makalah virus dan bakteri

35
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Virus merupakan organisme terkecil yang pernah dikenal. Umumnya tidak dapat dilihat dengan mikroskop biasa. Pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan sel hidup. Komponen virus dibuat dengan peralatan sel hospes atau pejamu yang diserangnya, karena itu virus merupakan parasit obligat intrasel. Pembentukan komponen virus tersebut dimungkinkan karena virus yang merupakan parasit pada tingkat genetis, setelah menginfeksi sel, genomnya akan mempengaruhi kontrol mekanisme sintetik sel hospes. Virus adalah parasit pada tingkat genetis karenanya virus mampu menimbulkan berbagai ragam penyakit. Banyak penyakit viral yang bersifat menular dan sering menimbulkan kematian seperti halnya pada flu babi (swine flu). Berbeda halnya dengan virus, bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain. Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup didarat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya dengan makhluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniseluler dan prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik (mikroskopis). 1

Upload: prazz-apriliand

Post on 04-Aug-2015

445 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

berbagi :)

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Virus Dan Bakteri

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Virus merupakan organisme terkecil yang pernah dikenal. Umumnya tidak

dapat dilihat dengan mikroskop biasa. Pertumbuhan dan perkembangannya

memerlukan sel hidup. Komponen virus dibuat dengan peralatan sel hospes atau

pejamu yang diserangnya, karena itu virus merupakan parasit obligat intrasel.

Pembentukan komponen virus tersebut dimungkinkan karena virus yang

merupakan parasit pada tingkat genetis, setelah menginfeksi sel, genomnya akan

mempengaruhi kontrol mekanisme sintetik sel hospes. Virus adalah parasit pada

tingkat genetis karenanya virus mampu menimbulkan berbagai ragam penyakit.

Banyak penyakit viral yang bersifat menular dan sering menimbulkan kematian

seperti halnya pada flu babi (swine flu).

Berbeda halnya dengan virus, bakteri merupakan organisme yang paling

banyak jumlahnya dan lebih tersebar luas dibandingkan makhluk hidup yang lain.

Bakteri memiliki ratusan ribu spesies yang hidup didarat hingga lautan dan pada

tempat-tempat yang ekstrim. Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannya

dengan makhluk hidup yang lain. Bakteri adalah organisme uniseluler dan

prokariot serta umumnya tidak memiliki klorofil dan berukuran renik

(mikroskopis). Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula yang merugikan.

Namun yang akan kami bahas disini adalah tentang clostridium tetani yaitu

termasuk jenis bakteri yang merugikan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Apakah pengertian dari penyakit Flu Babi (swine flu) dan Tetanus?

1.2.2. Apa sajakah etiologi dari virus Influenza A (H1N1) dan bakteri

Clostridium tetani?

1.2.3. Bagaimanakah patogenesis dari virus influenza A (H1N1) dan

Clostridium tetani?

1.2.4. Bagaimanakah gejala klinis penyakit Flu Babi dan Tetanus?

1.2.5. Bagaimanakah diagnosa penyakit Flu Babi dan Tetanus?

1

Page 2: Makalah Virus Dan Bakteri

1.2.6. Bagaimanakah pengobatan dan pencegahan penyakit Flu Babi dan

Tetanus?

1.3 Tujuan

1.3.1. Menjelaskan pengertian dari penyakit Flu Babi dan Tetanus

1.3.2. Menjelaskan etiologi dari virus Influenza A (H1N1) dan Clostridium

tetani.

1.3.3. Menjelaskan patogenesis dari virus Influenza A (H1N1) dan

Clostridium tetani.

1.3.4. Menjelaskan gejala klinis penyakit Flu Babi dan Tetanus.

1.3.5. Menjelaskan diagnosa penyakit Flu Babi dan Tetanus.

1.3.6. Menjelaskan pengobatan dan pencegahan penyakit Flu Babi dan

Tetanus

2

Page 3: Makalah Virus Dan Bakteri

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENYAKIT FLU BABI

2.1.1 PENGERTIAN

Flu Babi atau Swine Flu/Influenza adalah penyakit saluran pernafasan pada

babi, yang disebabkan virus influenza jenis A. Virus flu ini menyebabkan

kesakitan yang berat pada babi tetapi angka kematiannya rendah. Virus ini (type A

H1N1 virus) pertama kali di isolasi dari babi pada tahun 1930. Seperti semua

virus influenza, virus flu babi berubah secara konstan. Babi bisa terinfeksi virus

avian influenza (virus flu burung) dan virus flu manusia. Jika berbagai virus ini

menyerang babi, maka virus ini akan mampu membentuk spesien2 virus baru,

yang merupakan gabungan virus avian, manusia dan swine. Sampai saat ini sudah

berhasil diisolasi sebanyak 4 sub-type A: H1N1, H1N2, H3N2, and H3N1. H1N1

merupakan virus jebis baru yang baru saja ditemukan padababi. Virus Swine flu

sebetulnya secara normal tidak menginfeksi manusia. Namun secara sporadis

dilaporkan adanya infeksi virus ini pada manusia seperti yang terjadi di US dan

mexico. Seringnya orang yang terkena adalah orang2 yang bekerja pada

peternakan/industri yang berhubungan dengan babi. Juga dilaporkan adanya

penyebaran antar manusia. H3N2 dan H2N3

2.1.2 ETIOLOGI

SWINE INFLUENZA (FLU BABI)

