makalah praktikum kimia fisik 3 materi difusi, viskositas, dan hantaran elektrolit

Download Makalah Praktikum Kimia Fisik 3 Materi Difusi, Viskositas, dan Hantaran Elektrolit

If you can't read please download the document

Upload: hidayanti-ermia

Post on 06-Nov-2015

74 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

praktikum sederhana difusi, viskositas, dan hantaran elektrolit dengan menggunakan bahan sehari-hari

TRANSCRIPT

KIMIA FISIKA III

LAPORAN HASIL PERCOBAAN DIFUSI, VISKOSITAS, HANTARAN LISTRIK,

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 8

BAIQ NILA SARI NINGSIH (E1M 012 007)DESI ZULFIANA (E1M 012 010)ERMIA HIDAYANTI (E1M 012 016)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

UNIVERSITAS MATARAM

2014

DIFUSI

Pelaksanaan Praktikum

Tujuan praktikum ini Mengamati cara kerja membran semipermeable pada difusi. Dan Mengetahui ukuran relatif partikel berdasarkan kemampuan melewati membran semipermeabel dalam proses difusi. Praktikum dilaksanakan di laboratorium kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Mataram. Prinsip kerjanya adalah sebagai berikut:

Menempatkan dua larutan yang berbeda pada suatu wadah dengan plastik sebagai membran sehingga hanya partikel-partikel besar saja yang bisa melewatinya dan peristiwa dialysis terjadi.Iodine yang bereaksi dengan amilum akan menghaslilkan warna ungu tua sehingga dapat diidentifikasi.Indikator Penhoptalein akan berubah menjadi merah keunguan pada suasana basa (salah satunya jika ditambah NaOH)

2.1.2 Landasan Teori

Seluruh mahluk hidup harus mengambil materi tertentu dari lingkungannya. Sebagai contoh, sebagaian besar sel hewan mengambil oksgen, air dan nutrisi dari lingkungan sekitar. Pertukaran substansi antara sel dan lingkungan ini sangat penting dan bergantung pada kelarutan materi-materi tersebut dalam air. Air adalah bagian lingkungan yang sangat penting untuk hidup. Tanpanya, hidup adalah hal yang mustahil. Jika di antara seluruh jagat raya, kehidupan hanya diketahui ada di bumi, itu kemungkinan karena bumi ini adalah satu-satunya planet yang memiliki kandungan air dalam bentuk cairan yang proporsional di permukaannya. Sitoplasma dan lingkungan ekstraseluler dari sel hidup adalah dalam bentuk larutan. Sitoplasma dari sel yang hidup terdiri dari air (~70% hingga 80% air), yang merupakan pelarut atau zat terlarut. Secara virtual, seluruh substansi yang memasuki dan meinggalkan sel dapat larut dalam air. Kombinasi dari pelarut dan zat terlarut disebut sebagai larutan. Untuk melaksanakan fungsinya, sel harus berada pada kondisi stabil di lingkungan yang berubah-ubah. Konsistensi ini diperoleh dengan pengaturan pada perpindahan pelarut dari dan ke sel. Untuk memperoleh control ini, membrane yang dapat memberdakan substansi yang berbeda harus di miliki. Membran yang terancang menjadi membrane semipermeable (atau permeable sama sekali) hanya akan membiarkan substansi tertentu masuk secara mudah. Meskipun ada beberala metode yang dapat digunakan zat terlarut masuk atau keluar sel, cara yang paling umum adalah difusi.

Difusi merupakan perpindahan molekul zat dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sehingga konsentrasinya menjadi sama yang berlangsung melalui membran atau tidak. Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. Zat yang berkonsentrasi tinggi disebut Hipertonis,zat yang berkonsentrasi rendah disebut Hipotonis, sementara zat yang berkonsentrasi sama disebut Isotonis. contoh zat gas (gas baygon,parfum) , cair (sirup), dan padat (kopi,susu,teh). Ada beberapa faktor yang memengaruhi kecepatan difusi, yaitu ukuran partikel (Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi), ketebalan membrane )semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi), luas suatu area (semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya), jarak (semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya) serta suhu (semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat, maka, semakin cepat pula difusinya).

