makalah mastoiditis

38
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu berhak atas taraf hidup yang memadai bagi kesejahteraan dirinya maupun keluarganya, termasuk diantaranya sandang pangan, perumahan dan perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan sangat penting dilakukan untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Kondisi kesehatab masyarakat saat ini memungkinkan terjadinya perubahan pada pola penyakit. Salah satunya adalah penyakit yang menyerang telinga atau bisa disebut mastoiditis. Dia Amerika Serikat dan Negara maju lain, kejadian dari mastoiditis cukup rendah yaitu sekitar 0,004%, meskipun lebih tinggi di Negara- negara berkembang. Usia yang paling umum terkena penyakit ini yaitu antara 6-13 bulan. Laki-laki maupun perempuan sama-sama beresiko. Di Negara Indonesia belum diketahui secara pasti persentasi kejadian dari mastoiditis namun Indonesia dikatakan rentan dan beresiko tinggi terhadap penyakit ini. Penyakit ini berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab yang hampir sama dengan penyebab otitis media akut. Walaupun angka

Upload: fira-riandini

Post on 25-Sep-2015

119 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

mastoiditis

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSetiap individu berhak atas taraf hidup yang memadai bagi kesejahteraan dirinya maupun keluarganya, termasuk diantaranya sandang pangan, perumahan dan perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan sangat penting dilakukan untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Kondisi kesehatab masyarakat saat ini memungkinkan terjadinya perubahan pada pola penyakit. Salah satunya adalah penyakit yang menyerang telinga atau bisa disebut mastoiditis.

Dia Amerika Serikat dan Negara maju lain, kejadian dari mastoiditis cukup rendah yaitu sekitar 0,004%, meskipun lebih tinggi di Negara-negara berkembang. Usia yang paling umum terkena penyakit ini yaitu antara 6-13 bulan. Laki-laki maupun perempuan sama-sama beresiko. Di Negara Indonesia belum diketahui secara pasti persentasi kejadian dari mastoiditis namun Indonesia dikatakan rentan dan beresiko tinggi terhadap penyakit ini. Penyakit ini berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab yang hampir sama dengan penyebab otitis media akut. Walaupun angka kejadian mastoiditis di Indonesia mulai berkurang dari tahun ketahunnya hal ini tidak bisa disepelekan karena apabila tidak ditangani dengan tepat klien akan mengalami gangguan yang bersifat kronis selain itu akan terjadi komplikasi serius seperti meningitis dan abses otot.

Oleh karena itu, kami menyusun makalah mengenai Asuhan Keperawatan Infeksi Pada Pasien THT dengan Diagnosa Mastoiditis, agar tenaga kesehatan dapat memahami bagaimana merawat pasien dengan mastoiditis. Dan diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

1.2 Rumusan Masalaha. Apa yang dimaksud dengan mastoiditis?

b. Apa penyebab dari mastoiditis?

c. Bagaimana patofisiologi dari mastoiditis?

d. Apa saja klasifikasi mastoiditis?

e. Apa saja komplikasi yang ditimbulkan oleh mastoiditis?

f. Bagaimana manifestasi klinis dari mastoiditis?

g. Apa saja penatalaksanaan medis atau non medis maupun penatalaksanaan keperawatan yangn dapat dilakukan?1.3 Tujuana. Mengetahui pengertian dari mastoiditis.b. Mengetahui etiologi dari penyakit mastoiditis.c. Mengetahui patofisiologi dari mastoiditis.d. Mengetahui klasifikasi mastoiditis.e. Mengetahu berbagai macam komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh mastoiditis.f. Mengetahui manifestasi klinis mastoiditis.g. Mengetahui tindakan atau penatalaksanaan medis,non medis maupun tindakan keperawatan yang harus dilakukan.

