makalah tugas strategi
DESCRIPTION
makalah strategi belajar mengajarTRANSCRIPT
1
Tugas Individu Strategi Pembelajaran Matematika
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT
ARDIN11B07005
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perubahan cepat dan pesat sering kali terjadi dalam berbagai bidang seperti
pendidikan, politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Hal ini
memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat,
dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Disisi lain kita tidak mungkin
untuk mempelajari keseluruhan informasi dan pengetahuan yang tersedia karena
sangat banyak dan tidak semuanya berguna dan diperlukan. Kondisi seperti ini
merupakan tantangan yang hanya dihadapi oleh orang-orang terdidik dan mempunyai
kemampuan mendapatkan, memilih, dan mengolah informasi atau pengetahuan
dengan efektif dan efisien. Agar orang-orang terdidik di masa depan mempunyai
kemampuan seperti yang dikemukakan tadi diperlukan sistem pendidikan yang
berorientasi pada pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis, kreatif, sistematis
dan logis.
Pentingnya mengajarkan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis
melalui pemecahan masalah harus dipandang sebagai sesuatu yang urgen dan tidak
bisa disepelekan lagi. Penguasaan kemampuan berpikir kritis tidak cukup dijadikan
sebagai tujuan pendidikan semata, tetapi juga sebagai proses fundamental yang
memungkinkan siswa untuk mengatasi ketidaktentuan masa mendatang. Sungguh
3
sangat naif apabila kemampuan berpikir kritis diabaikan oleh guru khususnya pada
pembelajaran materi segitiga dan segiempat.
Materi segitiga dan segiempat merupakan salah satu materi rumpun geometri
bangun datar yang diajarkan dikelas VII SMP/MTs sederajar. Sifat geometris dari
materi ini memungkinkan bagi siswa untuk lebih mudah dipahami karena konsep-
konsep geometri telah diperoleh siswa melalui pengalaman sehari-hari siswa. Namun
pemahaman tersebut akan sulit dilakukan oleh siswa apabila proses pembelajaran
yang diterapkan oleh guru tidak mampu mengadopsi pengalaman siswa. Olehnya itu
guru juga banyak menentukan keberhasilan siswa dalam mengkonstruksi konsep-
konsep dalam materi segitiga dan segiempat.
Guru merupakan pendorong belajar siswa yang mempunyai peranan besar
dalam menumbuhkan semangat para murid untuk belajar. Dengan menggunakan
model pembelajaran yang menarik maka siswa akan lebih mudah dalam memahami
pelajaran dan mengembangkan ilmu pengetahuannya. Sumarmo dalam (Facrurazi,
2011: 78) mengatakan agar pembelajaran dapat memaksimalkan proses dan hasil
belajar matematika, guru perlu mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi,
bertanya serta menjawab pertanyaan, berpikir secara kritis, menjelaskan setiap
jawaban yang diberikan dan memberikan alasan untuk setiap jawaban yang diajukan.
Bila pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah, apalagi kalau masalah
tersebut bersifat kontekstual, maka dapat terjadi ketidaksetimbangan kognitif pada
diri pebelajar. Keadaan ini dapat mendorong rasa ingin tahu sehingga memunculkan
bermacam-macam pertanyaan disekitar masalah seperti “apa yang dimaksud
4
dengan….?”, “mengapa bisa terjadi….?”, “bagaimana mengetahuinya…?” dan
seterusnya. Bila pertanyaan-pertanyaan tersebut telah muncul dalam diri pebelajar
maka motivasi intrinsik mereka untuk belajar akan tumbuh. Pada kondisi tersebut
diperlukan peran guru sebagai fasilitator untuk mengarahkan pebelajar tentang
konsep apa yang diperlukan untuk memecahkan masalah, apa yang harus dilakukan
atau bagaimana melakukannya dan seterusnya.