Etiologi/Penyebab (Flu babi klasik/flu pada ternak babi)

Virus Influenza A, subtype :

- H1N1 (diisolasi di USA, tahun 1931)

- H3N2 (diisolasi di Taiwan, tahun 1970

- H1N2 (diisolasi di Prancis, tahun 1987 – 1988)

SIV (Virus Flu Babi) klasik dapat menimbulkan morbiditas (angka kesakitan)

tinggi tetapi mortalitas (angka kematian) rendah

Penyakit dapat persisten --------- endemic

3

Page 4: Makalah Virus Dan Bakteri

Berpotensi zoonotik

2.1.3 PATOGENESIS

Pada penyakit influensa babi klasik, virus masuk melalui saluran pernafasan

atas kemungkinan lewat udara. Virus menempel pada trachea dan bronchi dan

berkembang secara cepat yaitu dari 2 jam dalam sel epithel bronchial hingga 24

jam pos infeksi. Hampir seluruh sel terinfeksi virus dan menimbulkan eksudat

pada bronchiol. Infeksi dengan cepat menghilang pada hari ke 9 (ANON., 1991).

Lesi akibat infeksi sekunder dapat terjadi pada paruparu karena aliran eksudat

yang berlebihan dari bronkhi. Lesi ini akan hilang secara cepat tanpa

meninggalkan adanya kerusakan. Kontradiksi ini berbeda dengan lesi pneumonia

enzootica babi yang dapat bertahan lama. Pneumonia sekunder biasanya karena

serbuan Pasteurella multocida, terjadi pada beberapa kasus dan merupakan

penyebab kematian. (BLOOD and RADOSTITS, 1989)

2.1.4 GEJALA KLINIS

Gejala dan bahaya dari flu ini

Gejala yang ditunjukkan pada berjangkitnya Influenza A (H1N1) pada manusia

sama dengan yang dihasilkan oleh flu biasa dan musiman yaitu:

Demam tinggi sampai 38 derajat Celcius.

Batuk

hidung tersumbat

radang tenggorokan

sakit kepala

4

Page 5: Makalah Virus Dan Bakteri

rasa sakit pada otot dan sendi

badan terasa kedinginan

lesu

nafsu makan berkurang

diare

mual dan muntah-muntah

Pada beberapa kasus yang diumumkan di sejumlah penjuru dunia masih ringan,

tetapi di Meksiko sudah menimbulkan korban dan yang terbaru sudah ada korban

jiwa juga di Texas. Flu ini menjadi mematikan terkait dengan komplikasi yang

ditimbulkan terutama dengan masalah pernafasan (otitis, sinusitis, rhinitis, radang

paru-paru, Bronchopneumonia) dan jantung.

Bagaimana kalau sudah merasa terjangkit virus ini?

Siapa saja yang menunjukkan gejala yang mirip dengan flu ini yang mana

telah melakukan kontak dengan penderita Influenza A (H1N1) atau yang

telah tinggal dan berpergian dari Meksiko harus segera memeriksakan diri

ke dokter.

Dianjurkan pasien tidak perlu pergi sendiri ke tempat praktek dokter untuk

meminimalkan kemungkinan menularkan penyakit ini ke lainnya. Lebih

baik mereka tetap di rumah dan menghubungi petugas kesehatan untuk

meminta penanganan lebih lanjut.

Tinggallah di rumah dan hindari berpergian ke pusat keramaian agar tidak

menjangkiti orang lain.

Beristirahatlah dan minumlah banyak air.

Terus pantau suhu tubuh 2 kali sehari (jangan setengah jam setelah makan

atau minum).

Tutup mulut dan hidung dengan tisu/sapu tangan ketika berbicara, batuk,

dan bersin.

Buang tisu hasil bersin ke kantong plastik dan bersinlah jauh dari orang

lain.

Hindari menyentuh mata, mulut dan hidung orang lain agar virus tidak

menyebar

5

Page 6: Makalah Virus Dan Bakteri

Hindari debu, asap dan zat lainnya yang dapat mengganggu pernafasan

terutama pada anak-anak yang lebih rentan terhadap penyakit.

Kebanyakan kondisi akan membaik selama 5-10 hari. Mintalah perawatan lebih

lanjut jika

gejala sakit masih ada setelah 10 hari

sakit makin parah setelah 5 hari

nafas menjadi makin sulit atau ketika batuk menghasilkan dahak berwarna

kuning/hijau atau darah.

jika muntah cukup parah

jika demam semakin tinggi dan tidak turun-turun

Pada kejadian wabah penyakit, masa inkubasi sering berkisar antara 1-2

hari (TAYLOR, 1989), tetapi bisa 2-7 hari dengan rata-rata 4 hari (BLOOD dan

RADOSTITS, 1989). Penyakit ini menyebar sangat cepat hamper 100% babi yang

rentan terkena, dan ditandai dengan apatis, sangat lemah, enggan bergerak atau

bangun karena gangguan kekakuan otot dan nyeri otot, eritema pada kulit,

anoreksia, demam sampai 41,8oC. Batuk sangat sering terjadi apabila penyakit

cukup hebat, dibarengi dengan muntah eksudat lendir, bersin, dispnu diikuti

kemerahan pada mata dan terlihat adanya cairan mata. Biasanya sembuh secara

tiba-tiba pada hari ke 5-7 setelah gejala klinis.

