melalui pir kelapa sawit membangun negeri

2
cwe.ac.id http://www.cwe.ac.id/berbagi-ilmu/519-pola-pir-sebagai-tonggak-perubahan.html Citra Widya Edukasi Judul: Tonggak Perubahan, Melalui PIR Kelapa Sawit Membangun Negeri Penulis: M. Badrun Penerbit: Direktorat Jenderal Perkebunan bekerjasama dengan Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi Tahun Terbit: 2010 Halaman: xxiv + 242 Lebih dari tiga dasawarsa, industri kelapa sawit berkembang serta memberi banyak perubahan bagi Indonesia. Perubahan dalam arti memberi dampak ekonomi, menyumbang devisa, menyerap banyak tenaga kerja, mempercepat pembangunan daerah dan turut menanggulangi kemiskinan. Perkembangan ini bisa dikatakan sangat pesat sehingga sejak 2006, Indonesia bahkan telah menjadi produsen terbesar kelapa sawit dunia. Diantara dinamika tersebut, satu hal yang tak bisa diabaikan adalah betapa besarnya peran pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) dalam perkembangan industri kelapa sawit nasional. Pola PIR membuat sebaran lahan yang dibuka di seantero negeri menjadi lebih cepat. Sesuatu yang sebelumnya belum terbayang ketika kelapa sawit mulai masuk ke negeri ini. Ketika bibit kelapa sawit dari Mauritius dan Belanda pertama kali ditanam di Indonesia, yakni di Kebun Raya Bogor pada 1869, tak ada yang menyangka perkembangannya akan terus menyebar. Dari Bogor, bibit itu dibawa ke tanah Sumatera, dan mulai diupayakan secara komersial di Sungai Liput (Aceh) serta Pulau Radja (Asahan) di tahun 1911. Oleh Pemerintahan Kolonial Belanda, tanah Sumatera, terutama Deli, dijadikan sentra perkebunan kelapa sawit. Nasionalisasi perkebunan kelapa sawit oleh Pemerintah Indonesia belum memicu perkembangan industri kelapa sawit. Sampai akhir tahun 1970-an, pengusahaan kelapa sawit masih tetap dilakukan sebagai usaha perkebunan besar dan relatif berada dalam kondisi stagnan. Baru di awal 1980-an lah perkebunan kelapa sawit terus berkembang dengan pesat sehingga mampu menjadikan Indonesia sebagai produsen terbesar di dunia sejak tahun 2006, dan pengusahaannya telah menyebar di 22 provinsi. Dan itu bermula dari pengembangan perkebunan rakyat dengan pola PIR. Inilah tonggak perubahan yang memberi dampak besar bagi Indonesia. Sederhananya, pengembangan pola PIR melibatkan perusahaan besar sebagai perusahaan inti, dan perkebunan rakyat sebagai plasma yang akan dibinanya. Namun, proses perencanaan pola PIR sejak gagasan awal hingga implementasinya ini sungguh tidaklah mudah dan sederhana. Banyak kendala menghadang, salah satunya adalah penyediaan kredit jangka panjang bagi para petani. Meski perannya signifikan bagi industri kelapa sawit, pola PIR bisa dikatakan mengalami pasang surut. Pola PIR mengalami sejumlah tahap dalam implementasinya. Pertama, seri proyek PIR dengan perusahaan inti PTP (NES, PIR-khusus, dan PIR lokal). Kedua, seri pola PIR-Trans dengan perusahaan inti, perusahaan swasta, dan PTP. Ketiga, seri pola PIR-KKPA. Keempat, seri kemitraan swadaya. Terdiri dari 10 Bab dan 242 halaman, buku ini dengan apik menggambarkan secara historis bagaimana pola PIR berlangsung di Indonesia, lengkap dengan perkembangannya dari waktu ke waktu. Isu yang diungkap penulis adalah bahwa di tengah banyaknya pihak yang masih merasa skeptis terhadap konsepsi pola PIR, f akta menunjukkan bahwa selain menjadi tonggak bagi perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia, peran pola ini juga sangat signif ikan di masa mendatang. Skeptisisme itu, menurut penulis, bisa dimaklumi karena menciptakan kemitraan antara perusahaan besar dengan perkebunan rakyat memang hal yang tak mudah dilakukan. Namun, “Perjalanan proyek PIR sampai saat ini, menyimpulkan bahwa terbentuknya hubungan kemitraan itu bukanlah sesuatu yang musykil. Dalam kenyataannya, konsep tata hubungan kemitraan tersebut dapat terwujud, bahkan terus berlangsung dan berkembang sampai saat ini.” (halaman 84). Penulis tak semata berujar tanpa data. Tabel perkembangan pola PIR bertabur di banyak tempat untuk mendukung pernyataan tersebut. Data, sungguh menjadi kekuatan buku ini. Tapi yang menarik, buku ini tak

