara, dan olah visual (gerak tubuh)
pembicara.
Metode penyampaian pidato yang digunakan pengurus El-
Markazi dalam membina kemampuan public speaking santri
adalah metode menghafal. Seperti yang telah dikatakan oleh
Kustadi Suhandang pada bab teori sebelumnya, santri harus hafal
10 Varel azka, anggota El-Markazi, wawancara pribadi, Tangerang,
Sabtu 20 Oktober 2018.
64
naskah pidato yang telah mereka susun lalu santri satu persatu
maju kedepan untuk menyampaikan pidato yang telah mereka
buat.
Terkadang pengurus El-Markazi menunjuk secara acak
santri untuk maju berpidato mendadak (impromptu). Impromptu
merupakan teknik berpidato yang dilakuakan tanpa persiapan11
dan secara mendadak. Pada metode ini pembicara tidak mebawa
naskah, membaca naskah, dan tidak menghafal naskah. Metode
ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan dan kemampuan santri
dalam berpidato. Santri dilarang membawan naskah dan
membaca naskah saat berpidato karena santri memang dididik
harus pandai dalam menghafal.12
3. Membuka dan Menutup Pidato
Pembukaan dalam pidato merupakan bagian paling
menetukan bagaimana respon khalayak terhadap pembicara.
Pembukaan yang baik akan merebut perhatian khalayan terhadap
pidati si pembicara. Namun jika sebaliknya, pembicara tidak
dapat membuka pidatonya dengan baik maka pendengar akan
menilah bahwa si pembicara tidak professional dan tidak tertari
untuk memperhatikan pidato yang akan disampaikan.
Dalam membina kemampuan public speaking santri Daar
El-Qolam, Pengurus El-Marazi mengajarkan membuka pidato
harus diucapi dengan ucapan salam dan ucapan syukur kepada
11 Kustadi Shandang, Retorika Strategi Teknik dan Teknik Pidato,
(bandung: Nuansa, 2009), cet. Ke-1, h. 73
12 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018.
65
Allah SWT yang biasanya diucapkan dalam bahasa Arab, seperti
yang dicontohkan oleh Yusuf santri kelas 3,
“Alhamdulillahi rabbil alamin wa bihi nastain ala
umurid dunya wad diin assholatu wassalamu ala asyrofi
ambiyai wal mursalin wa ala alihi wa ashabihi ajmain”
Lalu dilanjutkan dengan mengucapkan pijian kepada
orang yang dirasa penting di ruangan atau tempat tersebut.
“Kepada yang terhormat, pengurus El-Markazi.
Kepada yang terhormat, kakak-kakak kelas, dan kepada
teman seperjuangan saya yang hadir pada malam yang
indah ini.”13
Setelah pembukaan, cara menutup pidato tak lupa
diajarkan oleh para pengurus El-Markazi. Rizky menjelaskan
bahwa untuk menutup pidato, santri harus menyampaikan
kesimpulan dari pidato yang telah mereka sampaikan untuk
membantu pendengar memahami isi pidato. Lalu biasanya
disambung dengan mengutip perkataan tokoh misalnya Pak Kyai
atau bisa juga dengan melantuknan pantun.
“Satu dua kucing berlari, saya Rizky pamit undur
diri. Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.”
Penulis melihat cara membuka dan menutup pidato yang
diajarkan oleh pengurus El-Markazi kepda anggotanya telah
sesuai dengan teori yang diruumuskan oleh Helena Olii dan
Jalaludin Rakhmat. Ha itu dibuktikan oleh Yusuf dengan
mengucapkan rasa syukur dan memuji orang yang dihormati
dalam ruangan pidato tersebut. ririskyenambahkan bahwa saat
13 Yusuf, anggota El-Markazi kelas 3, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018
66
menutup pidato santri harus menyimpulkan inti pidatonya
tersebut, lalu biasanya memberi kutupan tokoh ternama ataupun
memberi pantun.
4. Strategi Mengatasi Demam Panggung
Demam panggung atau nervous adalah penghambat dalam
proses berpidato. Hal ini tentu sangat merugikan pembicara
karena dapat menghambat dan menurunkan performanya saat
sedang berbicara di hadapan banyakk orang. Walaupun terdengar
mengerikan, Menurut Stephen E. Lucas demam panggunag
sebenarnya dapat diminimalisir dengan hal-hal berikut yakni
berlatih secara berkala, berpikir positif, dan yakin bahwa public
speaking tidak seseram apa yang dibayangkan.14
Untuk mengurangi resiko demam panggung maka
pengurus El-Markazi melakukan pembinan mental pada santri
untuk mengatasi kecemasan (nervous) ketika berpidato. Dalam
berpidato, strategi pembinaan mental begitu penting. Karena
seorang public speaker harus bisa meyakinkan pendengarnya
agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
pendengar. Hal ini juga sampaikan oleh Misbahdin selaku ustadz
Pembina El-Markazi,
“Pembinaan Mental di El-Markazi sangatlah
penting, karena sebagai anggota El-Markazi kita dituntut
untuk bisa berpiadto dengan baik dan lebih baik daripada
santri lain yang tidak ikut El-Markazi, bgaimana pesan
yang kita sampaikan akan diterima pendengar jika kiat
berpidato dengan gugup, gemetaran, dan tidak jelas. Oleh
karena itu wajib hukumnya pembinaan mental di El-
14 Stephen E Lucas, The Art of Public Speaking (New York:
McGraw-Hill Companies, 2004) h. 11-13.
