makalah peer teaching kel.1 fon

30
KONSEP TEORI DAN APLIKASI KEPERAWATAN PADA PASIEN KEHILANGAN BERDUKA (LOSS AND GRIEF) Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Fundamental of Nursing 1 Disusun oleh: Kelompok 1 Imas Rohimah 220110100008 Syifa Khoirunnisa 220110100015 Dwiesty Fathia N 220110100026 Wiwi Karlina 220110100056 Ratna Ekawati 220110100068 Fitri Aryanti 220110100075 Wina Tresnawati 220110100076 Novi Hermawati 220110100107 Sarah Nurul K 220110100134 1

Upload: fitri-aryanti

Post on 30-Jul-2015

198 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

KONSEP TEORI DAN APLIKASI

KEPERAWATAN PADA PASIEN

KEHILANGAN BERDUKA (LOSS AND GRIEF)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Fundamental of Nursing 1

Disusun oleh:

Kelompok 1

Imas Rohimah 220110100008

Syifa Khoirunnisa 220110100015

Dwiesty Fathia N 220110100026

Wiwi Karlina 220110100056

Ratna Ekawati 220110100068

Fitri Aryanti 220110100075

Wina Tresnawati 220110100076

Novi Hermawati 220110100107

Sarah Nurul K 220110100134

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

1

Page 2: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT, karena berkat

rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, penulis dapat menyelesaikan tugas

pembuatan makalah ini.

Adapun maksud tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca

dapat lebih memahami konsep teori dan pengaplikasiannya dalam proses

keperawatan pada pasien Loss and Grief. Penulis berharap dengan adanya

makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dan bermakna dalam proses

kehidupan dan proses belajar, khususnya di bidang keperawatan.

Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan. Tak lupa penulis

ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk membuat makalh ini, serta semua orang yang

telah membantu kelancaran pembuatan makalah ini.

Amein...

Jatinangor, Juli 2012

Penulis

2

Page 3: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………………...….. 1

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 4

1.2 Batasan Bahasan …..................................................................................... 4

1.3 Tujuan .........................................................................................................

5

1.4 Manfaat .......................................................................................................

5

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 6

2.1 Konsep dan Teori ……………………………………..…………………. 6

2.1.1 Pengertian Loss (kehilangan) dan Grief (beduka cita) ………..…. 6

2.1.2 Proses Kehilangan ……………………………………………..… 7

2.1.3 Etiologi ……………………………………………………..……. 8

2.1.4 Karakteristik Kerentanan ……………………………………...….

8

2.1.5 Bentuk-bentuk Lost (kehilangan) …………………………….….. 9

2.1.6 Sifat Lost (kehilangan) ……………………………………….….. 9

2.1.7 Tipe Lost (kehilangan) ……………………………………….….. 9

2.1.8 5 Kategori Lost (kehilangan) ………………………………..….. 10

2.2 Perbandingan Empat Teori Proses Berduka …………………………..... 11

2.3 Tahapan Proses Kehilangan Dan Berduka ……………………………... 11

2.4 Prespektif Agama Terhadap Kehilangan ………………………………..

13

2.5 Contoh Stressor dan Bentuk Kehilangan di Indonesia ……………...….. 14

2.6 Aplikasi Proses Keperawatan ……………………………………….….. 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 18

3.1 Simpulan ……………………………………………………………….. 18

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 20

3

Page 4: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengalaman kehilangan dan duka cita adalah hal yang esensial dan normal

dalam kehidupan manusia membiarkan pergi melepaskan dan terus melangkah

terus terjadi ketika individu menjalani tahap pertumbuhan dan perkembangan

normal dengan mengucapkan selamat tinggal kepada tempat orang, impian dan

benda-benda yang disayangi. Kehilangan memungkinkan individu berupa dan

terus berkembang serta memenuhi potensi diri. Kehilangan dapat direncanakan

diharapkan atau terjadi tiba-tiba dan proses berduka yang mengikutinya jarang

terjadi dengan nyaman atau menyenangkan.

