makalah panen dan pasca panen
DESCRIPTION
tentang panen dan pasca panen hasil pertanianTRANSCRIPT
TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH PENGANTAR ILMU PERTANIAN
PANEN DAN PASCA PANEN PRODUK PERTANIAN
Disusun oleh:
1. Rayhan Amadius (A1L010174)
2. Kutut Apriyadi (A1L010175)
3. Rizky Davita H (A1L010210)
4. Dianing Prameswari (A1L010230)
5. Dodi Hardianto (A1L010240)
6. Catur Setyo Edi (A1L010244)
7. Noviana Wulansari (A1L012189)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN
Penanganan pasca panen merupakan upaya sangat strategis dalam rangka
mendukung peningkatan produksi. Konstribusi penanganan pasca panen terhadap
peningkatan produksi dapat tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan
tercapainya mutu sesuai persyaratan mutu.
Dalam penanganan pasca panen, salah satu permasalahan yang sering dihadapi
adalah masih kurangnya kesadaran dan pemahaman petani terhadap penanganan
pasca panen yang baik sehingga mengakibatkan masih tingginya kehilangan hasil dan
rendahnya mutu. Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan penanganan
pasca panen yang didasarkan pada prinsip-prinsip Good Handling Practices (GHP)
agar dapat menekan kehilangan hasil dan mempertahankan mutu hasil.
Dalam usaha-usaha di bidang pertanian atau secara tegas dalam usaha budidaya
tanaman pangan dan tanaman perdagangan, kegiatan penanganan atau pengelolaan
tanaman, penting sekali untuk diperhatikan sejak penyiapan lahan pertanamannya
sampai kepada penyimpanan hasil tanamannya. Yang dimaksud dengan kegiatan
penanganan atau pengelolaan tanaman di sini adalah kegiatan penanganan atau
pengelolaan secara benar mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah dianjurkan.
Tujuan utama dari kegiatan penanganan atau pengelolaan tanaman yaitu agar
dapat diperoleh hasil tanaman yang baik, dalam arti memenuhi harapan atau
memuaskan petani penanamnya, memuaskan pemenuhan kebutuhan umum atau
pasar.
II. ISI
Penanganan pasca panen adalah tahapan yang dimulai sejak pemungutan hasil
pertanian yang meliputi hasil tanaman pangan, hortikultura, perkebunan sampai siap
dipasarkan (Soemardi, 1986).
Penanganan pasca panen dilakukan sejak komoditi itu dipanen sampai dengan
pengolahan Tujuan penanganan pasca panen dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Tujuan secara umum adalah untuk melindungi hasil panen yang sifatnya mudah
rusak dengan memperkecil kehilangan dan kerusakan
2. Tujuan secara khusus adalah agar hasil panen tetap segar dan baik mutunya,
sifat-sifat hasil panen lebih menarik (warna, rasa dan aroma), memenuhi standar
perdagangan baik konsumen individu atau industri, mutu selalu terjamin untuk
bahan baku industri, dapat diawetkan dengan mutu yang tetap.
Prosedur/perlakuan dari penanganan pasca panen berbeda untuk berbagai
bidang kajian antara lain:
1. Penanganan pasca panen pada komoditas perkebunan yang ditanam dalam
skala luas seperti kopi, teh, tembakau dll., sering disebut pengolahan primer,
bertujuan menyiapkan hasil tanaman untuk industri pengolahan, perlakuannya
bisa berupa pelayuan, penjemuran, pengupasan, pencucian, fermentasi dll.
2. Penanganan pasca panen pada produksi benih bertujuan mendapatkan benih
yang baik dan mempertahankan daya kecambah benih dan vigornya sampai
waktu penanaman. Teknologi benih meliputi pemilihan buah, pengambilan
biji, pembersihan, penjemuran, sortasi, pengemasan, penyimpanan, dll.
3. Penanganan pasca panen pada komoditas tanaman pangan yang berupa biji-
bijian (cereal/grains), ubi-ubian dan kacangan yang umumnya dapat tahan
agak lama disimpan, bertujuan mempertahankan komoditas yang telah
dipanen dalam kondisi baik serta layak dan tetap enak dikonsumsi.
