makalah - vitriatampubolonhome.files.wordpress.com€¦ · yang diharapkan.dalam makalah ini...
TRANSCRIPT
MAKALAH
PENGAYAAN JURNAL
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENYULUHAN
PERTANIAN
PENGARUH MEDIA MASSA TERHADAP PETANI, PENYULUH,
PENGUSAHA MUDA
OLEH :
VITRIA TAMPUBOLON
014.3.16.0414
JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN (POLBANGTAN) MEDAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2019
i
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam saya sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai
yang diharapkan.Dalam makalah ini membahas tentang Pengaruh Media Massa
Terhadap Petani, Penyuluh, Pengusaha Muda sebagai salah satu tugas mata
kuliah Teknologi Informasi Pertanian.
Dalam proses penyusunan makalah ini, tentunya saya mendapatkan
bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu saya ucapkan banyak terimakasih
kepada pihak yang telah membantu. saya juga menyadari bahwa terdapat banyak
kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu saya mengharapkan
kritik maupun saran yang membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat.
Medan, Maret 2019,
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan ...................................................................................................... 1
C. Manfaat .................................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi Media Massa ........................................................................ 4
B. Komunikasi Media Massa Terhadap petani .............................................. 5
C. Komunikasi Media Massa Terhadap penyuluh ......................................... 8
D. Komunikasi Media Massa Terhadap Pengusaha Muda ............................. 9
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Komunikasi Media Massa ........................................................................ 13
B. Analisis Komponen Kognitif Petani Terhadap Media Massa .................... 14
C. Intensitas Media Dalam Meningkatkan Kompetensi penyuluh .................. 18
D. Pengunna media Massa Terhadap Pengusaha Muda Melalui Internet ........ 21
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................ 23
B. Saran .......................................................................................................... 24
V. DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Model Pengembangan Kompetensi Penyuluh Berbasis Media ................... 19
iv
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Frekuensi Pengunaan Media Massa ........................................................... 13
2. Tingkat Pengunaan media Massa ............................................................... 14
3. Pengetahuan petani Terhadap Leaflet di Daerah ....................................... 14
4. Pengetahuan Petani Terhadap Folder ......................................................... 15
5. Pengetahuan Petani Terhadap Poster ......................................................... 16
6. Pengetahuan Petani Terhadap Brosur ........................................................ 16
7. Analisis Komponen Kognitif .................................................................... 17
8. Sebaran Presntase Informasi yang diperoleh Penyuluh .............................. 18
9. Pekerja Menggunakan Internet .................................................................. 21
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyuluhan merupakan ilmu sosial yang mempelajari sistem dan proses
perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang
lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluh pertanian merupakan
pendidikan di luar sekolah yang ditujukan kepada para peternak dan keluarganya,
proses pendidikan ini terjadi karena adanya komunikasi yang dalam penyuluhan
pertanian proses komunikasi ini berjalan dua arah, yaitu antara penyuluh pertanian
sebagai pemberi sumber informasi dan peternak beserta keluarganya itu sendiri
sebagai penerima sumber dan sebaliknya. Pada sebuah penyuluhan diperlukan
suatu metode, teknik dan media yang tepat agar apa yang dsampaiakan kepada
peternak dapat tercapai. Salah satu kegiatan dalam penyelenggaraan penyuluhan
pertanian adalah penyampaian informasi dan teknologi pertanian kepada
penggunanya, informasi dan tekologi pertanian tersebut bisa disampaikan secara
langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan media penyuluhan.
Berbagai media penyuluhan dapat digunakan untuk mengemas informasi dan
teknologi yang akan disampaikan kepada petani sebagai pengguna teknologi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa media merupakan suatu perantara
yang digunakan dalam proses belajar. Tujuan penggunaan media adalah untuk
memperjelas informasi yang disampaikan sehingga dapat merangsang fikiran,
hati, perasaan, perhatian dan kemampuan sasaran. Dengan demikian media
berperan penting dalam memberikan pengalaman konkrit dan sesuai dengan
tujuan penyuluh. Salah satu upaya dalam peningkatan produksi adalah
menyampaikan informasi pertanian yang bermanfaat bagi petani dan
keluarganya.Penyampaian informasi pertanian kepada petani dimaksudkan agar
petani dapat meningkatkan produksi usahataninya.Seiring dengan perkembangan
pertanian agar informasi dapat sampai pada petani diperlukan komunikasi yang
lancar antara petani dengan penyuluh. Petani dengan keterbatasan pengetahuannya
perlu memperoleh informasi pertanian guna meningkatkan produksi usahataninya.
Informasi pertanian itu selain diperoleh melalui penyuluhan pertanian yang
diberikan oleh penyuluh pertanian lapangan juga dengan memanfaatkan media
komunikasi yang pada saat ini telah berkembang dengan pesat.
2
Inovasi dalam memberikan penyuluhan terhadap sasaran merupakan hal
yang sanga penting agar sasaran tidak merasa bosan dengan pesan dan informasi
yang diberikan oleh para penyuluh. Sering perkembangan zaman media
penyuluhan terus mengalami perkembangan dan menjadi suatu unsure penting
dalam proses penyuluhan. Kompetisi produk pertanian tidak hanya dalam tataran
lokal akan tetapi berubah menjadi global. Para petani dituntut untuk bisa
menyesuaikan dengan perkembangan zaman, sehingga petani yang bisa mengikuti
perkembangan zaman akan eksis. Sebaliknya, petani yang tidak bisa
menyesuaikan dengan perubahan semakin terpinggirkan. Oleh karena itu, peran
penyuluh menjadi penting sebagai fasilitator dalam mengembangkan potensi
petani. Sebagai konsekuensinya penyuluh dituntut untuk mampu menyesuaikan
dengan perubahan dan tuntutan masyarakat melalui proses belajar. Tuntutan
profesionalisme idealnya ditunjang oleh tenaga penyuluh yang profesional, namun
menurut Slamet (2008) tenaga-tenaga penyuluh yang profesional sesuai dengan
tuntutan lapangan belum cukup tersedia. Kondisi ini mengindikasikan perlunya
berbagai pihak untuk mengkaji bagaimana meningkatkan kualitas penyuluh.
