memantau anggaran dan belanja daerah
TRANSCRIPT
a
Memantau Anggaran dan Belanja Daerah
Panduan untuk Komunitas Lingkar Tambang
Yenny Sucipto Yenti Nurhidayat
Memantau Anggaran dan Belanja Daerah
Panduan untuk Komunitas Lingkar Tambang
Yenny Sucipto Yenti Nurhidayat
ii
Memantau Anggaran dan Belanja DaerahPanduan untuk Komunitas Lingkar Tambang
ISBN 978-602-72039-8-3
PenulisYenny Sucipto Yenti Nurhidayat
ReviewerJensi SartinMaryati AbdullahMeliana Lumbantoruan
Hak cipta dilindungi undang-undangEdisi Pertama, 2015
Panduan ini diterbitkan oleh Yayasan Transparasi Sumberdaya Ekstraktif-Publish What You Pay (PWYP) Indonesia, dengan dukungan dari Southeast Asia Technology and Transparency Initiative (SEATTI)/Hivos. Isi panduan ini adalah tanggung jawab PWYP Indonesia dan tidak serta-merta mencerminkan pandangan SEATTI/Hivos.
Publish What You Pay IndonesiaJl. Tebet Utara 2C No.22B, Jakarta Selatan 12810, IndonesiaTelp/Fax :+62-21-8355560 | E: [email protected] Twitter @PWYP_INdoNESIA
iii
Daftar Isi
daftar Gambar .............................................................................................................................................. iv
Kata Pengantar ..............................................................................................................................................v
Bagian I. Memahami Anggaran Daerah .......................................................................1Ruang Lingkup Anggaran ....................................................................................................................1Fungsi Anggaran ......................................................................................................................................2Prinsip Penyelenggaraan Anggaran ..............................................................................................3
Bagian II. Konsep, Regulasi dan Alur Perencanaan Penganggaran Daerah (PPD) .. 5Konsep Perencanaan Penganggaran daerah ...........................................................................5Regulasi Perencanaan dan Penganggaran daerah ................................................................7Alur Perencanaan dan Penganggaran daerah .........................................................................8
Bagian III. Struktur dan Komponen APBD ............................................................... 11Pendapatan daerah ...............................................................................................................................11dana Transfer daerah ........................................................................................................................ 13Belanja daerah ........................................................................................................................................ 15Pembiayaan daerah .............................................................................................................................. 16
Bagian IV : Metode Pemantauan (Strategi Advokasi) .............................................18Advokasi ..................................................................................................................................................... 18Advokasi Anggaran .............................................................................................................................. 19Faktor Penghambat dan Pendukung Advokasi Anggaran ............................................. 20Strategi Advokasi Anggaran ........................................................................................................... 20
Lampiran .........................................................................................................................................................24
daftar Pustaka ............................................................................................................................................ 30
Biodata Penulis ............................................................................................................................................ 31
Tentang Koalisi Publish What You Pay (PWYP) Indonesia ...................................................32
iv
Daftar Gambar
Gambar 1. Ruang Lingkup Anggaran ............................................................................................2
Gambar 2. Fungsi Anggaran daerah ...............................................................................................3
Gambar 3. Prinsip Penyelenggaran Anggaran ..........................................................................4
Gambar 4. Alur Perencanaan Program dan Penganggaran ...............................................6
Gambar 5. Proses Penganggaran dan Peraturannya .............................................................7
Gambar 6. Siklus dan Kalender Perencanaan dan Penganggaran Tahun ..................9
Gambar 7. Komponen Pendapatan daerah .............................................................................. 12
Gambar 8. Komposisi dan Pembagian dana Bagi Hasil ..................................................... 13
Gambar 9: Postur Transfer daerah TA 2014 dan 2015 ........................................................... 14
Gambar 10. Klasifikasi Belanja daerah.......................................................................................... 15
Gambar 11. Komposisi Belanja daerah ......................................................................................... 16
Gambar 12. Komposisi Pembiayaan daerah ............................................................................... 17
Gambar 13. Wilayah Kerja Advokasi ............................................................................................... 19
Gambar 14. Ruang Partisipasi Masyarakat dalam Advokasi Anggaran daerah ..... 19
Gambar 15. Faktor Pendukung dan Penghambat Advokasi .............................................. 20
Gambar 16. Tahapan Strategis Advokasi ...................................................................................... 21
v
Kata Pengantar
dalam rangka mendorong penguatan kapasitas komunitas khususnya di daerah kaya sekitar tambang, Publish What You Pay (PWYP) Indonesia menerbitkan buku panduan yang dapat digunakan untuk pemantauan
Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBd). oleh karena keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan penganggaran merupakan hal yang penting, maka PWYP Indonesia berharap kiranya buku panduan ini dapat digunakan oleh komunitas masyarakat untuk terlibat aktif dalam memantau proses perencanaan dan penganggaran daerah.
Penerbitan buku panduan ini hadir dari dukungan program Southeast Asia Technology and Transparency Initiative (SEATTI)/Hivos yang bertujuan mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam proses perumusan kebijakan dan mendorong keterbukaan dan adanya data terbuka dalam aspek kebijakan. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pemantauan penganggaran daerah.
Secara umum buku panduan ini berisikan pemahaman, konsep, regulasi, komponen dan struktur penganggaran daerah. di bagian akhir dari buku panduan ini juga dipaparkan tentang metode-metode yang dapat digunakan oleh komunitas masyarakat dalam melakukan advokasi dan pemantauan penganggaran di daerah.
Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk segenap pihak yang sudah mendukung penerbitan buku ini. Secara khusus kami mengucapkan terima kasih untuk Seknas FITRA yang sudah berkontribusi dalam penulisan buku ini, dan seluruh rekan Sekretariat Nasional PWYP Indonesia (Jensi, Meli, Ary, Abud, Kiki, dewi, Asri, dilah, Sri, Ibeth dan Wiko) atas dukungan dalam pembuatan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Jakarta, Juni 2015
Maryati AbdullahKoordinator Nasional Publish What You Pay Indonesia
vi
Memantau Anggaran dan Belanja Daerah
Panduan untuk Komunitas Lingkar Tambang
1
Bagian I.
