makalah semprop - rdk

25
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian menjadi salah satu sektor pilar dalam pembangunan perekonomian. Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya hayati yang diusahakan oleh manusia untuk menghasilkan kemanfaatan bagi kelangsungan hidup manusia. Kehidupan agraris sangat melekat dalam kultur masyarakat Indonesia disertai pula dengan kearifan lokal yang dimiliki. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya dalam sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Sektor pertanian juga memiliki peran penting sebagai penyedia pangan bagi masyarakat Indonesia. Semakin meningkatnya kebutuhan pangan mendorong berbagai upaya yang dilakukan baik pemerintah maupun insan pertanian untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Penggunaan pupuk anorganik serta penggunaan pestisida yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan dilakukan demi memenuhi tuntunan kebutuhan pangan yang terus meningkat, yang dikenal sebagai pertanian anorganik (konvensional) saat itu ketika Revolusi Hijau. Dampak negatif akibat pertanian anorganik yang bermula dari Revolusi Hijau mulai bermunculan seperti dari kerusakan lahan, hama penyakit tanaman yang sulit dikendalikan, dan ketergantungan terhadap pupuk kimia sintesis menjadi salah satu alasan petani beralih menerapkan pertanian organik. Sehingga mulai muncul istilah “good agricultural practiceyang menjadi suatu prinsip pertanian yang baru. Prinsip pertanian modern (good agricultural practices) mengutamakan produktivitas tinggi, efisiensi produksi (peningkatan pendapatan petani), ketahanan pangan, kelestarian lingkungan, dan sumber daya. (BPTP, 2005) Berkembangnya pertanian organik mendukung program pemerintah dalam hal keamanan pangan yaitu suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan

Upload: riandra-krisdiyanto

Post on 23-Dec-2015

36 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

makalah semprop padi organik

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH SEMPROP - RDK

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian menjadi

salah satu sektor pilar dalam pembangunan perekonomian. Pertanian merupakan kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya hayati yang diusahakan oleh manusia untuk menghasilkan kemanfaatan bagi kelangsungan hidup manusia. Kehidupan agraris sangat melekat dalam kultur masyarakat Indonesia disertai pula dengan kearifan lokal yang dimiliki. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya dalam sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Sektor pertanian juga memiliki peran penting sebagai penyedia pangan bagi masyarakat Indonesia.

Semakin meningkatnya kebutuhan pangan mendorong berbagai upaya yang dilakukan baik pemerintah maupun insan pertanian untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Penggunaan pupuk anorganik serta penggunaan pestisida yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan dilakukan demi memenuhi tuntunan kebutuhan pangan yang terus meningkat, yang dikenal sebagai pertanian anorganik (konvensional) saat itu ketika Revolusi Hijau. Dampak negatif akibat pertanian anorganik yang bermula dari Revolusi Hijau mulai bermunculan seperti dari kerusakan lahan, hama penyakit tanaman yang sulit dikendalikan, dan ketergantungan terhadap pupuk kimia sintesis menjadi salah satu alasan petani beralih menerapkan pertanian organik. Sehingga mulai muncul istilah “good agricultural practice” yang menjadi suatu prinsip pertanian yang baru. Prinsip pertanian modern (good agricultural practices) mengutamakan produktivitas tinggi, efisiensi produksi (peningkatan pendapatan petani), ketahanan pangan, kelestarian lingkungan, dan sumber daya. (BPTP, 2005)

Berkembangnya pertanian organik mendukung program pemerintah dalam hal keamanan pangan yaitu suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan manusia. UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 menegaskan bahwa pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor meliputi produksi, pengolahan, distribusi hingga konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang serta terjamin keamanannya.

Pertanian organik makin banyak diterapkan pada beberapa komoditi pertanian, salah satunya adalah padi sebagai komoditi penghasil beras dan sebagai bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Di Indonesia, padi tidak hanya berperan penting sebagai makanan pokok, tetapi juga merupakan sumber perekonomian sebagian besar masyarakat di pedesaan. Kekurangan produksi berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk sosial, ekonomi, dan bahkan politik. Karena itu upaya peningkatan produksi padi untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk tentu perlu mendapat perhatian utama dalam pembangunan pertanian.

Kabupaten Ngawi merupakan salah satu sentra produsen padi di Provinsi Jawa Timur. Luas lahan sawah di Kabupaten Ngawi mencapai 38,94% sebesar

1

Page 2: MAKALAH SEMPROP - RDK

2

504,76 Ha dari seluruh luas wilayah Kabupaten Ngawi yaitu sebesar 1.295,98 Ha (BPSb, 2014). Komoditas padi merupakan komoditas pertanian unggulan di Kabupaten Ngawi. Hal tersebut dapat dilihat dari data PDRB Kabupaten Ngawi pada Tabel 1.Tabel 1. Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga

Konstan 2000 Sektor Perekonomian Kabupaten Ngawi Tahun 2008-2012 (Jutaan Rupiah)

