manajemen

16
BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Dalam banyak sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan mereka pada pemberi perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan. B. TUJUAN KLASIFIKASI PASIEN Tujuan klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan pemberian nilai untuk mengukur jumlah usaha yang diperlukan untuk memenuhi perawatan yang dibutuhkan pasien (Gillies, 1994). Menurut Swanburg, tujuan klasifikasi pasien adalah untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dan menentukan nilai produktivitas. Setiap kategori deskriptor empat perawatan (aktifitas sehari-hari, kesehatan umum, dukungan pengajar serta emosional, dan perlakuan sekitar pengobatan) dipakai untuk menunjukkan karakteristik dan tingkat perawat yang dibutuhkan pasien di dalam klasifikasi tersebut. Klasifikasi pasien sangat menentukan perkiraan kebutuhan tenaga. Hal ini dilakukan untuk menetapkan jumlah tenaga

Upload: aprina-sinaga

Post on 25-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

manajemen keperawatan

TRANSCRIPT

MANAJEMEN KEPERAWATAN KETENAGAAN

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Klasifikasi pasien adalah metode pengelompokkan pasien menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Dalam banyak sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai dengan ketergantungan mereka pada pemberi perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan perawatan.B. TUJUAN KLASIFIKASI PASIENTujuan klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan pemberian nilai untuk mengukur jumlah usaha yang diperlukan untuk memenuhi perawatan yang dibutuhkan pasien (Gillies, 1994). Menurut Swanburg, tujuan klasifikasi pasien adalah untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dan menentukan nilai produktivitas.Setiap kategori deskriptor empat perawatan (aktifitas sehari-hari, kesehatan umum, dukungan pengajar serta emosional, dan perlakuan sekitar pengobatan) dipakai untuk menunjukkan karakteristik dan tingkat perawat yang dibutuhkan pasien di dalam klasifikasi tersebut.Klasifikasi pasien sangat menentukan perkiraan kebutuhan tenaga. Hal ini dilakukan untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan sesuai dengan kategori yang dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien di setiap unit.C. METODE PENUGASANAdalah cara untuk membagi pekerjaan yang ada di suatu unit perawatan kepada tenaga yang ada di unit tersebut (Gillies, 1996). Metode penugasan terdiri dari: Metode fungsional.

Metode fungsional penugasan asuhan keperawatan terdiri dari pemisahan tugas keperawatan yang terlibat di dalam setiap perawatan pasien dan penugasan masing-masing anggota staf keperawatan untuk melakukan satu atau dua fungsi bagi semua pasien di dalam sebuah unit.

Kelebihannya:

Masing-masing anggota staf memiliki kesempatan untuk menjadi sangat terampil di dalam melakukan satu atau dua tugas yang merupakan spesialisasinya.

Kekurangannya :

Perawatan setiap pasiennya di pilah-pilah, tidak total sehingga proses keperawatan sulit diterapkan dan perawat melihat askep hanya sebagai keterampilan saja. Metode Tim.

Konsepnya adalah:

1. Ketua tim adalah perawat yang berpendididkan luas dan berpengalaman.

2. Komunikasi efektif diperlukan untuk kelanjutan askep. Dolumentasi harus

selalu divalidasi.

3. Pelaksanaan metode tim harus fleksibel, dapat dilakukan pada shift pagi, sore,

dan malam.

Keuntungannya :

1. Pelayanan keperawatan yang komprehensif.

2. Memungkinkan penerapan proses keperawatan.

3. Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat di tekan melalui rapat tim.

4. Memberi kepuasan bagi anggota tim melalui hubungan interpersonal. Kerugiannya :

1. Rapat tim memerlukan waktu.

2. Tidak dapat dilakukan bila perawat belum terampil atau berpengalaman.

3. Pertanggunggugatan dalam tim tidak jelas. Metode Utama (Gillies, 1996)Metode penugasan utama bekerja baik di dalam sebuah organisasi dengan staf perawat yang semuanya berijazah. Masing-masing perawat diberikan seluruh tanggung jawab bagi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian perawatan pasien untuk semua beban tugas kecil. Dalam metode ini, seorang perawat bertanggung jawab dalam askep klien yang menjadi tanggung jawabya selama 24 jam terus-menerus dari datang sampai pulang Keperawatan tim merupakan sebuah metode penugasan perawatan yang dimaksudkan untuk menghasilkan sekelompok perawat professional, teknis dan penyokong. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman serta punya pengetahuan di bidangnya.

