makalah motivasi belajar

36
Makalah MOTIVASI BELAJAR Psikologi Pendidikan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Oleh KELOMPOK 6 M. ISNAINI MA’ARIF 1106103030031 YOYON PUJIONO 1106103030045 SYAHRIL FAZAL 1106103030074 JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA i

Upload: yoyon-pujiono

Post on 16-Feb-2015

462 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Berisi penjelasan tentang motivasi dan hubungannya dengan proses belajar mengajar

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Motivasi Belajar

Makalah

MOTIVASI BELAJAR

Psikologi Pendidikan

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah

Psikologi Pendidikan

Oleh

KELOMPOK 6

M. ISNAINI MA’ARIF 1106103030031

YOYON PUJIONO 1106103030045

SYAHRIL FAZAL 1106103030074

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALADARUSSALAM-BANDA ACEH

2013

i

Page 2: Makalah Motivasi Belajar

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat, KaruniaNya, dan BimbinganNya, sehingga makalah ini dapat

terselesaikan. Dan tak lupa salawat serta salam kepada Nabi besar Muhammad saw

sebagai sosok panutan dan pemimpin kita semua.

Makalah ini di buat agar pambaca dan penyusun dapat lebih memahami dan

menerapkan konsep motivasi belajar. Yang diharapkan dari kajian materi ini kita

selaku calon guru mampu untuk memberikan motivasi belajar yang membangun

kepada siswa didik kita.

Kami menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan Makalah ini

banyak menghadapi kesulitan, namun berkat kemauan dan kerja keras serta

bimbingan, maka makalah ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis ingin

mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pembimbing.

Sebagaimana suatu kajian keilmuan dan teoritis ilmiah, maka dengan segala

keterbukaan penulis dengan senang hati menerima masukan, kritik yang

membangun, dan saran untuk perbaikan makalah ini.

Akhirnya Penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk

menambah pengetahuan serta wawasan bagi segenap pembacanya.

Darussalam, 03 April 2013

Penyusun

ii

Page 3: Makalah Motivasi Belajar

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii

PANDANGAN TEORITIS.....................................................................................................1

1.1 Pendahuluan............................................................................................................1

1.1.1 Pengertian Motivasi.........................................................................................1

1.1.2 Pembagian Motivasi Belajar............................................................................2

1.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi.................................................4

1.2 Teori-Teori Mendasar...................................................................................................6

1.3 Kajian Terdahulu..........................................................................................................8

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK.................................................................................11

1. Karakteristik Jenjang Sekolah Dasar.........................................................................11

2. Karateristik Anak Usia SMP.....................................................................................13

3. Karakteristik Anak Sekolah Menengah Atas.............................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................21

iii

Page 4: Makalah Motivasi Belajar

PANDANGAN TEORITIS

1.1 Pendahuluan

1.1.1 Pengertian Motivasi

Motivasi adalah suatu dorongan terhadap diri kita agar kita melakukan

sesuatu hal. Dorongan yang kita dapat itu bisa bersumber dari mana saja, entah itu

dari diri kita sendiri atu pun dari hal atau orang lain. Dorongan yang kita sebut

motivasi itu juga yang menjadi suatu sumber tenaga dalam kita mengerjakan suatu

hal agar kita mencapai suatu tujuan yang kita inginkan. Dalam hal ini kegiatan yang

kita lakukan dapat berbentuk negatif ataupun positif meskipun motivasi kita semua

awalnya “baik”.

Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan

seorang individu untuk mencapai tujuannya. Tiga elemen utama dalam definisi ini

adalah intensitas, arah, dan ketekunan.

Dalam hubungan antara motivasi dan intensitas, intensitas terkait dengan

dengan seberapa giat seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak menghasilkan

prestasi kerja yang memuaskan kecuali upaya tersebut dikaitkan dengan arah yang

menguntungkan organisasi. Sebaliknya elemen yang terakhir, ketekunan, merupakan

ukuran mengenai berapa lama seseorang dapat mempertahankan usahanya,Motifasi

tidak dapat diamati secara langsung akan tetapi dapat diinteprestasikan dalam

tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga munculnya

suatu tingkah laku yang tertentu.Pada dasarnya motivasi itu hanya dua, yaitu untuk

meraih kenikmatan atau menghindari dari rasa sakit atau kesulitan.