Terjadi tingkat kematian tinggi pada anak-anak babi yang dilahirkan dari

induk babi yang tidak kebal dan terinfeksi pada waktu beberapa hari setelah

dilahirkan. Tingkat kematian pada babi tua umumnya rendah, apabila tidak diikuti

dengan komplikasi. Total kematian babi sangat rendah, biasanya kurang dari 1%.

Bergantung pada infeksi yang mengikutinya, kematian dapat mencapai 1-4%

(ANON., 1991). Beberapa babi akan terlihat depresi dan terhambat

pertumbuhannya. Anak-anak babi yang lahir dari induk yang terinfeksi pada saat

bunting, akan terkena penyakit pada umur 2-5 hari setelah dilahirkan, sedangkan

induk tetap memperlihatkan gejala klinis yang parah. Pada beberapa kelompok

babi terinfeksi bisa bersifat subklinis dan hanya dapat dideteksi dengan sero

konversi. Wabah penyakit mungkin akan berhenti pada saat tertentu atau juga

dapat berlanjut sampai selama 7 bulan.

6

Page 7: Makalah Virus Dan Bakteri

Wabah penyakit yang bersifat atipikal hanya ditemukan pada beberapa

hewan yang mempunyai manifestasi akut. Influensa juga akan menyebabkan

abortus pada umur 3 hari sampai 3 minggu kebuntingan apabila babi terkena

infeksi pada pertengahan kebuntingan kedua. Derajat konsepsi sampai dengan

melahirkan selama tejadi wabah penyakit akan menurun sampai 50% dan jumlah

anak yang dilahirkan pun menurun.

2.1.5 DIAGNOSIS

Bagaimana cara diagnosa flu babi?

Diagnosa terhadap virus dilakukan dengan mengidentifikasi hasil sekresi dari

hidung atau pangkal tenggorokan selama 24-72 jam pertama sejak menunjukkan

gejala penyakit ini atau melalui pengecekan darah untuk mengidentifikasi zat

antibodinya.

Diagnosis sementara terhadap penyakit influensa babi didasarkan pada

gejala klinis dan perubahan patologi. Diagnosi laboratorium dapat berdasarkan

isolasi virus pada alantois telur ayam berembrio dan dilihat hemaglutinasi pada

cairan alantois. Spesimen yang paling baik untuk isolasi virus pada influensa babi

adalah cairan hidung yang diambil sedini mungkin atau organ paru yang diperoleh

dari bedah bangkai (FENNER et al.,1987) dan tonsils (SANFORD et al., 1989).

Mendiagnosis influensa babi dengan metoda imunohistokimia sudah dilaporkan

HAINES et al., (1993) dengan menggunakan antibody poliklonal kemudian

VINCENT et al., (1997) menggunakan antibodi monoklonal. Kualitas pengujian

dengan antibodi monoklonal tersebut lebih konsisten, karena latar belakang

pewarnaan yang rendah dan tidak terbatasnya penyediaan antibibodi.

Pada kasus penyakit influensa babi yang khronis, diagnosis dapat

dilakukan secara serologi dengan memperlihatkan peningkatan antibodi pada

serum ganda (paired sera) yang diambil dengan selang waktu 3-4 minggu. Untuk

memeriksa antibodi terhadap virus influensa dapat digunakan uji

haemagglutination inhibition (HI) (BLOOD dan RADOSTITS, 1989),

Immunodifusi single radial dan virus netralisasi. Kenaikan titer 4x lipatnya sudah

dianggap adanya infeksi. Pada uji serologis digunakan kedua antigen H1N1 dan

H3N2 (OLSEN et al., 2002).

7

Page 8: Makalah Virus Dan Bakteri

Pada suatu percobaan, strain H1N1 (A/Swine/England/195852/92) yang

diisolasi dari babi pada saat terjadi kasus wabah, dicoba disuntikkan pada babi

SPF umur 6 minggu, hasil menunjukkan bahwa diantara 1 dan 4 hari setelah

inokulasi terlihat adanya pireksia, batuk, bersin, anoreksia. Sero konversi dapat

dideteksi 7 hari setelah infeksi. Virus dapat diisolasi dari swab hidung dan

jaringan sampai 4 hari setelah infeksi tetapi tidak dari feses. Virus hanya dapat

diisolasi dari serum yang diambil pada hari pertama setelah infeksi. Perubahan

patologi pneumonia intersisial dapat dilihat sampai 21 hari setelah infeksi,

lesibronchi dan bronchus sampai 7 hari setelah infeksi dan limfoglandula

mengalami hemoragik. Seperti juga yang ditulis BROWN et al., (1993) bahwa

sampel untuk isolasi virus dapat berasal dari swab hidung/ tonsil, trachea dan

paru-paru yang diambil 2-5 hari dari sejak munculnya gejala klinis.

Semua sampel disimpan dalam media transpor. Selain isolasi virus,

diagnosis juga dapat dilakukan dengan mendeteksi antigen dengan uji fluorescent

antibody technique (FAT) pada sampel paruparu, tetapi mempunyai kekurangan

olehkarena lesi akibat virus sangat menyebar sehingga lesi dapat mendapatkan

hasil sampel yang negatif dan sampel harus benar-benar segar dengan sedikit

perubahan otolisis serta FA slide tidak dapat disimpan lama, warna akan pudar

sehingga ditawarkan VINCENT et al., 1997, metode deteksi swine influenza virus

(SIV) pada jaringan yang difiksasi dengan metode imunohistokimia yang

menggunakan antibodi monoklonal.