Di era informasi ini banyak media yang dapat dimanfaatkan (by
utilization) untuk meningkatkan kemampuan penyuluh. Media tersebut khususnya
adalah media massa yang cenderung dinamis dan berkembang seiring perubahan
yang terjadi di masyarakat. Kelebihan lain, media massa dapat dimanfaatkan
secara fleksibel di mana atau kapan pun setiap ada kesempatan. Melalui
pemanfaatan media tersebut, penyuluh dapat belajar mengimbangi perubahan
yang terjadi dalam masyarakat. Oleh karena itu, menarik untuk dilakukan
penelitian tentang bagaimana intensitas pemanfaatan media massa dan media
massa apa yang memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan kompetensi
penyuluh pertanian. Secara lebih rinci, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
intensitas pemanfaatan media massa dalam peningkatan kompetensi penyuluh,
menganalisis kesesuaian substansi media massa dengan kebutuhan penyuluhan,
dan menganalisis media massa yang berpengaruh dalam peningkatan kompetensi
penyuluh.
Pemuda menurut Kementerian Belia merujuk kepada kelompok yang
berumur an tara 15 hingga 40 tahun berlandaskan beberapa faktor yang difikirkan
3
Majlis Muda Malaysia (MBM) masuk akal untuk diterima; seperti matang dan
mampu berfikir secara positif. Pengusaha didefinisikan sebagai mereka yang
mengarnbil resiko, mendapatkan peluang dan berinovasi. kelornpok Muda
Pertanian yang produktif, kreatif dan imaginatif serta mempunyai daya saing yang
tinggi amat diharapkan di dalam kornunitas pertanian.
B. Tujuan
Adapun tujuan yang diinginkan dalam pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh media massa terhadap petani.
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh media massa terhadap penyuluh.
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh media massa terhadap pengusaha
muda.
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan setelah pembuatan makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Sebagai penyuluh pertanian di masa yang akan datang, mahasiswa dapat
memperkenalkan media massa ini kepada para petani
2. Sebagai penyuluh pertanian di masa yang akan datang, mahasiswa
menyampaikan pengembangan kompetensi penyuluh pertanian berbasis
media massa.
3. Sebagai penyuluh pertanian di masa yang akan datang, mahasiswa dapat
meningkatkan penggunaan media massa (televisi, radio dan surat kabar) di
kalangan pengusaha muda pertanian.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi Media Massa
Komunikasi massa seringkali identik dengan audien yang relatif besar dan
heterogen (Wright, dalam Severin dan Tankard, 2001). Karena itu, media massa
merupakan media komunikasi publik yang sasarannya besar, pesannya bersifat
umum dan heterogen. Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,
konsep komunikasi massa mengalami pergeseran. Realitas tersebut telah disadari
industri media massa (surat kabar, majalah, buku, radio, televisi, radio, dan
internet), sehingga saat ini sasarannya sudah cenderung spesifik (segmented).
Media massa menurut teori agenda-setting dari McCombs dan DL Shaw
(Sendjaja dan Sumawinardi, 1994) memiliki pengaruh dan penekanan informasi
tertentu terhadap masyarakat. Namun, teori ini diimbangi oleh teori Uses and
Gratifications dari Katz (Severin dan Tankard, 2001), bahwa pengguna (uses)
media atau khalayak adalah aktif dan selektif dalam menggunakan media untuk
memenuhi kebutuhan dan kepentingannya.
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari
sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis
seperti surat kabar, film, radio, dan televisi (Cangara, 2002:134).
Dalam memahami Komunikasi Massa tidakan terlepas dari Media Massa
karena obyek kajian terbesar adalah peran dan pengaruh yang dimainkan media
massa. Media Massa atau pers adalah suatu istilah dipergunakan pada tahun 1920-
an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus di desain untuk mencapai
masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini biasa
disebut dengan media. Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki
ketergatungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi dari pada
masyarakat dengan tingkat tinggi karena pilihan mereka yang terbatas.
Masyarakat dengan ekonomi tingkat lebih tinggi memiliki banyak pilihan dan
akses banyak media massa,termasuk bertanya langsung pada sumber ahli
dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa
tertentu. Arti penting media massa, pernah menyodorkan beberapa asumsi pokok
berarti :
5
a. Media merupakan industry yang berubah dan berkembang yang
menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa serta menghidupkan indutri
lain yang terkait. Media juga merupakan indurtri sendiri yang memiliki
peraturan dan normanorma yang menghubungkan institusi tersebut dengan
masyarakat dan institusi social lainnya. Dipihak lain media di atur oleh
masyarakat.
b. Media massa merupakan sumber kekuatan alat control, managemen dan
inovasi dalam masyarakat yang dapat di daya gunakan sebagai pengganti
kekuatan atau sumber daya lainnya.
c. Media merupakan lokasi (norma) yang semakin berperan untuk
menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat, baik yang
bertaraf nasional maupun internasional.
d. Media sering kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan,
bukan saja dalam pengertian pengembangan bentuk seni dan symbol tetapi
juga dalam pengertian pengambangann tata cara, mode, gaya hidup dan
norma-norma. 5. Media telah menjadi sumber dominan bukan saja bagi
individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas social, tetapi juga
bagi masyarakat dan kelompok secara kolektif. Media juga menyuguhkan
nilai-nilai dan penilaian yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.
B. Komunikasi Media Massa Terhadap Petani
Komunikasi pertanian yaitu pernyataan antar manusia yang berkaitan
dengan kegiatan di bidang pertanian, baik secara perorangan maupun secara
kelompok yang sifatnya umum dengan menggunakan lambang tertentu.
Komunikasi pertanian mendukung terciptanya kemakmuran rakyat dan
berkelanjutan dengan peningkatan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas
pemberdayaan masyarakat secara partisifasip, berkeadilan, dan berwawasan
lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial ekonomi. Terdapat
beberapa unsur dalam komunikasi pertanian diantaranya yang pertama adalah
komunikator yaitu orang atau petugas yang tugasnya menyampaikan informasi,
yang ke dua komunikan yaitu orang yang menerima pesan, yang ketiga adalah
pesan yaitu semua informasiyang berkaitan dengan bidang pertanian.
