menjadi pemimpin muspawi... · sebagai budak, ia terlahir sebagai pemimpin dan harus mempertanggung...

185

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [2]

    MENJADI

    PEMIMPIN INOVATIF

    Prof. Dr. Mukhtar Latif, M.Pd.

    Dr. Risnita, M.Pd. Dr. Mohamad Muspawi, S.Pd.I., M.Pd..I

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [3]

    MENJADI PEMIMPIN INOVATIF Prof. Dr. Mukhtar Latif, M.Pd. Dr. Risnita, M.Pd. Dr. Mohamad Muspawi, S.Pd., M.Pd.I © Kelompok Studi Penulisan x+ 180 halaman; 15.75x23 cm ISBN 978-602-71394-2-8 Cetakan I November 2016 Editor : Prof. Dr. Mukhtar Latif, M.Pd, Ansori Barata Tim Editor : Akbar Mubaroq Rahman, Novia Andriyani Design Grafis : Joehary S.E, Riky Quattro, S.Pd Penerbit : Kelompok Studi Penulisan Perum Garuda III, Rt. 12 No. 22 Jalan Kebun Daging Kelurahan. Baga nPete - Alam Barajo Kota Jambi 36129. Tlf. 085268224712

    Percetakan CV. Timur Laut Aksara (isi diluar tanggung jawab percetakan)

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [4]

    Pengantar Penerbit Bismillahirrahmanirrahiim.

    Ilmu kepemimpinan bukanlah hal yang baru dikembangkan. Ia menjadi persoalan alamiah yang ditemui hampir di seluruh ranah kehidupan. Dalam organisasi bisnis, kenegaraan, organisasi keagamaan, perdagangan, pendidikan hingga tata kehidupan sosial lingkup terkecil pun tidak luput dari masalah kepemimpinan dan kebutuhan akan pemimpin. Sebagian menyebutnya sebagai pemimpin yang adil.

    Dalam perspektif Islam, kepemimpinan adalah fitrah yang harus ditanggung secara rela dengan kepatuhan menyeluruh seorang Hamba kepada Khaliknya. Seorang Muslim tidak terlahir sebagai budak, ia terlahir sebagai pemimpin dan harus mempertanggung jawabkan apa yang dipimpin. Maka, bagaimanakah cara meningkatkan kapasitas seorang pemimpin demi menjawab pertanyaan-pertanyaan sang khalik kelak adalah PR besar dan PR bersama ummat Islam yang harus diserahkan sebelum hari pertanggungjawaban tiba.

    Menjadi pemimpin akan selalu diikuti dengan meningkatnya tanggung jawab moral dan materil. Menjadi pemimpin bukan saja melepaskan status dari bawahan menjadi atasan, tetapi sekaligus akan bermakna -menjadi pemimpin adalah - memakai jubah tanggung jawab sembari melepas niat-niat kerdil penghianatan berupa pemanfaatan jabatan sebagai jalan pintas kekayaan. Seorang pemimpin adalah jiwa amanah yang melupakan kebutuhan dan ambisi pribadinya demi menegakkan cita-cita bersama ; yakni visi dan misi bersama dari orang-orang yang dipimpinnya.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [5]

    Hampir 15 Abad berlalu sepeninggal Rasulullah Muhammad S.A.W, belum ditemukan karakter pemimpin yang menyerupai beliau. Muhammad S.A.W digambarkan sebagai seorang pemimpin kharismatik yang selalu berbuat demi kepentingan agama dan Ummatnya. Beliau luput dari hal-hal yang melemahkan kekuatan kepemimpinannya, bersih dari fitnah yang menciderai ketegasannya dalam memimpin, dan penuh pujian dalam hal keteladanan sikap dan perbuatan.

    Demikianlah, menjadi pemimpin ideal sepeninggal Rasulullah memang bukan pekerjaan mudah, namun berikhtiar agar dekat dengan apa yang diinginkannya adalah keniscayaan bagi setiap calon pemimpin Islam. Dalam buku ini, penulis telah merangkum berbagai pengetahuan tentang kepemimpinan, Penulis mencoba mendekatkan berbagai persepsi tentang kepemimpinan dan menarik simpulan ideal serta melihat berbagai fenomena kepemimpinan dan hal-hal yang berhubungan dengan itu kemudian mencari celah agar semua pemimpin bisa belajar bahwa banyak hal yang mesti dicermati dan diketahui untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal.

    Menjadi Pemimpin Inovatif adalah sebuah pilihan ditengah kemarau kepemimpinan yang kini melanda kita. Penulis mencoba menelanjangi ketidaktahuan kita tentang hal yang harus difahami seorang pemimpin dan memberikan solusi bagaimana menjadi pemimpin inovatif. Ia melakukan pendekatan budaya organisasi dan motivasi untuk menghadirkan cakrawala yang kita butuhkan. Buku ini ditulis lewat penelitian ilmiah dan dengan bahasa ilmiah yang tidak terlalu berat. Sesekali juga menyampaikan dengan bahasa sukar yang membutuhkan nalar, hanya untuk melatih kita bahwa Menjadi Pemimpin Inovatif mesti melalui belukar pemahaman yang membutuhkan Inovasi dan kemauan yang tegar.

    Selamat Membaca Jambi, 29 Oktober 2016 Kelompok Studi Penulisan

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [6]

    Sambutan Penulis

    Puji syukur ke hadirat Allah S.W.T atas selesainya buku ini, dan shalawat, serta salam bagi Rasulullah Muhammad S.A.W, sosok mulia yang menjadi inspirasi seluruh pemimpin di muka bumi.

    Buku ini ditulis setelah serangkaian penelitian yang sungguh-sungguh, menyita waktu dan kesempatan untuk mengerjakan hal lain. Tetapi penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis. Penelitian yang penulis lakukan dilandasi dengan beberapa kajian literatur yang berhubungan dengan Keinovatifan Ketua STAI, Kepemimpinan Transformasional, Budaya Organisasi, dan Motivasi Kerja. Ditulis berdasarkan pada penelitian lapangan dalam kurun waktu 6 bulan, yang dilaksanakan di beberapa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) di Provinsi Jambi.

    Sebagai karya ilmiah, penulis mencoba menyajikan hasil penelitian ini dalam format buku dengan judul “Menjadi Pemimpin Inovatif”, dilengkapi dengan penelitian yang penulis lakukan. Pemilihan tema ini bukan saja disebabkan oleh data penelitian yang banyak menyentuh wilayah kepemimpinan, tetapi memang telah sejak lama penulis ingin memberikan satu kontribusi berupa sumbangan pengetahuan mengenai kepemimpinan khususnya untuk para pimpinan lembaga pendidikan yang dalam buku ini merujuk pada Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) di Provinsi Jambi.

    Masalah kepemimpinan adalah fenomena yang tidak pernah habis dibahas. Berbagai skenario, strategi, dan pelatihan kepemimpinan menjadi agenda rutin banyak pihak untuk

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [7]

    menghasilkan model kepemimpinan berkualitas. Penulis menawarkan sesuatu yang mungkin tidak baru, tetapi jarang disentuh, pemimpin inovatif. Dalam buku ini penulis mencoba menghadirkan literatur dan pemikiran penting mengenai kepemimpinan dan segala problematikanya.

    Selama proses penyelesaian buku ini, banyak pihak yang telah memberikan kontribusi baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada: Bapak Prof. Dr. H. Mukhtar, M.Pd sebagai Direktur Pascasarjana IAIN STS Jambi, Bapak Dr. H. Martinis Yamin, M.Pd sebagai Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Bapak Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) dan STAI yang saya jadikan Lokasi penelitian, Bapak dan Ibu Dosen serta staf Pascasarjana IAIN STS Jambi, Teman-teman seperjuangan Pascasarjana IAIN STS Jambi dan Penerbit yang telah merancangbangun penelitian ini sehingga menjadi satu buku yang menarik di tengah waktu yang sempit, serta semua pihak yang tidak dapat penulis sampaikan satu persatu.

    Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penyusunan buku ini. Oleh karena itu, segala saran dan tanggapan penulis terima demi kesempurnaannya. Akhirnya, penulis berdo’a semoga buku ini berguna bagi para pembaca, dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Amin.

    Jambi, 29 Oktober 2016 PENULIS

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [8]

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [9]

    DAFTAR ISI

    Pengantar Penerbit …………………………………………. iii

    Sambutan Penulis …………………………………………… iv

    Sambutan Direktur Pasca Sarjana IAIN STS Jambi……… v

    BAB I

    Sekolah dan Penerapan Model Kepemimpinan Inovatif

    A. Memaknai Perubahan dalam Konteks Islam ……………………… 1

    B. Sekolah dalam Kerangka Pendidikan Nasional.………………...... 2

    C. Sekolah inovatif dan Kepala Sekolah Inovatif……...……………. 4

    D. Faktor-faktor yang mempengaruhi sekolah inovatif………………. 7

    1. Kepemimpinan Kepala Sekolah… ..……………………………. 7

    2. Bentuk Inovasi Sekolah di Provinsi Jambi …………………….. 11

    E. Rancangan Penelitian ……………………………………………… 16

    BAB II

    Penelitian tentang Keinovatifan Kepala Sekolah dan

    berbagai Studi lain yang relevan.

    A. Landasan teoritis ………………………………………….……… 21 1. Keinovatifan kepala sekolah ………………………….……... 21 2. Kecerdasan emosional ………………………….………….… 28 3. Motivasi kerja ………………………….…………………….. 37 4. Gaya kepemimpinan ………………………….……………… 43

    B. Kerangka berpikir penelitian………………………….………….. 51 C. Hipotesis penelitian ………………………….…………………... 58 D. Penelitian yang relevan 59

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [10]

    BAB III

    Profil Lokasi Penelitian dan Upaya Kepala Sekolah dalam

    Mewujudkan Sekolah Inovatif.