67
markazi agar kita dapat meminimalisir demam panggung,
dan dapat menyampaikan pidato dengan baik dan
tenang.”15
Hal pertama yang dilakukan dalam pembinaan mental
anggota El-Markazi adalah pembentukan mental santri,ini
bertujuan agar rasa percaya diri santri tumbuh. Sebagaimana
dijelaskan oleh Rizky selaku ketua El-Markazi,
“Kami sebagai pengutus EL-Markazi bertanggung
jawab atas pembinaan anggota El-Markazi, kami selalu
memberi motivasidari pengalaman kami tentang
bagaimana menghadapi rasa takut dan gugup saat
berpidato dihadapan banyak orang. Dari pengalaman
kami, santri menjadi tahu bahwa pidato tidak seseram
yang dibayangkan. Jika santri sudah tidak takut, dari situ
rasa percaya diri tumbuh. Motivasi diberikan kepada
anggota setelah selesai muhadhoroh dan juga di luar
muhadhoroh seperti di masjid, saat makan ataupun saat
santai. Kami juga mempunyai program-program yang
bersifat hiburan seperti nasyid, akapela, dan Markazi
show, program-program tersebut bertujuan agar anggota
El-Markazi selalu bersemangat, tidak jenuh terhadap
pidato dan membuat El-Markazi terlihat lebih seru dan
tidak monoton”16
Dari penjelasan penulis melihat bahwa bentuk pembinaan
mental yang dilakukan pengurus El-Markazi adalah
menghilangkan rasa takut dan memunculkan pikiran positif santri
dan kepercayan diri dengan cara memberikan motivasi melalui
cerita pengalaman pribadi. Kegiatan motivasi ini dilakukan
pengurus El-Markazi dengan berkelompok setelah proses
15Ustadz Misbahudin, Pembina El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Jumat 19 Oktober 2018
16 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018.
68
pelatihan pidato selesai dan juga dilakukan secara pendekatan
individu.
El-Markazi juga mempunyai program-program yang
bersifat hiburan yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
Program ini bertujauan membuat El-Markazi tidak membosankan
dan memberi hiburan serta semangat kepada sntri. Strategi ini
sejalan dengan teori Stephen E Lucas yaitu menumbuhkan
positive thinking dan menyadarkan bahwa kekhawatiran terbesar
tidaklah nyata (menghilangkan rasa takut) dengan membuat santri
merasa nyaman belajar pidato di El-Markazi behkanmembuat El-
Markazi menjadi ikon lembaga public speaking di Daar El-
Qolam.
Selain memberi motivasi, anggota El-Markazi juga
dibiasakan berlatih pidato. Seperti yang dijelaskan Yusuf selaku
anggota El-Markazi,
“Saya biasanya berlatih sendiri di kelas kosong
dan di depan cermin untuk memperlancar gaya bahasa
saya ketika berpidato. Di El-Markazi saya juga dilatih
berpidato dihadapan banyak orang, seperti saat
muhadhoroh, di depan kelas setiap minggu, di lapangan,
bahkan di depan wali santri yang bertujuan agar kita
sebagai anggota El-Markazi mempunyai mental, tidak
malu, percaya diri, dan belajar kesalahan dari
pengalaman.”17
Dari penjelasan diatas penulis mengetahui bahwa anggota
El-Markazi dibiasakan berlatih baik sendiri maupun di hadapan
publik sebagai bentuk sebagai bentuk persiapan mental santri dan
17 Yusuf, anggota El-Markazi kelas 3, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018
69
santri banyak pengalaman berpidato. Kegiatan muhadhoroh
(pidato) juga dilakukan setiap minggu yang bertujuan supaya
santri terbiasa berpidato dan banyak belajar dari pengalaman. Hal
ini sejaan dengan teori Stephen E Lucas yaitu tentang persiapan
dan memperoleh pengalaman berbicara di depan umum dan juga
yang diteorikan Jalaludin Rakhmat yaitu latihan berangsur-angsur
mengembangkan kemampuan public speaking santri. Untuk
melihat dan mengukur kemampuan public speaking bebrapa
santri berlatih di depan cermin, contohmya adalah Yusuf anggota
El-Markazi kelas 3. Hal ini sesuai dengan yang dikataan Helena
Olii dalam bukunya yaitu berlatih di depan cermin
memperhatikan gaya dan bahasa yang keluar saat kita berpidato.
B. Metode Pembinaan Public Speaking El-Markazi
Dalam proses pembinaan public speaking santri, El-
Markazi menggunakan berbagai metode untuk meningkatkan
kemampuan berpidato anggotanya. Pada penelitian ini penulis
menemukan dua metode yang digunakan dalam kegiatan
muhadhoroh yang dipakai El-Markazi, yaitu metode pelatihan
indoor dan outdoor yang akan penulis bahas.
