makalah sumber bahan media kelompok 2
DESCRIPTION
Makalah Sumber Bahan MediaTRANSCRIPT
OBSERVASI DAN WAWANCARA SUMBER, BAHAN, DAN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS
TINGGI DI SD N 1 SUSUKAN
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata KuliahSumber, Bahan, dan Media Pembelajaran(Dosen Pengampu: Dedy Irawan, S.Pd)
1. Mila Awinda Iftiana 11011001092. Asrofi’ah 11011001193. Ibnu Sudrajat 11011001324. Fitria Ningrum 11011001535. Arin Nugrahita Pradesti 1101100154
Kelompok : 2Kelas 4C
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2013
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu
Wata’ala,karena berkat rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kamidapat
menyelesaikan laporan dengan judul “Observasi Dan Wawancara Sumber, Bahan,
dan Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas Tinggi di SD N 1
Susukan”tanpa suatu halangan apapun. Adapun laporan ini kami buat dalam
rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Sumber, Bahan, dan Media
Pembelajaran
yang diampu oleh bapak Dedy Irawan, S.Pd.
Penulisan laporan ini dibuat berdasarkan hasil observasi dan wawancara di
SD N 1 Susukan bersama bapak Wasikin. Pada penulisan laporan ini semoga
dapat memberikan manfaat dan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber yang
dipergunakan sebagai bahan dalam belajar mengenai sumber, bahan, dan media
pembelajaran.
Namun, kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami meminta kritik dan saran yang membangun demi
kesempunaannya laporan ini.
Purwokerto, Mei 2013
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul........................................................................................................ i
Halaman Pengesahan..............................................................................................ii
Kata Pengantar....................................................................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................................ iv
A. Tinjauan Pustaka............................................................................................... 1
B. Hasil Kunjungan/Observasi.............................................................................. 15
C. Rekomendasi.................................................................................................... 20
Daftar Pustaka
Daftar Lampiran
3
A. Tinjauan Pustaka
1. Sumber Belajar
a. Pengertian sumber belajar
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang berada di sekitar
lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan
untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi hasil belajar ini
dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar (output) namun juga dilihat
dari proses berupa interaksi siswa dengan berbagai macam sumber
belajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar dan mempercepat
pemahaman dan penguasaan dibidang ilmu yang dipelajarinya.Sumber
Belajar dapat juga diartikan dengan segala hal yang berada di luar diri
anak didik yang memungkinkannya untuk belajar yang dapat berupa
pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan, sebagai mana
dijelaskan oleh AECT (Association for Education and Communication
Technology) yang menyatakan bahwa sumber belajar (learning
resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud
tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar, baik secara
terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa
dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dimanfaatkan dan
diperlukan dalam proses pembelajaran, yang dapat berupa buku teks,
media cetak, media elektronik, narasumber, lingkungan sekitar, dan
sebagainya yang dapat meningkatkan kadar keaktifan dalam proses
pembelajaran.Sumber belajar adalah segala sesuatu yang tersedia di
sekitar lingkungan belajar yang berfungsi untuk membantu optimalisasi
hasil belajar. Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari
hasil belajar saja, namun juga dilihat dari proses pembelajaran yang
berupa interaksi siswa dengan berbagai sumber belajar yang dapat
memberikan rangsangan untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan
penguasaan bidang ilmu yang dipelajari.Pada dasarnya sumber belajar
yang dipakai dalam pendidikan adalah suatu sistem yang terdiri dari
4
sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan
dibuat agar memungkinkan siswa belajar secara individual.
b. Jenis sumber belajar
Jika kita tinjau dari pemanfaatannya sumber belajar terbagi menjadi
dua yaitu sumber belajar yang didesain (by design) dan sumber belajar
yang tinggal pakai/dimanfaatkan (by utilitation).
1) Sumber belajar yang didesain (by design)
Sumber belajar yang di desain merupakan sumber-sumber
belajar yang secara khusus di kembangkan sebagai “komponan sistem
instruksional” yang diharapkan dapat membantu kemudahan kegiatan
belajar yang bersifat formal ataupun non formal dan mempunyai
tujuan tertentu. Sumber belajar jenis ini harus dianalisis,
direncanakan, dan kemudian baru dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan tujuan dan materi serta karateristik si belajar/siswa agar
hasilnya benar-benar dapat memudahkan belajar.
2) Sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilization)
Sumber belajar yang tinggal dimanfaatkan yaitu sumber-sumber
yang tidak secara khusus didesain untuk keperluan pembelajaran
namun dapat di temukan, diterapkan, dan digunakan untuk keperluan
belajar. Dari beberapa definisi dan penjelasan tentang teknologi
instruksional dapat kita ambil beberapa kesimpulan; bahwa teknologi
instruksional menghasilkan sumber belajar yang dapat digunakan
untuk memperbaiki pengajaran. Terdapat fungsi-fungsi tertentu,
misalnya pengembangan instruksional, produksi media, pengelolaan
sumber belajar, penilaian program, dan sebagainya yang harus
dijalankan oleh tenaga-tenaga tertentu dalam bidang teknologi
instruksional.
c. Peranan sumber belajar
1) Menjembatani anak atau siswa dalam memperoleh pengetahuan
(belajar).
5
2) Mentransmisi rangsangan atau informasi kepada anak atau siswa
(ungkapan transmisi dalam konteks ini mempunyai dimensi banyak
dan dapat dikaitkan dengan pertanyaan-pertanyaan “apa, siapa, di
mana, dan bagaimana”; pertanyaan-pertanyaan ini amat berguna
sebagai alat bantu mengorganisasi dimensi sumber belajar.
d. Manfaat sumber belajar
1) Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: mempercepat
laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara
lebih baik dan ; mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi,
sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
2) Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih
individual, dengan cara: mengurangi kontrol guru yang kaku dan
tradisional; dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk
berkembang sesuai dengan kemampuannnya.
3) Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan
cara: perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan
pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
4) Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: meningkatkan
kemampuan sumber belajar; penyajian informasi dan bahan secara
lebih kongkrit.
5) Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: mengurangi
kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak
dengan realitas yang sifatnya kongkrit; memberikan pengetahuan yang
sifatnya langsung.
6) Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan
menyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.
Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan
arti penting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian
hasil pembelajaran siswa di SD.
6
2. Bahan Ajar
a. Pengertian bahan ajar
Bahan ajar adalah seperangkat materi/substansi pembelajaran
(teaching material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok
utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap,
tindakan, dan ketrampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi
berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok
bahasa tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Lebih lanjut disebutkan bahwa bahan ajar berfungsi sebagai:
1) Pedoman bagi pengajar yang akan mengarahkan semua aktivitasnya
dalam proses pembelajaran.
2) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya
dalam proses pembelajaran.
3) Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran.
b. Jenis-jenis bahan ajar
1) Bahan ajar visual, yaitu bahan ajar yang penggunaannya dengan indra
penglihatan. Terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain
handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart,
foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/maket.
2) Bahan ajar audio, yaitu bahan ajar yang penggunaanya menggunakan
indra pendengaran, yaitu ditangkap dalam bentuk suara. Contohnya
seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
3) Bahan ajar audio visual, yaitu bahan ajar yang dapat ditangkap dengan
indra pendengaran dan indra penglihatan. Contohnya seperti video
compact disk, film.
4) Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material)
seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD)
multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web
based learning materials).
7
3. Media Pembelajaran
a. Pengertian media pembelajaran
Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang
berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti ‘tengah’,
‘perantara’ atau ‘pengantar’ (Azhar, 2007: 73). Oleh karena itu, media
dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke
penerima pesan. Media dapat berupa sesuatu bahan (software) dan/atau
alat (hardware). Banyak batasan tentang media, Association of Education
and Communication Technology (AECT) memberikan pengertian tentang
media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dan informasi. Dalam dunia pendidikan, sering kali
istilah alat bantu atau media komunikasi digunakan secara bergantian
atau sebagai pengganti istilah media pendidikan (pembelajaran).
Penggunaan alat bantu berupa media komunikasi, hubungan komunikasi
akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal.
Menurut National Education Association (NEA) media adalah bentuk-
bentuk komunikasi baik yang tercetak maupun audio visual beserta
peralatannya.
Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di
atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan
untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar
(individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar
(di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
b. Klasifikasi media pembelajaran
Media pembelajaran merupakan komponen instruksional yang
meliputi pesan, orang, dan peralatan. Dengan masuknya berbagai
pengaruh ke dalam dunia pendidikan (misalnya teori/konsep baru dan
teknologi), media pendidikan (pembelajaran) terus mengalami
perkembangan dan tampil dalam berbagai jenis dan format, dengan
8
masing-masing ciri dan kemampuannya sendiri. Dari sinilah kemudian
timbul usaha-usaha untuk melakukan klasifikasi atau pengelompokan
media, yang mengarah kepada pembuatan taksonomi media
pendidikan/pembelajaran.