    A. SMP Negeri di Tanjung Jabung Timur ………………………. 53 B. SMP Negeri di Kota jambi ……………….…………………... 72 C. SMP Negeri dI Kabupaten Merangin ……………………….... 78

    BAB IV

    Hasil dan Pembahasan Penelitian

    A. Hasil penelitian ………………………………………..…………. 83 B. Analisis Hasil Penelitian…………..………………………………. 93

    BAB V

    Penutup ; Kesimpulan, Implikasi dan Saran Pengembangan

    A. Kesimpulan Penelitian ………………………………………….… 161 B. Implikasi Penelitian …………………………………………….… 163 C. Rekomendasi ……………………………………………………... 164 D. Saran Pengembangan………………………….………………..… 165

    BAB VI

    Catatan Penutup …………………..…………………..…….. 163

    Daftar Pustaka ………………..…………………..…………… 169

    Biodata Penulis …………………..…………………..………… 179

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [11]

    BAB I

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [12]

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [13]

    BAB I Pendahuluan

    Pendidikan dan Kepemimpinan

    A. Latar Belakang Penulisan

    1. Pendidikan dalam Perspektif Islam

    SEJARAH telah mencatat dengan tinta emasnya bahwa negara-

    negara maju di dunia, hampir semuanya berawal dari perhatian besar

    dan upaya serius dalam membangun pendidikan. Boleh dikatakan

    bahwa tidak ada negara yang memiliki peradaban maju tetapi

    mengesampingkan pembangunan pendidikan, karena pada hakekatnya,

    pendidikan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat dan

    dinamisator masyarakat itu sendiri2. Semakin baik pendidikan suatu

    bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa itu, itulah asumsi secara

    umum terhadap program pendidikan suatu bangsa.3

    Realita hidup juga telah membuktikan bahwa kualitas pendidikan

    ikut memberikan pengaruh terhadap kualitas kehidupan. Allah SWT

    akan mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa yang memiliki

    pendidikan yang maju, hal ini tersirat di dalam firman Allah SWT Surat

    Al-Mujadalah Ayat 11:

    Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:

    "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya

    2Umiarso & Imam Gojali, Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi Pendidikan:

    “Menjual” Mutu Pendidikan dengan Pendekatan Quality Control bagi Pelaku

    Lembaga Pendidikan (Jogjakarta: IRCiSoD, 2010), hal. 112. 3Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung: Alfabeta, 2008),

    hal. 3.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [14]

    Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:

    "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan

    orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi

    ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa

    yang kamu kerjakan.(Q.S. Al-Mujadalah: 11)4

    Ayat tersebut di atas dapat dipahami bahwa Allah SWT

    memberikan jaminan kepada orang-orang yang memiliki iman yang

    benar dan ilmu pengetahuan. Derajat hidup mereka akan diangkat,

    yakni akan ada perubahan positif yang dialami, perubahan yang

    menjadikan mereka berada pada posisi lebih baik dan lebih maju dari

    kondisi sebelumnya, perubahan ke arah kebaikan, baik secara lahir

    maupun batin. Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya juga menjelaskan

    penggalan ayat berikut:

    )يرفع هللا الذين امنوا منكم والذين

    اوتوا العلم درجات. وهللا بما تعملون خبير(

    yang ditafsirkan Ibnu Katsir sebagai:

    قوله: )يرفع هللا الذين امنوا منكم والذين اوتوا العلم درجات. وهللا بما و

    ذا تعملون خبير( اى: التعتقدوا انه اذا فسح احدمنكم الخيه اذا اقبل, او ا

    امر بالخروج فخرج, ان يكون ذالك نقصا فى حقه, بل هو رفعة ومزية

    عندهللا, وهللا تعالى ال يضيع ذالك له, بل يجزيه بها فى الدنيا واالخرة,

    فان من تواضع المر هللا رفع هللا قدره, ونشر ذكره, ولهذا قال: )يرفع

    ا تعملون خبير(, هللا الذين امنوا منكم والذين اوتوا العلم درجات. وهللا بم

    اى: خبير بمن يستحق ذالكو بمن ال يستحقه.

    Artinya: Dan firman-Nya: (Allah akan mengangkat orang-orang yang

    beriman dan berilmu di antara kamu beberapa derajat, dan Allah maha

    mengabarkan terhadap segala yang kamu kerjakan). Maksudnya:

    jangan dikira bahwa apabila salah seorang di antara kamu

    4Anonim, Al-Qur'an dan Terjemahnya (Semarang: Asy-Syifa', 2006), hal. 341.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [15]

    melapangkan untuk saudaranya lalu ia menerimanya, atau apabila

    disuruh keluar lalu ia keluar, hal itu akan mengurangi haknya, bahkan

    hal itu akan terangkat dan bertambah di sisi Allah, dan Allah SWT

    tidak akan menyia-nyiakan hal itu baginya, tetapi ia memberikan

    ganjaran baginya di dunia dan akherat. Maka sesungguhnya barang

    siapa yang ta’at menjalankan perintah Allah tentu Allah akan

    mengangkat derajatnya. Dan penjelasan untuk firman Allah yang

    berikut ini: (Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman dan

    berilmu di antara kamu beberapa derajat, dan Allah maha

    mengabarkan terhadap segala yang kamu kerjakan) maksudnya: kabar

    untuk orang yang berhak dan yang tidak berhak5.

    Secara eksplisit Ibnu katsir memberikan penafsiran bahwa

    Allah tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang beriman dan

    berilmu pengetahuan, baik di dunia maupun di akhirat. Allah akan

    mengangkat derajat kehidupan mereka dengan diberikannya

    berbagai kelebihan dan kenyamanan hidup, serta menyiapkan untuk

    mereka surga di akhirat nanti. Demikian, tafsir Ibnur Katsir,

    sedangkan Al-Maraghi menafsirkan penggalan ayat:

    )يرفع هللا الذين امنوا منكم والذين

    اوتوا العلم درجات. وهللا بما تعملون خبير(

    dengan penafsiran sebagai berikut:

    هللا المؤمنين بامتثال اوامره واوامر رسوله, والعالميناي يرفع

    منهم خاصة درجات كثيرة فى الثواب ومراتب الرضوان.

    Artinya: maksudnya, Allah akan mengangkat orang-orang beriman

    dengan menjunjung perintahnya dan perintah rasulnya, dan orang-

    orang yang memiliki ilmu pengetahuan di antara mereka kepada

    5Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil ‘Azhim (Kairo Mesir: Darul Kutub, 2000), hal. 461.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [16]

    derajat yang khusus dalam hal mendapatkan pahala dan keridhaan6.

    Al-Maraghi meyakini, orang yang beriman dan

    berpengetahuan akan mendapatkan tempat yang khusus di sisi Allah

    SWT, mereka akan mendapatkan ganjaran pahala dan ridha yang

    berlipat ganda. Orang yang berilmu akan diberi kemampuan berpikir

    dan bertindak untuk menyikapi perikehidupan di dunia dengan

    berbagai kemudahan dan solusi terhadap permasalahan hidup.

    Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan

    dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa7.

    Sardiman sebagaimana yang dikutip oleh Hasbullah mengatakan

    bahwa pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau

    sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat

    hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental8.

    Sedangkan Jhon Dewey sebagaimana dikutip oleh Abu

    Ahmadi mengatakan bahwa pendidikan adalah proses pembentukan

    kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional

    ke arah alam dan sesama manusia.9 Pendidikan merupakan sarana

    untuk menyiapkan generasi masa kini dan sekaligus masa depan.10

    2. Kepemimpinan dan Pentingnya Inovasi

    Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi

    peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

    kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

    6Ahmad Mushtofa Al-Maraghi, Tafsir Al-Marahgi (Mesir: Musthofa Al-Babi Al-

    Halbi Wa Auladuh, 1946), Juz: 28, hal. 17. 7Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009),

    hal. 1. 8Ibid. 9Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal.

    69. 10E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung: Remaja

    Rosda Karya, 2013), hal. 17.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [17]

    cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

    serta bertanggung jawab.11

    Pendidikan nasional juga bertujuan mengembangkan pribadi-

    pribadi yang kreatif, kritis, dan produktif.12 Jadi, tujuan pendidikan

    tidak hanya untuk mencetak generasi yang memiliki kognitif yang

    tinggi, juga memiliki afektif dan psikomotrik yang baik. Tidak

    hanya pintar tetapi juga santun.

    Pendidikan tidak hanya untuk kebutuhan hari ini, tetapi

    pendidikan lebih menatap ke depan. Hasil dari proses pendidikan

    relatif dirasakan pada masa-masa setelah proses itu dilaksanakan.

    Oleh karena itu, investasi terbaik bagi suatu bangsa adalah investasi

    pendidikan atau membangun sumber daya manusia untuk kemajuan

    generasi bangsa pada masa yang akan datang.

    Menurut jenjangnya, setelah pendidikan dasar dan menengah

    selanjutnya ada pendidikan tinggi atau sering disebut perguruan tinggi.

    Tugasnya memberikan layanan pendidikan lanjutan pada jenjang yang

    lebih tinggi dan mengarah ke yang lebih khusus. Eksistensi perguruan

    tinggi merupakan sebuah kebutuhan, sebab pendidikan tinggi

    merupakan salah satu aspek yang sangat penting (paramount

    importance) dalam pembangunan ekonomi dan sosial.

    Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang

    SISDIKNAS pada BAB VI Pasal 19 Ayat 1 menjelaskan bahwa

    pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

    menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,

    magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan

    tinggi.13 Eko Indrajit mengatakan bahwa perguruan tinggi merupakan

    satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi.14

    11Anonim, UU RI No.20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS (Jakarta: Sinar Grafika,

    2006), hal. 5. 12H.A.R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Jakarta: Rineka Cipta, 2007),

    hal. 12. 13Anonim, Op.Cit., hal. 11. 14R. Eko Indrajit & R,. Djokopranoto, Manajemen Perguruan Tinggi Modern

    (Yogyakarta: Andi, 2006), hal. 3.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [18]

    Selanjutnya pada pasal 20 ayat 1 dijelaskan bahwa perguruan

    tinggi dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut,

    atau universitas.15 Dikotomi itu berdasarkan pada perbedaan ruang

    lingkup yang dimiliki oleh tiap-tiap perguruan tinggi. Ruang lingkup

    universitas tentunya menempati posisi teratas bila dibandingkan dengan

    yang lainnya.

    Salah satu sisi penting dari pengelolaan perguruan tinggi adalah

    keberadaan pimpinan perguruan tinggi tersebut. Pimpinan perguruan

    tinggi merupakan sosok penting dalam hal menentukan maju

    mundurnya perguruan tinggi yang dipimpinnya. Keberadaannya ikut

    mewarnai keberadaan lembaganya. Arah kebijakannya akan

    mempengaruhi segala sesuatu yang terkait dengan lembaganya.

    Pimpinan perguruan tinggi menempati posisi sentral dalam upaya

    memajukan lembaganya. Ia laksana nahkoda bagi sebuah kapal. Oleh

    karenanya, salah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang pimpinan

    adalah melakukan inovasi terhadap lembaganya, yakni sebuah upaya

    melakukan terobosan-terobosan baru yang positif yang menjadikan

    lembaganya lebih baik dan lebih maju. Inovasi dapat diartikan sebagai

    suatu proses di mana suatu objek atau praktik baru dimunculkan ke

    permukaan dan diadopsi oleh individu atau kelompok. Proses ini

    berawal dari adanya temuan (invention) diikuti oleh proses

    pengembangan (development), dan proses adopsi (adoption)dan

    pelembagaan (institutionalization).16

    Sagala mengemukakan “Inovasi adalah kemampuan untuk

    merubah ide menjadi barang, jasa atau proses untuk memecahkan

    problem dan memanfaatkan peluang yang dihadapi”.17 “Inovasi

    merupakan suatu proses di mana organisasi-organisasi memanfaatkan

    keterampilan-keterampilan dan sumber-sumber daya mereka untuk

    mengembangkan produk baru dan sistem pengoperasian baru sehingga

    15Ibid. 16Lias Hasibuan, Kurikulum & Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press,

    2010), hal. 64. 17Syaiful Sagala. Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung. Alfabeta. 2009)

    hal. 180

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [19]

    mereka menjadi lebih baik.”18 Sementara itu, Sudarwan Danim

    mengemukakan “Inovasi berupa kesediaan mengambil risiko dan

    belajar bersama pada kalangan anggota komunitas organisasi

    pembelajaran.”19 Bolam sebagaimana dikutip oleh Hasibuan melihat

    proses inovasi mengandung empat macam faktor, yaitu:

    (1). Sebagai agen perubahan (the change agent).