1. Pelatihan Indoor
Sesuai namanya, pelatihan indoor adalah pelatihan pidato
dalam ruangan. Terdapat tiga metode dalam pelatihan indoor
yaitu metode ceramah, metode kontinuitas, dan metode
perlombaan.
a. Metode Ceramah
Ini adalah kegiatan paling utama lembaga public speaking
El-Markazi yaitu melatih kemampuan public speaking
70
anggotanya dengan cara berceramah. Sebagaimana dijelaskan
oleh Rizky selaku ketua El-Markazi,
“Metode yang digunakan di El-Markazi pada
muhadhoroh yaitu dengan cara santri satu persatu maju ke
depan kelas, lalu menyampaikan pidato yang telah dibuat
di hadapan teman-temannya dengan gaya dan teknik yang
berbeda-beda.”18
Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan, metode
ceramah yang digunakan EL-markazi ini pada pelatihan
muhadhoroh dengan menuntut santri tampil maju satu persatu di
depan kelas sehingga dapat melatih kemampuan berpidato santri.
Hal ini diperkuat dengan ungkapan dari bab sebelumnya, bahwa
metode ceramah ini digunakan agar santri lebih percaya diri dan
terbiasa berbicara di depan umum.
b. Metode Kontinuitas
Metode kontinuitas merupakan cara lama yang sering
dipakai dalam pembinaan public speaking. Telah dijelaskan pada
bab teori sebelumnya, metode kontinyu adalah alat atau teknik
untuk mengasah terus menerus kemampuan berbicara santri di
depan umum salah satunya dengan pelatihan muhadhoroh (public
speaking).
“Kegiatan muhadhoroh El-Markazi dilakukan
setiap seminggu sekali yaitu pada malam jum’at. Jadwal
muhadhoroh ini ditentukan oleh bagian bahasa pusat
pondok pesantren.”19
18 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018.
19 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018.
71
Dari penjelasan di atas penulis melihat bahwa kegiatan
public speaking El-markazi dilakukan setiap minggu sekali pada
kamis malam atau malam jum’at dan dilakukan terus menerus
setiap minggunya. Muhadhoroh yang kontinyu ini bertujuan agar
santri terbiasa berpidato di depan umum dengan harapan semakin
hari, santri semakin cakap dalam berpidato.
c. Metode Perlombaan
Selain berpidato didepan kelas setiap malam jum’at, El-
Markazi memiliki agenda besar yaitu perlomban muhadhoroh
akbar. Metode perlombaan pada dasarnya sama seperti metode
ceramah namun dijadikan perlombaan.
“Di El-Markazi kami juga memiliki agenda besar
tahunan yaitu muhadhoroh akbar. Muhadhoroh akbar ini
adalah perlombaan pidato se Daar El-Qolam untuk
mencari pembicara atau dai terbaik. Acara ini minimal
dilakukan setahun sekali di aula pondok pesantren.
Dengan acara ini banyak santri yang termotivasi untuk
belajar pidato dengan lebih baik kaarena melihat
pembicara-pembicara yang keren. Kami El-Markazi
adalah penanggung jawab terlaksananya acara ini.” 20
Dari penjelasan tersebut penulis melihat bahwa yang
dilakukan pengurus El-Markazi ini adalah sebuah terobosan
untuk memacu santri belajar pidato dengan lebih baik. Santri
melihat secara langsung bagaimana pembicara-pembicara yang
hebat hasil binaan El-Markazi tampil memukau, sehingga muncul
keinginan untuk bergabung di El-Markazi. Muhadhoroh akbar ini
20 Jaezan, Wakil Ketua El-Markazi, wawancara pribadi, Tangerang,
Sabtu 20 Oktober 2018.
72
menjadi wadah yang bagus untuk mempraktekan di hadapan
banyak orang gaya berpidato selama belajar di El-Markazi.
2. Pelatihan Outdoor
El-Markazi juga memiliki pelatihan berpidati di luar
ruamgan (outdoor). Berikut adalah pelatihan public speaking
outdoor El-Markazi.
a. Cuci Gudang
Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya cuci
gudang adalah praktek pidato anggota El-Markazi yang dilakukan
di luar ruangan agar dilihat banyak orang, biasanya dilakukan di
belakang masjid, di saung-saung, ataupun di lapangan depan
ruang kelas. Cuci gudang dilakukan setiap hari jumat dan minggu
ketika banyak wali santri yang menjenguk anaknya.
“Cuci gudang merupakan program kami yang
paling unik. Santri kami tuntut untuk berpidato di
lapangan, depan saung-saung yang banyak wali santrinya
agar dilihat oleh banyak orang. Cuci gudang bertujuan
agar santri tidak hanya berpidato dengan baik di dalam
kelas tetapi santri juga bisa berpidato di manapun di
hadapan siapapun.”21
Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan cuci gudang
merupakan program yang unik yang jarang ditemukan pada
lembaga pelatihan public speaking lain. Saantri dilatih di saung-
saung yang banyak wali santri agar santri memiliki mental untuk
berpidato di manapun tempatnya dan dihadapan siapapun bukan
hanya depan teman-temannya. Program cuci gudang dilakukan
21 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018.