Upload: nurhidayatagam

Post on 25-Dec-2015

218 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Pemanfaatn dan Perkembangan Perkebunan Inti-rakyat PIR di Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Melalui PIR Kelapa Sawit Membangun Negeri

cwe.ac.id http://www.cwe.ac.id/berbagi- ilmu/519-po la-pir-sebagai-tonggak-perubahan.html

Citra Widya Edukasi

Judul: Tonggak Perubahan, Melalui PIR Kelapa Sawit Membangun NegeriPenulis: M. BadrunPenerbit: Direktorat Jenderal Perkebunan bekerjasama dengan Politeknik Kelapa Sawit CitraWidya EdukasiTahun Terbit: 2010Halaman: xxiv + 242

Lebih dari t iga dasawarsa, industri kelapa sawit berkembang serta memberi banyak perubahan bagiIndonesia. Perubahan dalam arti memberi dampak ekonomi, menyumbang devisa, menyerap banyak tenagakerja, mempercepat pembangunan daerah dan turut menanggulangi kemiskinan. Perkembangan ini bisadikatakan sangat pesat sehingga sejak 2006, Indonesia bahkan telah menjadi produsen terbesar kelapasawit dunia. Diantara dinamika tersebut, satu hal yang tak bisa diabaikan adalah betapa besarnya peran polaPerusahaan Inti Rakyat (PIR) dalam perkembangan industri kelapa sawit nasional. Pola PIR membuatsebaran lahan yang dibuka di seantero negeri menjadi lebih cepat. Sesuatu yang sebelumnya belumterbayang ketika kelapa sawit mulai masuk ke negeri ini.Ketika bibit kelapa sawit dari Maurit ius dan Belanda pertama kali ditanam di Indonesia, yakni di Kebun RayaBogor pada 1869, tak ada yang menyangka perkembangannya akan terus menyebar. Dari Bogor, bibit itudibawa ke tanah Sumatera, dan mulai diupayakan secara komersial di Sungai Liput (Aceh) serta Pulau Radja(Asahan) di tahun 1911. Oleh Pemerintahan Kolonial Belanda, tanah Sumatera, terutama Deli, dijadikansentra perkebunan kelapa sawit.Nasionalisasi perkebunan kelapa sawit oleh Pemerintah Indonesia belum memicu perkembangan industrikelapa sawit. Sampai akhir tahun 1970-an, pengusahaan kelapa sawit masih tetap dilakukan sebagai usahaperkebunan besar dan relatif berada dalam kondisi stagnan. Baru di awal 1980-an lah perkebunan kelapasawit terus berkembang dengan pesat sehingga mampu menjadikan Indonesia sebagai produsen terbesar didunia sejak tahun 2006, dan pengusahaannya telah menyebar di 22 provinsi. Dan itu bermula daripengembangan perkebunan rakyat dengan pola PIR. Inilah tonggak perubahan yang memberi dampak besarbagi Indonesia.Sederhananya, pengembangan pola PIR melibatkan perusahaan besar sebagai perusahaan inti, danperkebunan rakyat sebagai plasma yang akan dibinanya. Namun, proses perencanaan pola PIR sejakgagasan awal hingga implementasinya ini sungguh tidaklah mudah dan sederhana. Banyak kendalamenghadang, salah satunya adalah penyediaan kredit jangka panjang bagi para petani. Meski perannya signif ikan bagi industri kelapa sawit, pola PIR bisa dikatakan mengalami pasang surut. PolaPIR mengalami sejumlah tahap dalam implementasinya. Pertama, seri proyek PIR dengan perusahaan intiPTP (NES, PIR-khusus, dan PIR lokal). Kedua, seri pola PIR-Trans dengan perusahaan inti, perusahaanswasta, dan PTP. Ketiga, seri pola PIR-KKPA. Keempat, seri kemitraan swadaya.Terdiri dari 10 Bab dan 242 halaman, buku ini dengan apik menggambarkan secara historis bagaimana polaPIR berlangsung di Indonesia, lengkap dengan perkembangannya dari waktu ke waktu. Isu yang diungkappenulis adalah bahwa di tengah banyaknya pihak yang masih merasa skeptis terhadap konsepsi pola PIR,f akta menunjukkan bahwa selain menjadi tonggak bagi perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia,peran pola ini juga sangat signif ikan di masa mendatang.Skeptisisme itu, menurut penulis, bisa dimaklumi karena menciptakan kemitraan antara perusahaan besardengan perkebunan rakyat memang hal yang tak mudah dilakukan. Namun, “Perjalanan proyek PIR sampaisaat ini, menyimpulkan bahwa terbentuknya hubungan kemitraan itu bukanlah sesuatu yang musykil. Dalamkenyataannya, konsep tata hubungan kemitraan tersebut dapat terwujud, bahkan terus berlangsung danberkembang sampai saat ini.” (halaman 84).Penulis tak semata berujar tanpa data. Tabel perkembangan pola PIR bertabur di banyak tempat untukmendukung pernyataan tersebut. Data, sungguh menjadi kekuatan buku ini. Tapi yang menarik, buku ini tak