BAB II

TINJAUN TEORI

2.1 Konsep Dasar Penyakit

a. Pengertian Mastoiditis

Mastoiditis merupakan suatu infeksi dari otitis media akut yang melanjutkan ke dalam sel udara mastoid (Lemone 2004:1496 dalam Ari Setyarini, Elizabeth. 2008).Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. ( Brunner dan Suddarth, 2000).Masatoiditis adalah peradangan sistem sel-sel udara tulang mastoid yang menyertai otitis media akut dan kronis disertai dengan efusi (Nelson, 1992: 592).Jadi, dapat disimpulkan mastoiditis adalah suatu peradangan pada telinga tengah yang merupakan komplikasi dari otitis media.b. Klasifikasi Mastoiditis

Klasifikasi dari mastoiditis menurut Brunner & Sudddert, 2000, antara lain:

1) Akut mastoiditis, biasa terjadi pada anak-anak, sebagai komplikasi dari otitis media akut suppurative.2) Kronik mastoiditis, biasanya berkaitan dengan cholesteatome dan penyakit telinga kronis.3) Incipient mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat langsung di bagian mastoid.4) Coalescent mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat komplikasi dari infeksi di organ tubuh yang lainc. Etiologi Mastoiditis

Organisme penyebab yang paling umum pada mastoiditis adalah stertococcus pneumoniae, haemophilus influenza, branhamella catarralis dan beta haemolityc stertococcus. Organisme-organisme ini biasanya menyebabkan infeksi monobakterial pada otitis media dengan inflamasi mukoperosteum di telinga tengah, pembengkakan dan hiperplasia mukosa. (Tarantino V, 2002).

Mastoiditis terjadi karena Streptococcus hemoliticus/pneumococcus. Selain itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi. Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid. (Brunner & Sudddert, 2000).

Penyebab lain dari Mastoiditis antara lain:1) Terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut. (Reeves 2001: 19 )

2) Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut yaitustreptococcus pnemonieae. (George 1997: 106)

3) Bakteri lain yang sering ditemukan adalah adalahbranhamella catarrhalis,streptococcusgroup-A danstaphylococcus aureus, streptococcus aureus. Bakteri yang biasanya muncul pada penderita mastoiditis anak-anak adalahstreptococcus pnemonieae. (George 1997: 106)d. Patofisiologi Mastoiditis

Pada mastoid akut, tulang septal antara sel udara mastoid dihancurkan dan sel bergabung untuk membentuk ruang besar. Bagian dari jalannya mastoid terkikis. Dengan adanya infeksi kronis, dapat menyebabkan sebuah abses dapat terbentuk, atau sklerosis tulang dari mastoid.

Mastoiditis akut meningkatkan resiko meningitis karena hanya sebuah tulang yang sangat tipis memisahkan sel udara mastooid dari otak. Beruntungnya, komplikasi ini jarang terjadii sejak pemberian antibiotika yang efektif untuk therapy otitis media. (Ari Setyarini, Elizabeth. 2008).Mastoiditis umumnya disebabkan oleh Infeksi oleh streptococcus (60%), pneumococcus (30%), staphylococcus aureus/albus, s. viridians, H. influezae. Bakteri ini menyerang telinga bagian luar kemudian menjalar ke cavum tympani. Cavum tympani mengalami peradangan. Eksudat mulai terakumulasi. Kemudian infeksi menjalar ke tulang mastoid, mastoid menjadi meradang. Peradangan mastoid ini bisa menjadi 4 macam yaitu jenis I yaitu mastoiditis disertai nanah dan jaringan granulasi, jenis II mastoiditis dan kolesteatom, mastoiditis campuran (campuran jenis 1 dan 2), Mastoiditis yang sklerotik. Bila mastoiditis ini terus berlanjut maka akumulasi eksudat dan nanah semakin meningkat, sehingga akan mendesak membran timpani dan mnyebabkan ruptur sehingga akan cairan keluar dari telinga, kemudian dapat menimbulkan edema dan ulserasi dibeberapa tempat. Akibat selanjutnya eksudat dan nanah menekan pembuluh darah dan penekanan ini menyebabkan nekrosis dan granulasi ruang abses. Tulang bagian dalam juga bisa mengalami peradangan (osteitis). Peningkatan akumulasi eksudat di telinga bagian dalam. Eksudat bercampur nanah mencoba mencari jalan keluar. Komplikasi selanjutnya abses subperiosteum.Akibat infeksi telinga tengah mengakibatkan tekanan udara telinga tengah berkurang, retraksi memmbran timpani akan terjadi dan hantaran suara akan menurun sehingga pendengaran berkurang dan bisa menyebabkan tinitus.Apabila infeksi masuk ke tulang dalam maka akan terjadi erosi pada kanalis semisirkularis sehingga keseimbangan tubuh akan berkurang.Pathhway keperawatan

Bagan Patofisiologi

e. Tanda dan Gejala Mastoiditis

Tanda dan gejala mastoiditis akut biasanya berkembang antara 2 atau 3 minggu setelah episode dari otitis media akut dan termasuk menurut Ari Setyarini, Elizabeth. 2008:1) Sakit telinga berulang

2) Kehilangan pendengaran

3) Tampak kemerahan dan inflamasi

4) Bengkak dapat menyebabkan aurikula dari telinga menonjol melebihi dari normal (retroaurikula).

5) Panas dapat disertai dengan tinnitus dan sakit kepala

6) Pengeluaran cairan dari telinga yang berlebihan perlu dicatat.

Tanda gejala menurut (Brunner & Suddert 2000) adalah sebagai berikut:1) Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.

2) Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid.

3) Demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar.

Menurut H. Nurbaiti Iskandar (1997), manifestasi klinis dari mastoiditis adalah :

1) Febris/subfebris

2) Nyeri pada telinga

3) Hilangnya sensasi pendengaran

4) Bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya)5) Kemerahan pada kompleks mastoid

6) Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir.

7) Matinya jaringan keras (Tulang, Tulang Rawan).

8) Adanya abses (Kumpulan jaringan mati dan nanah)f. Komplikasi Mastoiditis

Komplikasi otogenik lain dapat terjadi akibat dari mastoiditis, dan juga resiko untuk terjadinya komplikasi tambahan lain juga meningkat. Komplikasi yang berpotensi untuk terjadi sebaga akibat dari mastoiditis. Abses dapat terbentuk dibawah kulit (abses subperiosteal), pada jaringan otot (abses bezold di sternocleidomastoideus), atau intrakranial. Infeksi juga dapa menyebabkan meningitis atau septic trombosis dari sinus sigmoid.(Probst R, 2006)Menurut (Brunner & Suddert 2000), yaitu :1) Petrositis yaitu infeksi pada tulang disekitar tulang telinga tengah perforasi gendang telinga dengan cairan yang terus menerus keluar.

2) Labyrintitis yaitu peradangan labyrint ini dapat disertai dengan kehilangan pendengaran atau vertigo disebut juga otitis intema

3) Meningitis yaitu peradangan meningen (radang membran pelindung sistem saraf) biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme.

4) Abses otak yaitu kumpulan nanah setempat yang terkumpul dalam jaringan otak.Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi belum dibuang semuanya atau ketika ada kontaminasi dari struktur/bagian lain diluar mastoid dan telinga tengah. Komplikasimastoiditis meliputi kerusakan di abdusen dansyaraf-syaraf kranial wajah (syaraf-syaraf kranial VI dan VII), menurunnya kemampuan klien untuk melihat ke arah samping/lateral (syarafkranial VI) dan menyebabkan mulut mencong, seolah-olah ke samping (syaraf kranial VII).Komplikasi-komplikasi lain meliputi : vertigo, meningitis, abses otak, otitis media purulen yang kronis dan luka infeksi.

g. Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan penunjang dari mastoditis dalah :

Foto Mastoid tampak kemerahan pada kompleks mastoid.

Kultur Bakteri Telinga tampak Kumpulan jaringan mati dan nanah

CT Scan terlihat bahwa sel-sel udara dalam prosesus mastoideus terisi oleh cairan (dalam keadaan normal terisi oleh udara) dan melebar.