Metode modular

Metode modular adalah pengorganisasian pelayanan/askep yang dilakukan perawat professional untuk sekelompok klien semenjak masuk rumah sakit sampai pulang (tanggung jawab total). Untuk metode ini perlu perawat yang berpengetahuan, terampil, dan punya kemampuan kepemimpinan. Keuntungan dan kerugian metode ini merupakan gabungan metode primer dan tim.D. KLASIFIKASI PASIEN1. DOUGLAS, 1984PERAWATAN MINIMAL (1 2 JAM / 24 JAM)vKeberihan diri, mandi, ganti pakaian di lakukan sendiri

vMakan dan minum di lakukan sendiri

vAmbulasi dengan pengawasan

vObservasi tanda tanda vital di lakukan setiap pergantian jaga

vPengobatan minimal, status psikologis stabil

vPerawatan luka sederhana

PERAWATAN INTERMEDIET / PARTIAL (3 4 JAM / 24 JAM)vKebersihan diri di Bantu, makan minum di Bantu

vObservasi tanda -tanda vital setiap 4 jam

vAmbulasi di Bantu

vPengobatan dengan injeksi

vPasien dengan katheter urine

vPasien dengan infus

vObservasi balance cairan ketatPERAWATAN MAKSIMAL / TOTAL (5 6 JAM / 24 JAM)vSemua kebutuhan pasien di Bantu

vPerubahan posisi, obnservasi tanda tanda vital setiap 2 jam

vMakan melalui selang lambung

vPengobatan intra vena perdrip

vPemakean suction

vGelisah / disorientasi

vPerawatan luka kompleks

2. Swanburg (1999)a) Self-care

Klien memerlukan bantuan minimal dalam melakukan tindak keperawatan dan pengobatan. Klien melakukan aktivitas perawatan diri sendiri secara mandiri. Biasanya dibutuhkan waktu 1-2 jam dengan waktu rata-rata efektif 1,5 jam/24 jam.b) Minimal care

Klien memerlukan bantuan sebagian dalam tindak keperawatan dan pengobatan tertentu, misalnya pemberian obat intravena, dan mengatur posisi. Biasanya dibutuhkan waktu 3-4 jam dengan waktu rata-rata efektif 3,5 jam/24 jam.c) Intermediate care

Klien biasanya membutuhkan waktu 5-6 jam dengan waktu rata-rata efektif 5,5 jam/24 jam.d) Mothfied intensive care

Klien biasanya membutuhkan waktu 7-8 jam dengan waktu rata-rata efektif 7,5 jam/24 jam.e) Intensive care

Klien biasanya membutuhkan 10-14 jam dengan waktu rata-rata efektif 12 jam/24 jam3.. Oream (Self Care)a. Minimal Care

1. Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan :a) Mampu naik turun tempat tidur.

b) Mampu ambulasi dan berjalan sendiri.

c) Mampu makan dan minum sendiri.

d) Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan bantuan.

e) Mampu membersihkan mulut ( sikat gigi sendiri ).

f) Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan.

2. Status psikologis stabil

3. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik.

4. Operasi ringan.

b. Partial Care

1. Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian:

a) Membutuhkan bantuan 1 orang untuk naik-turun tempat tidur.

b) Membutuhkan bantuan untuk ambulasi/berjalan.

c) Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan.

d) Membutuhkan bantuan untuk makan ( disuap ).

e) Membutuhkan bantuan dalam membersihkan mulut.

f) Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan.

g) Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK ( tempat tidur / kamar mandi ).

2. Pascaoperasi minor ( 24 jam ).

3. Melewati fase akut dari pascaoperasi mayor.

4. Fase awal dari penyembuhan.

5. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.c. Total Care

1. Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang lebih lama.

a) Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta dorong/kursi roda.

b) Membutuhkan latihan pasif.

c) Kebutuhan nutrisi dan cairan di penuhi melalui intravena (infus) atau NG Tube (sonde).

d) Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut.

e) Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan.

f) Dimandikan perawat / keluarga.

g) Dalam keadaan inkontinensia, pasien menggunakan kateter.