Memahami Anggaran Daerah
Pokok BahasanPada materi ini masyarakat akan diajak untuk memahami ruang lingkup, fungsi
dan prinsip-prinsip penyelenggaraan anggaran. Penyampaian materi pada sesi ini memberi pemahaman tentang pokok bahasan tersebut agar mampu memahami anggaran dalam konteks keuangan daerah dan kewajiban pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Ruang Lingkup AnggaranAnggaran atau sering juga disebut budget adalah suatu rencana yang disusun
secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan, yang dinyatakan dalam unit satuan moneter dan berlaku dalam jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Anggaran juga dapat digunakan sebagai alat untuk merencanakan dan mengendalikan keuangan dan penyusunannya dilakukan secara periodik.
Anggaran daerah dapat dipahami dan dikaji dari 2 sisi:1. Makro
Secara makro, keuangan daerah dapat dipahami sebagai rencana kerja pemerintah daerah yang diwujudkan dalam bentuk uang selama periode waktu tertentu (1 tahun anggaran).
2. MikroAnggaran daerah pada dasarnya merupakan
salah satu instrumen kebijakan yang dapat dipakai sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat di daerah.
2
Ruang lingkup dari anggaran meliputi aspek kewajiban, penerimaan, pengeluaran, pengelolaan kekayaan, dan pemungutan pajak daerah.
Gambar 1. Ruang Lingkup Anggaran
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang. Keuangan daerah juga temasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut. Pengelolaan keuangan daerah merupakan seluruh kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban dan pengawasan keuangan daerah.
Fungsi AnggaranAnggaran merupakan cerminan dari tanggung jawab dan kewenangan negara
anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian dan penyusunan keuangan negara selayaknya mencerminkan tanggung jawab dan kewenangan negara dan daerah dalam melaksanakan fungsi-fungsi yang diamanatkan oleh undang-undang dan ditujukan untuk kepentingan masyarakat. Berikut beberapa fungsi anggaran daerah:
Hak memungut pajak dan retribusi daerah
serta melakukan pinjaman
Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dan /
atau kepentingan umum
Kewajiban untuk menyelenggarakan urusan
pemerintah daerah dan membayar tagihan pihak
ketiga
Ruang Lingkup Anggaran
Kekayaan yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain baik
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
daerah
Pengeluaran daerah
Penerimaan daerah
3
Gambar 2. Fungsi Anggaran Daerah
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri
Prinsip Penyelenggaraan AnggaranUntuk mendukung terwujudnya good governance dalam penyelenggaraan
negara, maka penyelenggaraan anggaran harus diselenggarakan secara profesional, terbuka dan bertanggung jawab dengan berpegang pada prinsip transparan, partisipatif, disiplin, berkeadilan, efisien dan efektif, serta rasional dan terukur.
Fungsi otorisasi: anggaran daerah menjadi dasar untuk merealisasi pendapatan dan belanja daerah pada tahun bersangkutan. Tanpa dianggarkan, maka sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan untuk dilaksanakan
Fungsi perencanaan: anggaran merupakan pedoman bagi pemerintah daerah untuk menyelenggarakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan
Fungsi pengawasan: anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pemerintah daerah
Fungsi alokasi: anggaran harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran dan pemborosan sumberdaya serta untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian daerah
Fungsi distribusi: kebijakan-kebijakan penganggaran daerah harus memiliki rasa keadilan dan kepatutan
Fungsi stabilitasi: anggaran daerah merupakan alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah
Fung
si A
ngg
aran
Dae
rah
4
Gambar 3. Prinsip Penyelenggaran Anggaran
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri
Pertanyaan Kunci: 1. Apa yang dimaksud dengan anggaran?2. Sebutkan komponen-komponen ruang lingkup
anggaran!3. Sebutkan enam fungsi APBD!4. Sebutkan 6 prinsip penyelenggaraan anggaran!
Penyelenggaraan keuangan daerah harus dilakukan secara transparan. Pemerintah wajib membuka dan memberikan informasi terkait pengelolaan keuangan daerah baik perencanaan, pelaksanaan ataupun evaluasi.
Penyelenggaraan anggaran publik harus dilakukan secara rasional, dengan mempertimbangkan berbagai kondisi dan latar belakang serta dapat memperkirakan pencapaian yang tepat dan terukur.
Penyelenggaraan anggaran publik harus dilakukan secara efisien dan efektif dengan berorientasi pada pemberian manfaat kepada masyarakat secara maksimal.
Penyelenggaraan anggaran publik harus dilakukan secara berkeadilan, memahami dan memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa diskriminasi apapun.
Penyelenggaraan anggaran publik harus dilakukan dengan disiplin, Kejelasan dalam klasifikasi anggaran dan konsisten antara perencanaan dengan implementasi.
Penyelenggaraan keuangan daerah harus melibatkan masyarakat untuk memastikan dan menjamin kesesuaian antara kebutuhan dan ketersediaan anggaran.
Efisien dan Efektif
Berkeadilan
Disiplin
Partisipatif
Transparansi
Rasional dan Terukur
5
Bagian II.
Konsep, Regulasi dan Alur Perencanaan dan
Penganggaran Daerah (PPD)
Pokok Bahasandi dalam sesi ini masyarakat akan diajak untuk memahami konsep,
regulasi, alur dan tahapan Perencanaan Penganggaran daerah (PPd). Masyarakat diharapkan mampu melihat peluang-peluang yang dapat digunakan untuk mempengaruhi proses (advokasi) PPd mulai dari tahap perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pelaporan hingga pertanggungjawaban.
