makalah pht kel 1.docx
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
1/21
I. PENDAHULUAN
A.Latar BelakangPengembangan pertanian secara besar besaran mengakibatkan
perubahan terhadap keragaman lanskap, karena adanya penyederhanaan
agroekosistem melalui perluasan lahan, penambahan kepadatan tanaman,
peningkatan keseragaman tanaman dalam umur dan kualitas fisik, serta
penurunan keragaman intra dan ekstra spesifik dalam pertanaman. Kondisi ini
mengakibatkan terjadinya kesenjangan perkembangan antara herbivora dan
musuh alaminya.
Kerentanan agroekosistem terhadap hama merupakan suatu akibat dari
penyederhanaan dari lanskap, seperti yang terjadi pada sistem pertanian dengan
input tinggi di negara-negara maju dan negara-negara yang mengembangkan
ekspor hasil pertanian dengan menerapkan sistem tanam monokultur. Sistem
pertanian menurunkan jumlah dan aktivitas musuh alami karena terbatasnya
sumber pakan, seperti polen, nektar dan mangsa atau inang alternatif yang
diperlukan oleh musuh alami untuk makan, bereproduksi serta tempat untuk
bertahan pada suatu ekosistem.
Agroekosistem yang merupakan suatu ekosistem pertanian dapat
dikatakan produktif jika terjadi keseimbangan antara tanah, hara, sinar
matahari, kelembaban udara dan organisme-organisme yang ada, sehingga
dihasilkan suatu pertanaman yang sehat dan hasil yang berkelanjutan.
Gangguan-gangguan terhadap agroekosistem tersebut dapat diatasi karena telah
ada sistem yang dapat mengatasi atau mentoleransi adanya cekaman biotik dan
abiotik yang ada. Jika terdapat gangguan pada suatu agroekosistem oleh
patogen, serangga hama atau degradasi lahan, maka untuk mencegah terjadinya
kerentanan pada agroekosistem tersebut perlu dilakukan pengembalian
keseimbangan (resiliance), yaitu dengan mengembalikan fungsi dari masing-
masing komponen yang ada dalam agroekositem tersebut.
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
2/21
B.Rumusan MasalahBerdasarkan judul tersebut ada beberapa rumusan masalah yang
muncul antara lain:
1. Apa saja yang termasuk di dalam lingkup ekosistem dan komponen-komponen agroekosistem?
2. Bagaimanakah karakter agroekosistem?3. Bagaimana proses aliran energi yang terjadi?4. Bagaimana manipulasi agroekosistem dilakukan?
C.TujuanTujuan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk di dalam lingkup ekosistem dankomponen-komponen agroekosistem
2. Untuk mengetahui karakter yang dimiliki agroekosistem3. Untuk mengetahui proses aliran energi yang terjadi di dalam ekosistem yang
ada
4. Untuk mengetahui bagaimana manipulasi agroekosistem dilakukan
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
3/21
II.PEMBAHASAN
A.Lingkup Ekosistem dan Komponen-Komponen AgroekosistemPengedalian hama terpadu atau (PHT) atau Integrated Pest
Management(IPM) merupakan suatu metode pengendalian hama dan penyakit
tanaman yang di dalamnya menggabungkan konsep pengendalian secara fisik,
pengendalian mekanik, pengendalian secara bercocok tanam, pengendalian
hayati, pengendalian kimia dan yang laionnya dengan tetap memperhitungkan
dampaknya baik yang bersifat ekologis, ekonomis dan sosiologis sehingga
secara keseluruhan akan didapatkan hasil yang terbaik. Oleh karena itu dalam
PHT perencanaan, penerapan dan evaluasinya harus mengikuti suatu sistem
pengelolaan yang terkoordinasi dengan baik.
Ada beberapa hal yang mendorong untuk dilaksanakannya PHT secara
nasional yaitu:
1. Kegagalan pemberantasan hama konvensional
2. Kesadaran akan kualitas lingkungan hidup
3. Adanya beberapa pola perlindungan tanaman
4. Kebijakan pemerintah
Permasalahan hama dan penyakit tanaman merupakan
permasalahan yang tidak timbul dengan sendirinya melainkan muncul akibat
adanya interaksi dengan lingkungan. Oleh karena itu sangat penting untuk
dipelajari dasar ekologis dari suatu ekosistem. Dengan demikian akan didapati
pemahaman lebih jauh mengenai faktor apa yang menyebabkan timbulnya
ledakan populasi hama dan bagaimana teknik pengendaliannya sesuai dengan
prinsip-prinsip PHT.
Sebagai salah satu organisme yang memiliki peran biologis dalam
ekologi maka dapat dipelajari bahwa hama tanaman memiliki bagian sebagai:
1. IndividuSebagai individu yang secara genetik memiliki berbagai keunikan dan terus
melakukan usaha untuk mempertahankan hidupnya.