Menurut Terry ( Moekjizat, 1984):Motivasi adalah keinginan didalam diri

individu yang mendorong individu untuk bertindak.latihan atau kegiatan lainnya

yang menimbulkan suatu perubahan secara kognitif,afektif dan psikomotorik pada

individu yang bersangkutan.

Menurut Chung dan Meggison(Metode belajar,1999):Motivasi merupakan

prilaku yang ditujukan kepada sasaran, motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang

1

Page 5: Makalah Motivasi Belajar

dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan. Motivasi berkaitan erat

dengan kepuasan pekerja.

Menurut Heidjrachman dan Suad Husnan(Belajar,1997) adalah:Motivasi

merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorangagar mau melakukan

sesuatu yang diinginkan.

Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya defenisi

diatas mempunyai pengertian yang sama, yaitu semuanya mengandung unsur

dorongan dan keinginan.

1.1.2 Pembagian Motivasi Belajar

A. Fungsi Motivasi

Menurut M. Ngalim Purwanto(Pisikologi pendidikan,1981) ada tiga fungsi

motivasi dalam belajar, yaitu:

Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu berfungsi

sebagai penggerak atau motor yang memberi energi (kekuatan) seseorang

untuk melakukan suatu tugas.

Motif itu merupakan arah perbuatan, yakni kearah perwujutan cita-cita atau

suatu tujuan.

Motiv itu menyeleksi suatu perbuatan kita, artinya menentukan perbuatan-

perbuatan yang mana harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu

dengan mengenyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.

B. Aspek-Aspek Motivasi Belajar

Worrel dan Stillwel (Harliana,1998), mengemukakan beberapa aspek-aspek

yang membedakan motivasi belajar tinggi dan rendah, yaitu :

Tanggung jawab

Tekun terhadap tugas, berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas dan tidak

mudah menyerah

2

Page 6: Makalah Motivasi Belajar

Memiliki sejumlah usaha, bekerja keras dan menghabiskan waktu untuk

kegiatan belajar

Memperhatikan umpan balik

Waktu penyelesaian tugas

Menetapkan tujuan yang realistis

Menurut Sardiman (Pembelajaran, 2004) menerangkan bahwa motivasi yang

ada pada dirisetiap orang memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut :

Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang

lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

Ulet menghadapi kesulitan (ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan

hambatan, tidak lekas putus asa).

Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin

(tidakcepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang

dewasa” (peka dan responsif terhadap berbagai masalah umum, misalnya

masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan

korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan

sebagainya).

Lebih senang bekerja mandiri.

Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat

mekanis,berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

Dapat mempertahankan pendapat (kalau sudah yakin akan sesuatu dan

dipandangnya cukup rasional).

Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

C. Prinsip-prinsiop motivasi belajar

Proses internal yang mengaktifkan, memadu dan mempertahankan prilaku

dari waktu ke waktu.

Dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-tujuan belajar dan

pemberdayaan antribusi.

3

Page 7: Makalah Motivasi Belajar

Dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa.Dapat meningkat

pada diri siswa apabila guru memberikan ganjaran yang memiliki kontigen

(keterkaitan), spesifik dan dapat dipercaya

D. Peran penting motivasi dalam belajar

Menentukan hal-hal yang dijadikan penguat belajar.

memperjelas tujuan yang hendak dicapai.

menentukan ketekunan belajar. Peran motivasi dalam menentukan penguatan

belajar, motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang

anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan

pemecahan dan hanya dapat dipecah berkat bantuan hal-hal yang pernah dia

lalui.

1.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi seseorang sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :

A. Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu

1. Persepsi individu mengenai diri sendiri

seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung

pada proses kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan

mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak;

2. Harga diri dan prestasi.

faktor ini mendorong atau mengarahkan inidvidu (memotivasi) untuk berusaha

agar menjadi pribadi yang mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan serta

mendapatkan status tertentu dalam lingkungan masyarakat; serta dapat mendorong

individu untuk berprestasi

3. Harapan

adanya harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini merupakan informasi

objektif dari lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan subjektif seseorang.

Harapan merupakan tujuan dari perilaku.

4. Kebutuhan

4

Page 8: Makalah Motivasi Belajar

manusia dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan dirinya sendiri yang

berfungsi secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya secara total. Kebutuhan

akan mendorong dan mengarahkan seseorang untuk mencari atau menghindari,

mengarahkan dan memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya.