73
secara rutin setiap minggunya seperti belajar pidato dalam kelas
agar santri semakin terbiasa berpidato dikeadaan apapun.
b. Hukuman
Karena masih banyak yang beranggapan bahwa pidato
merupakan kegiatan yang menakutkan, tidak sedikit santri yang
bolos dalam kegiatan muhadhoroh.
“Masih banyak santri yang suka bolos ketika
muhadhoroh karena mereka taku berpidato atau belum
membuat naskah pidato. Biasanya ini terjadi pada santri-
santri kelas 1 yang baru masuk pondok.”22
Ditambahkan dengan pendapat Yusuf santri kelas 3
“Saya pernah dulu dihukum karena tidak membuat
i’dad (naskah pidato). Saya disuruh membuat naskah terus
dijemur ba’da dzuhur sambil berpidato ditengah
lapangan”23
Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa
metode hukuman yang dilakukan pengurus El-Markazi masih
dalam hal yang positif. Santri yang dihukum diperintahkan untuk
membuat naskah pidato dan wajib berpidatodi lapangan seperti
cuci gudang. Selain tidak membuat naskah hukuman juga berlaku
kepada santi yang tertidur saat pelaksanaan muhadhorah dan
santri yang tidak memperhatikan temannya berpidato. Santri
dihukum agar santr mersa jera dan tidak akan mengulanginya
lagi.
22 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018.
23 Yusuf, Anggota El-Markazi, wawancara pribadi, Tangerang, Sabtu
20 Oktober 2018.
74
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan
Public Speaking El-Markazi
Dalam prosesnya, pembinaan public speaking El-Markazi
terdapat faktor pendukung dan penghambat karena dalam sebuah
pembinaan tidak selalu berjalan lancar. Faktor pendukung dan
penghamabat terebut diantaranya sebagai berikut:
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam pembinaan public speaking
sangat menentukan keberhasilan santri dalam meningkatkan
kemampuannya berpidato. Berikut adalah beberapa faktor
pendukung dalam pembinaan public speaking El-Markazi;
a. Pembina dan Pengurus yang Kompeten
Peran pembinan dan pengurus di EL-Mrkazi begiru
penting karena memiliki tanggung jawab yang besar terhadap
keberhasialan peserta didiknya yaitu anggota El-Markazi itu
sendiri. Untuk menjadi pengurus santri harus menjalani
pendidikan minimal dua tahun di El-Markazi, dan pengurus wajib
dari santri kelas 6 (kelas 12). Sementara untuk Pembina El-
Markazi sebenarnya adalah ustadz yang dipercaya serta ditunjuk
langsung oleh kepala bagian bahasa pondok pesantren.
Penunjukan untuk jabatan ini tidak sembarangan, karena ustadz
yang ditunjuk adalah alumni El-markazi yang telah menjadi
anggota dan pengurus ketika masih menjadi santri.24
Hal ini
ditegaskan oleh saudara Rizky dengan pendapatnya,
24 Misbahudin, Pembina El-Markazi, wawancara pribadi, Tangerang,
Jumat 19 Oktober 2018.
75
“Pengalaman menjadi anggota bertahun-tahun lalu
sangat penting bagi kami. Dari pengalaman menjadi
anggota kami tahu masalah-masalah apa saja yang
biasanya dihadapi santri dalam meningkatkan pidato.”25
Dari penjelasan tersebut, penulis melihat bahwa riwayat
serta pengalaman pendidikan di El-Markazi merupakan syarat
utama untuk menjadi pengurus dan pembina. Pengalaman
tersebut menjadi bekal bagi pengurus untuk membuat program
dan mencari solusi atas permasalahan yang biasa dirasakan oleh
santri dalam pembinaan public speaking.
b. Program yang Sesuai Kebutuhan dan Harapan Peserta
Dalam merumuskan dan membuat program, Rizky
Hidayatullah beserta kawan-kawan pengurus El-Markazi lainnya
mengevaluasi program-program tahun lalu dan mencari tahu apa
kebutuhan dan harapan santri dalam kegiatan muhadhoroh di El-
Markazi. Rizky menjelaskan apa yang dibutuhkan dan diharapkan
oleh anggota El-Markazi adalah program yan membangun
semangat dan tidak membosankan.26
Sebagaimana yang telah dibahas pada bab sebelumnya,
EL-Markazi memiliki program yang bagus dan menarik bagi
santrinya. Penulis menyimpulkan program-program yang menarik
ini seperti ruh d El-markazi yang membuat para anggota
bersemangat dan tidak bosan terhadap kegiatan muhadhoroh di
El-Markazi. Hal ini diperkuat dengan pendapat Varel sebagai
anggota senior di El-Markazi,
25 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018.