Dialisis adalah proses perpindahan molekul terlarut dari suatu campuran larutan yang terjadi akibat difusi pada membran semi-permeabel. Molekul terlarut yang berukuran lebih kecil dari pori-pori membran tersebut dapat keluar, sedangkan molekul lainnya yang lebih besar akan tertahan di dalam kantung membran. Selulosa adalah salah satu jenis materi penyusun membran dialisis yang cukup umum dipakai karena bersifat inert untuk berbagai jenis senyawa atau molekul yang akan dipisahkan. Laju difusi ditentukan oleh beberapa kondisi. Pertama, konsentrasi molekul pelarut yang akan keluar dari kantung dialysis, di mana jika konsentrasi molekul terlarut di lingkungan lebih kecil dibandingkan dengan yang ada di dalam kantung dialisis maka laju difusi akan semakin cepat. Kedua, luas permukaan kantung dialysis, yaitu semakin luas permukaan membran yang digunakan maka laju difusi akan semakin cepat. Ketiga, volume pelarut di mana jika rasio luas permukaan membran dengan volume pelarut besar maka laju difusi akan berlangsung dengan cepat karena molekul terlarut dapat berdifusi dalam jarak yang dekat.Metode dialsis banyak digunakan dalam pemurnian protein (terutama enzim).[2] Dalam proses ini, dialisis digunakan untuk menghilangkan molekul garam, seperti amonium sulfat, sebelum dilanjutkan dalam proses pemurnian berikutnya ataupun pada tahap akhir pemurnian.

Alat dan Bahan

Dalam percobaan ini, alat-alat yang digunakan antara lain:

Gelas beakerPipet tetesPenangas elektrikPengaduk

Sedangkan bahan yang digunakan adalah:

IodineGlukosaStrach (Amilum)NaOHIndikator PPAquadestPlastik tertutup (Plastik obat)

Cara Kerja

Prosedur dalam percobaan ini dapat diuraikan sebagai berikut:

Menyiapkan 3 gelas beaker dan masing-masing di isi 3 larutan yang berbeda yaitu iodine, amilum dan NaOH.Memanaskan gelas beaker berisi amilum untuk mempercepat pelarutan.Menyiapkan 3 plastik obat dan mengisinya dengan 3 larutan berbeda yaitu glukosa, iodine dan indikator phenoptalein.Memasukan plastik berisi iodine ke dalam beaker amilum, plastik glukosa ke dalam beaker iodin dan plastik phenoptalein ke dalam beaker NaOH.Mendiamkan selama semalam lalu mengamati perubahannya

Hasil Pengamatan

No

Sistem

Tempat

Sebelum

Sesudah

1

Iodine

Plastik

Merah-Bata

Merah-Bata

Amilum

Beaker

Tak Berwarna-Keruh

Bening dengan bercak ungu kehitaman

2

Phenoptalein

Plastik

Tak berwara

Merah keunguan

NaOH

Beaker

Tak Berwarna

Tak Berwarna

3

Glukosa

Plastik

Tak berwarna-keruh

Bening-Sedikit merah bata

Iodine

Beaker

Merah Bata

Bening-sedikit merah bata

Analis Data

Berdasarkan hasil pengamatan dapat dibuat table analisis ukuran partikel sebagai berikut:

No

Mampu Berdifusi

(relatif kecil)

Tidak mampu berdifusi (Relatif besar)

1

Iodine

Amilum (Polisakarida)

2

Glukosa (monosakarida)

Phenoptalein

3

NaOH

Dengan persamaan reaksi antara NaOH dan indicator PP sebagai berikut:

Dan persamaan reaksi antara amilum dan iodine adalah:

2.1.7 Pembahasan

Pada praktikum ini, proses dialis atau proses perpindahan molekul terlarut dari suatu campuran larutan yang terjadi akibat difusi pada membran semi-permeabel. Selain itu, peristiwa-pristiwa yang juga ingin diamati antara lain:

Membran semipermeable akan membiarkan beberapa tipe molekul lewat tapi tidak yang lainnya (disebut juga membrane selektif permeable).Amilum dan fenoftalein tidak dapat melewati membrane semipermeable karena molekulnya berukuran terlalu besar untuk melewati kantong dialysis. Sebaliknya, glukosa, iodine, NaOH dan air cukup kecil untuk dapat lewat.Hasil dari difusi membentuk molekul yang bergerak acak. Difusi memindahkan substansi dari konsentrasi tinggi kekonsentrasi rendah.