Radiologi menujukkan koalesens mengungkapkan adanya opasifikasi sel-sel udara mastoid oleh cairan dan hilangnya trabekulasi normal dari sel-sel tersebut.

Audiometri akan menunjukkan tuli konduktif.

Rontgenogram akan memperlihatkan sklerosis nyata pada prosesus mastoideus dan sering dapat terlihat kolesteatoma.

Pemeriksaan laboratorium, contoh nanah harus diambil untuk kultur dan tes sensitifitas antibiotika.

Tes garpu tala menunjukkan adanya kurangnya pendengaran. (Thane, 1997)h. Penatalaksanaan Medis dan non Medis

Penatalaksanaan Medis menurut Bruner&Suddarth (2001) adalah sebagai berikut:1) Terapi

Harus segera dilakukan, dan pemberian antibiotik secara IV dan per oral dalam dosis besar, karena organisme penyebabnya mungkin Streptococcus -hemoliticus atau Pneumococcus. H .influenza. Tetapi harus juga sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi.

2) Pembedahan

Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi diperlukan jika tidak ada respon terhadap pengobatan antibiotik selama beberapa hari. Mastoidektomy radikal/total yang sederhana atau yang dimodifikasi dengan tympanoplasty dilaksanakan untuk memu-lihkan ossicles dan membran timpani sebagai suatu usaha untuk memulihkan pendengaran. Seluruh jaringan yang terinfeksi harus dibuang sehingga infeksi tidak menyebar ke bagian yang lain.

a) Mastoidektomi

1. Mastoidektomi Sederhana

Masteidoktomi sederhana adalah tindakan membuka kortek mastoid dari arah permukaan luarnya, membuang jaringan patologis seperti pembusukan tulang atau jaringan lunak, menemukan antrum dan membuka aditus ad-antrum bila tersumbat. Masteidoktomi simple yang lengkap harus membuang seluruh sel-sel mastoid termasuk yang di sudut sinodura, sel mastoid di tegmen mastoid, dan sampai seluruh sel-sel mastoid di mastoid tip. Pada mastoidektomi simple untuk OMSK, jarang sekali dibutuhkan mastoidektomi simple lengkap, cukup hanya membuang jaringan patologik dan membuka aditus ad antrum bila tersumbat, sedangkan sel pneumatisasi mastoid yang masih utuh tidak perlu dibuang.Mastoidektomi dibedakan menjadi :

a) Operasi pada jaringan lunak

Operasi pada jaringan lunak tergantung pendekatan yang akan dipakai, apakah enaural atau retroartikuler.

b) Operasi pada bagian tulang

Mastoidektomi simple adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid dengan tetap memperetahankan keutuhan tulang dinding belakang liang telinga.2. Mastoidektomi Superfisial

Patokan pada tahap ini adalah dinding belakang liang telinga, linea temporalis, spina Henle, segitiga Mc.Ewen, prosesus mastoid.pada tahap ini mata bor yang dipakai adalah mata bor yang paling besar. Sebelum pengeboran, permukaan tulang diirigasi lebih dahulu agar serbuk tulang tidak bertebangan. Irigasi juga berguna untuk meredam panas yang ditimbulkan gesekan mata bor dengan tulang.3. Mastoidektomi dalam.a) Antrum mastoid adalah ruang di rongga mastoid yang harus dituju pada setiap mastoidektomi karena ruangan ini berhubungan langsung dengan aditus ad antrum yang menghubungkan rongga mastoid dengan kavum timpani. Dengan melanjutkan pengeboran langsung di belakang liang telinga dengan menjaga dinding liang telinga tetap utuh tetapi tipis, juga dengan melakukan pengeboran di rongga mastoid bertepatan dengan tegmen mastoid, maka di sebelah dalam segitiga imajiner Mc.Ewen akan ditemukan antrum mastoid.

b) Aditus ad Antrum dapat ditemukan dengan menyusuri bagian anterior-superior pertemuan dinding belakang liang telinga dengan tegmen mastoid.