6
Menurut Berelson dan Stainer (1964), penyuluhan adalah proses
penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui
penggunaan simbolsimbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan
lain-lain. Sebagai suatu kegiatan, komunikasi pertanian dilakukan untuk mecapai
suatu kegiatan atau tujuan. Komunikasi pertanian merupakan proses pendidikan
non-formal bagi petani dan keluarganya. Tujuan komunikasi pertanian adalah
meningkatkan perilaku dan kemampuan petani sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraannya (Van Den Ben dan Hawkins , 1996).
Komunikasi pertanian sebagai jembatan penyampaian pengetahuan
kepada petani merupakan faktor penting dalam penerapan teknologi pertanian
untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani melalui metode
penyampaian kepada petani sesuai dengan karakteristik wilayah dimana seorang
komunikan bekerja, sehingga petanin dapat menerima teknologi pertani yang
disampaikan dan dapat menerapkan teknologi pertanian tersebut dilapangan
dengan baik.
Komunikasi pertanian menjadi sebuah kebutuhan dalam tugas seorang
penyuluh pertanian. Peranan komunikasi pertanian menjadi sangat penting dalam
memajukan dan meningkatan kesejahteraan petani beserta keluarga tani.
Penyampaian informasi pertanian akan semakin efektif bila kita memahami
bagaimana sebenarnya konsep penyuluhan pertanian yang baik dan tepat sehingga
mampu tepat sasaran. Penerapan komunikasi pertanian yang efektif dapat
dilaksanakan dengan tiga metode antara lain:
a. Metode pendekatan kelompok, dimana dilakukan pengelompokan petani
berdasarkan lokasi tempat tinggal atau hamparan sawah.
b. Metode pendekatan massa, biasanya dilakukan secara massa dengan
tujuan target seluruh khalayak ramai dan meggunakan media informasi
seperti : tv, radio dan sebagainya.
c. Metode pendekatan individu, dimana penyuluh dapat melakukan
komunikasi dialogis terhadap petani dan informasi yang disampaikanpun
lebih tepat sasaran dan terarah, hanya saja sasarannya terbatas.
Kegiatan komunikasi pertanian meliputi kegiatan pengorganisasian,
pelaksanaan dan evaluasi program penyuluhan. Berkaitan dengan pelaksanaan
7
program komunikasi pertanian hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
komunikasi pertanian, materi komunikasi, teknik serta metode yang digunakan
dalam kegiatan komunikasi pertanian tersebut. Manajemen komunikasi pertanian
yang baik menjamin terhadap keberhasilan program komunikasi pertanian.
Komunikasi adalah suatu proses yang dilakukan individu dalam hubungan
dengan individu lain, atau individu dalam kelompok, organisasi, maupun dalam
masyarakat guna menciptakan ,mengirimkan dan menggormasiunakan serta
mempertukarkan informasi untuk mengkoordinasikan lingkungannya dan orang
lain. Pertanian sebagai suatu subsistem dalam kehidupan manusia bertujuan untuk
menghasilkan bahan nabati dan hewani termasuk akuatik dengan penggunaan.
Karakteristik daerah yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode
komunikasi pertanian adalah musim (agroklimat), keadaan usaha tani, dan
keadaan lapangan. Keadaan musim akan berpengaruh terhadap metode
komunikasi pertanian yang digunakan. Misalnya, pada musim kemarau yang
panas sekali dan tidak ada penanaman dilapangan, kita tidak dapat melakukan
kegiatan demontrasi dilapangan, tapi sebaliknya dilakukan dirumah petani.
Sebaiknya pada musim penghujan dibeberapa daerah lebih banyak kegiatan
dilapangan. Jadi pemilihan metode komunikasi pertanian harus sesuai dengan
kondisi tersebut.
Keadaan usaha tani di suatu daerah akan turut mempengaruhi penetapan
metode komunikasi pertanian. Komunikasi pertanian pada waktu pengolahan
lahan akan berlainan dengan komunikasi pertanian pada saat panen dan pasca
panen. Metode komunikasi pertanian hendaknya dipilih sesuai dengan tahapan
perkembangan usaha tani yang berada dalam rentang waktu siklus usaha tani.
Mangunwidjaja dan Sailah (2008), teknologi pertanian dapat diartikan
sebagai penerapan dari ilmu – ilmu teknik dalam kegiatan pertanian. Secara
lengkap dari aspek ranah keilmuan, teknologi pertanian dapat diuraikan sebagai
suatu penerapan prinsip matematis dan sains alam dalam rangka pendayagunaan
secara ekonomis sumberdaya pertanian dan sumber daya alam untuk kepentingan
kesejahteraan manusia.
8
C. Komunikasi Media Massa Terhadap Penyuluh
Dalam kontek pembangunan, media massa memiliki peran penting. Hasil
studi Schramm (Nasution, 2007) peran paling pokok media massa adalah
membantu menyebarluaskan informasi tentang pembangunan, dapat mengajar
melek huruf, serta keterampilan lainnya yang dibutuhkan untuk pembangunan dan
dapat menjadi penyalur suara masyarakat agar turut ambil bagian dalam
pembuatan keputusan. Media massa tidak hanya berperan dalam menimbulkan
dan memberikan informasi, tetapi lebih jauh dapat mengarahkan untuk tujuan-
tujuan penyuluhan dan pembangunan (Oepen, 1988). Dalam perkembangannya
terutama munculnya media internet, media juga memiliki fungsi interaktif dalam
menciptakan komunitas maya dan budaya maya, membina hubungan sosial,
termasuk dalam melakukan transaksi bisnis.
Media massa dalam kaitannya dengan media pembelajaran, setiap individu
(penyuluh) dapat melakukan proses belajar melalui media apa pun, sekalipun
media tersebut tidak dirancang khusus untuk proses belajar. Misalnya, individu
(penyuluh) dapat mengikuti siaran televisi tentang pencegahan Flu Burung.
Dengan membaca koran misalnya, penyuluh dapat belajar budidaya tanaman
jagung yang berhasil dikembangkan di suatu daerah. Begitu pun dengan media
lainnya, penyuluh dapat belajar dengan cara, waktu, dan tempat yang sesuai
dengan dirinya. Media seperti: suratkabar, majalah, buku, radio, televisi, dan
internet dapat dimanfaatkan oleh siapa pun yang bisa mengaksesnya sebagai
media belajar. Oleh karena itu, media massa yang beraneka ragam dan memiliki
banyak informasi ini apabila dimanfaatkan dapat meningkatkan kemampuan
penyuluh.