Dalam praktikum ini, kantong plastik obat berfungsi sebagai kantong dialysis di mana sisi-sisinya adalah membrane semipermeabel buatan. Pada percobaan iodine dengan amilum dan glukosa, iodine berperan sebagaii indicator dari keberadaan amilum atau iodine serta sebaliknya. Saat iodine dan amilum berada pada larutan yang sama, ioine berikatan pada beta amylose pada amilum. Inilah yang menyebabkan warna dari amilum berubah dari tak berwarna atau putih menjadi biru atau hitam. Ikatan ini juga memindahkan iodine dari larutan. Oleh karena itu semakin lama difusi terjadi,melalui kantong dialisis semakin jelas perubahan warna. Saat kantong berisi iodine, dimasukan ke dalam beaker berisi amilum, ternyata muncul tetesan-tesan berwarna biru kehitaman yang semakin lama semakin banyak di beaker. Ini membuktikan bahwa terdapat iodine yang merembes keluar karena ukurannya cukup kecil. Sedangkan pada kantong yang berisi iodine tidak terjadi perubahan berupa cairan atau bercak biru atau hitam, sehingga dapat dikatakan tidak ada amilum yang berhasil masuk karena ukurannya terlalu besar. Pada system glukosa dengan iodine, ternyata iodine dalam beaker memudar warnanya hingga hamper tidak berwarna dan warna yang sama muncul dalam plastic. Sehingga dapat dikatakan kedua substansi sama-sama merembes keluar dan saling berdifusi hingga terbentuk kesetimbangan yang terlihat dari warna yang sama. Hal ini karena ukuran keduanya ukup kecil untuk melewati plastik.

Sedangkan pada system NaOH dengan phenptalein, phenoptalein (indikator PP) adalah penanda kebasaan. Pada PH normal atau asam, warna adalah bening (tak berwarna) dan warna ini akan berubah menjadi merah keunguan dengan peningkatan PH. Pada plastik yang berisi phenoptalein, ternyata larutan berubah menjadi merah keunguan setelah didiamkan dalam larutan NaOH. Sehingga dapat dikatakan bahwa NaOH berhasil merembes masuk ke dalam plastik karena ukurannya cukup kecil. Sebaliknya, pada beaker tidak terjadi perubahan apa-apa atau munculnya warna biru atau hitam yang merupakan penanda reaksi antara indkator PP dengan basa sehingga dapat dikatakan bahwa indicator PP tidak mampu merembes keluar plastik karena ukurannya yang besar.

Kesimpulan

Salah satu mekanisme difusi melalui membran semipermeable yaitu menyeleksi berdasarkan ukuran sehingga hanya partikel yang relatif kecil saja seperti iodine, NaOH dan glukosa yang bisa berpindah dari kondisi hipertonic ke hipotonic. Proses tersebut dapat teramati melalui proses dialysis.

2.2PERCOBAAN VISKOSITAS

2.2.1 Pelaksanaan Praktikum

Tujuan Praktikum: - Membuat dan menggunakan viskometer bola jatuh Stokes.Menentukan viskositas zat cair dengan menggunakan viskometer bola jatuh Stokes.Mengetahui pengaruh suhu terhadap viskositas salah satu Fluida cair.Prinsip Kerja : Kelereng dijatuhkan dari atas gelas ke dasar gelas yang berisi oli mesin dengan kondisi suhu berbeda-beda. Viskositas berbanding lurus dengan waktu yang dibutuhkan oleh kelereng untuk mencapai dasar gelas.

2.2.2Landasan Teori

Viskositas suatu zat cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan aliran cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan, yang melalui tabung berbentuk silinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan maupun gas. Namun lebih mudah untuk mengukur cairan. Karena sangat mudah untuk diidentifikasi. Viskositas ini juga disebut sebagai kekentalan suatu zat dimana viskositas dapat ditentukan dari jumlah volume cairan yang mengalir melalui pipa per satuan waktu. Bila viskositas gas meningkat dengan naiknya temperatur, maka viskositas cairan justru akan menurun jika temperatur dinaikkan. Fluiditas dari suatu cairan yang merupakan kelebihan dari viskositas akan meningkat dengan makin tingginya temperatur (Bird, 1993).

Zat cair bergerak mengisi ruangan di wadahnya. Kemampuan zat cair untuk bergerak atau mengalir merupakan sifat zat cair yang sangat penting. Viskositas adalah ukuran ketahanan zat cair untuk mengalir (Vancleave, 2003).

Pada dasarnya viskositas terjadi karena adanya gesekan antar lapisan fluida yang berdekatan. Gesekan yang ada dalam fluida tersebut dipengaruhi oleh interaksi antar molekulnya. Baik untuk fluida cairan, gesekan tersebut timbul karena gaya kohesi antara molekul-molekul cairannya, sedangkan pada fluida gas berasal tumbukan diantara molekul-molekul gas tersebut. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa viskositas dipengaruhi oleh suhu. Dan nilai viskositas pada fluida gas berbeda dengan viskositas fluida cair. Jika pada suhu tinggi, viskositas fluida gas akan semakin besar atau berbanding lurus dengan suhu ( gas ~ T). Berbeda halnya dengan fluida cair, dimana viskositas fluida cair berbanding terbalik dengan suhu ( gas ~ 1/T).