    (2). Inovasi (the inovation).

    (3). Sistem pengguna inovasi (the user system). dan

    (4). Waktu yang banyak (the process of innovation over time).20

    3. Faktor-Faktor Pendukung Keinovatifan Pemimpin

    Menjadi pemimpin inovatif dalam era sekarang ini jadi kebutuhan

    mendesak bagi setiap pimpinan perguruan tinggi agar lembaga yang

    dipimpin mampu berkompetisi dengan lembaga lain yang kini tumbuh

    dengan kecepatan kompetisi yang berdaya saing tinggi.

    Untuk mendukung keinovatifan seorang pemimpin, beberapa

    faktor penting yang memiliki pegaruh kuat adalah :

    Faktor Pertama: Kepemimpinan Transformasional.

    Kepemimpinan di sini diartikan sebagai sebuah proses yang

    mengarahkan pimpinan dan bawahan berusaha untuk mencapai tingkat

    moralitas dan motivasi yang lebih tinggi.21 Kepemimpinan

    transformasional dipahami oleh Bernard M. Bass dan Ronald E. Riggio

    sebagai berikut: “Kepemimpinan transformasional menyajikan peluang

    untuk meningkatkan citra organisasi, rekrutmen, seleksi, promosi,

    18Winardi. Manajemen Perubahan (The Management to Change) (Jakarta.Kencana

    Prenada Media Group. 2008,) hal.9 19Sudarwan Danim, Menjadi Komunitas Pembelajar ( Jakarta. PT Bumi

    Aksara.2006), hal. 251 20Lias Hasibuan, Pengembangan Inovasi dan Koherensi Nilai dalam Kurikulum

    Pendidikan Islam, (Jakarta: Referensi, 2014), hal. 194. 21Bahar Agus Setiawan & Abd. Muhith, Transformational Leadership: Ilustrasi di

    Bidang Organisasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hal. 24.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [20]

    pengelolaan keragaman, kerja sama tim, pelatihan, pengembangan, dan

    kemampuan untuk berinovasi”.22

    Mereka menambahkan bahwa motif kepemimpinan

    transformasional menetapkan harapan yang lebih menantang dan

    biasanya mencapai kinerja yang lebih tinggi. Pemimpin

    transformasional juga cenderung memiliki pengikut lebih berkomitmen

    dan puas. Selain itu, pemimpin transformasional memberdayakan

    pengikut dan memperhatikan kebutuhan masing-masing mereka serta

    pengembangan pribadi, membantu pengikut mengembangkan kapasitas

    mereka sendiri. Potensi kepemimpinan melalui pembinaan,

    pendampingan, dan penyediaan tantangan serta dukungan.

    Koehler dan Pankowski sebagaimana dikutip oleh Ali

    mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional didefinisikan

    sebagai proses menginspirasi perubahan dan memberdayakan pengikut

    untuk mencapai ketinggian yang lebih besar, untuk memperbaiki diri

    dan untuk meningkatkan proses organisasi. Hal ini dapat

    memungkinkan proses menyebabkan pengikut untuk menerima

    tanggung jawab dan akuntabilitas untuk diri mereka sendiri dan proses

    yang mana mereka ditugaskan.23

    Danim sebagaimana dikutip oleh El Widdah mendefinisikan

    kepemimpinan transformasional sebagai kemampuan seorang

    pemimpin dalam bekerja, dengan dan atau melalui orang lain untuk

    mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi yang

    langka dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan

    target capaian yang telah ditetapkan.24

    Menurut Rahmi, kepemimpinan transformasional adalah sebuah

    proses di mana pemimpin mengambil tindakan-tindakan untuk

    meningkatkan kesadaran rekan kerja mereka tentang apa yang benar

    dan apa yang penting, dan untuk meningkatkan kematangan motivasi

    22Bernard M. Bass and Ronald E. Riggio, Transformational Leadership (New Jersey:

    Lawrence Erlbaum Associates Publisher, 2006), p. 128. 23Eko Maulana Ali, Kepemimpinan Transformasional dalam Birokrasi Pemerintahan

    (Jakarta: Multicerdas Publishing, 2012), hal. 97. 24Minnah El Widdah, dkk, Kepemimpinan Berbasis Nilai dan Pengembangan Mutu

    Madrasah (Bandung: Alfabeta, 2012), hal. 86.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [21]

    rekan kerja mereka serta mendorong mereka untuk melampaui minat

    pribadi mereka demi mencapai kemaslahatan kelompok, organisasi,

    atau masyarakat.25 Selanjutnya Rahmi mengatakan bahwa dalam

    organisasi pendidikan terdapat 7 prinsip utama yang penting dimiliki

    oleh pemimpin transformasional sebagai pola dasar untuk menciptakan

    tatanan sinergis organisasi, antara lain:

    1. Simplikasi.

    Keberhasilan dari kepemimpinan pendidikan di awali dengan visi

    yang akan menjadi cermin dan tujuan pendidikan. Kemampuan

    serta keterampilan dalam mengungkapkan visi secara jelas, praktis

    dan tentu saja transformasional yang dapat menjawab “kemana kita

    akan melangkah?” menjadi hal yang penting untuk

    diimplementasikan.

    2. Motivasi.

    Kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap anggota

    organisasi pendidikan yang terlibat tehadap visi yang sudah

    dijelaskan adalah hal kedua yang perlu dilakukan. Pada saat

    pemimpin transformasional menciptakan kondisi sinergis di dalam

    organisasi, seharusnya pemimpin transformasional dapat pula

    mengoptimalkan, memotivasi dan memberi energi kepada

    pengikutnya.

    3. Fasilitas.

    Dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif memfasilitasi

    “pembelajaran” yang terjadi di dalam organisasi pendidikan secara

    kelembagaan, kelompok, ataupun individual. Hal ini akan

    berdampak pada semakin bertambahnya modal intelektual dari

    setiap anggota organisasi yang terlibat di dalamnya.

    (4). Inovasi.

    Yaitu kemampuan untuk secara berani dan bertanggung jawab

    melakukan suatu perubahan bilamana diperlukan dan menjadi suatu

    tuntutan dengan perubahan yang terjadi.

    (5). Mobilitas.

    25Sri Rahmi, Kepemimpinan Transformasional dan Budaya Organisasi: Ilustrasi di

    Bidang Pendidikan (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2014), hal. 60.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [22]

    Yaitu pengerahan semua sumber daya yang ada untuk melengkapi

    dan memperkuat setiap anggota organisasi yang terlibat di

    dalamnya dalam mencapai visi dan tujuan.

    (6). Siap siaga.

    (7). Tekad.

    Yaitu tekad bulat untuk terus sampai pada akhir, tekad bulat untuk

    menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas.26

    Faktor Kedua: Budaya Organisasi.

    Budaya organisasi bermakna suatu sistem makna bersama yang

    dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dengan

    organisasi lainnya.27 Schermerhorn memberikan definisi budaya

    organisasi sebagai berikut: Budaya organisasi adalah sistem keyakinan

    dan nilai-nilai bersama yang memandu perilaku dalam organisasi.28

    Alvesson sebagaimana yang dikutip oleh Lunenburg

    mengemukakan definisi budaya organisasi sebagai berikut: Budaya

    organisasi adalah semua keyakinan, perasaan, perilaku, dan simbol

    yang merupakan ciri khas dari suatu organisasi. Lebih khusus lagi,

    budaya organisasi didefinisikan sebagai filsafat bersama, ideologi,

    kepercayaan, perasaan, asumsi, harapan, sikap, norma, dan nilai-nilai.29

    Menurut Hellriegel & Slocum budaya organisasi diartikan

    sebagai nilai, keyakinan, dan sikap yang dipelajari dan dibagi bersama

    yang berlaku untuk semua anggota.30 Torrington dan Weightmen

    sebagaimana dikutip oleh Tony Bush menjelaskan bahwa budaya

    organisasi adalah suatu karakteristik semangat dan keyakinan sebuah

    organisasi, yang ditunjukkan, misalnya dalam norma-norma dan nilai-

    nilai yang secara umum berbicara tentang bagaimana seharusnya orang

    26Ibid., hal. 61. 27Robbins, Stephen P. dan Tomithy A. Judge, Perilaku Organisasi, Terj. Diana

    Angelica, Ria Cahyani, dan Abdul Rosyid(Jakarta: Salemba Empat, 2008), hal. 256. 28Schermerhorn, John R, Introduction to Management (Asia: John Wiley & Sons Pte

    Ltd, 2010), P. 69. 29Lunenburg Fred. C and Allan C. Arnstein, Educational Administration: Concepts

    ang Practices. 4th ed (USA: Wadsworth, 2006), p. 82. 30Hellriegel, Don & Slocum, W. John, Organizational Behavior (USA: South-Western

    Cengage Learning, 2011), p. 478.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [23]

    bersikap terhadap orang lain, suatu sifat pola hubungan kerja yang

    harus dikembangkan dan diubah. Norma-norma ini sangat dalam,

    asumsi-asumsi kaku yang tidak selalu diekspresikan, dan selalu

    diketahui tanpa bisa dipahami.31

    Faktor Ketiga: Motivasi Kerja.

    Pengertian Motivasi kerja di sini merujuk pada faktor yang

    mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, karena

    itu motivasi sering diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku

    seseorang.”32 Schunk menjelaskan motivasi adalah proses dimana

    kegiatan yang diarahkan pada tujuan yang menghasut dan

    berkelanjutan.

    Miner sebagaimana dikutip oleh Lunenburg mendefinisikan

    motivasi sebagai berikut: Proses-proses dalam individu yang

    merangsang perilaku dan menyalurkannya dengan cara yang

    seharusnya menguntungkan organisasi secara keseluruhan.33 Donald

    sebagaimana dikutip Martinis Yamin mendefinisikan motivasi

    sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

    munculnya feelling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

    tujuan.34

    Sementara itu ada ahli yang berpendapat bahwa motivasi

    membuat seseorang menyelesaikan pekerjaan dengan semangat,

    karena orang itu ingin melakukannya.35 Pendapat ahli yang lain

    mengatakan motivasi merupakan dorongan terhadap serangkaian proses

    perilaku manusia pada pencapaian tujuan.36

    31Bush, Tony dan Marianne Coleman, Manajemen Strategis Kepemimpinan

    Pendidikan.Terj: Fahrurrozi(Jogjakarta: IRCiSoD, 2006), hal. 134. 32Edi Sutrisno, Manajemen Sumber Daya Manusia (Jakarta. Kencana Predana Media

    Group . 2011) hal. 109 33Lunenburg Fred. C and Allan C. Arnstein, Op.Cit., p. 110. 34Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran (Jakarta: Referensi, 2013), hal.

