· web viewdalam makalah ini penulis ingin membahas tentang hutan mangrove, dimana banyak pihak...

26

Click here to load reader

Upload: trinhhuong

Post on 13-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

Makalah Ekologi Pertanian

Hutan Mangrove

Oleh :

Novita Inka Sari W ( 115040201111019 )

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2011

1

Page 2:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

Kata Pengantar

Sebelum mengawali aktivitas hendaknya kita mengucapkan Bismillah, agar

segala aktivitas yang kita lakukan berjalan dengan baik dan lancar.

Selanjutnya, mari kita panjatkan Puji syukur kepada Allah SWT, karena atas

rahmat dan karuniaNya kita dapat merasakan dan menikmati hidup yang penuh

berkah, terutama penulis dapat membuat dan menyusun makalah ini. Selain itu,

Shalawat serta salam kita panjatkan kepada Junjungan Besar kita Nabi Muhammad

SAW beserta keluarga dan juga para sahabat yang senantiasa menemani dan

mendukung Beliau, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.

Dalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana

banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari

bahwa dirinya hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari khilaf dan salah, oleh

karena itu, penulis memohon maaf dan maklum serta selalu mengharapkan segala

kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca yang budiman serta

para pembimbing yang bijak.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, masayarakat

umum dan khususnya bagi penulis, serta dapat menambah ilmu juga memperluas

wawasan kita.

2

Page 3:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang…………………………………………………………….4

1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………6

1.3. Tujuan……………………………………………………………………...6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Isi……………………………………………………………………………7

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan……………………………………………………………………24

3.2 Saran………………………………………………………………………..24

3.3 Daftar Pustaka……………………………………………………………...25

3

Page 4:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akhir-akhir ini semakin banyak masalah yang timbul disebabkan oleh

antropogenik, khususnya tentang lingkungan. Antropogenik adalah istilah yang

umum dipakai untuk menyatakan segala sesuatu yang terjadi di alam karena campur

tangan manusia (efek, proses,obyek dan material), kejadian tersebut sebagai lawan

kata dari kejadian alami.

Sangat disayangkan banyak pihak-pihak yang belum menyadari arti dari

keberadaan dirinya di muka bumi ini, seperti yang telah dijelaskan dalam Al Qur’an

“Sesungguhnya hendak aku jadikan khlaifah di muka bumi ( Al Baqarah ayat

30)”, “Orang yang merusak lingkungan berati telah melanggar dan memerangi

perintah Allah SWT dan RasulNya dan telah berbuat kerusakan di muka bumi

yang berdampak pada kerusakan fasilitas umum (lingkungan) yang menjadikan

kebutuhan dasar hidup semua makhluk di muka bumi”. (Arie Budiman &

Ahmad Jauhar Arief, 2007, p 244).

Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini dengan harapan bahwa

masyarakat bisa menyadari betapa pentingnya menjaga kestabilan lingkungan

(ekosistem), sebab bila manusia terus melakukan tindakan atau perbuatan yang

berdampak langsung pada keseimbangan ekosistem, maka keseimbangan ekosistem

ini akan hancur, dan secara tidak langsung juga berdampak pada kehidupan manusia

itu sendiri.

Pada kesempatan yang baik ini, penulis akan membahas tentang Hutan

Mangrove atau Hutan Bakau. Hutan-hutan bakau menyebar luas di bagian yang

cukup panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di wilayah tropika dan

4

Page 5:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

sedikit di subtropika. Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar,

merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria

(1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).

Hutan mangrove sering disebut hutan bakau atau hutan payau. Dinamakan

hutan bakau oleh karena sebagian besar vegetasinya didominasi oleh jenis bakau, dan

disebut hutan payau karena hutannya tumbuh di atas tanah yang selalu tergenang oleh

air payau. Arti mangrove dalam ekologi tumbuhan digunakan untuk semak dan pohon

yang tumbuh di daerah intertidal dan subtidal dangkal di rawa pasang tropika dan

subtropika. Tumbuhan ini selalu hijau dan terdiri dari bermacam-macam campuran

apa yang mempunyai nilai ekonomis baik untuk kepentingan rumah tangga (rumah,

perabot) dan industri (pakan ternak, kertas, arang). 