Oleh karena itu, memenuhi kebutuhan spiritual individu yang berduka

merupakan aspek keperawatan yang sangat penting. Respon emosional dan

spiritual klien saling terkait ketika klien menghadapi penderitiaan dengan

kesadaran akan kemampuan mengkaji penderitaan klien, perawat dapat

meningkatkan rasa sejahtera. Memberi klien kesempatan untuk menceritakan

penderitaanya

Dukacita mengacu pada emosi yang subjektif dan afek yang merupakan

respons terhadap pengalaman kehilangan (Varcarolis, 1998). Berduka mengacu

pada proses mengalami dukacita. Mourning, tampilan luar dukacita, adalah suatu

cara mengintegrasikan kehilangan dan dukacita ke dalam hidup individu yang

berduka (Marrone, 1997; Webb, 1993).

Berduka tidak hanya melibatkan isi (apa yang dipikirkan, dikatakan, dan

dirasakan individu), tetapi juga proses (bagaimana individu berfikir, berkata , dan

merasa). Oleh karena itu, kita akan mempelajari apa yang dipikirkan, dirasakan,

dan dilakukan individu yang menderita pengalaman kehilangan.

4

Page 5: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

1.2 Rumusan Masalah

1. Konsep dan Teori

1. Pengertian Loss (kehilangan) dan Grief (beduka cita)

2. Proses Kehilangan

3. Etiologi

4. Karakteristik Kerentanan

5. Bentuk-bentuk Lost (kehilangan)

6. Sifat Lost (kehilangan)

7. Tipe Lost (kehilangan)

8. 5 Kategori Lost (kehilangan)

2. Perbandingan Empat Teori Proses Berduka

3. Tahapan Proses Kehilangan Dan Berduka

4. Prespektif Agama Terhadap Kehilanga

5. Contoh Stressor dan Bentuk Kehilangan di Indonesia

6. Aplikasi Proses Keperawatan

1.3 Tujuan

1. Mampu memahami arti dari lost (kehilangan) dan grief (berduka cita).

2. Mampu melakukan dan apply (menerapkan) proses keperawatan pada

klien atau pasien dengan lost (kehilangan) dan grief (berduka).

1.4 Manfaat

Dengan adanya penyusunan makalah ini, yaitu:

1. Mahasiswa mempunyai keterampilan tentang aplikasi dari memahami

materi tentang Loss and Grief (kehilangan dan berduka cita).

2. Serta menambah ilmu dan wawasan untuk bekal kelak di dunia

keperawatan yang nyata.

5

Page 6: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Konsep dan Teori

1.1.1 Pengertian Loss (kehilangan) dan Grief (beduka cita)

Menurut Iyus yosep dalam buku keperawatan jiwa 2007, kehilangan atau

lost adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya

ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan.

Loss of attachment: the loss may be real or imagined and may include the

loss of love, a person, physical functioning, status or self esteem. Many losses

take on importance because of their symbolic meaning. May involve the loss

of old friends, warm memories, and neighborhood associations. The ability to

sustain, integrate and recover from loss, however is a sign of personal

maturity and growth. S. Sundeen (1995: 426).

(Sumber: Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama)

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan

merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang-orang

yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula (keadaan

yang sebelumya ada menjadi tidak ada).

Dukacita mengacu pada emosi yang subjektif dan afek yang merupakan

respons terhadap pengalaman kehilangan (Varcarolis, 1998). Berduka

mengacu pada proses mengalami dukacita. Mourning, tampilan luar dukacita,

adalah suatu cara mengintegrasikan kehilangan dan dukacita ke dalam hidup

individu yang berduka (Marrone, 1997; Webb, 1993).

(Sumber: Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar Keperawatan Jiwa.

