makalah_mekanisme pendengaran pada telinga
DESCRIPTION
kedokteranTRANSCRIPT
Mekanisme Pendengaran pada Telinga
Dona Yuliyanti
(10-2011-442) / F3
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat
Telp: (021) 569 42061
Email: [email protected]
Kasus
Tuan D, berusia 65 tahun datang ke poliklinik mengeluh sejak 1 minggu lalu
pendengaran telinga kiri terasa kurang jelas dibandingkan dengan telinga kanan. Oleh dokter
Puskesmas dilakukan test ketajaman pendengaran telinga kiri dengan garpu penala dengan
hasil sebagai berikut : Test cara Rinne : (-), cara Weber : lateralisasi (=) ke kiri, cara
Schwabach : memanjang. Kemudia ia disarankan ke dokter THT untuk pemeriksaan lebih
lanjut.
I. PENDAHULUAN
Bagian dari sistem koordinasi manusia selain sistem saraf adalah sistem indera. Setiap
organisme memiliki alat indera pada tubuhnya. Indera adalah bagian dari tubuh yang
mampu menerima rangsang tertentu. Fungsi alat indera adalah menerima rangsangan
tertentu. Manusia memiliki panca indera yang salah satunya adalah telinga yang
merupakan indera pendengaran. Telinga terdiri atas 3 bagian : telinga luar, telinga
tengah, dan telinga dalam. Indera ini memiliki sel-sel resepetor khusus untuk
mengenali perubahan lingkungan luar, sehingga sering disebut eksoreseptor.
Kepekaan masing-masing indera tergantung dari masing-masing organisme.
II. PEMBAHASAN
Telinga secara umum di lihat dari luar terdiri dari tulang helix, anti helix, fossa
scapha, fossa triangularis, concha, tragus, anti tragus dan lobules.
Tulang pendengaran:
Malleus (tulang martil)
Incus (tulang landasan)
Stapes (tulang sanggurdi).1
Gambar 3.1 Anatomi telingamanusia1
(http://www.britannica.com/EBchecked/topic-art/175622/530/Structure-of-the-human-ear)
Struktur Telinga (Makroskopik) :
a. Telinga Luar
Daun Telinga (aurikula). Aurikula mempunyai kerangka dari tulang rawan yang
dilapisi oleh kulit. Di bagian anterior aurikula, kulit tersebut melekat erat pada
perikondrium sedangkan di bagian posterior kulit melekat secara longgar. Bagian
aurikula yang tidak mempunyai tulang rawan disebut lobulus.
Liang Telinga (Meatus Akustikus Eksterna-MAE). MAE merupakan saluran yang
menuju ke arah telinga tengah dan berakhir pada membran timpani. MAE mempunyai
diameter 0,5 cm dan panjang 2,4-3 cm. MAE merupakan saluran yang tidak lurus,
tapi berbelok dari arah postero-superior di bagian luar ke arah antero-inferior. Selain
itu, terdapat penyempitan di bagian medial yang dinamakan ismus. Dinding MAE
sepertiga bagian lateral dibentuk oleh tulang rawan yang merupakan kelanjutan dari
tulang rawan aurikula dan disebut pars kartilagenus. Bagian ini bersifat elastis dan
dilapisi kulit yang melekat erat pada perikondrium. Kulit pada bagian ini mengandung
jaringan subkutan, folikel rambut, kelenjar lemak (glandula sebacea) dan kelenjar
serumen (glandula ceruminosa).1,2
Dinding MAE dua pertiga bagian medial dibentuk oleh tulang dan disebut pars
osseus. Kulit yang meliputi bagian ini sangat tipis dan melekat erat pada periosteum.
Pada bagian ini tidak didapatkan folikel rambut atau pun kelenjar. Dengan demikian
dapat dimengerti jika serumen dan furunkel hanya dapat ditemukan di sepertiga
bagian lateral MAE.