Adapun jenis cairan dibedakan menjadi dua tipe, yaitu cairan newtonian dan non newtonian (Sri Kanoni, 1999).

Cairan Newtonian

Cairan newtonian adalah cairan yang viskositasnya tidak berubah dengan berubahnya gaya irisan, ini adalah aliran kental (viscous) sejati. Contohnya: Air, minyak, sirup, gelatin, oli dan lain-lain. Shear rate atau gaya pemisah viskositas berbanding lurus dengan shear stresss secara proporsional dan viskositasnya merupakan slope atau kemiringan kurva hubungan antara shear rate dan shear stress. Viskositas tidak tergantung shear rate dalam kisaran aliran laminar (aliran streamline dalam suatu fluida)

Cairan Newtonian ada 2 jenis, uang viskositasnya tinggi disebut Viscous dan yang viskositasnya rendah disebut Mobile

Cairan Non-Newtonian, Yaitu cairan yang viskositasnya berubah dengan adanya perubahan gaya irisan dan dipengaruhi kecepatan tidak linear.

Ada 3 jenis cairan non-newtonian

Tipe Pseudoplastis

Yaitu cairan yang viskositasnya menurun dengan meningkatnya gaya irisan. Contoh: bubur, es cream, dan adonan roti.

Tipe Plastis

Yaitu cairan yang viskositasnya menurun dengan meningkatnya gaya irisan, tetapi diperlukan gaya atau tekanan yang besarnya tertentu untuk memulai gaya irisan. Contoh : kecap

Tipe Dilatant

Yaitu cairan yang viskositasnya naik seiring dengan meningkatnya gaya irisan. Contoh: Coklat

Salah satu aplikasi viskositas dalam kehidupan sehari-hari adalah pelumas mesin atau yang sering kita kenal dengan sebutan oli. Oli merupakan bahan yang penting bagi kendaraan bermotor yang memiliki banyak fungsi diantaranya sebagai pendingin mesin, pelindung karat, pembersih dan penutup celah pada dingdng mesin. Kerja oli yakni mengurangi gaya gesekan antar bagian mesin (seperti piston) agar dapat bergerak lebih halus dengan cara masuk kedalam celah-celah mesin, sehingga memudahkan mesin untuk mencapai suhu kerja yang ideal.oli yang dibutuhkan tiap tipe mesin kendaraan tentunya berbeda-beda karena setiap mesin kendaran membutuhkan kekentalan oli yang berbeda-beda. Kekentalan ini adalah bagian yang sangat penting sekali karena berkaitan dengan ketebalan oli sesuai atau tidak dengan tipe mesin. Selain itu, oli bertindak sebagai fluida yang memindahkan panas ruang bakar yang mencapai 1000-1600 derajat celcius ke bagian mesin yang lebih dingin sehingga mesin tidak over heat (Wulandari, 2014).

Viskositas cairan dapat ditentukan dengan metode bola jatuh berdasarkan hukum Stokes. Terhadap sebuah benda yang bergerak jatuh didalam fluida bekerja tiga macam gaya, yaitu :

Gaya gravitasi atau gaya berat (W). gaya inilah yang menyebabkan benda bergerak ke bawah dengan suatu percepatan.Gaya apung (buoyant force) atau gaya Archimedes (B). arah gaya ini keatas dan besarnya sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda itu.Gaya gesek (Frictional force) Fg, arahnya keatas dan besarnya seperti yang dinyatakan oleh persamaan : Fg = k V

Apabila benda padat bergerak dengan kecepatan tertentu dalam medium fluida, maka benda tersebut akan mengalami hambatan yang diakibatkan oleh gaya gesekan fluida. Gaya gesek tersebut sebanding dengan kecepatan relatif gerak benda terhadap medium dan viskositasnya. Yang kemudian dikenal dengan hukum stokes. Bila gaya F diterapkan pada partikel berbentuk bola dalam larutan, maka Stokes menunjukkan bahwa :

Keterangan :

= Koefisien viskositas

R= Jari-jari kelereng

= Masa jenis kelereng

= masa jenis oli

g= kecepatan gravitasi

V= kecepatan

Alat Dan Bahan

Alat

Gelas ukur ukuran 100 mlStopwatchPenangas elektrikTermometerGelas beaker

Bahan

Oli motorKelerengEs batu Tissue

Cara Kerja

Menuyiapkan alat Viskometer bola jatuh sederhana :Menyiapkan 3 buah gelas ukur 100 ml.Mengisi ketiga gelas ukur dengan oli mesin.