Jakarta: EGC)

Griefing adalah reaksi emosional dari kehilangan dan terjadi bersamaan

dengan kehilangan baik karena perpisahan, perceraian maupun kematian.

6

Page 7: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

Bereavement adalah keadaan berduka yang ditunjukan selama individu

melewati rekasi

Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan

yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas,

susah tidur, dan lain-lain.

Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.

NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi

dan berduka disfungsional.

Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman

individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara

aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional.

Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau

kesalahan/kekacauan.

(Sumber: Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3.

Jakarta: EGC).

1.1.2 Proses Kehilangan

1. Stessor internal atau eksternal gangguan dan kehilangan

individu memberi makna positif melakukan kompensasi dengan

kegiatan positif perbaikan (beradaptasi dan merasa nyaman).

2. Stessor internal atau eksternal gangguan dan kehilangan

individu memberi makna merasa tidak berdaya marah dan

berlaku agresi diekspresikan ke dalam diri muncul gejala sakit

fisik.

3. Stessor internal atau eksternal gangguan dan kehilangan

individu memberi makna merasa tidak berdaya marah dan

berlaku agresi diekspresikan ke luar diri individu kompensasi

dengan perilaku konstruktif perbaikan (beradaptasi dan merasa

nyaman).

4. Stessor internal atau eksternal gangguan dan kehilangan

individu memberi makna merasa tidak berdaya marah dan

7

Page 8: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

berlaku agresi diekspresikan ke luar diri individu kompensasi

dengan perilaku destruktif merasabersalah ketidakberdayaan.

Inti dari kemampuan seseorang agar dapat bertahan terhadap

kehilangan adalah pemberian makna (personal meaning) yang baik

terhadap kehilangan (husnudzon) dan kompensasi yang positif

(konstruktif), seperti pada skema berikut:

(Sumber: Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama)

(Process of Disruption and Loss, Drake at Barbara Kozier, 1979)

2.1.3 Etiologi

Kehilangan dan berduka dapat disebabkan oleh:

1. Kehilangan seseorang yang dicintai

2. Kehilanganm yang ada pada diri sendiri ( lose of self )

3. Kehilangan objek eksternal

4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal

8

Stressor internal & eksternal

Disruption & Loss

Personal meaning

Compensatory Activity Resulotion

Personal meaning

Helplessness

Anger & Agression

Expressed outward

Constructive action

Guilt

Destructive

ResolutionPainfull

Symptom

Expressed inward

Page 9: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

5. Kehilangan kehidupan atau meninggal.

2.1.4 Karakteristik Kerentanan

Menurut Parkes, (1998) karakteristik individu yang rentan terhadap

dukacita dengan penyulit mencakup mereka yang:

1. Memiliki harga diri rendah

2. kurang percaya pada orang lain

3. Menderita gangguan jiwa sebelumnya

4. melakukan ancaman atau upaya bunuh diri sebelumnya

5. Tidak memiliki anggota keluarga atau anggota keluarganya tidak

membantu

6. Memiliki kedekatan yang ambivalen, atau saling tergantung

dengan orang yang meninggalReaksi emosional yang lambat

7. Memiliki kedekatan dengan orang tua yang tidak member rasa

aman pada masa kanak-kanak, terutama ketika anak mempelajari

ketakutan dan ketidakberdayaan.

(Sumber: Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar Keperawatan Jiwa.

Jakarta: EGC)

2.1.5 Bentuk-bentuk Lost (kehilangan)

1. Kehilangan orang yang berarti.

2. Kehilangan kesejahteraan.

3. Kehilangan milik pribadi.

2.1.6 Sifat Lost (kehilangan)

1. Tiba-tiba (tidak dapat diramalkan)

Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada

pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan,

bunuh diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima.

2. Berangsur-angsur (dapat diramalkan)

Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan

yang ditinggalkan mengalami keletihan emosional (Rando:1984).