b. Telinga Tengah (Auris Media)
Merupakan ruangan yang berisi udara dan terletak di dalam tulang temporal. Auris
media terdiri dari kavum timpani, tuba Eustachius, mastoid (yang terdiri dari antrum
dan selula mastoid). Selama ruangan yang membentuk auris media dilapisi oleh
mukosa dengan epitel selapis kubis yang sama dengan mukosa kavum nasi dan
nasofaring. Selain itu, mukosa auris media merupakan kelanjutan mukosa nasofaring
dan mukosa tuba Eustachius. Secara klinis hal ini mempermudah keradangan pada
nasofaring meluas ke kavum timpani dan menimbulkan keradangan pada kavum
timpani.1
Kavum Timpani. Kavum timpani merupakan bagian terpenting dari auris media
mengingat banyaknya struktur yang ada di dalamnya yaitu tulang, otot, ligamen,
saraf, dan pembuluh darah. Kavum timpani dapat dibayangkan sebagai kotak dengan
dinding enam, dan dindingnya berbatasan dengan organ-organ penting. Jarak anterior
sampai posterior adalah 15 mm, jarak superior sampai inferior adalah 15 mm dan
jarak lateral sampai medial adalah 6 mm, tempat ada bagian tersempit yang hanya
berjarak 2 mm.
Kavum timpani dibagi menjadi tiga bagian yaitu epitimpanum, mesotimpanum, dan
hipotimpanum. Pada kavum timpani terdapat3 :
a) Osikula yang terdiri atas:
Maleus, dengan bagian-bagiannya yaitu kaput, kolum, prosesus brevis,
prosesus longus, dan manubrium malei. Kaput malei mengisi
epitimpanum, sedangkan bagian yang lain mengisi mesotimpanum.
Inkus, terdiri atas kaput, prosesus brevis, dan prosesus longus.
Sebagian besar bagian inkus mengisi epitimpanum dan hanya sebagian
dari prosesus longus yang mengisi mesotimpanum.
Stapes, terdiri atas kaput, kolum, krus anterior, krus posterior, dan
basis.
Ketiga tulang pendengaran ini satu dengan yang lain dihubungkan dengan
suatu persendian, sehingga merupakan suatu rangakaian yang disebut rantai
osikula. Basis stapes menutup foramen ovale dengan perantaraan jaringan ikat
yang disebut ligament anulare. Rantai osikula dan gerakan basis stapes sangat
penting artinya bagi sistem konduksi pada fungsi pendengaran.
b) Muskuli, terdiri atas M. tensor timpani yang mempunyai fungsi meregangkan
membrane timpani dan M. Stapedius yang mempunyai fungsi mengatur
gerakan stapes.
c) Ligamen, mempunyai fungsi memepertahankan posisi osikula di dalam kavum
timpani.
d) Saraf yang berada dalam kavum timpani adalah N. Korda timpani. Saraf ini
merupakan cabang dari pars vertikalis N. VII (N. Fasialis).
Membran Timpani. Membran timpani memisahkan kavum timpani dengan meatus
akustikus eksterna. Bentuknya seperti kerucut dengan basis oval dan puncak kerucut cekung
ke arah medial. Tepi membran timpani disebut margo timpani. Membran timpani terpasang
miring dengan melekat pada suatu lekukan tulang yang disebut sulkus timpanikus dengan
perantaraan jaringan ikat (annulus timpanicus).4
Tuba Eustachius. Tuba Eustachius merupakan saluran yang menghubungkan kavum
timpani dengan nasofaring, berbentuk terompet, panjang 37 mm. Tuba Eustachius dari kavum
timpani menuju nasofaring terletak dengan posisi infero-antero-medial sehingga ada
perbedaan ketinggian antara muara pada kavum timpani dengan muara pada nasofaring
sekitar 15 mm.
Pada bayi, tuba Eustachius terletak lebih horizontal, lebih pendek dan lumen lebih
lebar sehingga mudah terjadi keradangan telinga tengah. Muara pada kavum timpani selalu
terbuka, sedangkan muara pada nasofaring selalu tertutup dan baru terbuka bila ada kontraksi
M. Levator dan M. Tensor veli palatine yaitu pada waktu menguap atau menelan. Fungsi tuba
Eustachius antara lain adalah untuk menjaga agar tekanan di dalam kavum timpani sama
dengan tekanan udara luar (1 atm) dan untuk menjamin ventilasi udara di dalam kavum
timpani.
Mastoid. Dalam kaitannya dengan penyakit telinga tengah, terdapat 2 hal penting
yang perlu dipelajari tentang mastoid, yaitu topografi dan pneumatisasi mastoid. Topografi
Mastoid. Dinding anterior mastoid merupakan dinding posterior kavum timpani dan meatus
akustikus eksterna. Antrum mastoid dan kavum timpani dihubungkan lewat aditus ad antrum.