Mendinginkan gelas ukur pertama dalam beaker berisi es batu hingga , memanaskan gelas ukur kedua di atas penangas elektrik hingga dan membiarkan gelas ukur ketiga pada suhu kamar (sekitar .

Menjatuhkan kelereng ke dasar masing-masing gelas dan menghitung waktu yang dibutuhkan untuk mencapai dasar dengan stopwatch .

Hasil Pengamatan

Tabel

Suhu (T)

Waktu (t) dalam sekon

10

6,57

36

1.93

80

1.25

6,571,931,250123456710 36 80 tt

Chart110 36 80
t
6.57
1.93
1.25
Sheet1t1/tSeries 310 6.570.15236 1.930.5280 1.250.83Category 44.52.85To resize chart data range, drag lower right corner of range.Suhut1/t10 6,570.1536 1.250,880 1.930,51

6,571,931,250123456710 36 80 tt

Chart110 36 80
t
6.57
1.93
1.25
Sheet1t1/tSeries 310 6.570.15236 1.930.5280 1.250.83Category 44.52.85To resize chart data range, drag lower right corner of range.Suhut1/t10 6,570.1536 1.250,880 1.930,51

6,57

1,93

1,25

0

1

2

3

4

5

6

7

10

?

36

?

80

?

t

t

Grafik waktu (t) terhadap suhu (T)

Analisis Data

Mengitung nilai viskositas menggunakan hukum Stokes :

Dengan :

= Koefisien viskositas

R= Jari-jari kelereng = 0,785 cm

= Masa jenis kelereng = 2,962 gr/

= masa jenis oli= 0,890 gr/

g= kecepatan gravitasi = 9,8 m/

V= kecepatan

V Pada suhu 10= = 2,43cm/s

V Pada suhu 36= = 8,29 cm/s

V Pada suhu 80= = 12,8 cm/s

Nilai viskositas oli pada suhu 10 .

= =

Jadi, nilai viskositas oli pada suhu 10 adalah sebesar 1,143 p

Nilai viskositas oli pada suhu 36 .

= =

Jadi, nilai viskositas oli pada suhu 36 adalah sebesar 0,33 p.

Nilai viskositas oli pada suhu 80 .

= =

Jadi, nilai viskositas oli pada suhu 80 adalah sebesar 0,217 p

Pembahasan

Percobaan ini bertujuan untuk membuat dan menggunakan Viscometer bola jatuh - Stoke, menentukan viskositas zat cair menggunakan viskometer bola jatuh Stoke, dan an dan mengetahui pengaruh suhu terhadap viskositas Fluida cair. Prinsip kerja daripercobaan ini adalah kelereng dijatuhkan dari atas gelas ke dasar gelas yang berisi oli mesin dengan kondisi suhu berbeda-beda dimana viskositas berbanding lurus dengan waktu yang dibutuhkan oleh kelereng untuk mencapai dasar gelas. Dalam percobaan sederhana ini, digunakan alat yang sederhana berupa gelas ukur 100 ml yang bisa kita temukan di laboratorium atau bisa juga dengan menggunakan tabung kaca lainnya. Gelas ukur ini nantinya akan menjadi wadah dari fluida cair kita dan sebagai lintasi dari bola yang jatuh. Selain itu penangas listrik untuk mendapatkan suhu panas yakni 80 , termometer yang digunakan untuk mengukur suhu oli, dan stopwatch untuk mengitung waktu yang dibutuhkan bola dari pertama masuk fluida hingga mencapai dasar gelas ukur. Adapun bahan-bahan cairan yang digunakan untuk diukur viskositasnya adalah tissue, es batu, kelereng sebagai bola, pelumas mesin atau oli dengan dikondisikan dalam berbagai suhu yakni 10 , 36 dan 80 sebagai fluidanya.

Dasar percobaan ini adalah model viskometer bola jatuh, yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh kelereng dari pertama memasuki fluida (garis start) hingga mencapai dasar gelas ukur. Kelereng yang jatuh menuju dasar gelas ukur merupakan pengaruh dari gaya berat yang dimiliki oleh kelereng tersebut atau massa jenis dari kelereng tersebut yang besarnya 2,962 gr/ serta jari-jari kelereng sebesar 0,785 cm. Dengan data dari massa jenis oli yang kami gunakan ialah 0,890 gr/. Pada viskometer bola jatuh ini, bukan hanya gaya berat kelereng saja yang bekerja namun ada pengaruh gaya angkat yang ditimbulkan dari oli sehingga menyebabkan kelereng membutuhkan waktu untuk mencapai dasar gelas ukur.