9

Page 10: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

2.1.7 Tipe Lost (kehilangan)

1. Actual Lost

Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,

sama dengan individu yang mengalami kehilangan. Contoh: kehilangan

anggota badan, uang, pekerjaan, anggota keluarga.

2. Perceived Lost (Psikologis)

Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan

namun tidak dapat dirasakan / dilihat oleh orang lain. Contoh : Kehilangan

masa remaja, lingkungan yang berharga.

3. Anticipatory Lost

Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu

memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan

yang akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien

(anggota) menderita sakit terminal.

2.1.8 5 Kategori Lost (kehilangan)

1. Kehilangan objek eksternal.

Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah

menjadi usang berpinda tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam.

Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang

bergantung pada nilai yang dimiliki orng tersebut terhadap nilai yang

dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut.

2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal

Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang

telah dikenal mencakup lingkungan yang telah dikenal Selama periode

tertentu atau kepindahan secara permanen. Contohnya pindah ke kota baru

atau perawatan dirumah sakit.

4. Kehilangan orang terdekat

Orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak-anak, saudara

sekandung, guru, teman, tetangga, dan rekan kerja. Artis atau atlet terkenal

mungkin menjadi orang terdekat bagi orang muda (fans). Riset

10

Page 11: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

membuktikan bahwa banyak orang menganggap hewan peliharaan sebagai

orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan atau kematian.

5. Kehilangan aspek diri

Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi

fisiologis, atau psikologis. Orang tersebut tidak hanya mengalami

kedukaan akibat kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan

permanen dalam citra tubuh dan konsep diri.

6. Kehilangan hidup

Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana

orang tersebut akan meninggal.

2.2 Perbandingan Empat Teori Proses Berduka

ENGGEL

(1964)

KUBLERROS

(1969)

MARTOCCHIO

(1985)

RANDO

(1991)

Shock dan tidak

percaya

Menyangkal Shock and disbelief Penghindaran

Berkembangnya 

kesadaran

Marah Yearning and protest

Restitusi Tawar-menawar Anguish, disorganization

and despair

Konfrontasi

Idealization Depresi Identification in

bereavement

Reorganization/the out

come

Penerimaan Reorganization and

restitution

Akomodasi

2.3 Tahapan Proses Kehilangan Dan Berduka

Menurut Kubler-Ross (1969) terdapat 5 tahapan proses kehilangan, yaitu:

1. Denial (pengingkaran)

Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak

percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan

mengatakan “Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi”, ”itu tidak

11

Page 12: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

mungkin”. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal,

akan terus menerus mencari informasi tambahan.

Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah,

pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis

gelisah, tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir

dalam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun.

2. Anger (marah)

Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya

kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering

diproyeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya, orang-orang tertentu

atau ditujukan kepada dirinya sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku

agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh dokter dan perawat

yang tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain,

muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.

3. Bergaining (tawar menawar)

Apabila individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara

intensif, maka ia akan maju ke fase ini. Fase ini merupakan fase tawar

menawar dengan memohon kemurahan Tuhan. Respon ini sering dinyatakan

dengan kata-kata ”kalau saja kejadian itu bisa ditunda maka saya akan sering

berdoa”. Apabila proses berduka ini dialami oleh keluarga maka

pernyataannya sebagai berikut sering dijumpai ”kalau yang sakit bukan anak

saya”.

4. Depression (bersedih yang mendalam)

Klien dihadapkan pada kenyataan bahwa ia akan mati dan hal itu tidak

bias di tolak. Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain

menarik diri, tidak mudah bicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang

sangat baik dan menurut, atau dengan ungkapan yang menyatakan

keputusasaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering diperlihatkan

adalah menolak makanan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.

