makalah lima landasan pokok mu’tazilah, selamet

37
5/12/2018 MAKALAHLIMALANDASANPOKOKMUTAZILAH,selamet-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 1/37 LIMA LANDASAN POKOK MU’TAZILAH YANG BERJUDUL ةسمخلا وصا (  AL-USHUL AL-KHAMSAH) PENULISNYA AL-QODHI ABU HASAN ABDUL JABBAR BIN AHMAD BIN KHOLIL BIN ABDULLAH  Tugas Perkuliahan Sejarah Pemikiran Islam Dosen Pengampu: Prof. Dr. Jaih Mubarok, M.Ag. Di susun oleh : Kelompok II Selamet/11.011.310 Eros Rosyidah/11.011.275 Siti Rohmah/11.011.311 Rohmat Muti’ah/ 11.011.305 Robi Nurtsani/11.011.304 Ruswanto/11.011.307 Saripudin/11.011.309 Sarip Hidayat/11.011.308 Asifudin/11.011.261 PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS JAWA BARAT

Upload: yumi-optimis

Post on 15-Jul-2015

671 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 1/37

LIMA LANDASAN POKOK MU’TAZILAH

YANG BERJUDUL ةسمخلا وصا ( AL-USHUL AL-KHAMSAH)

PENULISNYA AL-QODHI ABU HASAN ABDUL JABBAR BIN AHMAD BINKHOLIL BIN ABDULLAH

 

Tugas Perkuliahan Sejarah Pemikiran Islam

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Jaih Mubarok, M.Ag.

Di susun oleh :Kelompok II

Selamet/11.011.310Eros Rosyidah/11.011.275Siti Rohmah/11.011.311

Rohmat Muti’ah/ 11.011.305Robi Nurtsani/11.011.304

Ruswanto/11.011.307Saripudin/11.011.309

Sarip Hidayat/11.011.308Asifudin/11.011.261

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM

CIAMIS JAWA BARAT

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 2/37

2011

BAB I

PENDAHULUAN

Banyak aliran dan mazhab yang timbul sepanjang sejarah umat Islam. Mulai

dari timbulnya aliran berlatarbelakang politik, yang kemudian aliran tersebut

  berevolusi dan memicu kemunculan aliran bercorak akidah (teologi), hingga

 bermacam mazhab Fikih, Ushul Fikih dan ilmu-ilmu keislaman lainnya.

Jika dilihat dengan kaca mata positif, maka beragamnya aliran dan mazhab

dalam Islam itu menunjukkan bahwa umat Islam adalah umat yang kaya dengan

corak pemikiran. Ini berarti umat Islam adalah umat yang dinamis, bukan umat yang

statis dan bodoh yang tidak pernah mau berfikir.

 Namun dari semua aliran yang mewarnai perkembangan umat Islam itu, tidak 

sedikit juga yang mengundang terjadinya konflik dan membawa kontroversi dalam

umat, khususnya aliran yang bercorak atau berkonsentrasi dalam membahas masalah

teologi. Satu diantara golongan/aliran itu adalah Mu’tazilah.

Banyak yang mengidentikkan Mu’tazilah dengan nyeleneh, sesat, cenderug

merusak tatanan agama Islam, dan dihukum telah keluar dari ajaran Islam. Namun

 juga tidak sedikit yang menganggap Mu’tazilah sebagai main icon kebangkitan umat

Islam di masa keemasannya, sehingga berfikiran bahwa umat Islam mesti

menghidupkan kembali ide-ide aliran ini untuk kembali bangkit. Itu adalah sebagian

dari sekian banyak fakta lapangan yang menunjukkan bahwa kelompok ini memang

tergolong kontroversial.

Agar tidak terjebak dalam kontroversi dan kesalahpahaman tersebut, maka

 perlu dilakukan usaha-usaha untuk mengkaji kelompok ini secara objektif, dalamartian perlu adanya kajian mendalam di setiap sisinya. Dengan semangat itulah,

 penulis mencoba menguraikan beberapa hal yang berkaitan tentang Mu’tazilah dalam

makalah ini, yang pada intinya penulis ingin sedikit berbagi informasi tentang apa,

siapa, dan bagaimana kaum Mu’tazilah itu?.

Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban bagi seorang muslim untuk 

menasehati saudaranya agar tidak terjerumus kedalam pemikiran kelompok ini yaitu

kelompok Mu'tazilah yang pengaruh penyimpangannya masih sangat terasa sampai

2

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 3/37

saat ini dan masih dikembangkan oleh para kolonialis kristen dan yahudi dalam

menghancurkan kekuatan kaum muslimin dan persatuannya. Oleh karena itu perlu

dibahas asal pemikiran ini agar diketahui penyimpangan dan penyempalannya dari

Islam.1 

Aliran Mu’tazilah dikenal sebagai aliran rasional. Kerasionalannya tergambar 

dalam memberikan peran akal begitu besar dalam kehidupan, sehingga implikasinya

dikatakan bahwa manusia bebas menentukan perbuatannya baik atau buruk. Tuhan

wajib menepati janji-Nya, dan jika tidak, berarti Tuhan tidak adil, dan itu adalah

mustahil bagi Tuhan. Karena itu, siapa yang berbuat baik pasti masuk syurga dan

siapa yang berbuat jahat pasti akan masuk neraka. Untuk mensucikan Tuhan dari

segala sesuatu yang menyerupai-Nya, maka ia menolak sifat-sifat Tuhan, kecuali

sifat ke-Esaan, sehingga ia menamakan dirinya Ahlul Adl Wattauhid (Orang-orang

yang berpegang pada prinisip Keadilan dan prinsip Tauhid), dan aliran mereka ini

didasarkan pada lima prinsip atau lima ajaran Mu’tazilah, kelima ajaran ini yang

akan kita uraikan pada makalah ini. Nama kitabnya adalah     (al -Ushulاصو الخمسة

al-Khamsah),  penulisnya adalah Qodhi Abu Hasan Abdul Jabbar bin Ahmad bin

Kholil bin Abdullah.