5. Kepuasan kerja

lebih merupakan suatu dorongan afektif yang muncul dalam diri individu untuk

mencapai goal atau tujuan yang diinginkan dari suatu perilaku.

B. Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu

1. Jenis dan sifat pekerjaan

dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat pekerjaan tertentu sesuai dengan

objek pekerjaan yang tersedia akan mengarahkan individu untuk menentukan sikap

atau pilihan pekerjaan yang akan ditekuni.

2. Kelompok kerja dimana individu bergabung

kelompok kerja atau organisasi tempat dimana individu bergabung dapat

mendorong atau mengarahkan perilaku individu dalam mencapai suatu tujuan

perilaku tertentu; peranan kelompok atau organisasi ini dapat membantu individu

mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan serta dapat

memberikan arti bagi individu sehubungan dengan kiprahnya dalam kehidupan

sosial.

3. Situasi lingkungan pada umumnya

setiap individu terdorong untuk berhubungan dengan rasa mampunya dalam

melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya;

4. Sistem imbalan yang diterima

Imbalan merupakan karakteristik atau kualitas dari objek pemuas yang

dibutuhkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi motivasi atau dapat mengubah

arah tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang mempunyai nilai imbalan yang

lebih besar. Sistem pemberian imbalan dapat mendorong individu untuk berperilaku

dalam mencapai tujuan; perilaku dipandang sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan

tercapai maka akan timbul imbalan.

5

Page 9: Makalah Motivasi Belajar

1.2 Teori-Teori Mendasar

A. Teori Mendasar

1. Teori Insentif

Tteori yang mengatakan bahwa seseorang akan bergerak atau mengambil

tindakan karena ada insentif yang akan dia dapatkan. Misalnya, Anda mau bekerja

dari pada sampai sore karena Anda tahu bahwa Anda akan mendapatkan intensif

berupa gaji. Jika Anda tahu akan mendapatkan penghargaan, maka Anda pun akan

bekerja lebih giat lagi. Yang dimaksud insentif bisa tangible atau intangible.

Seringkali sebuah pengakuan dan penghargaan, menjadi sebuah motivasi yang besar.

2. Dorongan Biologis

Dalam hal ini yang dimaksud bukan hanya masalah seksual saja. Termasuk di

dalamnya dorongan makan dan minum. Saat ada sebuah pemicu atau rangsangan,

tubuh kita akan bereaksi. Sebagai contoh, saat kita sedang haus, kita akan lebih haus

lagi saat melihat segelas sirup dingin kesukaan Anda. Perut kita akan menjadi lapar

saat mencipum bau masakan favorit Anda. Bisa dikatakan ini adalah dorongan fitrah

atau bawaan kita sejak lahir untuk mempertahankan hidup dan keberlangsungan

hidup.

3. Teori Hirarki Kebutuhan

Teori ini dikenalkan oleh Maslow sehingga kita mengenal hirarki kebutuhan

Maslow. Teori ini menyajikan alasan lebih lengkap dan bertingkat. Mulai dari

kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan kemanan, kebutuhan akan pengakuan sosial,

kebutuhan penghargaan, sampai kebutuhan akan aktualisasi diri.

4. Takut Kehilangan atau Kepuasan

Teori ini mengatakan bahwa apda dasarnya ada dua faktor yang memotivasi

manusia, yaitu takut kehilangan dan demi kempuasan (terpenuhinya kebutuhan).

Takut kehilangan adalah adalah ketakutan akan kehilangan yang sudah dimiliki.

Misalnya seseorang yang termotivasi berangkat kerja karena takut kehilangan gaji.

Ada juga orang yang giat bekerja demi menjawab sebuah tantangan, dan ini termasuk

6

Page 10: Makalah Motivasi Belajar

faktor kepuasan. Konon, faktor takut kehilangan lebih kuat dibanding meraih

kepuasan, meskipun pada sebagian orang terjadi sebaliknya.

5. Kejelasan Tujuan

Teori ini mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan

yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi

yang tinggi jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga muncullah apa yang

disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan)

B. Teori Motivasi Menurut Ahli

Slavin (2009), konsep motivasi berkaitan erat denganprinsip bahwa perilaku

yang telah diperkuat pada masa lalu mempunyai kemungkinan yang lebih besar

diulangi daripada perilaku yang belum diperkuat atau yang telah dihukum.

Sukmadinata (2003), Motivasi memiliki dua fungsi, yaitu: pertama

mengarahkan atau directional function, dan kedua mengaktifkan dan meningkatkan

kegiatan atau activating and energizing function.