Mangrove mempunyai kecenderungan membentuk kerapatan dan keragaman

struktur tegakan yang berperan penting sebagai perangkap endapan dan perlindungan

terhadap erosi pantai. Sedimen dan biomassa tumbuhan mempunyai kaitan erat dalam

memelihara efisiensi dan berperan sebagai penyangga antara laut dan daratan,

bertanggung jawab atas kapasitasnya sebagai penyerap energi gelombang dan

menghambat intrusi air laut ke daratan. Selain itu, tumbuhan tingkat tinggi

menghasilkan habitat untuk perlindungan bagi hewan-hewan muda dan

permukaannya bermanfaat sebagai substrat perlekatan dan pertumbuhan dari banyak

organisme epifit (Nybakken.1986).

Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran

dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran

ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan

lumpur yang dibawanya dari hulu.

Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang

mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta

mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis

5

Page 6:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan

bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Hutan Mangrove ?

2. Apa saja fungsi dari Hutan Mangrove ?

3. Permasalahn apa saja yang terjadi pada Hutan Mangrove?

4. Apa saja dampak yang di timbulkan dari permasalahan tersebut ?

1.3. Tujuan

Untuk menjelaskan definisi dari Hutan Mangrove, fungsi dari Hutan Mangrove

tersebut, keanekaragaman yang berada dalam ekosistem Hutan Mangrove,

permasalahan yang di alami, dan dampak yang di timbulkan.

6

Page 7:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

BAB II

PEMBAHASAN

Hutan Mangrove adalah suatu komunitas tumbuhan atau suatu individu jenis

tumbuhan yang membentuk komunitas tersebut di daerah pasang surut. Hutan

mangrove adalah tipe hutan yang secara alami dipengaruhi oleh pasang surut air laut,

tergenang pada saat pasang naik dan bebas dari genangan pada saat pasang rendah.

Ekosistem mangrove adalah suatu sistem yang terdiri atas lingkungan biotik dan

abiotik yang saling berinteraksi di dalam suatu habitat mangrove.

Sebagian ilmuwan mendefinisikan, hutan mangrove adalah kelompok jenis

tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub tropis yang

memiliki fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk

lahan berupa pantai dengan reaksi tanah an-aerob. Sebagian lainnya mendefinisikan

bahwa hutan mangrove adalah tumbuhan halofit (tumbuhan yang hidup pada tempat-

tempat dengan kadar garam tinggi atau bersifat alkalin) yang hidup disepanjang areal

pantai yang dipengaruhi oleh pasang tertinggi sampai daerah mendekati ketinggian

rata-rata air laut yang tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis.

Vegetasi mangrove juga dapat menyerap dan mengurangi pencemaran

(polutan).  Jaringan anatomi tumbuhan mangrove mampu menyerap bahan polutan,

misalnya penelitian Darmiyati dkk tahun 1995 menemukan jenis Rhizophora

mucronata dapat menyerap 300 ppm Mn, 20 ppm Zn, 15 ppm Cu dan penelitian

Saefullah tahun 1995 menginformasikan pada daun Avicennia marina terdapat

akumulasi Pb ³ 15 ppm, Cd ³ 0,5 ppm,   Ni ³ 2,4 ppm. Unsur-unsur tersebut

merupakan pulutan berupa logam berat jika berada dilingkungan akan berbahaya bagi

flora lain dan fauna, termasuk bagi manusia. Dengan demikian hutan mampu

mereduksi polutan dari lingkungan.

Ekosistem hutan mangrove memiliki produktivitas yang tinggi. Seorang

peneliti, White (1987) melaporkan produktivitas primer ekosistem mangrove ini

7

Page 8:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

sekitar 400-500 gram karbon/m2/tahun adalah tujuh kali lebih produktif dari

ekosistem perairan pantai lainnya. Oleh karenanya, ekosistem mangrove mampu

menopang keanekaragaman jenis yang tinggi.