26 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018
76
“Program-program di El-Markazi saat ini sangat
seru, ini membuat saya dan teman-teman lainya selalu
bersemangat. Saking semangatnya banyak santri lain yang
bukan anggota El-Markazi memperhatikan kegiatan kami
ketika muhadhoroh pada malam jumat.”27
Dari penjelasan diatas penulsi melihat bahwa pengurus
El-Markazi berhasil membuat program yang sesuai dengan
harapan dan kebutuhan anggotanya. Pengurus juga berhasil
membuat El-Markazi kian menarik, bukan hanya menarik bagi
anggotanya tetapi juga menarik bagi santri lainnya. Program yang
menarik ini menumbuhkan rasa semangat anggota El-Markazi
sehingga kegiatan muhadhoroh menjadi semakin meriah dan
menarik perhatian santri lainnya.
c. Lingkungan yang Positif
Lingkungan yang positif akan menularkan energi yang
positif kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Seperti itu
kira-kira gambaran menurut penulis. Raihan anggota El-Markazi
menjelaskan
“Sebelum masuk El-Markazi muhadhoroh sangat
membosankan. Banyak teman saya yang pidatonya
seadanya yang penting mereka sudah maju kedepan, itu
membuat saya ngantuk. Tetapi berbeda ketika saya masuk
El-Markazi, di El-Markazi saya memiliki teman yang
semangat-semangat dalam berlatih pidato, jadi kami
selalu berlomba-lomba untuk menjadi jago berpidato.”28
Di El-Markazi suasana belajar begitu menarik. Penulis
menyimpulkan, karena tidak ada paksaan dalam masuk ke dalam
27 Varel, anggota El-Markazi, wawancara pribadi, Tangerang, Sabtu
20 Oktober 2018
28 Raihan, anggota El-Markazi kelas 4, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018
77
El-Markazi maka yang ada di dalam El-Markazi ialah hanya
orang-orang yang memiliki niat dan semangat dalam belajar
berpidato sehingga menimbulkan aura persaingan yang positif
dalam public speaking agar menjadi lebih baik dari waktu ke
waktu.
2. Faktor Penghambat
Selain faktor pendukung tadi terdapat juga beberapa
faktor penghambat terhadap proses pembinaan public speaking di
El-Markazi. Faktor penghambat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Keterbatasan Akses Informasi
Salah satu faktor penghambat dalam mengembangkan
kemampuan public speaking santri adalah peraturan pondok
pesantren itu sendiri.
“Disini kita tidak boleh bawa alat-alat elektronik
seperti hp, mp3 dan mp4, serta laptop karena sudah
peraturan pondok kak.”29
Dari wawancara di atas penulis menyimpulkan slah satu
penyebabyang menghambat pengembangan santri dalam
membuat materi pidato adalah santri tidak bis amenonton tv dan
mengakses internet untuk menambahm wawasan dan mencari
inspirasi dikarenakan memang dalam pondok pesantren santri
dilarang membawa alat elektronik.
b. Hanya Melanjutkan Model Pembinaan Terdahulu
Dalam membina public speaking El-Markazi santri Daar
El-Qolam, sangat disayangkan pengurus El-Markazi tidak
29 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018
78
merujuk pada buku-buku public speaking. Pengurus El-Narkazi
hanya menerapkan model pembinaan seperti yang mereka
dapatkan dahulu dari pengurus sebelumnya, Hal ini membuat El-
Markazi terbatas hanya pada satu model pembinaan yang sama
dan tidak ada penyegaran dalam proses pembinaan.
c. Kurangnya Tenaga Pengurus El-Markazi
Faktor lainnya ialah kurangnya tenaga pengurus El-
Markazi. Menurut Rizky Hidayatullah sebagai ketua El-Markazi,
jumlah pengurus El-Markazi dari tahun ke tahun memang sedikit
jumlahnya. Hal in disebabkan karena tidak sedikit teman
seangkatannya ketika masih menjadi anggota El-Markazi keluar
dari El-Markazi. Jumalah pengurus yang terlalu sedikit membuat
pengawasan dan pembinaan terhadap para anggota menjadi
kurang maksimal karena tidak semua naggota dapat diawasi dab
di bina sama persis.30
d. Peserta yang Tidak Disiplin
Dalam proses pembinaan public speaking El-Markazi,
Rizky mengakui terdapat beberapa santri yang tidak disiplin
belajar public speaking. Ketidak disiplinan ini menjadi
penghambat bagi pengurus dan peserta binaan yaitu santri itu
sendiri, dalam mengembangkan kemampuan public speaking.
“Masih suka kita (pengurus) temui santri yang
takut untuk berpidato sehingga mereka bolos, biasanya
santri yang awal-awal masuk El-Markazi dan belum tau
30 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Jumat 19 Oktober 2018
79
betul bagaimana keseruan di El-Markazi. Ada juga yang
bolos gara-gara lupa bikin naskah.”31
Dari penjelasan di atas, penulis melihat bahwa penyebab
santri bolos dalam kegiatan public speaking atau biasa disebut
muhadhoroh adalah karena santri tersebut masih takut terhadap
public speaking dan juga belum membuat naskah pidato sehingga
mereka memutuskan untuk tidak mengikuti kegiatan
muhadhoroh. Hal ini biasa terjadi kepada santri-santri yang baru
masuk ke El-Markazi dan belum mengenal kegiatan dan budaya
di dalam El-Markazi.