Konsep kompetensi mengacu pada pemikiran Boyatzis (1984), Spencer
and Spencer (1993), Sumardjo, (2008), yang disarikan bahwa kompetensi adalah
kemampuan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan, dan didukung oleh
sikapnya yang dituntut dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Ini berarti
kompetensi penyuluh pertanian adalah kemampuan yang dilandasi oleh
pengetahuan, keterampilan, dan didukung oleh sikap yang dituntut dalam
melaksanakan tugasnya dalam memberdayakan petani. Penyuluh yang memiliki
kompetensi baik adalah penyuluh yang dapat memberdayakan petani atau
9
meningkatkan partisipasi petani seluas-luasnya untuk menjadi subjek dalam usaha
pertaniannya.
D. Komunikasi Media Massa Terhadap Pengusaha Muda
Kewirausahaan merupakan kemampuan merangkai dan memberdayakan
semua yang dimiliki [3]. Hisrich dkk (2008) menganggap sebagai proses
penciptaan sesuatu yang baru pada nilai, menggunakan waktu dan upaya yang
diperlukan, menanggung resiko keuangan, fisik, serta resiko sosial, menerima
imbalan moneter yang dihasilkan, kepuasan dan kebebasan pribadi. Definisi
wirausahawan menurut Mas‟ud dan Mahmud [8] adalah orang yang bertanggung
jawab dalam menyusun, mengelola dan mengukur risiko bisnis, memiliki sifat
kreatif dan inovatif, selalu mengembangkan diri dengan penemuan baru.
Davis [2] menyatakan bahwa pada abad ke-21 ini, para wirausahawan
dengan perusahaan-perusahaan besarnya berperan penting dan berpotensi
besar dalam membentuk proses globalisasi. Potensi kewirausahaan menurut
Hendro [3] adalah kemampuan menciptakan kerja bagi orang lain;
mendirikan, mengembangkan dan melembagakan perusahaan sendiri;
mengambil resiko pribadi; kreatif menggunakan potensi diri, mampu
mengenali produk, mengelola proses produksi, menyusun operasi untuk
pengadaan produk, memasarkan, serta mengatur permodalannya.
Zimmerer dan Scarborough (2009) mengemukakan faktor pemicu
menjadi wirausahawan antara lain: pendidikan kewirausahaan, ekonomi
dankependudukan, ekonomi jasa, kemajuan teknologi, gaya hidup, dan peluang
internasional. Faktor pendukung menjadi wirausahawan menurut Hendro [3]
yakni: faktor individual, suasana kerja, tingkat pendidikan, personality, prestasi
pendidikan, dorongan keluarga, lingkungan dan pergaulan, selfesteem, dan
keterpaksaan atau keadaan.
a. Kreativitas Wirausahawan adalah orang kreatif dan inovatif yang
selalu mengembangkan diri untuk penemuan baru [2]. Edward [5]
berpendapat bahwa orang-orang berbakat akan mampu menjadi
wirausahawan sukses karena memiliki skill yang dibutuhkan untuk
aktivitas yang “kreatif”. Plotkin (1991) dalam Meng & Liang (1996)
[7] menyebutkan bahwa wirausahawan yang berhasil adalah yang
10
memiliki sifat kreatif dan ingin tahu. Manimala [6] berpendapat ada
hubungan erat antara kreatifitas dan kewirausahaan. Kewirausahaan
tidak akan sukses tanpa kreatifitas, dan kreatifitas membutuhkan
implementasi nyata dalam pengembangannya.
b. Menyempitnya kesempatan kerja Tingkat pengangguran terbuka
cenderung meningkat dari keadaan sebelum krisis. Kesempatan kerja
yang makin sempit bisa dijadikan faktor pemicu untuk memilih
wirausaha sebagai peluang kerja [4].
c. Pendidikan Kewirausahaan Smilor (dalam Arvin 2004) menyatakan
terdapat lebih dari 1.400 Perguruan Tinggi Amerika Serikat menawarkan
berbagai kursus dan magang dalam kewirausahaan. Mereka memiliki
pusat kewirausahaan, konsentrasi gelar dalam kewirausahaan dan
penawaran kurikulum baru dalam bidang e-commerce.
d. Gaya hidup Zimmerer & Scarborough (2009) menyatakan bahwa salah
satu pemicu menjadi adalah gaya hidup. Orang dengan gaya hidup
mandiri dan suka kebebasan cenderung menyukai usaha sendiri; gaya
hidup masa kini dimana teknologi informasi semakin canggih akan
memudahkan individu menjalin dan mempererat koneksi dalam menjalin
usaha; seperti riset Woodward (2012) yang menyatakan bahwa system
dan jaringan kerja memainkan peran penting dalam meningkatkan
perkembangan peluang kewirausahaan.
e. Berani menanggung resiko Wirausahawan tidak takut menjalani
pekerjaan yang beresiko. Mereka menyadari bahwa prestasi yang lebih
besar hanya mungkin dicapai jika berani menerima resiko sebagai
konsekuensi terwujudnya tujuan [8].
f. Minat yang tinggi terhadap bisnis Wirausaha sukses selalu melakukan
sesuatu dengan penuh tanggungjawab dan tidak takut rugi. Hal ini erat
hubungannya dengan mempertahankan internal locus of control yaitu
minat kewirausahaan dalam dirinya (Zimmerer & Scarborough 1996).
g. Dorongan keluarga Keluarga sangat berperan dalam menumbuhkan dan
mempercepat seseorang untuk mengambil keputusan berkarier sebagai
11
entrepreneur, karena orangtua berfungsi sebagai konsultan pribadi,
coach, dan mentornya [3].
h. Pengalaman mengelola bisnis. Riyanti (2003) dalam penelitiannya
menemukan bahwa 32,92 persen wirausahawan termasuk baru mulai
menjalankan bisnis, dan berhasil. Hal ini membuktikan bahwa
seorang wirausaha dapat berhasil melalui belajar sendiri dari
pengalaman, tidak harus memiliki leluhur yang berkecimpung dalam
dunia bisnis.