2. Setelah 24 jam pascaoperasi mayor.

3. Pasien dalam keadaan tidak sadar.

4. Keadaan pasien tidak stabil.

5. Observasi TTV setiap kurang 2 jam.

6. Perawatan luka bakar.

7. Perawatan kolostomi.

8. Menggunakan alat bantu pernafasan.

9. Menggunakan WSD.

10. Irigasi kandung kemih secara terus menerus.

11. Menggunakan alat traksi ( skeletal traksi ).

12. Fraktur atau pasca operasi tulang belakang/leher.

13. Gangguan emosional berat, bingung disorientasi.

E. FAKTOR PENDUKUNG1.PenjadwalanMetode penjadwalan siklis merupakan salah satu metode penjadwalan yang dapat digunakan untuk penjadwalan perawat. Dalam metode ini setiap perawat akan bekerja selama periode waktu tertentu dan akan berulang secara periodik.2.Catatan personal.

Setiap perawat melakukan pencatatan, diantaranya menulis diagnosa pasien, perencanaan tindakan, pengisian realisasi asuhan keperawatan, laporan sak peruang, laporan rekap sak peruang.3.Laporan bertahapSesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan dilakukan penilaian untuk menilai keberhasilannya. Bila belum berhasil, perli disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperaeatan mungkiin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali, maka dari itu perlu adanya laporan bertahap.4.Pengembangan anggaran

Dalam tahun anggaran hanya dapat terealisasi sekitar 16% dari anggaran yang diusulkan, pendidikan perawat dengan latar belakang spk 31%.Perawat yang mempunyai pendidikan profesi satu orang, oleh sebab itu, RS belum mempunyai perencanaan untuk pelatihan bagi tenaga perawat yang berkesinambungan dan proaktif.5.Alokasi sumber dan pengendalian biayaRS tetap fokus pada bisnis inti pelayanan kesehatan.

Mengatur alokasi sumber daya dibidang keperawatan secara epektif dan efisien.

mengumpulkan data untuk mengidentifikasi kegiatan layanan pasien yang sedang berjalan.

Merekomendasikan strategi untuk meningkatkauntuk meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya6.Analisa kelompok diagnosa yang berhubunganDiagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikkan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi mencegah dan merubah status kesehatan klien.7.Pengendalian mutuSalah satu cara untuk pengembangan dan pengendalian mutu keperawatan adalah dengan cara mengembangkan lahan praktek keperawatan disertai dengan adanya pembinaan masyarakat profesional keperawatan untuk melaksanakan pengalaman belajar dilapangan dengan benar bagi peserta didik.8.Catatan pengembangan stafMembantu RS untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf yang lebih tepat guna.Sehingga RS akan mempunyai tenaga yang cukup tampil untuk pengembangan pelayanan perawatan dimasa depan.9.Model dan simulasi untuk pengambilan keputusanDSS : Decission Support System Problem yang kompleks dapat diselesaikan DSS selain dapat dapat digunakan untuk membantu user mengambil keputusan dari data yang bersifat kuantitatif, dan dapat juga digunakan untuk membantu proses pengambilan keputusan yang bersipat kualitatif.DSS Dapat digunakan untuk mengidentifikasi kemudahan dan rintangan yang didapatkan ketika mengintegrasi perawat magang ke unit gawat darurat.10.Rencana strategiPerencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi ( Iyer, Taptich & Bernocchi-Losey, 1996).Secara tradisional, rencana keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam menyelasaiakan masalah,tujuan dan intervensi. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, rencana keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada klien. Setiap klien yang memerlukan asuhan keperawatan perlu suatu perencanaan yang baik. Misalnya, semua klien pasca operasi memerlukan suatu pengamatan tentang pengelolaan cairan dan nyeri. Sehingga semua tindakan keperawatan harus distandarisasi. Dari Depkes R.I (1995).11.Rencana permintaan jangka pendek dan rencana kerjaAgar tenaga kerja kesehatan terus diupdate dengan teknologi terkini dan untuk memastikan mutu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, tenaga kerja kesehatan membutuhkan pelatihan jangka pendek yang diselenggarakan secara reguler.12.Evolusi programEvolusi perkembangan sistem pelayanan kesehatan telah mengubah peran dan tanggung jawab perawat secara signifikan.Dalam perkembangan lebih lanjut, perawat dituntut untuk bertanggungjawab memberikan praktik yang aman dan epektif serta bekerja dalam lingkungan yang memiliki standar klinik yang tinggi. ( Mahlmeister, 1999 )F. PENGHITUNGAN KETENAGAAN KEPERAWATAN1. Menurut Minetti & Hurchinsun (1975), dikutip dalam Gillies (1989, p.245), dengan memperhatikan waktu yang diperlukan untuk melakukan tindakan keperawatan