Konsep Perencanaan Penganggaran DaerahPPd merupakan sebuah siklus tahunan untuk merencanakan dan
menyusun anggaran baik di tingkat pusat maupun daerah. Secara teknis perencanaan anggaran ini berlangsung dalam dua aras besar yaitu aras spasial dan aras sektoral. Aras spasial adalah proses perencanaan yang dilakukan secara bertahap dan berbasis kewilayahan dimulai dari desa/kelurahan hingga tingkat kabupaten/kota. Sedangkan aras sektoral adalah proses perencanaan yang dilakukan oleh instansi pemerintahan.
6
Gambar 4. Alur Perencanaan Program dan Penganggaran
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri
Secara umum, PPd dapat dibedakan menjadi dua;1. Perencanaan dalam menentukan arah dan kebijakan umum APBd atau biasa
disebut perencanaan kebijakan (policy planning) anggaran daerah. dalam prakteknya, perencanaan kebijakan disusun dan disepakati secara bersama-sama oleh dewan Perwakilan Rakyat daerah (dPRd) dan Pemerintah daerah (Pemda). Perencanaan kebijakan harus memuat kejelasan tujuan dan sasaran yang akan dicapai sebagai acuan bagi proses pertanggungjawaban kinerja keuangan daerah pada akhir tahun anggaran.
2. Perencanaan rangkaian strategis, prioritas, program dan kegiatan yang diperlukan dalam mencapai arah dan kebijakan umum APBd atau disebut juga sebagai perencanaan operasional (operational planning) anggaran daerah. perencanaan operasional ini dibebankan kepada Pemda.
Perencanaan dan penganggaran yang berbasis partisipasi masyarakat berperan penting dalam mendorong terselenggaranya forum yang menyerap aspirasi masyarakat. Partispasi masyarakat dalam forum tersebut dapat membantu proses penentuan skala prioritas perencanaan program pembangunan dan pendokumentasian dan pengawalan usulan masyarakat dalam pembuatan rancangan APBd.
PedomanPedoman
Pedoman
Pedoman PedomanPedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman
diacu
diacu
dijabarkan
dijabarkan
diperhatikan
RENSTRA KL
RPJM NASIONAL
RPJM DAERAH
RPJP NASIONAL
RPJP DAERAH
RENSTRA SKPD
PENJABARAN APBD
RENJA SKPD
RKA-SKPD
RINCIAN APBN
APBN
APBD
RAPBN
RAPBDKUA
PPAS
RKP
RKPD
RENJA KL
RKA-KL
PERENCANAAN PROGRAM
Alur Perencanaan Program & Penganggaran
PENGANGGARAN
Pem
erintah P
usatP
emerintah
Daerah
7
Regulasi Perencanaan dan Penganggaran DaerahLandasan hukum perencanaan dan penganggaran di Indonesia diatur dalam
beberapa regulasi pokok antara lain:• UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara• UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional• UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah• UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan daerah• PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pedoman Keuangan daerah• Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
daerah• Permendagri No. 27 Tahun 2014 tentang Pemerintah daerah
Regulasi-regulasi tersebut tidak hanya mengatur kewenangan pusat dan daerah dalam pelaksanaan perencanaan dan penganggaran, tetapi juga mengatur alur, mekanisme serta dokumen yang dibutuhkan dalam setiap tahapan proses perencanaan penganggaran.
Namun, dalam beberapa kajian yang dilakukan oleh kelompok masyarakat maupun akademisi masih ditemukan adanya ketidaksingkronan dan inkonsistensi antar regulasi-regulasi terkait sehingga menghambat tercapainya kesejahteraan masyarakat.
Gambar 5. Proses Penganggaran dan Peraturannya
Sumber: Seknas FITRA
• UU 17 tahun 2003• UU 32 tahun 2004• UU 1 2004• UU 15 tahun 2004• PP 58 tahun 2005• Permendagri 13
tahun 2006
• UU 17 tahun 2003• UU 1 tahun 2004• UU 32 tahun 2004• PP 58 tahun 2005• Permendagri 13
tahun 2006
• PP 58 tahun 2005• PP 24 tahun 2004• PP 37 tahun 2005• PP 37 tahun 2006• Permendagri 13
tahun 2006• Permendagri 26
tahun 2006
• UU 25 tahun 2004• UU 10 tahun 2004• UU 17 tahun 2003• UU 32 tahun 2004• UU 33 tahun 2004
Proses Penganggaran dan Aturan Per-UU-nya
Perencanaan
Pembahasan/Penetapan APBD
PelaksanaanEfektifitas dan efisiensi
Penatausahan dan akuntansi
Prioritas usulan dan anggaran
Laporan BPKP/bawasda dan BPK
Monev
8
Alur Perencanaan dan Penganggaran DaerahMerujuk pada penjelasan sebelumnya bahwa proses PPd dilaksanakan pada
dua aras yaitu: spasial dan sektoral. Pada aras spasial, proses PPd dimulai dari level terendah yaitu desa/ kelurahan hingga berakhir pada level kapupaten/ kota. Sementara itu, pada saat yang bersamaan proses PPd juga berlangsung pada aras sektoral yang dilakukan oleh instansi-instansi pemerintahan. Keseluruhan proses PPd di kedua aras ini dimulai dengan tahapan perencanaan pada bulan Januari melalui Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) desa/ Kelurahan hingga tahapan Penetapan APBd pada akhir desember.
dengan mengenali siklus dan jadwal penyelenggaraan dari setiap proses PPd, akan memberi ruang yang semakin besar bagi kelompok masyarakat untuk dapat berpatisipasi secara aktif untuk menentukan arah dan kebijakan anggaran yang akan ditetapkan.
Secara umum, siklus anggaran (APBN dan APBd) terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu penyusunan anggaran, pembahasan anggaran, penetapan anggaran dan pertanggungjawaban anggaran. Sikulus anggaran di Indonesia dilakukan selama 2,5 tahun dengan rincian: 1 tahun proses penyusunan, 1 tahun proses pelaksanaan dan 5 (lima) bulan proses pertanggungjawaban/audit.
Tahap Penyusunan Anggarandalam tahap ini pemerintah melakukan review terhadap pelaksanaan anggaran
tahun sebelumnya, rencana pembangunan, dan memperhatikan masukan dari masyarakat.