Vegetasi mangrove memiliki adaptasi anatomi dalam merespon berbagai

kondisi tempat tumbuhnya, (1) seperti adanya kelenjar garam pada golongan secreter,

dan kulit yang mengelupas pada golongan non-secreter sebagai tanggapan terhadap

lingkungan yang salin, (2) system perakaran yang khas, dan lentisel debagai

tanggapan terhadap tanah yang jenuh air, (3) struktur dan posisi daun yang khas

sebagai tanggapan terhadap radiasi sinar matahari dan suhu yang tinggi.

Hutan mangrove mempunyai tiga fungsi utama bagi kelestarian sumber daya,

yakni : (1) Fungsi fisik, hutan mangrove secara fisik menjaga dan menstabilkan garis

pantai serta tepian sungai, pelindung terhadap hempasan gelombang dan arus,

mempercepat pembentukan lahan baru serta melindungi pantai dari erosi laut/abrasi

(green belt). (2) Fungsi biologis adalah sebagai tempat asuhan (nursery ground),

tempat mencari makanan (feeding ground) ) untuk berbagai organisme yang bernilai

ekonomis khususnya ikan dan udang, tempat berkembang biak (spawning ground),

sebagai penghasil serasah/zat hara yang cukup tinggi produktivitsnya, dan habitat

berbagai satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, hurting dan lain-lain. Selain itu,

hutan mangrove juga merupakan sumber plasma nutfah. (3) Fungsi ekonomi yakni

kawasan hutan mangrove berpotensi sebagai tempat rekreasi (ecotourism), lahan

pertambakan, dan penghasil devisa dengan produk bahan baku industri. ( Saparinto,

Cahyo. 2007)

Selain itu, secara khusus hutan mangrove juga berguna sebagai perangkap zat-

zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan, mengolah limbah organik,

dan sebagainya. Setiap saat pantai terancam abrasi akibat arus dan gelombang laut

yang selalu bergerak. Tanpa keberadaan hutan mangrove dan hutan pantai, sangat

besar peluang pinggir pantai tergerus oleh arus dan gelombang yang terus

menerpanya.

8

Page 9:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

Beberapa contoh hasil penelitian juga menunjukkan fungsi hutan mangrove

dan hutan pantai dalam meredam energi arus gelombang laut, seperti tergambar dari

hasil penelitian Pratikto et al. (2002) dan Instiyanto dkk (2003). Pratikto melaporkan

bahwa hutan mangrove di Teluk Grajagan - Banyuwangi mampu mereduksi atau

mengurangi energi gelombang yang menerpa kawasan pantai tersebut. Istiyanto dkk

(2003) melalui pengujian laboratorium juga menyimpulkan bahwa rumpun bakau

(Rhizophora) memantulkan, meneruskan, dan menyerap energi gelombang tsunami

yang diwujudkan dalam perubahan tinggi gelombang tsunami ketika menjalar melalui

rumpun tersebut.

Selain itu, Hutan Mangrove juga merupakan potret ekosistem yang miliki

keanekaragaman hayati yang banyak di dalamnya. Keanekaragaman hayati tersebut

membentuk hubungan yang erat dan saling menjaga satu sama lain, layaknya

keluarga besar, serta menjadi contoh potret keluarga yang harmonis.

Mereka menghasilkan akar panggung mana proyek di atas lumpur dan air

untuk menyerap oksigen. Terendam di air asin dan sampai berlutut di lumpur,

tanaman di Rawa Mangrove memiliki cara cerdas untuk mengatasi lingkungan

mereka. Tanaman mangrove membentuk komunitas yang membantu untuk

menstabilkan bank dan garis pantai dan menjadi rumah bagi berbagai jenis hewan. .

Disamping itu Hutan Mangrove juga memiliki manfaat yang lain, yaitu

menyediakan buffer untuk negeri itu, bakau juga berinteraksi dengan laut. Sedimen

terperangkap oleh akar mencegah pendangkalan habitat laut yang berdekatan di mana

air keruh mungkin membunuh karang atau padang rumput melimpahi lamun. Selain

itu, tanaman bakau dan sedimen telah terbukti untuk menyerap polusi, termasuk

logam berat. Mangrove juga sangat efektif dalam menyimpan karbon.