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
4/21
2. PopulasiSebagai populasi spesies tertentu yang saling berkembang biak dan
menempati lokasi yang sama.
3. KomunitasSebagai bagian dari komunitas yang terdiri dari berbagai jenis organisme
yang hidup bersama pada satu tempat, saling berkompetisi dalam makanan
dan tempat perlindungan.
4. Bagian dari ekosistemSebagai bagian dari ekosistem setempat dan terdapat interaksi dengan
lingkungan fisiknya.
5. Bagian dari biosferSebagai bagian dari biosfer yaitu merupakan keseluruhan organisme di
muka bumi dan lingkungan abiotik yang mendukungnya.
Penjenjangan organisme di atas dapat diperjelas bahwa suatu
individu-individu (dalam satu spesies) hidup bersama pada suatu tenpat dan
membentuk populasi. Populasi-populasi yang hidup bersama pada suatu tempat
kemudian membentuk suatu komunitas. Komunitas hidup dengan selalu
bergantung dan dipengaruhi dengan faktor lingkungan fisiknya sehingga
mereka akan bersama-sama membentuk ekosistem.
Dari penjabaran di atas didapatkan kesimpulan bahwa ekosistem
merupakan suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamik antara
komponen-komponen biotik dan abiotik. Dalam perkembangannya ekosistem
sendiri telah dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Ekosistem alamiMerupakan suatu ekosistem yang dalam proses pembentukannya
sepenuhnya berjalan secara alami. Contohnya adalah ekosistem hutan,
tundra, dsb.
2. AgroekosistemMerupakan ekosistem binaan/ buatan manusia yang ditujukan untuk
memperoleh produksi pertanian dengan kualitas dan kuatintas yang sesuai
dengan kebutuhan manusia.
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
5/21
Berbeda dengan ekosistem alami, agroekosistem memiliki
kecenderungan keanekaragaman biotik yang rendah bahkan seragam,
contohnya dalam sistem persawahan. Hal ini disebabkan adanya faktor
manusia sebagai pengendali agroekosistem. Pada sistem persawahan,
komponen biotik dari segi vegetasi cukup seragam yaitu padi, adapun jika
terdapat vegetasi lain itu merupakan tumbuhan yang tidak diharapkan seperti
gulma, ataupun jika ada tanaman lain maka jenisnya tidak akan banyak. Begitu
pula dengan organisme yang ada hanya akan sedikit jenisnya karena tanaman
yang mendominasi hanya padi. Faktor abiotik juga sangat dikendalikan, seperti
bagaiamana bentukan tanah yang diinginkan, seberapa besar pengairan yang
diperlukan atau masukan pupuk apa yang akan diberikan. Sehingga dengan
adanya kedua komponen (abiotik dan biotik) yang saling mempengaruhi maka
bagaiamana perlakuan manusia yang diberikan pada ekosistem itu akan
mempengaruhi keadaan komponen biotik dan abiotiknya.
Hal ini sangat berbeda apabila dibandingkan dengan ekosistem alami
hutan. Terdapat berbagai jenis tumbuhan sehingga berbagai organisme pun
hidup di sana, selain itu tidak akan ada faktor manusia yang turut membatasi
jenis mereka (walaupun saat ini faktor manusia telah banyak mempengaruhi
ekosistem alami, seperti adanya penebangan hutan, perburuan binatang liar,
dsb).
B.Karakter AgroekosistemBerdasarkan proses pembentukannya, ekosistem dibagi menjadi dua,
yaitu Ekosistem Alami dan Ekosistem Pertanian / Agroekosistem. Ekosistem
Alami merupakan ekosistem yang proses pembentukan dan perkembangannya
terjadi tanpa ada campur tangan manusia, sedangkan Agroekosistem
merupakan ekosistem yang proses pembentukan dan perkembangannya terjadi
karena ada campur tangan manusia.
Berdasarkan proses terjadinya, ekosistem dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu ekosistem alami dan ekosistem buatan.
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
6/21
1. Ekosistem alami, adalah jenis ekosistem yang terjadi secara alami tanpacampur tangan manusia. Contoh dari ekosistem alami antara lain ekosistem
sungai, danau, laut, gurun, padang lumut, padang rumput, dan lain-lain.
2. Ekosistem buatan, adalah ekosistem yang sengaja dibuat oleh manusiauntuk keperluan tertentu. Contoh ekosistem buatan antara lain ekosistem
sawah, bendungan, waduk, kebun, hutan produksi, dan lain-lain.
