manajemen obat dan alkes
DESCRIPTION
tugas IkmTRANSCRIPT
2.3 Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan
Pengadaan atau permintaan obat dal alat kesehatan di Puskesmas Bareng dilakukan untuk
memperoleh jenis dan jumlah obat, obat dengan mutu yang tinggi, menjamin tersedianya obat
dengan cepat dan tepat waktu. Oleh karena itu pengadaan atau permintaan obat harus
memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa obat yang diminta atau diadakan sesuai dengan
jenis, jumlah dan harga obat dan alat kesehatan yang telah direncanakan.
Pengadaan dan permintaan obatdi Puskesmas, baik yang melalui dinas kesehatan
kabupaten/GFK dilakukan dengan mengajukan laporan pemakaian dan lembar permintaan obat
(LPLPO). LPLPO untuk obat dinkes ini dibuat tiap satu bulan sekali atau bila ada KLB atau obat
habis bisa minta sewaktu-waktu ke GFK (DINKES). Obat dipesan melalui gudang obat farmasi.
Tidak ada tim pengadaan khusus dari tim pengadaan farmasi yang ditunjuk. Pengadaan hanya
dipegang oleh satu orang pengelola obat dengan persetujuan oleh kepala puskesmas dan
mempertimbangkan urgensinya.
Pengadaan alat kesehatan di Puskesmas Bareng tidak rutin setiap bulannya. Pengadaan
alat kesehatan dilakukan apabila alat kesehatan di puskesmas bareng sudah dirasakan perlu untuk
ditambahkan. Biasanya pengadaan alat di puskesmas bareng dilakukan setiap dua kali dalam
setahun atau dilakukan sewaktu-waktu, sedangkan dari dinkes pengadaan dilakukan setiap
setahun sekali. Bila ruangan-ruangan di Puskesmas induk memerlukan alat kesehatan yang
diperlukan, akan lapor ke bagian inventaris atau pemegang alat kesehatan, dan akan dilanjutkan
ke kepala Puskesmas.
2.4 Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan
Penyimpanan obat dan alat kesehatan adalah sesuatu kegiatan pengaturan penempatan
perbekalan obat dan alat kesehatan dengan tujuan untuk menjamin keteraturan penempatan serta
untuk memudahkan pencarian perbekalan farmasi dan alat kesehatan di puskesmas bareng.
Setelah obat diterima dari dinkes per GFK dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan
dokumen pengiriman obat dari dinkes maka setiap jenis obat harus segera dicatat dalam kartu
persediaan obat di puskesmas (kartu stok). Selanjutnya semua obat tersebut dilakukan kegiatan
penyimpanan obat yaitu disimpan di ruangan khusus gudang obat. Aktifitas atau cara kerja
penyimpanan obat dan alat kesehatan di puskesmas bareng adalah sebagai berikut :
1. Perbekalan farmasi dan alat kesehatan disimpan pada gudang penyimpanan berdasarkan
bentuk sediaan obat
Obat sediaan bentuk tablet dikelompokkan sesuai jenisnya disimpan di almari
kaca atau etalase terkunci dalam suhu kamar (25 Celcius).
Obat sediaan cair atau syrup dikelompokkan sesuai jenisnya disimpan di almari
kaca atau etalase terkunci dalam suhu kamar (25 Celcius).
Obat sediaan bentuk salep dajenis obat luar dikelompokkan sesuai jenisnya
disimpan di almari kaca atau etalase terkunci dalam suhu kamar (25 Celcius).
Obat bentuk ampul atau injeksi disinfektan (betadin, rivanol, lisol), alat kesehatan
dikelompokkan sesuai jenisnya disimpan di almari kaca atau etalase terkunci
dalam suhu kamar (25 Celcius).
Obat sediaan suppositoria, metylergometrine, pitogin disimpan di lemari es pada
suhu kamar kurang dari 20 celcius.
Obat bentuk sediaan cairan infuse penyimpanan diletakkan tidak boleh secara
langsung menyentuh lantai untuk menghindari terjadinya kelembapan.
Obat sediaan bentuk tablet, injeksi golongan narkotika dan psikotropika
dikelompokkan sesuai jenisnya disimpan dalam lemari kayu yang melekat pada
dinding
2. Penyimpanan pada masing-masing perbekalan obat dan alat kesehatan disusun
berdasarkan sistem alfabetis.
3. Penyimpanan barang tidak boleh langsung menyentuh lantai untuk menghindari
terjadinya kelembapan.
4. Penyimpananan dilakukan dengan sistem FEFO (First In First Out) dengan menyimpan
perbekalan obat yang waktu kadaluarsanya pendek ditempat yang mudah dalam
pengambilan.
Beberapa factor yang harus diperhatikan dalam penyimpanan yang dapat mempengaruhi
efektifitas obat :
1. Menutup obat dengan baik agar tidak terjadi kerusakan obat karena kelembapan
2. Tidak terkena sinar matahari langsung karena kebanyakan larutan injeksi mudah
rusak jika terkena sinar matahari
3. Disimpan dalam suhu kamar, obat-obat tertentu daoat rusak Karena pengaruh panas,
misalnya salep, suppositoria.
4. Obat tertentu yang membutuhkan suhu dingin diletakkan dalam lemari pendingin
5. Tidak menumpuk dus obat terlalu tinggo dan tidak meletakkan dus berdekatan
dengan benda tajam karena dapat merusak fisik obat.
6. Menutup wadah obat dengan rapat karena apabila wadah terbuka, obat mudah
tercemar oleh bakteri atau fungi. Sediaan yang terkontaminasi dapat menimbulkan
kematian bagi yang menggunakannya.
7. Menjaga kebersiha ruangan karena ruangan yang kotor dapat mengundang tikus yang
dapat merusak obat. Selain itu etiket menjadi kotor sehingga tidak bisa dibaca.
Di gudang obat dan apotek Puskesmas Bareng, masih ada beberapa syarat penyimpanan
yang belum terpenuhi, diantaranya :
Menumpuk dus obat terlalu tinggi
Kurang menjaga kebersihan ruangan ditunjukkan dengan banyaknya kardus
kosong/sampah bungkus obat yang menumpuk di lantai.
Penyimpanan alat kesehatan di puskesmas Bareng diletakkan di gudang sendiri. Alat
kesehatan disimpan dengan gudang yang berukuran 2x3 meter, berlantai keramik dan kurang
luas, penataan alat kesehatan tersebut terlihat rapi. Oleh Karena itu masih butuh pengelolaan
lebih lanjut untuk memperbaiki penyimpanan alat kesehatan di Puskesmas Bareng.