    196. 35George R.Terry Leslie W.Rue. Dasar-dasar Manajemen. Judul Asli: Prinsiple of

    Management diterjemahkan oleh G.A. Ticoalu (Jakarta PT. Bumi Aksara. 2010)

    .hal.168 36Wibowo. Manajemen Kinerja (Jakarta. Rajawali Pers.2010), hal.379.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [24]

    Menurut Woodworth dan Marques sebagaimana yang dikutip oleh

    Mustaqim dan Wahab bahwa motivasi adalah suatu tujuan jiwa yang

    mendorong individu untuk aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-

    tujuan tertentu terhadap situasi di sekitarnya.37

    Mengiringi pendapat di atas, Siagian mengemukakan pengertian

    motivasi sebagai daya dorong bagi seseorang untuk memberikan

    kontribusi sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi. Menurut

    jenisnya motivasi terbagi atas :

    1. Motivasi Intrinsik.

    Maksud dari motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif

    atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri

    setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

    2. Motivasi Ekstrinsik.

    Maksud dari motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif

    atau berfungsinya karena ada perangsang dari luar.38

    Sardiman menjelaskan bahwa motivasi yang ada pada diri setiap

    orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1). Tekun menghadapi tugas.

    (2). Ulet menghadapi kesulitan. (3). Lebih senang bekerja mandiri. (4).

    Cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin. (5). Dapat mempertahankan

    pendapatnya. (6). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini, dan (7).

    Senang mencari dan memecahkan masalah39.

    Usman mengemukakan teknik memotivasi dapat dilakukan

    dengan cara.” (1) Berpikiran positif; yakni berpikiran bahwa apa yang

    dikerjakan akan mencapai kesuksesan. (2) Menciptakan perubahan yang

    kuat; perubahan dari keadaan yang buruk ke arah yang lebih baik. (3)

    Membangun harga diri; harga diri merupakan suatu prinsip hidup yang

    diperjuangkan dan dipertahankan. (4) Memantapkan pelaksanaan;

    konsisten dengan prosedur dan proses untuk mencapai kesuksesan. (5)

    37Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),

    hal. 72. 38Ibid, hal. 89 39Sardiman, Op.Cit., hal. 83

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [25]

    Membangkitkan orang lemah menjadi kuat; dan (6) Membasmi sikap

    suka menunda-nunda.”40

    B. Studi Awal Potensi Pemimpin Inovatif di STAI Provinsi Jambi.

    Seluruh teori dari berbagai pendapat ahli dan pakar di atas yang

    terkait dengan keinovatifan pimpinan merupakan kondisi ideal dari

    keinovatifan pimpinan pada perguruan tinggi. Guna menunjang

    penulisan buku ini dengan fakta empiris, maka penulis terlebih dahulu

    mengadakan penelitian mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

    keinofativan seorang pemimpin, mendeteksi pengaruhnya, untuk

    dijadikan sebagai temuan keilmuan dalam upaya menjadi pemimpin

    inovatif.

    Studi awal telah dilakukan dalam rentang bulan April hingga

    Agustus 2016 ke beberapa Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta yang

    tersebar di dalam Provinsi Jambi, yaitu STAI An-Nadwah Kuala

    Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat mewakili Jambi wilayah

    Timur, STAI Muara Bulian Kabupaten Batanghari mewakili Jambi

    wilayah Tengah, dan STAI Syekh Maulana Qori Bangko Kabupaten

    Merangin mewakili Jambi wilayah Barat.

    Data yang dihimpun berkenaan dengan jumlah program studi

    (Prodi) yang ada, jumlah mahasiswa yang dimiliki, jumlah dosen, serta

    jumlah sarana dan prasarana dalam rentang waktu lima (5) tahun, yaitu

    dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015. Secara umum data yang

    didapat pada studi awal tergambar pada tabel 1.1 yang menunjukkan

    STAI An-Nadwah Kuala Tungkal mengalami perkembangan positif. Ini

    menunjukkan bahwa keinovatifan ketua STAI An-Nadwah cukup baik,

    dimana dalam 5 tahun terakhir telah menunjukkan perubahan yang

    membanggakan.

    Tabel 1.1.

    Data Penelitian Profil STAI An-Nadwah Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung

    Jabung Barat.41

    40Husaini Usman, Op.Cit., hal. 272. 41Sumber: Dokumentasi STAI An-Nadwah Kuala Tungkal Kabupaten Tanjung Jabung

    Barat.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [26]

    Ta

    hun

    ITEM

    Jmlah

    Prodi

    Jmlh

    Mhsw

    Jmlah

    Dosen Sarpras

    2011 2 buah 950

    Orang

    35

    orang

    8 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang

    kantor, 1 ruang pustaka, 1 lab

    komputer dengan 11 unit computer,

    dll

    2012 2 buah 1.068

    orang

    37

    orang

    8 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang

    kantor, 1 ruang pustaka, 1 lab

    komputer dengan 16 unit komputer.

    1 ruang micro teaching, dll

    2013 3 buah 1.137

    orang

    48

    orang

    8 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang

    kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruang

    pustaka, 1 lab komputer dengan 20

    unit komputer. 1 ruang micro

    teaching, dll

    2014 4 buah 1.256

    orang

    59

    orang

    12 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang

    kantor, 1 ruang pustaka, 1 lab

    komputer dengan 20 unit komputer.

    1 ruang micro teaching, dll

    2015 4 buah 1.288

    orang

    65

    orang

    12 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang

    kantor, 1 ruang pustaka, 1 lab

    komputer dengan 22 unit komputer.

    1 ruang micro teaching,

    dll

    Sejumlah program pengembangan juga telah dilakukan oleh

    pimpinan STAI An-Nadwah dalam rangka membawa STAI An-

    Nadwah menjadi semakin maju, diantaranya melakukan kerjasama

    dengan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tanjung Jabung

    Barat dalam hal melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (kukerta)

    mahasiswa.

    Selanjutnya dapat diperhatikan data profil Sekolah Tinggi Agama

    Islam (STAI) Muara Bulian Kabupaten Batanghari, sebagaimana yang

    tersaji pada tabel sebagai berikut:

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [27]

    Tabel 1.2.

    Data Penelitian Profil STAI Muara Bulian Kabupaten Batanghari.42

    Memperhatikan data yang terdapat pada tabel di atas,

    terlihat bahwa STAI Muara Bulian Kabupaten Batanghari juga

    mengalami perkembangan positif yang menunjukkan bahwa

    keinovatifan pimpinan STAI Muara Bulian cukup baik dan

    membanggakan, dimana dalam 5 tahun terakhir telah

    menunjukkan perubahan yang membawa STAI Muara Bulian

    terlihat maju di mata masyararakat.

    42Sumber: Dokumentasi STAI Muara Bulian Kabupaten Batanghari.

    Ta

    hun

    ITEM

    Jmlah

    Prodi

    Jmlh

    Mhsw

    Jmlah

    Dosen Sarpras

    2011 2 buah 765

    orang

    21

    orang

    9 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang

    kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan

    lab komputer dengan 10 unit

    computer, dll

    2012 3 buah 987

    orang

    27

    orang

    8 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang

    kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruang

    micro teaching, 1 lab komputer

    dengan 17 unit computer, dll

    2013 3 buah 1.026

    orang

    28

    orang

    8 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang

    kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruang

    micro teaching, 1 lab komputer

    dengan 17 unit computer, dll

    2014 3 buah 1.173

    orang

    33

    orang

    12 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang

    kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruang

    micro teaching, 1 lab komputer

    dengan 19 unit komputer, 1 ruang

    BEM, 1 ruang MAPALA, dll

    2015 3 buah 1.185

    orang

    35

    orang

    13 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang

    kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruang

    micro teaching, 1 lab komputer

    dengan 21 unit komputer, 1 ruang

    BEM, 1 ruang MAPALA, dll

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [28]

    Pada tahun 2015, pihak STAI Muara Bulian telah

    melakukan kerjasama dengan salah satu perguruan tinggi yang

    ada di Malaysia yang bernama College Ash-Shofa, yakni dalam

    hal berbagi informasi-informasi akademik yang saling

    menguntungkan bagi kedua perguruan tinggi.

    Kemudian semenjak 2012 STAI Muara Bulian juga telah

    melakukan kerjasama dengan UI (Universitas Indonesia) dalam

    hal layanan perpustakaan secara digital, yakni berupa suatu

    aplikasi layanan perpustakan berbasis online yang tentunya

    memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada para pengguna

    terutama para mahasiswa STAI Muara Bulian.43

    Selanjutnya kami sajikan data Sekolah Tinggi Agama Islam

    (STAI) Syekh Maulana Qori (SMQ) Bangko Kabupaten

    Merangin, dimana dari data ini mampu memberikan gambaran

    awal mengenai keinovatifan ketua STAI. Berdasarkan data yang

    terdapat pada tabel 1.3, dapat dipahami bahwa keinovatifan

    pimpinan STAI Syekh Maulana Qori (SMQ) Bangko cukup baik.

    Hal ini terlihat dari perkembangan yang dialami oleh

    Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Syekh Maulana Qori

    (SMQ) Bangko Kabupaten Merangin yang tergolong positif,

    dimana dalam lima tahun terakhir STAI Syekh Maulana Qori

    telah menunjukkan perubahan-perubahan dan kemajuan yang

    membanggakan dari tahun ke tahun. Mengenai tingkat

    perkembangan tersebut selengkapnya dapat kita pelajari pada

    tabel 1.3. berikut ini:

    43Hasil wawancara dengan salah seorang piminan STAI Muara Bulian, 25 Agustus

    2015.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [29]

    Tabel 1.3. Data Penelitian Profil STAI Syekh Maulana Qori (SMQ) Bangko

    Kabupaten Merangin.44

    Ta

    Hun

    ITEM

    Jumlah

    Prodi

    Jmlh

    Maha

    siswa

    Jmlh

    Dosen Sarpras

    2011 3 buah 577

    orang

    26

    orang

    9 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang

    kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan

    lab komputer dengan 10 unit

    computer, dll

    2012 3 buah 602

    orang

    28

    orang

    9 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang

    kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan

    lab komputer dengan 10 unit

    computer, dll

    2013 3 buah 674

    orang

    30

    orang

    13 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang

    kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan

    mikro teaching, 1 ruangan lab

    kopumter dengan 13 unit computer,

    dll

    2014 4 buah 845

    orang

    34

    orang

    13 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang

    kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan

    mikro teaching, 1 ruang peradilan

    semu, 1 ruangan lab kopumter

    dengan 17 unit komputer, 1

    ruangan audio visual, dd

    2015 4 buah 978

    orang

    34

    orang

    13 ruang kuliah, 1 aula, 1 ruang

    kantor, 1 ruang pustaka, 1 ruangan

    mikro teaching, 1 ruang peradilan

    semu, 1 ruangan lab kopumter

    dengan 17 unit komputer, 1

    ruangan audio visual, dll

    Hasil analisis peneliti terhadap dokumen-dokumen dari ketiga

    STAI di atas, dapat diuraikan bahwa terlihat adanya upaya inovatif

    yang telah dilakukan oleh para ketua untuk membawa instansinya

    44Sumber: Dokumentasi STAI Syekh Maulana Qori Bangko Kabupaten Merangin.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [30]

    masing-masing semakin lebih baik dari waktu ke waktu. Ini dapat

    diketahui dari terjadinya peningkatan kuantitas dalam berbagai hal

    sebagaimana yang telah tercantum pada tabel-tabel diatas.