Bila diamati dan dipahami dengan baik, Hutan Mangrove mempunyai banyak

manfaat yang mendukung kelangsungan kehidupan manusia. Namun, manusia selalu

merasa belum puas dan ingin mendapatkan lebih banyak keuntungan, sehingga

9

Page 10:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

menggunakan segala upaya untuk memperoleh keuntungan yang besar walaupun

harus merusak ekosistem Hutan Mangrove.

Kerusakan hutan mangrove di Indonesia mencapai 70% dari total potensi

mangrove yang ada seluas 9,36 juta hektare. Yaitu 48% atau seluas 4,51 juta hektare

rusak sedang dan 23% atau 2,15 juta hektare dalam kondisi rusak berat. Seperti yang

telah diutarakan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad dalam

keterangannya ketika membuka Jambore Mangrove di Pantai Depok, Kabupaten

Pekalongan, Jawa Tengah, Jumat (19/3), ia mengatakan bahwa kerusakan sebagian

besar hutan mangrove di Indonesia diakibatkan oleh ulah manusia, baik berupa

konversi mangrove menjadi pemanfaatan lain seperti pemukiman, industeri, rekreasi

dan lain sebagainya

Seperti contoh kasus yang terjadi di daerah Sumatera Utara yaitu adanya

pengalihan fungsi lahan hutan mangrove menjadi tambak masyarakat dan dikonversi

lagi menjadi lahan kelapa sawit. Seperti yang sudah kita ketahui Hutan mangrove

atau bakau adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau, terletak pada

garis pantai dan dipengaruhi pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di

tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di

teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di

mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.

Hal-hal utama yang menjadi permasalahan dan penyebabnya antara lain, (1)    

Tekanan penduduk untuk kebutuhan ekonomi yang tinggi sehingga permintaan

konversi mangrove juga semakin tinggi. Penduduk disini lebih mementingkan

kebutuhannya sendiri-sendiri dibandingkan kepentingan ekologis dan kepedulian

akan dampak lingkungan hidup. Banyaknya pihak yang tidak bertanggung jawab juga

dengan meminta untuk mengkonversi lahan mangrove tapi setelah dikonversi lahan

tersebut mereka tidak menindak lanjutinya. Mereka lebih paham bahwa manfaat

dengan dikonversinya hutan mangrove menjadi tambak dan lahan kelapa sawit akan

lebih menguntungkan padahal kalau ditinjau secara keuntungan jangka panjang hutan

10

Page 11:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

mangrove akan lebih bermanfaat. (2) Perencanaan dan pengelolaan sumber daya

pesisir di masa lalu bersifat sangat sektoral. Dari sini kita mengetahui bahwa

pengelolaan yang sektoral ini akan mengakibatkan terjadinya perusakan hutan

mangrove berat yang akan berdampak pada masa yang akan datang. Kemudian

rendahnya kesadaran masyarakat tentang konversi dan fungsi ekosistem mangrove.

(3)     Hutan rawa dalam lingkungan yang asin dan anaerob di daerah pesisir selalu

dianggap daerah yang yang marginal atau sama sekali tidak cocok untuk pertanian

dan akuakultur. Namun karena kebutuhan lahan pertanian dan perikanan yang

semakin meningkat maka hutan mangrove dianggap sebagai lahan alternative.

Reklamasi seperti itu telah memusnakan ekosistem mangrove dan juga

mengakibatkan efek – efek yang negatif teradap perikanan di perairan pantai

sekitarnya.

Rusminarto et al. (1984) dalam pengamatannya di areal hutan mangrove di

Tanjung Karawang menjumpai 9 jenis nyamuk yang berada di areal tersebut.