NoSektor

Perekonomian

2008 2009 2010 2011 2012

1 PertanianTBMPerkebunanPeternakanKehutananPerikanan

1.039.356,65838.220,97

55.180,569.635,1162.834,6213.485,45

1.092.374,15887.646,0553.287,8172.591,8264.874,2313.974,24

1.145.589,74927.707,1154.868,1777.479,3370.085,2315.449,9

1.182.083,93945.489,1560.263,7583.902,4475.860,4816.568,11

1.251.535,051.009.396,90

62.243,1388.757,0173.159,8517.978,17

2 Pertambangan dan Penggalian

16.286,8 16.983,88 17.526,39 18.145,41 18.624,92

3 Industri Pengolahan

173.860,51 184.792,71 196.280,68 209.719,3 223.872,69

4 Listrik, Gas dan Air Bersih

16.013,48 17.819,46 19.108,85 20.651,62 23.048,17

5 Bangunan 120.634,7 127.066,94 135.663,44 147.557,05 157.375,92

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran

793.681,83 848.170,35 923.010,01 1.012.315,75 1.097.748,36

7 Pangangkutan dan Komunikasi

70.403,69 75.655,53 81.775,64 88.463,67 94.242,95

8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Usaha

173.209,38 180.511,25 190.048,44 201.371,53 213.730,45

9 Jasa-Jasa 381.888,39 399.228,25 412.818,32 433.126,72 451.305,03

Jumlah 2.785.335,43 2.942.602,51 3.121.821,49 3.313.434,98 3.531.483,53

Sumber : BPS, 2013Tabel 2. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Ngawi Tahun

2013Jenis Tanaman Pangan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)

Padi 122.162 749.092Jagung 22.690 141.922Kedelai 9.893 14.133Ubi kayu 7.487 174.921Kacang Tanah 6.074 11.902Ubi jalar 1.292 28.487Kacang Hijau 165 275

Sumber : BPSa, 2014Berdasarkan Tabel 2. diketahui bahwa dari ketujuh jenis tanaman pangan,

padi merupakan tanaman pangan yang paling mendominasi di Kabupaten Ngawi

Page 3: MAKALAH SEMPROP - RDK

3

yaitu dengan luas panen paling luas sebesar 122.162 Ha dengan produksi paling tinggi pula sebesar 749.092 Ton. Sedangkan, tanaman pangan lainnya masih berada dibawah padi baik dilihat dari luas panen maupun produksinya, dimana jagung memiliki luas panen 22.690 Ha dengan produksi 141.922 ton, kedelai dengan luas panen 9.893 Ha dengan produksi 14.133 Ton, ubi kayu dengan luas panen 7.487 Ha dengan produksi 174.921 Ton, kacang tanah dengan luas panen 6.074 Ha dengan produksi 11.902 Ton, ubi jalar dengan luas panen 1.292 Ha dengan produksi 28.487 Ton, dan yang paling kecil adalah kacang hijau dengan luas panen 165 Ha dengan produksi 275 Ton.

Pertanian tanaman pangan merupakan prioritas program kemajuan usaha pertanian di Kabupaten Ngawi, dengan membangun sistem pertanian terpadu berbasis organik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (Pertanian Input Rendah). Antusiasme petani di Ngawi yang cukup tinggi untuk mewujudkan hal tersebut, terlebih dengan adanya dukungan program Agribisnis Padi Organik (APO) yang dilaksanakan oleh Kantor Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian serta Gerakan 1000 Ha penanaman padi organik yang dilaksanakan oleh Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura. Melimpahnya hasil pertanian tanaman pangan tersebut, dengan dikembangkannya sistem pertanian terpadu berbasis organik, maka peluang usaha terbuka lebar khususnya untuk industri pengolahan hasil pertanian tanaman pangan, utamanya padi organik (RTRW Kabupaten Ngawi, 2010)

Pengembangan pertanian padi organik di Kabupaten Ngawi tidak terlepas dari peranan Komunitas Ngawi Organik Center (KNOC) yang diakui secara legal berdiri sebagai sebuah lembaga masyarakat pada tahun 2012 berdasarkan surat Nomor84/KNOC/2012/PN Ngw. KNOC merupakan sebuah organisasi masyarakat yang menjadi suatu komunitas para petani padi organik yang akhirnya membentuk suatu klaster sekaligus ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi menjadi pusat budidaya padi organik di Kabupaten Ngawi. Sekretariat KNOC bertempat di Desa Guyung, Kecamatan Gerih, Kabupaten Ngawi. Meskipun demikian, anggota petani padi organik KNOC tidak hanya berada di sekitar wilayah Desa Guyung, Kecamatan Gerih saja namun tersebar di beberapa daerah di Kabupaten Ngawi.

Perkembangan pertanian padi organik di Kabupaten Ngawi tidak selalu berjalan lancar tanpa hambatan. Salah satu hambatan yang cukup menantang adalah tanggapan petani yang masih pesimis bahwa melalui pertanian organik dapat memberikan hasil yang baik, sehingga masih banyak petani yang belum mau mengadopsi pertanian organik dalam usahatani padi mereka dan cenderung mempertahankan praktek pertanian konvensional. Usahatani padi organik memiliki perbedaan dengan usahatani padi anorganik (konvensional) baik dari penggunaan input, penerapan usahatani di lahan, penggunaan tenaga kerja, pemeliharaan tanaman dan berbagai aspek lain seperti pembiayaan, penerimaan, sampai pendapatan yang diterima dari usahatani.