5. Acceptance (menerima)

Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Menerima

kenyataan kehilangan, berpartisipasi aktif, klien merasa damai dan tenang,

12

Page 13: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

Tahap Marah Tahap Depresi

Tahap PengingkaranTahap Tawar-menawar Tahap Penerimaan

serta menyiapkan dirinya menerima kematian. Klien tampak sering berdoa,

duduk diam dengan satu fokus pandang, kadang klien ingin ditemani

keluarga/perawat. Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata-kata

seperti ”saya betul-betul menyayangi baju saya yang hilang tapi baju baru

saya manis juga”, atau “Apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat

sembuh”.

Apabila individu dapat memulai fase-fase tersebut dan masuk pada fase

damai atau fase penerimaan, maka ia akan dapat mengakhiri proses berduka

dan mengatasi perasaan kehilangannya secara tuntas. Tapi, apabila individu

tetap berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan, jika

mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan.

(Sumber: Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar Keperawatan Jiwa.

Jakarta: EGC)

(Sumber: Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama)

(Kubler-Rosss, dalam Potter dan Perry,1997).

Gambar diatas merupakan respons individu terhadap kehilangan tersebut

yang merupakan tahap umum dilalui individu yang dapat menyelesaikan

proses kehilangan dengan tuntas. Fase penerimaan merupakan tujuan akhir

yang adaptif dari proses berduka.

2.4 Prespektif Agama Terhadap Kehilangan

Dilihat dari perpektif agama hal-hal yang harus diperhatikan oleh individu

untuk mengatasi kehilangan yang dialaminya adalah sabar, berserah diri,

menerima dan mengembalikannya pada Alloh SWT karena hanya Dia pemilik

mutlak segala yang kita cintai dan manusia bukanlah pemilik apa-apa yang

diakuinya. Sebagaimana firman Alloh SWT:

13

Page 14: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

“Dan sungguh kami akan berikan cobaan kepadamu dengan sedikit

ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah

berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu ketika mereka ditimpa

musibah mereka mengucapkan kami adalah milik Alloh SWT dan akan kembali

kepada Alloh SWT, mereka akan mendapatkan keberkahan dan rahmat dari

Tuhan mereka.”

(Sumber: Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama)

(Sumber lainnya: Al-quran)

2.5 Contoh Stressor dan Bentuk Kehilangan di Indonesia

No. Jenis Stressor Jenis Kehilangan

1. Gempa dan Tsunami

di Aceh

Rumah, orang yang berarti, pekerjaan, bagian

tubuh.

2. Lumpur Lapindo Rumah, tetangga yang baik

3. Gempa di Yogyakarta Rumah, makna rumah yang lama, orang yang

berarti, bagian tubuh, pekerjaan.

4. Jatuhnya pesawat

Adam Air

Orang yang berarti, bagian tubuh

5. Tenggelamnya Kapal

Levina

Orang yang berarti

6. Sampah longsor Orang yang berarti

7. Banjir bandang Harta benda, orang tercinta, lingkungan yang

baik, kesehatan.

8. PHK di IPTN Pekerjaan, status, harga diri

9. Banjir Jakarta Harta benda, orang tercinta, lingkungan yang

baik, kesehatan.

10. Jatuhnya pesawat

Sukhoi

Orang tercinta dan berarti

(Sumber: Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama)

2.5 Aplikasi Proses Keperawatan

1. Pengkajian

14

Page 15: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita

klien: apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui

perilaku.

Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui

apa yang mereka pikir dan rasakan. Tiga area utama yang perlu dikaji, yaitu:

1. Persepsi yang adekuat tentang kehilangan

2. Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan

3. Perilaku koping yang adekuat selama proses

2. Analisa Data dan Perencanaan

Diagnosis keperawatan untuk individu yang mengalami kehilangan harus

didasarkan pada data subjektif dan objektif pengkajian yang dikumpulkan oleh

perawat.

Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnoses: Application to

Clinical Practice, menjeaskan 3 diagnosis keperawatan untuk proses berduka.