    Serangkaian tindakan inovatif yang telah dilakukan oleh para

    Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) tersebut peneliti duga

    dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menurut dugaan penulis

    memiliki pengaruh kuat terhadap daya inovatif para Ketua STAI.

    Faktor dimaksud antara lain tipe kepemimpinan para ketua yang

    menurut dugaan penulis para Ketua STAI telah menunjukan ciri

    kepemimpinan transformasional, kemudian dipengaruhi pula olah

    budaya organisasi STAI, dan motivasi kerja pengelola dan karyawan

    STAI.

    Beberapa penelitian penting telah dilakukan oleh Sarros, et.

    all, mengenai faktor ini. Salah satunya berjudul: Building a Climate

    for Innovation Through Transformational Leadership and

    Organizational Culture.45 Penelitian ini membuktikan adanya

    hubungan kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi

    dalam membentuk iklim untuk keinovatifan organisasi dalam

    organisasi sektor swasta di Australia. Pemodelan persamaan

    struktural berdasarkan tanggapan survei dari 1.158 manajer

    mengeksplorasi hubungan antara kepemimpinan transformasional

    dan iklim untuk keinovatifan organisasi, dan melihat sejauh mana

    kompetisi kinerja berorientasi pada budaya organisasi memediasi

    hubungan ini. Dengan kata lain, penelitian ini telah membuktikan

    bahwa kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi

    memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keinovatifan

    pimpinan.

    Berangkat dari berbagai pemaparan tersebut, maka penulis ingin

    menelusuri permasalahan ini secara ilmiah, dan membuktikan apakah

    kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, dan motivasi kerja

    memberikan pengaruh terhadap keinovatifan ketua Sekolah Tinggi

    Agama Islam (STAI) tersebut?

    45Sarros, James C,et.all, Building a Climate for Innovation Through Tranformational

    Leadership and Organizational Culture, International Journal of Leadership &

    Organizational Studies, Volume 15, Number 2, Baker College, 2008.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [31]

    Sesuai dengan judul pada buku ini yakni “Menjadi Pemimpin

    Inovatif” maka, penelitian penulis diarahkan pada faktor-faktor yang

    mempengaruhi Keinovatifan Pemimpin di STAI yang ada di Provinsi

    Jambi dengan faktor-faktor yang mempengaruhi yakni: Kepemimpinan

    transformasional, budaya organisasi dan motivasi kerja.

    Pada dasarnya, masih terdapat faktor-faktor lain yang

    mempengaruhi namun dalam penelitian ini penulis hanya membatasi

    tiga faktor tersebut dengan anggapan bahwa faktor-faktor

    kepemimpinan, budaya organisasi dan motivasi kerja memiliki

    pengaruh yang cukup kuat terhadap keinovatifan seorang pemimpin

    *****

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [32]

    BAB II

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [33]

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [34]

    BAB II Konstruksi Sederhana

    Model Kepemimpinan Inovatif

    dan Berbagai Penelitian yang Relevan

    A. Praktik Inovasi dalam Kepemimpinan

    Istilah inovasi dapat dipahami dalam arti ganda. Pertama,

    maknanya dilihat dalam bentuk kata benda umum (common noun)

    yaitu: “a new object, idea or practice”. Kedua, sebagai kata benda

    abstrak (abstract noun) yaitu: suatu proses di mana suatu obyek

    atau praktek baru dimunculkan ke permukaan dan diadopsi oleh

    individu atau kelompok. Proses ini berawal dari adanya temuan

    (invention) diikuti oleh proses pengembangan (development), dan

    proses adopsi (adoption) dan pelembagaan (institutionalization).46

    Secara etimologi inovasi berasal dari bahasa Latin, yaitu

    innovation yang berarti pembaharuan dan perubahan. Kata

    kerjanya innovo, yang berarti memperbaharui dan mengubah. Jadi,

    inovasi adalah perubahan baru menuju arah perbaikan dan

    berencana (tidak secara kebetulan)47.

    46Lias Hasibuan, Kurikulum & Pemikiran Pendidikan (Jakarta: Gaung Persada Press,

    2010), hal. 64. 47Rusdiana, Konsep Inovasi Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hal. 44.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [35]

    “Inovasi merupakan suatu proses di mana organisasi-

    organisasi memanfaatkan keterampilan-keterampilan dan sumber-

    sumber daya mereka untuk mengembangkan produk baru dan

    sistem pengoperasian baru sehingga mereka menjadi lebih baik”48.

    Sementara itu, kata inovatif dalam Kamus Besar Bahasa

    Indonesia diartikan “Bersifat pembaharuan; bersifat pengenalan

    terhadap hal-hal yang baru. Kata inovatif ditambah imbuhan ke-

    an menjadi keinovatifan mengandung makna hal yang baru.”49

    Inovasi menurut Adair adalah pengenalan yang disengaja

    dan spesifik dari apa yang baru, yang bertujuan mencapai tujuan

    organisasi yang lebih efektif.50 Adair juga mengatakan bahwa

    semua inovasi itu adalah perubahan tetapi tidak semua perubahan

    adalah inovasi.51 Inovasi adalah perubahan dan perbaikan yang

    memiliki hasil positif sehubungan dengan pelanggan, stakeholder,

    organisasi, dan konstituen lainnya52. Inovasi adalah proses

    kreativitas, pengorganisasian, dan pengembangan bagi kecakapan

    baru.53

    Sementara itu, Sa’ud mengemukakan “Inovasi adalah suatu

    ide, hal-hal praktis, metode, cara, barang-barang buatan manusia,

    yang diamati atau dirasakan sebagai sesuatu yang baru bagi

    seseorang atau kelompok orang (masyarakat). Hal yang baru itu

    dapat berupa hasil invensi atau diskoveri, yang digunakan untuk

    mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah”.54

    Sedangkan inovasi pendidikan menurut Sa’ud adalah suatu

    perubahan yang baru, dan kualitatif berbeda dari hal (yang ada

    48Winardi. Manajemen Perubahan(The Management to Change). (Jakarta.Kencana

    Prenada Media Group. 2008) hal.9 49Anonim, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2008) hal. 435. 50Adair, Jhon, Leadership For Innovation, (London: Kogan Page, 2007), p. 11 51Ibid. 52Rainey, David. L, Sustainable Business Development: Inventing the Future through

    Strategy, Innovation, and Leadership, (New York, Cambridge University Press,

    2006), p. 17. 53Salim, Hadi Mahmud, At-Tarbiyatul Maidaniyah wa Asasiyatut Tadris,(Ar-Riyadh:

    Maktabatul ‘Abikal, 1998), hal. 279 54Udin Saefudin Sa'ud, Inovasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal.5

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [36]

    sebelumnya), serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan

    kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan.55

    Roger seorang pakar inovasi sebagaimana dikutip oleh

    Hasibuan mengatakan: Inovasi adalah suatu ide, praktek atau obyek

    yang dianggap sebagai sesuatu yang baru dengan unit adopsi

    individu atau lainnya. Dalam hal kecil sekecil apapun, sejauh

    perilaku manusia yang bersangkutan, sebuah ide merupakan obyektif

    baru yang diukur dengan selang waktu sejak penggunaan atau

    penemuan pertama. Kebaruan dirasakan dari ide individu

    menentukan reaksinya. Jika hal tersebut dirasakan baru oleh individu

    maka itulah arti sebuah inovasi.56

    Keinovatifan seorang pemimpin merupakan sebuah keniscayaan,

    melakukan inovasi berarti melakukan langkah-langkah sebagai upaya

    mencapai kemajuan. Allah SWT mengisyaratkan bahwa perubahan

    untuk kemajuan itu harus diupayakan oleh manusia itu sendiri,

    sebagaimana firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an:

    Artinya:Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

    bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas

    perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah Keadaan sesuatu

    kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka

    sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu

    kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada

    pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.S. Ar-Ra’d: 11)57.

    55Ibid., hal. 6. 56Lias Hasibuan, Loc.Cit. 57Anonim, Al-Qur'an...Op.Cit, hal. 166.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [37]

    Lebih jauh Islam mengajarkan bahwa upaya menegakkan

    kebenaran, memperjuangkan cita-cita atau visi lembaga hendaknya

    dilakukan dengan organisasi yang rapi, sebab Allah SWT mencintai

    mereka yang melakukannya dengan organisasi yang rapi. Sesuai dengan

    Firman Allah SWT yang berbunyi.

    Artinya : Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-

    Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu

    bangunan yang tersusun kokoh.(Q.S. Ash-Shaft: 4)58.

    Danim mengemukakan bahwa “Pemimpin yang inovatif adalah

    pemimpin yang bertindak tepat waktu dan sesuai dengan perubahan

    rencana dan metode yang ada dalam pemikiran serta memikirkan

    tujuan, ide, dan pemecahan masalah baru yang lebih baik.”59 Harris

    mengatakan bahwa perencanaan yang buruk dan tidak efektif bisa

    diganti dengan perencanaan yang berorientasi inovatif dan

    pembelajaran dapat membantu organisasi berhasil.60

    Sehubungan dengan itu, selayaknya pimpinan perguruan tinggi

    merasa ditantang untuk lebih cepat dan tanggap dalam mengambil

    inisiatif, kreatifitas, bahkan harus inovatif sehingga memudahkan dalam

    mempengaruhi personil lembaganya untuk sama-sama mencapai tujuan

    institusi sejalan dengan perencanaan yang telah ditetapkan secara

    bersama.

    Inovasi di bidang pendidikan merupakan usaha mengadakan

    perubahan dengan tujuan untuk memperoleh hal yang lebih baik

    dalam bidang pendidikan.61 Jadi sebagai pimpinan tertinggi

    diperguruan tinggi, maka seorang Rektor/Ketua dituntut untuk aktif

    melakukan serangkaian perubahan agar terjadi kemajuan yang

    lebih baik bagi perguruan tinggi yang dipimpinnya.