31 Rizky Hidayatullah, Ketua El-Markazi, wawancara pribadi,
Tangerang, Sabtu 20 Oktober 2018
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian mengenai Strategi Lembaga
El-Markazi Dalam Membina Kemampuan Public Speaking Santri
Daar El-Qolam dapat penulis simpulkan sesuai rumusan masalah
yang telah ditentukan bahwa strategi yang dilakukan pengurus El-
Markazi adalah sebagai berikut:
1. Materi pembinaan public speaking El-Markazi terdiri dari
tiga fokus yaitu teknik membuat naskah pidato, teknik
menyampaikan pidato, dan teknik mengatasi demam
panggung. Pada teknik menyampaikan pidato pengurus
focus terhadap dua hal penting yaitu suara pembicara dan
gerak tubuh pembicara (olah visual). Untuk memngatasi
demam panggung santri, pengurus memberi motivasi
kepada santri agar timbul rasa semangat dan keberanian
santri untuk terus belajar terus public speaking.
2. Metode yang digunakan oleh pengurus El-Markazi dalam
membina public speaking santri adalah metode ceramah,
metode continu, dan perlombaan. Metode ceramah dan
continu saling berhubungan karena kegiatan utama El-
Markazi adalah Muhadharah (belajar pidato) di kelas
setiap minggu.
3. Terdapat tiga faktor pendukung dalam pembinaan public
speaking santri Daar El-Qolam. Yang pertama adalah El-
Markazi memiliki pengurus yang berpengalaman dan
sudah mengerti permasalahan yang biasa terjadi dalam
81
proses pembinaan public speaking. Lalu El-Markazi
memiliki program-program yang membangun semangat
santri dalam proses pembinaan public speaking. Dan yang
ketiga adalah El-Markazi dipenuhi dengan orang-orang
yang hebat dan bersemangat dalam berpidato.
Sementara itu terdapat pula tiga faktor
penghambat pembinaan public speaking di El-Markazi
yaitu, terbatasnya akses informasi bagi santri. Yang kedua
adalah jumlah pengurus yang tak sebanding dengan
jumlah santri binaan El-Markazi sehinggan proses
pengawasan dan pembinaan kepada santri tidak seimbang
dan berbeda-beda pada tiap santri. Dan terakhir adalah
keterbatsan kemampuan santri dalam menghafal naskah
pidato dan menghadapi demam panggung sehingga
membuat santri terhambat untuk meningkatkan
kemampuan pidato miliknya.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, ada
beberapa hal yang dapat penulis sarankan kepada lembaga El-
Markazi yang secara umum sudah berjalan baik. Namun ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya:
1. Hendaknya pengurus El-Markazi mencontohkan cara
penyampaian pidato, gaya bahasa, dan gerak tubuh yang
lebih bervariasi. Karena cara penyampaian berpidato
setiap santri cenderung sama.
2. Bagi seluruh anggota El-Markazi hendaknya
mempraktekan apa yang telah dipelajari di El-Markazi
82
ketika liburan di rumah, misalnya menjadi penceramah
saat acara pengajian keluarga atau saat selesai tarawih.
Agar mereka semakin terbiasa dalam berpidato dan lebih
siap ketika sudah lulus nanti.
83
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah. Manajemen Strategi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
2015
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011
Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman
Akademik Program Strata 1 Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: 2013
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.2010
Bungin , Burhan. Sosiologi Komunikasi (Teori, Paradigma, dan
Discourse Teknologi Komunikasi di Masyarakat). Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. 2008
Cangara, Hafied. Perencanaan dan Strategi Komunikasi. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. 2013
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta. 2008
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan
Praktik, Jakarta: PT Bumi Aksara. 2013
Helmi, Masdar. Dakwah Dalam Alam Pembagunan. Semarang:
Toha Putra. 1973
Lucas, Stephen E. The Art of Public Speaking. New York:
McGraw-Hill Companies. 2004
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung :
PR Remaja Rosda Karya. 1989
Muhibi, Syah. Psikologi pendidikan, Bandung: PT. Rosdakarya.
2011
84
Muniri, M. Dan Ilahi, Wahyu. Manajemen Dakwah. Jakarta:
Kencana. 2009
Najati, Muhammad Utsman. Psikologi dalam Al-Qur’an Terapi
Qur’ani Dalam Penyembuhan Ganggunan Kejiwaan.
Bandung: Pustaka Setia. 2005
Nasution. Metodologi Research Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi
Aksara . 2003
Olii, Elena. Public Speaking. Jakarta: PT. Indeks. 2010
Rahmat, Jalaludin. Retorika Modern Pendekatan Praktis.