Pernyataan etiologi untuk diagnosis tersebut didasarkan pada tipe kehilangan

seperti yang telah dijabarkan diatas:

1. Dukacita, yang berhubungan dengan kehilangan yang actual atau

dipersepsikan, seperti kehilangan fisiologis (missal, kehilangan satu

ekstremitas), didefinisikan sebagai prose yang normal dalam

pengalaman manusia akan kehilangan.

2. Dukacita Adaptif, yang berhubungan dengan kehilangan yang actual

atau dipersepsikan, didefinisikan sebagai respons terhadap kehilangan

15

PERSEPSI

KOPINGDUKUNGAN

Page 16: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

yang diharapkan atau diantisipasi. Diagnosis ini dapat diterapkan pada

contoh seseorang yang kehilangan salah satu payudaranya dan

memengaruhi citra tubuhnya sebelum operasi.

3. Dukacita Maladaptif, yang berhubungan dengan (faktor tertentu)

didefinisikan sebagai prose pengalaman kehilangan dengan penyuit.

Berduka dengan penyulit merupakan respons yang berada di luar

norma yang ada dan terjadi ketika individu mungkin tanpa emosi,

berduka dalam waktu lama, dan memiliki ekspresi berduka yang

tampaknya tidak wajar.

3. Identifikasi Hasil Akhir

Contoh hasil akhir untuk 3 diagnosis keperawatan:

1. Berduka: Klien akan mengidentifiasi dampak kehilangan, mencari

dukungan yang adekuat, dan menerapkan strategi koping yang efektif

ketika mengekspresikan dan menerima pengalaman kehilangan dalam

hidupnya.

2. Berduka Adaptif: Klien akan mengidentifikasi makna kehilgan yang

terjadi dalam hidupnya, mencari dukungan yang adekuat ketika

mengekspresikan dukacita, dan mengembangakan suatu rencana untuk

melakukan koping terhadap kehilangan ketika hal itu menjadi

kenyataan dalam hidupnya.

3. Berduka Maladaptif: Klien akan mengidentifikasi makna kehilangan,

mengenali efek yang membahayakan dalam hidupnya, dan mencari

atau menerima bantuan professional sebagai cara untuk membantu

proses berduka.

4. Intervensi

1. Intervensi Tentang Persepsi Kehilangan

Mengkaji persepsi klien dan makna kehilangannya merupakan langkah

pertama yang dapat membantu mengurangai derita yang disebut oleh

beberapa orang sebagai beban emosional awal yang berlebih dalam

berduka. Ketika kematian atau kehilangan terjadi, terutama jika hal itu

terjadi dengan tiba0tiba dan tanpa peringatan, mekanisme pertahanan

kognitif berupa penyangkalan berfungsi sebagai media untuk mengurangi

16

Page 17: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

dampak, “saya tidak percaya hal ini terjadi. Ini tidak benar. Ada

kesalahan.”

Penyangkalan Adaptif, ketika klien secara bertahap menyesuaikan diri

dengan realitas kehilangan, dapat membantu klien membuat pergeseran

kognitif bahwa perlu melupakan persepsi sebelumnya (sebelum

kehilangan) ketika menciptakan cara pemikiran baru tentang dirinya, orang

lain, dan dunia.

2. Intervensi Tentang Dukungan yang Adekuat

Perawat dapat membantu klien mendapatkan dan menerima apa yang

orang ingin berikan daam mendukung proses berdukanya.

Sumber-sumber untuk klien yang berduka. Banyak sumber Internet

tersedia bagi perawat yang ingin membantu klien mendapatkan informasi,

kelompok pendukung, dan aktivitas yang berhubungan dengan prose

berduka. Bereavement and Hospice Support Netline adalah salah satu

sumber yang memiliki banyak jaringan internet di seluruh Amerika Serikat

ke berbagai organisasi yang memberikan dukungan dan penyuluhan.

Apabila klien tidak memiliki akses Internet, sebagian besar perpustakaan

umum dapat memebantu menemukan kelompok dan aktivitas yang akan

memenuhi kebutuhan klien. Bergantung pada negara tempat individu

tinggal, kelompok tertentu tersedia untuk mereka yang kehilangan atas

berduka citanya.