Keragaman intraspesifik adalah keragaman yang terjadi pada tanaman
yang sama jenis dan ditanam pada tempat yang sama. Keragaman ini dapat
meimbulkan kompetisi, kompetisi dapat terjadi karena tumbuhan tersebut
saling memperebutkan unsur hara yang terdapat dalam tanah dimana kedua
tanaman tersebut ditanam. Terjadinya kompetisi antara tanaman sejenis
tersebut mengakibatkan pertumbuhannya terhambat. Pada ekosistem alami
keragaman intraspesies rendah karena mayoritas tanaman sangat beragam serta
berumur ratusan bahkan jutaan tahun sedangkan pada ekosistem buatan
keanekaragaman intraspesies tinggi dikarenakan sudah ada campur tangan
manusia yang melakukan pertanian dengan sistem monokultur serta tanaman
yang dibudidayakan adalah tanamn semusim dan tanaman tahunan. Sistem
pertanian monokultur dapat menurunkan jumlah dan aktivitas musuh alami
karena terbatasnya sumber pakan, seperti polen, nektar dan mangsa atau inang
alternatif yang diperlukan oleh musuh alami untuk makan, bereproduksi serta
tempat untuk bertahan pada suatu ekosistem.
Sebaliknya, bagi serangga herbivora, pertanaman monokultur
merupakan sumber pakan yang terkonsentrasi dalam jumlah banyak, sehingga
herbivora tersebut dapat bereproduksi dan bertahan dengan baik. Beberapa
serangga herbivora dilaporkan dapat berkembang biak dengan baik pada
pertanaman monokultur yang dipupuk, disiang dan diairi secara intensif.
Kondisi agroekosistem seperti ini secara terus menerus akan menyebabkan
agroekosistem menjadi rentan terhadap eksplosi hama.
Pertanian monokultur yang banyak diterapkan di Indonesia
merupakan salah satu gambaran hubungan tanaman intraspesies. Meski
demikian perlu dipahami bahwa sistem pertanian ini memiliki kelemahan yang
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
7/21
sangat serius. Pada awal penanaman produksi yang diperoleh akan sangat
banyak dan menguntungkan bagi petani. Namun perlu diperhatikan kelebihan
itu hanya bersifat sementara.Karena lama-kalamaan unsur hara dalam tanah
yang di butuhkan oleh tanaman monokultur tersebut akan habis jika
penanaman berlangsung terus menerus tanpa pergiliran tanaman. Sehingga
akan menurunkan hasil produksi yang akhirnya akan mengakibatkan kerugian
bagi petani sendiri.
Keragaman interspesifik adalah keragaman yang terjadi pada tanaman
yang berbeda jenis dan berada pada tempat yang sama. Keragaman
interspesifik pada ekosistem alami tinggi, pada ekosistem alami terdapat
berbagai jenis tumbuhan yang tumbuh alami berusia ratusan bahkan jutaan
tahun sebaliknya pada ekosistem buatan keanekaragamannya rendah karena
mayoritas tanaman yang ditanam monokultur (tanaman semusim dan tanaman
tahunan) akibat campur tangan manusia. Keragaman ini dapat meimbulkan
berbagai pola interaksi yaitu:
a. Suksesi, yaitu pergantian dominansi spesies pada pernyimpanan kerenaperubahan lingkungan dan sumber makanan. Pada saat awal yang dominan
adalah hama primer, kemudian digantikan hama sekunder, selanjutnya
mungkin serangga pemakan cendawan atau sisa-sisa.
b. Kompetisi, terjadi bila dua spesies hama memiliki relung ekologis yangsama (bandingkan dengan suksesi dimana masing-masing spesies memiliki
peran berbeda).
c. Predasi, bisa oleh spesies predator (misal kepikXylocoris sp.) atau spesieshama yang menjadi karnivor fakultatif pada kondisi ekstrim. Parasitisme
kebanyakan Hymenoptera famili Trichogrammatidae, Bethylidae, dan
Pteromalidae menjadi parasitoid hama gudang. Termasuk parasitisme
adalah serangan mikroorganisme seperti protozoa, bakteri dan cendawan
entomophaga penyakit terhadap hama pascapanen.
Pengertian vegetasi adalah tanaman hidup yang menutupi suatu
wilayah, lebih luas dari flora yang merujuk pada komposisi spesies. Vegetasi
lebih mendekati ke komunitas tanaman namun seringkali untuk skala yang
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
8/21
lebih luas. Hutan bakau, tanaman di gurun, rumput di pinggir jalan, ladang
gandum adalah contoh vegetasi.
Vegetasi memegang peran penting dalam biosfir. Pertama, karena
berperan mengatur aliran sejumlah siklus biokimia seperti air, karbon dan
nitrogen yang berperan penting sebagai penyeimbang energi secara lokal dan
global. Kedua, vegetasi mempengaruhi karakteristik tanah seperti volume,
kandungan kimia dan struktur yang menentukan karakteristik tumbuhan
termasuk produktifitas dan strukturnya. Ketiga, vegetasi adalah sumber hidup
sejumlah habitat hewan liar. Keempat dan merupakan fungsi terpenting bahkan
untuk vegetasi alga sekali pun adalah menjalankan fungsi sebagai penyedia
oksigen.