Tahap Pembahasan AnggaranPada tahap ini eksekutif menyusun draft usulan anggaran dibahas bersama
dPRd melalui konsultasi publik, pembahasan internal, meminta pendapat ahli.
Tahap Pelaksanaan AnggaranPada tahapan ini, draft usulan yang sudah disetujui noleh dPRd dilaksanakan
oleh pemerintah dan sekaligus melakukan monitoring pelaksaan anggaran.
Tahap Pengawasan/AuditPengawasan pelaksanaa anggaran dilakukan oleh berbagai pihak, baik dari
internal pemerintah (Inspektorat, Badan Pemeriksa Keuangan Pemerintah/BPKP dan Badan Pemeriksa Keuangan/BPK) maupun eksternal yaitu masyarakat.
9
Kelender Perencanaan & Penganggaran Tahunan
Siklus Perencanaan & Penganggaran Tahunan
RPJMD
Renstra SKPD
Rancangan Renja SKPD
Forum SKPD
Renja SKPD
RKA- SKPD
Pokok-pokok PikiranDPRD
KUA & PPAS
Rancangan RKP
Rancangan RKPD Prov
MUSRENBANGNAS
MUSRENBANGPROV
MUSRENBANGKecamatan
MUSRENBANGDesa/Kel
MUSRENBANG RKPD/MUSRENBANGDA
Rancangan AwalRKPD•Prioritaspemb.•PaguIndika-
tif berdasar fungsi SKPD, sumber dana & Wilayah Kerja
Rancangan RKPD
Rancangan Akhir RKPD
Penetapan RKPD
RAPBD
Mei
Apr
Apr
Apr
Mar
Feb
Feb
Mei
Mei
Okt
Jun
Agt
Jan
Pembahasan & Kesepakatan KUA antara KDH dengan DPRD (Juni)
Pembahasan & Kesepakatan PPAS antara KDH dengan DPRD (Juni)
Penyusunan RKA-SKPD & RAPBD (Juli-September)
Pembahasan dan Persetujuan Rancangan APBD dengan DPRD (Oktober-November)
Evaluasi Rancangan Perda APBD(Desember)
Penetapan Perda APBD(Desember)
Penyusunan DPA SKPD(Desember)Pelaksanaan APBD
Januari tahun berikutnya
Penetapan RKPD(Mei)
Musrenbang Kab/Kota(Maret)
Forum SKPDPenyusunan Kerja SKPD Kab/Kota (Maret)
Musrenbang Kecamatan(Februari)
Musrenbang Desa(Januari)
1
2
3
4
56 7
8
9
10
11
1213
Gambar 6. Siklus dan Kalender Perencanaan dan Penganggaran Tahunan
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri
10
Studi Kasus
Perencanaan dan Penganggaran di DKI Jakarta
Padaawal tahun2015, Indonesiadikagetkandenganberitakisruhnyaproses
penetapanAPBDPropinsiDKIJakarta.AdaduaversiRancanganAPBDDKIyang
dikirimkankepadaKemendagriuntukdisahkan.Kemudiandiketahuibahwa,kisruh
inibermulaketikaGubernurDKIsaatitumengetahuiadanyadana-dana“siluman”
yang muncul tanpa melalui proses dan tahapan perencanaan dan penganggaran
yangseharusnyasesuaiketentuanundang-undang.
Usulan program dan kegiatan seharusnya muncul di dalam proses perencanaan,
mulaidarimusrenbangtingkatkelurahanhinggapenetapanKUAPPAS.KUAPPAS
merupakan rancangan program dan kegiatan prioritas beserta patokan maksimal
anggaran yang akan digunakan oleh SKPD dalam penyusunan RKA SKPD sebelum
disahkanolehDPRD.
Dalam kasus RAPBD DKI, program dan kegiatan silumanmuncul pada saat
pembahasan RAPBD di DPRD dimana seharusnya sidang dioptimalkan untuk
melihat apakah program dan kegiatan tersebut sudah sesuai dengan prioritas yang
dibutuhkandaerah.Tidakbolehlagiadausulanprogramdankegiatanbarupada
tahapini.
Kisruh ini kemudian memperlihatkan betapa selama ini proses perencanaan dan
penganggaran masih sangat tertutup. Partisipasimasyarakat di dalam proses
inicenderungmasihsangatminim.Banyakusulan-usulanprogramdankegiatan
yang sangat dibutuhkan masyarakat tiba-tiba menghilang di tengah perjalanan dan
digantikan oleh program dan kegiatan yang menguntungkan pihak-pihak tertentu
saja.**
Pertanyaan Kunci: 1. Sebutkan tahapan PPD!2. Sebutkan 4 (empat) tahapan siklus APBD!3. Ceritakan siklus perencanaan dan penganggaran
daerah!
11
Bagian III.
Struktur dan Komponen APBD
Pokok Bahasan dalam sesi ini, masyarakat diajak untuk mengenal dan memahami struktur
dan komponen APBd dan melihat peranan masyarakat sebagai stakeholder pembangunan yang memiliki kepentingan di dalamnya. Penyampaian materi pada sesi ini akan merekonstruksi pemahaman dan memperkuat keterampilan masyarakat untuk berpartisipasi dalam keseluruhan siklus perencanaan dan penganggaran daerah mulai dari tahap penyusunan, pelaksanaan hingga tahap pertanggungjawaban anggaran.
Pendapatan DaerahPendapatan daerah merupakan seluruh penerimaan kas daerah dalam
periode tahun anggaran tertentu yang menjadi hak daerah. dalam UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah disebutkan bahwa pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui menambah kekayaan bersih daerah pada periode tahun yang bersangkutan.
Pendapatan daerah berasal dari :1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Dana Bagi Hasil (DBH) yaitu dana-dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka desentralisasi.