Penanganannya dapat berupa pemipilan/perontokan, pengupasan,
pembersihan, pengeringan (curing/drying), pengemasan, penyimpanan,
pencegahan serangan hama dan penyakit, dll.
4. Penanganan pasca panen hasil hortikultura yang umumnya dikonsumsi segar
dan mudah “rusak” (perishable), bertujuan mempertahankan kondisi segarnya
dan mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki selama
penyimpanan, seperti pertumbuhan tunas, pertumbuhan akar, batang bengkok,
buah keriput, polong alot, ubi berwarna hijau (greening), terlalu matang, dll.
Perlakuan dapat berupa: pembersihan, pencucian, pengikatan, curing, sortasi,
grading, pengemasan, penyimpanan dingin, pelilinan, dll.
Kerusakan yang terjadi pada hasil produk pasca panen dapat mengakibatkan
kehilangan bobot, mutu, harga, keamanan, pasar dan kepercayaan, Kehilangan pasca
panen produk pasca panen segar diperkirakan berkisar antara 25-80 % tergantung
pada jenis produk dan teknologi pascapanen yang digunakan. Penurunan mutu
produk pasca panen disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: Proses-proses biologis,
kegiatan mikroorganisme, berkembangnya hama gudang dan kerusakan fisik/mekanis
Penanganan pasca panen yang baik akan menekan kehilangan (losses), baik
dalam kualitas maupun kuantitas, yaitu mulai dari penurunan kualitas sampai
komoditas tersebut tidak layak pasar (not marketable) atau tidak layak dikonsumsi.
Untuk menekan kehilangan tersebut perlu diketahui :
a. Sifat biologi hasil tanaman yang ditangani: struktur dan komposisi hasil
tanaman
b. Dasar-dasar fisiologi pasca panen : respirasi, transpirasi, produksi etilen
c. Teknologi penangan pasca panen yang sesuai
Teknologi pascapanen merupakan suatu perangkat yang digunakan dalam upaya
peningkatan kualitas penanganan dengan tujuan mengurangi susut karena penurunan
mutu produk yang melibatkan proses fisiologi normal dan atau respon terhadap
kondisi yang tidak cocok akibat perubahan lingkungan secara fisik, kimia, dan
biologis. Teknologi pascapanen diperlukan untuk menurunkan atau bila mungkin
menghilangkan susutnya produk pascapanen.
Penangan Pasca panen dapat melibatkan suatu teknologi yang sederhana, yang
mungkin diadaptasi di daerah pedesaan, maupun teknologi-teknologi canggih.
Dengan penerapan teknologi pasca panen, maka akan di dapat beberapa keuntungan
seperti:
1. Memperpanjang waktu serta jumlah tersedianya bahan pangan
2. Mempermudah penyimpanan serta distribusinya
3. Menaikkan nilai tambah ekonomis yang berupa profit (keuntungan) maupun
nilai tambah sosial berupa ketersediaan lowongan kerja yang lebih banyak
4. Memperoleh produk hasil pertanian yang lebih menarik, misalnya
kenampakan, cita rasa dan sifat-sifat fisis lainnya.
5. Tersedianya bahan limbah hasil pertanian yang mungkin masih dapat
digunakan untuk memproduksi bahan lain seperti ampas tebu sebagai bahan
pembuatan kertas.
6. Mendorong tambahnya industri-industri non pertanian yang menunjang
industri pertanian, seperti industri kimia, gelas, bahan pengepak dan lain-lain.
Keberhasilan penanganan pasca panen sangat ditentukan dari tindakan awalnya,
yaitu panen dan penanganan pasca panen yang baik harus dimulai sedini mungkin
dan segera setelah panen dilakukan.
Panen merupakan pekerjaan akhir dari budidaya tanaman (bercocok tanam),
tapi merupakan awal dari pekerjaan pasca panen, yaitu melakukan persiapan untuk
penyimpanan dan pemasaran. Komoditas yang dipanen tersebut selanjutnya akan
melalui jalur-jalur tataniaga, sampai berada di tangan konsumen. Panjang-pendeknya
jalur tataniaga tersebut menentukan tindakan panen dan pasca panen yang bagaimana
yang sebaiknya dilakukan.
Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, 2 hal utama yang perlu diperhatikan
pada pemanenan, yaitu :
1. Menentukan waktu panen yang tepat. Yaitu menentukan “kematangan” yang
tepat dan saat panen yang sesuai, dapat dilakukan berbagai cara, yaitu :
a. Cara visual/penampakan: misal dengan melihat warna kulit, bentuk buah,
ukuran, perubahan bagian tanaman seperti daun mengering dan lain-lain
b. Cara fisik: misal dengan perabaan, buah lunak, umbi keras, buah mudah
dipetik dan lain-lain.
c. Cara komputasi, yaitu menghitung umur tanaman sejak tanam atau umur buah
dari mulai bunga mekar.
d. Cara kimia, yaitu dengan melakukan pengukuran/analisis kandungan zat atau
senyawa yang ada dalam komoditas, seperti: kadar gula, kadar tepung, kadar
asam, aroma dan lain-lain.
2. Melakukan penanganan panen yang baik. Yaitu menekan kerusakan yang dapat
terjadi. Dalam suatu usaha pertanian (bisnis) cara-cara panen yang dipilih perlu
diperhitungankan, disesuaikan dengan kecepatan atau waktu yang diperlukan
(sesingkat mungkin) dan dengan biaya yang rendah.
Penanganan panen yang baik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada penanganan panen :
1. Lakukan persiapan panen dengan baik. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan, tempat
penampungan hasil dan wadah-wadah panen, serta pemanen yang terampil dan
tidak ceroboh.
2. Pada pemanenan, hindari kerusakan mekanis dengan melakukan panen secara
hati-hati. Panen sebaiknya dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat
bantu yang sesuai. Misal tomat dan cabai dipetik dengan tangan, bawang merah
dicabut dan pada kentang, tanah di sekitar tanaman dibongkar dengan
menggunakan cangkul atau kored dan umbi dkieluarkan dari dalam tanah.
Hindari kerusakan/luka pada umbi saat pembongkaran tanah.
3. Memperhatikan bagian tanaman yang dipanen.
4. Gunakan tempat / wadah panen yang sesuai dan bersih, tidak meletakkan hasil
panen di atas tanah atau di lantai dan usahakan tidak menumpuk hasil panen
terlalu tinggi.
5. Hindari tindakan kasar pada pewadahan dan usahakan tidak terlalu banyak
melakukan pemindahan wadah. Pada tomat, hindari memar atau lecet dari buah
karena terjatuh, terjadi gesekan atau tekanan antar buah atau antar buah dengan
wadah. Meletakan buah dengan hati-hati, tidak dengan cara dilempar-lempar.
6. Sedapat mungkin pada waktu panen pisahkan buah atau umbi yang baik dari
buah atau umbi yang luka, memar atau yang kena penyakit atau hama, agar
kerusakan tersebut tidak menulari buah atau umbi yang sehat.
Penanganan setelah panen dilakukan
Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus dilakukan
segera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera, akan menurunkan
kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak tahan lama disimpan.
Perlakuan tersebut antara lain:
1. Pengeringan (drying) bertujuan mengurangi kadar air dari komoditas. Pada biji-
bijian pengeringan dilakukan sampai kadar air tertentu agar dapat disimpan lama.
Pada bawang merah pengeringan hanya dilakukan sampai kulit mengering.
2. Pendinginan pendahuluan (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran buah.
Buah setelah dipanen segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk, tidak terkena
sinar matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat segera didinginkan dan
mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah dapat bertahan lebih lama. Bila
fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya dilakukan pada temperatur rendah
sekitar 10°C dalam waktu 1 – 2 jam.
3. Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe dan
kentang dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam sampai
tanah yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi
dibersihkan, telah itu juga segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan
kering. Untuk kentang segera disimpan di tempat gelap (tidak ada penyinaran)
Curing juga berperan menutup luka yang terjadi pada saat panen.
4. Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan
pada buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan
untuk memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan.
5. Pencucian (washing) dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah
untuk membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu
dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit
yang terbawa. Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih, penggunaan
desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan. Kentang dan ubi jalar tidak
disarankan untuk dicuci. Pada mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan
simpan, karena lapisan lilin pada permukaan buah ikut tercuci. Pada pisang
pencucian dapat menunda kematangan.