Suksesi adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara
teratur yang terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga
terbentuk komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan
perkataan lain. suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak
seimbang menuju ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat
modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Berdasarkan
kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua macam suksesi, yaitu
suksesi primer dan suksesi sekunder.
Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat gangguan yang
mengakibatkan komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk habitat
baru. Gangguan tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur tangan
manusia. Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan gunung
berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan oleh campur tangan
manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan minyak
bumi).
Suksesi primer ini diawali tumbuhnya tumbuhan pionir, biasanya
berupa lumut kerak. Lumut kerak mampu melapukkan batuan menjadi tanah
sederhana. Lumut kerak yang mati akan diuraikan oleh pengurai menjadi zat
anorganik. Zat anorganik ini memperkaya nutrien pada tanah sederhana
sehingga terbentuk tanah yang lebih kompleks. Benih yang jatuh pada tempat
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
9/21
tersebut akan tumbuh subur. Setelah itu. akan tumbuh rumput, semak, perdu,
dan pepohonan. Bersamaan dengan itu pula hewan mulai memasuki komunitas
yang haru terbentuk. Hal ini dapat terjadi karena suksesi komunitas tumbuhan
biasanya selalu diikuti dengan suksesi komunitas hewan. Secara langsung atau
tidak langsung. Hal ini karena sumber makanan hewan berupa tumbuhan
sehingga keberadaan hewan pada suatu wilayah komunitas tumbuhan akan
senantiasa menyesuaikan diri dengan jenis tumbuhan yang ada. Akhirnya
terbentuklah komunitas klimaks atau ekosistem seimbang yang tahan terhadap
perubahan (bersifat homeostatis).Salah satu contoh suksesi primer yaitu
terbentuknya hutan dan peristiwa meletusnya gunung Krakatau. Setelah letusan
itu, bagian pulau yang tersisa tertutup oleh batu apung dan abu sampai
kedalaman ratarata 30 m.
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap suatu
komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga
masih terdapat kehidupan / substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi
sekunder dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir.
Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder dapat berasal dari
peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami misalnya angina
topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon besar yang tumbang, aktivitas vulkanik,
dan kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh kegiatan manusia
contohnya adalah pembukaan areal hutan. Salah satu contoh suksesi sekunder
adalah ekosistem buatan.
Proses suksesi sangat terkait dengan faktor lingkungan, seperti letak
lintang, iklim, dan tanah. Lingkungan sangat menentukan pembentukkan
struktur komunitas klimaks. Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di
daerah beriklim kering, maka proses tersebut akan terhenti (klimaks) pada
tahap komunitas rumput; jika berlangsung di daerah beriklim dingin dan basah,
maka proses suksesi akan terhenti pada komunitas (hutan) conifer, serta jika
berlangsung di daerah beriklim hangat dan basah, maka kegiatan yang sama
akan terhenti pada hutan hujan tropik.
Kecepatan proses suksesi dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut :
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
10/21
1. Luas komunitas asal yang rusak karena gangguan.2. Jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di sekitar komunitas yang terganggu.3. Kehadiran pemencar benih.4. Iklim, terutama arah dan kecepatan angina yang membantu penyebaran biji,
spora dan benih serta curah hujan.
5. Jenis substrat baru yang terbentuk6. Sifatsifat jenis tumbuhan yang ada di sekitar tempat terjadinya suksesi.
C.Aliran EnergiRantai makanan adalah hubungan atau peristiwa makan dan dimakan
antar makhluk hidup di alam lingkungannya berdasarkan urutan tertentu.
Dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang berperan sebagai produsen dan
konsumen. Di dalam rantai makanan, tumbuhan disebut
sebagai produsen karena memasok oksigen ke lingkungan dan sumber
makanan bagi organisme heterotof. Oleh karena itu tumbuhan memegang
peranan penting dalam menjaga kelangsungan kehidupan di bumi karena rantai
makanan diawali oleh tumbuhan hijau sebagai produsen.
Di dalam hubungan antar organisme terdapat aliran energi yaitu
transfer energi dari produsen ke konsumen melalui rantai makanan. Proses
makan dan dimakan yang diikuti perpindahan energi dari satu organisme ke
organisme lain dalam tingkatan tertentu disebut rantai makanan (food chain).
Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai
pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit.
1. Rantai pemangsaLandasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai
pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai konsumen I,
dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai
konsumen ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun
herbivora sebagai konsumen ke-3.
2. Rantai parasitdimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai parasit.
Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
11/21
3. Rantai saprofitDimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri.
Tingkatan dalam rantai makanan disebut juga trofik. Tingkat trofik
yang secara mendasar mendukung tingkatan lainnya dalam suatu ekosistem
terdiri dari organisme autotrof yang berperan sebagai produsen primer.