Dari hasil pengamatan , didapatkan data waktu tempuh kelereng dari 3 kondisi suhu olei yang berbeda. Untuk oli dengan suhu 10 , kelereng menempuh waktu 6,57 sekon. Sedangkan untuk oli dengan suhu 36 , kelereng menempuh waktu 1,93 sekon dan untuk oli dengan suhu 80 , kelereng menempuh waktu 1,25 sekon. Dari data diperoleh grafik suhu terhadap waktu. Dimana semakin tinggi suhu maka waktu yang dibutuhkan kelereng untuk mencapai dasar gelas semakin kecil. Suhu atau temperatur pada bahan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kondisi bahan tersebut, termasuk nilai viskositasnya. Ini dipengaruhi oleh kekentalan dari oli akan menurun kecil ketika suhunya tinggi. Sesuai dengan konsep viskositas pada fluida cair dimana suhu (T) berbanding terbalik dengan. Ketika viskositas dari oli kecil itu artinya tegangan geser yang dimiliki oleh oli tersebut kecil sehingga gaya gesekan antara fluida dengan kelereng menjadi kecil dan kelereng dapat jatuh lebih cepat. Gesekan flluida ini timbul karena adanya gaya kohesi atau tarik menarik antar fluida itu. Sedangkan gaya kohesi ini dipengaruhi oleh suhu. Dimana ketika suhu tinggi i-otomatis energi dalam partikel fluida besar dan akan mudah menjauh dari partikel-partikel lainnya dan menyebabkan keadaan partikel menjadi regang atau bisa dikatakan gaya kohesinya lemah. Begitupun sebaliknya ketika suhunya kecil maka partikel-partikel oli tersebut akan semakin merapat dan memiliki gaya kohesi yang besar sehingga tegangan geser fluidanya pun besar, sehingga kelereng agak terhambat untuk jatuh melewati oli karena pengaruh gaya gesek permukaan kelereng dengan oli besar dan kelerengpun membutuhkan waktu yang relatif lama.

Ini sesuai dengan hasil perhitungan nilai viskositas cairan dengan menggunakan hukum stokes dimana nilai viskositas oli pada suhu 10 adalah , suhu 36 adalah dan suhu 80 adalah. Dari data tersebut, dapat dibuktikan bahwa semakin banyak waktu yang diperlukan oleh suatu cairan untuk mengalir, maka viskositas cairan tersebut semakin besar pula. Dengan kata lain, waktu yang diperlukan oleh suatu cairan untuk mengalir sebanding atau berbanding lurus dengan viskositasnya. Dan berbanding terbalik dengan suhu. Oli dengan suhu rendah (10 ) memiliki viskositas yang tinggi sedangkan oli dengan suhu tinggi (80 ) memiliki viskositas yang rendah. Aplikasi viskositas dalam kehidupan sehari-hari adalah :

Mengalirnya darah dalam pembuluh darah venaProses penggorengan ikan (semakin tinggi suhunya, maka semakin kecil viskositas minyak goreng)Mengalirnya air dalam pompa PDAM yang mengalir kerumah-rumah kitaTingkat kekentalan oli pelumas.

Kesimpulan

Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Nilai viskositas oli pada berbagai suhu sesuai dengan hukum Stokes adalahSuhu 10 adalah Suhu 36 adalah Suhu 80 adalahSemakin besar suhu dari fluida cair maka semakin kecil viskositasnya dan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk benda dapat melewati fluida tersebutSetiap fluida dengan suhu yang berbeda-beda memiliki nilai viskositas yang berbeda pula

Saran

Hasil dari presentasi percobaan ini, didapat beberapa saran yang sekiranya dapat digunakan sebagai bahan perbaikan dalam percobaan viskositas ini diantaranya percobaan viskositas pada zat cair bisa menggunakan oli lama sebagai pembanding perbedaan viskositas oli baru dengan perilaku berbagai kondisi suhu. Seperti yang kita ketahui dan dapat simpulkan dari percobaan bahwa oli didalam mesin yang sedang bekerja memiliki viskositas yang kecil (encer). Dan oli bekas merupakan oli yang tingkat viskositasnya lebih kecil dari pada oli baru. Kekentalan oli ini berpengaruh pada bagaimana oli itu bisa menempel di dinding-dinding mesin. Jika olinya encer (viskositas rendah) maka mesin akan cepat aus karena mesin motor bergesek dengan mesin yang lain tanpa adanya oli cukup menempel pada mesin. Nah oleh sebab itu saran dengan menggunakan perbandingan oli bekas ini perlu di masukkan kedalam percobaan ini untuk perbaikan kedepan.