Untuk memperjelas arah pembahasan maka penulis disini akan membatasi  pembahasan kedalam 3 materi pokok:  Pertama, sejarah lahirnya mu’tazilah, di

dalamnya terdapat pembahasan tentang sisi latar belakang kemunculan Mu’tazilah,

kedua, ide-ide teologis mu’tazilah, yang mencakup pembahasan ةسمخلا وصا (al-

ushul al-khamsah): lima landasan pokok, yang di dalamnya akan ditemukan

  bagaimana pandangan umum Mu’tazilah tentang sifat Tuhan, iman dan kufur,

 perbuatan Tuhan, perbuatan manusia, posisi akal dan wahyu dan metode teologi

mereka, ketiga, tokoh-tokoh aliran muktazilah , Keempat, pengaruh dan analisis aliranmu’tazilah karena tidak lengkap rasanya jika dalam pembahasan tentang Mu’tazilah

 jika tidak dibahas tentang persoalan ini.

1 http://www.anakciremai.com/2009/04/makalah-ilmu-kalam-tentang-aliran.html

3

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 4/37

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahirnya Mu’tazilah

Golongan ini muncul pada masa pemerintahan Bani Umaiyyah, tetapi baru

menghebohkan pemikiran keislaman pada masa pemerintahan Bani ‘Abbas dalam

masa yang cukup panjang. Sejarah munculnya mu’tazilah kelompok pemuja akal ini

muncul di kota Bashrah (Iraq), pada abad ke-2 Hijriyah, antara tahun 105-110 H,

tepatnya pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan khalifah

Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk Bashrah mantan

murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha’ Al-Makhzumi Al-

Ghozzal, Asy-Syihristani berkata: (Suatu hari) datanglah seorang laki-laki kepada

Al-Hasan Al-Bashri seraya berkata: “Wahai imam dalam agama, telah muncul di

zaman kita ini kelompok yang mengkafirkan pelaku dosa besar (di bawah dosa

syirik). Dan dosa tersebut diyakini sebagai suatu kekafiran yang dapat mengeluarkan

 pelakunya dari agama, mereka adalah kaum Khawarij. Sedangkan kelompok yang

lainnya sangat toleran terhadap pelaku dosa besar (di bawah dosa syirik), dan dosa

tersebut tidak berpengaruh terhadap keimanan. Karena dalam madzhab mereka, suatuamalan bukanlah rukun dari keimanan dan kemaksiatan tidak berpengaruh terhadap

keimanan sebagaimana ketaatan tidak berpengaruh terhadap kekafiran, mereka

adalah Murji’ah umat ini. Bagaimanakah pendapatmu dalam permasalahan ini agar 

kami bisa menjadikannya sebagai prinsip (dalam beragama)?” Al-Hasan Al-Bashri

 pun berpikir sejenak dalam permasalahan tersebut. Sebelum beliau menjawab, tiba-

tiba dengan lancangnya Washil bin Atha’ berseloroh: “Menurutku pelaku dosa besar 

  bukan seorang mukmin, namun ia juga tidak kafir, bahkan ia berada pada suatukeadaan di antara dua keadaan, tidak mukmin dan juga tidak kafir.” Lalu ia berdiri

dan duduk menyendiri di salah satu tiang masjid sambil tetap menyatakan

 pendapatnya tersebut kepada murid-murid Hasan Al-Bashri lainnya. Maka Al-Hasan

Al-Bashri berkata: “Washil telah memisahkan diri dari kita”, maka disebutlah dia

dan para pengikutnya dengan sebutan Mu’tazilah. Pertanyaan itu pun akhirnya

dijawab oleh Al-Hasan Al-Bashri dengan jawaban Ahlussunnah Wal Jamaah:

“Sesungguhnya pelaku dosa besar (di bawah dosa syirik) adalah seorang mukmin

4

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 5/37

yang tidak sempurna imannya. Karena keimanannya, ia masih disebut mukmin dan

karena dosa besarnya ia disebut fasiq (dan keimanannya pun menjadi tidak 

sempurna)”.2 Inilah awal kemunculan paham ini dikarenakan perselisihan tersebut

antar murid dan Guru, dan akhirnya golongan mu’tazilah pun dinisbahkan

kepadanya. Seiring dengan bergulirnya waktu, kelompok Mu’tazilah semakin

  berkembang dengan sekian banyak sektenya. Hingga kemudian para dedengkot

mereka mendalami buku-buku filsafat yang banyak tersebar di masa khalifah Al-

Makmun. Maka sejak saat itulah manhaj mereka benar-benar terwarnai oleh manhaj

ahli kalam (yang berorientasi pada akal dan mencampakkan dalil-dalil dari Al Qur’an

dan As Sunnah).

Oleh karena itu, tidaklah aneh bila kaidah nomor satu mereka berbunyi:

“Akal lebih didahulukan daripada syariat (Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma’) dan

akal-lah sebagai kata pemutus dalam segala hal. Bila syariat bertentangan dengan

akal menurut persangkaan mereka, maka sungguh syariat tersebut harus dibuang atau

ditakwil. Ini merupakan kaidah yang batil, karena kalaulah akal itu lebih utama dari

syariat maka Allah akan perintahkan kita untuk merujuk kepadanya ketika terjadi

 perselisihan. Namun kenyataannya Allah perintahkan kita untuk merujuk kepada Al-

Qur’an dan As-Sunnah, sebagaimana yang terdapat dalam Surat An-Nisa: 59.   

   

   

             

   59. Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil 

amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu,

Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu

benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih

utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Kalaulah akal itu lebih utama dari syariat maka Allah tidak akan mengutus

 para Rasul pada tiap-tiap umat dalam rangka membimbing mereka menuju jalan

yang benar sebagaimana yang terdapat dalam An-Nahl: 36.