Dilaporkan bahwa nyamuk Anopheles sp., nyamuk jenis vektor penyakit malaria,

ternyata makin meningkat populasinya seiring dengan makin terbukanya

pertambakan dalam areal mangrove. Ini mengindikasikan kemungkinan

meningkatnya penularan malaria dengan makin terbukanya areal-areal pertambakan

perikanan. Kajian lain yang berkaitan dengan polutan, dilaporkan oleh Gunawan dan

Anwar (2005) yang menemukan bahwa tambak tanpa mangrove mengandung bahan

pencemar berbahaya merkuri (Hg) 16 kali lebih tinggi dari perairan hutan mangrove

alami dan 14 kali lebih tinggi dari tambak yang masih bermangrove (silvofishery).

Saat ini sedang diteliti, di mana kandungan merkuri diserap (pohon mangrove, biota

dasar perairan, atau pun ikan).

Dampak ekologis secara umum akibat berkurang dan rusaknya ekosistem

mangrove adalah hilangnya berbagai spesies flora dan fauna yang berasosiasi dengan

ekosistem mangrove, yang dalam jangka panjang akan mengganggu keseimbangan

ekosistem mangrove khususnya dan ekosistem pesisir umumnya. Selain itu,

menurunnya kualitas dan kuantitas hutan mangrove telah mengakibatkan dampak

11

Page 12:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

yang sangat mengkhawatirkan, seperti abrasi yang selalu meningkat, penurunan

tangkapan perikanan pantai, intrusi air laut yang semakin jauh ke arah darat, malaria

dan lainnya.

Pada ekosistem mangrove, rantai makanan yang  terjadi adalah rantai

makanan  detritus. Sumber utama detritus adalah hasil penguraian guguran daun

mangrove yang  jatuh ke perairan oleh bakteri dan fungi (Romimohtarto dan Juwana

1999).

Gambar Rantai Makanan Detritus

12

Page 13:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

Gambar Rantai Makanan Detritus

Rantai  makanan detritus dimulai  dari proses penghancuran  luruhan dan

ranting mangrove oleh bakteri dan fungi (detritivor) menghasilkan detritus.  Hancuran

bahan organic (detritus) ini kemudian menjadi bahan makanan penting (nutrien) bagi 

cacing, crustacea, moluska, dan hewan lainnya (Nontji, 1993). Setyawan dkk (2002)

menyatakan nutrient di dalam ekosistem mangrove dapat   juga berasal dari luar

ekosistem, dari sungai atau laut. Lalu ditambahkan oleh Romimohtarto dan Juwana

(1999) yang menyatakan bahwa bakteri dan fungi tadi dimakan oleh sebagian  

protozoa dan avertebrata.

Kemudian protozoa dan avertebrata dimakan oleh karnivor sedang, yang

selanjutnya dimakan oleh karnivor tingkat tinggi. Karena dengan adanya lahan hutan

mangrove yang dikonversi ini fauna-fauna baik itu pemangsa maupun yang dimangsa

akan berpindah ke lahan yang belum mengalami kerusakan. Contohnya saja spesies

monyet dan bangau mungkin tidak aka ada lagi karena spesies ikan yang ada akan

berkurang dan habitat mereka telah rusak. Pengaruh bahan-bahan kimia dari pupuk

pertanian juga. Secara tidak langsung akan mengubah siklus biogeokimianya karena

unsur-unsur yang ada akan berubah dan berkurang.

13

Page 14:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

Ternyata dengan adanya lahan perkebunan kelapa sawit ini tentu saja akan

menurunkan tingkat kualitas tanah sebagai salah satu indikator dan pemegang

peranan penting didalam ekosistem apalagi dengan semua aspek fungsi ekologis yang

dimilikinya. Juga akan terjadi pendangkalan perairan pantai karena pengendapan

sedimen yang sebelum hutan mangrove dikonversi mengendap dihutan mangrove.