    58Ibid., hal. 278. 59Sudarwan Danim, Kepemimpinan Pendidikan. (Bandung. Alpabeta. 2010) hal. 39 60Harris, Gerald, The Art Of Quantum Planning: Lesson from Quantum Physics for

    Breakthrough Strategy, Innovation, and Leadership, (California: Berret-Hoehler

    Publishers, 2009), p. 10. 61Sa'ud, Op.Cit., hal. 8.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [38]

    Rusdiana mengatakan bahwa Inovasi pendidikan adalah suatu

    ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang

    baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik

    berupa hasil invensi (penemuan baru) atau discovery (baru

    ditemukan orang), yang digunakan untuk mencapai tujuan

    pendidikan atau untuk memecahkan masalah yang dihadapi62.

    Lebih lanjut Rusdiana mengatakan bahwa inovasi dalam dunia

    pendidikan dapat berupa apa saja, produk ataupun sistem. Inovasi

    dapat dikreasikan sesuai pemanfaatannya, yang menciptakan hal

    baru, memudahkan dalam dunia pendidikan, serta mengarah pada

    kemajuan.

    Sagala mengemukakan “Inovasi adalah kemampuan untuk

    merubah ide menjadi barang, jasa atau proses untuk memecahkan

    problem dan memanfaatkan peluang yang dihadapi”.63 Lebih lanjut

    Sagala mengatakan bahwa sering dijumpai sehari-hari banyak

    pimpinan lembaga pendidikan kreatif tetapi tidak inovatif.

    Pimpinan semacam ini hanya kaya akan ide tetapi tidak mampu

    berinovasi dengan merubah idenya menjadi berbentuk barang atau

    jasa untuk memecahkan problem yang dihadapinya.

    Untuk memecahkan problem yang dihadapi seseorang perlu

    mempunyai kreatifitas yang diwujudkan dalam bentuk inovasi dan siap

    menghadapi resiko khususnya dalam mengelola lembaga pendidikan

    yang dipimpinnya, karena sebuah organisasi yang inovatif harus belajar

    untuk hidup dengan risiko.64

    Gatto menjelaskan proses dari sebuah inovasi sebagaimana yang

    tertera dalam gambar berikut ini:

    62Rusdiana, Op.Cit., hal. 46. 63Syaiful Sagala. Administrasi Pendidikan Kontemporer. (Bandung. Alfabeta. 2009)

    hal. 180 64Adair, Op.Cit., p. 132.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [39]

    Gambar 2.1. Program Flow65

    Pimpinan memegang fungsi sentral bagi sebuah organisasi, oleh

    karenanya secara umum fungsi kepemimpinan adalah:

    (1). Menciptakan visi. Perbedaan seorang pemimpin dan manajer

    terletak pada visinya. Kalau pemimpin selalu mempunyai visi

    sedangkan seorang manajer tidak perlu mempunyai visi.

    (2). Mengembangkan budaya organisasi. Dalam menjabarkan dan

    merealisasikan visi, para anggota organisasi dan pemimpinnya harus

    berpikir, bersikap dan berperilaku tertentu dalam melaksanakan

    tugasnya. Dengan berperilaku tertentu yang sesuai dengan visi

    kepastian dapat merealisasi visi lebih tinggi. Agar para pengikutnya

    berpikir, bersikap, dan berperilaku tertentu, pemimpin harus

    menetapkan pedoman perilaku dalam bentuk norma-norma.

    (3). Menciptakan sinergi. Konflik dalam batas tertentu memang

    bermanfaat untuk menciptakan sesuatu yang baru. Tanpa perbedaan

    pendapat organisasi akan terjebak pada aktivitas rutin. Jika konflik tidak

    bermanfaat dan menghabiskan energi organisasi bahkan dapat

    menghancurkannya apabila berkembang menjadi konflik destruktif,

    disana pemimpin berperan untuk mempersatukan para pengikutnya agar

    mampu menciptakan sinergi yang positif di masa mendatang.

    65Gatto, Keith P. Innovation, Leadership, and Positive Psychology. (California:

    Berkeley Engineering, 2015). P. 8.

    Innovation -Idea Generation -Idea Promotion -idea Realization

    Antecedents of Innovation

    -Cerativity -Engagement -Positive Work Culture -Positive Emotions

    Positive Psychology (Character Strengths)

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [40]

    (4). Memberdayakan (Empowerment) anggota. Pemberdayaan berarti

    kemampuan untuk melakukan sesuatu atau tindakan, juga merupakan

    salah satu aspek pengembangan organisasi yang menyangkut

    pengembangan organisasi dan sumberdaya organisasi.

    (5). Menciptakan perubahan. Kepemimpinan berkaitan untuk

    menciptakan perubahan dan selalu disebut agen perubahan.

    (6). Memotivasi pengikut. Motivasi para pengikut mempunyai korelasi

    dengan kinerja seseorang. Kinerja adalah fungsi dari kemampuan dan

    motivasi.

    (7). Mewakili sistem sosial.

    (8). Membelajarkan organisasi.66 Sarros,et.all, mengatakan bahwa suatu

    inovasi terbentuk dari serangkaian perihal lain sebagaimana yang tertera

    di dalam gambar berikut:

    Gambar 2.2.

    Structureal Model of the Relationships Among Tranformational Leadership,

    Organizational Culture, and Climate for Organizational Innovation67.

    66Deddy Mulyadi, Perilaku Organisasi & Kepemimpinan Pelayanan: Konsep dan

    Aplikasi Administrasi, Manajemen, dan Organisasi Modern, (Bandung: Alfabeta,

    2015), hal. 171.

    Climate for organizational

    innovation

    High performance expectations

    Provides individual support

    Intellectual Stimulation

    Fosters acceptance of

    goal

    Articulates Vision

    organizational culture

    Provides appropriate role

    model

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [41]

    Salim menjelaskan bahwa hal mendasar yang harus dimiliki oleh

    pemimpin, terutama pemimpin sebuah lembaga pendidikan, adalah lima

    hal berikut ini: (1). kemampuan melakukan musyawarah. (2).

    kemampuan menjadi teladan yang baik. (3). berpikiran cerdas dan

    sopan santun. 4). memahami teknis administrasi, dan (5). mampu

    melakukan pengawasan administratif.68

    Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka yang dimaksud

    dengan keinovatifan ketua STAI adalah: Kesiapan seorang ketua STAI

    dalam melahirkan ide atau gagasan dan keberanian melakukan

    serangkaian tindakan perubahan dengan memanfaatkan keterampilan

    sumber daya yang ada demi mencapai kemajuan lembaga atau

    organisasi yang dipimpinnya.

    Adapun indikator keinovatifan ketua STAI dalam penelitian ini

    adalah: (1). Aspek ide: yaitu berpikiran membangun dan berorientasi

    pada kemajuan. (2). Aspek tindakan: yaitu melakukan berbagai

    perubahan dan memanfaatkan sumber daya yang ada.

    B. Konstruksi Sederhana Penelitian Kepemimpinan Inovatif.

    Berdasarkan fakta yang terdapat pada latar belakang penulisan,

    maka ada kemungkinan beberapa faktor dapat memberi pengaruh luas

    terhadap keinovatifan ketua STAI, oleh karenanya penulis

    mengidentifikasi beberapa hal yang diduga dapat memberi pengaruh

    terhadap variabel keinovatifan Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam

    (STAI) tersebut, adalah : komitmen kerja, kecerdasan emosional,

    pengetahuan organisasi, gaya kepemimpinan, kecerdasan spiritual, dan

    berpestasi. Menyikapi agar pembahasan tidak meluas, peneliti

    membatasi permasalahan penelitian ini pada aspek yang diduga

    memberi pengaruh kuat yaitu: Kepemimpinan transformasional (X1),

    Budaya Organisasi (X2), dan Motivasi kerja (X3).

    Lokasi penelitian penulis batasi hanya pada Sekolah Tinggi

    Agama Islam Swasta yang berada di Provinsi Jambi, lebih tepatnya

    67Sarros, James C,et.all, Building a Climate for Innovation Through Tranformational

    Leadership and Organizational Culture, Journal International of Leadership &

    Organizational Studies, Volume 15, Number 2, (Baker College, 2008), p. 153. 68Salim, Op.Cit., hal. 136-137.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [42]

    terfokus pada 3 Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) sebagaimana yang

    telah penulis bahas pada bagian studi awal.

    1. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.

    Tujuan dari penelitian dan penulisan buku ini adalah untuk

    mengetahui :

    1. Pengaruh langsung kepemimpinan transformasional (X1) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4) pada Perguruan Tinggi Agama Islam

    Swasta di Provinsi Jambi.

    2. Pengaruh langsung budaya organisasi (X2) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di

    Provinsi Jambi.

    3. Pengaruh langsung kepemimpinan transformasional (X1) terhadap motivasi kerja (X3) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di

    Provinsi Jambi.

    4. Pengaruh langsung budaya organisasi (X2) terhadap motivasi kerja (X3) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi Jambi.

    5. Pengaruh langsung motivasi kerja (X3) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi

    Jambi.

    6. Pengaruh langsung kepemimpinan transformasional (X1) dan budaya organisasi (X2) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4) pada

    Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi Jambi.

    7. Pengaruh langsung kepemimpinan transformasional (X1) dan budaya organisasi (X2) terhadap motivasi kerja (X3) pada Perguruan

    Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi Jambi.

    8. Pengaruh kepemimpinan transformasional (X1) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4) melalui motivasi kerja (X3) pada

    Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi Jambi.

    9. Pengaruh budaya organisasi (X2) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4) melalui motivasi kerja (X3) pada Perguruan Tinggi Agama

    Islam Swasta di Provinsi Jambi.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [43]

    10. Pengaruh langsung kepemimpinan transformasional (X1), budaya organisasi (X2) dan motivasi kerja (X3) terhadap keinovatifan ketua

    STAI (X4) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi

    Jambi.

    Setelah menetapkan tujuan diadakannya penelitian dan penulisan

    buku ini, maka penulis berharap agar buku yang berisi hasil penelitian

    ini berguna untuk:

    1. Memberikan kontribusi informasi terhadap Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta (STAIS) di Provinsi Jambi, melalui pembuktian secara

    ilmiah ada atau tidak adanya pengaruh kepemimpinan

    transformasional, budaya organisasi, dan motivasi kerja terhadap

    keinovatifan ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) pada

    Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi Jambi. Dengan

    harapan, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan oleh

    lembaga bersangkutan maupun pemerintah dalam mengambil

    kebijakan di masa mendatang.

    2. Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan terutama tentang pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, dan motivasi

    kerja terhadap keinovatifan ketua Sekolah Tinggi Agama Islam

    (STAI) pada Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta di Provinsi

    Jambi.