Dinding atas antrum mastoid disebut tegmen antri, merupakan dinding tipis seperti juga pada
tegmen timpani dan merupakan batas antara mastoid dengan fosa kranii media. Dinding
posterior dan medial merupakan dinding tulang tipis membatasi mastoid dengan sinus
sigmoid.
c. Telinga Dalam (Auris Interna)
Auris interna disebut juga labirin. Di dalamnya terdapat dua alat yang saling
berdekatan yaitu organ status (alat imbang) dan organ auditus (alat dengar). Keduanya
berbentuk tabung yang masing-masing berisi endolimf dan perilimf. Cairan endolimf
keluar melalui duktus endolimfatikus sedangkan cairan perilimf berhubungan dengan
likuor serebrospinalis melalui duktus perilimfatikus.
Organ Status. Terdiri atas 3 kanalis semisirkularis yaitu kanalis semisirkularis
horizontal, kanalis semisirkularis vertical posterior (inferior) dan kanalis
semisirkularis vertical anterior (superior). Alat keseimbangan inilah yang membuat
seseorang menjadi sadar akan posisi tubuhnya dalam suatu ruangan. Jika alat ini
terganggu akan timbul keluhan pusing atau vertigo.
Organ Auditus. Alat pendengaran terdiri dari koklea yang berbentuk rumah siput
dengan dua setengah lingkaran yang akan mengubah getaran suara dari sistem
konduksi menjadi sistem saraf. Jika alat ini terganggu akan timbul keluhan kurang
pendengaran atau tuli.3
Struktur Telinga (Mikroskopik) :3,4
Telinga Luar
a. Aurikula
Aurikula atau pinna terdiri atas lempeng tulang rawan elastic dengan bentuk tidak teratur,
setebal 0,5-1mm, di bungkus oleh perikondrium yang mengandung banyak serat elastic. Kulit
yang menutupi tulang rawan mempunyai lapis subkutan jelas hanya di bagian posterior
aurikula. Ia di lengkapi beberapa rambut pendek dan kelenjar sebasea terkait. Pada orang tua,
rambut-rambut besar dan kaku tumbuh di tepian aurikula dan pada lobus telinga. Kelenjar
keringat jarang ada.
b. Meatus Akustikus Eksternus
Meatus Akustikus Eksternus adalah saluran yang terbentang antara aurikula sampai ke
membran timpani (gendang pendengar) dengan panjang sekitar 2,5 cm. sepertiga bagian
luarnya merupakan lanjutan dari tulang rawan aurikula dan dua pertiganya adalah saluran
dalam tulang temporal. Kulit yang melapisi meatur itu tipis dan melekat erat pada
perikondrium dan periosteum di bawahnya. Terdapat banyak rambut kasar terjulur ke dalam
dan mereka makin nyata pada orang tua. Kulit pada segmen ini juga mengandung kelenjar
seruminosa yang merupakan bentuk khusus kelenjar keringat apokrin yang tubular bergelung,
yang mensekresi serumen, yaitu secret sejenis lilin coklat. Serumen itu di duga membuat kulit
yang melapisi meautr setempat kedap air dan bersama rambut-rambut kasar tadi, di duga
mencegah masuknya serangga.
Telinga Tengah
Telinga tengah mencakup kavum timpani dan isinya, tulang-tulang pendengar, tuba
eustachii dan membran timpani atau gendang pendengar yang menutupi cavum timpani di
luarnya. Kavum timpani adalah ruangan berisikan udara berbentuk tak teratur dengan
diameter sekitar 3-15mm, di dalam tulang temporal. Dinding lateralnya sebagian besar di
bentuk oleh membran timpani dan dinding medialnya oleh dinding tulang dari telinga dalam.
Keposterior ia menyatu dengan rerongga berisikan udara dari proses mastoid tulang temporal,
dank e anterior ia berlanjut ke dalam tuba eustachii, yang menghubungkan kavum timpani
dan nasofaring.
Kavum ini di lapisi oleh epitel gepeng, namun dekat muara tuba auditorius dan dekat tepian
membran timpani, ia kuboid dan mungkin bersilia. Tidak terdapat kelenjar di sini.4
Tulang Pendengaran
Kavum timpani mengandung 3 tulang pendengar bersendi kecil, yaitu malleus, inkus,
dan stapes, terbujur melintangi kavum dari perlekatan malleus pada membran timpani ke
dinding medial, tempat stapes duduk di atas fenestra vestibulum, atau foramen ovale. Lubang
pada labirin tulang dari telinga dalam. Ketiga tulang tersebut di hubungkan oleh sendi
diartrosis khas dan di sokong dalam kavum oleh ligament halus.