Berdasarkan komponen tingkat trofik nya, rantai makanan dibedakan menjadi
dua, yaitu rantai makanan perumput dan rantai makanan detritus. Rantai
makanan perumput merupakan rantai makanan yang diawali dari tumbuhan
pada trofik awalnya. Contohnya tumbuhan dimakan belalang, belalang
dimakan burung, burung dimakan ular, dan ular dimakan burung elang.
Sedangkan rantai makanan detritus tidak dimulai dari tumbuhan, tetapi dimulai
dari detritus sebagai trofik awalnya. Contoh rantai makanan detritus adalah
seresah atau dedaunan dimakan cacing tanah, cacing tanah dimakan ikan, dan
ikan dimakan manusia.
Pada gilirannya, herbivora akan menyediakan makanan untuk
karnivora. Belalang tadi dapat dimakan oleh katak. Proses pemindahan energi
dari makhluk ke makhluk dapat berlanjut. Katak dapat dimakan oleh ular, yang
pada gilirannya ular dimakan oleh burung elang. Proses makan dan dimakan
pada serangkaian organisme disebut sebagai disebutRantai Makanan, atau
http://budisma.web.id/wp-content/uploads/2011/08/img1.jpg -
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
12/21
food chains. Siklus dalam rantai makanan dapat berjalan seimbang apabila
semua komponen tersedia. Apabila salah satu komponen, misalnya konsumen I
tidak ada, maka akan terjadi ketimpangan dalam urutan makan dan dimakan
dalam rantai makanan tersebut. Agar rantai makanan dapat berjalan terus
menerut maka jumlah produsen harus lebih banyak daripada konsumen I.
Jumlah konsumen I harus lebih banyak daripada jumlah konsumen II dan
seterusnya. Semua rantai makanan berasal dari organisme autotrofik. Lihat
bagan di bawah ini. Organisme yang langsung memakan tumbuhan disebut
herbivor (konsumen primer), yang memakan herbivor disebut karnivor
(konsumen sekunder), dan yang memakan konsumen sekunder disebut
konsumen tersier. Setiap tingkatan organisme dalam satu rantai makanan
disebut tingkatan tropik. Dalam ekosistem rantai makanan-rantai makanan itu
saling bertalian. Kebanyakan sejenis hewan memakan yang beragam, dan
makhluk tersebut pada gilirannya juga menyediakan makanan berbagai
makhluk yang memakannya, maka terjadi yang dinamakanjaring-jaring
makanan (food web), dengan kata lain Proses rantai makanan yang saling
menjalin dan kompleks tersebut dinamakan jaring makanan.
Dalam rantai makanan, organisme pada tingkatan trofik rendah
memiliki jumlah individu lebih banyak. Makin tinggi tingkat trofik, makin
http://budisma.web.id/wp-content/uploads/2011/08/Gambar-9.4-Jaring-jaring-makanan.jpg -
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
13/21
sedikit jumlah individunya dalam ekosistem. Dalam rantai makanan, konsumen
pada tingkat trofik tertentu tidak hanya memakan satu jenis organisme yang
ada di tingkat trofik bawahnya. Akan tetapi, setiap organisme dapat memakan
dua atau lebih organisme lain. Ini menyebabkan terjadinya beberapa rantai
makanan di dalam ekosistem saling berhubungan satu sama lain.
Hubungan antar-rantai makanan tersebut membentuk susunan yang
lebih kompleks, disebut jaring-jaring makanan (food web). dengan kata lain
Proses rantai makanan yang saling menjalin dan kompleks tersebut dinamakan
jaring makanan. Sehingga rantai makanan dari produsen konsumen primer
konsumen sekunder dan seterusnya, sebenarnya hanyalah
penyederhanaan dari beberapa permutasi yang dapat dimiliki oleh interaksi
makan dan dimakan. Contoh jaring-jaring makanan yang terjadi pada suatu
ekosistem.
D.Manipulasi AgroekosistemManipulasi agroekosistem dengan berdasarkan jenis tanamannya,
pemupukkan, dan musuh alami guna untuk dapat menekan populasi hama dan
penyakit dapat dilakukan sebagai berikut, pada agroekosistem pertanian
contohnya budidaya tanaman pangan dan sayuran yang menerapkan pola
penanaman seragam (monokultur). Dengan demikian agroekosistem tidak
mempunyai keanekaragaman yang tinggi, dan interaksi antar spesies menjadi
rendah. Dengan menyerdehanakan ekosistem, manusia sebenarnya telah
mengganggu keseimbangan alam. Keadaan ini dapat membuat semakin
bertambahnya populasi serangga (hama) dan penyakit tertentu lewat kompetisi
dengan manusia terhadap tanaman budidaya. Karena serangga (hama) yang
berkompetisi dengan manusia itu adalah konsumer primer, berada pada ujung
awal rantai makanan, maka serangga (hama) tersebut mempunyai tingkat
reproduksi yang sangat tinggi dan waktu generasi yang pendek. Dengan kata
lain, serangga tersebut mempunyai potensi yang sangat tinggi untuk bertambah
banyak dalam waktu yang singkat karena hilangnya faktor pengendali alam.