c) Fosa Indikus paling mudah dicapai dengan mengebor bagian tulang prosesus zigomatikus yang menutupi antrum.4. Mastoidektomi Radikal dan Timpanoplasti dinding runtuh

Timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down tympanoplasty, modified radical mastoidectomy, open method tympanoplasty) adalah modifikasi dari mastoidektomi radilkal. Mastoidektomi radikal yang klasik adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid di rongga mastoid, meruntuhkan dinding belakang liang telinga, pembersihan seluruh sel mastoid yang mempunyai drainage ke kavum timpani, yaitu pembersihan total sel-sel mastoid di sudut sino-dura, di daerah segitiga Trautman. Mukosa kavum timpani juga dibuang seluruhnya, muara tuba eustachius ditutup dengan tandur jaringan lunak. Maksud tindakan ini adalah untuk membuang seluruh jaringan patologis dan meninggalkan kavitas operasi yang kering. Mukosa sel-sel mastoid atau kavum timpani yang tertinggal akan meninggalkan kavitas operasi yang basah yang rentan terhadap peradangan.

Pada timpanoplasti dinding runtuh, seperti pada mastoidektomi radikal, maka diusahakan pembersihan total sel-sel mastoid. Bedanya adalah mukosa kavum timpani dan sisa tulang-tulang pendengaran dipertahankan setelah proses patologis dibersihkan sebersih-bersihnya. Tuba eustachius tetap dipertahankan, bahkan dibersihkan agar terbuka bila tertutup jaringan patologis. Kemudian kavitas operasi ditutup dengan fasila m.temporalis baik berupa tandur (free fascia graft) ataupun sebagai jabir fasia m.temporalis. Dilakukan juga rekonstruksi tulang-tulang pendengaran.

Penatalaksanaan keperawatan pada klien dengan mastoiditis antara lain menurut Burner&Suddarth (2001):

1) Perawatan Pre-operasi Perawat mengajarkan secara khusus pada klien yang dijadwalkan untuk menjalani tympanoplasty.2) Post operasi Rendaman antiseptik gauze (An Antiseptic-Soaked Gauze), seperti Iodoform gauze (Nuga-uze), dibalut didalam kanal auditori. Apabila dilakukan insisi postauricular atau endaural, dressing luar ditempatkan diatas tempat operasi. Dressing dijaga/dipertahankan kebersih-an dan kekeringannya. Perawat menggunakan teknik steril ketika mengganti dressing. Klien tetap dalam posisi datar dengan telinga diatas, pertahankan sedikitnya selama 12 jam post operasi. Terapi antibiotik profilaksis digunakan untuk mencegah kekambuhan. Umumnya klien melaporkan mengalami kemajuan setelah balutan pada kanal dilepaskan. Sampai saat itu, perawat menggunakan teknik komunikasi khusus karena adanya gangguan pendengaran pada klien dan melakukan percakapan langsung pada telinga yang tidak terganggu. Perawat melatih klien mengenai perawatan post operasi.3) Pemberian bubuk atau obat tetes yang biasanya mengandung antibiotik dan steroid.2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Mastoiditis1) Pengkajian

a) Identitas klien

meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, diagnose, dan tanggal masuk RS

b) Keluhan utama

klien biasanya mengeluh nyeri pada telinga bagian belakang

c) Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya diawali dengan adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa penanganan yang baik. nanah dan infeksi menyebar kesel utara mastoid. Dapat muncul atau keluar cairan yang berbau dari telinga, timbul nyeri telinga, dan demam hilang timbul.

d) Riwayat kesehatan dahulu

Adanya otitismedia kronik karena adanya episode berulang, kaji adanya infeksi pada telinga tengah sebelumnya

e) Pola Aktivitas

Biasanya pada pasien mastoiditis mengalami penurunan nafsu makan dan gangguan istirahat tidur karena adanya rasa nyeri

f) Pemeriksaan Fisik Hasil TTV : Biasanya denyut nadi meningkat, suhu meningkat

Pasien dengan mastoiditis sering merasa gelisah

Terdapat kemeraha pada kompleks mastoid

Keluarnya cairan bening atau berupa lendir

Matinya jaringan keras ( tulang, tulang rawan )

Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)

proses meradang menyebar ke bagian organ lain2) Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada tulang mastoid akibat infeksi

b) Hipertermi b.d proses inflamasi

c) Perubahan sensori/persepsi (auditoris) b.d kerusakan pendengaran

d) Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan

e) Ansietas b.d menghadapi prosedur pembedahan

3) Perencanaan Keperawatana) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada tulang mastoid akibat infeksiTujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama.x24 jam nyeri terkontrol/hilang dengan kriteria evaluasi :

klien megatakan nyeri berkrang

skala nyeri 2 (0-10)

ekspresi klien tenang

INTERVENSIRASIONAL

Kaji skala nyeri,lokasi, dan intensitasMengetahui ketidakefektifan intervensi dan sebagai dasar penentuan intervensi selanjutnya

Berikan posisi yang nyamanPosisi nyaman dapat membantu mengurangi rasa nyeri

Ajarkan teknik relaksasi dan ciptakan lingkungan yang tenangPengalihan perhatian klien terhadap nyeri dapat membantu mengurangi nyeri sehingga mempercepat proses penyembuhan

Kolaborasi dengan timmedis dalam pemberian antibioticAntibiotikmembantu memblok/ menghambat pertumbuhan bakteri sehingga tidak terjadi prnyrbaran infeksi ke organ lain

b) Hipertermi b.d proses inflamasi

Tujuan : setelah dilakukan perawatan selama x24 jam suhu tubuh berada dalam batas normal (36C-37C) dengan kriteria hasil:

kulit tidak teraba hangat

wajah tidak tampak merah tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi

INTERVENSIRASIONAL

Pantau input dan outputMengetahui balance cairan klien

Ukur suhu setiap 4-8 jamMengetahui perkembangan klien

Anjurkan banyak minum air putih atau minimal 8 gelas/hari Meminimalisir terjadinya dehidrasi dan mengganti cairan tubuh yang hilang

Ajarkan kompres hangat Kompres hangat dapat membantu menurunkan panas tubuh dengan cara konduksi

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antipiretikAntipiretik dapat membantu dalam menurunkan panas tubuh

c) Perubahan sensori/persepsi (auditoris) b.d kerusakan pendengaran

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x24 jam klien dapat mendengar dengan baik dengan criteria hasil :

klien mengalami potensial pendengaran maksimum

klien dapat menggunakan alat bantu dengar dengan tepat

INTERVENSIRASIONAL

Kaji tentang ketajaman pendengaranMenentukan seberapa baik tingkt pendengaran klien

Diskusikan tipe alat bantu dengar dan perawatanya yang tepatUntuk menjamin kuntungan maksimal

Bantu klien berfokus padasemua bunyi dilingkungan dan membicarakan hal tersebutUntuk memaksimalkan pendengaran

d) Resiko infeksi b.d kerusakan jaringanTujuan: setelah dilakukan perawatan selama x24 jam tidak terjadi infeksi dengan criteria hasil : klien tidak menunjukan adanya tanda-tanda infeksi.INTERVENSIRASIONAL

Observasi keadaan umum klien 24 jam Mengetahui adanya perubahan secara tiba-tiba akibat perubahan fungsi pendengaran

Jelaskan pentingnya mencuci tanganMember pengetahuan sebagai teknik pencegahan terhadap terjadinya kontaminasi silang

Ajarkan teknik mencuci tangan 6 langkah Memberi pengetahuan kepada klien tentang salah satu cara pencegahan infeksi

Ajarkan prosedur membersihkan telinga luarSebagai pencegahan terhadap infeksi supaya tidak berlanjut

Kolaborasi dengan tim medis dalampemberian antibiotic profilaksiAntibiotic profilaksi dapat membantu membunuh kuman

e) Ansietas b.d menghadapi prosedur pembedahan

Tujuan : setelah dilakukan perawatan selama x24 jam kecemasan berkurang/hilang dengan kriteria hasil klien dapat menunjukan keterampilan interaksi sossial yang efektifINTERVENSIRASIONAL