Usaha-usaha ke arah taksonomi media tersebut telah dilakukan oleh
beberapa ahli. Rudy Bretz, mengklasifikasikan media berdasarkan unsur
pokoknya yaitu suara, visual (berupa gambar, garis, dan simbol), dan
gerak. Di samping itu juga, Bretz membedakan antara media siar
(telecommunication) dan media rekam (recording). Dengan demikian,
media menurut taksonomi Bretz dikelompokkan menjasi 8 kategori:
1) media audio visual gerak,
2) media audio visual diam,
3) media audio semi gerak,
4) media visual gerak,
5) media visual diam,
6) media semi gerak,
7) media audio, dan
8) media cetak.
c. Perananmedia
Ada beberapa peranan media pembelajaran, diantaranya adalah:
1) Media pembelajaran mengatasi perbedaan pengalaman pribadi peserta
didik.
2) Media pembelajaran mengatasi batas-batas ruang kelas.
3) Mengamati benda yang terlalu kecil.
4) Mengamati benda yang bergerak terlalu cepat atau terlalu lambat.
5) Mengamati suara yang halus untuk didengar.
6) Mengamati peristiwa-peristiwa alam.
7) Media pembelajaran berperan membangkitkan minat belajar yang
baru.
Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa media pembelajaran
berperan untuk membantu mewujudkan tujuan pembelajaran. Media
9
pembelajaran dapat mengatasi permasalahan-permasalahan yang
menyangkut pembelajaran.
d. Manfaat media
Secara umum manfaat media dalam pembelajaran adalah
memperlancar interaksi guru dan siswa, dengan maksud untuk membantu
siswa belajar secara optimal. Namun demikian, secara khusus manfaat
media pembelajaran yaitu:
1) Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.
2) Guru mungkin mempunyai penafsiran yang beraneka ragam tentang
sesuatu hal. Melalui media, penafsiran yang beraneka ini dapat
direduksi, sehingga materi tersampaikan secara seragam.
3) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik.
4) Media dapat menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio)
dan dapat dilihat (visual), sehingga dapat mendeskripsikan prinsip,
konsep, proses maupun prosedur yang bersifat abstrak dan tidak
lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap.
5) Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.
6) Jika dipilih dan dirancang dengan benar, maka media dapat
membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara
aktif. Tanpa media, guru mungkin akan cenderung berbicara “satu
arah” kepada siswa.
7) Jumlah waktu belajar dapat dikurangi.
8) Seringkali terjadi, para guru banyak menghabiskan waktu untuk
menjelaskan materi ajar. Padahal waktu yang dihabiskan tidak perlu
sebanyak itu, jika mereka memanfaatkan media dengan baik.
9) Kualitas belajar siswa dapat lebih ditingkatkan.
10) Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih
efesien, tetapi juga membanu siswa menyerap materi ajar secara
lebih mendalam dan utuh.
11) Proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja.
10
12) Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga
siswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja mereka mau, tanpa
bergantung pada keberadaan guru.
13) Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
14) Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Hal ini
dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa pada ilmu
pengetahuan dan proses pencarian ilmu.
15) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.
16) Dengan media, guru tidak perlu mengulang-ulang penjelasan, namun
justru dapat mengurangi penjelasan verbal (lisan), sehingga guru
dapat memberikan perhatian lebih banyak kepada aspek pemberian
motivasi, perhatian, bimbingan, dan sebagainya.
4. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di SD
a. Pengertianpembelajaran Bahasa Indonesia
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual,
sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran
bahasa diharapkan bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal
dirinya, budayanya, budaya orang lain serta dengan pembelajaran bahasa
akan dapat membantu dalam mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan
menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang
ada dalam dirinya.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik agar nantinya dalam berkomunikasi kita dapat
berkomunikasi degan menggunakan bahasa Indonesia secara baik
maupun benar, penggunaan tersebut baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia
Indonesia.
11
Dalam teori belajar, perkembangan kognitif serta perkembangan
bahasa pada anak usia 5-7 tahun atau anak kelas awal SD mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
1) kemampuan kognitif dan bahasa anak usia tersebut telah memadai
untuk belajar dalam situasi yang lebih formal.
2) anak-anak seusia itu masih memandang sesuatu lebih sebagai
keseluruhan.
3) Sesuatu lebih mudah mereka pahami jika diperoleh melalui interaksi
sosial dengan mengalaminya secara nyata dalam situasi yang
menyenangkan.