i. Pergeseran ke ekonomi jasa Riset Woodward (2012: 5) menyatakan fakta
bahwa sektor jasa dan perdagangan menjadi bidang wirausaha yang
sangat besar diminati oleh masyarakat Eropa. Zimmerer dan
Scarborough (1994: 1) beranggapan bahwa meledaknya sektor jasa
telah memperluas peluang bisnis. Hal ini menjadi pemicu bagi banyak
orang untuk membuka usaha sendiri, karena bisnis sektor jasa tidak
membutuhkan modal terlalu besar.
j. Faktor Usia Ronstandt (dalam Staw 1991) menyatakan bahwa
kebanyakan wirausaha memulai usaha antara usia 25 tahun sampai 30
tahun. Staw (1991) menyatakan bahwa umumnya pria memulai usaha
umur 30 tahun dan wanita 35 tahun. Survei Annual National Galluppada
siswa Sekolah Menengah Amerika Serikat menunjukkan 7 dari 10
siswa ingin memiliki bisnis setelah dewasa (Smilor dalam Arvin 2004).
k. Modal usaha Hendro [3] berpendapat bahwa modal banyak ragamnya.
Modal uang hanya salah satu dari sekian modal yang diperlukan. Lazear
[5] menyatakan bahwa modal utama wirausahawan adalah ketrampilan
yang cukup dalam berbagai bidang. Hal ini menjadi kunci kesuksesan
bisnis.
l. Keinginan berprestasi Zimmerer & Scarborough (1996), menyatakan
bahwa seorang wirausaha mempunyai obsesi mencapai prestasi tinggi
dan bisa menciptakannya, sehingga keinginan berprestasi dapat
mendorong seseorang terjun menjadi wirausahawan.
m. Fasilitas pemerintah. Pemerintah telah mencanangkan berbagai program
permodalan nasional, baik kredit usaha kecil, asuransi kredit, maupun
12
lembaga penjaminan (Hardono 2004). Penelitian Charron dkk [1] juga
menunjukkan bahwa kualitas pemerintahan akan menentukan persebaran
wirausahawan di suatu daerah. Berdasarkan data kualitas pemerintahan
dari 172 daerah di 18 negara Eropa, daerah yang pemerintahannya
kurang baik, rata-rata akan memiliki perusahaan-perusahaan yang
secara signifikan lebih kecil hingga sedang saja ukurannya.
13
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Komunikasi Media Massa
Tabel 1: Frekuensi Penggunaan Media Massa (n=134)
Uraian tingkat penggunaan yang dipaparkan dalam Tabel 4
menunjukkan uraian yang menyeluruh. Setiap tingkat mempunyai
persentasi responden yang terlibat. Nilai kumulatif untuk ketiga media massa
ini diperoleh menggunakan analisis deskriptif. Untuk makalah ini bagi
responden yang men cat at skor 0-1.99, penggunaan media massa mereka
dianggap lemah, bagi skor 2-3.99, penggunaan media massa mereka
dianggap berada pada tingkat menengah sedangkan bagi mereka yang
mencatatkan skor penggunaan dari 4-6, tingkat penggunaan mereka dianggap
berada pada tingkat yang tinggi. Sebahagian besar daripada responden tergolong
dalam kelompok yang menengah tingkat penggunaannya (44.8%). Ini diikuti
mereka yang tinggi tingkat penggunaan (41.8%) dan mereka yang lemah tingkat
penggunaan rnereka (13.4%).
14
Tabel 2: Tingkat Penggunaan Media Massa (n=134)
yang disiarkan di televisi mendapat respond di kalangan pengusaha
Muda Pertanian? Program siaran apa pula yang paling sering ditonton kelompok
ini? Tabel 5 dapat mengupas persoalan ini. Berdasarkan skor min 1.34,
Program siaran "Agrojournal" adalah program siaran yang paling sering
ditonton oleh responden. Ini memberikan hipotesis bahwa program siaran ini
adalah program siaran yang paling banyak dapat menyampaikan informasi
pertanian kepada kelompok sasarnya. Hampir separuh dari responden (48.5%)
sering menonton Program siaran ini dan hanya 14.2% responden tidak
pernah menonton Program siaran ini.
B. Analisis Komponen Kognitif Petani Terhadap Media Komunikasi Massa
Komponen Kognitif adalah berupa pengetahuan, kepercayaan yang
didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan objek Komponen ini akan
menjawab pertanyaan tentang apa yang difikirkan tentang objek. Artinya individu
memiliki pengetahuan terhadap objek terlepas apakah pengetahuan itu benar atau
salah(Mar’at, 2002). Dari hasil penelitian di dapat bahwa pengetahuan petani
sampel tentang media komunikasi massa bervariasi dari kurang tahu sampai tahu,
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 3: Pengetahuan Petani Terhadap Leaflet di Daerah Penelitian Tahun 2014.
No Indikator Frekuensi Presentase
Ya Tidak Ya Tidak
1 Mengetahui
Bentuk Leaflet
47 1 97,9 2,1
15
2 Leaflet Bermanfaat 47 1 97,9 2,1
Rata-Rata 47 1 97,9 2,1
Dilihat dari Tabel 3 dimana rata-rata persentase pengetahuan petani yang
dilihat dari dua indikator menunjukan pengetahuan petani tentang leaflet itu
tinggi, lebih lanjut di jelaskan beberapa hal indikator yang juga digunakan untuk
melihat pengetahuan petani tentang leaflet yaitu dilihat dari kemampuan petani
menyebutkan ciri-ciri leaflet, hasil wawancara menunjukkan keragaman ciri-ciri
leaflet yang di kemukakan petani seperti leaflet tidak dilipat, kalau informasi
tentang pertanian leaflet itu bewarna hijau dan juga mereka berpendapat leaflet
sangat berguna memberikan informasi untuk pengetahuan pertanian.
Tabel 4: Pengetahuan Petani Terhadap Folder di Daerah Penelitian Tahun 2014.