a. Waktu keperawatan langsung:

self care = x 4 jam = 2 jam

partial care = x 4 jam = 3 jam

total care = 1- 1 jam x 4 jam = 4 6 jam

intensif care = 2 x 4 jam = 8 jam

Rata-rata waktu keperawatan langsung 4 5 jam per klien per hari

b. Waktu keperawatan tidak langsung:

Gillies, 1989 menyebut rata-rata 38 menit/psn/hr

Wolfe dan Young dalam Gillies 1989 menyebutkan 60 mnt/psn/hrc. Waktu penyuluhan klien

Penyuluhan kesehatan klien sebaiknya dilakukan kurang lebih 15 menit/ pasien/ hariPenghitungan waktu yang diperlukan untuk keperawatan klien diperoleh dari jumlah waktu keperawatan langsung, tidak langsung dan penyuluhan kesehatan.Tenaga juga dipengaruhi oleh beban kerja

Penentuan tenaga kerja tergantung:

d. Jumlah klien/hr/tahun dalam 1 unit

e. Kondisi/ tingkat ketergantungan

f. Rata-rata hari rawat

g. Waktu yang dibutuhkan untuk tindakan keperawatan

h. dll (sosek, bencana, politik, hukum, dan peraturan pemerintah, musim, kemajuan IPTEK)1. Menurut Douglas (1984), tergantung dari derajat ketergantungan klien

perawat = pasien x derajat ketergantungan pasien

psn Minimal

Parsial

Total

Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam

0,17 0,14 0,07

0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20

0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20

0,72 0,60 0,40

0,51 0,42 0,21

0,81 0,45 0,30

1,08 0,90 0,60

2. Penghitungan Depkes, 2003

Berdasarkan klasifikasi pasien cara penghitungan berdasarkan: a. tingkat ketergantungan pasien

b. rata-rata pasien per hari

c. jam perawatan yang diperlukan/hr/pasien

d. jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari

e. jam kerja efektif setiap perawatKESIMPULAN

Dalam menentukan kebutuhan tenaga di ruang rawat, perawat perlu memantau klasifikasi klien. Sistem klasifikasi pasien adalah pengelompokan pasien berdasarkan kebutuhan perawatan yang secara klinis dapat diobservasikan oleh perawat. Pada dasarnya sistem klasifikasi pasien ini mengelompokkan pasien sesuai dengan ketergantungannya dengan perawat atau waktu dan kemampuan yang dibutuhkan untuk memberi asuhan keperawatan yang dibutuhkan.

Tujuan klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji pasien dan pemberian nilai untuk mengukur jumlah usaha yang diperlukan untuk memenuhi perawatan yang dibutuhkan pasien (Gillies, 1994). Menurut Swanburg, tujuan klasifikasi pasien adalah untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan dan menentukan nilai produktivitas.

DAFTAR PUSTAKA

Gillies. (1996). Manajemen Keperawatan: Suatu pendekatan sistem. (Edisi 2). Penerjemah: Sukmana, Dika dan Sukmana Widya. Philadelphia: WB Saunders. (Sumber asli diterbitkan 1994)

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Swansburg. (2000). Pengantar kepemimpinan dan managemen keperawatan. Jakarta: EGC