2 http://wiki.myquran.org/index.php/Mu%27taziliyah

5

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 6/37

36. Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk 

menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu", Maka di

antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di

antaranya orang-orang yang Telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah

kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang 

mendustakan (rasul-rasul).

[826] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.

[826] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.

Perkataan Mu’tazilah berasal dari kata I’tazala, artinya menyisihkan diri.

Kaum Mu’tazilah berarti orang-orang yang menyisihkan diri. Berbeda-beda pendapat

tentang sebab munasabab timbulnya firqoh Mu’tazilah itu.3

Pada umumnya para ulama’ berpendapat bahwa tokoh utama Mu’tazilah

adalah Washil ibn ‘Atha’. Ia adalah salah seorang peserta dalam forum ilmiah Hasan

al-Bashri. Diforum ini muncul masalah yang hangat pada waktu itu, yaitu masalah

 pelaku dosa besar. Wasil berkata dalam menentang pendapat Hasan,”Menurut saya

 pelaku dosa besar sama sekali bukan mu’min, bukan pula kafir, melainkan ia berada

diantara dua posisi itu.” Wasil kemudian menghindari forum Hasan dan membentuk 

forum baru di masjid yang sama.4

Aliran Mu’tazilah adalah suatu pergerakan yang menekankan kepada dasar 

rasional bagi prinsip-prinsip dasar keparcayaan agama. Sikap rasionalisme ini sangat

menonjol, dimana mereka lebih mengagungkan kecemerlangan pendapat akal dari

  pada dalil nakl (nulikan wahyu). Maka oleh karena itu aliran ini bersifat

Individualistis dan bercorak ragam maksudnya tiap-tiap individu dari tokoh-tokoh

Mu’tazilah pada umumnya mempunyai konsep dan pandangan sendiri-sendiri dalam

  bermacam-macam masalah. Misalnya ketika memperdalam pembahasan suatu

masalah dan menganalisanya dengan di dasarkan atas pikiran-pikiran filsafat Yunani

dan sebagainya. Meskipun demikian telah ada kesepakatan lima pokok dasar yang

harus di pegang setiap orang yang mengaku dirinya orang Mu’tazilah, sebagai

 pengikat/keseragaman ajaran mereka, Abu Hasan al-Khayyath dalam bukunya al-

intishar  mengatakan, tidak seorang pun berhak mengaku sebagai penganut

3 Sahilul A.Nasir, Pengantar Ilmu Kalam,(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada,1996), Cet.2. Hlm, 106.

4 Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam .Jakarta 1996 Oleh Logos Publishing House Cet.1

6

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 7/37

Mu’tazilah sebelum ia mengkui  اصو الخمسة (al-Ushul al-Khamsah), yaitu al-

tauhid, al-adl, al-wa’d wa al wa’id, al-manzilah bain al-manzilataini dan al-amr bi

al ma’ruf wa al- nahi ‘an al-munkar. Jika telah mengakui semuanya, baru bisa di

sebut pengnut Mu’tazilah.

Adapun ciri-ciri Mu’tazilah ialah suka berdebat, terutama di hadapan umum

mereka yakin akan kekuatan fikiran, karena itulah suka berdebat dengan siapa saja

yang berbeda pendapat dengannya.

Sekitar dua abad lamanya ajaran-ajaran mu’tazilah ini berpengaruh, karena

diikuti atau didukung oleh penguasa waktu itu. Masalah-masalah yang diperdebatkan

antara lain :

1. Sifat-sifat allah itu ada atau tidak 

2. Baik dan buruk itu ditetapkan berdasarkan syara’ atau akal

3. Orang yang berdosa besar akan kekal di neraka atau tidak 

4. Perbuatan manusia itu dijadikan oleh Allah

5. Al-qur’an itu makhluk atau tidak 

6. Allah itu bisa dilihat di akhirat nanti atau tidak 

7. Alam itu qodim atau hadits

8. Allah wajib membuat yang baik (shilah) dan yang lebih baik (ashlah).5 

B.   (Al-Ushul Al-Khamsah): Lima Landasan Pokokاصو الخمسة

Penganut Mu’tazilah mempunyai ajaran yang selalu dipegang erat oleh

mereka, bahkan di atasnya-lah prinsip-prinsip mereka dibangun. Ajaran itu mereka

sebut dengan ةسمخلا وصا /Al-Ushulul-Khomsah (lima landasan pokok). Adapun

rinciannya sebagai berikut dan sekaligus kami iringi dengan bantahan cara

 pemahaman mereka mengenai ajaran keislaman mereka, sebagai berikut;1. Al Tauhid ( Ke-Esa-an )

Imam al-Asy’ari dalam bukunya Maqalat al-Islamiyyin menggambarkan

konsep Tauhid yang diberikan oleh aliran Mu’tazilah sebagai berikut: “Allah, Yang

Maha Esa (wahid/ahad), tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya (laysa kamitslihi

syai’), bukan jism (bentuk tubuh/benda), syabah, shurah (bentuk gambaran), daging

atau darah, bukan syakhsh (pribadi), jauhar, atau ‘aradh. Tidak berwarna (dzi laun),

5 Sahilul A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, 1994, Hal. 117

7

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 8/37

 berasa (tha’m), berbau (ra’ihah) dan tidak bisa diraba (mujassah), tidak memiliki

sifat panas (dzi hararah), dingin (burudah), lembab (ruthubah) atau kering (yabusah).

Bukan sesuatu yang memiliki ukuran panjang, lebar, dan dalam (‘umq). Bukan juga

sesuatu yang bisa berkumpul (ijtima’) dan tercerai berai (iftiraq). Bukan sesuatu yang

 bergerak (yataharrak), diam (yaskun) atau terbagi-bagi (yataba’adh). Bukan sesuatu

yang memiliki bagian-bagian (ab’adh wa ajza’) atau anggota tubuh (jawarih wa

a’dha’). Bukan yang memiliki batasan (dzi jihat) kanan, kiri, depan, belakang, atas

maupun belakang. Tidak dibatasi oleh tempat. Tidak berlaku bagi-Nya zaman.