Dengan wacanan diatas, maka untuk menekan populasi hama dan
penyakit tanaman perlu dilakukan manipulasi agroekosistem yang pertama
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
14/21
dengan cara manipulasi pola tanam, yang kedua dengan cara pemupukkan, dan
ketiga dengan cara pemanfaatan musuh alami. Manipulasi agroekosistem
dengan pola tanam atau jenis tanaman tertentu perlu dilakukan karena pada
pembudidayaan tanaman dilakukan dengan cara monokultur atau seragam (satu
jenis tanaman saja), sehingga pada agroekosistem tersebut faktor alam
pengendali hama dan penyakit tersebut sangat kurang. Dengan penerapan pola
penanaman tumpang sari, tanaman pembatas, tanaman pagar, dan tanaman
pagar tanaman pokok, maka dapat menekan populasi hama dan penyakit
tanaman.
Sistem tumpangsari sering menyebabkan penurunan kepadatan
populasi hama dibanding sistem monokultur, hal ini disebabkan karena peran
senyawa kimia mudah menguap (atsiri) yang dilepas dan gangguan visual oleh
tanaman bukan inang akan mempengaruhi tingkah laku dan kecepatan
kolonisasi serangga pada tanaman inang. Sebagai contoh, tanaman bawang
putih yang ditanam diantara tanaman kubis dapat menurunkan populasi
Plutella xylostella yang menyerang tanaman kubis tersebut. Hal ini karena
senyawa yang dilepas oleh bawang putih tidak sama dengan senyawa yang
dilepas tanaman kubis sehinggaP. xylostellakurang menyukai habitat tanaman
tumpangsari tersebut. Tanaman bawang putih melepas senyawa alil sulfida
yang diduga dapat mengurangi daya rangsang senyawa atsiri yang dilepas
kubis atau bahkan dapat mengusir hama tersebut.
Penanaman tanaman perangkap di antara tanaman utama juga mulai
diterapkan untuk mengendalikan populasi hama. Mekanisme yang terjadi
adalah adanya daya tarik yang lebih kuat dari tanaman perangkap dibanding
tanaman utama sehingga hama lebih menyukai berada pada tanaman perangkap
tersebut. Salah satu tanaman yang mampu menarik serangga hama dan musuh
alaminya adalah jagung. Tanaman jagung sebagai perangkap telah berhasil
diterapkan untuk mengendalikan Helicoverpa armigera pada kapas.
Penanaman caisin sebagai tanaman perangkap pathogen yang disertai
eradikasi, terbukti efektif dapat menurunkan serangan pathogen yang
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
15/21
menyebabkan penyakit akar gada sehingga dapat meningkatkan hasil kubis
sebagai tanaman pokok.
Yang kedua yaitu manipulasi agroekosistem dengan penggunaan
pupuk untuk menekan hama dan penyakit tanaman. Penggunaan pupuk dengan
dengan perbandingan yang sangat besar antar unsur hara satu dengan unsur
hara yang lain dapat menyebabkan tanaman disenangi terserang hama dan
penyakit. Contohnya, pada budidaya padi. Dengan penggunaan pupuk N
dengan dosis tinggi tanpa diimbangi dengan pupuk K maka tanaman akan renta
terdahap penyakit. Tanaman dengan dosis pupuk N yang tinggi maka tanaman
padi akan tumbuh menghasilkan anakan yang banyak dan lebat akan tetapi
mudah roboh. Dengan kondisi yang demikian maka hama dan penyakit akan
senang tinggal di situ karena lembab. Disamping itu tanaman padi rentan
karena kekurangan unsur K yang berfungsi untuk Kalium berpengaruh positif
terhadap kadar lignin jaringan skelenkhim di bawah lapisan epidermis dan sel-
sel sekitar jaringan pembuluh, akibatnya daun tanaman menjadi kasar. Bila
tanaman kekurangan Kalium, maka kadar ligninnya rendah dan mudah
terserang cendawan. Kalium dapat meningkatkan ketahanan tanaman padi dari
serangan penyakit : busuk batang (Helminthosporium sigmodium), bakteri
lepuh daun (leaf blight), bercak daun coklat (Ophiobolus miyabeanus), busuk
pelepah daun ( Cortitium), kresek (Xanthomonas oryzae), dan Piricularia
oryzae. Karena daun tanaman menjadi kasar, maka secara fisik dapat
mengurangi gangguan akibat serangan hama.