4) situasi yang akrab, dilandasi penghargaan, pengertian, dan kasih
sayang, serta lingkungan belajar kondusif dan terencana sangat
membantu proses belajar yang efektif.
Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut sebaiknya
mendapat porsi yang seimbang. Dalam pelaksanaanya sebaiknya
dilaksanakan secara terpadu, misalnya:
1) mendengarkan —— menulis —— berdiskusi
2) mendengarkan —— bercakap-cakap —— membaca
3) bercakap-cakap —— menulis —— membaca
4) membaca —— berdiskusi —— memerankan
5) menulis —— melaporkan —— membahas
dari berbagai pendapat para ahli dan rambu-rambu pembelajaran
Bahasa Indonesia, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran, khususnya di
kelas-kelas awal, harus mempertimbangkan asas keterkaitan atau
keterpaduan sebagai pendekatan pembelajaran sesuai dengan
perkembangan anak sekolah dasar yang holistik yaitu pendekatan
pembelajaran terpadu. Guru sebagai model dalam berbahasa (membaca
dan menulis) selama proses pembelajaran berlangsung serta bertindak
sebagai fasilitator dan memberikan umpan balik yang positif. Kualitas
hasil pembelajaran Bahasa Indonesia dipengaruhi oleh berbagai
12
faktor.Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pendekatan dalam
proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas. Proses tersebut
menyangkut materi ajar yang digunakan, kegiatan guru dan peserta
didik, interaksi peserta didik dengan peserta didik, kemudian interaksi
antara peserta didik dengan guru, dan bahan ajar, alat dan lingkungan
belajar serta cara peserta didik dengan peserta didik, kemudian interaksi
antara peserta dan alat evaluasi dan kesesuaian dengan kebutuhan
perkembangan peserta didik itu sendiri.
b. Tujuan pembelajaran bahasa indonesia di SD
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah
satu program yang bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan berbahasa peserta didik, serta sikap positif terhadap Bahasa
dan Sastra Indonesia.Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD/
Madrasah Ibtidaiyah yaitu :
1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis
2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan dan bahasa negara,
3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan,
4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, serta kematangan emosional dan sosial,
5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas
wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan berbahasa,
6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Sedangkan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI
untuk aspek menulis adalah agar peserta didik memiliki kemampuan
untuk melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana,
13
petunjuk, surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan,
ringkasan, parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk
cerita, puisi, dan pantun.
c. Ruang lingkup bahasa indonesia di SD
Adapun ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesi di SD
adalah sebagai berikut :
1) Aspek mendengarkan mencakup dua sub aspek yaitu:
a) Mendengarkan aktif. Contohnya pada kompetensi dasar seperti:
membedakan berbagai bunyi bahasa perintah, dan dongeng yang
dilisankan.
b) Aktif produktif. Contohnya pada kompetensi dasar antara
lain:yang pertama menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita,
kemudian mengulang deskripsi tentang benda-benda di tentang
deskripsi benda-benda di sekitar dan dongeng, menyebutkan isi
dongeng, dan mendeskripsikan isi puisi.
2) Aspek berbicara mencakup dua sub aspek, yaitu:
a) Berbicara aktif dapat dicontohkan pada kompetensi dasar
seperti: mendeskipsikan semua benda-benda yang ada di sekitar
kita dan fungsi anggota tubuh dengan kalimat sederhana,
mendeklamasikan puisi anak dengan lafal dan intonasi yang sesuai.
b) Berbicara aktif produktif dapat dicontohkan pada kompetensi dasar
seperti: bertanya kepada orang lain dengan pikiran, perasaan, dan
menggunakan pilihan kata yang tepat dan santun, menceritakan
kembali cerita anak yang didengarkan dengan menggunakan kata-
kata sendiri.
2) Aspek membaca mencakup dua sub aspek, yaitu:
a) Membaca aktif dapat dicontohkan pada kompetensi dasar
seperti: membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan wacana tulis
dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat, membaca
nyaring dan membaca dalam hati.
14
b) Membaca Aktif Produktif dapat dicontohkan pada kompetensi
dasar seperti: menyebutkan isi teks agak panjang (20-25 kalimat)
yang dibaca dalam hati, menjawab dan atau mengajukan
pertanyaan.
3) Aspek menulis mencakup dua sub aspek, yaitu sastra dan non sastra.
a) Sub aspek sastra dapat dicontohkan pada kompetensi dasar
seperti: menulis karangan sederhana, menulis berbagai karya sastra
untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan pantun.
b) Sub aspek non sastra dapat dicontohkan pada kompetensi dasar
seperti: menulis petunjuk, surat, pengumuman, formulir, teks
pidato, laporan dan ringkasan.
5. Drama
Drama adalah karya seni berupa dialog yang dipentaskan. Drama
kerap dimasukkan dalam ranah kesusasteraan karena menggunakan bahasa
sebagai media penyampai pesan. Menurut jenisnya, pementasan drama
dapat digolongkan menjadi empat macam yaitu drama tragedi, drama
komedi, melodrama, dan dagelan.
1) Drama tragedi adalah drama yang melukiskan kisah sedih. Tokoh-
tokohnya menggambarkan kesedihan. Tokoh dalam drama tragedi ini
disebut tragic hero artinya pahlawa yang mengalami nasib tragis.
2) Drama komedi adalah drama yang bersifat menghibur, di dalamnya
terdapat dialog kocak yang bersifat menyindir , dan biasanya berakhir
dengan kebahagiaan. Tokoh-tokoh dalam drama jenis ini biasanya tolol,
konyol, atau bijaksana tetapi lucu.
3) Melodrama adalah cerita yang sentimental. Artinya tokoh dan cerita yang
disuguhkan mendebarkan dan mengharukan. Tokoh dalam jenis drama
ini biasanya digambarkan hitam-putih. Tokoh jahat digambarkan serba
jahat, sebaliknya tokoh baik digambarkan sangat sempurna baiknya
hingga tidak memiliki kesalahan dan kekurangan sedikit pun.
4) Dagelan (farce) adalah drama kocak dan ringan. Alurnya disusun
berdasarkan perkembangan situasi tokoh. Isi cerita biasanya kasar dan
15
fulgar. Drama jenis ini juga dapat disebut sebagai drama komedi
murahan atau komedi picisan.
Berdasarkan teknik pementasannya, drama dibedakan atas drama
bentuk drama tradisional dan drama modern. Drama tradisional adalah seni
drama yang berakar dan bersumber dari tradisi masyarakat, bersifat spontan
dan improvisatoris. Sedangkan drama modern adalah drama yang bertolak
dari hasil sastra yang disusun untuk suatu pementasan. Jadi, perbedaan
utama antara drama tradisional dengan drama modern terletak pada tidak
ada atau adanya naskah. Drama tradisional seperti :
a. drama tutur (lisan dan belum diperankan): kentrung, dalang jemblung,
b. drama rakyat (lisan, spontan, dan cerita daerah): randai, kethoprak
c. drama wayang/klasik (segala macam wayang): wayang kulit, wayang
beber, wayang golek, wayang orang, langendriyan,
d. drama bangsawan (dipengaruhi konsep teater Barat dan ditunjang
pengaruh kebudayaan melayu dan Timur Tengah): komedi bangsawan,
komedi stambul
Drama modern dapat dikelompokna menjadi yaitu drama
konvensional (sandiwara) adalah drama yang bertolak dari lakon drama
yang disajikan secara konvensional DAN drama kontemporer (teater
mutakhir) adalah drama yang mendobrak konvensi lama dan penuh dengan
pembaharuan, ide-ide baru, gagasan baru, penyajian baru, dangabungan
antara barat dan timur. Dalam Kurikulum 2006, analisis drama banyak
diarahkan pada analisis tentang penokohan. Tokoh dalam drama dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
a. Berdasarkan peran terhadap jalan cerita, ada tokoh protagonis, tokoh
antagonis, dan tokoh tritagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh utama
cerita yang pertama-tama menghadapi masalah. Tokoh ini biasanya
didudukkan penulis sebagai tokoh yang memperoleh simpati
pembaca/penonton karena memiliki sifat yang baik. Tokoh antagonis
adalah tokoh penentang tokoh protagonis. Tokoh tritagonis disebut juga
tokoh pembantu, baik membantu tokoh protagonis maupun antagonis.
16
b. Berdasarkan peran dalam lakon serta fungsinya, ada tokoh sentral, tokoh
utama, dan tokoh pembantu. Tokoh sentral adalah tokoh-tokoh yang
paling menentukan gerak lakon. Tokoh sentral merupakan biang keladi
pertikaian. Dalam hal ini tokoh sentral adalah tokoh protagonis dan tokoh
antagonis.Tokoh utama adalah pendukung atau penentang tokoh sentral.
Mereka dapat berperan sebagai perantara tokoh sentral. Dalam hal ini,
yang berperan sebagai tokoh utama ialah tokoh tritagonis.Tokoh
pembantu yaitu tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau
tambahan dalam mata rantai cerita. Kehadiran tokoh pembantu ini hanya
menurut kebutuhan cerita. Tidak semua lakon drama menghadirkan
tokoh pembantu. Mengenal dan memahami tokoh mutlak dilakukan oleh
calon pemeran, sebab akan memungkinkannya mengenal benar hubungan
tokoh yang akan diperankannya dengan tokoh-tokoh lainnya. Dengan
demikian, akan memperjelas sifat dan perilaku tokoh yang harus
diperankannya.
17
B. Hasil Kunjungan/ Observasi
SD N 1 Susukan terletak di Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas.
SD ini bersebelahan dengan kantor kelurahan dan dekat dengan tanah lapang.
SD N 1 Susukan memiliki sebanyak 6 ruang kelas (rombel), 1 ruang guru, 1
ruang kepala sekolah, 1 ruang perpustakaan, dan 1 mushola (dalam proses
pembangunan). SD ini memiliki 3 guru kelas PNS, 3 guru kelas Wiyata Bakti,
1 guru agama, 1 guru olahraga, dan 1 penjaga sekolah. Adapun jumlah peserta
didiknya adalah 201, untuk kelas V sendiri jumlah peserta didiknya ada 39
yang terdiri dari laki-laki 22 dan perempuan 17.
Gambar bangunan SD N 1 Susukan
Adapun pelaksanaan observasi dan wawancara dapat diuraikan sebagai berikut:
Kelompok kami (kelompok 2) mengunjungi SD N 1 Susukan pertama
kali pada tanggal 17 Mei 2013. Kami datang bermaksud untuk survei sekolah
sekaligus meminta izin melakukan observasi dan wawancara terkait sumber,
bahan, dan media pembelajaran Bahasa Indonesia. Kami bertemu kepala
sekolah yaitu Bapak Dasirun. Selanjutnya, kami mengutarakan maksud tujuan
kami kepada bapak kepala sekolah. Bapak kepala sekolah memanggil guru
18
kelas V yaitu bapak Wasikin , setelah itu kami mengadakan perjanjian untuk
melakukan observasi dan wawancara.
Observasi dilakukan pada tanggal 22 Mei 2013. Kebetulan pada hari
Selasa, kelas V terdapat jadwal untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Disitu
kami masuk ke kelas dan mengamati jalannya pembelajaran. Saat itu, sedang
melakukan pembelajaran drama. Guru membagikan teks drama kepada
masing-masing peserta didik, selanjutnya meminta mereka untuk berkelompok
dan memperagakkan drama. Setiap kelompok maju untuk memperagakkan, dan
guru mengoreksi satu per satu. Berdasarkan hasil dari pertunjukkan yang
terbaik, guru memberikan hadiah berupa applause sebagai bentuk penghargaan.
Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan soal latihan terkait peragaan drama.
Wawancara dilakukan pada tanggal 23 Mei 2013. Kami melakukan
wawancara dengan bapak seputar sumber, bahan, dan media pembelajaran
yang digunakan. Adapun hasil dari observasi dan wawancara yang kami
lakukan akan diuraikan sebagai berikut:
1. Observasi dan wawancara sumber pembelajaran Bahasa Indonesia kelas
tinggi (kelas v)
Sumber pembelajaran Bahasa Indonesia yang pertama berupa sumber
dari orang yang dirancang yaitu guru kelas itu sendiri, selanjutnya sumber
yang digunakan bahan berupa buku-buku. Adapun buku yang dipergunakan
meliputi, buku BSE (Buku Sekolah Elektronik) Bahasa Indonesia untuk
Sekolah Dasar Kelas V karangan Umri Nur’aini dan Indriyani, buku Belajar
Aktif Bahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas 5 karangan Widya S, buku Mari
Belajar Bahasa Indonesia karangan Darisman, Fokus Pembelajaran
Berkarakter untuk SD/MI, Cerah Pengantar Belajar Mandiri untuk SD/MI
Kelas 5.Semua sumber pembelajaran berupa bahan tersebut saling
melengkapi satu sama lain.
19
B.1 Gambar sumber belajar berupa bahan (buku)
2. Observasi dan wawancara bahan ajar pembelajaran Bahasa Indonesia kelas
tinggi (kelas v)
Bahan ajar pembelajaran Bahasa Indonesia berupa buku BSE yang
didesain oleh guru. Selain itu, buku BSE didampingi oleh Lembar Kerja
Siswa (berupa rangkuman materi dan berisi soal-soal), Fokus Pembelajaran
Berkarakter untuk SD/MI, Cerah Pengantar Belajar Mandiri untuk SD/MI
Kelas 5.