Suatu usahatani memiliki tujuan untuk menghasilkan kemanfaatan bagi pelakunya, demikian pula pada usahatani padi organik yang sedang dikembangkan di Kabupaten Ngawi harus mampu memberikan pendapatan bagi petani padi organik. Analisis kelayakan usahatani dilakukan untuk menentukan apakah usahatani tersebut layak untuk diusahakan dan dikembangkan atau tidak. Sehingga

Page 4: MAKALAH SEMPROP - RDK

4

ketika usahatani padi organik terbukti layak secara finansial untuk diusahakan, maka dapat menepis keraguan petani padi konvensional untuk beralih menjadi petani padi organik. Usahatani padi organik yang sedang berkembang di Kabupaten Ngawi dimana khususnya berada di sentra padi organik yang dilakukan KNOC perlu dilakukan sebuah analisis kelayakan usahatani. Sehingga tujuan dari setiap pihak yang terlibat dalam pengembangan pertanian padi organik di Kabupaten Ngawi dapat tercapai, baik dari pihak Pemerintah Kabupaten Ngawi sebagai penentu kebijakan maupun petani padi organik sebagai pelaku utama dalam usahatani.

B. Perumusan Masalah1. Berapa besar pendapatan usahatani padi organik yang dilaksanakan oleh petani

anggota KNOC di Kabupaten Ngawi?2. Apakah usahatani padi organik yang dilaksanakan oleh petani anggota KNOC

di Kabupaten Ngawi layak secara finansial untuk diusahakan?3. Bagaimana sensitivitas kelayakan usahatani padi organik yang dilaksanakan

oleh petani anggota KNOC di Kabupaten Ngawi?

C. Tujuan Penelitian1. Mengetahui besar pendapatan usahatani padi organik yang dilaksanakan oleh

petani anggota KNOC di Kabupaten Ngawi.2. Mengetahui kelayakan finansial usahatani padi organik yang dilaksanakan oleh

petani anggota KNOC di Kabupaten Ngawi.3. Mengetahui sensitivitas kelayakan ushatani padi organik yang dilaksanakan

oleh petani anggota KNOC di Kabupaten Ngawi.

D. Manfaat Penelitian1. Bagi Peneliti2. Bagi Petani3. Bagi Pemerintah dan KNOC4. Bagi Pembaca

Page 5: MAKALAH SEMPROP - RDK

5

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu Penelitian Kristiawan (2013) yang berjudul “Analisis Kelayakan

Usahatani Padi di Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar” memiliki tujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani padi di Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar dan untuk mengetahui pengaruh luas lahan, biaya bibit, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja dan biaya teknologi terhadap keuntungan usahatani padi organik di Kecamatan Matesih Kabupaten Kranganyar. Penelitian tersebut merupakan penelitian deskripsi kuantitatif. Penentuan sampel petani diambil dengan teknik cluster random sampling yang masih dikerucutkaan lagi menjadi multi stage random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa usahatani padi di Kecamatan Matesih layak untuk diusahakan karena R/C > 1. Analisis kedua menunjukan bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap keuntungan adalah luas lahan, biaya pestisida, dan biaya tenaga kerja. Secara individu variabel luas lahan, biaya pestisida dan biaya tenaga kerja berpengaruh secara positif, sedangkan variabel biaya bibit, biaya pupuk, dan biaya teknologi berpengaruh negatif terhadap keuntungan padi di Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar.

Penelitian Purmono (2008) dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas” yang mengambil studi kasus di Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara bertujuan untuk mengkaji kegiatan dan kelayakan agribisnis nanas serta menganalisis pengaruh perubahan harga output, harga input, dan tingkat produksi terhadap kelayakan agribisnis nanas. Analisis data yang digunakan dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan secara deskriptif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan analisis usahatani dan analisis kelayakan dilakukan dengan alat ukur kriteria investasi yaitu Net Present Value, Net B/C Rasio, Internal Rate of Return, dan Payback Period, yang disertai pula analisis sensitivitas. Hasil penilitian menunjukan bahwa usahatani selama 6 tahun yang dilakukan petani nanas menguntungan dengan pendapatan sebesar Rp 11.700.000,- atas biaya tunai sebesar Rp 37.865.000. Hasil perhitungan kelayakan pada tingkat diskonto 15% secara finansial usahatani nanas layak dilakukan, dengan NPV sebesar Rp 5.623.375,19, perbandingan Net B/C Ratio 1,35, dan nilai sebesar IRR 24%.