Yang ketiga yaitu manipulasi agroekosistem dengan penggunaan
musuh alami untuk menekan hama dan penyakit tanaman. Manipulasi dengan
menggunakan musuh alami ini dapat diterapkan dengan melepas predator,
parasitoid, dan pathogen disuatu hamparan lahan budidaya pertanian, dimana
musuh alami (predator, parasitoid, dan pathogen) ini akan memangsang dan
menyerang hama dan penyakit yang mengganggu dan merusak tanaman yang
dibudidayakan
Musuh alami terdiri dari pemangsa/predator, parasitoid dan patogen.
Pemangsa adalah binatang (serangga, laba-laba dan binatang lain) yang
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
16/21
memakan binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Kadang-kadang
disebut predator. Predator berguna karena memakan hama tanaman. Semua
laba-laba dan capung merupakan contoh pemangsa. Parasitoid adalah serangga
yang hidup di dalam atau pada tubuh serangga lain, dan membunuhnya secara
pelan-pelan. Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama, sedangkan
parasit tidak membunuh inangnya, hanya melemahkan. Ada beberapa jenis
tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama. Patogen adalah
penyebab penyakit yang menyerang binatang atau makhluk lain. Patogen
berguna karena mematikan banyak jenis serangga hama tanaman teh. Ada
beberapa jenis patogen, antara lain jamur, bakteri dan virus.
Musuh alami sebaiknya dilestarikan karena mereka merupakan teman
petani. Semua jenis musuh alami membantu petani mengendalikan hama dan
penyakit. Karena itu, musuh alami jangan dibunuh atau dimusnahkan. Langkah
pertama dalam hal melestarikan musuh alami adalah: jangan menggunakan
pestisida kimia. Langkah kedua: menjaga berbagai jenis tanaman, terutama
tanaman berbunga, di kebun atau sekitar kebun. Jika terdapat bermacam-
macam tanaman di kebun, biasanya jumlah musuh alami yang berada di kebun
juga lebih banyak Langkah ketiga: mengusahakan lingkungan yang sesuai
untuk kehidupan musuh alami tersebut (konservasi). Berikut ini adalah
beberapa cara pelestarian terhadap musuh alami:
a. Predator Chilocorussp.Chilocorus merupakan predator untuk kutu perisai, Aspidiotus
destructor pada kelapa. Pembiakan predator dimulai dengan mengkoleksi
kutu perisai dari daun kelapa yang terserang kemudian dipelihara dengan
pakan buah waluh tua. Sebuah waluh diinfestasi dengan 40 ekor imago kutu.
Infestasi dilakukan dengan cara menempelkan potongan daun kelapa yang
ada kutunya ke waluh. Setelah populasi kutu cukup banpk, buah waluh
dimasukkan ke dalam kurungan kasa kemudian dilepaskan kumbang
predator Chilocorus. Daya mangsa kumbang ini 80-130 ekor kutu/hari.
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
17/21
b. Parasitoid Cephalonomia stephanoderisC. stephanoderis merupakan lebah parasitoid yang menyerang
kumbang penggerek buah kopi,Hypothenemus hampei.Larva hidup sebagai
ektoparasit pada larva instar terakhir dan prapupa inang. Imago betina
berukuran panjang 1,6-2 mm, sedangkan yang jantan 1,4 mm. Imago
meletakkan telur pada prapupa inang bagian ventral dan pada pupa inang
bagian dorso-abdominal. Imago memakan telur, larva, pupa, dan imago
inang. Telur parasitoid berukuran 0,4 x 0,2 mm. Larva berwarna putih,
berukuran panjang 2,1 mm, bentuk tubuh bengkok dan meruncing ke bagian
ekor, tidak berkaki dan berbulu. Pupa berada di dalam kokon berwarna
putih, pupa memiliki tipe bebas (liberal), mula-mula berwarna putih
kemudian berubah menjadi coklat.
Untuk mendapatkan kumbang penggerek buah kopi, buah kopi
yang terserang penggerek dimasukkan ke dalam stoples. Imago yang terjadi
dipasangkan dengan perbandingan jumlah betina dan jantan 1:2 dalam
tempat sejenis dan diberi pakan buah kopi segar. Larva dan pupa yang
dihasilkan digunakan untuk pembiakan parasitoid. Larva atau pupa
penggerek sebanyak 10 ekor dimasukkan ke dalam tabung gelas, sebagai
inang parasitoid. Imago parasitoid dipasangkan dalam tabung dengan
perbandingan jumlah betina dan jantan 2:1. Pemindahan parasitoid ke
tabung lain yang berisi inang segar dilakukan 2 hari sekali sampai hari ke
10.
c. Jamur Spicaria javanicaS. javanicamerupakan salah satu jamur patogen yang menginfeksi
kepik pengisap pucuk daun teh dan buah kakao (Helopeltis theivoradanH.
antonii), dan kumbang penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei).