Sehubungan dengan situasi permasalahan di atas, maka dapat ditegaskan
bahwa usaha perbaikan proses pembelajaran melalui upaya pemilihan model
pembelajaran yang tepat dan inovatif dalam pembelajaran matematika di sekolah
dasar merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting untuk dilakukan. Salah satu
model pembelajaran yang diduga dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas proses
dan hasil belajar adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Pembelajaran
Berbasis masalah memiliki ciri-ciri seperti; pembelajaran dimulai dengan pemberian
masalah, masalah memiliki konteks dengan dunia nyata, siswa secara berkelompok
aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi kesenjangan dalam struktur kognitif
siswa. Cirri PBM yang memanfaatkan permasalahan konteks dunia nyata dalam
pembelajaran, sangat cocok dengan karakteristik materi segitiga dan segiempat sebab
materi ini sangat berkaitan dengan kehiduapan sehari-hari siswa.
Dalam penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah,walaupun sebenarnya
guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan
agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Perkembangan
5
siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif tetapi juga aspek afektif dan psikomotor
melalui penhayatan secara internal akan problem yang dihadapi. SPBM diharapkan
dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa
melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar
yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping
pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat
hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data,
menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan
membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBM dapat
memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan
PBM dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari
sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada
kehidupan sehari-hari khususnya materi segitiga dan segiempat.
Dari paparan tersebut dapat diketahui bahwa penerapan PBM dalam
pembelajaran dapat mendorong siswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara
mandiri. Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana
berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung pada bagaimana dia
membelajarkan dirinya. Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka
PBM merupakan salah satu pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki
sistem pembelajaran.
6
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah bagaimana
implementasi pembelajaran berbasis masalah dalam mengajarkan materi segitiga dan
segiempat di SMP Kelas VII.
C. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah untuk mengetahui implementasi pembelajaran
pembelajaran berbasis masalah dalam mengajarkan materi segitiga dan segiempat di
SMP Kelas VII
7
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pembelajaran Berbasis masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah dalam bahasa inggrisnya diistilahkan
Problem-based learning (PBM) adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan
membuat konfrontasi kepada pebelajar dengan masalah-masalah praktis, berbentuk
ill-structured, atau open-ended melalui stimulus dalam belajar (Santyasa, 2008: 2).
Menurut Arends (Trianto, 2009) pembelajaran berbasis masalah (PBM)
merupakan suatupendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan
yang autentik dengan maksuduntuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir,mengembangkan kemandirian,
dan percaya diri. Hal senada diungkapkan pula oleh Suryadi dalam (Facrurazi, 2011:
80) yang menyatakan bahwa PBM merupakan suatu strategi yang dimulai dengan
menghadapkan siswa pada masalah nyata atau masalah yang disimulasikan. Pada saat
siswa menghadapi masalah tersebut, mereka mulai menyadari bahwa hal demikian
dapat dipandang dariberbagai perspektif serta menyelesaikannya dibutuhkan
pengintegrasian informasi dari berbagai ilmu.
Selanjutnya Barrow dalam Ismaimuza, (2010) mengungkapkan bahwa
masalah dalam PBM adalah masalah yang tidak terstruktur (ill-structure), atau
8
kontekstual dan menarik (contextual and engaging), sehingga meransang siswa untuk
bertanya dari berbagai perspektif.
Menurut Pierce dan Jones (Facrurazi, 2011: 80) dalam pelaksanaan PBM
terdapat proses yang harus dimunculkan, seperti: keterlibatan (engagement), inkuiri
dan investigasi (inquiry and investigation), kinerja (performance), Tanya jawab dan
diskusi (debriefing). Keterlibatan bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk
berperan sebagai pemecah masalah (self-directed problem solver) yang bisa bekerja
sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang mampu mendorong
untuk mampu menemukan masalah, meneliti dan menyelesaikannya. Inkuiri dan
investigasi yang meliputi kegiatan mengeksplorasi berbagai cara menjelaskan dan
implikasinya, serta kegiatan mengumpulkan dan mendistribusikan informasi. Kinerja
bertujuan menyajikan temuan yang diperole. Tanya jawab dan diskus, yaitu menguji
keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap pemecahan masalah yang
dilakukan.
Menurut Shobirin, Terdapat 3 ciri utama dari Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM) yakni :
1. PBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi
PBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. PBM menharapkan
siswa aktif berfikir, berkomunikasi mencari dan mengolah data dan akhirnya
menyimpulkan.
