masalah dalam peran
TRANSCRIPT
Selasa, 20 Oktober 2009
MASALAH DALAM PERANTotok Harjanto, Subbag Keperawatan Dasar PSIK FK UGM
Peran
Dalam bukunya, Kozier Barbara (1995) menyatakan bahwa :
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam suatu system.
Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Kenapa
bersifat stabil,,?? Orang akan bisa tetap stabil karena ada panduan atau guide-nya. Dan panduan atau
guide-nya itu berupa harapan-harapan orang itu sendiri ataupun harapan orang-orang yang berada di
sekelilingnya. Namun tetap harus diingat bahwa tingkat kestabilan itu dipengaruhi oleh tahap tumbuh
kembangnya.
Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.
Peran merupakan salah satu komponen dari konsep diri (gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran dan
identitas diri)
Menurut Beck, William and Rawlin (1986) pengertian konsep diri adalah cara individu memandang dirinya
secara utuh meliputi fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.
Penampilan peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan
fungsi individu diberbagai kelompok sosial atau masyarakat.
Peran yang ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pillihan, ex: peran sebagai
kakak,sebagai anak, sebagai seorang wanita atau laki-laki.
Peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu, ex: peran sebagai seoarang
ketuua diskusi.
Biddle& Thomas (1966) dalam Sarlito, 2008 perilaku yang berkaiatan dengan peran :
Expectation (harapan)
Norm (norma) →dipengaruhi oleh budaya
Performance (wujud perilaku)
Evaluation (penilaian) & sanction (sanksi)
Stres peran
Terdapat beberapa bentuk stres peran menurut Keliat (1992), yaitu:
1. Konflik peran, dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem individu atau dua peran yang konflik
satu sama yang lain. Ex: dosen laki-laki yang sangat disiplin ke peserta didiknya dan gayanya sanagt
keras, padahal di sisi lain dosen itu harus tahu bagaimana karakteristik anak didiknya itu. Contoh lain
adalah seorang ibu rumah tangga yang sekaligus wanita karir.
2. Peran yang tidak jelas, terjadi jika individu yang diberi peran yang tidak jelas dalam hal perilaku dan
penampilan yang diharapkan. Ex: seharusnya Ners Daniel menjadi perawat primer, tetapi tidak ada suatu
sistem yang jelas yang mengaturnya sebagai perawat primer, jadi yang terjadi adalah Ners Daniel di
suruh terjun langsung dalam melakukan intervensi kepada klien.
3. Peran yang tidak sesuai, terjadi jika individu dalam proses transisi merubah nilai dan sikap. Misalnya,
seseorang yang masuk dalam satu profesi, dimana terdapat konflik antara nilai individu dan profesi. Ex:
NSC ‘08 bLok 2.2 ^_^ Page 1 of 4
Selasa, 20 Oktober 2009
seharusnya Ners Oky perannya merawat klien, tapi dalam kenyataanya Ners Oky justru hanya jadi
administrator, tukang manggili klien yang datang berobat, dll.
4. Peran berlebih, terjadi jika individu menerima banyak peran misalnya, sebagai istri, mahasiswa, perawat,
ibu. Individu dituntut melakukan banyak hal tetapi tidak tersedia waktu untuk menyelesaikannya.
Faktor-faktor penyesuaian:
a. Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
b. Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran yang dilakukan
c. Kesesuaian dan keseimbangan antar peran yang diemban
d. Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
e. Pemisahan perilaku yang akan menciptakan ketidak sesuaian perilaku peran
Konflik Peran
konflik peran (role conflict) sering terjadi pada orang yang memegang sejumlah peran yang berbeda
macamnya, kalau peran-peran itu mempunyai pola kelakuan yang saling berlawanan meski subjek atau
sasaran yang dituju sama. Dengan kata lain, bentrokan peranan terjadi kalau untuk menaati suatu pola,
seseorang harus melanggar pola lain.
Macam-macam Konflik Peran
Konflik antarperan (inter-role conflict)
- wanita → ibu rumah tangga → perawat di RS
Konflik dalam peran (intra-role conflict)
→ disebabkan ketidakjelasan perilaku yang diharapkan dari posisi tertentu.
Elemen konflik peran pribadi
1. intersender conflict
→ akibat perbedaan persepsi tipe kepribadian
2. intrasender conflict
→ akibat pelimpahan tugas diluar tanggungjawab dan wewenang
3. person role's conflict
→ peran, tugas, wewenang tidak sesuai keinginan
4. interroles conflict
→ persaiangan antar sesama
Role Strain : harapan-harapan yang bertentangan dalam satu peran yang sama, yang disebabkan karena peran
apapun sering menuntut adanya interaksi dengan berbagai status lain yang berbeda. Sampai tingkatan tertentu,
masing-masing interaksi ini merumuskan peran yang berbeda, karena membawa harapan-harapan yang
berbeda.
Peran Gender
Sebelum membahas lebih jauh tentang peran gender,,qta akan sedikit mengulas tentang Kebutuhan
Seksualitas,,yaah karena peran gender ini bisa lebih dipahami bila qta sudah tau dasarna,,yaitu Kebutuhan
Seksualitas.
Kebutuhamn Seksualitas
Seksualitas dan seks merupakan hal yang berbeda, dimana :
→ Seksualitas --- bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana mereka
mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya
NSC ‘08 bLok 2.2 ^_^ Page 2 of 4
Selasa, 20 Oktober 2009
seperti sentuhan, pelukan, ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, cara
berpakaian, dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman, nilai, fantasi, emosi.