Informasikan kepada klien tentang peran advokasi perawat intra operasi Mengembangkan rasa percaya, turunkan rasa takut akan kehilangan control pada lingkungan yang asing

Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukan tindakan pembedahanRasa takut yang berlebihan/terus-menerus akan mengakibatkan reaksi stressyang berlebihan, resiko potensial dari pembalikanreaksi terhadap prosedur/zat-zat anastesi

Berikan penjelasan / petunjuk yang sederhana pada pasien yang tenang Ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan membuat pasien menemui kesulitan untuk memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan berbelit-belit

Ciptakan suasana tenang Suara gaduh dan keributan akan meningkatkan ansietas

Berikan obat sesuai petunjuk, missal zat sedative, hypnosisUntuk meningkatkan tidur pada malam hari sebelum pembedahan dilakukan

b. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Pembedahan Mastoid1) Pengkajian

a) Riwayat kesehatan: penggambaran lengkap masalah telinga, seperti infeksi, otalga otorea, kehilangan pendengaran.

b) Pengkajian fisik: observasi adanya eritema, odema, otorea, lesi, dan bau cairan yang keluar.

c) Hasil audiogtam harus dikaji.2) Diagnosa Keperawatana) Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan, potensial kehilangan pendengaran, potensial gangguan pengecap, dan potensial kehilangan gerakan fasial.

b) Nyeri akut berhubungan dengan pembedahan mastoid.

c) Resiko infeksi berhubungan dengan post op mastoidektomi, pemasangan graft/tandur, trauma bedah terhadap jaringan dan struktur disekitarnya.

d) Perubahan persepsi sensori auditoris berhubungan dengan kelaianan telinga/pembedahan telinga.

3) Perencanaan Keperawatana) Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan, potensial kehilangan pendengaran, potensial gangguan pengecap, dan potensial kehilangan gerakan fasial.

Tujuan: Meredakan ansietas

Intervensi:

Berikan informasi yang kuat yang telah didiskusikan oleh ahli otology pada pasien termasuk anastesi, lokasi insisi dan hasil pembedahan.

Dorong pasien untuk mendiskusikan setiap ansietas dan keprihatinan mengenai pembedahan

b) Nyeri akut berhubungan dengan pembedahan mastoid.

Tujuan: Bebas dari rasa tak nyaman.

IntervensiRasional

Berikan pasien obat analgetik sesuai dengan kebutuhan.Mengurangi rasa tidak nyaman dalam telinga.

Ajarkan pasien tentang penggunaan dan efek samping obat.Mengurangi kesalahan dalam pemberian obat.

c) Resiko infeksi berhubungan dengan post op mastoidektomi, pemasangan graft/tandur, trauma bedah terhadap jaringan dan struktur disekitarnya.IntervensiRasional

Rendam tampon kanalis auditorius eksternus dalam larutan antinbiotika sebelum dipasang.Mencegah infeksi dalam telingan yang dioperasi.

Instruksikan kepada pasien untuk mencegah air masuk ke kanalis auditorius eksternus selama 2 minggu.Mencegah infeksi dalam telingan yang dioperasi.

Pasang bola kapas yang diolesi bahan yang tak larut air (vaselin) dan diletakkan ditelinga.Mencegah kontaminasi air.

Beritahukan kepada pasien tanda-tanda infeksi (meningkatnya suhu, keluarnya cairan purulent)Mempercepat tindakan pengobatan.

d) Perubahan persepsi sensori auditoris berhubungan dengan kelaianan telinga/pembedahan telinga.

Tujuan: Memperbaiki komunikasi

IntervensiRasional

Mengurangi kegaduhan lingkungan, memandang pasien ketika berbicara, berbicara jelas dan tegas tanpa berteriak, memberikan pencahayaan yang baik dan menggunakan tanda nonverbal.Memperbaiki komunikasi

Instruksikan anggota keluarga mengenai praktik yang efektifSupaya mereka mampu berkomunkasi denganm pasien.