    2. Kerangka Berpikir dan Hipotesis.

    Keinovatifan ketua STAI adalah kesiapan seorang ketua STAI

    dalam melahirkan ide atau gagasan dan keberanian melakukan

    serangkaian tindakan perubahan dengan memanfaatkan keterampilan

    sumber daya yang ada demi mencapai kemajuan lembaga atau

    organisasi yang dipimpinnya.

    Aspek keinovatifan dapat ditinjau dari indikator sebagai berikut:

    (1) Aspek ide: berpikiran membangun dan beroreintasi pada kemajuan.

    (2) Aspek tindakan: melakukan berbagai perubahan dan memanfaatkan

    sumber daya yang ada.

    Berdasarkan hal ini, ditunjang berbagai uraian mengenai variabel

    penelitian yang telah dijelaskan di awal, maka penulis menyusun

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [44]

    kerangka kerangka berpikir dan hipotesis dengan penjelasan sebagai

    berikut:

    1. Kepemimpinan transformasional (X1) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4).

    Kepemimpinan transformasional adalah kesanggupan seorang

    pemimpin dalam mengenali setiap perubahan lingkungan kemudian

    menggerakkan bawahan agar dapat beradaptasi dengan berbagai

    perubahan serta pembaharuan untuk mencapai tujuan organisasi dengan

    indikator sebagai berikut: (1). Aspek kecakapan: mampu beradaptasi,

    dan memberdayakan bawahan. (2). Aspek kepribadian: menjadi

    tauladan serta menghargai bawahan. Berdasarkan hal ini, maka penulis

    menduga bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan

    transformasional terhadap keinovatifan ketua STAI”, dimana ide-ide

    baru, keteladanan, dan perlakuan pimpinan mampu menginspirasi

    pimpinan untuk melakukan berbagai inovasi demi kemajuan lembaga

    yang dipimpinnya.

    2. Budaya organisasi (X2) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4).

    Budaya organisasi merupakan suatu norma, nilai, kebiasaan,

    semangat dan keyakinan bersama yang dipegang pakai dan dijunjung

    tinggi oleh orang-orang yang hidup dalam suatu organisasi, dengan

    indikator: kode etik, toleransi, teliti, kerjasama, dan agresif. Penulis

    menduga, “terdapat pengaruh yang signifikan budaya organisasi

    terhadap keinovatifan pimpinan”, dimana nilai-nilai etis, toleransi,

    ketelitian, kerjasama, dan agresifitas mampu menginspirasi pimpinan

    untuk melakukan berbagai inovasi demi kemajuan lembaga yang

    dipimpinnya.

    3. Kepemimpinan transformasional (X1) terhadap motivasi kerja (X3).

    Kepemimpinan transformasional adalah kesanggupan seorang

    pemimpin dalam mengenali setiap perubahan lingkungan kemudian

    menggerakkan bawahan agar dapat beradaptasi dengan berbagai

    perubahan serta pembaharuan untuk mencapai tujuan organisasi.

    Indikatornya adalah : (1) . Aspek kecakapan: mampu beradaptasi dan

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [45]

    memberdayakan bawahan. (2). Aspek kepribadian: menjadi tauladan

    serta menghargai bawahan.

    Motivasi kerja adalah suatu dorongan secara intrinsik dan

    ekstrinsik yang memacu seseorang untuk melakukan suatu kegiatan

    guna mencapai tujuan yang diinginkan dengan indikator sebagai

    berikut: (1). Secara Intrinsik: tekun bertugas, ulet dalam kesulitan.

    keyakinan yang tinggi, dan bosan dengan kerutinan. (1). Secara

    Ekstrinsik: mandiri dan mampu memecahkan masalah.

    Berdasarkan uraian di atas, maka ada dugaan bahwa “terdapat

    pengaruh yang signifikan kepemimpinan transformasional terhadap

    motivasi kerja”, dimana kemampuan beradaptasi, memberdayakan

    bawahan, menjadi tauladan, menghargai bawahan mampu memotivasi

    pimpinan dalam bekerja demi kemajuan lembaga yang dipimpinnya.

    4. Budaya organisasi (X2) terhadap motivasi kerja (X3).

    Budaya organisasi merupakan suatu norma, nilai, kebiasaan,

    semangat dan keyakinan bersama yang dipegang pakai dan dijunjung

    tinggi oleh orang-orang yang hidup dalam sebuah organisasi dengan

    indikator sebagai berikut: kode etik, toleransi, teliti, kerjasama dan

    agresif. Sedangkan motivasi kerja adalah suatu dorongan secara

    intrinsik dan ekstrinsik yang memacu seseorang untuk melakukan suatu

    kegiatan guna mencapai tujuan yang diinginkan dengan indikator

    sebagai berikut: (1). secara intrinsik: tekun bertugas, ulet dalam

    kesulitan, keyakinan yang tinggi, bosan dengan kerutinan, (2). secara

    ekstrinsik: mandiri dan mampu memecahkan masalah.

    Berdasarkan uraian di atas, maka diduga bahwa “terdapat

    pengaruh yang signifikan budaya organisasi terhadap motivasi kerja”,

    dimana kode etik, toleransi, teliti, kerjasama,dan agresif mampu

    memotivasi pimpinan dalam bekerja demi kemajuan lembaga yang

    dipimpinnya.

    5. Motivasi kerja (X3) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4).

    Motivasi kerja adalah suatu dorongan secara intrinsik dan

    ekstrinsik yang memacu seseorang untuk melakukan suatu kegiatan

    guna mencapai tujuan yang diinginkan. Keinovatifan ketua STAI

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [46]

    adalah kesiapan seorang ketua STAI dalam melahirkan ide atau

    gagasan dan keberanian melakukan serangkaian tindakan perubahan

    dengan memanfaatkan keterampilan sumber daya yang ada demi

    mencapai kemajuan lembaga atau organisasi yang dipimpinnya.

    Berdasarkan ini, maka ada dugaan bahwa “terdapat pengaruh yang

    signifikan motivasi kerja terhadap keinovatifan ketua STAI”, dimana

    faktor-faktor ketekunan dalam bertugas, ulet dalam kesulitan,

    keyakinan yang tinggi, bosan dengan kerutinan, mandiri, dan

    memecahkan masalah mampu menginspirasi pimpinan untuk

    melakukan berbagai inovasi demi kemajuan lembaga yang

    dipimpinnya.

    6. Kepemimpinan transformasional (X1) dan budaya organisasi (X2) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4).

    Kepemimpinan transformasional adalah kesanggupan

    seorang pemimpin dalam mengenali setiap perubahan lingkungan

    kemudian menggerakkan bawahan agar dapat beradaptasi dengan

    berbagai perubahan serta pembaharuan untuk mencapai tujuan

    organisasi. Sedangkan Budaya organisasi merupakan suatu

    norma, nilai, kebiasaan, semangat dan keyakinan bersama yang

    dipegang pakai dan dijunjung tinggi oleh orang-orang yang hidup

    dalam sebuah organisasi.

    Sedangkan keinofativan ketua STAI adalah: kesiapan

    seorang ketua STAI dalam melahirkan ide atau gagasan dan

    keberanian melakukan serangkaian tindakan perubahan dengan

    memanfaatkan keterampilan sumber daya yang ada demi

    mencapai kemajuan lembaga atau organisasi yang dipimpinnya.

    Berdasarkan uraian di atas, maka diduga bahwa “terdapat

    pengaruh yang signifikan kepemimpinan transformasional dan

    budaya organisasi terhadap keinovatifan ketua STAI”, dimana

    kemampuan beradaptasi, memberdayakan bawahan. menjadi

    tauladan, menghargai bawahan, serta kode etik, toleransi, teliti,

    kerjasama, dan agresifitas mampu menginspirasi pimpinan

    melakukan berbagai inovasi demi kemajuan lembaga yang

    dipimpinnya.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [47]

    7. Kepemimpinan transformasional (X1) dan budaya organisasi (X2) terhadap motivasi kerja (X3).

    Dengan definisi yang sama dari penjelasan sebelumnya yakni

    kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, dan motivasi

    kerja, maka hipotesis yang bisa penulis sampaikan adalah diduga

    bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan

    transformasional dan budaya organisasi terhadap keinovatifan ketua

    STAI”, dimana kemampuan beradaptasi, memberdayakan bawahan.

    menjadi tauladan, menghargai bawahan, serta kode etik, toleransi,

    teliti, kerjasama, dan agresif mampu menginspirasi pimpinan untuk

    memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja.

    8. Kepemimpinan transformasional (X1) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4) melalui motivasi kerja (X3)

    Dengan definisi variabel yang sama, maka penulis

    menyampaikan bahwa “terdapat pengaruh yang signifikan

    kepemimpinan tranformasional terhadap keinovatifan pimpinan

    melalui motivasi kerja”, dimana kemampuan beradaptasi,

    memberdayakan bawahan, menjadi tauladan, menghargai bawahan,

    mampu menginspirasi pimpinan untuk melakukan berbagai inovasi

    demi kemajuan lembaga yang dipimpinnya melalui motivasi kerja.

    9. Budaya organisasi (X2) terhadap keinovatifan ketua STAI (X4) melalui motivasi kerja (X3).

    Dengan definisi yang sama pada penjelasan sebelumnya, maka

    dari variable di atas dapat disampaikan hipotesis penulis bahwa

    “terdapat pengaruh yang signifikan budaya organisasi terhadap

    keinovatifan pimpinan melalui motivasi kerja”, dimana kode etik,

    toleransi, teliti, kerjasama,dan agresif, mampu menginspirasi

    pimpinan untuk melakukan berbagai inovasi demi kemajuan lembaga

    yang dipimpinnya melalui motivasi kerja.

    10. Kepemimpinan transformasional (X1), budaya organisasi (X2) dan motivasi kerja (X3) terhadap keinovatifan ketua

    STAI (X4).

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [48]

    Berdasarkan definisi variable yang telah disampaikan pada point

    sebelumnya, maka diduga “terdapat pengaruh yang signifikan

    kepemimpinan transformasional, budaya organisasi dan motivasi kerja

    secara simultan terhadap keinovatifan pimpinan”, dimana kemampuan

    beradaptasi, memberdayakan bawahan. menjadi tauladan, menghargai

    bawahan, serta budaya organisasi dan motivasi kerja mampu

    menginspirasi pimpinan untuk melakukan berbagai inovasi demi

    kemajuan lembaga yang dipimpinnya.

    Untuk memudahkan pemahaman, beberapa data-data penelitian

    yang berbentuk analisa dengan perhitungan matematis yang panjang

    memang tidak penulis sajikan sepenuhnya demi efensiesinya buku ini.

    Namun seluruh kebenaran data dan ketelitian perhitungan dapat penulis

    pertanggung jawabkan secara ilmiah.