Penelitian Nugraheni (2012) yang berjudul “Analisis Kelayakan Usahatani The Rakyat di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang” memiliki tujuan untuk mengetaahui besar pendapatan usahatani the rakyat yang dilaksanakan oleh petani di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang dan juga untuk mengetahui apakah usahatani the rakyat layak secara ekonomi untuk diusahakan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan usahatani teh adalah Total Revenue (TR) sedangkan untuk mengetahui kelayakan usahatani the digunakan analisis Break Even Point (BEP), Revenue Cost Ratio (RCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Return On Investment (ROI). Hasil penelitian menunjukan bahwa usahatani the rakyat di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang adalah layak dan

5

Page 6: MAKALAH SEMPROP - RDK

6

menguntungkan dengan tingkat RCR secara finansial sebesar 1,99 sedangkan secara ekonomis sebesar 1,20. Nilai NPV layak secara finansial sebesar Rp 215.621.617,50,- sedangkan secara ekonomis mengalami penurunan menjadi Rp 71.066.519,85,-. Nilai IRR lebih tinggi yaitu 11,17% dibanding tingkat suku bunga bank sebesar 10%. Persentase ROI secara finansial adalah 99,17% sedangkan secara ekonomis sebesar 19,60%.

Penelitian Suprapto (2010) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Padi Organik di Kabupaten Sragen” memiliki tujuan untuk mengetahui hasil pendapatan petani padi organik di Kabupaten Sragen, menganalisis faktor-faktor seperti luas lahan, modal, biaya tenaga kerja, biaya bibit, biaya pupuk, biaya pestisida organik dan penyuluhan terhadap pendapatan usahatani padi organik, dan menganalisis faktor dominan antara luas lahan, modal, biaya tenaga kerja, biaya bibit, biaya pupuk, biaya pestisida organik dan penyuluhan terhadap pendapatan. Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian survey. Teknik analisa data yang digunakan meliputi Regresi Linier Berganda, uji statistik, dan uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukan bahwa luas lahan terbukti sebagai faktor dominan yang berpengaruh terhadap pendapatan petani padi organik. Beberapa faktor yang terbukti memiliki pengaruh terhadap pendapatan petani adalah luas lahan, modal, biaya pupuk, dan penyuluhan. Sedangkan faktor-faktor yang tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap pendapatan petani adalah biaya tenaga kerja, biaya bibit, dan biaya pestisida organik.

B. Tinjauan Pustaka1. Pertanian Organik2. Sertifikasi Pangan Organik Indonesia3. Padi4. Budidaya Padi Organik5. Usahatani6. Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan Usahatani7. Studi Kelayakan Investasi Agribisnis8. Kelayakan Finansial

a. NPV (Net Present Value)b. IRR (Internal Rate Return)c. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio)d. Pd (Payback Periods)

9. Sensitivitas

Page 7: MAKALAH SEMPROP - RDK

7

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Gambar 1. Bagan Kerangka Teori Pendekatan Masalah

D. HipotesisDiduga usahatani padi organik yang dilaksanakan oleh petani anggota

KNOC Kabupaten Ngawi tergolong dalam kategori layak untuk diusahakan secara finansial

E. Asumsi-asumsi1. Ada ketergantungan kejadian masa mendatang terhadap masa sebelumnya,

sehingga aktivitas masa mendatang mengikuti pola aktivitas masa lalu.2. Kondisi dan keadaan musim dan cuaca setiap tahun dianggap sama selama

umur proyek.3. Petani menerapkan pola masa tanam secara langsung dan beturut-turut

dengan komoditas padi-padi-padi tanpa menganggurkan lahannya dalam waktu yang lama.

4. Periode umur proyek ditentukan selama 5 tahun dengan alasan aset utama berupa lahan (tanah) dalam usahatani tidak memiliki umur ekonomis tertentu

Usahatani Padi Organik

Uji Analisis Usahatani

Analisis Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani

Analisis Kelayakan Finansial

Masa Tanam II Masa Tanam IIIMasa Tanam I

Pendapatan (Per Tahun)

Pendapatan (Sepanjang Periode Umur Proyek)

NPV IRR Net B/C Pb

Layak Tidak Layak

Analisis Sensitivitas

Page 8: MAKALAH SEMPROP - RDK

8

dan dapat ditentukan berapapun umur proyek namun disesuaikan dengan pendekatan umur ekonomis aset lain yang diperkirakan masih dapat beroperasi pada tingkat efisiensi yang diharapkan.

5. Satu tahun periode proyek terdiri dari tiga kali musim tanam dengan lama per musim tanam 4 bulan.

6. Keseluruhan produksi yang dihasilkan petani dari hasil panen padi organik terjual semua karena dibeli oleh KNOC, sesuai dengan isi kontrak antara petani dengan KNOC.

7. Kegiatan investasi dilakukan pada tahun ke-0 dimana dilakukan pembelian alat-alat, mesin, dan jenis investasi lain dan pada tahun ini belum ada proses produksi dan usaha belum menghasilkan, sedangkan pemeliharaan dilaksanakan secara terus menerus.

8. Pada periode proyek tahun ke-1 mulai ada proses produksi dan ada penghasilan, namun produksi padi organik masih belum stabil dari musim tanam pertama sampai ketiga, dikarenakan lahan (tanah) masih mengalami proses pemulihan kesuburan normal.

9. Produksi pada periode proyek tahun ke-2 sampai tahun ke-5 yang diasumsikan memiliki nilai yang statis dari tahun ke tahun termasuk hasil produksi di setiap masa tanam pada masing-masing tahun periode proyek, hal ini di karenakan lahan (tanah) telah mencapai kondisi kesuburan yang normal yang ditunjukan dengan lahan juga menerima sertifikasi organik sehingga produksi relatif stabil.

10. Tingkat harga input dan ouput diasumsikan sama dari awal proyek hingga akhir proyek, karena keterbatasan waktu, dana, dan data yang diperoleh.

11. Tingkat diskonto (discount factor) yang digunakan menggunakan pendekatan rata-rata tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI) untuk suku bunga kredit pertanian pada tahun 2014, yaitu 18%.

12. Analisis sensitivitas usahatani padi organik dilakukan pada 3 kemungkinan perubahan yang terjadi, yaitu penurunan harga jual (output), peningkatan biaya variabel, dan kombinasi keduanya.

13. Diasumsikan petani telah memiliki lahan sebagai aset utama sehingga tidak memasukan pembelian pengadaan lahan ke dalam biaya investasi, namun memunculkan biaya sewa lahan sebagai opportunity cost yang termasuk biaya tetap.

14. Petani mendapatkan sertifikasi organik atas lahannya secara cuma-cumadari KNOC setelah melewati tiga kali musim tanam berurut menerapkan pertanian organik dalam proses usahataninya. Sehingga tidak memunculkan biaya pembelian sertifikasi organik yang termasuk biaya investasi.

F. Pembatasan Masalah1. Petani sampel adalah petani pemiliki penggarap padi organik yang menjadi

anggota KNOC di Kabupaten Ngawi yang lahannya belum tersertifikasi dan yang sudah tersertifikasi organik.

2. Penelitian ini berdasarkan data usahatani padi organik yang diusahakan petani anggota KNOC di Kabupaten Ngawi selama tiga kali musim tanam berturut-turut (1 tahun) yaitu dari bulan November 2013 sampai bulan Oktober 2014.

Page 9: MAKALAH SEMPROP - RDK

9

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel1. Pertanian organik didefinisikan sebagai usaha budidaya pertanian yang hanya

menggunakan bahan-bahan alami, baik yang diberikan melalui tanah maupun langsung kepada tanaman budidaya.

2. Usahatani padi organik adalah suatu kegiatan usahatani yang mengusahakan padi melalui sistem budidaya pertanian organik yang menghasilkan panen berupa Gabah Kering Panen.

3. Petani padi organik adalah petani yang membudidayakan padi organik dan termasuk anggota KNOC di Kabupaten Ngawi.

4. Petani anggota KNOC merupakan petani yang membudidayakan padi organik yang melakukan kontrak dengan KNOC dan terdaftar sebagai anggota KNOC.

5. Kontrak antara petani padi organik dengan KNOC meliputi kerjasama dimana petani harus menjual semua hasil panen kepada KNOC dengan harga yang ditentukan KNOC yang berlaku selama satu kali musim tanam.

6. Output adalah merupakan hasil fisik dari proses produksi padi organik berupa Gabah Kering Panen yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg).

7. Harga kontrak adalah nilai yang diterima oleh petani padi organik anggota KNOC berupa harga jual Gabah Kering Panen (GKP) yang sesuai kontrak antara petani padi organik dengan KNOC yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).

8. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi (output) dengan harga jual output dalam bentuk GKP sesuai kontrak dengan KNOC yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

9. Biaya usahatani merupakan biaya mengusahakan yang terdiri dari biaya benih, biaya tenaga kerja (luar dan dalam), biaya pupuk organik, biaya pestisida organik, biaya teknologi, biaya pengangkutan, dan biaya penyusutan yang dihitung dalam satuan rupiah (Rp).

10. Luas lahan adalah luasan lahan sawah yang digunakan petani padi organikanggota KNOC dalam berusahatani baik yang belum tersertifikasi maupun yang telah tersertifikasi organik (Ha).

11. Benih adalah berat benih yang digunakan dalam mengusahakan usahatani padi organik dalam satu musim tanam dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg) dan dinilai dalam rupiah (Rp) yang termasuk biaya mengusahakan.

12. Tenaga kerja adalah jumlah orang yang digunakan petani dalam melakukan usahatani padi organik dari proses pengolahan tanah, penanaman, perawatan, hingga pemanenan dalam satu musim tanam. Sumber tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja luar dan tenaga kerja dalam, yang diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK) dan dinilai dalam rupiah (Rp) yang termasuk biaya mengusahakan.

13. Tenaga kerja dalam adalah anggota keluarga petani padi organik yang aktif ikut serta dalam usahatani padi organik.

14. Tenaga kerja luar adalah jumlah orang yang dipekerjakan oleh petani padi organik yang bukan berasal dari keluarga petani.

15. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari bahan-bahan yang dihasilkan dari sisa-sisa tanaman dan kotoran hewan ternak yang telah diproses dan siap

Page 10: MAKALAH SEMPROP - RDK

10

digunakan yang dihitung dalam satuan kilogram (Kg) dan dinilai dalam rupiah (Rp) yang termasuk biaya mengusahakan.

16. Pestisida organik merupakan bahan cair yang memiliki kandungan mikrooorganisme lokal dan agen hayati yang digunakan sebagai pengendali hama dan penyakit tanaman padi organik yang dihitung dalam satuan liter (Lt) dan dinilai dalam rupiah (Rp) yang termasuk biaya mengusahakan.

17. Teknologi adalah penerapan teknologi usahatani melalui penggunaan mesin dan sistem usahatani tertentu dalam proses produksi. Teknologi yang digunakan petani meliputi penggunaan traktor dan sistem irigasi sehingga memunculkan biaya sewa traktor, biaya iuran irigasi, dan biaya bahan bakar minyak yang dinilai dalam rupiah (Rp) yang termasuk biaya mengusahakan.

18. Pengangkutan adalah proses distribusi hasil panen dari lahan petani menuju lokasi dijualnya hasil panen tersebut di KNOC yang dinilai dalam rupiah (Rp) yang termasuk biaya mengusahakan.

19. Penyusutan merupakan pengganti kerugian atau pengurangan nilai disebabkan karena waktu dan cara penggunaan modal tetap oleh petani yang meliputi alat dan mesin pertanian yang dinilai dalam rupiah (Rp) yang termasuk biaya mengusahakan.

20. Pendapatan usahatani merupakan penerimaan usahatani dikurangi dengan biaya usahatani yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

21. Pendapatan per tahun merupakan jumlah pendapatan usahatani padi organik selama tiga kali musim tanam berturut yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

22. Periode umur proyek merupakan umur ekonomis proyek usahatani padi organik yang digunakan berupa asumsi yang dinyatakan dalam tahun.

23. Biaya investasi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan pelaku usaha yang tidak dapat dikembalikan dalam satu periode yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

24. Umur ekonomis adalah masa dimana asset diperkirakan masih dapat beroperasi pada tingkat efisiensi yang diharapkan yang dinyatakan dalam tahun.

25. Nilai akhir (residu) adalah nilai uang dari modal tetap yang diperkirakan masih bias dijual pada akhir umur ekonomis yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

26. Benefit adalah manfaat yang diperoleh atau dihasilkan dari suatu kegiatan usaha yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).

27. Analisis kelayakan finansial adalah suatu kegiatan pengkajian layak atau tidaknya suatu usaha dijalankan yang ditinjau dengan pendekatan NPV, IRR, Net B/C, dan Pb.

28. NPV (Net Present Value) adalah nilai sekarang dari selisih manfaat dan biaya setiap periode yang dinyatakan dalam rupiah (Rp). Pendekatan kelayakan NPV memenuhi kriteria layak apabila NPV > 0.

29. IRR (Internal Rate of Return) adalah tingkat bunga yang merupakan persentase keuntungan investasi setiap periode dan merupakan alat ukur kemampuan usaha dalam mengembalikan bunga pinjaman yang dinyatakan

Page 11: MAKALAH SEMPROP - RDK

11

dalam persen (%). Pendekatan kelayakan IRR memenuhi kriteria layak apabila persen IRR > discount rate.

30. Net B/C adalah angka perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif yang menunjukan berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan yang dinyatakan dalam satuan. Pendekatan kelayakan Net B/C memenuhi kriteria layak apabila nilai Net B/C > 1.

31. Pb (Payback Periods) adalah suatu analisa untuk mengetahui periode yang diperlukan suatu usaha untuk menutup kembali pengeluaran biaya investasi yang dinyatakan dalam tahun. Pendekatan kelayakan Pb memenuhi kriteria layak apabila Pb < periode umur proyek.

32. Analisis sensitivitas adalah analisis kepekaan suatu usaha melalui teknik menilai dampak dari berbagai perubahan kondisi (input dan harga) terhadap hasil yang mungkin terjadi.

H.

Page 12: MAKALAH SEMPROP - RDK

12

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar PenelitianMetode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif. Menurut Surakhmad (2004), ciri-ciri dari metode deskriptif adalah memusatkan pada pemecahan masalah-masalah yang ada sekarang, pada permasalahan yang aktual dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis sehingga metode ini sering pula disebut analitik. Teknik pelaksanaan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu memusatkan penelitian ini pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subjek yang diselidiki terdiri dari satu unit (atau satu kesatuan unit) yang dipandang sebagai kasus.

B. Metode Penentuan Lokasi PenelitianPenetuan lokasi penelitian pada penelitian ini dipilih secara sengaja

(purposive), artinya daerah penelitian dipilih berdasarkan tujuan tertentu yang dipandang sesuai dengan tujuan penelitian. Daerah yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kabupaten Ngawi karena termasuk derah di Provinsi Jawa Timur dengan produksi yang cukup tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.Tabel 3. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah Provinsi Jawa Timur

Tahun 2013.