Gunakan alat bantu dengar pada telinga yang tidak dioperasi.Mengefektifkan pendengaran.

4) Evaluasia) Ansietas terhadap prosedur pembedahan berkurang:

Mengungkapkan dan memperlihatkan pengurangan stress, ketegangan dan peka rangsang.

Memberitahu perawat bahwa ia dapat menerima hasil pembedahan dan menyesuaikan kemungkinan gangguan pendengaran.

b) Bebas dari rasa tak nyaman atau nyeri, tidak memperlihatkan tanda mengeryitkan wajah, mengeluh atau menangis, meminum analgetik bila diperlukan.

c) Tidak ada tanda atau gejala infeksi:

Tanda vital normal termasuk suhu.

Tidak mengeluarkan cairan purulent dari kanalis auditorius externus.

Menggambarkan cara menghindarkan air mengkontaminasi balutan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Adams G., Boies L., Higler P., 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke enam. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 135-142.Ari Setyarini, Elizabeth. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pendengaran dan Wicara. Bandung: Cakrawala Bahari PratamaCarpenito Lynda Juall.2001.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

Donna. 1995.Medical Surgical Nursing 2nd Edition.WB SaundersHttp:// irapanusa.blogspot.com/?m=1http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35549-Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Mastoiditis.htmlIskandar, H. Nurbaiti,dkk 1997. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Nelson. (1992). Ilmu kesehatan anak. Bagian 2. Jakarta: EGC.R, Probst, Grevers G, Iro H. Basic Ortorhinolaryngology: A Step By Step Learning Guide. New York: Thieme;2006.

Reeves, C.J.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba MedikaSmeltzer, S. C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Jakarta: EGCSuddarth, Bruner. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suddarth, Bruner. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.Tarantino V, Dagostino R, Taborelli G, Melagrana A, Porcu A, Stura M. Acute Mastoiditis: A 10 Years Restrospective Study. International Journal Of Pediatric Ortorhinolaryngology.2002:66;143-8

Thane 1997.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: Media Aesculaapius FKUI.Peradangan pada Mastoid

Bakterioides spp

Timbul Infeksi pada telinga

Gangguan Komunikasi

Penurunan harga diri

Mastoiditis

Nyeri

Gangguan rasa nyaman Nyeri

Timbul suara denging

Cemas

Kemerahan pada mastoid

Hiperemi

Keluarnya push

push

Kuman aerob

Otolitis

Kerusakan jaringan/dikontinuitas jaringan

Gangguan pendengaran

Rinogen dari penyakit ronggga hidung & sekitarnya

Gram negative : proteus, pseudomonas spp E colli, kuman an aerob

Gram positif : s pyogenes dan s albus

Eksogen infeksi dari luar melalui perforosi membrane tympani

Endogen alergi,DM, TBC paru

Invasi Bakteri

Mastoiditis

Tekanan udara telinga tengah

Vertigo dan Penurunan Keseimbangan Tubuh

Erosi pada kanalis semisirkularis

Penurunan hantaran suara

Tinnitus

Akumulasi cairan mucus dan serosa

Otorhoe (keluarnya secret dan berbau tidak enak)

Ruptur membran timpani karena desakan

Ke mukosa antrium mastoid

Infeksi menyebar ke telinga dalam

Pengobatan tidak tuntas/episode berulang

Retraksi membran timpani

Peningkatan produksi cairan serosa

Peradangan menyebar ke seluruh antrum dan fossa posterior dari tengkorak, saluran saraf wajah hingga ke otak.

Abses otak

Paralisis saraf fasialis

Meningitis

Nyeri di sekitar telinga telinga

Proses Peradangan di kavum timpani

Tulang septal hancur

Membentuk ruangan yang besar

Infeksi kronik

Abses, sklerosis tulang mastoid

Nyeri telinga, kemerahan

Inflamasi, bengkak, panas, sakit kepala

Pengeluaran caitan dari telinga

Kehilngan pendengaran