Mustahil bagi-Nya mumasah (sifat bersentuhan), ‘uzlah (sifat mengasingkan diri),

hulul (sifat menjelma/menyatu) pada sesuatu. Tidak memiliki sifat-sifat makhluk.

Tidak berakhir (mutanahin). Tidak bisa diukur, tidak juga berpindah-pindah (dzahab

fi jihat), tidak bisa dibatasi. Tidak beranak (ayah/ibu), dan tidak dilahirkan (anak).

Tidak dibatasi oleh takdir/kekuasaan apapun (la yuhithu bihi al-aqdar), tidak juga

  bisa dihalangi oleh astar/sitrah (pembatas apapun). Tidak bisa dicapai indera

(hawas), tidak bisa dibandingkan sedikitpun dengan manusia, tidak sama dengan

makhluk dari sisi apapun., tidak berlaku bagi-Nya waktu, tidak bisa ditimpa

gangguan/musibah (‘ahat), tidak sama dengan sesuatu apapun yang terlintas

dipikiran dan hayalan (mustahil dipikir dan diterka), Dia Maha Awal (awwal) danTerdahulu (sabiq), sudah ada sebelum semua yang baru (muhdatsat) dan semua

makhluk ada, Dia Tahu, Berkuasa dan Hidup, akan tetapi tidak seperti orang yang

tahu, orang yang berkuasa dan orang yang hidup. Tidak bisa dilihat mata, tidak 

 pernah bisa terlintas dipikiran manapun (tidak bisa dijangakau indera). Sesuatu yang

tidak seperti segala sesuatu. Dia sendiri yang Qadim (Terdahulu), tidak ada yang

Qadim selain-Nya, tidak ada Tuhan (Ilah) selain-Nya, tidak ada sekutu (syarik) dan

 pembantu (wazir) dalam kekuasaan-Nya. Tidak ada yang membantu-Nya ketika Diamenjadikan dan menciptakan sesuatupun, tidak menciptakan sesuatu dengan cara

mencontoh yang sudah pernah ada (lam yakhluq al-khalq ‘ala mitsal sabiq), tidak ada

yang sulit bagi-Nya dalam meenciptakan sesuatu (laysa khalqu syai’in bi ahwan

‘alaihi min khalqi syai’in akhar, wa la bi ash’ab ‘alaihi minhu), mustahil bagi-Nya

merasakan manfaat (ijtirar al-manafi’), mustahil bagi-Nya terkena mudharat. Tidak 

merasakan rasa senang dan kenikmatan (la yanaluhu al-surur wa al-ladzdzat). Tidak 

 bisa terkena rasa sakit dan penyakit apapun. Dia tidak memiliki batas sehingga

8

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 9/37

mengharuskan-Nya berakhir, mustahil bagi-Nya sifat fana. Tidak memiliki

sedikitpun sifat lemah (‘ajz) dan kurang (naqsh), Maha Suci dari sentuhan wanita,

 beristri dan beranak.

1) Dari kutipan tersebut di atas, A. Hanafi M.A berkesimpulan:

Aliran Mu’tazilah mengenal pikiran-pikiran filsafat yang ada pada masanya, serta

memakai beberapa istilahnya, seperti Syakhsh, Jauhar, ‘Aradh, Hulul, Qadim dan

sebagainya.

2) Dengan perkataan “Laysa Kamitslihi Syai’ (Tidak ada yang

menyamai-Nya)” mereka menolak pikiran-pikiran golongan Mujassimah

(Anthromorpis) dan membuka luas pintu takwil terhadap ayat-ayat al-Qur’an

yang menyifati Tuhan dengan sifat-sifat manusia dengan takwil majazi.

3) Dengan Tauhid yang mutlak, aliran Mu’tazilah menolak konsepsi

agama dualisme dan trinitas tentang Tuhan.

4) Dengan perkataan “Tidak beranak (ayah/ibu), dan tidak dilahirkan

(anak)”, mereka menolak kepercayaan orang Nasrani, bahwa al-Masih anak 

Tuhan yang dilahirkan dari Tuhan Bapa sebelum masa dan jauharnya juga sama.

5) Dengan perkataan “Tidak ada yang membantu-Nya ketika Dia

menjadikan dan menciptakan sesuatupun, tidak menciptakan sesuatu dengan caramencontoh yang sudah pernah ada (lam yakhluq al-khalq ‘ala mitsal sabiq)”,

mereka menolak teori Idea (contoh) dari Plato dan Demiurge, juga teori Emanasi

(limpahan) atau Triads yang dianggap menguasai alam semesta ini oleh aliran

  Neo-Platonisme, yaitu Tuhan (Yang Pertama), Logos, dan Jiwa Dunia

(Worldsouls) .

Disamping kesimpulan tersebut, penulis juga ingin menegaskan sebuah

kesimpulan bahwa pada intinya Mu’tazilah ingin mengatakan bahwa Allah SWT ituQadim dan yang selain-Nya hadits (baru), Dia Tuhan Yang Maha Esa dan Maha

Sempurna yang tidak ada tandingan-Nya serta tidak pantas disamakan dengan

sesuatu apapun, itu saja bagi mereka cukup untuk menerangkan tentang Allah itu.

Sehingga dengan inti ajaran Tauhid seperti ini dan dibarengi dengan kemampuan

logika mereka, melahirkan ide-ide berikut :

1.) Tidak mengakui sifat-sifat Allah SWT.