Selain itu, agar pengujian viskositas bisa nampak terlihat seharusnya kelereng yang digunakan ialah kelereng dengan warna yang kontras dengan oli misalnya putih. Tujuan agar dalam pengidentiifikasiannya bisa lebih mudah dan kita bisa dengan yakin menunjukkan hasil percobaan kita pada khalayak. Selain itu dalam pengambilan gambar hendaknya background atau latarnya diberikan kertas putih agar bisa kontras dengan warna olinya. Selain itu sangat perlu diperhatikan dalam pengambilan gambar atau video harus sesuai dengan objek, jangan sampai tangan atau bagian tubuh kita yang lain menghalangi pengambila gambar atau videonya.

Lampiran Foto percobaan Viskositas pada oli :

Pada suhu dingin 10

Pada suhu kamar 36

Pada suhu panas 80

Perbedaan kejernihan oli pada berbagai suhu :

Suhu 10 , tidak jernih.

Suhu 36, jernih.

Suhu 80 , sangat jernih

2.3 PERCOBAAN HANTARAN ELEKTROLIT

2.3.1 Tujuan: Mengetahui hantaran elektrolit bahan sehari-hari

2.3.2 Prinsip Kerja:

Melakukan tes dengan rangkaian lampu di mana anoda dan katoda di sambung melalui medium larutan yang akan di tes. Jika lampu menyala, berarti larutan mampu menghantarkan listrik.Larutan yang mampu menghantarkan listrik adalah larutan yang mampu menghasilkan ion-ion yang bergerak aktif, dan sebaliknya.

2.3.3 Alat dan Bahan

Alat:Sepasang baterai (masing-masing 1,5 V)Kabel penghubungElektrodaBohlam lampu kecilGelas kimiaBahan:Air mineralSepotong jerukLarutan garamCoca-colaPocari SweatUrineTisu

2.3.4 LangkahKerja :

Merangkai alat uji yang terdiri darilampu, sepasang baterai, kabel dan elektrodaseperti di bawahini:

Manguji daya hantar listrik dari masing-masing larutan dengan cara mencelupkan elektroda ke dalam larutan sampel.Melakukan pengamatan terhadap lampu dan elektroda hingga beberapa saat.Mengganti larutan sampel yang digunakan lalu mengulang langkah yang sama hingga semua larutan telah teruji.

2.3.5 Hasil Pengamatan

No

Larutan Sampel

Lampu

Gelembung

1

Larutan garam

+

+

2

Air mineral

-

-

3

Jeruk

-

-

4

Coca-cola

-

-

5

Pocari sweat

-

+

6

Urin

-

-

Larutan garam (NaCl) mampu menghasilkan listrik karena merupakan elektrolit kuat yang menghasilkan ion .Minuman isotonic merupakan larutan elektrolit lemah.Sampel lainnya (Coca-cola, urin, jeruk, air mineral) adalah larutan non elektrolit.

2.3.6 Pembahasan

Pada Tahun 1887, seorang ilmuwan Swedia yang bernama Svante August Arrhenius mengemukakan sebuah teori yang menjelaskan mengapa larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik. Menurutnya, larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena dalam larutan elektrolit tersebut terdapat ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion inilah yang dapat menghantarkan arus listrik.

Pokok-pokok teori Arrhenius dapat diringkassebagaiberikut:

Molekul elektrolit pada larutan dengan pelarut air akan berdisosiasi menjadi dua partikel atau lebih yang dikenal dengan nama ion.Ion-ion bermuatan listrik, bisa positif atau negatif dan muatan-muatan inilah yang menyebabkan arus listrik dapat melalui larutan.

Berdasarkan hasil percobaan didapatkan data seperti pada tabel. Namun, dalam hal ini terdapat beberapa data yang mengalami perbedaan dengan literatur. Pertama, pada larutan garam. Larutan garam adalah larutan yang terdiri dari ion . Larutan NaCl itu sendiri merupakan larutan elektrolit kuat dimana ion-ionnya dapat bergerak bebas sehingga dapat menghantarkan listrik yang dalam percobaan ini ditandai dengan adanya nyala lampu dan gelembung di sekitar elektroda.