6. Pembersihan (cleaning, trimming) yaitu membersihkan dari kotoran atau benda
asing lain, mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun,
tangkai atau akar yang tidak dikehendaki.
7. Sortasi yaitu pemisahan komoditas yang layak pasar (marketable) dengan yang
tidak layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak
menular pada yang sehat.
Penanganan pasca panen
Penanganan pasca panen umumnya meliputi pekerjaan:
a. Grading (pengkelasan) dan standarisasi
b. Pengemasan dan pelabelan
c. Penyimpanan
d. Pengangkutan.
Pada beberapa komoditas ada yang diberi perlakuan tambahan antara lain: pemberian
bahan kimia, pelilinan, pemeraman.
a. Grading dan Standarisasi
Grading adalah pemilahan berdasarkan kelas kualitas. Biasanya dibagi dalam
kelas1, kelas 2, kelas 3 dan seterusnya, atau kelas A, kelas B, kelas C dan seterusnya.
Pada beberapa komoditas ada kelas super-nya.
Tujuan dari tindakan grading ini adalah untuk memberikan nilai lebih ( harga
yang lebih tinggi) untuk kualitas yang lebih baik. Standard yang digunakan untuk
pemilahan (kriteria) dari masing-masing kualitas tergantung dari permintaan pasar.
Standarisasi merupakan ketentuan mengenai kualitas atau kondisi komoditas berikut
kemasannya yang dibuat untuk kelancaran tataniaga/pemasaran. Standarisasi pada
dasarnya dibuat atas persetujuan antara konsumen dan produsen, dapat mencakup
kelompok tertentu atau wilayah / negara / daerah pemasaran tertentu.
b. Pengemasan
Pengemasan dimaksudkan untuk melindungi produk dari kerusakan (fisik) dan
memudahkan dalam pengangkutan dan distribusi. Pengemasan sudah dimulai sejak
pemanenan sampai dengan produk olahnya.
Beberapa persyaratan alat kemas untuk buah-buahan segar adalah dapat
melindungi dari kerusakan fisik, memperkecil kehilangan air, dapat mengatur suhu
(ventilasi), mudah beradaptasi dan harus sesuai dengan sistem dan jenis komoditi.
Bahan untuk alat kemas bisa karton, kayu, bambu, serat, platik dan lain-lain.
Keuntungan dari pengemasan yang baik:
- Melindungi komoditas dari kerusakan
Melindungi dari kerusakan mekanis: gesekan, tekanan, getaran
Melindungi dari pengaruh lingkungan: temperatur, kelembaban, angin
Melindungi dari kotoran / pencemaran: sanitasi
Melindungi dari kehilangan (pencurian): memudahkan pengontrolan
- Memudahkan penanganan:
Penggunaan berbagai fasilitas pengemasan memudahkan penanganan
Memberikan kesinambungan dalam penanganan
Mengacu pada standarisasi wadah / kontainer
- Meningkatkan pelayanan dalam pemasaran
Praktis untuk konsumen (pengemasan dalam skala kecil)
Lebih menarik
Dapat untuk menyampaikan informasi produk yang dikemas
Penggunaan label dapat menerangkan cara penggunaan dan cara melindungi
produk yang dikemas
- Mengurangi / menekan biaya transportasi biaya tataniaga
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengemasan:
1. Pengemasan harus dilakukan dengan hati-hati terutama mencegah terluka,
terjatuh atau kerusakan lain.
2. Hanya komoditas yang baik yang dikemas (melalui sortasi)
3. Tempat pengemasan harus bersih dan hindari kontaminasi
4. Container atau wadah dan bahan pengemas lain, juga “pengisi” atau
pelindung, harus bersih atau untuk yang tidak “didaur pakai” seperti kardus,
plastic transparan dan lain-lain, harus yang baru.
5. Pengemasan pada beberapa komoditas dilakukan setelah precooling .
Pengemasan sebaiknya dilakukan pada tiap grad kualitas secara terpisah.
6. Bahan pengemas harus kuat, sesuai dengan sifat dan kondisi produk yang
dikemas dan lama penyimpanan/pengangkutan.