DIAGNOSIS BANDING

Penyakit influensa A pada babi yang ringan akan dapat menjadi parah

karena penyakit lain seperti Pseudorabies (Aujeszky's disease), Haemophillus

parasuis, Mycoplasma hyopneumonia, Actinobacillus (H) pleuropneumonia atau

Pasteurella multocida. Keganasan dari infeksi influensa A babi dapat meningkat

pula bersamaan dengan adanya infestasi cacing paru-paru, migrasi larva ascaris

melalui paru-paru dan serbuan bakteria sekunder. Pada beberapa kasus penyakit

mirip influensa (influenza-like illness), tidak dibarengi terisolasinya virus

influensa babi ataupun organisme lain, juga terlihat adanya gejala klinis yang

sama. Hasil observasi lapangan diperkirakan bahwa terdapat kemungkinan adanya

8

Page 9: Makalah Virus Dan Bakteri

hubungan virus influensa babi (SIV) dengan porcine respiratory coronavirus

(PRCV) pada letupan penyakit pernafasan. Pada observasi di tingkat laboratorium

gambaran klinik akan terlihat lebih parah apabila berbarengan dengan penyakit

PRCV. Adanya suhu tubuh yang lebih tinggi dari pada infeksi tunggal, juga akan

terlihat bersin dan batuk pada infeksi ganda PRCV dan babi yang terinfeksi H3N2

(LANZA et al., 1992). Sedangkan gejala demam, dispnu, pernafasan perut, batuk

yang terus menerus dilaporkan merupakan kombinasi penyakit porcine

reproductive and respiratory syndrome (PRRS) dan SIV (REETH et al., 1996).

2.1.6 PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Bagaimana mencegah penularan? Hindari berdekatan dengan orang yang nampak tidak sehat dan sedang

demam dan batuk-batuk. Jangan mencium tangan penderita dan juga saling berbagi makanan serta

peralatan makan. Tutuplah hidung dan mulut Anda ketika sedang batuk atau bersin dengan

tisu dan segera buang setelah memakainya. Sangat penting untuk sering-sering mencuci tangan dengan sabun dan air

bersih untuk mencegah penyebaran virus dari tangan Anda ke wajah atau ke orang lain.

Bersihkan permukaan dari barang-barang yang ada di rumah seperti sering membersihkan pegangan pintu menggunakan produk pembersih yang ada seperti sabun, deterjen atau lebih baik lagi dengan alkohol.

Jika merawat seseorang yang menunjukkan gejala seperti sakit flu, Anda harus menggunakan masker untuk menutupi hidung dan mulut untuk mengurangi resiko tertular.

Buatlah agar sinar matahari bisa memasuki ruang dalam rumah, kantor, dan ruang-ruang tertutup lainnya agar virus segera mati terbakar.

Begitu terserang demam mendadak, batuk-batuk, sakit kepala, sakit pada otot dan sendi, segera hubungi dokter untuk pemeriksaan selanjutnya.

Hindari perubahan suhu mendadak yang bisa menyebabkan kondisi tubuh menjadi tidak stabil sehingga mudah kena flu.

Perkuat tubuh Anda dengan makan buah-buahan dan sayuran yang kaya vitamin A dan C.

Terapkan hidup yang sehat dengan tidur yang cukup, makan makanan bergizi dan rajinlah berolahraga.

Jauhi daerah yang sudah terkontaminasi virus tersebut. Jangan merokok di tempat tertutup atau di dekat anak-anak, orang tua atau

pasien.

9

Page 10: Makalah Virus Dan Bakteri

Berikut langkah yang bisa kita ambil agar terhindar dari penyakit Flu babi yang berbahaya.

Memakai masker jika hal tersebut memang diperlukan. Tidak melakukan kontak langsung dengan para penderita Flu babi atau

hewan yang terkena flu babi Sesering mungkin selalu membersihkan tangan dengan sabun atau obat antiseptic

lainnya

Pengobatan

Apakah sudah ada vaksinnya?

Masih belum jelas seberapa efektif vaksin flu yang sudah ada sekarang

terhadap strain baru sekarang, karena ada perbedaan secara genetika dengan strain

flu lain. Satu vaksin baru sedang dikerjakan oleh para ilmuwan di Inggris dan

Amerika, tetapi butuh berbulan-bulan untuk menyempurnakannya dan

memproduksinya dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kemungkinan

adanya permintaan yang sangat besar.

Sebuah vaksin sudah digunakan untuk melindungi manusia dari flu babi

jenis tertentu yang terjadi di Amerika pada tahun 1976. Akan tetapi vaksin ini

menyebabkan efek samping yang serius, termasuk perkiraan munculnya 500 kasus

sindrom Guillain-Barré. Lebih banyak korban yang ditimbulkan vaksin ini

daripada penyakitnya sendiri.

Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk penyakit influensa. Hanya saja

pengobatan dengan antibiotika seperti dengan penisilin, sulfadimidin atau

mungkin antibiotik yang berspektrum luas dapat menghadang infeksi bakteri

dalam mencegah infeksi sekunder. Pengamanan yang sangat penting adalah tidak

membuat stres hewan, seperti dengan membuat bersih lingkungan yang bebas dari

debu dan menjaga hewan jangan sampai berdesakan, memperbaiki system

kandang seperti alas yang baik, memberikan air minum yang banyak dan bersih

(BLOOD dan RADOSTITS, 1989). Usaha pengendalian dalam mengantisipasi

datangnya penyakit, terutama pada sekumpulan atau kelompok ternak sangat sulit,

karena sekali penyakit datang, sangat sedikit sekali yang dapat dikerjakan.

