mengenal makna hidup melalui esq

7
Mengenal makna hidup melalui ESQ Ketika memasuki rutinitas kerja sehari-hari, kita sering lupa menyatukan pikiran dan hati sehingga mengalami split personality (kepribadian terpecah) dan sulit memaknai hasil kerjanya sendiri sehingga apa yang dihasilkan dalam rutinitas kerja serasa tidak memiliki makna dan berujung pada rasa "capek, membosankan dan monoton". Kebermaknaan hidup adalah sebuah motivasi yang kuat dan mendorong orang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang berguna. Hidup yang berguna adalah hidup yang terus memberi makna pada diri sendiri dan orang lain. Dalam kehidupan ini kita merupakan "khalifatullah" yaitu pengemban amanat kehidupan agar tercapai rahmatan lil alaamin atau pembawa rahmat bagi alam semesta, tidak terkecuali dalam dunia sekitar kita, di lingkungan kecil tempat kita berada, di rumah, di kantor dan di dalam masyarakat. Seperti tersebut dalam QS. Al-Baqarah ayat 30 : "Wa iz qa~la rabbuka lil malaikati inni jailun fil ardi khali~fah(tan) qa~lu~ ataj ‘alu fiha~ may yufsidu fiha~wa yusfikud dima~a, wa nahnu nusabbihu bi hamdika wa nuqaddisulak(a), qa~la inni a’lama ma~ la~ ta’lamu-^i(a) artinya Ingatlah ketika Tuhanmu bertlnnan kepada para malaikat : "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata : "Mengapa Engkau hendak menja-dikan (khalifah) di muka bumi" Mereka berkata : " Mengapa Eng-kau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan

Upload: mawar

Post on 16-Nov-2015

243 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Renungan

TRANSCRIPT

Mengenal makna hidup melalui ESQ

Mengenal makna hidup melalui ESQ

Ketika memasuki rutinitas kerja sehari-hari, kita sering lupa menyatukan pikiran dan hati sehingga mengalami split personality (kepribadian terpecah) dan sulit memaknai hasil kerjanya sendiri sehingga apa yang dihasilkan dalam rutinitas kerja serasa tidak memiliki makna dan berujung pada rasa "capek, membosankan dan monoton". Kebermaknaan hidup adalah sebuah motivasi yang kuat dan mendorong orang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang berguna. Hidup yang berguna adalah hidup yang terus memberi makna pada diri sendiri dan orang lain. Dalam kehidupan ini kita merupakan "khalifatullah" yaitu pengemban amanat kehidupan agar tercapai rahmatan lil alaamin atau pembawa rahmat bagi alam semesta, tidak terkecuali dalam dunia sekitar kita, di lingkungan kecil tempat kita berada, di rumah, di kantor dan di dalam masyarakat.Seperti tersebut dalam QS. Al-Baqarah ayat 30 : "Wa iz qa~la rabbuka lil malaikati inni jailun fil ardi khali~fah(tan) qa~lu~ ataj alu fiha~ may yufsidu fiha~wa yusfikud dima~a, wa nahnu nusabbihu bi hamdika wa nuqaddisulak(a), qa~la inni alama ma~ la~ talamu-^i(a) artinya Ingatlah ketika Tuhanmu bertlnnan kepada para malaikat : "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata : "Mengapa Engkau hendak menja-dikan (khalifah) di muka bumi" Mereka berkata : " Mengapa Eng-kau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan mem-buat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"Tuhan berfirman "Sesung-guhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".Agar kita dapat bertahan dalam kehidupan yang keras ini sebagai "khalifatullah" manusia iciptakan oleh Allah SWT dibekali dengan kemampuan yang lebih dibandingkan dengan mahkluk lainnya. Kita adalah merupakan mahkluk yang paling sempuma karena kita banyak memiliki kemampuan untuk bertahan hidup lebih baik dibandingkan dengan mahkluk lainnya.Dalam penciptaan manusia, Allah SWT telah memberikan kelebihan untuk kita tidak sekedar mengandalkan instink semata, kita dibekali akal atau ilmu dan agama sehingga dengan bekal tersebut insyaallah dapatlah diraih sukses dalam hidup ini, baik di duma dan diakhirat.Dalam Al-Quran surat Al-Mujadalah ayat 11 Allah SWT berfirman : "Yarfai ilaahilladziina aamanuu minkum walladziina uutul ilma darajat" yang artinya "Tuhan akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan mereka yang telah diberi ilmu beberapa tingkat.Dengan ilmu manusia mampu mengatasi segala keperluaannya berupa materi, Ilmu adalah menggarap otak, otak dengan segala dinding-dinding selnya semuanya alami, ilmu bersifat hipotesa tidak bisa memberikan kepuasan batin. Kecerdasan dan kemampuan manusia dalam mengembangkan kecerdasan otaknya. sehingga dengan itu dia mampu menguasai ilmu pengetahuan yang mengan-tarkan manusia untuk menggarap alam semesta ini vang disebut IQ. Kemampuan IQ yang tajam mengantarkan manusia menembus angkasa, bumi dan ruang waktuDisamping IQ, kita juga mengenal apa yang disebut EQ (emotional quotient) yaitu kecer-dasan dan kemampuan mengem-bangkan emosi dalam prilaku, se-perti berbicara yang sopan, san-tun, ramah. manis dalam bertutur kata dan mampu bersosialisasi dengan banyak orang. Adakalanya di sekitar kita dijumpai bagaimana seorang psikopat yang memiliki EQ yang mantap, tampil tenang. meyakinkan banyak orang dengan sikap perilakunya yang rapi, sopan - santun dan ramah, namun dibalik tampilan EQ yang meyakinkan itu ternyata ibarat segala berbulu domba, dia memperdayai dan mencelakan banyak orang.Pengukuran kemampuan manusia berdasar IQ dan EQ hanya bertujuan pada sikap materialistis dan antroposentris. Kita cende-rung mengejar kemewahan, uang, pesta pora dan kesuksesan dalam berbagai usaha, tetapi lupa me-maknai setiap hasil usaha dan perilaku. Manusia yang mengan-dalkan IQ dan EQ cenderung berorientasi pada materi, ke-inginan untuk menjadi orang terkenal dan mencari jabatan ataupun kekayan semata.Pentingnya keseimbangan lahir dan batin untuk menyikapi dan mengetahui makna kehidupan akan menjadikan manusia mendapatkan ketenangan dalam kehidupannya sehingga dia tahu arah kehidupan mana yang akan diraihnya. Hal ini menurut psikolog Abraham Maslow disebut peak experience (pengalaman puncak) yaitu perasaan yang muncul karena kedekatan dengan Sang Pencipta.Kita membutuhkan emotional spiritual quotient (ESQ) sebagai bekal untuk menyatukan intelegent quotient (IQ) dan emotional quotient (EQ). Modal kemam-puan spiritual (ESQ) bisa memberikan perasaan hidup yang komplet (wholeness). Pentingnya keseimbangan lahir dan batin untuk menyikapi dan mengetahui makna kehidupan menjadikan manusia mendapatkan ketenangan dalam kehidupannya sehingga dia tahu arah kehidupan mana yang akan diraihnya.Modal emotional spiritual quetiont (ESQ) bisa memberikan perasaan hidup yang komplet (wholeness), hal ini dikarenakan di dalam ESQ terdiri dari 2 (dua) unsur penting yaitu : aspek nilai dan aspek makna.ESQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan masalah makna dan nilai yang menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas. ESQ juga memperlihatkan kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan hidup atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan lainnya. Kecerdasan ini tidak hanya untuk mengetahui nilai-nilai yang ada, tetapi juga untuk secara kreatif menemukan nilai baru. ESQ senantiasa berpusat pada prinsip atau kebenaran hakiki yang bersitat abadi atau universal, hal ini terdiri dari 4 (empat) tahapan :1. Proses penjernihan emosi. 2. Membangun mental.3. Ketangguhan pribadi.4. Ketangguhan sosial.Spiritual (dalam hal ini iman) akan menjadi pembimbing kehidupan seseorang agar tidak menjadi seorang egoistik atau berorientasi kepada diri sendiri. Iman merupakan lahan garapan hati dimana tempat kepuasan dan kekuatan batin yang merupakan pemberian Allah SWT yang bersifat halus, mantap dan pasti; dan hati yang mendapatkan petunjuk ilahi akan mempertajam kemam-puan seseorang dalam setiap gerak, langkah dan pikirnya.Dalam QS. Az-Zumar ayat 41 Allah SWT berfirman : "Inna~ anzalna~ alaikal kita~ba lin na~si bil haqq(i), faman~ ihtada~ falinafsih(i~), wa man dalla fa innama~ yadillu alaiha~wa ma~ anta alaihim bi waki~l(i~n)" (Sesungguhnya kami menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk maka petunjuk itu untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan kamu sekali-kali bukanlah orang yang ber-tanggung jawah terhadap me-reka).Juga di dalam QS. Asy-Syura ayat 44 dan 46 : "Wa may yudlilillahu fama~lahu~miw wuliyyinm. mim badih(i), wa taraz za~ limi~na lamma-raawul aza~ba yaqu~lu-na hal ila~ maraddim min sabi~l(in)" (Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada baginya seorangpun pemimpin sesudah itu. Dan kamu akan melihat orang-orang zalim itu ketika mereka melihat azab berkata : "Adakah kiranya jalan untuk kembali")."Wa ma~ ka~na lahum min auliya~a yansuru~hahum min du~nilla~h(i), wa may yudlililla~hu fama~ lahu~ min sabi~l(in)" (Dan sekali-kali tidak mempunyai pelindung-pelindung yang dapat menolong mereka selain Allah. Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidaklah ada baginya sesuatu jalanpun (untuk mendapat petunjuk).Berangkat dari iman yang terpatri dalam hati dipadukan dengan ilmu yang bersumber dari otak dan kemantapan atau kestabilan emosi yang rasional akan memberikan kekuatan dan muatan positip bagi kehidupan manusia, persenyawaan tersebut melahirkan sikap mental yang baik:a. Dengan iman dalam hati akan melahirkan : ibadat yang khusuk, mental yang dinamis serta akhlakul karimah.b. Dengan ilmu yang bersumber dan otak akan melahirkan : kecerdasan, giat study dan firasat.c. Dengan emosi (nafs) yang mantap/stabil dan rasional akan melahirkan sikap mental yang tenang, tidak grusa-grusu, tidak mudah goyah dan gampang dipengaruhi.Sebagai kekuatan berpikir di mana kalau iman telah menyirami hati kita, ia akan memberikan sorot sinar yang lebih jelas terhadap otak sebagai tempat ilmu, sebagai kekuatan fisik membangkitkan sikap mental optimis dan dmamis dan sebagai kekuatan ruh akan menumbuhkan perasaan keyakinan yang kuat, kokoh dan teguh pada pendirian yang tidak tergoyahkan. Oleh karena itu, di-samping pengembangan IQ dan EQ pada diri seseorang, pengembangan ESQ adalah bagian utama dan mutlak bagi tumbuhnya masyarakat makmur dan sejahtera, serta aman dan damai (masyarakat marhamah dan berakhlakul karimah)