Sukmadinata (2003), motif sosial merupakan perkembangann dari motif

dasar, berkembang karena belajar dan pengalaman, baik belajar dan pengalaman

yang disadari dan disengaja maupun yang dilakukan tana rencana dan sadar.

Sukmadinata (2003), Motivasi mendasari semua perilaku individu, bedanya

pada sesuatu perilaku mungkin dirasakan dan disadari pada perilakuu lain tidak, pada

sesuatu perilaku sangat kuat dan pda perilaku lain kurang.

Slavin (2009), Motivasi adalah proses internal yang mengaktifkan, menuntun,

dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu.

Slavin (2009), Insentif adalah tindakan penguatan yang dapat diharapkan

orang untuk diterima kalau mereka melakukan perilaku tertentu.

7

Page 11: Makalah Motivasi Belajar

Menurut Carole (2008), Motivasi mengacu pada proses mengambil

kesimpulan yang terjadi pada diri seseorang atau pada seekor hewan yang dapat

menggerakkan organisme tersebut ke arah pencapaian suatu sasaran memuaskan

kebutuhan biologis atau mencapai suatu ambisi psikologis atau menjauh dari suatu

situasi yang tidak menyenangkan.

Menurut Sartain, Motivasi adalah suatu pertanyaan yang komplek dimana

dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal )

atau perangsang.  

Menurut Chifford T. Morgan, motivasi bertalian dengan tiga hal yang

sekaligus merupakan aspek-aspek dari pada motivasi. Ketiga hal tersebut adalah

keadaan yang mendorong  tingkah laku (Motiving states), yaitu tingkah laku yang

didorong oleh keadaan tersebut (Motiving Behavior), dan tujuan dari tingkah laku

tersebut (Goal or Endsof Such Behavior).

Menurut Fredrick J. Mc Donal, memberikan sebuah pernyataan yaitu

motivasi adalah perubahan energi pada diri dari seseorang yang ditantai dengan

perasaan  dan juga reaksi untuk mencapai sebuah tujuan.

1.3 Kajian Terdahulu

Suyatno (2011), melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Pornografi

Terhadap Perilaku Belajar Siswa (Studi Kasus : Sekolah Menengah X)”, Motivasi

adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya,

perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan

bertahan lama. Ada beberapa perspektif psikologis yang menjelaskan motivasi

siswa secara berbeda, yaitu perspektif behavioral yang menekankan pada imbalan

dan hukuman sebagai kunci dalam menentukan motivasi siswa, perspektif

humanistis yang menekankan pada kebebasan untuk memilih nasib dan kapasitas

siswa untuk mengembangkan kepribadian mereka, perspektif kognitif, yaitu

pemikiran murid akan memandu motivasi merekadan perspektif sosial, yaitu motif

untuk berhubungan dengan orang lain secara aman.

8

Page 12: Makalah Motivasi Belajar

Karafir dkk (2005), melakukan penelitian dengan judul, “Motivasi Belajar

Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Manokwari”, Hasil penelitian menunjukkan

bahwa secara umum motivasi untuk belajar siswa Sekolah Dasar di rumah masih

relative rendah. Sebagian besar siswa hanya belajar jika disuruh oleh orang tua atau

karena ada pekerjaan rumah yang harus dikumpulkan pada hari berikutnya. Ini

menunjukkan bahwa siswa SD masih perlu didorong lagi untuk memahami bahwa

belajar merupakan ha penting yang harus dilakukan dengan senang hati tanpa harus

dipaksa atau disuruh oleh orang tua. Selain itu, guru bertanggung jawab pula untuk

lebih aktif dalam hal memacu motivasi siswa untuk belajar.

Subekti (2012), melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Sumber

Belajar Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Di Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Babat Supat”, Dari Hasil penelitian ini menunjukkan ada

pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap motivasi berprestasi dimana secara

teoritis sumber belajar yang dapat mendinamiskan proses pembelajaran sehingga

dapat menciptakan motivasu yang baik di dalam proses belajar mengajar, selain

itusecara teoritis fasilitas belajar merupakan kelengkapan saranan dalam proses

pembelajaran , semakin lengkap sumber belajar maka semakin besar motivasi yang

akan di capai dalam hasil belajar. Dengan kata lain bahwa sumber belajar dapat

memacu semangat siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Aritonang (2007), melakukan penelitin dengang judul, “Minat dan Motivasi

dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa”, Ada hubungan yang signifikan antara

minat dan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran olahraga dan kesenian

berdasarkan hasil rapot dengan hasil survey. Hal ini menunjukkan bahwa minat dan

motivasi belajar besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar.