Penyakit dengan sangat cepat menulari babi yang lain. Hewan yang

sembuh biasanya hanya dapat tahan atau kebal sampai 3 bulan (EASTERDAY,

10

Page 11: Makalah Virus Dan Bakteri

1972). RWEYEMAMU, 1970 melaporkan bahwa vaksin inaktif yang berasal dari

unggas dengan menggunakan adjuvan sudah mulai digunakan, namun oleh karena

adanya perbedaan antigenic maka harus dipikirkan kemungkinan penggunaan

vaksin lain yang mengandung strain virus yang didapat dari daerah terkena.

Pencegahan penyakit influensa babi yang telah dicoba dengan perlakuan vaksinasi

dilaporkan oleh TAYLOR (1986). Dua dosis vaksin oil adjuvan (SuvaxynFlu-3,

Duphor) yang diaplikasikan dengan jarak pemberian 3 minggu. Cara ini banyak

digunakan di Eropa dengan tujuan untuk melindungi dari penyakit dengan gejala

dan penurunan produksi. Vaksin tersebut mengandung A/Swine Ned/25/80 yang

dapat melindungi terhadap serangan virus Eropa H1N1 dan A/Port Chalmers/1/73

yang akan melawan hampir seluruh virus strain H3N2. Sementara itu vaksin

A/Philippines/2/82 berguna untuk melindungi babi terhadap virus dari strain

Bangkok H3N2.

Sedangkan Maxi VacTM FLU merupakan vaksin inaktif, oil adjuvant

H1N1 yang diaplikasikan pada babi umur 4-5 minggu, kemudian di vaksin ulang

setelah 2-3 minggu kemudian. Perlakuan dapat menekan gejala klinis batuk dan

anoreksia. Penyembuhan dilakukan secara simptomatis dan pengobatan dengan

antimikrobial untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Babi harus dipelihara

dalam keadaan sanitasi yang baik, kondisi kandang yang memadai dan eradikasi

cacing askaris dan cacing paru-paru. Desinfektan dapat digunakan untuk

melindungi hewan dari serangan kutu. Pada kasus-kasus penyakit yang dilakukan

eradikasi, juga harus dilaksanakan pengurangan populasi dan restocking

2.2 PENYAKIT TETANUS

2.2.1 PENGERTIAN

Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut dan fatal yang

disebabkan oleh Clostridium tetani dengan tanda utama spasme tanpa

gangguan kesadaran dan merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena

mempengaruhi sistem urat saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari bahasa

Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti menegang. Penyakit ini

11

Page 12: Makalah Virus Dan Bakteri

menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya

punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan paralisis pernapasan.

2.2.2 ETIOLOGI (CIRI DARI CLOSTRIDIUM TETANI)

Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Bacteria

Division : Firmicutes

Class : Clostridia

Order : Clostridiales

Family : Clostridiaceae

Genus : Clostridium

Species : Clostridium tetani

Clostridium tetani adalah jenis bakteri berbentuk batang lurus,

langsing, berukuran panjang 2-5 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron. Bakteri ini

membentuk eksotoksin yang disebut tetanospasmin. Kuman ini terdapat di tanah

terutama tanah yang tercemar tinja manusia dan binatang. Clostridium tetani

termasuk bakteri gram positif anaerobic berspora, mengeluarkan eksotoksin.

Costridium tetani menghasilkan 2 eksotosin yaitu tetanospamin dan tetanolisin.

Tetanospaminlah yang dapat menyebabkan penyakit tetanus. Perkiraan dosis

mematikan minimal dari kadar toksin (tenospamin) adalah 2,5 nanogram per

kilogram berat badan atau 175 nanogram untuk 70 kilogram (154lb) manusia.

Clostridium tetani tidak menghasilkan lipase maupun lesitinase, tidak

memecah protein dan tidak memfermentasi sakarosa dan glukosa juga tidak

menghasilkan gas H2S. Menghasilkan gelatinase, dan indol positif. Spora dari

Clostridium tetani resisten terhadap panas dan juga biasanya terhadap antiseptis.

Sporanya juga dapat bertahan pada autoclave pada suhu 249.8°F (121°C) selama

10–15 menit. Juga resisten terhadap phenol dan agen kimia yang lainnya.

12

Page 13: Makalah Virus Dan Bakteri

2.2.3 PATOGENESIS

Spora kuman tetanus yang ada di lingkungan dapat berubah menjadi bentuk

vegetatif bila ada dalam lingkungan anaerob, dengan tekanan oksigen jaringan

yang rendah. Kuman ini dapat membentuk metalo-exotosin tetanus, yang

terpenting untuk manusia adalah tetanospasmin. Gejala klinis timbul sebagai

dampak eksotoksin pada sinaps ganglion spinal dan neuromuscular junction serta

syaraf otonom. Toksin dari tempat luka menyebar ke motor endplate dan setelah

masuk lewat ganglioside dijalarkan secara intraaxonal kedalam sel saraf tepi,

kemudian ke kornu anterior sumsum tulang belakang, akhirnya menyebar ke SSP.