B.2 Gambar buku BSE yang selanjutnya dirangkum oleh guru
(bahan ajar)
20
B.2 Gambar bahan ajar
3. Observasi dan wawancara media pembelajaran Bahasa Indonesia kelas
tinggi (kelas v)
Berdasarkan hasil kunjungan/observasi di kelas saat pembelajaran
Bahasa Indonesia (Selasa/21 Mei 2012), khususnya materi terkait drama.
Guru menggunakan media berupa teks drama. Media yang pernah
digunakan untuk pembelajaran Bahasa Indonesia, seperti lingkungan. Media
lingkungan tersebut digunakan saat pembelajaran membuat puisi, yaitu
peserta didik diminta untuk mengamati lingkungan sekitar dan kemudian
dijadikan sebuah puisi.
B.3 Gambar media teks drama
21
Pembelajaran Bahasa Indonesia itu terdapat media yang berasal dari
jatah pemerintah, media tersebut masih baru. Namun setelah guru mengecek
media tersebut, ternyata media bentuknya terlalu kecil sehingga guru jarang
menggunakan media tersebut. Menurut guru, media dari jatah pemerintah
tersebut kecil sehingga jika diperagakan di kelas kurang layak (tidak terlihat
semua oleh peserta didik).
22
C. Rekomendasi
Melihat kondisi sekolah kita suah dapat menyimpulkan memang sudah
baik secara fisik. Tetapi setelah kami adakan onservasi dan wawancara
sebebnarnya ada beberapa permasalahan yang sudah cukup lama tidak di
carikan solusinya. Bebrapa permasalahan tersebut sudah pasti titik sasarannya
yaitu mengenai sumber, bahan dan media.
Melihat dari sisi sumber buku pelajaran memang sudah ada tersedia dari
sekolah khususnya yang diberikan langsung karena ada pemberian dari
pemerintah. Selain itu juga para guru sering berkumpul bersama aau
mengadakan perkumpulan untuk membahas dalam menentukan beberapa
sumber yang akan digunakan untuk mengajar di sekolah dasar. Rekomendasi
dari kelompok kami yaitu berdasarkan dari pnjelasan tadi dan mengacu pada
perkembangan zaman yag semakin maju dalam menentukan smber guru harus
lebih kreatif walaupn sudah ada buku dari pemerintah dan melakukan
kesepakatan dengan para guru lain tetapi lebih baik lagi jika kita juga dapat
mencari buku lagi yang lain di toko-toko buku. Semakin banyak referensi maka
keutuhan materipun akan semakin kompleks dan juga anak dapat menerima
materinya labih unik tidak hanya berpedoman dari sumber itu saja. Jadi
rekomendasi dari kelompok kami lebih menitik beratkan supaya guru mampu
untuk membeli atau menambahkan buku sendiri tidak hanya mengandalkan
buku yang di sediakan oleh pemerintah saja.
Melihat dari sisi bahan bahwa setelah dilakukan observasi sekolah ini
hanya menggunakan dua bahan ajar saja. Bahan ajar adalah sesuatu yang
sangat penting dalam proses pembelajaran. Rekomendasi dari kelompok kami
yaitu hampir sama seperti sumber karena pada dasarnya dalam pencarian bahan
belajar sama-sama menggunakan buku, jadi di sini disarankan bahwa dalam
penggunaan bahan belajar di usahakan tidak hanya mengandalkan dua sumber
belajar saja, tetapi guru harus lebih kreatif kita bisa membeli dan
mengguanakan bahan ajar yang lain, sehingga jika bahan belajar banyak maka
pengetahuan yang akan didapatkan juga akan lebih banyak dan juga ketika
akan menyajikan soal-soal juga akan labih bervariasi dan siswa akan lebih
23
tertantang dalam mengerjakan soal. Jadi dapat disimpulkan bahwa
rekomendasi mengenai bahan lebih menitik beratkan untuk tidak
mengandalkan itu saja tetapi guru bisa mencari yang lain atau membeli sendiri
supaya bahan belajar lebih banyak lagi.
Mengenai media pembelajaran maka kelompok kami merencanakan
untuk menyumbangkan media pembelajaran. Hal tersebut diperkuat dengan
adanya media pembelajaran yang masih kurang. Media yang ada di sekolah ini
memang sudah ada tetapi jika melihat media yang diberikan oleh pemerintah
untuk sekolah ini kebanyakan hanya untuk kelas rendah saja. Kelas tinggi
hampir tidak ada media.