9

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 10/37

Mu’tazilah mengakui bahwa Allah SWT memiliki sifat seperti al-’Alim, al-

Qadim, al-Qahir, al-Qadir, al-Qawi, al-’Adl, al-Murid dan sebagainya yang

terkandung dalam al-asma’ al-husna, karena al-Qur’an mengakui hal tersebut.

Selanjutnya mereka membagi sifat-sifat itu ke dalam dua kategori: Pertama, sifat

yang berkenaan dengan esensi Tuhan, disebut Shifah dzatiyah, dan Kedua, sifat yang

  berkenaan dengan tindakan Allah dan berkaitan dengan makhluk, dikategorikan

Shifat fi’liyah. Hanya saja Mu’tazilah tidak mengakui eksistensi sifat-sifat tersebut

sebagai suatu tambahan terhadap Dzat Allah (za’idah ‘ala al-dzat) atau berada di luar 

Dzat (wara’ al-dzat) sebagaimana pandangan Asya’irah. Mereka berpendapat bahwa

sifat-sifat itu adalah Dzat itu sendiri (‘ain al-dzat) . Karena jika sifat itu za’idah ‘ala

al-dzat, berarti dia berada diluar Dzat, dan akan menyebabkan banyaknya jumlah

yang Qadim (ta’addud al-qudama’), yaitu: Dzat Allah, Ilmu Allah, Kekuasaan Allah,

Kehidupan Allah, Kehendak Allah dan seterusnya. Hal ini bertentangan dengan

Tauhid, karena seharusnya yang Qadim itu hanya Dzat Allah. Oleh sebab itulah

sebagian besar mereka mengatakan:

اه بذاته ل بعه, و بذاته ل بقدته, و مريد

 بذاته ل باته“Allah Mengetahui dengan Dzat-Nya, bukan dengan Ilmu-Nya, Berkuasa dengan

Dzat-Nya bukan dengan Kuasa-Nya, dan Berkehendak dengan Dzat-Nya bukan

dengan Kehendak-Nya”.

Berbeda dengan jumhur Mu’tazilah, al-’Allaf berpendapat agak berbeda, dia

mengatakan: “Allah Mengetahui dengan Ilmu, Ilmu itu adalah Dzat-Nya, Allah

Berkuasa dengan Kuasa, Kuasa itu adalah Dzat-Nya, dan Berkehendak dengan

Kehendak (iradah), Kehendak itu adalah Dzat-Nya”. Pendapat ini tidak berbeda

dengan jumhur Mu’tazilah dari sisi bahwa sifat-sifat itu pada dasarnya adalah ‘ain

dzat, namun pendapat ini dikritik, karena memiliki arti, bahwa Ilmu Allah adalah

Allah, sementara menurut logika “orang yang mengetahui” bukanlah

“ilmu/pengetahuan” itu sendiri. Itu diantara sedikit perbedaan dikalangan Mu’tazilah

tentang sifat Allah, namun pada intinya mereka semua bersepakat menolak pendapat

Asya’irah yang mengatakan bahwa Sifat Allah itu suatu tambahan terhadap Dzat

(za’idah ‘ala al-dzat). Dari sisi ini Zuhdi Jarullah, mengutip al-Ghazali dari bukunya

10

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 11/37

al-Iqtishad fi al-I’tiqad, mengatakan Mu’tazilah berada pada posisi yang tepat, dan

Asya’irah juga benar sampai batasan pendapat mereka bahwa Sifat Allah Qadim dan

menyatu dengan Dzat (qa’imah bi al-dzat), namun ketika mereka menjelaskan

konsep ini dengan bahwa Sifat-Sifat itu bukan ‘ain dzat (Dzat itu sendiri) melainkan

za’idah ‘ala dzat, mereka telah melakukan sebuah kekeliruan.

2.) Mengatakan al-Qur’an makhluk.

Di atas dijelaskan bahwa Mu’tazilah tidak mengingkari Sifat yang Qadim jika

yang dimaksudkan adalah ‘ain dzat, yang mereka ingkari adalah bahwa jika Sifat itu

membawa kepada banyaknya yang Qadim, yaitu jika Sifat itu za’idah ‘ala dzat

(tambahan terhadap Dzat) atau wara’ dzat (dibelakang/luar Dzat). Tapi ketika

 berbicara tentang Kalam (Firman Allah), mereka seolah-olah tidak lagi berpegang

  pada kesimpulan di atas. Mereka mengatakan bahwa Kalam tidak mungkin

disamakan dengan sifat Ilmu dan Qudrah (Kuasa), sebab hakikat Kalam menurut

Mu’tazilah adalah huruf-huruf yang teratur dan bunyi-bunyi yang jelas dan pasti,

 baik nyata maupun ghaib. Kalam bukanlah sesuatu yang memiliki hakikat logis,

namun dia hanyalah sebuah istilah, yang tidak mungkin ada/terwujud kecuali melalui

lidah. Dan Allah SWT sebagai Mutakallim (Yang Berfirman) menciptakan Kalam

itu. Hakikat-hakikat yang mereka simpulkan inilah yang menyebabkan merekamengatakan bahwa kalam itu adalah sesuatu yang bersifat baru (hadits), tidak 

  bersifat qadim, sehingga pada gilirannya al-Qur’an sebagai Kalamullah adalah

sesuatu yang hadits, dan sesuatu yang hadits itu adalah makhluk.

  Namun timbul banyak kerancuan dan kekacauan ketika mereka mencoba

menjawab “bagaimana Allah menciptakan Kalam itu?”. Inti kekacauan itu dapat

dilihat ketika mereka berhadapan dengan firman Allah QS Al-Nisa’ ayat 164: “dan

 Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung”Mu’tazilah mencoba mentakwil ayat ini dengan mengatakan bahwa Allah

SWT menciptakan Kalam pada sebatang pohon yang kemudian kalam itu keluar dari

  pohon tersebut, lalu Musa as. mendengarnya, atau dengan bahasa lain Allah

menciptakan kemampuan bagi pohon untuk mengeluarkan kalam yang akan

disampaikan-Nya kepada Musa, lalu Musa as. mendengar Kalamullah melalui

  perantaraan pohon itu. Jadi Mu’tazilah mengatakan al-Qur’an makhluk adalah

sebagai hasil nalar mereka bahwa perkataan (kalam) bukanlah salah satu sifat Allah

11

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 12/37

yang Qadim seperti ilmu dan sebagainya, tapi kalam itu berupa kumpulan huruf yang

teratur dan suara yang jelas, baik nyata atau ghaib.