Bandung: Remaja Rosdakarya. 2000
Ramayulis. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Kalam
Mulya. 1990
Raudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Press. 2007
Rosydy, T. A. Latief. Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan
Informasi. Medan: PT. Firma Rainbow. 1989
Salim, Petter dan Salim, Yenny. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Kontemporer. Jakarta: Modern English. 1991
Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 2011
Solihin, Ismail. Manajemen Strategik. Bandung: Erlangga. 2012
Sugiono. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Bandung: Alfabeta. 2011
Suhandang, Kustadi. Retorika Strategi Teknik Dan Taktik Pidato.
Bandung: Nuansa. 2009
Suhandang, Kustadi. Strategi Dakwah Penerapan Strategi
Komunikasi Dalam Dakwah. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. 2014
85
Toha, Miftah. Pembinaan Organisasi Proses Diagnosa Dan
Interfensi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2002
Thoha. Organisasi Manajemen Perilaku, Struktur, Proses.
Jakarta: Erlangga. 2001
Website:
https://www.biem.co/el-markazi asah bakat ceramah santri/
diakses pada 2013
Jurnal:
Novita Eko Wardani dan M. Towil Umuri. Bentuk-Bentuk
Pembinan Moral Siswa SMA PGRI 1 temanggung Tahun
Ajaran 2008/2009. Jurnal Citizenship. Vol.1, No. . 2011
Susi Hendriani dan Soni A. Nulhaqim. Pengaruh Pelatihan dan
Pembinaan Dalam Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mitra
Binaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang
Dumai. Jurnal Kependudukan Paddjajaran Vol. 10. H 158
Ari Irawan dan Hari Mulyadi. Pengaruh Kemampuan Wirausaha
Terhadap Keberhasilan Usaha (Studi Kasus Pada Distro
Kreative Independent Clothing Community di Kota
Bandung). Jurnal Manajemen Bisnis dan Pendidikan
Kewirausahaan. Vol.1. No.1 Pustaka Setia Bandung cet/
1. h. 217
HASIL WAWANCARA
Nama : Misbahudin
Jabatan : Pembina El-Markazi
Tanggal : 19 Oktober 2018
Keterangan : Wawancara penelitian strategi lembaga El-
Markazi dalam membina kemampuan public
speaking santri Daar El-Qolam
1. Apa visi dan misi El-Markazi?
1. Visi
a. Mencetak santri yang merespon modernisasi dan
berakhlak suci.
b. Mencetak santri yang siap terjun ke masyarakat.
2. Misi
a. Menguji mental santri untuk bisa berbicara di
depan orang banyak.
b. Melatih santri agar bisa menyampaikan materi
pidato dengan baik dan benar.
c. Mengkoreksi isi pidato santri agar tidak terdapat
kesalahan di dalam pidatonya.
2. Seperti apa struktur dalam lembaga El-Markazi?
Dalam El-Markazi terdapat jabatan pembina
yang dipegang oleh ustadz, pengurus dipegang oleh
santri kelas 6 (kelas 12), pengurus terbagi lagi menjadi
bebrapa bagian yaitu: Ketua, wakil ketua, sekertaris,
bendahara, bagian disiplin dan pengajaran, dan
terakhir anggota El-Markazi yaitu santri Daar El-
Qolam.
3. Apa saja kegiatan ketika pidato di El-Markazi?
Pas lagi pidato atau muhadhoroh kita ada 3
kegiatan utama:
1. Pelatihan MC, pas lagi kegiatan muhadhoroh
pasti ada MC nya kan, nah disitu kita juga
sekalian ngelatih santri jadi MC.
2. Pembacaan saritilawah, karena setiap kegiatan
pesantren pasti ngaji dulu, jadi di muhadhoroh
juga wajib sari tilawah
3. Penyampaian intisari, penyampaian intisari
disampaikan oleh pendengar atau santri yang
tidak berpidato, santri ditunjuk mendadak biar
kita tahu dia merhatiin atau tidak ketika
temennyaberpidato.
Nama : Rizky Hidayatullah
Jabatan : Ketua El-Markazi
Tanggal : 19 Oktober 2018
Keterangan : Wawancara penelitian strategi lembaga El-
Markazi dalam membina kemampuan public
speaking santri Daar El-Qolam
1. Apa saja program-program El-Markazi?
Program di El-Markazi banyak Ka, saya sebutin ya ka
1. Pelatihan MC, selain pidato kita juga dituntut
bisa MC
2. Pelatihan Pidato, ya ini kegiatan utama kami
yang dilaksanakan pada malam jumat.
3. Pelatihan debat, Selain pelatihan MC dan pidato
pelatihan debat juga diadakan oleh El-Markazi
karena debating (berdebat) juga masih
merupakan bagian dari public speaking.
4. Cuci gudang, (pidato outdoor), Cuci gudang
adalah praktek pidato anggota El-markazi yang
dilakukan di luar ruangan agar dilihat orang
banyak, biasanya dilakukan di belakang masjid,
di saung-saung, ataupun di lapangan depan
ruang kelas. Cuci gudang dilakukan setiap hari
jumat dan minggu ketika banyak wali santri
yang datang menjenguk anaknya.