3. Intervensi Tentang Perilaku Koping yang Adekuat

Intervensi mencakup member klien kesempatan untuk membandingkan

dan membedakan caranya melakukan koping terhadap kehilangan yang

signifikan di masa lalu,membantunya meninjau kekuatan dan

memeperbarui kesadaran akan kemampuan personal.

Mengingat dan mempraktikkan perilaku masa lalu dalam situasi yang

baru dapat menimbulkan percobaan dengan metode yang baru dan

memahami diri sendiri. Memiliki perspektif historis meringankan proses

berduka individu dangan memungkinkan perubahan cara berfikir tentang

dirinya, kehilangan, dan mungkin makan kehilangan dalam hidupnya.

17

Page 18: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

Mendorong klien merawat dirinya sendiri adalah intervensi lain yang

membantu klien melakukan koping. Perawat dapat menawarkan makanan

tanpa memaksa klien untuk makan. Menjaga makan, tidur cukup,

olahraga, dan meluangkan waktu untuk aktivitas yang menyenangkan

adalah cara yang dapat klien lakukan untuk merawat dirinya. Seperti

seorang pejalan kaki yang lelah perlu berhenti beristirahat, dan

mengembalikan kekuatannya, demikian juga dengan individu yang

berduka harus beristirahat sejenak dari proses berduka yang melelahkan.

Kembali melakukan rutinitas pekerjaan atau memfokuskan pada anggota

keluarga yang lain dapat memberikan waktu istirahat tersebut.

Komunikasi dan keterampilan interpersonal adalah alat perawat yang

efektif, sama seperti stetoskop, ginting, dan sarung angan. Klien percaya

bahwa perawat akan memiliki apa hang diperlukan untuk membantunya

dalam proses yang sulit ini.

Senyum yang ramah dan kontak mata dari klien selam percakapan

yang akrab menunjukkan sikap perawat yang dapat dipercaya.

5. Evaluasi

Evaluasi kemajuan bergantung pada tujuan yang ditetapkan untuk klien.

Tinjauan tugas dan fase berduka dapat bermanfat dalam membuat pernyataan

tentang status klien pada setiap waktu.

18

ALAT YANG DIGUNAKAN

PERAWAT

PENGETAHUAN TEORITIS

KETERAMPILAN

INTERPERSONAL

KETERAMPILAN

KOMUNIKASI

Page 19: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

(Sumber: Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar Keperawatan Jiwa.

Jakarta: EGC)

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, akhirnya dapat disimpulkan bahwa

kehilangan merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang bisa terjadi pada orang-

orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula

(keadaan yang sebelumnya ada menjadi tidak ada). Kehilangan bisa meliputi

kehilangan objek eksternal, lingkungan yang dikenal, orang terdekat, aspek diri,

dan kehilangan hidup.

Jika individu yang berespon kehilangan telah melewati fase-fase yang dimulai

dari denial (pengingkaran) sampai fase acceptance (penerimaan), maka ia akan

dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangannya secara

tuntas. Tapi, apabila individu tetap berada pada salah satu fase dan tidak sampai

pada fase penerimaan, jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada

fase penerimaan. Fase penerimaan merupakan tujuan akhir yang adaptif dari

proses berduka.

Di dalam menangani pasien dengan respon kehilangan, ada tiga area utama

yang perlu dikaji oleh perawat, yaitu:

1. Persepsi yang adekuat tentang kehilangan

2. Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan

3. Perilaku koping yang adekuat selama proses

Serta di dalam menangani pasien dengan respon kehilangan, diperlukan juga

perawat yang mempunyai keterampilan komunikasi, keterampilan interpersonal,

dan pengetahuan teoritis.

19

Page 20: Makalah Peer Teaching Kel.1 FON

DAFTAR PUSTAKA

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: EGC

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

20