9
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBM
menempatkan masalah sebagai kunci dari proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara
ilmiah. Berfikir secara sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu sedangkan berfikir empiris artinya proses penyelesaian
didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan dengan baik dalam
suatu pembelajaran apabila guru menginginkan suatu target-target tertentu dalam
pembelajaran antara lain:
a. Manakala guru menginginkan agar siswa menguasai dan memahami materi
pelajaran secara penuh.
b. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan ketrampilan berfikir rasional
siswa, menganalisis situasi baru, mengembangkan kemampuan dalam membuat
judgment secara objektif.
c. Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah
serta membuat tantangan intelektual siswa.
d. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajarnya.
e. Jika guru ingin mengetahui hubungan antara teori dengan kenyataan.
10
2. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
pembelajaran Berbasis Masalah mengutamakan proses belajar dimana tugas
guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan
mengarahkan diri. Pembelajaran berdasarkan masalah penggunaannya di dalam
tingkat berpikir lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk
bagaimana belajar. Guru dalam model pembelajaran berbasis masalah berperan
sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan
masalah dan pemberi fasilitas penelitian. Selain itu guru menyiapkan dukungan
dandorongan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inquiri dan intelektual siswa.
Pembelajaran berbasis masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan
lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.
Menurut Slavin dalam Ismaimuza (2010) karakteristik lain dari PBM meliputi
pengajuan pertanyaan terhadap masalah, fokus pada keterkaitan antar disiplin,
penyelidikan authentik, kerja sama, dan menghasilkan produk atau karya yang harus
dipamerkan. Adapun fase-fase atau sintaks dalam pembelajaran berbasis masalah
tampak pada tabel berikut:
Tabel 1. Sintaks model Pembelajaran Berbasis Masalah
Fase Langkah Perilaku Guru
1 Orientasi siswa pada
masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
hal-hal yang penting yang dianggap perlu dan
memotivasi siswa dalam melakukan kegiatan
pemecahan masalah.
11
2 Mengorganisasikan
siswa dalam belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan
dengan masalah
3 Memberi bantuan
dalam penyelidikan
secara mandiri atau
kelompok
Mendorong siswa dalam mengumpulkan
informasi yang diperlukan, melaksanakan
eksperimen dan penyelidikan untuk menjelaskan
dan menyelesaikan masalah
4 Mengembangkan dan
Menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam perencanaan dan
mempersiapkan alat-alat yang diperlukan seperti
diktat, video, model dan membantu mereka
untuk bekerja sama.
5 Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan
proses yang digunakan.
(Arends dalam Ratumanan, 2004:148)
David Johnson and Johnson dalam (Sanjaya, 2008: 217-218) mengemukakan 5
langkah strategi PBM melalui kegiatan kelompok :
1) Mendefinisikan masalah, yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang
mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan
dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa
tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan.
12
2) Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta
menganalisis berbagai faktor baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor
yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan
dalam diskusi kelompok kecil, hingga akhirnya peserta didik dapat mengurutkan
tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghambat
yang diperkirakan.
3) Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah
dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk
berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap
tindakan yang dapat dilakukan.
4) Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan
tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
5) Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses
adalah evaluasi terhadap seluruh proses pelaksanaan kegiatan, evaluasi hasil
adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang diterapkan.
PBM dapat dimulai dengan mengembangkan masalah yang: (1) menangkap
minat siswa dengan menghubungkannya dengan isu di dunia nyata; (2)
menggambarkan atau mendatangkan pengalaman dan belajar siswa sebelumnya; (3)
memadukan isi tujuan dengan ketrampilan pemecahan masalah; (4) membutuhkan
kerjasama, metode banyak tingkat (multi-staged method) untuk menyelesaikannya;
dan (5) mengharuskan siswa melakukan beberapa penelitian independent untuk
13
menghimpun atau memperoleh semua informasi yang relevan dengan masalah
tersebut.
Karena dalam PBM pembelajaran mendasarkan pada masalah, maka
pemilihan masalah menjadi hal yang sangat penting. Masalah untuk PBM seharusnya
dipilih sedemikian hingga menantang minat siswa untuk menyelesaikannya,
menghubungkan dengan pengalaman dan belajar sebelumnya, dan membutuhkan
kerjasama dan berbagai strategi untuk menyelesaikannya. Untuk keperluan ini,
masalah open-ended yang disarankan untuk dijadikan titik awal pembelajaran.