Rohim (2009), Melakukan penelitian dengan judul, “Upaya Meningkatkan

Motivasi Belajar Matematika Siswa Dengan Pendekatan Integrasi Matematika Islam

Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Studi Kasus di Kelas XI IPA

MA Nahdhatul Muslim Undaan Kudus)”, Penerapan pendekatan integrasi

matematika-Islam melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada

pembelajaran matematika dapat meningkatkan motivasi belajar matematika siswa

kelas XI IPA Nahdhatu Muslimin.

9

Page 13: Makalah Motivasi Belajar

Hamdu dkk (2011), melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Motivasi

Belajar Siswa Terhadap Pestasi Belajar Ipa Di Sekolah Dasar”, Hasil penelitian ini

juga menginformasikan terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi terhadap

prestasi belajar siswa. Hal ini berarti bahwa jika siswa memiliki motivasi dalam

belajar, maka prestasi belajarnya pun akan baik (tinggi). Sebaliknya jika siswa

memiliki kebiasaan yang buruk dalam belajar, maka prestasi belajarnya pun akan

buruk (rendah).

10

Page 14: Makalah Motivasi Belajar

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

1. Karakteristik Jenjang Sekolah Dasar

Jenis penyelenggaraan pendidikan pada jenjang sekolah dasar meliputi

Sekolah Dasar (SD) baik negeri maupun swasta, SD Kecil, SD Pamong, SD Luar

Biasa baik negeri maupun swasta, SD Terpadu, dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) baik

negeri maupun swasta.

Karakteristik utama siswa sekolah dasar adalah mereka menampilkan

perbedaan-perbedaan individual dalam banyak segi dan bidang, di antaranya,

perbedaan dalam intelegensi, kemampuan dalam kognitif dan bahasa, perkembangan

kepribadian dan perkembangan fisik anak.

Menurut Erikson perkembangan psikososial pada usia enam sampai pubertas,

anak mulai memasuki dunia pengetahuan dan dunia kerja yang luas.Peristiwa penting

pada tahap ini anak mulai masuk sekolah, mulai dihadapkan dengan tekhnologi

masyarakat, di samping itu proses belajar mereka tidak hanya terjadi di sekolah.

Memahami Karakteristik Anak di Sekolah Dasar

Masa usia SD (sekitar 6-12 tahun ) ini merupakan tahapan perkembangan

penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Karena

itu, guru tidaklah mungkin mengabaikan kehadiran dan kepentingan mereka.Ia akan

selalu dituntut untuk memahami betul karakteristik anak di SD.Bassett, Jacka, dan

Logan (1983)mengatakan bahwa karakteristik anak usia sekolah dasar secara umum

adalah :

a. Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan

dunia sekitar yang mengelilingi mereka sendiri.Jadi mereka akan mencoba

mencari tahu apa yang ingin mereka tahu tentang sesuatu yang mereka dapat

dan apa yang terjadi disekitar mereka baik positif maupun negatif. Maka dari

itu kita sebagai guru dan orang tua harus dengan baik memahami karakristik

anak yang seperti itu supaya mereka tidak terpengaruh oleh hal-hal buruk

disekitar mereka.

11

Page 15: Makalah Motivasi Belajar

b. Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira / riang,karena anak usia

SD tidak harus mendapatkan pelajaran yang terlalu rumit

c. Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal yang

dihadapinya, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru

dan tidak akan pernah mau diatur oleh orang lain

d. Mereka belajar dengan cara mengikuti atau berinisiatif dari apa yang

temannya/orang lain dapat. Misal orang tua yang berbicara begini anak pun

akan mengikuti apa yang didapatkannya.

Nasution (1992) mengatakan bahwa masa kelas tinggi sekolah dasar

mempunyai beberapa sifat khas sebagai berikut :

a. adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkrit,

b. amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar

c. menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran

khusus, oleh ahli yang mengikuti teori faktor ditaksirkan sebagai mulai

menonjolnya faktor-faktor

d. pada umumnya anak menghadap tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha

menyelesaikan sendiri

e. pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat

mengenai prestasi sekolah

f. anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk

bermain bersama-sama.