Pada air mineral tersusun dari ion H+ dan OH- dimana ion-ion tersebut juga bergerak bebas sehingga dapat menghantarkan listrik. Namun, pada percobaan ini tidak menunjukkan adanya tanda-tanda larutan elektrolit (nyala lampu dan gelembung). Hal ini terjadi dimungkinkan karena

Pengujian hantaran elektrolit pada jeruk secara teori dapat menghasilkan listrik yang ditandai dengan nyala lampu. Seperti yang kita ketahui bahwa jeruk tergolong dalam asam, sehingga dapat diperkirakan bahwa jeruk dapat bersifat elektrolit lemah maupun elektrolit kuat. Namun pada percobaan ini tidak memperlihatkan hal yang sama. Hal ini dimungkinkan terjadi karena media dari jeruk itu sendiri yang tidak dalam bentuk larutan sehingga dirasa sulit untuk ion-ion dapat bergerak bebas dan berakibat pada tidak dapat dideteksinya hantaran listrik yang terjadi..

Pada minuman berkarbonasi (Coca-cola), pengujian hantaran listrik tidak menghasilkan nyala lampu maupun gelembung. Pada minuman coca-cola terkandung berbagai macam campuran seperti gula, asam karbonat, kafein, dan lain-lain. Kandungan asam karbonat mrupakan golongan asam lemah yang memungkinkan dapat terjadinya hantaran listrik. Pada proses pengujian, tidak dihasilkan nyala lampu maupun gelembung karena saat minuman berkarbonasi didiamkan, kandungan karbonatnya berkurang atau bahkan hilang sehingga tersisa kandungan gula saja. Oleh karena itu, pada pengujian tidak dihasilkan nyala lampu maupun gelembung.

Pengujian minuman isotonik (Pocarisweat) menghasilkan gelembung, namun tidak menghasilkan nyala lampu. Yang mengindikasikan bahwa minuman isotonik merupakan eektrolit lemah. Kandungan dalam minuman isotonik adalah elektrolit (Na+, K+, Ca2+, Mg2+, Cl-), sedangkan kandungan gula cukup rendah hanya 6%-7% per 100 mL-nya. Kandungan pada minuman isotonik ini memungkinkan adanya timbul gelembung namun tidak cukup kuat untuk menghasilkan nyala lampu.

Pada pengujian urin dihasilkan tidak adanya nyala lampu maupun gelembung. Namun pada literatur, urin termasuk dalam larutan elektrolit kuat sehingga menghasilkan gelembung dan nyala lampu. Urine manusia adalah salah satu zat hasil metabolisme pada manusia yang diekskresikan ke luar tubuh dan mengandung air serta beberapa zat terlarut. Urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut seperti Zat buangan nitrogen, Asam hipurat, Badan keton, Elektrolit(Na, Cl, K, SO42-, PO42-, Ca, Mg), Hormon atau katabolit hormon, dan berbagai jenis toksin atau zat kimia asing, pigmen, vitamin, atau enzim. Hantaran elektrolit tergantung dari kemampuan larutan untuk menghasilkan ion-ion yang terus bergerak dan menjadi medium arus elektron. Kemampuan ionisasi merupakan penentu besarnya kemampuan menghantarkan listrik.

2.3.7. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Diffusion and Osmosis in Selectively Permeable Membranes. Diakses di http://www.instruction.greenriver.edu/kmarr/biology100/Bio100Lab/B100%20Labs_KM_2014/3_Lab%203%20Diffusion%20and%20Membrane%20Transport/Lab%203_DiffusnOsmosis_B100_W2011.pdf. pada 10 November 2014.

Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta : PT Gramedia.

Kanoni, Sri. 1999. Handout Viskositas TPHP. Yogyakarta : UGM Press.

Purnaningsih, Mei. 201. Transportas zat melalui membrane. Diakses di http://meipurnaningsih.blogspot.com/2012/10/transportasi-zat-melalui-membran.html pada 10 November 2014.

Respati, H. 1981. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta : Erlangga.

Tim Mildlanstrech. 2013. Diffusion and Osmosis. Diakses di http://classes.midlandstech.edu/carterp/Courses/bio101/labquiz2/ss8.htm pada 10 November 2014.

Vancleave, Janice. 2003. A+ Proyek-Proyek Kimia. Bandung : Pakar Raya.

Wilkipedia. 2013. Dialisis. Diakses di http://id.wikipedia.org/wiki/Dialisis pada 10 November 2014.