3.) Mengingkari bahwa Allah SWT dapat dilihat dengan mata telanjang.

Mu’tazilah memandang bahwa pendapat yang mengatakan Allah dapat dilihat

dengan mata telanjang di akhirat (baca: di sorga), membawa pada ide yang sangat

  bertentangan dengan Tauhid yaitu tasybih, menyamakan Allah SWT dengan

makhluk. Karena menurut mereka, ru’yah (pandangan) adalah kontak sinar (ittishal

syu’a') antara “yang melihat” dengan “yang dilihat”, dan mereka memberikan satu

syarat agar ru’yah itu bisa terjadi yaitu binyah (tempat/media), dan ru’yah tersebut

mesti berhubungan dengan benda nyata (maujud), dan Allah SWT bukanlah yang

demikian, oleh karena itulah mereka mengatakan hal itu mustahil terjadi pada Allah

SWT. Dengan pendapat yang demikian, mereka melakukan takwilan terhadap ayat

yang menggambarkan kemungkinan terjadinya ru’yah tersebut, seperti ayat:

“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada

Tuhannyalah mereka melihat.” (QS. al-Qiyamah: 22-23)

Mereka mengatakan bahwa kata (رظن) di sana tidak berarti melihat (ةيؤ)

malainkan menunggu (رتنا) dan kata (ىلإ) bukanlah huruf jar melainkan musytaq

(pecahan kata) dari kata (ءا) yang berarti nikmat, sehingga maksud ayat adalah:“Wajah-wajah itu menanti nikmat dari Tuhannya”. Mereka juga mentakwil ayat:

“Allah cahaya langit dan bumi” (QS. Al-Nur: 35)

Dengan mengatakan bahwa bukan berarti Allah itu adalah cahaya yang bisa

dilihat, melainkan Allah memberikan cahaya kepada langit dan bumi.

Sedangkan terhadap hadits yang menyatakan orang mukmin di sorga bisa melihat

Allah bahkan kondisinya sama dengan kondisi ketika kita melihat bulan purnama,

hadits ini tidak diterima oleh Mu’tazilah dan mengatakan terdapat cacat pada Sanad-nya.

4.) Mengingkari jihah (arah) bagi Allah.

Ini sejalan dengan penjelasan mereka tentang kesempurnaan Allah SWT,

yaitu: “Bukan yang memiliki batasan (dzi jihat) kanan, kiri, depan, belakang, atas

maupun belakang dan tidak dibatasi oleh tempat”. Karena dengan menetapkan atau

membatasi jihah bagi-Nya berarti menetapkan atau membatasi Allah pada suatu

tempat dan tubuh (jism). Ide seperti ini membawa mereka kepada pentakwilan kata-

12

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 13/37

kata di dalam al-Qur’an yang menunjukkan tempat Allah SWT, seperti mentakwil

kursi dengan ilmu-Nya, dan mentakwil istiwa’ (semayam) dengan berkuasa penuh

(istila’) dan lain sebagainya.

5.) Mentakwilkan ayat-ayat yang memberikan kesan adanya persamaan Tuhan

dengan manusia.

Demikian juga halnya dengan semua ayat yang mengesankan bahwa Allah

  juga memiliki anggota tubuh seperti anggota tubuh manusia. Mereka mentakwil

Wajah Allah dengan Dzat Allah itu sendiri, Tangan Allah dengan Kekuasaan,

Kekuatan dan Nikmat Allah dan lain sebagainya. Tujuannya tetap satu, yaitu Tanzih.

Tauhid adalah dasar Islam pertama dan utuma. Sebenarnya tauhid ini bukan

milik khusus golongan Mu’tazilah, tapi Mu’tazilah mengartikan tauhid lebih spesifik,

yaitu Tuhan harus disucikan dari segala sesuatu yang dapat mengurangi arti

kemahaeasaan Allah. Tuhanlah satu-satunya Yang Maha Esa tidak ada satupun yang

menyamainya. Oleh karena itu, hanya Dia-lah yang Qadim. Untuk memurnikan

keesaan Tuhan, Mu’tazilah menolak konsep Tuhan memiliki sifat-sifat. Menurut

Mu’tazilah sifat adalah sesuatu yang melekat. Jadi sifat basar, sama’, qodrat dan

seterusnya itu bukan sifat melainkan dzatnya Allah itu sendiri. Bahkan Mu’tazilah

  juga berpendapat bahwa Al-Qur‘an itu baru (makhluk) karena Al-Quran adalahmanifestasi kalam Allah, sedangkan Al-Qur’an itu sendiri terdiri dari rangkaian

huruf-huruf, kata, dan bahasa yang salah satunya mendahului yang lain.

Karena adanya prinsip-prinsip ini, maka musuh-musuh Mu’tazilah

menggelari mereka dengan “Mu’atthilah”, sebab mereka telah meniadakan sifat-sifat

Tuhan dan menghapuskannya. Sedangkan kaum Mu’tazilah sendiri menyebut diri

mereka dengan “ Ahlul ‘Adli Wat Tauhid ” (pengemban keadilan dan ketauhidan).6

At-tauhid (pengesaan Tuhan) merupakan prinsip utama dan intisari ajaranmu’tazilah, Sebenarnya, setiap mazhab teologis dalam islam memegang doktrin ini.

 Namun bagi mu’tazilah, tauhid memiliki arti yang spesifik. Tuhan harus disucikan

dari segala sesuatu yang dapat mengurangi arti kemahaesaannya. Untuk memurnikan

keesaan Tuhan, mu’tazialah menolak konsep Tuhan memiliki sifat-sifat,

 penggambaran fisik Tuhan dan Tuhan dapat dilihat dengan mata kepala. Apa yang

disebut sebagai sifat menurut mu’tazilah adalah dzat Tuhan itu sendiri.

6http://istanailmu.com/2011/02/12/aliran-mu%E2%80%99tazilah-asal-usul-dan-al-ushul-al-khamsah/html

13

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 14/37

Doktrin tauhid mu’tazilah lebih lanjut menjelaskan bahwa tidak ada satupun

yang dapat menyamai Tuhan, begitupula sebaliknya, Tuhan tidak serupa dengan

makhluknya.Tegasnya mu’tazilah menolak antropomorfisme. Penolakan terhadap

  paham antropomorfistik bukan semat-mata atas pertimbanagan akal, melainkan

memiliki rujukan yang yang sangat kuat di dalam Al qur’an yang berbunyi :7

س كثه شئ

Artinya : tidak ada satupun yang menyamainya. ( Q.S.Assyura : 9 )

Tuhan dalam paham Mu’tazilah betul-betul Esa dan tidak ada sesuatu yang

serupa dengan-Nya. Ia menolak paham anthromorpisme (paham yang

menggambarkan Tuhannya serupa dengan makhluk-Nya) dan juga menolak paham

 beatic vision (Tuhan dapat dilihat dengan mata kepala) untuk menjaga kemurnian

Kemaha esaan Tuhan, Mu’tazilah menolak sifat-sifat Tuhan yang mempunyai wujud

sendiri di luar Zat Tuhan. Hal ini tidak berarti Tuhan tak diberi sifat, tetapi sifat-sifat

itu tak terpisah dari ZatNya. Mu’tazilah membagi sifat Tuhan kepada dua golongan :

a. Sifat-sifat yang merupakan esensi Tuhan, disebut sifat dzatiyah, seperti al

Wujud (ada), al Qadim (dahulu), al Hayy (hidup) dan lain sebagainya.

 b. Sifat-sifat yang merupakan perbuatan Tuhan, disebut juga dengan sifat

fi’liyah yang mengandung arti hubungan antara Tuhan dengan makhlukNya,

seperti al Iradah (berkehendak), Kalam (berbicara), al Adl (adil), dan lain-lain.8 

Kedua sifat tersebut tak terpisah atau berada di luar Zat Tuhan, Tuhan

Berkehendak, Maha Kuasa dan sifat-sifat lainnya semuanya bersama dengan Zat.

Jadi antara Zat dan sifat tidak terpisah.

Pandangan tersebut mengandung unsur teori yang dikemukakan oleh

Aristoteles bahwa : penggerak pertama adalah akal, sekaligus subyek yang berpikir.9

 Mereka mengatakan bahwa Allah tidak memiliki sifat. Apa yang tercantum

dalam Al- Quran dan sunnah berupa asma dan sifat Allah merupakan sekedar nama

7 Abdul Rozak, Anwar , Rosihon, Ilmu Kalam, CV.Pustaka Setia,Bandung,cet.iv,2009, Hlm.82

8 Harun Nasution, Teologi Islam . Hal : 54.

9 Ibrahim Madkour, Fii al Falsafaf al Islamiyah Manhaj wa Tathbiquh, diterjemahkan oleh Yudian Wahyudi Asmian dengan judul Aliran dan Teori Filsafat Islam, (Jakarta; Bumi Aksara, 1995)., h. 54

14

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 15/37

yang tidak memiliki pengaruh sedikitpun dari nama tersebut. Dengan demikian

mereka menafikan adanya sifat-sifat tinggi dan mulia bagi Allah.

Yang mereka maksud dengan At-Tauhid adalah mengingkari dan meniadakan

sifat-sifat Allah, dengan dalil bahwa menetapkan sifat-sifat tersebut berarti telah

menetapkan untuk masing-masingnya tuhan, dan ini suatu kesyirikan kepada Allah,

menurut mereka. Oleh karena itu mereka menamakan diri dengan Ahlut-Tauhid atau

Al-Munazihuuna lillah (orang-orang yang mensucikan Allah).

Bantahannya:

1) Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Dalil

ini sangat lemah, bahkan menjadi runtuh dengan adanya dalil sam’i (naqli) dan

‘aqli yang menerangkan tentang kebatilannya. mensifati dirinya sendiri dengan

sifat-sifat. Adapun dalil sam’i bahwa Allah yang begitu banyak, padahal Dia

Dzat Yang Maha Tunggal.” Allah berfirman:

“Sesungguhnya adzab Rabbmu sangat dahsyat. Sesungguhnya Dialah yang 

menciptakan (makhluk) dari permulaan dan menghidupkannya (kembali), Dialah

Yang Maha Pengampun lagi Maha Pengasih, Yang mempunyai ‘Arsy lagi Maha

Mulia, Maha Kuasa berbuat apa yang dikehendaki-Nya.” (Al-Buruuj: 12-16).

“Sucikanlah Nama Rabbmu Yang Maha Tinggi, Yang Menciptakan dan

Menyempurnakan (penciptaan-Nya), Yang Menentukan taqdir (untuk masing-

masing) dan Memberi Petunjuk, Yang Menumbuhkan rerumputan, lalu Ia

 jadikan rerumputan itu kering kehitam-hitaman.” (Al-A’la: 1-5).

Adapun dalil ‘aqli: bahwa sifat-sifat itu bukanlah sesuatu yang terpisah

dari yang disifati, sehingga ketika sifat-sifat tersebut ditetapkan maka tidak 

menunjukkan bahwa yang disifati itu lebih dari satu, bahkan ia termasuk dari

sekian sifat yang dimiliki oleh dzat yang disifati tersebut. Dan segala sesuatuyang ada ini pasti mempunyai berbagai macam sifat.