Dengan begitu hutan mangrove yang asalnya tempat pemijahan ikan dan udang

secara alami akan beralih fungsi dan bahkan tidak berfungsi lagi sebagai tempat

pemijahan. Sebagaimana kita ketahui bahwa lahan tersebut secara struktur akan

berubah dan mungkin tercemar oleh bahan-bahan kimia yang berasal dari pupuk

pertanian untuk lahan kelapa sawit. Sehingga dengan melihat tingkat degradasi dan

konversi pada areal hutan mangrove tersebut maka harus direncanakan suatu

penelitian untuk mengetahui dan mengkaji kualitas tanah sebagai akibat dari konversi

mangrove yang telah dilakukan. (Anonim, 2009)

Dari situ kita tahu bahwa dengan adanya lahan konversi baik itu menjadi

tambak atau pun lahan perkebunan kelapa sawit. Ternyata akan merusak ekositem

mangrove dan akan mengubah struktur kimia fisika dan fungsi ekologisnya yaitu

rantai makanan, rantai energy dan siklus biogeokimianya. Seharusnya kita menyadari

dan menyadarkan masyarakat akan fungsi dan peranan masing-masing ekosistem

karena untuk ke depannya alam ini akan merugikan kita apabila kita merusaknya.

Mungkin secara waktu dekat lahan kelapa sawit akan menguntungkan tapi untuk

jangka panjang dan dampak yang ditimbulkan akan merugikan.  persepsi yang

menganggap mangrove  merupakan sumber daya yang kurang berguna yang hanya

cocok untuk pembuangan sampah atau dikonversi untuk keperluan lain harus

diluruskan. Karena apabila persepsi keliru tersebut tidak dikoreksi, maka masa depan

hutan mangrove Indonesia dan juga hutan mangrove dunia akan menjadi sangat

suram.

Oleh karena itu, diperlukan solusi yang dapat menolong ekosistem Hutan

Mangrove tersebut dari segala ancaman. Berikut adalah beberapa solusinya: Pertama,

Keterlibatan/partisipasi Masyarakat. Peran serta atau keterlibatan masyarakat

14

Page 15:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

dalam upaya pengembangan wilayah, khususnya rehabilitasi hutan mangrove sangan

penting dan perlu dilakukan. Pemerintah baik pusat maupun daerah harus

memberikan kesempatan pada masyarakat untuk ikut serta terlibat dalam pengelolaan

dan pelestarian hutan mangrove. Selanjutnya masyarakat perlu diberikan bimbingan

dan penyuluhan tentang arti pentingnya hutan mangrove pada kehidupan ini terutama

kehidupan di masa yang akan datang.

Masyarakat harus tahu bahwa keberhasilan merehabilitasi hutan mangrove

akan berdampak pada adanya peningkatan pembangunan ekonomi- khususnya dalam

bidang perikanan, pertambakan, industri, pemukiman, rekreasi dan lain-lain. Kayu

tumbuhan mangrove dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan kayu bakar,

bahan tekstil dan penghasil tanin, bahan dasar kertas, keperluan rumah tangga, obat

dan minuman, dan masih banyak lagi lainnya. Hutan mangrove juga berfungsi untuk

menopang kehidupan manusia, baik dari sudut ekologi, fisik, maupun sosial ekonomi

misalnya untuk menahan ombak, menahan intrusi air laut ke darat, dan sebagai

habitat bagi biota laut tertentu untuk bertelur dan pemijahannya. Hutan mangrove

dapat pula dikembangkan sebagai wilayah baru dan untuk menambah penghasilan

petani tambak dan nelayan, khususnya di bidang perikanan dan garam.

Kedua, Supremasi Hukum Lingkungan yaitu Undang-undang no 32

Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Setelah

masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan, pengembangan hutan mangrove dan diberi

penyuluhan atau wawasan mengenai arti pentingan lingkungan hutan mangrove,

maka pemerintah harus menindaklanjuti dengan menegakkan hukum sesuai dengan

ketetapan undang-undang yang berlaku. Masyarakat baik perorangan maupun

berkelompok atau perseroan harus ditindak tegas bilamana melakukan pelanggaran.

Selama ini yang terjadi adalah di samping pemerintah kurang dalam memberikan

bimbingan dan penyuluhan terhadap masyarakat, aspek penegakan hukum pun sangat

lemah. Apalagi jika yang melanggar seorang pejabat atau pengusaha kaya. Sering kali

si pelanggar dapat dengan mudah terbebas dari jeratan hukum.