No Indikator Frekuensi Presentase
Ya Tidak Ya Tidak
1 Mengetahui
Bentuk Folder
46 2 95,8 4,2
2 Folder Bermanfaat
Bermanfaat
46 2 95,8 4,2
Rata-Rata 46 2 95,8 4,2
Dilihat dari Tabel 4 dimana rata-rata persentase pengetahuan petani yang
dilihat dari dua indikator menunjukan pengetahuan petani tentang folder itu tinggi,
lebih lanjut di jelaskan beberapa hal indikator yang juga untuk melihat
pengetahuan petani tentang folder yaitu dilihat dari kemampuan petani
menyebutkan ciri-ciri folder, hasil wawancara menunjukkan keragaman ciri-ciri
folder yang di kemukakan petani seperti folder berbentuk kertas yang dilipat-lipat,
berisi tentang petunjuk dan cara bertani dan juga mereka berpendapat folder
sangat berguna memberikan informasi untuk pengetahuan pertanian.
16
Tabel 5: Pengetahuan Petani Terhadap Poster di Daerah Penelitian Tahun 2014.
No Indikator Frekuensi Presentase
Ya Tidak Ya Tidak
1 Mengetahui
Bentuk Poster
47 1 97,7 2,1
2 Poster Bermanfaat
Bermanfaat
47 1 97,7 2,1
Rata-Rata 47 1 97,7 2,1
Dilihat dari Tabel 5 dimana rata-rata persentase pengetahuan petani yang
dilihat dari dua indikator menunjukan pengetahuan petani tentang poster itu
tinggi, lebih lanjut di jelaskan beberapa hal indikator yang juga untuk melihat
pengetahuan petani tentang poster yaitu dilihat dari kemampuan petani
menyebutkan ciri-ciri poster, hasil wawancara menunjukkan keragaman ciri-ciri
poster yang di kemukakan petani seperti poster memiliki banyak gambar, hanya
sedikit tulisan nya. Mereka berpendapat poster sangat berguna bagi masyarakat
dalam memberikan informasi untuk pengetahuan pertanian, dan sangat berguna
bagi masyarakat yang kurang bisa baca tulis.
Tabel 6: Pengetahuan Petani Terhadap Brosur di Daerah Penelitian Tahun 2014
No Indikator Frekuensi Presentase
Ya Tidak Ya Tidak
1 Mengetahui
Bentuk Brosur
47 1 97,9 2,1
2 Brosur Bermanfaat
Bermanfaat
47 1 97,9 2,1
Rata-Rata 47 1 97,9 2,1
Dilihat dari Tabel 6 dimana rata-rata persentase pengetahuan petani yang
dilihat dari dua indikator menunjukan pengetahuan petani tentang Brosur
17
itutinggi, lebih lanjut di jelaskan beberapa hal indikator yang juga untuk melihat
pengetahuan petani tentang brosur yaitu dilihat dari kemampuan petani
menyebutkan ciri-ciri brosur, hasil wawancara menunjukkan keragaman ciri-ciri
brosur yang di kemukakan petani seperti hanya sedikit tulisan nya dan memiliki
gambar-gambar. Mereka berpendapat brosur sangat berguna bagi masyarakat
dalam memberikan informasi untuk pengetahuan pertanian, dan sangat berguna
bagi masyarakat yang kurang bisa baca tulis.
Tabel 7: Analisis Komponen Kognitif Dilihat Dari Aspek Pengetahuan Petani
Terhadap Media Komunikasi Massa di Daerah Penelitian Tahun 2014.
No Variabel Frekuensi Persentasi
Ya Tidak Ya Tidak
1 Leaflet 47 1 97,9 2,1
2 Folder 46 2 95,9 4,2
3 Poster 47 1 97,9 2,1
4 Brosur 47 1 97,9 2,1
Rata-rata 46,75 1,25 97,3 2,6
Dari Tabel 7 dapat dilihat rata-rata petani memiliki kognitif positif
terhadap media komunikasi massa, ini berarti bahwa sebagian besar petani
memiliki pengetahuan tentang media komunikasi massa khususnya media cetak,
dimana petani tahu tentang bentuknya, ciri-cirinya dan keuntungannya.
Sedangkan petani yang berkognitif negatif terhadap media komunikasi massa
berjumlah sedikit.
Melihat dari keterangan di atas dapat dikatakan bahwa mayoritas petani
berkognitif positif terhadap media komunikasi massa. Hal ini dilihat dari
pengetahuan petani tentang media komunikasi massa. Baik dari bentuk, ciri
maupun keuntungannya. Negatifnya sikap petani disebabkan karena petani kurang
berhubungan (kontak) dengan media komunikasi massa, hal ini disebabkan oleh
keterbatasan waktu yang dimiliki oleh petani, sehingga petani kurang mengetahui
bentuk, ciri dan keuntungan mediakomunikasi itu sendiri.
18
Pada daerah penelitian mayoritas petani tahu dengan media komunikasi
massa. Pengetahuan petani terhadap media komunikasi massa muncul berkat
adanya sosialisasi dan dedikasi serta loyalitas penyuluh pertanian lapangan
sebagai ujung tombak dalam mengenalkan dan menyebarluaskan informasi
dengan menggunakan media komunikasi massa ketengah-tengah petani.
C. Intensitas Pemanfaatan Media Dalam Meningkatkan Kompetensi
Penyuluh
Intensitas pemanfaatan media dalam meningkatkan kompetensi penyuluh
dalam katagori rendah. Secara lebih khusus intensitas pemanfaatan media massa
yaitu intensitas pemanfaatan koran, majalah, buku, radio dan internet cenderung
rendah, kecuali intensitas pemanfaatan media televisi cenderung tinggi.
Tabel 8: Sebaran Persentase Informasi yang diperoleh penyuluh dari Media Massa
= Tinggi
Keterangan:0 – 25 = Sangat rendah, 26 – 50 = Rendah, 51 – 75 = Sedang, 76 –
100= tinggi
Model pengembangan kompetensi penyuluh berbasis pemanfaatan media
dirumuskan berdasarkan hasil uji regresi yang selanjutnya dianalisis melalui
analisis jalur (path analysis) (Tabel 3). Melalui analisis jalur diketahui,
kompetensi penyuluh secara langsung dipengaruhi oleh: intensitas pendalaman
inovasi mandiri, intensitas pelatihan, intensitas pertemuan antar penyuluh, umur,
tingkat kondusivitas belajar, motivasi, dan intensitas pemanfaatan majalah.