Sesuai karakteristik PBM, guru perlu pandai-pandai menempatkan diri
sebagai fasilitator yang baik. Guru disarankan memfasilitasi diskusi siswa hanya jika
benar-benar diperlukan. Dalam keadaan diskusi menemui kebuntuan, guru dapat
memancing ide siswa dengan pertanyaan yang menantang, atau memberi petunjuk
kunci tanpa mematikan kreativitas. Menurut Duch, et.al. dalam (2000) peran guru
dalam PBM adalah membimbing, menggali pemahaman yang lebih dalam, dan
mendukung inisiatif siswa, tetapi tidak memberi ceramah pada konsep yang
berhubungan langsung dengan masalah esensial yang dipecahkan, dan juga tidak
mengarahkan atau memberikan penyelesaian yang mudah.
Oleh karena dalam PBM basis dari pembelajaran adalah masalah, maka
pemilihan masalah yang tepat merupakan hal yang penting sekali untuk keberhasilan
pelaksanaannya. Kendala yang kemudian muncul pada para guru adalah pemilihan
masalah yang tepat bukanlah hal mudah. Kondisi, kemampuan awal, tingkat dan
14
kecepatan berfikir, dan aspek-aspek lain pada diri siswa pada kelas yang heterogen,
seringkali juga menjadi masalah tersendiri. Untuk itu seorang guru harus terus
menerus mengasah kepekaannya untuk dapat melihat siswa atau kelompok siswa
mana yang lebih memerlukan bantuan dibandingkan siswa atau kelompok siswa yang
lain.
3. Implementasi PMB dalam Pembelajaran segitiga dan segiempat
Implementasi PMB dalam pembelajaran disesuaikan dengan sintaks atau fase-
fase model pembalajaran berbasis masalah. Dalam mengajarkan materi segitiga dan
segiempat, pembelajaran diawalai dengan mengaitkan pelajaran dengan konteks
dunia nyata yang telah dialami oleh siswa. Pada situasi ini siswa dikonfrontir daya
pikirkan untuk mengaitkan pengalamannya dengan informasi yang diberikan oleh
guru. Hal ini dapat memacu daya pemahaman siswa terhadap konsep segitiga dan
segiempat. Apabila pengalaman siswa sudah terhubung dengan pembelajaran, maka
selanjutnya guru memberikan permasalahan matematika kepada siswa yang berkaitan
dengan tujuan pembelajaran. Permasalahan yang diberikan harus disesuaikan dengan
tingkat kognitif siswa sehingga siswa dapat memecahkan masalah tersebut dengan
baik.
Pada kasus pembelajaran segitiga, guru dapat manampilkan benda-benda yang
telaha dikenal siswa misalnya guru dapat menampilkan gambar perahu layar untuk
Gambar 1
Gambar 2
15
menunjukan bentuk segitiga. Misalnya “ pada gambar berikut, tunjukan gambar yang
merupakan bentuk segitiga.”
Selanjutnya guru dapat mengarahkan siswa dengan menunjukan gambar segitiga pada
gambar berikut ini:
Setelah guru menunjukan gambar segitiga pada gambar yang lain, selanjutya guru
menyuruh kembali siswa untuk menunjukan bentuk segitiga pada gambar 1. Gambar-
gambar tersebut dapat disajikan oleh guru melalui LKS atau Buku Siswa
Setelah mengaitkan pembelajaran dengan konteks nyata, selanjutnya konsep
yang telah diperoleh diabstraksi dengan menggunakan simbol-simbol matematika.
16
Dalam kegiatan ini guru mendampingi siswa, membimbing dan memonitoring segala
aktifitas siswa dalam pemecahan masalah sehingga diperoleh konsep yang utuh
terhadap pembelajaran segitiga dan segiempat. Setelah aktifitas pemecahan masalah,
selanjutnya guru juga membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran
sehingga konsep yang dikaji oleh siswa dapat disempurnahkan bersama dengan guru.