Aspek Kognitif

Bertitik tolak pada perkembangan intelektual dan psikososial siswa sekolah

dasar, hal ini menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakteristik sendiri, di mana

dalam proses berfikirnya, mereka belum dapat dipisahkan dari dunia kongkrit atau

hal-hal yang faktual, sedangkan perkembangan psikososial anak usia sekolah dasar

masih berpijak pada prinsip yang sama di mana mereka tidak dapat dipisahkan dari

hal-hal yang dapat diamati, karena mereka sudah diharapkan pada dunia

pengetahuan.

12

Page 16: Makalah Motivasi Belajar

Aspek Pribadi

Karakteristik anak usia SD adalah senang bermain, senang bergerak, senang

bekerja dalam kelompok, serta senang merasakan/ melakukan sesuatu secara

langsung.Oleh karena itu, guru hendaknya mengembangkan pembelajaran yang

mengandung unsur permainan, memungkinkan siswa berpindah atau bergerak dan

bekerja atau belajar dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa

untuk terlibat langsung dalam pembelajaran

2. Karateristik Anak Usia SMP

a. Aspek Jasmani/Fisik

Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat

dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa.Pada fase ini remaja

memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara

optimal.Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang

kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembang pesat.

b. Aspek Seksual

Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja.Tanda-

tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi

spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa

sadar mengeluarkan sperma.Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah

bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang pertama.

Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan.

Pada laki-laki

a. Pada lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah;

b. Didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu

atau rambut;

c. Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya

meluas.

13

Page 17: Makalah Motivasi Belajar

Pada anak perempuan

a. Diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon

dalam tubuhnya meningkat.

b. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang

pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit.

c. Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar

kemaluan.

d. Suara menjadi lebih penuh dan merdu.

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan

menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra,

secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar.Pubertas menjadikan

seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.

c. Aspek Kognitif

Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua,

guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil.Mereka tidak akan

terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan

penjelasan yang logis.

Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya

sambil berkata “pantangâ€.Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal�

itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang

memuaskan maka dia akan tetap melakukannya.Apabila guru/pendidik dan oarang

tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan

remaja berupa perkelahian antar pelajar.

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli

perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap

pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).Pada periode ini, idealnya

para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-

masalah yang kompleks dan abstrak.

14

Page 18: Makalah Motivasi Belajar

Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga

mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah

beserta kemungkinan akibat atau hasilnya.Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak

mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti

ilmuwan.

Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan

memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka

sendiri.Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang

untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa

depan.Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu

mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih

sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya

mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini.Sebagian masih

tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana

pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat

masalah dari berbagai dimensi.

Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak

banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya

perhatian pada pengembangan cara berpikir anak, penyebab lainnya bisa juga

diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja

sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas

perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya.

Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran

abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis

dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.

15

Page 19: Makalah Motivasi Belajar

d. Apek Emosi

Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan

hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu

mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa

menjadi sedih atau marah.

Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung

perasaannya.Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada

pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri

tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.

e. Aspek Sosial

Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala

permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan

mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.

Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan

sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya.

Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial.

Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya

dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda

dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai

perkembangan anak, dsb.

Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka akan

memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas perkembangan berikutnya sehingga

ia dapat berkembang secara normal dan sehat.

Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi,

menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang lain,

mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima

feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang

berlaku, dsb.

16

Page 20: Makalah Motivasi Belajar

Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut

maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti

pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan

maksimal.

Jadi tidak mengherankan jika pada masa ini remaja mulai mencari perhatian

dari ingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau peranan, misalnya

mengikuti kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan dimana dia bisa

menjalankan peranan itu dengan baik.Sebaliknya jika remaja tidak diberi peranan,

dia akan melakukan perbuatan untuk menarik perhatian lingkungan sekitar dan

biasanya cenderung ke arah perilaku negatif.

Salah satu pola hubungan sosial remaja diwujudkan dengan membentuk satu

kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok sebayanya

sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan, sedangkan kelompoknya

dinomorsatukan.Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan pada suatu pilihan

untuk mengikuti acara keluarga dan berkumpul dengan teman-teman, maka dia akan

lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman.

Pola hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan

jenisnya dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang

mengerti dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja

cenderung akan bersikap tertutup pada orang tua mereka.Anak perempuan secara

biologis dan karakter lebih cepat matang daripada anak laki-laki.

f. Aspek Moral

Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya

mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar

bagi pembentukan nilai diri mereka.Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para

remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah

populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan,

perang, keadaan sosial, dsb.