Kompetensi penyuluh juga dipengaruhi secara tidak langsung oleh: pendidikan
formal, kepemilikan media komunikasi dan informasi, dan dukungan keluarga
melalui pemanfaatan media massa; peubah tingkat pendidikan formal, motivasi,
19
dan tuntutan klien melalui pemanfaatan media terprogram; serta tuntutan klien
dan pendidikan formal melalui pemanfaatan media lingkungan.
Hasil pendalaman di Kabupaten Garut misalnya, seorang penyuluh yang
diakui kredibel di petani karena ia sering melakukan ujicoba secara mandiri.
Kegiatan uji coba ini dilakukan dengan modal pribadi karena lembaga penyuluhan
tidak mampu menyediakan baik lahan maupun biayanya. Hal ini bisa dilakukan
secara mandiri karena yang bersangkutan memiliki lahan pertanian yang cukup
dan memiliki usaha sayuran. Hasilnya, mampu meningkatkan kemampuannya
dalam bidang tanaman sayuran, sehingga menjadi contoh yang diikuti oleh petani
di tempat tugasnya.
Pendalaman inovasi mandiri yang merupakan proses belajar mandiri yang
dilakukan penyuluh yaitu dengan memanfaatkan berbagai media belajar. Hasil ini
menjadi menarik karena pada saat kondisi dukungan pemerintah daerah dan
lembaga penyuluhan rendah, sedangkan tuntutan klien/petani terhadap perubahan
penyuluhan terus meningkat. Ternyata belajar mandiri memiliki kontribusi yang
paling tinggi dalam meningkatkan kompetensi penyuluh. Beberapa penyuluh di
Karawang dan Garut melakukan ujicoba tidak hanya dilakukan di lahan
percobaan, tetapi juga dapat dilakukan pada lahan petani. Upaya ini bekerjasama
20
dengan petani, biasanya ketua kelompok. Hasil ujicobanya disebarluaskan kepada
petani sekitarnya. Dalam hal ini petani percaya karena melihat langsung proses
dan hasil usahatani yang dilakukan oleh penyuluh tersebut. Namun kegiatan
ujicoba tersebut hanya dapat dilakukan oleh sebagian kecil penyuluh saja, karena
keterbatasan anggaran, lahan percobaan, kreativitas, dan dorongan individu
penyuluh untuk belajar secara mandiri. Oleh karena itu kompetensi penyuluh
masih cenderung rendah (belum sesuai harapan).
Media massa yang berpengaruh nyata dan langsung terhadap kompetensi
hanya majalah (Gambar 1). Hasil pendalaman diketahui bahwa majalah yang
dimiliki dan sering dibaca penyuluh adalah Majalah Sinar Tani. Majalah ini
memiliki subtansi yang sesuai dengan penyuluhan dan terbit dua kali dalam
sebulan oleh Departemen Pertanian serta didistribusikan kepada penyuluh PNS
secara kontinyu. Hal ini bermakna bahwa media massa yang subtansinya
dirancang secara khusus dan dilakukan secara kontinyu ternyata mampu secara
signifikan meningkatkan kompetensi penyuluh pertanian. untuk meningkatkan
kompetensi penyuluh salah satunya melalui pemanfaatan media massa yang
dirancang dan dilakukan secara kontinyu. Media massa lain seperti: koran, buku,
radio, televisi, dan internet memiliki karakteristik kelemahan dan kelebihannya
masing-masing. Oleh karena itu pemilihan media massa yang tepat, disesuaikan
dengan kebutuhan dan dukungan sarana lainya. Yang menarik dari temuan di sini
adalah pemanfaatan media televisi oleh penyuluh sangat tinggi dengan rataan skor
mencapai hampir 90 persen. Artinya penyuluh hampir tiap hari menonton televisi,
namun subtansi acara televisi masih didominasi oleh hiburan, padahal media ini
memiliki potensi besar untuk tujuan pendidikan. Hasil-hasil penelitian telah
membuktikan bahwa media televisi memiliki pengaruh positif terhadap hasil
pendidikan (Wilkinson, 1980), (Anwas, 2000). Secara lebih khusus, media
televisi telah dimanfaatkan secara penuh di negara China untuk pendidikan
penyuluh dan petani yang tersebar di seluruh daratan RRC.
Asumsi bahwa tingkat pendidikan formal berpengaruh langsung terhadap
kompetensi ternyata tidak terbukti dalam penelitian ini. Gambar 1 menunjukkan
bahwa pendidikan formal tidak berpengaruh langsung terhadap kompetensi
penyuluh. Pendidikan formal memiliki pengaruh tidak langsung secara signifikan
21
melalui pemanfatan media massa, media terprogram, dan media lingkungan. Di
sisi lain total pemanfatan media massa, media terprogram, dan media lingkungan
berpengaruh secara signifikan terhadap kompetensi. Kondisi ini dapat diartikan
bahwa meningkatnya pendidikan formal penyuluh belum bisa meningkatkan
kompetensi penyuluh. Untuk dapat meningkatkan kompetensi ini lulusannya
masih perlu menempuh proses belajar melalui ketiga media belajar tersebut yaitu
media massa, media terprogram, dan media lingkungan. Cara lainnya adalah
lembaga pendidikan formal yang menyiapkan tenaga penyuluh terutama
kurikulum dan proses pembelajarannya perlu disesuaikan dengan pengalaman
belajar yang dilakukan melalui ketiga media belajar tersebut, antara lain proses
pembelajaran tidak hanya dalam tataran teori akan tetapi dipadukan dengan
praktek dan masalah-masalah pertanian yang terjadi dan dibutuhkan petani di
lapangan.
D. Pengguna Media Massa Terhadap Pengusaha Muda Melalui Internet
Tabel 9 : Pekerjaan Pengguna Internet
Pekerjaan Menggunakan
Internet
Presentasi %
Pekerja Informal 3 %
Pekerja diluar sektor formal &
informal
5%
Wirausah 27%
Karyawan 65%
Mayoritas pengguna internet di Indonesia di setiap provinsi bekerja
sebagai karyawan dan wirausahawan. Kemampuan teknis; seorang entrepreneur
perlu memiliki kemampuan memimpin, kemampuan manajemen bisnis dan
organisasi, yang di- dukung oleh kemampuan-kemampuan men- dengarkan, serta
gaya manajemen yang tepat, baik untuk melatih anak buah, bekerja sebagai
anggota tim, maupun untuk bergaul dan mem- bangun jaringan interpersonal.2).