5. Puisi Berantai, Pelatihan puisi berantai adalah
pembacaan satu puisi yang disambung oleh puisi
yang lainnya sehingga puisi tersebut terdengar
menyatu namun tidak sambung secara makna
sehingga terdengar lucu.
6. Nasyid, El-Markazi mempunyai banyak program
salah satunya penampilan nasyid, selain harus
bisa berpidato dan ceramah anggota El-Markazi
juga dituntut memiliki kemapuan menghibur di
hadapan publik.
7. Akapela, Selain nasyid dan puisi berantai, El-
Markazi juga memiliki program akapela dalam
kegiatan pelatihan pidatonya.
8. Markazi show, Selain mengadakan pelatihan-
pelatihan diatas, El-Markazi juga mengadakan
penampilan khusus anggota El-Markazi yang
memiliki bakat baik dalam menyanyi, dancing,
nasyid, akapela, dan lain sebagainya. Markazi
Show dilakukan di aula pesantren atau di
lapangan depan gedung sekolah.
2. Bagaimana kamu mengajarkan teknik penulisan
naskah pidato?
Dalam penulisan naskah pidato, santri selalu diajarkan
bagaimana membuat judul yang baik. Judul yang baik
adalah yang membuat pendengar merasa tertarik dan
ingin tahu, tidak norak, dan singkat mudah dimengerti.
3. Bagaimana kamu mengajarkan teknik
penyampaian pidato?
Saat berpidato suara pembicara tidak boleh pelan
karena akan terlihat lemas dan membuat bosan
pendengarnya. Santri yang bersuara pelan saat
menyampaikan pidato akan langsung ditegur oleh
pengurus. Suara pembicara juga tidak boleh terlalu
kencang sehingga terlihat seperti orang yang sedang
marah karena akan membuat pendengar tidak nyaman.
Menurut saya penyampaian pidato yang baik adalah
dengan suara jelas dan santai namun meyakinkan. Ini
akan membuat pendengar bersemangat mendengarkan
pidato.
4. Bagaimana kamu mengajarkan cara mengatasi
demam panggung kepada santri?
Kami sebagai pengutus EL-Markazi bertanggung
jawab atas pembinaan anggota El-Markazi, kami
selalu memberi motivasidari pengalaman kami tentang
bagaimana menghadapi rasa takut dan gugup saat
berpidato dihadapan banyak orang. Dari pengalaman
kami, santri menjadi tahu bahwa pidato tidak seseram
yang dibayangkan. Jika santri sudah tidak takut, dari
situ rasa percaya diri tumbuh. Motivasi diberikan
kepada anggota setelah selesai muhadhoroh dan juga
di luar muhadhoroh seperti di masjid, saat makan
ataupun saat santai. Kami juga mempunyai program-
program yang bersifat hiburan seperti nasyid, akapela,
dan Markazi show, program-program tersebut
bertujuan agar anggota El-Markazi selalu
bersemangat, tidak jenuh terhadap pidato dan
membuat El-Markazi terlihat lebih seru dan tidak
monoton.
Nama : Jaezan
Jabatan : Wakil Ketua El-Markazi
Tanggal : 19 Oktober 2018
Keterangan : Wawancara penelitian strategi lembaga El-
Markazi dalam membina kemampuan public
speaking santri Daar El-Qolam
1. Bagaimana kamu mengajarkan teknik penulisan
naskah pidato?
Dalam membina anggota menulis naskah pidato yang
baik, pertama kami memberi contoh-contoh pidato
terdahulu untuk mereka pelajari, setelah itu kami
menyuruh anggota untuk membuat daftar tema apa
yang mereka sukai yang ingin mereka eksplorasi atau
hal-hal yang sedang trending saat ini. Kami juga
menyuruh anggota kami untuk rajin membaca baik itu
buku, artikel-artikel, majalah, Koran, ataupun novel.
Hal itu agar mereka banyak mendapat inspirasi untuk
menulis materi pidato. Kami selalu terbuka dan
membimbing anggota kami jika terdapat anggota yang
bingung dan ingin bertanya. Setelah mereka mendapat
inspirasi dan menulis naskah, kami mengumpulkan
naskah yang telah ditulis tersebut lalu memerikasa dan
mengkoreksinya jika terdapat kesalahan.
2. Seperti apa lomba pidato di El-Markazi dan tujuan
lomba tersebut?
Di El-Markazi kami juga memiliki agenda besar
tahunan yaitu muhadhoroh akbar. Muhadhoroh akbar
ini adalah perlombaan pidato se Daar El-Qolam untuk
mencari pembicara atau dai terbaik. Acara ini minimal
dilakukan setahun sekali di aula pondok pesantren.
Dengan acara ini banyak santri yang termotivasi untuk
belajar pidato dengan lebih baik kaarena melihat
pembicara-pembicara yang keren.
LAMPIRAN
Dokumentasi Bersama Narasumber
Wawancara penulis dengan pembina El-Markazi Ustad
Misbahudin
Wawancara penulis dengan ketua El-Markazi Rizki
Hidayatullah
Wawancara penulis dengan Varel anggota El-Markazi
Wawancara dengan Yusuf anggota El-Markazi