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah yaitu pendapatan daerah dari sumber lain, misalnya sumbangan pihak ketiga kepada daerah yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
12
PENDAPATAN DAERAH
Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-Lain PAD yang Sah
Dana Perimbangan
Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah
Hibah
Dana Darurat
Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi dan Pemda Lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari Propinsi dan Pemda Lainnya
Gambar 7. Komponen Pendapatan Daerah
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Pendapatan Asli Daerah merupakan
kegiatan ekonomi yang berasal dari
daerah itu sendiri. PAD merupakan
cerminan kemandirian daerah.
Dana Perimbangan
• Dana Bagi Hasil (DBH Pajak
& Non Pajak)-->berdasarkan
persentase (%)
• Dana Alokasi Umum (DAU)
pemerataan kemampuan
keuangan daerah berdasarkan
Alokasi Dasar dan Celah Fiskal
(Kebutuhan Fiskal - kapasitas
Fiskal)
a. Kebutuhan fiskal=kebutuhan
daerah untuk membiayai
pegawai dan infrastruktur
dasar
b. Kapasitas Fiskal = DBH + PAD
• Dana Alokasi Khusus (DAK)
pada daerah tertentu, kegiatan
khusus prioritas nasional Dana
pendamping APBD sebesar 10%
13
No Jenis DBH
KOMPOSISI/PEMBAGIANMenurut UU 33 Tahun 2004
PusatDaerah
Jumlah Propinsi Kab/Kota1 PAJAK a.PBB 10% 90% 16,2% 64,8% b.BPHTBP 20% 80% 16% 64%
c.PPhPasal25,Pasal29dan PPh 21
80% 20% 40% 60%
2 SDA (Non Pajak) a. Kehutanan : 1.IHPH 20% 80% 16% 64% utk kab/kota
penghasil 2.PSDH 20% 80% 16% 32% utk kab/kota
penghasil 3.DanaReboisasi 60% 40% - 40% utk kab/kota
penghasil b. Pertambangan Umum 20% 80% - 80% 1. Iurantetap(land-
rent)16% 64% utk kab/kota
penghasil 2. Iuraneksplorasidan
eksploitasi (royalti)16% 32% utk kab/kota
penghasil c. Perikanan 20% 80% - 80% d. Minyak Bumi 84,5% 15,5% 3% propinsi yg
bersangkutan6% kab/kota penghasil
0,5% 0,5% 0,1% prop yg bersangkutan
- 0,2% kab/kota penghasil - sisanya 0,2% dibagi
merata utk seluruh kab/kotadalamprop.ygbersangkutan
e. Gas Bumi 69,5% 30,5% 6%utkprop. yg bersangkutan
12% utk kab/kota penghasil
0,5% 0,5% 0,1% prop yg bersangkutan
- 0,2% kab/kota penghasil - sisanya 0,2% dibagi
merata untuk seluruh kab/kotadlmprop.ygbersangkutan
f. Panas Bumi (komponen PNBP)
20% 80% 16%utkprop.yg bersangkutan
32% utk kab/kota penghasil
Gambar 8. Komposisi dan Pembagian Dana Bagi Hasil
Sumber: UU No. 33 Tahun 2004
Dana Transfer DaerahTransfer ke daerah adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang terdiri dari dana Perimbangan dan dana otonomi Khusus dan Penyesuaian.
14
Postur Transfer ke Daerah TA 2014
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Otsus Papua
Dana Otsus Aceh
DanaIntrasOtsusPapua
DanaIntrasOtsusPaBarat
DanaKeistimewaanDIY
Tamb Penghasilan Guru
Tunjangan Profesi Guru
Bantuan Op Sekolah
DanaInsentifDaerah
Dana P2D2
Dana Penyesuaian
Dana Otsus & Penyesuaian
Dana Otsus
DBH Pajak
DBH SDA
DBH PBB
Kehutanan
DBH PPh
Pertum
Migas
DBH CHT
Perikanan
Panas Bumi
TRANSFER KE DAERAH
Dana Otsus Papua BRT
Dana Perimbangan
Postur Transfer ke Daerah dan Dana Desa TA 2015
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Dana Otsus Papua
Dana Otsus Aceh
DanaIntrasOtsusPapua
DanaIntrasOtsusPaBarat
DanaKeistimewaanDIY
Tamb Penghasilan Guru
Tunjangan Profesi Guru
Bantuan Op Sekolah
DanaInsentifDaerah
Dana P2D2
Dana Perimbangan
Dana Transfer ke Daerah
Dana Desa
DBH Pajak
DBH SDA
DBH PBB
Kehutanan
DBH PPh
Pertum
Migas
DBH CHT
Perikanan
Panas Bumi
DANA TRANSFER KE DAERAH DAN DESA
Dana Otsus Papua BRT
Dana Keistimewaan DIYogyakarta
Dana Otsus
Dana Transfer Lainnya
Transfer ke daerah ditetapkan dalam APBN, Peraturan Presiden dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) yang selanjutnya dituangkan dalam daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (dIPA) yang ditandatangani oleh direktur Jenderal Perimbangan Keuangan (dJPK) selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atas nama Menteri Keuangan selaku Pengguna Anggaran untuk tiap jenis transfer ke daerah dengan dilampiri rincian alokasi per daerah.
Berikut rincian jenis-jenis transfer dana ke daerah:a. Transfer dana Perimbangan, meliputi:
1. Transfer dana Bagi Hasil Pajak;2. Transfer dana Bagi Hasil Sumber daya Alam;3. Transfer dana Alokasi Umum; dan4. Transfer dana Khusus.
b. Transfer dana otonomi Khusus dan Penyesuaian, meliputi:1. Transfer dana otonomi Khusus Papua dan Papua Barat;2. Transfer dana otonomi Khusus Nanggroe Aceh darussalam; dan3. Transfer dana Penyesuaian.