Selanjutnya kelompok kami merencanakan untuk menyumbangkan
media pembelajaran yang berbentuk gambar-gambar ( berupa banner). Alasan
kelompok kami memilih media berupa banner adalah yang pertama karena
melihat kondisi yang terdapat di ruang kelas yaitu belum banyaknya media
gambar, sehingga media yang cocok yaitu banner. Kami juga sebelumnya
meminta masukan dari guru kelas. Ternyata beliau juga mengusulkan media
berupa gambar-gambar. Adanya usul tersebut memperkuat kelompok kami
untuk menyumbangkan media banner. Melihat dari sisi kriteria media yang
baik yaitu, ekonomis, efisien, praktis, mudah, dan dapat membangkitkan
motivasi dan minat peserta didik, maka banner memenuhi kriteria tersebut.
Banner adalah media pembelajaran yang di pasang di tembok kelas dapat
berupa gambar peristiwa alam, petunjuk penggunan benda ataupun yang lain.
Tetapi di sini materi yang kami sorot yaitu sosio drama sehingga dalam
pembuatan banner gambar-gambar yang kami munculkan yaitu mengenai
beberapa ekspresi wajah, kostum-kostum yang digunakan untuk pementasan
drama dan juga contoh-contoh tema drama.
Media berupa banner tersebut dapat ukuran dan kegunaanya dapat
disejajarkan dengan sebuah papan pengumuman kayu dan bagusnya lagi
komposisi warna dalam sebuah banner sangatlah kompleks, dengan banner kita
dapat menampilkan gambar nyata dari suatu benda tertentu, karena banner itu
24
sendiri bagaikan suatu cetak photo dengan ukuran yang yang bisa dibuat
sebesar mungkin sesuai keinginan kita.
Melihat dari segi ukuran tentu saja media banner lebih besar jadi lebih
gampang saat dilihat. Media yang kami buat ini cukup portable karena bisa
dilipat, sehingga tidak memakan ruang saat disimpan. Media ini dapat dipakai
berberapa kali untuk mengajarkan materi sosio drama tentunya.
Banner itu sendiri terbuat dari bahan dasar plastik sehingga tidak akan
mudah rusak seperti layaknya kertas apabila terkena air, dan banner tak akan
mudah rusak pula saat disimpan, dan keunikan dari banner adalah mudah di
pajang dimanapun lokasinya. Dalam penggunaan banner itu sendiri tidak
membahayakan baik guru ataupun siswa karena ini berupa kain. Pengguanaan
banner ini kami letakkan di ruang kelas atau lebih khususnya yaitu di depan
ruang kelas sehingga ketika guru sedang menjelaskan materi khususnya
mengenai sosio drama guru langsung bisa menggunakan media pembelajaran
tersebut. Jadi anak langsung dapat melihat dan memahami gambar yang
ditunjukan dalam banner tersebut.
Kelompok kami menitik beratkan pada materi sosio drama, ketika guru
akan mengajarkan sosio drama tentunya ketika akan memainkan drama kita
harus mengerti salah satu faktor yang harus di pahami untuk memerankan
drama yaitu ekspresi wajah. Ketika akan memainkan drama yang harus marah,
sedih atau kecewa tentunya peran-peran itu memiliki ekspresi wajah yang
berbeda-beda. Dari itu supaya siswa lebih cepat memahami ekspresi ajah itu
guru di sini bukan hanya menjelaskan melaui cerita tetapi dengan adanya
banner ini yang ada gambar ekspresi wajahnya, maka guru dapat langsung
menunjukan gambar ekspresi wajah yang harua dimainkan. Ketika anak
langsung melihat contoh dari ekspresi wajah tersebut tentunya akan sangat
membantu siswa dalam memainkan peran tersebut dan memudahkannya ntk
lebih menghayati peran yang akan dimainkan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri.(2002).Media Pembelajaran. Surakarta: LPP UNS dan UPT
Penerbitan Percetakan UNS PRESS.
Azhar, Arsyad. (2007). Media Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persda.
Hernawan, Asep, H,. Zaman, Badru,. Riyana, Cepi. (2007). Media Pembelajaran
Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.
Muhdhofir.(19860).Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pusat Sumber Belajar. Bandung:
Remaja Karya.
26
LAMPIRAN
(FOTO PROSES)
Wawancara dengan guru kelas V (Bapak Warsikin, S.Pd)
Kegiatan pembelajaran di kelas (materi sosio drama)
27
Foto bersama peserta didik kelas V setelah wawancara
Foto bersama peserta didik kelas V setelah wawancara
28
29