17

Page 21: Makalah Motivasi Belajar

Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan

absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai

mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih

banyak alternatif lainnya.

Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan

membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan

kepadanya.Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya kenyataan lain di luar�

dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya.Ia akan melihat bahwa ada banyak

aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain.Baginya dunia

menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik

dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.

Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja

berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan

ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada

di sekitarnya.Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola

pikir dengan kenyataan yang baru.�

Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap “pemberontakan” remaja

terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika

sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa

korupsi itu tidak baik.

Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya

membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai

baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai

bagi sang remaja.

Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah

besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya.Kemungkinan remaja untuk

tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik

sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu

memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak

mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.

18

Page 22: Makalah Motivasi Belajar

Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif

jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya.Orangtua yang

bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa

berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik.

Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan

bersikap kaku akan membuat sang remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan

mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa

menjadi berbahaya jika “lingkungan baru†memberi jawaban yang tidak�

diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan

orangtua mungkin akan mulai menajam.

g. Aspek Kepribadian

Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari

kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak.Karena apa yang tampil tidak selalu

mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya).Dalam hal ini

amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan

semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung

dikucilkan.Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang

menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik

seperti materi atau penampilan.

3. Karakteristik Anak Sekolah Menengah Atas

Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang

batasan usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas.Masa remaja ini sering

dianggap sebagai masa peralihan, dimana saat-saat ketika anak tidak mau lagi

diperlakukan sebagai anak-anak, tetapi dilihat dari pertumbuhan fisiknya ia belum

dapat dikatakan orang dewasa.

Fase-fase masa remaja (pubertas) menurut Monks dkk (2004) yaitu antara umur 12-

21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun termasuk masa remaja awal, 15-18 tahun

19

Page 23: Makalah Motivasi Belajar

termasuk masa remaja pertengahan, 18-21 tahun termasuk masa remaja akhir.

Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah menengah adalah sebagai

berikut.

a. Adanya kekurangseimbangan proporsi tinggi dan berat badan

b. Mulai timbulnya ciri-ciri sekunder.

c. Timbulnya keinginan untuk mempelajari dan menggunakan bahasa asing.

d. Kecenderungan ambivalensi antara keinginan menyendiri dengan keinginan

bergaul dengan orang banyak serta antara keinginan untuk bebas dari dominasi

dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.

e. Senang membandingkan kaidah-kaidah, nilai-nilai etika, atau norma dengan

kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

f. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi (keberadaan) dan

sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.

g. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.

h. Kepribadiannya sudah menunjukkan pola tetapi belum terpadu.

i. Kecenderungan minat dan pilihan karier sudah relatif lebih jelas.

Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat

menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:

a. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.

b. Ketidakstabilan emosi.

c. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.

d. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.

e. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-

pertentang dengan orang tua.

f. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup

memenuhi semuanya.

g. Senang bereksperimentasi.

h. Senang bereksplorasi.

i. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.

j. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan

berkelompok.

20

Page 24: Makalah Motivasi Belajar

DAFTAR PUSTAKA

Slavin, Robert E. 2009. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik edisi 8. Jakarta: Pt.

Index.

Wade, Carole. 2007. Psikologi Edisi 9. Jakarta: Erlangga.

Willingham, Daniel T. 2009. Why Don’t Students like School?. San Frasisco:

Jossey-Bass.

Sukmadinata, Nana Syaudih. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:

Pt. Remaja Rosdakarya.

Purwanto, Ngalim. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Jurnal:

Aritonang, Keke T. 2007. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur, No. 10.

Rohim, Abdur. 2009. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa

Dengan Pendekatan Integrasi Matematika Islam Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Skripsi Program Studi Pendidikan

Matematika Fakultas Sains dan Teknologi Universittas Islam Negeri Sunan

Kalijaga.

Hamdu, Ghullam Dkk. 2011. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Pestasi

Belajar Ipa Di Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 12 No. 01.

Suyatno, Tri. 2011. Pengaruh Pornografi Terhadap Perilaku Belajar Siswa. Jurnal

Pendidikan Dompet Dhuafa Edisi I.

Karafir, Y. P. Dkk. 2005. Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten

Manokwari. Jurnal Penelitian Pendidikan.

21