Kabupaten Luas Panen (Ha)

Produktivitas (Kw/Ha)

Produksi (Ton)

01. Jember02. Lamongan03. Ngawi04. Bojonegoro05. Banyuwangi

161.851135.925120.929134.546111.446

59,2658,6863.6857,1362,48

959.082797.596770.125768.656696.279

Sumber: BPSc, 2014Kabupaten Ngawi dipilih sebagai lokasi penelitian ini dikarenakan

Kabupaten Ngawi termasuk wilayah yang sedang mengadakan pengembangan pertanian padi organik yang didukung pula oleh pemerintah setempat. Kabupaten Ngawi juga memiliki pusat beras organik dimana sekaligus menjadi lokasi berdirinya KNOC.

C. Metode Penentuan Responden1. Populasi

Populasi menurut Arikunto (2006) adalah keseluruhan dari subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah para petani padi organik yang menjadi anggota KNOC, baik yang belum maupun yang telah mendapatkan sertifikasi organik atas lahan garapannya. Tabel 4. menunjukan data petani padi organik yang menjadi anggota sekaligus menjalin kontrak dengan KNOC yang tersebar dibeberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Ngawi. Petani anggota KNOC terdiri dari petani padi organik yang lahannya belum atau masih proses tersertifikasi dan yang sudah mendapatkan sertifikasi organik.

12

Page 13: MAKALAH SEMPROP - RDK

13

Tabel 4. Data Kontrak Petani Organik dengan Komunitas Ngawi Organik Center (KNOC) di Kabupaten Ngawi Tahun 2013-2014

DesaJumlah Petani (Orang)

Lulus Sertifikasi KonversiGuyung 12 7Geneng 1 4Gerih 1 -Sidolaju 3 -Tambakboyo 1 -Kuniran 5 -Puhti 1 -Tungkulrejo 1 -Kendal 1 -Banjarganggi 2 -Purwosari - 1Jaten - 1Pucangan - 2Tawun - 1Legowetan - 1Watualang - 1Jati Gembol - 1Sekarjati - 1Gelung - 2Tepas - 1Gentong - 1Gendingan - 3Kauman - 2Sekar Putih - 1Walikukun - 1

Jumlah 28 31∑ Populasi 59

Sumber: Analisis Data Sekunder

2. SampelSampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling yaitu mengambil sampel sesuai dengan kebutuhan peneliti berdasarkan alasan yang kuat. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini adalah 40 sampel petani padi organik anggota KNOC, yang terdiri dari 20 sampel petani dengan lahan yang telah tersertifikasi (Tabel 5) dan 20 sampel petani dengan lahan yang belum tersertifikasi organik (konversi) (Tabel 6). Penentuan sampel ini berdasarkan perhitungan batasan minimal sampel yang harus diambil sebesar 37 sampel agar proporsional dengan perhitungan menggunakan rumus:

n ≥ N

1+N e2

Keterangan:n = Ukuran sampelN = Ukuran populasie = Presentase kelonggaran

Page 14: MAKALAH SEMPROP - RDK

14

Tabel 5. Sampel Petani Padi Organik Anggota KNOC dengan Lahan Tersertifikasi Organik

Desa Jumlah Petani (Orang)Guyung 12Kuniran 5Sidolaju 3Banjarganggi 2Geneng 1Gerih 1Tambakboyo 1Puhti 1Tungkulrejo 1Kendal 1

Sumber : Analisis Data SekunderTabel 6. Sampel Petani Padi Organik Anggota KNOC dengan Lahan yang

Belum Tersertifikasi Organik (Konversi)Desa Jumlah Petani (Orang)

Guyung 7Geneng 4Gendingan 3Pucangan 2Gelung 2Kauman 2Purwosari 1Jaten 1Tawun 1Legowetan 1Watualang 1Jati Gembol 1Sekarjati 1Tepas 1Gentong 1Sekar Putih 1Walikukun 1

Sumber : Analisis Data Sekunder

D. Jenis dan Sumber Data1. Data Primer2. Data Sekunder

E. Metode Pengumpulan Data1. Observasi2. Wawancara3. Pencatatan

F. Metode Analisis Data1. Analisis Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani

a. Biaya UsahataniBiaya usahatani padi organik dalam penelitian ini menggunakan

prinsip biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan menurut Prasetya (1995) adalah biaya alat-alat luar ditambah dengan upah tenaga kerja

Page 15: MAKALAH SEMPROP - RDK

15

keluarga sendiri yang diperhitungkan sesuai dengan upah yang dibayarkan. Adapun rumus perhitungan biaya usahatani dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BM = BBn + BTk + BPu + BPo + BTn + BPa + BPy

Keterangan:BM = Biaya MengusahakanBBn = Biaya BenihBTk = Biaya Tenaga Kerja (Luar dan Dalam)BPu = Biaya Pupuk OrganikBPo = Biaya Pestisida OrganikBTn = Biaya Teknologi (sewa traktor, iuran irigasi, bahan bakar minyak)BPa = Biaya PengangkutanBpy = Biaya Penyusutan

b. Penerimaan Usahatani

TR = P x Q

Keterangan:TR = Total penerimaan (Rp)P = Harga kontrak Gabah Kering Panen (Rp/kg)Q = Jumlah produksi padi organik (Kg)

c. Pendapatan Usahatani

Pd = TR - BM

Keterangan:Pd = Pendapatan usahatani padi organik (Rp)TR = Total penerimaan (Rp)BM = Biaya Mengusahakan (Rp)

2. Analisis Kelayakan Finansiala. NPV (Net Present Value)

Menurut Choliq et al (1996), NPV adalah nilai sekarang dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount factor tertentu. Rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:

NPV = ∑t=0

t=n¿

Net Benefit ¿

¿x Df

Dimana:NPV = Nilai manfaat sekarangDf = Discount factor pada tingkat bunga yang berlakut = Period ke-tn = Lama periode waktuNet Benefit = Manfaat bersih tiap periodeKriteria:NPV > 0 : usaha Layak dijalankanNPV = 0 : usaha menghasilkan persis sebesar social opportunity cost

faktor produksi modal, usaha Layak untuk dijalankan

Page 16: MAKALAH SEMPROP - RDK

16

NPV < 0 : usaha Tidak Layak dijalankanb. IRR (Internal Rate Return)

IRR = i1 + NPV ¿¿ x (i2 – i1)

Dimana:IRR = Persentase keuntungan tiap tahuni1 = Discount factor pertama dimana diperoleh nilai NPV Positifi2 = Discount factor kedua dimana diperoleh nilai NPV NegatifNPV (+) = NPV pada tingkat discount factor i1

NPV (-) = NPV pada tingkat discount factor i2

Kriteria:IRR > discount factor : Usaha menguntungkan, Layak dijalankanIRR = discount factor : Usulan usaha diterimaIRR < discount factor : Usaha merugi, Tidak Layak dijalankan

c. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio)Net B/C dapat menggambarkan berapa kali lipat benefit akan

diperoleh dari cost yang dikeluarkan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut:

Net B/C = Total NPV Positif ¿¿

Dimana:Net B/C = Perbandingan dari nilai sekarang benefit dan costNPV Positif = Jumlah Net Present Value yang bernilai positifNPV Negatif = Jumlah Net Present Value yang bernilai negatifKriteria:Net B/C > 1 : Usaha menguntungkan sehingga Layak untuk dijalankanNet B/C = 1 : Usaha Layak untuk dijalankan meskipun tidak

memberikan tambahan manfaat (impas)Net B/C < 1 : Usaha merugi sehinggaTidak Layak untuk dijalankan

d. Pd (Payback Periods)

Pb = Investasi

Net Benefit rata−ratatiap tahun

Kriteria:Pb < umur ekonomis proyek, maka proyek Layak dijalankan,Pb > umur ekonomis proyek, maka proyek Tidak Layak dijalankan.

3. Analisis SensitivitasAnalisis sensitivitas dilakukan menggunakan asumsi-asumsi akan

kondisi-kondisi tertentu yang akan memberikan penilaian kepekaan proyek yang membentuk skenario proyek. Skenario sensitivitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tiga skenario, yaitu penurunan harga jual (output), peningkatan biaya variabel, dan kombinasi keduanya secara bersama-sama dalam satuan persen (%). Perhitungan analisis sensitivitas akan menunjukan batas-batas tertentu atas perubahan-perubahan yang mungkin terjadi yang dapat ditoleransi dan tetap memberikan penilaian layak terhadap proyek usaha.

Page 17: MAKALAH SEMPROP - RDK

17

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi 2006. Prosedur Penelitian : Status Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

BPS 2013. Pendapatan Domestik Regional Bruto Kabupaten Ngawi Tahun 2008-2012. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi. Ngawi.

BPSa 2014. Kabupaten Ngawi Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi. Ngawi.

BPSb 2014. Statistik Daerah Kabupaten Ngawi 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi. Ngawi.

BPSc 2014. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. Surabaya.

BPTP 2005. Sudah Perlukah Organik?. Balai Penelitian Tanaman Padi. Subang.

Choliq A, Wirasasmita R, dan Hasan S 1996. Evaluasi Proyek (Suatu Pengantar), Edisi Revisi. Pionir Jaya. Bandung.

Kristiawan, AD 2013. Analisis Kelayakan Usahatani Padi di Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar. Universitas Sebelas Maret. Surakarta [Skripsi]

Nugraheni, Maruti 2012. Analisis Kelayakan Usahatani Teh Rakyat di Desa Mojotengah Kecamatan Reban Kabupaten Batang. Universitas Sebelas Maret. Surakarta [Skripsi]

Prasetya, Priya 1995. Ilmu Usahatani II. Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Purnomo, Irwan 2008. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Agribisnis Nanas. Institut Pertanian Bogor. Bogor [Skripsi]

RTRW Kabupaten Ngawi 2010. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ngawi. Pemerintah Kabupaten Ngawi. Ngawi.

Suprapto, Edy 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usahatani Padi Organik di Kabupaten Sragen. Universitas Sebelas Maret. Surakarta [Tesis]

Surakhmad, Winarno 2004. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik. Tarsito. Bandung.