Kegiatan pembelajaran secara runptun disajikan dalam contoh Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran untuk materi segitiga dan segiempat menggunakan PBM
(RPP terlampir).
Implementasi PBM dalam pembelajaran segitiga dan segiempat dapat
menumbuhkan semangat belajar siswa dalam berpikir kritis melalui pecahan masalah
pembelajaran yang dihubungkan dengan konteks dunia nyata. Selain itu semangat
belajar siswa dapat meningkat karena siswa telah dapat mengetahui manfaat dari
konsep-konsep yang dipelajarinya baik dalam kehidupan sehari-hari siswa maupun
dalam memecahakan masalah matematika.
4. Keunggulan dan Kelemahan PBM
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya: (1) siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri
yang menemukan konsep tersebut; (2) melibatkan secara aktif memecahkan masalah
dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi; (3) pengetahuan
tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih
17
bermakna; (4) siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah
yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat
meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajari; (5)
menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima
pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara siswa; dan (6)
pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap
pembelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat
diharapkan.
Selain itu, Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) diyakini pula dapat
menumbuhkan-kembangkan kemampuan kreatifitas siswa, baik secara individual
maupun secara kelompok karena hampir di setiap langkah menuntut adanya keaktifan
siswa.
Selain beberapa keunggulan diatas, pembelajaran berbasis maslaah h=juga
memiliki beberapa kelemahan yakni keberhasilan model Pembelajaran Berberbasis
Masalah (PBM) sangat tergantung pada ketersediaan sumber belajar bagi siswa, alat-
alat untuk menguji jawaban atau dugaan. Menuntut adanya perlengkapan praktikum,
memerlukan waktu yang cukup apalagi data harus diperoleh dari lapangan, serta
kemampuan guru dalam mengangkat dan merumuskan masalah. Dalam model
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ini, guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator, pembimbing dan motivator. Guru mengajukan masalah
otentik/mengorientasikan siswa kepada permasalahan nyata (real world),
memfasilitasi/membimbing (scaffolding) dalam proses penyelidikan, memfasilitasi
18
dialog antara siswa, menyediakan bahan ajar siswa serta memberikan dukungan
dalam upaya meningkatkan temuan dan perkembangan intektual siswa.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun Kesimpulan dalam makalah ini adalah implementasi pembelajaran
berbasis masalah dalam pembelajaran segitiga dana segiempat dapat diterapkan
melalui fase-fase pembelajaran berbasis masalah. Berdasarkan karakteristik
pembelajaran berbasis masalah (PMB), kemampuan berpikir kritis siswa dalam
memecahkan masalah matematika khususnya materi segitiga dan segiempat dapat
ditingkatkan karena siswa diperhadapkan pada pada situasi yang telah dikenal siswa
dari pengalaman sehari-hari siswa.
B. Saran
Sebagai saran dalam makalah ini yakni diharapkan bagi guru untuk dapat
menerapakan model pembelajaran berbasis masalah karena secara teoritis dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah sebab
hal ini sangat dibutuhkan siswa dalam mengarungi perjalanan hidupnya baik
dalam pendidikannya maupun dalam kehidupan sehari-hari siswa
20
Daftar Pustaka
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal. Edisi Khusus No 1. Agustus 2011
Ismaimuza, D. (2010). Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Strategi Konflik Kognitif. Disertasi pada PPs UPI. Bandung: Tidak Diterbitkkan.
Ratumanan, Tanwey Gerson. 2004. Belajar dan Pembelajaran, Edisi ke-2. Surabaya: Unesa University Press.
Sanjaya, Wina. 2008. Starategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Santyasa W I. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Kooperatif. Makalah disajikan dalam Pelatihan tentang Pembelajaran dan Asesmen Inovatifbagi Guru-Guru Sekolah Menengah di Kecamatan Nusa Penida tanggal 22, 23, dan 24 Agustus 2008 di Nusa Penida
Sobirin. 2011 Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (diakses tanggal 25 Desember) http://kangsobirin.wordpress.com/2011/06/03/strategi-pembelajaran-berbasis-masalah-spbm-teori-pembelajaran-kognitif-e-c-tolman/
Trianto: 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group