Pasca dikeluarkannya UU No. 6 Tahun 2014 yang memberikan transfer selain ke daerah (provinsi dan kabupaten) namun juga untuk desa. Maka postur transfer dana ke daerah juga berubah. Berikut gambar perbedaan postur transfer dana daerah untuk tahun anggaran 2014 (sebelum diberlakukannya UU. No. 6 Tahun 2014) dan tahun anggaran 2015 (setelah diberlakukannya UU No. 6 Tahun 2014) sebagai berikut:
Gambar 9: Postur Transfer Daerah TA 2014 dan 2015
Sumber: Presentasi DJPK Kemenkeu RI di Bintuni tahun 2015
15
Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari :1) klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan
untuk tujuan pengelolaan pemerintahan daerah2) klasifikasi belanja berdasarkan fungsi pengelolaan keuangannegara.
Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan merupakan penjabaran dari kebijakan umum anggaran sesuai dengan misi dan agenda prioritas dari masing-masing organisasi
Klasifikasi belanja berdasarkan organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi pemerintah daerah
Program/Kegiatan
Organisasi
Fungsi
Belanja DaerahBerdasarkan UU No. 17 Tahun 2003, Belanja daerah didefinisikan sebagai
kewajiban Pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang kemudian dijabarkan dalam Permendagri 13 Tahun 2006, belanja diklasifikasikan berdasarkan jenis belanja yaitu: belanja tidak langsung dan belanja langsung. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang penganggarannya tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang penganggarannya terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.
Belanja daerah diklasifikasikan sebagai berikut:
Gambar 10. Klasifikasi Belanja Daerah
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri
16
• Belanja Langsung --> belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan
• Belanja Tidak Langsung --> belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan
BELANJA DAERAH
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil Kepada Prop/Kab/Kota dan Pemdes
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tidak Terduga
Belanja Langsung
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Gambar 11. Komposisi Belanja Daerah
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri
Pembiayaan daerahPembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan Pemerintah daerah yang
digunakan untuk menutup selisih antara pendapatan dengan belanja daerah.
dalam UU dijelaskan bahwa pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/ atau pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya.
17
PEMBIAYAAN DAERAH
Penerimaan Pembiayaan
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya(SILPA)
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Pemberian Pinjaman Daerah
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan (SILPA)
Gambar 11. Komposisi Pembiayaan Daerah
Sumber: Seknas FITRA, diolah dari Permendagri
Pertanyaan Kunci: 1. Apa yang dimaksud dengan Pendapatan daerah,
belanja daerah dan Pembiayaan Daerah?2. Sebutkan komponen Pendapatan Asli Daerah/PAD!3. Sebutkan komponen belanja daerah!4. Sebutkan komponen pembiayaan daerah!
18
Bagian IV.
Metode Pemantauan (Strategi Advokasi)
Pokok Bahasandalam sesi ini masyarakat diajak untuk memahami metode pemantauan dan
strategi advokasi yang dapat digunakan dalam mempengaruhi dan mengawal
proses perencanaan dan penganggaran sesuai dengan siklus PPd. Pada sesi ini
masyarakat juga akan diberi pemahaman tentang gerakan advokasi dalam melihat
peluang-peluang yang dapat digunakan untuk mempengaruhi proses advokasi
PPd mulai dari tahap perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pelaporan hingga
pertanggungjawaban.
AdvokasiAdvokasi merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk mempengaruhi
keputusan dan kebijakan publik yang ditujukan untuk membantu kelompok
masyarakat yang dirugikan, dan termarjinal. Advokasi biasanya dilakukan secara
terorganisir, terencana dan sistematis sehingga perubahan yang diinginkan dapat
tercapai. Pelibatan masyarakat dalam proses advokasi merupakan salah satu syarat
yang penting.
Secara umum, advokasi memiliki 3 (tiga) wilayah kerja. Masing-masing wilayah
kerja advokasi akan berdampak terhadap strategi dan kegiatan yang dilakukan.
19
Gambar 13. Wilayah Kerja Advokasi
Sumber: Seknas FITRA
Advokasi AnggaranProses perencanaan dan penganggaran merupakan salah satu fokus utama dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang baik. oleh karena itu, diperlukan partisipasi masyarakat dalam membantu terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik.
Partisipasi masyarakat menjadi komponen yang penting dalam proses perencanaan dan penganggaran karena menentukan ketepatan sasaran perencanaan dan penggunaan anggaran. Terdapat beberapa titik ruang partisipasi yang dapat digunakan masyarakat yaitu:
Gambar 14. Ruang Partisipasi Masyarakat dalam Advokasi Anggaran Daerah
Sumber: Seknas FITRA
merupakan wilayah yang terkait dengan peraturan hukumdanperundang-undangan.Contohkegiatanyang dilakukan dalam wilayah ini antara lain: menyusun naskah akademis, legal drafting, counter legal drafting danjudicialreview.
merupakan wilayah para penyusun dan pengambil kebijakan.Kegiatan-kegiatanyangbiasanyadilakukandiwilayahiniantaralain:lobbying,diskusi,audiensidll.
merupakanwilayahpenyadaranmasyarakat.Kegiatanyang dilakukan di wilayah ini antara lain: pendidikan dan pelatihan, pengembangan opini publik melalui media dan kampanye,demontrasidanmobilisasimassa.
Legislasi dan
Litigasi
Politik dan
Birokarasi
Sosialisasi dan
Mobilisasi
Musrenbang desa/Kelurahan hingga
musrenbang kecamatan
Penyusunan RKPD hingga KUA PPAS
Forum SKPD
Penyusunan RKA SKPD hingga
Penetapan APBD
Pelaksanaan APBD
20
Faktor Penghambat dan Pendukung Advokasi Anggarandalam melakukan advokasi anggaran, terdapat faktor-faktor yang mendukung
dan yang menghambat advokasi. Berikut komponen-konponen yang termasuk dalam kedua faktor tersebut:
Gambar 15. Faktor Pendukung dan Penghambat Advokasi
Sumber: Seknas FITRA
Strategi Advokasi Anggarandalam proses penyusunan advokasi anggaran maka penggunaan strategi yang
dilakukan dengan teroganisir, terstruktur, dan sistematis dengan memperhatikan beberapa langkah berikut ini:
Faktor Pendukung
Faktor Penghambat
Inisiatifpolitisdariaktor-aktor kunci di daerah
Kemauan untuk bersinergi dan
berjaringan yang lemahKelembagaan dan ketersediaan akses
informasi publik baik terpusat pada satu SKPD ataupun masing-masing-
masing SKPD
Legal basis daerah yang tidak jelas
Kepemimpinan daerah yang masih menutup
diri
Adanya regulasi yang menjamin partisipasi
publik dan keterbukaan informasi publik
Birokrasi yang membatasi akses masyarakat atas
dokumen publik
21
Gambar 16. Tahapan Strategi Advokasi
Sumber: Seknas FITRA
Tahap 1: Identifikasi dan Analisis IsuAnalisis isu merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan advokasi yang
sangat penting. Pentingnya identifikasi dan analisis isu untuk mendapatkan informasi yang akurat dan pemahaman yang mendalam dan menyeluruh terhadap isu yang akan diadvokasi.
Tahap 2: Merumuskan Tujuan AdvokasiHasil analisis isu berkontribusi terhadap penentuan tujuan advokasi. Tujuan yang
dirumuskan harus memenuhi kriteria SMART (Specific, Measureable, Achievable, Relevant, Time-bound).
Tahap 3: Identifikasi dan Analisis Aktor/Stakeholdersdalam tahapan ini dilakukan analisis berdasarkan isu dan tujuan advokasi
yang sudah ditetapkan. daftar aktor/stakeholders disusun lalu dikategorisasi berdasarkan tingkat relevansinya terhadap isu dan tujuan advokasi.
evaluasi dan monitoring
pelaksanaan rencana
posisi lembaga/kelompok
analisis situasi/masalah
riset kebijakan memetakan kekuasaan
menentukan target advokasi
menentukan dan mengemas isu
advokasi
22
Tahap 4: Memilih Taktik/Cara advokasiSetelah pemetaan dilakukan maka tahap selanjutnya adalah melakukan
pemilihan terhadap cara advokasi yang akan digunakan, dapat juga menggunakan berbagai macam media.
Tahap 5: Membuat Rencana Kerja Advokasidalam tahapan ini dilakukan penyusunan rencana kerja advokasi. Rencana kerja
meliputi kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan advokasi yang dilengkapi dengan kerangka waktu, sumberdaya yang dibutuhkan dan pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap kegiatan tersebut.
Tahap 6: Monitoring dan EvaluasiSetiap kegiatan yang direcanakan dan hasil yang dicapai harus dimonitoring dan
dievaluasi sesuai dengan tujuan advokasi.
Studi Kasus:Advokasi Anggaran Kesehatan di Polewali Mandar *
Kabupaten Polewali Mandar (Polman) merupakan salah satu kabupaten yang berada
diwilayahSulawesiBarat.Polmanterbagiatas16kecamatandengan455.572jiwa.
Dari segi infrastruktur terjadi kesenjangan yang sangat tinggi antara daerah perkotaan
dengan perdesaan. Infrastruktur yang relatif baik hanya terdapat di 2 kecamatan
di wilayah perkotaan saja yaitu Kecamatan Polewali dan Kecamatan Wonomulyo.
Sementara kecamatan-kecamatan yang berada di wilayah perdesaan minim fasilitas
publik baik sarana maupun prasarana. Mereka juga kesulitan akan akses terhadap
listrik,pendidikan,kesehatanbahkansaranakebersihan(MCK).
Berdasarkan data UNDP pada tahun 1999, Angka Harapan Hidup di Polman
termasuk rendah bila dibandingkan dengan daerah lain. Sementara itu, alokasi
anggaran kesehatan hanya sebesar 5,4% dari total APBD dengan rincian 15,2% untuk
belanjaaparaturdan84,8%untukbelanjapublik.Namunsetelahdianalisalebihdalam
ternyata 84,8% belanja publik ini lebih banyak digunakan untuk belanja pegawai yaitu
sebesar76,8%.Sehinggadengandemikian,alokasianggaranyangriildigunakanuntuk
kepentinganmasyarakathanyasebesar15,2%.
Alokasi anggaran kesehatan yang sangat minim ini berbanding terbalik dengan
penerimaanyangditerimadarisektorkesehatan.Padatahun2005,penerimaandari
retribusi kesehatan mencapai sebesar 1,3 Milyar atau 50% dari total penerimaan
retribusidaerah.DanitusamaartinyabahwapembangunandiPolmandibiayaioleh
orangsakit.
AdvokasianggarankesehatandiPolmandimulaipadatahun2005olehYASMIB.
Setelah melakukan analisis terhadap APBD dan menemukan fakta-fakta kesenjangan
23
danketidakadilandalamalokasianggaran,YASMIBmulaimelakukanpengorganisiran
terhadapkelompok-kelompokmasyarakatterutamaperempuan.
Kenapa perempuan?
Dalam banyak kasus, buruknya pelayanan kesehatan sangat terkait dengan
kepentingan perempuan. Perempuan yang paling mendapatkan dampak ketika ada
anggota keluarga yang sakit dan perempuan pula yang paling sering menjadi korban
akibatburuknyapelayanankesehatanmisalnyaketikamelahirkan.
Setelah memetakan siapa yang menerima dampak paling buruk akibat kebijakan
ini, YASMIB kemudian mulai melakukan pendampingan dan penyadaran melalui
pendidikan (transformasi informasi). Langkah-langkah pendampingan diperlukan
untuk membangun kedaulatan rakyat atas anggaran yang terindikasi dari tumbuhnya
pertisipasidankontrolmasyarakatterhadapjalannyapembangunan.
Intervensi terhadapkebijakandilakukandengancaramengontroldanmengkritisi
secara langsung setiap kebijakan dan anggaran pemerintah terutama yang terkait
dengansektorkesehatan.Intervensidiawalidenganmelakukanassessment (penilaian)
terhadap kemiskinan dan ketimpangan gender yang terjadi di dalam masyarakat.