Kemampuan dalam manajemen bisnis; seorang entrepreneur hendaknya memiliki
22
kemampuan perencanaan dan penentuan sasaran yang baik, salah satunya untuk
menyusun rencana usaha. 3). Kemampu- an pribadi dalam entrepreneur; seorang
entre- preneur seyogyanya mampu mengendalikan berdisiplin, tidak gentar
mengambil risiko yang diperhitungkan, inovasi dan kreatif, berorientasi pada
perubahan, ulet, serta memiliki visi dalam menjalankan usaha dan kehidupannya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam diri peserta didik telah
ada potensi berwirausaha atau pengusaha, maka tugasnya pendidik dan pihak
pengelola lembaga sekolah untuk mengembangkan potensi tersebut dengan
berbagai kesempatan yang dapat diikuti oleh peserta didik dalam membangun
masa depan- nya.
23
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Sikap positif Petani terhadap terhadap media komunikasi massa
menunjukkan persentase lebih tinggi dibandingkan dengan sikap negatif. Ini
berarti bahwa petani memperlihatkan kecenderungan untuk menyenangi,
mendekati, menerima atau bahkan mengharapkan kehadiran media
komunikasi massa dilingkungan mereka.
Walaupun jumlah yang menonton program siaran pertanian tidak
begitu membanggakan, Program siaran televisi, radio, artikel dan berita
mengenai pertanian yang diterbitkan di Malaysia mempunyai potensi
untuk ditingkatkan. Kenyataan ini memberikan gambaran bahwa tingkat
penggunaan media massa di kalangan Pengusaha Muda Pertanian
adalah sarna. Ini memberikan tanda awal bahwa media massa mampu
menjadi medium penyampai informasi pertanian yang berpengaruh
kepada kelompok pemuda di bidang pertanian dan seterusnya dapat
menyemai minat kelompok ini dalam bidang pertanian.
Secara umum intensitas pemanfaatan media massa (koran, majalah/tabloid,
buku, radio, televisi, dan internet) dalam meningkatkan kompetensi
penyuluh rendah. Secara khusus intensitas pemanfaatan media seperti koran,
buku, radio, dan internet dalam kategori sangat rendah. Pemanfaatan
majalah dalam kategori sedang dan hanya intensitas pemanfaatan media
televisi dalam kategori tinggi. Substansi informasi dari media massa yang
diakses penyuluh secara umum kurang sesuai dengan kebutuhan
penyuluhan. Informasi media massa didominasi oleh unsur hiburan dan
informasi yang bersifat umum. Substansi media massa yang sesuai dengan
kebutuhan penyuluh pertanian hanya majalah
B. Saran
Masih kurangnya pengentahuan dan pemanfaatan media massa dikalangan
petani, penyuluh, dan enterpreneur . Perlu nya sosialisasi lebih mendalam dari
kegunaan media massa.
DAFTAR PUSTAKA
24
Anonim.2013. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi
Jambi.Jambi.
Berelson dan Stainer, 1964 Human Behaviour an Inventory of Scientifie. Finding.
New York: Harcurt, Brank 721.P. Gad, Thomas. 2001. 4D Branding.
Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi Revisi. Jakarta:
RajaGrafindo Persada
Ezhar Tamam, Rahim Md Sail, Zainal Abidin Mohamed, Amin Mahir
Abdullah, Mohammed Rezal Harnzah dan Zamre Yaacob. Kesediaan
Pengusaha Pertanian Bumiputra Berskala Mikro Menghadapi Cabaran
Sektor Pertanian. Siri MonografIPSAS Bil. 1/2007. Oepen, Manfred.
1988. Development Support Communication in Indonesia. Edisi Indonesia.
Hernanto, F. 2009. Ilmu Usahtani. Penebar Swadaya. Jakarta
Indrajit, Richardus Eko. 2000. Konsep dan Aplikasi eBusiness, Yogyakarta : Andi
Yogyakarta.
Mangunwidjaja, D dan I. Sailah. 2008. Pengantar Teknologi Pertanian. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Meng, L.A, Liang, T.W. 1996. Intrepreneurs, Intrepreneurship and Entreprising
Culture. Paris: AddisonWisley Publishing Company. Arvin 2004)
Riyanti , 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang. Psikologi Kepribadian,
Grasindo., Jakarta.
Scarborough, 1994. oemanto, Wasty, Pendidikan Wiraswasta, Jakarta.
25
Sendjaja, Sasa Djuarsa, dan Ilya Sumawinardi. 1994. Teori Komunikasi; Materi
Pokok Modul Universitas Terbuka, Jakarta: UT.Severin dan Tankard,
2001
Severin, J. Werner dan James W. Tankard. 2001. Communication Theory: Origin,
Methods, and Uses in The Mass Media. Eddison Wesley Lngman, Inc.
Van Den Ben dan Hawkins , 1996 Penyuluhan Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Huraerah, Abu.2006. Dinamika Kelompok Konsep dan Aplikasi. PT
Refika.
Zimmerer dan Scarborough 2009. pengertiankewirausahaan/Pengert ian
Kewirausahaan Menurut Ahli _ Ilmu Akuntansi.htm.
Sumber :
26
https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/download/501/342.
Judul : Pengembangan Kompetensi Penyuluh Pertanian Berbasis Media Massa
https://media.neliti.com/media/publications/264627-tingkat-penggunaan-media-
massa-televisi-a4c997c9.pdf
Judul : Tingkat penggunaan media massa (televisi, radio dan surat kabar) di
kalangan pengusaha muda pertanian malaysia
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:JGcOmcVfbQIJ:https://
online-
journal.unja.ac.id/index.php/jseb/article/view/2829+&cd=2&hl=id&ct=cln
k&gl=id
Judul : Sikap petani terhadap media komunikasi massa di desa malapari
kecamatan muara bulian kabupaten batanghari