Fungsi tulang pendengar adalah meneruskan energi dari gelombang tekanan suara
yang relative lemah dari udara dalam meatus akustius eksternus menjadi getaran kuat dari
cairan di telinga dalam.
Membran Timpani
Membran timpani bersifat semi-transparan, lonjong , berbentuk kerucut sangat rendah
dengan apeks mengarah ke medial. Bentuk kerucutnya di pertahankan oleh insersio, pada
permukaan medialnya, manubrium dari malleus, yang cenderung menarik bagian pusat
membran ke medial. Membran ini di bentuk oleh dua lapir serat kolagen dan fibroblast. Di
lapis luar, serat kolagen terorientasi radial, sedangkan pada lapis dalam tersusun melingkar.
Juga terdapat jalinan tipis serat-serat elastic. Permukaan luar membran timpani di lapisi
selapis kulit sangat tipis (50-60um) tanpa rambut atau kelenjar sedangkan permukaan
dalamnya di lapisi oleh mukosa dari rongga timpani, setebal 20-4-um dan terdiri atas epitel
gepeng.2,3
Utrikulus dan Sakulus
Utrikulus dan sakulus terdiri atas lapis fibrosa luar, sebuah lapis tengah jaringan ikat
vascular halus dan lapir dalam epitel yang bervariasi dari gepeng sampain kuboid rendah. Sel
gelap dan terang dapat di bedakan di daerah tidak khusus dari epitel. Sel terang memiliki
sedikit mikrovili mikropinositosis. Sitoplasma mengandung sedikit ribosom dan relative
sedikit mitokondria. Sel gelap memiliki inti yang tidak teratur dan berdekatan di permukaan
epitel.
Utrikulus berhubungan dengan sakulus melalui duktus utrikulosakularis sempit. Pada
dinding anterior sakulus globular terdapat penebalan lonjong pada dinding yang di sebut
macula sakuli yang sebenarnya identik susunannya dengan macula utrikuli.
Duktus kecil-kecil dari utrikulus dan sakuluks bergabung membentuk duktus endolimfatikus
yang berjalan ke bawah dalam akueduktus vestibular dalam bagian petrosus tulang temporal
untuk berakhir dalam pelebaran kecil, yang terletak di antara lapis-lapis meninges. Duktus ini
di lapisi oleh epitel kuboid sampai gepeng seperti yang melapisi labirin membranosa.3
Telinga Dalam
Koklea ( Rumah Siput)
Koklea adalah bagian labirin dari vestibulum. Ia adalah kanal tulang berpilin
sepanjang kira-kira 35 mm yang membentuk dua dan tiga perempat putaran mengelilingi
tiang konis dari tulang spons. Pada dasarnya terdapat lubang ke kavum timpani.4
Saraf Pada Telinga
Telinga di persarafi oleh saraf cranial ke VIII, yaitu N.vestibulocochlearis. Nervus
vestibulocochlearis [VIII] mempunyai 2 daerah persarafan, yaitu:
a. Sensorik: N. cochlearis : organ pendengaran (corti)
b. Sensorik: N. vestibularis: organ keseimbangan.5
Mekanisme Pendengaran
Reseptor-reseptor khusus untuk suara terletak di telinga dalam yang berisi cairan. Dengan
demikian, gelombang suara hantaran udara harus disalurkan ke arah dan dipindahkan ke
telinga dalam, dan dalam prosesnya melakukan kompensasi terhadap berkurangnya energi
suara yang terjadi secara alamiah sewaktu gelombang suara berpindah dari udara ke air.
Fungsi ini dilakukan oleh telinga luar dan telinga tengah.1,2
Pinna (bagian dari daun telinga), suatu lempeng tulang rawan terbungkus kulit,
mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga luar. Karena
bentuknya, daun telinga secara parsial menahan gelombang suara yang mendekati telinga dari
arah belakang dan, dengan demikian, membantu seseorang membedakan apakah suara datang
dari arah depan atau belakang. Pintu masuk ke kanalis telinga dijaga oleh rambut-rambut
halus. Kulit yang melapisi saluran telinga mengandung kelenjar-kelenjar keringat
termodifikasi yang menghasilkan serumen (kotoran telinga), suatu sekresi lengket yang
menangkap partikel-partikel asing yang halus. Rambut halus dan serumen tersebut membantu
mencegah partikel-partikel dari udara masuk ke bagian dalam saluran telinga, tempat mereka
dapat menumpuk atau mencederai membrana timpani dan mengganggu pendengaran.