Page 2: Melalui PIR Kelapa Sawit Membangun Negeri

semata mengandalkan data statistikan. Foto-f oto yang menggambarkan suasana di sekitar perkebunanpola PIR, serta para petani plasma yang sudah berubah drastis taraf kehidupannya yang menjadi lebihsejahtera juga dilampirkan sehingga secara visual, buku ini juga sangat kaya. Ketetapan Pemerintah sertaperundang-undangan lainnya juga dicantumkan dalam buku ini yang menunjukkan keluasan pemahamansang penulis terhadap industri kelapa sawit. Bagi penulis, sejarah sudah menunjukkan bahwa pola PIR sesungguhnya sangat strategis karenamengintegrasikan kebun inti, kebun plasma unit pengolahan prasarana jalan, f asilitas pemukiman, petaniplasma dan f asilitas sosial dalam satu kesatuan unit ekonomi. Pola PIR pun menggelindingan ef ek ekonomi,terutama di daerah-daerah di luar Jawa. Juga menstimulasi investasi sehingga pola ini sangat layak untukterus dikembangkan secara berkelanjutan. Kendati memusatkan pada pola PIR, penulis juga mengupas aspek lain. Selain memotret geliat sejumlahinstitusi pendidikan kelapa sawit seperti Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi, Lembaga PendidikanPerkebunan, dan Institut Pertanian Stiper (Bab 6), penulis juga mengungkap beberapa dimensiketerhubungan (linkages) antara potensi kelapa sawit dengan industri lain. Misalnya, membahas potensilimbah batang kelapa sawit untuk industri perkayuan (Bab 9). Sebelumnya, pada Bab 8, dikupas tuntasmodel pengembangan sistem pertanian berbasis kelapa sawit. Contoh yang diangkat adalah pemanf aatanlimbah kelapa sawit untuk makanan ternak sapi. Dengan f akta yang ada yang sudah dipraktikkan PT AsianAgri, integrasi pertanian dan kepala sawit terbukti memberi manf aat yang bernilai t inggi.Data yang disajikan penulis untuk memperkuat argumentasinya, membuat pembaca akan memahami betapabesarnya potensi kelapa sawit untuk memakmurkan negeri. Pula, betapa pola PIR memang sangat strategisdalam pemanf aatan potensi tersebut. Bagi mereka yang ingin memahami bukan hanya perjalanan kelapa sawit di Indonesia, tapi juga segenappotensinya, buku ingin sangat direkomendasinya untuk dibaca. ***