Manifestasi klinis terutama disebabkan oleh pengaruh eksotoksin terhadap

susunan saraf tepi dan pusat. Pengaruh tersebut berupa gangguan terhadap inhibisi

presinaptik sehingga mencegah keluarnya neurotransmiter inhibisi yaitu GABA

dan glisin, sehingga terjadi eksitasi terus-menerus dan spasme. Kekakuan dimulai

pada tempat masuk kuman atau pada otot masseter (trismus), pada saat toxin

masuk ke sungsum belakang terjadi kekakuan yang makin berat, pada extremitas,

otot-otot bergaris pada dada, perut dan mulia timbul kejang. Bilamana toksin

mencapai korteks cerebri, penderita akan mulai mengalami kejang umum yang

spontan. Tetanospasmin pada sistem saraf otonom juga berpengaruh, sehingga

terjadi gangguan pada pernafasan, metabolisme, hemodinamika, hormonal,

saluran cerna, saluran kemih, dan neuromuskular. Spame larynx, hipertensi,

gangguan irama jantung, hiperpirexi, hyperhydrosis merupakan penyulit akibat

gangguan saraf otonom, yang dulu jarang dilaporkan karena penderita sudah

meninggal sebelum gejala timbul. Dengan penggunaan diazepam dosis tinggi dan

pernafasan mekanik, kejang dapat diatasi namun gangguan saraf otonom harus

dikenali dan dikelola dengan teliti.

Cara Penularan

Tetanus terutama ditemukan di daerah tropis dan merupakan penyakit

infeksi yang penting baik dalam prevalensinya maupun angka kematiannya yang

masih tinggi . Tetanus merupakan infeksi berbahaya yang biasa mendatangkan

13

Page 14: Makalah Virus Dan Bakteri

kematian. Bakteri ini ditemukan di tanah dan feses manusia dan binatang. Infeksi

ini muncul (masa inkubasi) 3 sampai 14 hari. Di dalam luka yang dalam dan

sempit sehingga terjadi suasana anaerob. Clostridium tetani berkembang biak

memproduksi tetanospasmin suatu neurotoksin yang kuat. Toksin ini akan

mencapai system syaraf pusat melalui syaraf motorik menuju ke bagian anterior

spinal cord.

Jenis-jenis luka yang sering menjadi tempat masuknya kuman Clostridium

tetani sehingga harus mendapatkan perawatan khusus adalah:

a) Luka-luka tembus pada kulit atau yang menimbulkan kerusakan luas

b) Luka baker tingkat 2 dan 3

c) Fistula kulit atau pada sinus-sinusnya

d) Luka-luka di bawah kuku

e) Ulkus kulit yang iskemik

f) Luka bekas suntikan narkoba

g) Bekas irisan umbilicus pada bayi

h) Endometritis sesudah abortus septic

i) Abses gigi

j) Mastoiditis kronis

k) Ruptur apendiks

l) Abses dan luka yang mengandung bakteri dari tinja

2.2.4 GEJALA KLINIS

Gejala klinik yang dominan adalah kekakuan otot bergaris yang disusul

dengan kejang tonik dan klonik. Masa inkubasi 5-14 hari, period of onset (waktu

antara gejala pertama sampai timbul kejang pertama) yang pendek dapat dijadikan

14

Page 15: Makalah Virus Dan Bakteri

indikator tetanus berat dengan berbagai penyulit.

Gejala awal adalah trismus; pada neonatus tidak dapat/sulit menetek, mulut

mencucu. Pada anak besar berupa trismus, akibat kekakuan otot masseter. Disertai

dengan kaku kuduk, risus sardonikus (karena kekakuan otot mimik, opistotonus,

perut papan. Selanjutnya dapat diikuti kejang apabila dirangsang atau menjadi

makin berat dengan kejang spontan, bahkan pada kasus berat terjadi status

konvulsivus. Spasme larynx merupakan penyebab kematian yang sering dijumpai,

bronchopneumonia akibat kekakuan rongga dada, gagal nafas nafas dan status

konvulsivus.

Perubahan derajat berat penyakit dapat terjadi sangat cepat, sehingga

seringkali memerlukan perubahan dosis antikonvulsan yang sesuai dengan

perjalanan klinik. Penilaian klinis yang menitik beratkan pada perbedaan jenis

kejang, dapat dilakukan oleh paramedik, sehingga perubahan dosis dapat

dilakukan lebih cepat dan tepat.

  Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3-12 hari, namun dapat singkat 1-

2 hari dan kadang lebih satu bulan; makin pendek masa inkubasi makin buruk

prognosis. Terdapat hubungan antara jarak tempat masuk kuman Clostridium

tetani dengan susunan saraf pusat, dengan interval antara terjadinya luka dengan

permulaan penyakit; makin jauh tempat invasi, masa inkubasi makin panjang.

Penyakit ini khas dengan adanya tonik pada otot seran lintang, biasanya dimulai

dari daerah sekitar perlukaan, kemudian otot-otot pengunyahan, sehingga akan

mengalami kesukaran dalam mengunyah mulut.

Secara bertahap kejang tersebut akan melibatkan semua otot seran lintang

sehingga akan terjadi kejang tonik. Adanya ransang dari luar dapat memacu

timbulnya kekejangan. Kesadaran penderita tetap baik dan penyakit terus

berlanjut. Kematian biasanya terjadi akibat kegagalan fungsi pernafasan, yang

umumnya 50%.