Membrana timpani, yang teregang akan bergetar sewaktu terkena gelombang suara. Daerah-
daerah gelombang suara yang bertekanan tinggi dan rendah berselang-seling menyebabkan
gendang telinga yang sangat peka tersebut menekuk keluar-masuk seirama dengan frekuensi
gelombang suara.
Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membrana timpani ke cairan di telinga
dalam. Pemindahan ini dipermudah oleh adanya rantai yang terdiri dari tiga tulang yang dapat
bergerak atau osikula (maleus, inkus, dan stapes) yang berjalan melintasi telinga tengah.
Tulang pertama, maleus, melekat ke membrana timpani, dan tulang terakhir, stapes, melekat
ke jendela oval, pintu masuk ke koklea yang berisi cairan. Ketika membrana timpani bergetar
sebagai respons terhadap gelombang suara, rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak
dengan frekuensi sama, memindahkan frekuensi gerakan tersebut dari membrana timpani ke
jendela oval. Tekanan tambahan ini cukup untuk menyebabkan pergerakan cairan koklea.
Beberapa otot halus di telinga tengah berkontraksi secara refleks sebagai respons terhadap
suara keras (lebih dari 70 dB), menyebabkan membrana timpani menegang dan pergerakan
tulang-tulang di telinga tengah dibatasi. Pengurangan pergerakan struktur-struktur telinga
tengah ini menghilangkan transmisi gelombang suara keras ke telinga dalam untuk
melindungi perangkat sensorik yang sangat peka dari kerusakan. Namun, respons refleks ini
relatif lambat, timbul paling sedikit 40 mdet setelah pajanan suatu suara keras. Dengan
demikian, refleks ini hanya memberikan perlindungan terhadap suara keras yang
berkepanjangan, bukan terhadap suara keras yang timbul mendadak, misalnya suara ledakan.
Organ corti, yang terletak di atas membrana basilaris, di seluruh panjangnya
mengandung sel-sel rambut yang merupakan reseptor untuk suara. Sel-sel rambut
menghasilkan sinyal saraf jika rambut di permukaannya secara mekanis mengalami
perubahan bentuk berkaitan dengan gerakan cairan di telinga dalam.3
Gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara mengambil “jalan
pintas”. Gelombang tekanan di kompartemen atas dipindahkan melalui membrana
vestibularis yang tipis, ke dalam duktus koklearis, dan kemudian melalui membrana basilaris
ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol
keluar masuk bergantian, perbedaan utama pada jalur ini adalah bahwa transmisi gelombang
tekanan melalui membrane basilaris menyebabkan membran ini bergerak ke atas dan ke
bawah , atau bergetar, secara sinkron dengan gelombang tekanan. Karena organ corti
menumpang pada membrana basilaris, sel-sel rambut juga bergerak naik turun sewaktu
membrana basilaris bergetar. Karena rambut-rambut dari sel reseptor terbenam di dalam
membrana tektorial yang kaku dan stasioner, rambut-rambut tersebut akan membengkok ke
depan dan belakang sewaktu membrana basilaris menggeser posisinya terhadap membrana
tektorial. Perubahan bentuk mekanis rambut yang maju-mundur ini menyebabkan saluran-
saluran ion gerbang-mekanis di sel-sel rambut terbuka dan tertutup secara bergantian. Hal ini
menyebabkan perubahan potensial reseptor-dengan frekuensi yang sama dengan ransangan
suara semula.
Sel-sel rambut adalah sel reseptor khusus yang berkomunikasi melalui sinaps kimiawi
dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf auditorius (koklearis).
Depolarisasi sel-sel rambut (sewaktu membrana basilaris bergeser ke atas) meningkatkan
kecepatan pengeluaran zat perantara mereka, yang menaikkan kecepatan potensial aksi di
serat-serat aferen. Sebaliknya, kecepatan pembentukan potensial aksi berkurang ketika sel-sel
rambut mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami hiperpolarisasi (sewaktu
membrana basilaris bergeser ke bawah).
Dengan demikian, telinga mengubah gelombang suara di udara menjadi gerakan-
gerakan berosilasi membrana basilaris yang membengkokkan pergerakan maju-mundur
rambut-rambut di sel reseptor. Perubahan bentuk mekanis rambut-rambut tersebut
menyebabkan pembukaan dan penutupan (secara bergantian) saluran di sel reseptor, yang
menimbulkan perubahan potensial berjenjang di reseptor, sehingga mengakibatkan perubahan
kecepatan pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak. Dengan cara ini, gelombang
suara diterjemahkan menjadi sinyal saraf yang dapat dipersepsikan oleh otak sebagai sensasi
suara.3,4
Hilang pendengaran
Ada dua macam hilang pendengaran yaitu hilang pendengaran karena konduksi (tuli
konduksi), hilang pendengaran karena syaraf.
a. Tuli konduksi :
Dimana vibrasi suara tidak dapat mencapai telinga bagian tengah. Tuli semacam ini
sifatnya hanya sementara oleh karena adanya malam/wax/serumen atau adanya cairan
di dalam telinga tengah. Apabila tuli konduksi tidak pulih kembali dapat
menggunakan Hearing aid (alat pembantu pendengaran)
Bisa terjadi hanya sebagian kecil frekuensi saja atau frekuensi yang tidak dapat di
dengar. Tuli ini belum bisa di obati.4
b. Tuli persepsi/ tuli saraf:
Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan kelainan atau penyakit
di telinga luar atau tengah. Pada tuli saraf (perspetif, sensorineural).
Faktor Yang Mempengaruhi Pendengaran :
Penggunaan Obat-Obatan
Penggunaan obat-obatan lebih dari 14 hari baik diminum maupun melalui
suntikan menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran. Obat-obatan yang
mempengaruhi organ pendengaran pada umumnya adalah jenis
antibiotik aminoglikosid yang mempunyai efek ototoksik. Gangguan akustik ini
tidak selalu terjadi pada kedua telinga sekaligus.Pada mulanya kepekaan terhadap
gelombang frekuensi tinggi akan berkurang dan tidak disadari. Gejala dini berupa
tinitus bernada tinggi dapat bertahan sampai dua minggu setelah pemberian
aminoglikosid dihentikan.
Umur
Pada usia lanjut, sedang sakit atau anak berumur antara 4 sampai 6 tahun,
dipandang lebih sensitif terhadap gangguan kebisingan dibanding kelompok usia
lain. Orang yang berumur lebih dari 40 tahun akan lebih mudah tuli akibat bising.
Pada orang lanjut usia, gangguan pendengaran biasanya disebabkan oleh fungsi
organ pendengaran yang menurun atau disebut presbiakusis (sekitar 1,8 – 5%).
Penyakit
o Otitis Media
yaitu suatu peradangan telinga tengah yang terjadi akibat infeksi bakteri
Streptococcus pneumoniae, Haemopilus influenzae atau Staphylococcus
aureus. Otitis media juga dapat timbul akibat infeksi virus (otitis media
infeksiosa).
o Tinnitus
adalah suara berdenging di satu atau kedua telinga. Tinnitus dapat timbul
pada penimbunan kotoran telinga atau presbiakusis, kelebihan aspirin
daninfeksi telinga.
o Hipertensi
Para penderita penyakit darah tinggi, dimana sel-sel pembuluh darah
sekitar telinga ikut tegang dan mengeras, juga harus selalu memperhatikan
kesehatan telinganya. Sebab, berkurangnya oksigen yang masuk lebih
memudahkan sel-sel pendengaran mati.
o Influenza
Penyakit influenza dapat menyebabkan gangguan pada telinga karena
lubang yang menghubungkan telinga bagian tengah dengan hidung
(tubaeustakius) mengalami peradangan atau bahkan mampet.
Tes Pendengaran
Tes suara berbisik/noise box
Telinga normal dapat mendengar suara berbisik dengan tone/nada rendah. Misalnya
suara konsonan, dan palatal : b, p, t, m , n pada jarak 5-10 meter. Suara berbisik dengan nada
tinggi misalnya suara desis s, z, ch, sh, shel pada jarak 20 meter.5
Tes Garputala
Uji Rinne : membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang.
Cara pemeriksaan: penala di getarkan, kemudian dasar penalan diletakkan pada prosesus
mastoid telinga yang sedang di periksa. Jika orang yang di periksa tidak mendengar bunyi
lagi, penala di pindahkan ke depan liang telinga, kira-kira 2,5 cm jaraknya dari liang telinga.
Penilaian: Bila intensitas hantaran udara lebih buruk dari intensitas hantaran tulang
(AC<BC), maka di sebut Rinne negative, artinya pada telinga yang di periksa terdapat tuli
konduktif.
Normal AC : BC = 2:1
AC= Air conduction
BC = Bone conduction
Uji Weber: Membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan telinga kanan.
Cara pemeriksaan: Penala di getarkan, kemudian dasar penala diletakkan pada garis tengah
kepala (ubun ubun, dagu atau pertengahan gigi seri). Paling sensitive bila diletakkan di
pertengahan gigi seri.
Penilaian: bila tidak ada lateralisasi, berarti kedua telinga normal atau kedua telinga tulinya I
dentik. Bila terdapat lateralisasi ke telinga yang sakit, berarti telinga tersebut menderita tuli
konduktif, sedangkan bila lateralisasi ke telinga yang sehat, berarti telinga yang sakit
menderita tuli saraf.
Uji Schwabach: membandingan hantaran tulang orang yang di periksa dengan
pemeriksa yang pendegarannya normal.5
Cara pemeriksaan: Penala di getarkan kemudian dasarnya di letakkan pada prosesus
mastoid yang di periksa. Bila sudah tidak terdengar lagi, penala di pindahkan pada prosesus
mastoid pemeriksa. Bila masih terdengar, maka kesannya Schwabach memendek. Apabila
pemeriksa juga tidak dapat mendengar pada waktu penala di pindahkan, maka pemeriksaan
diulangi lagi. Penala di getarkan kembali dan diletakkan pada prosesus mastoid pemeriksa
lebih dulu, bila sudah tidak terdengar lagi di pindahkan pada yang di periksa, bila penderita
masih dapat mendengar disebut Schwabach memanjang.
Penilaian: Telinga normal, bila hantaran melalui tulang pasien sama dengan pemeriksa. Bila
Schwabach memanjang, berarti pada telinga pasien yang di periksa terdapat tuli konduktif.
Pada Schwabach memendek, yang berarti pada telinga pasien yang di periksa terdapat tuli
saraf.5
Audiometer
Merupakan alat elektronik pembangkit bunyi yang di pergunakan untuk mengukur
derajat ketulian. Alat elekrtonik ini dapat membangkitkan bunyi pada berbagai frekuensi dan
dihubungkan dengan earphone. Pemeriksa menekan knop frekuensi tertentu sedangkan
penderita mengacungkan tangan tanda mendengar. Pada saat ini pemeriksa memberi tanda
pada sebuah kartu yang telah ada frekuensi tertentu seperti di bawah ini.6
Gambar 2. Kartu frekuensi tes audiometer
Kesimpulan
Telinga merupakan salah satu panca indera yang dimiliki oleh manusia, yang mempunyai
fungsi ganda yaitu pendengaran dan keseimbangan. Telinga juga terbagi atas tiga bagian
yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Masing masing bagian telinga mempunyai fungsi yang
berbeda-beda dan saling berkesinambungan. Adapun kemungkinan terjadi gangguan
pendengaran seperti penuruan pendengaran, ataupun tuli dan sebagainya, mungkin dapat
terjadi karena adanya kesalahan pada kerja mekanisme dari ketiga bagian telinga tersebut
ataupun saraf pada telinga.
Adapun cara untuk mengetahui sejauh mana pendengaran seseorang dapat dilakukan
dengan berbagai macam cara, mulai dari tes berbisik, tes penala, serta audiometer.
Berdasarkan skenario, gangguan pendengaran pada Tuan D kemungkinan disebabkan
karena faktor usia.
Daftar Pustaka
1. Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Jilid ke-1. Edisi ke-22. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.380-90.
2. Herawati S, Rukmini S. Anatomi telinga hidung tenggorok. Dalam: Buku ajar ilmu
penyakit THT.Edisi ke-1. Jakarta: EGC; 2003.h.1-8.
3. Bloom, Fawcett. Buku Ajar Histologi. Edisi ke-12. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2002.h.824-6.
4. Putz R, Pabst R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta, Tabel Otot, Sendi dan Saraf. Edisi
ke-22. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.h.71.
5. Sherwood L. Sistem saraf perifer: divisi aferen; indera. Dalam: Santoso BI,
penyunting. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2001.h.
176-87.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2001.