Kemudian dilakukan analisis berbagai dokumen kebijakan dan anggaran. Hasilnya
kemudian digunakan untuk membangun opini publik melalui media massa dan
membangun komunikasi politik dengan kuasa anggaran (eksekutif dan legislatif).
Selain itu juga dibarengi dengan memantau dan mengawal setiap proses dan
tahapan perencanaan dan penganggaran; mulai dari perencanaan, penetapan, hingga
pelaksanaananggaran.
SeiringdengangerakanadvokasianggaranyangdilakukanYASMIB,pada tahun
2006 mulai terlihat beberapa perbaikan dimana anggaran kesehatan Polman mengalami
peningkatansebesar9%daritahunsebelumnya.Kemudianjugabermunculanberbagai
perogram dan kegiatan yang lebih berpihak pada kepentingan rakayat miskin seperti
programpelayanankesehatangratisbagimasyarakatmiskin.**
*disarikandaribukuBelajardariTanahMandar;MengawaliGerakanGenderBudget
diPolewaliMandar,ditulisoleh:YennySucipto,SunartiSaindanRosniaty.
Pertanyaan Kunci: 1. Sebutkan 3 (tiga) wilayah kerja advokasi!2. Sebutkan tahapan strategi advokasi anggaran!3. Sebutkan faktor-faktor pendukung dan penghambat
advokasi anggaran!4. Pada tahapan apa sajakah terdapat peluang
partisipasi masyarakat dalam PPD?
24
Lam
pira
n 1 –
Con
toh
Pri
orit
as P
latf
orm
dan
Ang
gara
n Se
men
tara
(Sum
ber:
htt
p://
bapp
eda.
banj
arm
asin
kota
.go.
id)
25
LAMPIRAN
Lampiran 2 – Contoh Rencana Kerja dan Anggaran SKPD
Sumber: http://kalbarprov.go.id
26
Lampiran 3 – Contoh Ringkasan APBD
Sumber: http://kalbarprov.go.id
27
Lampiran 4 – Contoh Dokumen Pelaksanaan Anggaran
Sumber: http://kalbarprov.go.id
LAMPIRAN
28
Lampiran 5 – Contoh Laporan Realisasi Anggaran
Sumber: http://kalbarprov.go.id
29
LAMPIRAN
Lampiran 6 - Rekapitulasi Belanja Pemerintah Daerah
Sumber: dikutip dari data Seknas FITRA
30
Daftar Pustaka
Yenny Sucipto, dkk (2014). Modul Magang; Perencanaan dan Penganggaran responsif Gender. Jakarta: Forum Indonesia untuk Transparansi
Anggaran (FITRA).
Fridollin Berek, dkk (2006).Kumpulan Modul Pendidikan Politik Anggaran Bagi Warga. Bandung; Bandung Institute for Governance Studies(BIGS),
Yenny Sucipto, dkk. (2008). Belajar dari Tanah Mandar; Makassar: Yayasan Swadaya Mitra Bangsa (YASMIB) dan Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA).
31
Biodata Penulis
Yenny Sucipto. Lulusan S1 Universitas Brawijaya Malang, dan tercatat sebagai mahasiswa pasca sarjana Ilmu Ekonomi IPB dan pasca sarjana Kajian Gender dan Transformasi Sosial UI. Sejak Tahun 2013 dipercaya sebagai Sekretaris Jenderal Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA). Aktif sebagai aktivis lembaga swadaya masyarakat dan peneliti APBN/d sudah sejak tahun 2002, hingga dipercaya menjadi kontributor untuk isu anggaran sektoral di beberapa publikasi lembaga, dan beberapa tulisan opininya juga pernah dipublikasikan di media, seperti Kompas maupun Jurnal Nasional. Yenny juga menulis beberapa publikasi, di antaranya “Gerakan Advokasi Pro Poor Budget” (2007); “Belajar dari Tanah Mandar” (2008); “Inovasi Partisipasi” (2009); “Beban Keuangan Negara Terhadap Pemekaran daerah” (2010); “Kebijakan Anggaran HIV dan Aids” (2011); Pak Bujet: Melek Anggaran” (2012); dan “Hubungan Keuangan Pusat dan daerah” (2013)”, “APBN Konstitusi Tahun Anggaran 2014” (2013), “APBN 2014: Anggaran Kesejahteraan Sosial” (2014). dapat dihubungi melalui email: [email protected]
Yenti Nurhidayat. Sejak kuliahdi Universitas 17 Agustus Jakarta pada tahun 1993 aktif mengeluti dunia advokasi dan kampanye dengan merancang berbagai kegiatan kesenian yang ditujukan untuk membangun kesadaran publik terhadap isu-isu kemanusiaan. Pernah bekerja sebagai campaign officer Komnas Perempuan pada tahun 2002-2004. Mulai terlibat dalam riset dan kajian sejak tahun 2007 dan awal 2015 mulai bergabung dengan Seknas FITRA sebagai staff riset.
Selain sebagai peneliti, Yenti juga aktif mendalami dunia teater dan penulisan. Karya-karyanya diterbitkan di beberapa media massa. Yenti dapat dihubungi melalui [email protected].
32
Tentang Koalisi Publish What You Pay (PWYP) Indonesia
Publish What You Pay (PWYP) Indonesia merupakan koalisi 39 organisasi masyarakat sipil untuk transparansi dan akuntabilitas tata kelola sumber daya
ekstraktif migas, pertambangan, kehutanan dan sumber daya alam lainnya. PWYP Indonesia terafiliasi dalam kampanye global Publish What You Pay.
Berdiri sejak tahun 2007, dan terdaftar sebagai badan hukum Indonesia sejak tahun 2012 dengan nama Yayasan Transparansi Sumberdaya Ekstraktif. Aktivitas PWYP Indonesia berada di sepanjang rantai nilai sumberdaya
ekstraktif yang berfokus pada transparansi dan akuntabilitas fase sebelum kontrak dan operasi (publish why you pay and how you extract) dan
pendapatan negara (publish what you pay); fase pemanfaatan pendapatan ekstraktif untuk kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan (publish
what you earn and how you spend).
34