→ Seks --- menjelaskan ciri jenis kelamin secara anatomi dan fisiologi pada laki-laki dan perempuan
--- hubungan fisik antar individu (aktivitas seksual genital).
Identitas gender merupakan perasaan seseorang tentang jenis kelaminnya.
Perilaku peran gender adalah bagaimana seseorang berperan sesuai gendernya --- nilai-nilai yang
dianut individu dan lingkungannya.
Orientasi seksual (identitas seksual) adalah bagaimana seseorang mempunyai kesukaan berhubungan
intim dengan orang lain, dengan lawan jenis atau sejenis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan seksualitas
Perkembangan
Kebiasaan hidup sehat
Kondisi kesehatan
Peran dan hubungan
Konsep diri
Budaya, nilai
Agama
Etika
Peran gender menurut Myers (1996) merupakan suatu set perilaku perilaku yang diharapkan (norma-norma)
untuk laki-laki dan perempuan. Bervariasinya peran gender di antara berbagai budaya serta jangka waktu
menunjukkan bahwa budaya memang membentuk peran gender kita.
O'Neal, Good dan Holmes (1995) menyatakan bahwa konflik peran-peran gender merupakan suatu keadaan
psikologis, dimana sosialisasi peran gender memiliki konsekwensi negatif terhadap orang tersebut atau orang
lain.
Konflik peran gender terjadi bila peran-peran gender yang kaku, seksis, atau terbatas, menimbulkan pribadi
yang terbatas, merendahkan atau mengganggu orang lain atau dirinya.
Hasil akhir dari konflik ini adalah suatu keterbatasan dari potensi kemanusiaan pada seseorang yang
mengalami konflik atau keterbatasan dari potensi orang lain.
konflik peran gender ini berkaitan dengan hubungan yang negatif dengan perempuan dan laki-laki yang lain
Bila di lihat pada masyarakat Indonesia, misalnya pada suku bangsa Batak, dengan budaya patriarchatnya,
dimana dilembagakan nilai-nilai superioritas pada laki-laki.
Laki-laki Batak dalam potret tradisional digambarkan sebagai pengangguran yang seharian menghabiskan
waktunya di warung kopi, sementara isterinya sejak pagi hari "membanting tulang" di ladang, di pasar dan
bahkan juga di rumah pada malam harinya.
Fenomena ini oleh perempuan batak seakan diterima sebagai realitas budaya dan bagi laki-laki batak sejak
lama
Kondisi yang menimbulkan konflik peran gender
Menurut Ihromi (1975) dominasi laki-laki pada masyarakat ini tampil dalam norma-norma yang dijalani.
Laki-laki pada masyarakat ini yang membentuk kelompok kekerabatan, memiliki hak bicara dan
memutuskan dalam permasalahan adat. Peran sebagai laki-laki ini disosialisasikan dengan ketat, dari
orang tua kepada anak-anaknya, demikian pula institusi-institusi yang ada, seperti kelembagaan adat.
Peran-peran wanita pada masyarakat ini tidak hanya menyangkut garis keturunan namun juga
kelanjutan kelompok keluarga dari segala aspek termasuk mencari nafkah (Prindiville, 1980).
Peran gender yang pada awalnya diterima, kemudian menimbulkan suatu ambivalensi karena pada
kenyataannya tidak sesuai dengan peran tradisional.
NSC ‘08 bLok 2.2 ^_^ Page 3 of 4
Selasa, 20 Oktober 2009
Pada sebahagian orang, konflik-konflik peran gender ini berusaha untuk diselesaikan, sehingga
transformasi peran gender mulai tampak dan dapat diterima oleh masyarakat.
Konflik peran gender merupakan implikasi dari permasalahan-permasalahan kognitif, emosional,
ketidaksadaran atau perilaku yang disebabkan oleh peran- peran gender yang dipelajari pada
masyarakat yang seksis dan patriarchal.
Faktor yang berhubungan dengan konflik peran gender
permasalahan kesehatan mental
ras, kelas sosial,
tahapan kehidupan dan
latar belakang etnik
Penyelesaian konflik peran gender
Dalam menghadapi permasalahan gender serta berbagai efek negatif, seperti ketimpangan,
ketidakadilan, seksisme dan lain-lain; baik perempuan maupun laki-laki harus berubah agar
berkembang menjadi lebih fleksibel.
merubah konseptualisasi tentang maskulinitas, diharapkan laki-laki mengembangkan peran yang jauh
lebih fleksibel, mendefenisikan secara lebih luas tentang kepribadiannya,lebih kaya emosi serta lebih
peduli dalam berhubungan dengan perempuan, anak-anak mereka dan laki-laki yang lain.
Perumpamaan dua orang sahabat ibarat dua tangan yang saling membersihkan satu sama lainnya. Dan tidak ada iri serta dengki diantaranya, semua berperan sebagai mana fungsinya. Bersahabat dengan seorang yang berkata baik dan benar akan membuat kita senantiasa terpelihara Akhlak dan Kepribadiannya. Dan ingatlah, bahwa seorang muslim itu adalah cermin bagi muslim yang lain. Bahkan, agama seseorang itu dilihat dari agama temannya. Berarti, kedudukan sahabat dalam agama kita luar biasa dahsyat... SEMANGAT sahabat-sahabatku,....... ^_^
mUzz_pRimA_LanNy_hAbiB_iCha_imEy_sEptA_n0enG_ipEh_risA_rAtnA_maLinA
NSC ‘08 bLok 2.2 ^_^ Page 4 of 4