Gejala serangga terinfeksi jamur S. javanicaberupa tubuh kaku dan keras
dan permukaan tubuhnya ditumbuhi jamur berwarna putih.
Jamur patogen ini diperbanyak dengan cara sebagai berikut.
Serangga yang terinfeksi S. javanica disterilkan dengan desinfektan
kemudian dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam petridis yang berisi
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
18/21
media PDA (potato dextrose agar). Koloni yang terbentuk dimurnikan
dengan cara menumbuhkannya ke media baru secara berulang. Jagung
giling dimasak sampai setengah matang. Setelah dingin, jagung dimasukkan
ke dalam kantong plastik kemudian disterilisasikan kedalam autoklaf.
Setelah dingin, media diinokulasi dengan biakan murni S. javanica
menggunakan jarum oce steril. Kantong diberi lobang aerasi kemudian
diinkubasi pada suhu kamar salama seminggu sampai terjadi sporulasi
penuh kemudian diremas-remas. Hasil biakan ini digunakan sebagai starter.
Perbanyakan massal S. javanicadilakukan dengan cara yang sama dengan
perbanyakan untuk starter. Bedanya, bahan inokulannya bukan biakan
murni, tetapi starter dengan perbandingan berat starter dan medium 1:25.
Untuk persiapan aplikasi, 200 g starter berumur 2 minggu
dilarutkan dalam 1 l air kemudian diremas-remas dan disaring. Larutan
cendawan ditambahkan air hingga menjadi 10 l. Larutan siap diaplikasikan
dengan dosis 2 kg/ha.
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
19/21
III.PENUTUPA.Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari pembahasan di atas meliputi:
1. Pengedalian hama terpadu atau (PHT) atau Integrated Pest Management(IPM) merupakan suatu metode pengendalian hama dan penyakit tanaman
yang di dalamnya menggabungkan konsep pengendalian secara fisik,
pengendalian mekanik, pengendalian secara bercocok tanam, pengendalian
hayati, pengendalian kimia dan yang laionnya dengan tetap
memperhitungkan dampaknya baik yang bersifat ekologis, ekonomis dan
sosiologis sehingga secara keseluruhan akan didapatkan hasil yang terbaik.
2. Ekosistem merupakan suatu sistem yang terbentuk oleh interaksi dinamikantara komponen-komponen biotik dan abiotik.
3. Ekosistem dibagi menjadi dua yaitu ekosistem alami dan agroekosistem.4. Ekosistem Alami merupakan ekosistem yang proses pembentukan dan
perkembangannya terjadi tanpa ada campur tangan manusia, sedangkan
Agroekosistem merupakan ekosistem yang proses pembentukan dan
perkembangannya terjadi karena ada campur tangan manusia.
5. Di dalam hubungan antar organisme terdapat aliran energi yaitu transferenergi dari produsen ke konsumen melalui rantai makanan.
6. Manipulasi agroekosistem dapat dilakukan melalui penggunaan jenistanaman yang tahan, teknologi pemupukan yang tepat, dan pemanfaatan
musuh alami guna untuk dapat menekan populasi hama dan penyakit
B.SaranSaran yang dapat diberikan untuk makalah ini adalah pembuatan
makalah ini sebaiknya mendapatkan tema yang berbeda. Hal ini diharapkan
agar tidak ada kesamaan materi di antara tiap kelompok. Sehingga wawasan
dari tiap mahasiswa akan lebih bertambah.
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
20/21
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwiyono, Sholahuddin, Endang 2011. Efektifitas caisin sebagai tanamanperangkap pathogen untuk pengendalian penyakit akar gada pada kubis.
J. HPT Tropika.
Lingga dan Marsono 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Pracaya 2007.Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Stehr FW 1975. Parasitoids and predators in pest management, p. 135-173. In
R.L. Metcalf and W.H. Luckmann (Eds.). Introduction to Insect
Management. John Wiley and Sons, New York.
Untung K 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: GadjahMada University Press.
Watson TF, L Moore, and GW Ware 1976.Practical Insect Pest Management: A
Self-Instruction Manual. W.H. Freeman and Company, San Francisco.
Widayat W 1992. Teknik Perbanyakan Tungau Predator. Pelatihan Pengendalian
Hama, Patogen, dan Gulma secara Terpadu. BLPP Cihea, Cianjur, 20
September - 4 Oktober 1992. 12 p.
-
8/13/2019 makalah PHT kel 1.docx
21/21
DASAR EKOLOGI DALAM PHT
Oleh :
Aprilia Roselani H0711015
Danny Wibisono H0711
Eko Hariyadi C. H0711
Emma Femi P. H0711Nugroho Tri Ardianto H0711
Rendi H0711
Rhian Pambudi H0711
Safitri Restu H0711
Titis Wulandari H0711105
Vivin Noviana Hasan H0711107
TUGAS MATA KULIAH PENGELOLAAN HAMA TERPADU
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2013