2.2.5 DIAGNOSIS

Diagnosis tetanus ditegakan berdasarkan gejala-gejala klinik yang khas.

Secara bakteriologi biasanya tidak diharuskan oleh karena sukar sekali

mengisolasi Clostridium tetani dari luka penderita , yang kerap kali sangat kecil

15

Page 16: Makalah Virus Dan Bakteri

dan sulit dikenal kembali oleh penderita sekalipun. Diagnosis tetanus dapat

diketahui dari pemeriksaan fisik pasien sewaktu istirahat, berupa :

1.Gejala klinik:

- Kejang tetanic, trismus, dysphagia, risus sardonicus ( sardonic smile ).

2. Adanya luka yang mendahuluinya. Luka adakalanya sudah dilupakan.

3. Kultur: C. tetani (+).

4. Lab : SGOT, CPK meninggi serta dijumpai myoglobinuria.

2.2.6 PENGOBATAN DAN PENCEGAHAN

Untuk menetralisir racun, diberikan immunoglobulin tetanus. Antibiotik

tetrasiklin dan penisilin diberikan untuk mencegah pembentukan racun lebih

lanjut. Obat lainnya bisa diberikan untuk menenangkan penderita, mengendalikan

kejang dan mengendurkan otot-otot. Penderita biasanya dirawat di rumah sakit

dan ditempatkan dalam ruangan yang tenang. Untuk infeksi menengah sampai

berat, mungkin perlu dipasang ventilator untuk membantu pernafasan.

Makanan diberikan melalui infus atau selang nasogastrik. Untuk

membuang kotoran, dipasang kateter. Penderita sebaiknya berbaring bergantian

miring ke kiri atau ke kanan dan dipaksa untuk batuk guna mencegah terjadinya

pneumonia.

Untuk mengurangi nyeri diberikan kodein. Obat lainnya bisa diberikan

untuk mengendalikan tekanan darah dan denyut jantung. Setelah sembuh, harus

diberikan vaksinasi lengkap karena infeksi tetanus tidak memberikan kekebalan

terhadap infeksi berikutnya.

Derajat penyakit

Derajat I  (tetanus ringan)

Trismus ringan sampai sedang

16

Page 17: Makalah Virus Dan Bakteri

Kekakuan umum: kaku kuduk, opistotonus, perut papan

Tidak dijumpai disfagia atau ringan

Tidak dijumpai kejang

Tidak dijumpai gangguan respirasi

Derajat II (tetanus sedang)

Trismus sedang

Kekakuan jelas

Dijumpai kejang rangsang, tidak ada kejang spontan

Takipneu

Disfagia ringan

Derajat III (tetanus berat)

Trismus berat

Otot spastis, kejang spontan

Takipne, takikardia

Serangan apne (apneic spell)

Disfagia berat

Aktivitas sistem autonom meningkat

Derajat IV (stadium terminal), derajat III ditambah dengan

Gangguan autonom berat

Hipertensi berat dan takikardi, atau

Hipotensi dan bradikardi

Hipertensi berat atau hipotensi berat

Penatalaksanaan

1. Antibiotik (penisilin prokain, ampisilin, tetrasiklin, metronidazol,

eritromisi Bila terdapat sepsis/ pneumonia dapat ditambahkan sefalosporin.

2. Netralisasi toksi

17

Page 18: Makalah Virus Dan Bakteri

Anti tetanus serum (ATS), dilakukan uji kulit lebih dulu.

Bila tersedia, dapat diberikan human tetanus immunoglobulin   (HTIG)

3. Anti konvulsan (diazepam).

4. Perawatan luka atau port d’entree dilakukan setelah diberi antitoksin dan

anti-konvulsan

5. Terapi suportif

Bebaskan jalan napas 

Hindarkan aspirasi dengan mengisap lendir perlahan-lahan dan           

memindah-mindahkan posisi pasien

Pemberian oksigen

Perawatan dengan stimulasi minimal

Pemberian cairan dan nutrisi adekuat, bila trismus berat dapat dipasang

sonde nasogastrik

Bantuan napas pada tetanus berat atau tetanus neonatorum

Pemantauan/monitoring kejang dan tanda penyulit

Tetanus ringan dan sedang

-   Diberikan pengobatan tetanus dasar.

Tetanus sedang

-          Terapi dasar tetanus.

-          Perhatian khusus pada keadaan jalan napas (akibat kejang dan aspirasi).

-          Pemberian cairan parenteral, bila perlu nutrisi secara parenteral.

Tetanus berat

Terapi dasar seperti di atas

Perawatan dilakukan di ICU, diperlukan intubasi dan ventilator.

Keseimbangan cairan dimonitor secara adekuat.

18

Page 19: Makalah Virus Dan Bakteri

Apabila spasme sangat hebat, berikan pankuronium bromida 0,02 mg/kg

IV, diikuti 0,05 mg/kg/kali, diberikan tiap 2-3 jam.

Apabila terjadi aktivitas simpatis yang berlebihan, berikan b-blocker

seperti propranolol/a dan b- blocker labetalol.

PENCEGAHAN

I. Imunisasi aktif

Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali sejak usia 2 bulan dengan interval 4-6

minggu, ulangan pada umur 18 bulan dan 5 tahun.