    3. Beberapa Penelitian Lain yang Relevan.

    Untuk menunjang kualitas hasil penulisan, berikut disajikan

    beberapa pendukung penelitian berupa penelitian lain yang relevan

    dengan penelitian penulis yaitu sebagai berikut:

    Alsolami, et.all. International Journal, 2016. Berjudul: Revisiting

    Innovation Leadership.69

    Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa perilaku pemimpin inovatif

    berbeda dari perilaku kepemimpinan yang dianggap cukup dalam situasi

    kepemimpinan konvensional. Namun, literature tentang kepemimpinan

    menunjukkan bahwa masih ada celah atribut yang diperlukan dari para

    pemimpin inovasi yang sukses. Sebuah tinjauan literature saat

    menunjukkan inovasi kepemimpinan adalah fenomena multi-

    kepemimpinan yang terdiri antara lain: kepemimpinan karismatik,

    kepemimpinan transformasional dan inovasi atribut kepemimpinan dan

    kompetensi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis adalah

    sama-sama meneliti tentang keinovatifan pimpinan. Perbedaannya,

    penelitian ini hanya berfokus pada masalah keinovatifan sedangkan

    penelitian penulis lebih melihat kepada pengaruh kepemimpinan

    69Alsalomi, Hazaz Abdullah, et.all. Revisiting Innovation Leadership. International

    Journal, Open Journal of Leadership, 2016.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [49]

    transformasional, budaya organisasi, dan motivasi kerja terhadap

    keinovatifan ketua STAI.

    Sarros. Et.all. International Journal, 2016. Berjudul: Building a

    Climate for Innovation Through Transformational Leadership and

    Organizational Culture.70

    Penelitian ini membuktikan adanya hubungan kepemimpinan

    transformasional dan budaya organisasi dalam membentuk iklim untuk

    keinovatifan organisasi dalam organisasi sektor swasta di Australia.

    pemodelan persamaan struktural berdasarkan tanggapan survei dari

    1.158 manajer mengeksplorasi hubungan antara kepemimpinan

    transformasional dan iklim untuk keinovatifan organisasi, dan melihat

    sejauh mana kompetitif kinerja berorientasi pada budaya organisasi

    memediasi hubungan ini. Persamaan penelitian ini dengan penelitian

    penulis adalah sama-sama meneliti tentang keinovatifan. Perbedaannya,

    penelitian ini berfokus pada melihat hubungan kepemimpinan

    transformasional dan budaya organisasi dalam membentuk iklim untuk

    keinovatifan organisasi, sedangkan penelitian penulis melihat pengaruh

    kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, dan motivasi kerja

    terhadap keinovatifan ketua STAI.

    Sukoco. 2008. Penelitian: Pengaruh Strategi Perubahan Dan Kecakapan

    Diri (Self Efficacy) Terhadap Keinovatifan Guru Sekolah Menengah

    Kejuruan. Studi Eksperimen Pada Guru Sekolah Menengah Kejuruan

    Yogyakarta.71.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (a). Strategi perubahan berpengaruh

    kuat terhadap keinovatifan guru Sekolah Menengah Kejuruan. (b). Kecakapan

    diri (self efficacy) berpengaruh kuat terhadap keinovatifan guru Sekolah

    Menengah Kejuruan. (c). Strategi perubahan dan kecakapan diri (self efficacy)

    secara bersama-sama berpengaruh kuat terhadap keinovatifan guru Sekolah

    Menengah Kejuruan. (d). Strategi perubahan berpengaruh kuat terhadap

    70Sarros, James C,et.all, Building a Climate for Innovation Through Tranformational

    Leadership and Organizational Culture, International Journal of Leadership &

    Organizational Studies, Volume 15, Number 2, Baker College, 2008. 71Sukoco. Penelitian: Pengaruh Strategi Perubahan Dan Kecakapan Diri (Self Efficacy)

    Terhadap Keinovatifan Guru Sekolah Menengah Kejuruan. Studi Eksperimen Pada

    Guru Sekolah Menengah Kejuruan Yogyakarta. 2008.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [50]

    kecakapan diri (self efficacy). Penelitian ini memiliki kesamaan dengan

    penelitian penulis yaitu sama-sama meneliti keinovatifan.

    Perbedaannya, penelitian ini melihat keinovatifan guru dipengaruhi oleh

    strategi perubahan dan kecakapan diri, sedangkan penelitian penulis

    melihat keinovatifan ketua STAI dipengaruhi oleh kepemimpinan

    transformasional, budaya organisasi, dan motivasi kerja.

    Hendrik Kawengian. Universitas Negeri Jakarta. 2010. Disertasi dengan

    Judul: Pengaruh Kecerdasan Emosional, Keinovatifan, Dan Komitmen

    Organisasi Terhadap Kinerja Kepala Sekolah SMA Di Sulawesi Utara

    (Studi Kausal Pada Kepala Sekolah SMA Di Sulawesi Utara).

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (a). Kecerdasan emosional memiliki

    pengaruh kuat dan signifikan terhadap kinerja kepala sekolah. (b).

    Keinovatifan memiliki pengaruh kuat dan signifikan terhadap kinerja kepala

    sekolah. (c). Komitmen organisasi memiliki pengaruh kuat dan signifikan

    terhadap kinerja kepala sekolah. (d). Secara simultan kecerdasan emosional,

    keinovatifan, dan komitmen organisasi memiliki pengaruh kuat dan signifikan

    terhadap kinerja kepala sekolah. (e). Kecerdasan emosional memiliki pengaruh

    kuat dan signifikan terhadap komitmen organisasi. (f). Keinovatifan memiliki

    pengaruh kuat dan signifikan terhadap komitmen organisasi. Disertasi ini

    memiliki sisi kesamaan dengan buku ini yaitu sama-sama meneliti variabel

    keinovatifan. Perbedaannya, disertasi ini menempatkan variabel keinovatifan

    pada variabel bebas sedangkan buku ini menempatkannya pada variabel terikat.

    Khan Rabia, et.al. International Journal. 2009. “Transformational

    leadership and organizational innovation: Moderated by

    organizational size”72.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran moderat ukuran

    organisasi dalam hubungan antara kepemimpinan transformasional dan

    inovasi organisasi. Penelitian ini juga meneliti dampak dari

    kepemimpinan transformasional terhadap inovasi organisasi. Sebuah

    sampel dari 296 manajer dari sektor telekomunikasi Pakistan

    berpartisipasi dalam studi. Rentang usia manajer adalah 25-60 tahun

    72Khan Rabia, et.al. Jurnal Internasional. 2009. “Transformational leadership and

    organizational innovation: Moderated by organizational size” African Journal Of

    Business Management Vol.3, November 2009.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [51]

    dengan usia rata-rata 42,5 tahun. model regresi hirarkis menunjukkan

    ukuran organisasi secara signifikan memoderasi hubungan antara

    kepemimpinan transformasional. Hasil lebih lanjut mengungkapkan

    bahwa ukuran organisasi secara signifikan memoderasi hubungan

    antara semua aspek kepemimpinan transformasional (Dikaitkan

    Charisma, Motivasi Inspirasional, Intelektual Stimulasi dan

    Pertimbangan individual) dan inovasi organisasi kecuali pengaruh ideal.

    Hasil penelitian juga menunjukkan pengaruh positif dan signifikan

    kepemimpinan transformasional terhadap inovasi organisasi. Penelitian

    ini memiliki kesamaan dengan penelitian penulis yaitu sama-sama

    meneliti kepemimpinan transformasional dan keinovatifan.

    Perbedaannya, penelitian ini melihat pengaruh kepemimpinan

    transformasional terhadap keinovatifan organisasi yang dimoderasi oleh

    ukuran organisasi, sedangkan penelitian penulis melihat pengaruh

    kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, dan motivasi kerja

    terhadap keinovatifan ketua STAI.

    Thamrin, International Journal. 2012. “The Influence of

    Transformational Leadership and Organizational Commitment on

    Job Satisfaction and Employee Performance”73

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kepemimpinan

    transformasional memiliki pengaruh signifikan positif terhadap

    komitmen organisasi, (2) kepemimpinan transformasional memiliki

    pengaruh signifikan positif terhadap kinerja karyawan, (3)

    kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh signifikan positif

    terhadap kepuasan kerja, (4) komitmen organisasi memiliki pengaruh

    positif yang signifikan terhadap kepuasan kerja dan kinerja karyawan,

    dan (5) kepuasan kerja memiliki pengaruh signifikan positif terhadap

    kinerja karyawan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis

    adalah sama-sama meneliti tentang kepemimpinan transformasional.

    Perbedaannya, penelitian ini melihat pengaruh kepemimpinan

    transformasional dan komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja

    dan kinerja karyawan, sedangkan penelitian penulis melihat

    73Tahmrin. “The Influence of Transformational Leadership and Organizational

    Commitment on Job Satisfaction and Employee Performance” International Journal

    Of Innovation, Management and Technology Vol.3, No.5 Oktober 2012.

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [52]

    pengaruh kepemimpinan transformasional, budaya organisasi, dan

    motivasi kerja terhadap keinovatifan ketua STAI.

    Karaca, Hasan. University of Central Florida USA2007.

    Disertasi yang berjudul: The Effects Of Transformational

    Leadership On Employees‘ Perceived Leadership Effectiveness

    In Public Organizations: Federal Emergency Management

    Agency Case.74

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh

    kepemimpinan transformasional terhadap efektivitas kepemimpinan

    yang dirasakan karyawan pada organisasi publik. Studi ini juga

    menunjukkan pentingnya komunikasi dan berbagi informasi, serta

    memberikan kesempatan yang cukup kepada karyawan untuk

    melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam organisasi publik.

    Temuan ini juga mengkonfirmasi bahwa pemimpin diharuskan

    memiliki perilaku motivasi inspirasional dan menggunakannya

    untuk memberikan rasa pemberdayaan pribadi kepada karyawan.

    Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian penulis

    mengenai variabel kepemimpinan transformasional, akan tetapi

    memiliki perbedaan yang cukup jelas, penelitian ini melihat

    pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap efektivitas

    kepemimpinan yang dirasakan karyawan pada organisasi publik,

    sedangkan penelitian penulis melihat pengaruh kepemimpinan

    transformasional terhadap keinovatifan ketua STAI .

    Kosasih, Ahmad. Universitas Pasundan Bandung, 2016.

    Disertasi yang berjudul: Pengaruh Kepemimpinan

    Transformasional, Budaya Organisasi Dan Motivasi Kerja

    Pegawai Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai Serta Implikasinya

    Pada Kinerja Pegawai PDAM Di Provinsi Banten.75

    74Disertasi. Karaca, Hasan. University of Central Florida USA. The Effects Of

    Transformational Leadership On Employees‘ Perceived Leadership Effectiveness In

    Public Organizations: Federal Emergency Management Agency Case . 2007. 75Disertasi. Kosasih, Ahmad. Universitas Pasundan Bandung. Pengaruh

    Kepemimpinan Transformasional, Budaya Organisasi Dan Motivasi Kerja Pegawai

  • MENJADI PEMIMPIN INOVATIF

    [53]

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh langsung

    kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja