makalah.doc
TRANSCRIPT
TUGAS VULKANOLOGI“BANJIR BANDANG JEMOYO”
Disusun Oleh:
Rydo Faisal Arisandy (131101116)Herry Cahyo Nugroho (131101117)Eka Fajar Nugraha S (131101118)Shandi Hargian W (131101119)Ajeng Dwi Utami (131101133)Dwi Nica Wicaksono (131101121)
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2015
A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara yang memiliki jumlah gunungapi yang
cukup banyak. Gunung api di Indonesia berjumlah kurang lebih 129 buah yang
terdiri dari 79 gunung tipe A, 29 tipe B dan 21 tipe C (Heru Sri Haryanto dkk,
2009: 86). Wimpy S Tjetjep (2002:9) menyatakan bahwa tidak kurang dari 10%
penduduk Indonesia berada di bawah ancaman gunung api. Bahkan terdapat
sekitar tiga juta jiwa yang benar-benar terancam gunung api secara langsung.
Provinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta memiliki Gunung Merapi (2968
m dpl) dengan posisi geografis 110°26’30”BT dan 7°32’30”LS yang merupakan
gunung api tipe strato yang paling giat di Indonesia (Heru Sri Haryanto dkk, 2009:
87). Gunung Merapi harus terus dipantau secara hati-hati karena terus-menerus
menghasilkan letusan bahkan setelah 989 tahun letusan pertamanya, dimana
letusan itu telah memusnahkan Kerajaan Hindu Darmawangsa dan menimbun
peninggalan bersejarah yaitu Candi Borobudur.
Salah satu hasil dari aktivitas gunungapi yang berpotensi menjadi bencana
dan ancaman yang berbahaya adalah lahar hujan. Lahar hujan merupakan
ancaman sekunder bahaya erupsi gunung berapi yang berupa longsoran material
vulkanik lama yang terdapat pada lereng gunung api karena jenuh air atau curah
hujan yang cukup tinggi bisa mengakibatkan banjir bandang yang berisi air, pasir
dan batu-batuan. Banjir lahar hujan dipicu oleh hujan lebat yang menggerus pasir
di sekitar gunung paska letusannya.
Gambar 1. Ilustrasi proses terjadinya aliran lahar hujan
Lokasi Lahar Hujan
Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa
Tengah. Desa Jumoyo berada 15 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Desa ini
dilalui oleh sungai besar yang berhulu di lereng Gunung Merapi yaitu Sungai
Putih. Keberadaan sungai tersebut menyebabkan Desa Jumoyo mempunyai
sumber air yang sangat bagus untuk pertanian dan perikanan, namun juga menjadi
pembawa bencana banjir lahar hujan karena mengangkut material hasil erupsi
Gunung Merapi.
Gambar 2. Peta Zonasi Ancaman Banjir Lahar Hujan
B. PEMBAHASAN
Aktivitas Gunung Merapi mempunyai dampak atau pengaruh bagi
kehidupan di sekitarnya. Dampak tersebut dapat dilihat dalam dua hal yaitu
dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak positifnya adalah
kesuburan tanah di sekitar lereng gunung sehingga pertanian dan peternakan
berkembang dengan baik. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari komoditas
pertanian seperti tanaman padi, salak dan pisang di lereng Gunung Merapi, Serta
banyaknya budidaya ternak sapi perah di daerah Boyolali dan Sleman. Dampak
positif lainnya adalah material vulkanik yang dibawa oleh banjir lahar hujan, yaitu
material pasir dan batuan menjadi berkah bagi para penambang pasir. Material
tersebut mempunyai nilai ekonomi tinggi dan sangat bagus untuk bahan
konstruksi. Aktivitas Gunung Merapi juga bermanfaat untuk perkembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kebencanaan khususnya bencana
kegunungapian.
Dampak negatif dari erupsi Gunung Merapi adalah kerusakan pada
wilayah-wilayah yang dilalui awan panas dan aliran lava, bahkan hal ini dapat
menimbulkan korban jiwa. Gas beracun yang berada di sekitar kawah gunung
membahayakan keselamatan manusia, sedangkan abu vulkaniknya dapat
menyebabkan gangguan kesehatan pernapasan, penglihatan, dan kulit bahkan
dapat mengganggu lalu lintas penerbangan. Dampak negatif lainnya berasal dari
banjir lahar dingin. Banjir tersebut menyebabkan kerusakan pada lembah sungai
dan wilayah di sekitar sungai yang dilalui aliran lahar dingin seperti lahan
permukiman, persawahan, jalan dan jembatan. Hal ini yang terjadi di daerah
penelitian yaitu Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Provinsi
Jawa Tengah. Adapun poin-poin penting dari dampak negative lahar hujan yang
terjadi di Desa Jumoyo adalah:
Menimbulkan Korban Jiwa
Dari dampak erupsi kali putih tersebut, menelan korban jiwa yang berada di
sekitar hulu sungai tersebut. Dan tidak hanya itu, hewan-hewan ternak juga
ikut menjadi korban dari erupsi merapi ketika itu.
Makam Hilang
Di Magelang, puluhan mayat di dua tempat pemakaman umum (TPU) hilang
diterjang banjir lahar dingin yang terjadi di sekitar bantaran Kali Putih dan
Kali Pabelan, Magelang. Dua pemakaman itu terletak di Dusun Glagah, Desa
Sirahan, Kecamatan Salam dan Dusun Sudisari, Desa Adikarto, Kecamatan
Muntilan, Magelang.
Akibat TPU berada di bibir Kali Putih yang diterjang lahar dingin, talut yang
berada di bawah makam tergerus arus. Akibatnya, sebanyak enam mayat
hilang, hanyut dibawa arus. Sedangkan di TPU Sudisari Desa Adikarto,
mayat yang hilang karena banjir lahar dingin jauh lebih banyak, sekitar 25
makam beserta jasadnya hanyut diterjang banjir lahar dingin.
Terjadi Longsor
Beberapa tanah di samping hulu kali putih, Terkena derasnya arus ketiaka
banjir lahar dingin mengakibatkan longsor. Akibatnya sawah, makam, bahkan
rumah yang di atas tanah
yang berada di samping hulu kali putih lenyap Akibat longsor.
Jalan Magelang-Jogja Lumpuh
Ketika banjir lahar dingin yang terjadi di seluruh bantaran sungai yang
berhulu di Gunung Merapi, termasuk pada waktu itu Kali Putih dengan
kecepatan 60 km/jam ini mengakibatkan jalur Magelang-Jogjakarta lumpuh
total lantaran tertimbun material pasir dan bebatuan yang di bawa banjir.
Timbunan material mencapai tebal sekitar dua meter. Dampak banjir lahar
dingin lebih parah terjadi di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Jalan utama Magelang-Yogyakarta di Desa Jumoyo, Kecamatan Salam,
Kabupaten Magelang, terpaksa ditutup delapan kali karena lahar dingin dari
Sungai Putih meluber untuk kemudian menutup jalan.
Jalan tersebut dibuka kembali setelah pasir dan batu yang terbawa aliran air
sungai dibersihkan dengan menggunakan alat berat. Namun lebar jalan
menyempit karena badan jalan tergerus lahar dingin. Akhirnya jalan itu
terpaksa ditutup beberapa waktu lalu karena tidak bisa lagi dilewati
kendaraan. Arus kendaraan dari Yogyakarta menuju Magelang dan
sebaliknya dialihkan melalui Purworejo dan Surakarta. Jalur Magelang-
Jogjakarta masih lumpuh untuk sementara waktu. Arus lalu lintas dialihkan
melalui Muntilan-Ngluwar dan Salam.
Hilangnya Harta Benda
Akibat erupsi kali putih,beberapa rumah di sekitar rusak bahkan hilang. ada
yang miring ke arah kanan sementara meja, kursi dan tempat tidur terendam.
Kandang unggas pun ikut ambruk. Dan juga area perkebunan ikut hilang, dan
sebagaian kolam ikan hilang akibat banjir lahar dingin tersebut, Sedangkan
genteng bagian belakang jatuh dan biliknya keluar dari pondasi. Jarak antara
rumah mereka dan tepi Kali Putih yang semula 7-10 meter, berkurang hingga
hanya menyisakan 60 cm.
Sumber air bersih berkurang
Sumber air bersih yang berkurang drastis , bahkan warga kesulitan
mendapatkan air bersih . hal ini disebabkan karena kontruksi pasir dan tanah
tidak seimbang.
Dam Hancur
Hantaman banjir lahar dingin mengakibatkan 19 dari 23 dam penahan lahar
dingin di hulu Kali Putih, Kali Senowo, Kali Lamat dan Kali Apu di
Magelang, Jawa Tengah, jebol. Pasca terjangan lahar dingin Merapi, dam di
hulu Kali Putih di Desa Nagunsoka hancur.
Kerusakan lahan pertanian
Hantaman banjir lahar dingin mengakibatkan kerusakan yang cukup parah
pada daerah Jumoyo tersebut.
Gambar 3. Bangunan yang Rusak Akibat Banjir Lahar hujan Tahun 2010
Manajemen Bencana Lahar Hujan Saat Bencana
Penduduk Desa Jumoyo harus diungsikan di beberapa tempat pengungsian
yang berada di zona aman dari bahaya banjir lahar hujan. Penduduk tinggal di
hunian sementara (huntara). Selain itu pemerintah juga harus menyediakan
bantuan aktif berupa sembako dan obat-obatan.
Manajemen Bencana Lahar Hujan Pasca Bencana
Dalam manajemen atau penanganan dari bencana lahar hujan pasca
bencana terdapat beberapa upaya, yaitu:
Upaya pertama untuk mengatasi masalah dan pengendalian Banjir Lahar
hujan tersebut, pemerintah berencana menyiapkan sungai baru aliran lahar
hujan Merapi di Dusun Gulon, Desa Jumoyo, agar luapan lahar tidak tumpah
ke jalan raya Magelang-Yogyakarta. Aliran lahar di Sungai Putih di Desa
Jumoyo akan dipecah menjadi dua yakni melalui alur lama dan alur baru.
Untuk sementara di atas sungai baru tersebut akan dibangun jembatan bailey.
Setelah itu akan dibangun jembatan permanen. Jika banjir lahar hujan terjadi
lagi, dua aliran yakni melalui alur lama dan alur baru telah dipersiapkan
sehingga lahar tidak lagi meluap ke jalan raya.
Teknologi pengontrol aliran lahar hujan ini disebut Sabo: Suatu terminologi
teknik dari bahasa Jepang untuk mengartikan pengendalian erosi dan
pergerakan sedimen (erosion and sediment movement control). Jadi Sabo
merupakan satu suatu sistem atau teknik untuk pengendalian erosi dan
pergerakan sedimen.
Gambar 4. Prinsip penanggulangan lahar hujan G. Merapi
Gambar 5. Pembangunan Sabo di wilayah Yogyakarta
Akan ada program pemulihan bagi korban lahar hujan. Korban lahar hujan
yang tengah di pengungsian akan dibangunkan tempat hunian sementara,
sedangkan warga yang rumahnya rusak akibat terjangan lahar hujan akan
memperoleh bantuan dari pemerintah.
Dinas Perhubungan telah melakukan pengecekan terhadap beberapa sungai
yang dialiri oleh aliran lahar dan jembatan yang dilaluinya seperti di Kali
Senowo dan kali Lamat (Kali Lamat, di dasar jembatan sudah tidak ada
tahanan). Selain itu juga telah meninjau jalur jembatan yang dilalui oleh lahar
hujan dan mengecek kekuatan penyangga jembatan terhadap alatalat
transportasi yang melewatinya.
Prediksi
Untuk potensi banjir lahar bisa terjadi kapanpun itu akibat dipengaruhi
curah hujan.
Untuk potensi banjir bandang yang lebih besar kemungkinan terjadi pasca
siklus fase erupsi gunung merapi.
C. REFERENSI
BPPTKG Yogyakarta
Museum Merapi.
ANTARA News
Daryono, Doktor Peneliti di BMKG