Pada beberapa negara ada peraturan khusus mengenai bahan pengemas yang
diperbolehkan, juga dalam hubungannya dengan penggunaan bahan kimia setelah
panen.
c. Pengawetan
Proses pengawetan dilakukan untuk memperpanjang umur simpan (lamanya
suatu produk dapat disimpan tanpa mengalami kerusakan) produk pangan. Proses
pengolahan apa yang akan dilakukan, tergantung pada berapa lama umur simpan
produk yang diinginkan, dan berapa banyak perubahan mutu produk yang dapat
diterima. Berdasarkan target waktu pengawetan, maka pengawetan dapat bersifat
jangka pendek atau bersifat jangka panjang.
Pengawetan Pangan ditujukan untuk mencegah terjadinya perubahan-perubahan
yang tidak diinginkan pada produk pangan, yaitu menurunnya nilai gizi dan mutu
sensori bahan pangan, dengan cara mengontrol pertumbuhan mikroorganisme,
mengurangi terjadinya perubahan-perubahan kimia, fisik dan fisiologis alami yang
tidak diinginkan, serta mencegah terjadinya kontaminasi.
Ada tiga konsep metoda pengawetan yang umum dijalankan yaitu pengawetan
secara kimiawi, pengawetan secara biologis dan pengawetan secara fisik.
d. Pengalengan
Pengalengan adalah metode pengawetan makanan dengan memanaskannya
dalam suhu yang akan membunuh mikroorganisme, dan kemudian menutupinya
dalam stoples maupun kaleng.
Satu-satunya metode yang aman untuk mengalengkan sebagian besar makanan
adalah dalam panas dan tekanan tinggi. Makanan yang harus dikalengkan termasuk
produk sayur-mayur, daging, makanan laut, susu, dll. Satu-satunya makanan yang
mungkin bisa dikalengkan dalam wadah air masak (tanpa tekanan tinggi) adalah
makanan asam seperti buah, sayur asin, atau makanan lain yang ditambahi asam.
e. Penyimpanan
Penyimpanan bentujuan untuk memperpanjang daya simpan dengan cara
memperlambat aktivitas fisiologis, menghambat perkembangan mikrobia perusak dan
memperkecil penguapan.
Kondisi penyimpanan perlu diperhatikan yang meliputi suhu, kelembaban,
komposisi udara dan tekanan. Untuk buah segar penyimpanan sebaiknya
menggunakan suhu rendah dan kelembaban tinggi untuk mengurangi terjadinya
transpirasi. Dapat ditambahkan bahan-bahan yang dapat menghambat atau memacu
proses pematangan.
Prinsip dari perlakuan penyimpanan:
a. Mengendalikan laju transpirasi
b. Mengendalikan repirasi
c. Mengendalikan / mencegah serangan penyakit
d. Mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki konsumen
f. Pengangkutan
Pengangkutan umumnya diartikan sebagai penyimpanan berjalan. Semua
kondisi penyimpanan pada komoditas yang diangkut harus diterapkan. Faktor
pengangkutan yang perlu diperhatikan adalah:
1. Fasilitas angkutannya
2. Jarak yang ditempuh atau lama perjalanan
3. Kondisi jalan dan kondisi lingkungan selama pengangkutan
4. Perlakuan “bongkar-muat” yang diterapkan.
Transportasi merupakan kegiatan penting dalam penanganan, penyimpanan, dan
distribusi produk. Salah satu mata rantai penanganan pasca panen yang merupakan
penyumbang kerusakan cukup tinggi, yakni mencapai 6-30% tergantung dari jarak
tempuh dan bahan kemasan yang digunakan. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah
kondisi jalan yang dilalui kendaraan transportasi. Hal ini menyebabkan produk
mengalami guncangan yang besar jika kondisi jalan sangat tidak rata.
Faktor untuk pemilihan sistem pengangkutan:
1. Waktu dan Jarak
2. Jenis dan karakteristik produk
3. Perlakuan pra pengangkutan
4. Pengemasan
5. Metoda penanganan
6. Mode Pengangkutan
7. Lingkungan selama pengangkutan
8. Penyebaran
9. Harga Produk
10. Biaya pengangkutan
III. KESIMPULAN
Pengananan pasca panen produk pertanian memang harus dilakukan untuk
mengurangi kehilangan pasca panen yang cukup besar dan kerugian yang
ditimbulkan akibat kerusakan atau busuknya hasil panen produk pertanian.
DAFTAR PUSTAKA