15

Page 16:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

Pada akhirnya banyak  manfaat yang dapat diperoleh dengan keberadaan

hutan mangrove, dengan ini masyarakat, khususnya masyarakat pesisir harus turut

diberdayakan dalam usaha pelestarian maupun rehabilitasi hutan mangrove. Baik

dengan memberikan peningkatan pengetahuan masyarakat akan pentingnya ekosistem

hutan mangrove, maupun dengan turut memberdayakan masyarakat dalam usaha

rehabilitasi hutan mangrove tersebut. Di samping itu, juga supremasi hukum harus

ditegakkan agar program-program pemerintah yang telah di rencanakan dan

dilaksanakan dapat berjalan lancar dan berhasil guna. Pemerintah dan masyarakat

harus bersinergi dalam mengelola dan menjaga kelestarian lingkungan hidup

khususnya kelestarian hutan mangrove yang kita punya ini. Tak ada lagi

kesalahpahaman antara pemerintah dan masyarakat, semuanya harus bersama-sama

bertanggung jawab sebagai upaya melaksanakan undang-undang no 32 tahun 2009.

(*)

16

Page 17:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Ekosistem Hutan Mangrove sangat berperan penting terhadap kehidupan

makhluk hidup. Bila keseimbangan ekosistem Hutan Mangrove terganggu ataupun

dengan sengaja dirusak, maka secara langsung hal tersebut akan berdampak pada

kelangsungan hidup makhluk hidup, baik manusia, tumbuhan maupun hewan, sebab

beberapa makhluk hidup bergantung pada ekosistem Hutan Mangrove.

Selain itu, bila Hutan Mangrove di alih fungsikan menjadi tambak, lalu dialih

fungsikan lagi menjadi perkebunan kelapa sawit, hal itu tidak dapat memberikan

investasi yang lama disebabkan salinitas diwilayah tersebut sangat tinggi, dan juga

jenis tanah yang digunakan sebagai perekebunan tersebut kurang cocok untuk

mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa sawit,serta hal itu

hanya akan menurunkan kualitas tanah.

Dan juga, bila ekosistem Hutan Mangrove terusik, secara tidak langsung akan

berdampak pada ekosistem yang lain, karena ekosistem yang satu dengan yang lain

saling memiliki keterkaitan atau hubungan. Disamping itu, flora fauna yang hidup

dalam ekosistem tersebut dapat terganggu pertumbuhan dan perkembangannya, dan

yang paling parah flora fauna tersebut punah. Bila hal itu terjadi, maka manusia pun

akan merasakan dampaknya sendiri.

3.2 Saran

Ada beberpa saran atau solusi yang dapat membantu menjaga dan memlihara

ataupun membudidayakn Hutan Mangrove, yaitu : 1) Mengharidi pertemuan kota dan

menyambaikan suara keberatan atas pembangunan mengganggu habitat satwa liar

maupun suatu ekosistem, 2) Pelajari semua tetang pentinganya Rawa Mangrove, dan

17

Page 18:  · Web viewDalam makalah ini penulis ingin membahas tentang Hutan Mangrove, dimana banyak pihak yang mengabaikan keberadaannya. Disamping itu, penulis menyadari bahwa dirinya hanyalah

membuat orang lain terkesan mengenai pentingnya Rawa Mangrove terhadap

keanekaragaman hayati di Bumi, 3) gunakan produk yang ramah lingkungan untuk

mengurangi polusi air.

3.3 Daftar Pustaka

Anonim. 2011. Hutan Mangrove. Di akses pada tanggal 30 September 2011 di

http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/index.php?ar_id=NjkxOQ

Anwar, Chairil dan Hendra Gunawan. 2011. Diakses pada tanggal 15 september 2011

di

www.dephut.go.id/files/Chairil_Hendra.pdf

FAO. Management and Utilization of mangroves in Asia Pasific. FAO Environmental Paper 3, FAO, Rome. 1983 Hutching, P and P.Saenger. Ecology of Mangroves. University of Queensland,London. 1987 Mann, K.H. Ecology of Coastal Waters. Second Edition. Blackwell Science. 2000 Saenger, P. E.J, Hegerl, and J.P.S. Davie. Global Status of Mangrove Ecosystems. 

18