II. Pencegahan pada luka

1. Luka dibersihkan, jaringan nekrotik dan benda asing dibuang.

2. Luka ringan dan bersih

Imunisasi lengkap: tidak perlu ATS atau tetanus imunoglobulin

Imunisasi tidak lengkap: imunisasi aktif DPT/DT.

3. Luka sedang/berat dan kotor

Imunisasi (-)/tidak jelas: ATS 3000-5000 U, IV, tetanus imunoglobulin

250-500 U. Toksoid tetanus pada sisi lain.

munisasi (+), lamanya sudah >5 tahun: ulangan toksoid, ATS 3000-5000

U, IV, tetanus imunoglobulin 250-500 U.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

19

Page 20: Makalah Virus Dan Bakteri

Penyakit influensa babi adalah penyakit yang dapat menular ke manusia

disebabkan oleh virus influensa tipe A, sub tipe H1N1, H1N2 dan H3N2, sampai

saat ini belum terbukti ada di Indonesia.

Tetanus adalah suatu penyakit toksemik akut dan fatal yang disebabkan

oleh Clostridium tetani dengan tanda utama spasme tanpa gangguan kesadaran

dan merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistem

urat saraf dan otot.

3.2 Saran

Penyakit influensa babi harus selalu diwaspadai dengan banyaknya

penyakit baru yang menyerang babi dan telah terdeteksi di Indonesia. Demikian

juga dengan merebaknya penyakit influensa unggas di Indonesia,

sehingga dalam mencegah dan menghindari penyakit influensa babi tersebut,

harus dilaksanakan tata cara dan pelaksanaan pemeliharaan babi secara baik.

Kandang babi harus diisolasi dan dipelihara jauh dari perkandangan unggas

maupun perumahan penduduk, tambahan pula biosekuritas harus dilaksanakan

secara ketat karena sangat penting dalam menjaga penularan virus.

Pengamanan yang sangat penting adalah tidak membuat stres hewan,

seperti dengan membuat bersih lingkungan yang bebas dari debu dan menjaga

hewan jangan sampai berdesakan, memperbaiki system kandang seperti alas yang

baik, memberikan air minum yang banyak dan bersih.

Bakteri Clostridium tetani ini banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia

dan hewan peliharaan dan di daerah pertanian. Berhati-hatilah jika kita berada di

tempat tersebut, contohnya dengan menggunakan sandal. Tempat masuknya

kuman penyakit ini bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan

kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau sepsis dengan

kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau luka geser yang

terkontaminasi tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Entjang, Indan. 2003.MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI UNTUK

AKADEMI KEPERAWATAN. Citra Aditya Bakti:Bandung

20

Page 21: Makalah Virus Dan Bakteri

Syahru, rachman, Agus. 1993. BUKU AJAR MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN.

Binarupa Aksara: Jakarta

www.wikipedia.org

www.klikdokter.com

www.pediatrik.com

www.tibereas.or.id

www.tanyadokter.com

www.medicastore.com

www.dakiunta.com

www.kapanlagi.com

VIRUS INFLUENZA A dan CLOSTRIDIUM

TETANI serta PENYAKIT YANG

DITIMBULKAN

21

Page 22: Makalah Virus Dan Bakteri

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Eko Prasetya A. (08600016)

2. Faridatul Istibsaroh (08600019)

3. Khoirul Abidin (08600026)

4. Mufidatus Solihah (08600037)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANFAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA2009

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “ VIRUS INFLUENZA

22

Page 23: Makalah Virus Dan Bakteri

A DAN CLOSTRIDIUM TETANI SERTA PENYAKIT YANG

DITIMBULKAN “ ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan penjelasan secara

lengkap dan pengetahuan tentang jenis bakteri penyebab penyakit tetanus dan

virus penyebab flu babi (swine flu).

Dalan penyelesaian makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai

pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terutamanya teman-teman dari

kelompok 3.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna, maka saran dan

kritik dari pembaca sangat diharapkan. Semoga makalah ini bermanfaat kepada

seluruh lapisan masyarakat.

Surabaya, Juni 2009

Kelompok 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR. ....................................................................................i

DAFTAR ISI. ...................................................................................................ii

23

Page 24: Makalah Virus Dan Bakteri

BAB I PENDAHULUAN. ...............................................................................1

1.1. Latar Belakang. ....................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah. ...............................................................................1

1.3. Tujuan. .................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN. ................................................................................3

2.1 Penyakit Flu Babi ( Swine Flu ). ................................................................3

2.1.1 Pengertian. ........................................................................................3

2.1.2 Etiologi. .............................................................................................3

2.1.3 Patogenesis.........................................................................................4

2.1.4 Gejala Klinis. ....................................................................................4

2.1.5 Diagnosis. ..........................................................................................7

2.1.6 Pengobatan dan Pencegahan. ............................................................9

2.2 Penyakit Tetanus. .......................................................................................11

2.2.1 Pengertian. ........................................................................................11

2.2.2 Etiologi. .............................................................................................12

2.2.3 Patogenesis. .......................................................................................13

2.2.4 Gejala Klinis. ....................................................................................15

2.2.5 Diagnosis. ..........................................................................................16

2.2.5 Pengobatan dan Pencegahan. ............................................................16

BAB III PENUTUP. ........................................................................................20

3.1 Kesimpulan. ...............................................................................................20

3.2 Saran. .........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA. .....................................................................................21

24