2) Menetapkan sifat-sifat Allah tanpa menyerupakannya dengan sifat makhluq

 bukanlah bentuk kesyirikan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata

dalam Ar-Risalah Al-Hamawiyah: “Menetapkan sifat-sifat Allah tidak termasuk 

meniadakan kesucian Allah, tidak pula menyelisihi tauhid, atau menyamakan

Allah dengan makhluk-Nya.” Bahkan ini termasuk konsekuensi dari tauhid al-

asma wash-shifat. Sedangkan yang meniadakannya, justru merekalah orang-

15

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 16/37

orang yang terjerumus ke dalam kesyirikan. Karena sebelum meniadakan sifat-

sifat Allah tersebut, mereka terlebih dahulu menyamakan sifat-sifat Allah dengan

sifat makhluk-Nya. Lebih dari itu, ketika mereka meniadakan sifat-sifat Allah

yang sempurna itu, sungguh mereka menyamakan Allah dengan sesuatu yang

 penuh kekurangan dan tidak ada wujudnya. Karena tidak mungkin sesuatu itu ada

namun tidak mempunyai sifat sama sekali. Oleh karena itu Ibnul-Qayyim

rahimahullah di dalam Nuniyyah-nya menjuluki mereka dengan ‘Abidul-

Ma’duum (penyembah sesuatu yang tidak ada wujudnya). Atas dasar ini mereka

lebih tepat disebut dengan Jahmiyyah, Mu’aththilah, dan penyembah sesuatu

yang tidak ada wujudnya.

2. Al ‘Adl (Keadilan )

Secara etimologi, al-’adl (دعلا) merupakan bentuk mashdar dari ‘adala (د)-

ya’dilu (دعي) yang berarti berbuat adil, bisa digunakan dengan makna perbuatan

(baca: berbuat adil), bisa juga digunakan dengan makna pelaku (baca: orang yang

adil). Sedangkan dari sisi terminologi, jika Mu’tazilah mengatakan bahwa Allah

SWT adil (innahu Ta’ala ‘adl) maka maksudnya adalah bahwa seluruh perbuatan-

 Nya baik (hasan), Dia tidak melakukan suatu yang buruk (qabih), dan Dia tidak  pernah melalaikan kewajiban-Nya.

Landasan pokok mu’tazilah yang kedua adalah al-adl, yang berarti Tuhan

Maha Adil. Adil ini merupakan sifat yang paling gamblang untuk menunjukkan

kesempurnaan, karena Tuhan Maha sempurna dia pasti adil. Ajaran ini bertujuan

ingin menempatkan Tuhan benar-benar adil menurut sudut pandang manusia.Tuhan

dipandang adil apabila bertindak hanya yang baik dan terbaik.Begitupula Tuhan itu

adil bila tidak melanggar janjinya.10

Dengan demikian Tuhan terikat dengan janjinya.Merekalah golongan yang mensucikan Allah daripada pendapat lawannya yang

mengatakan: bahwa Allah telah mentaqdirkan seseorang itu berbuat maksiat, lalu

mereka di azab Allah, sedang mu’tazialah berpendapat, bahwa manusia adalah

merdeka dalam segala perbuatan dan bebas bertindak, sebab itu mereka di azab atas

 perbuatan dan tindakannya. Inilah yang mereka maksud keadilan itu.11 

10 Qodhi Abu Hasan abdul Jabbar bin Ahmad, Syarah Al-ushul Al-khomsah,Maktab Wahbah,Kairo,1965,Hal.196

11 Thahir Taib,Abd.Mu’in, Ilmu Kalam,Penerbit Widjaya,Jakarta,1986.Hal.103

16

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 17/37

Konsep keadilan Tuhan versi Mu’tazilah masih berkaitan erat dengan konsep

Tanzih mereka, yaitu bahwa sangat tidak sesuai sekali dengan konsep Tanzih jika

Allah SWT menghukum manusia atas dosa yang tidak pernah diinginkannya, karena

yang seperti adalah zalim, dan zalim merupakan sifat makhluk, bukan sifat Khaliq

(Tuhan), dimana Tuhan itu tidak sama dengan makhluk ciptaan-Nya. Konsep

keadilan Tuhan ini juga berlandaskan pada konsep mereka tentang prinsip kebebasan

(hurriyah), usaha (ikhtiyar), dan pengingkaran mereka terhadap prinsip paksaan

(jabr), dengan arti kata semua ini berlandarkan pada konsep teologis tentang Qadar.

Abu Zahrah mengutip al-Mas’udi yang menjelaskan tentang konsep keadilan ini

menurut versi Mu’tazilah : “Keadilan Tuhan maksudnya adalah bahwa Allah SWT

tidak menyukai kerusakan, tidak menciptakan perbuatan manusia (af’al al-’ibad),

melainkan mereka bebas memilih untuk melaksanakan perintah-Nya atau

melanggarnya dengan qudrah (kemampuan/potensi) yang telah diberikan Allah

kepada mereka. Allah SWT hanya memerintahkan sesuatu yang Dia ingini (sukai),

dan hanya melarang sesuatu yang Dia benci. Dia menguasai atas setiap kebaikan

yang diperintahkan-Nya (wala kulla hasanah amara biha), dan Dia terbebas dari

semua keburukan yang dilarang-Nya (bari’ min sayyi’ah naha ‘anha) . Dia tidak 

membebani mereka (manusia) dengan sesuatu yang tidak sanggup mereka pikul, dantidak menginginkan bagi mereka sesuatu yang tidak sanggup mereka lakukan. Dan

siapapun tidak akan mampu menahan dan melepas (melakukan) sesuatu kecuali

dengan kemampuan (qudrah) yang diberikan Allah padanya, Dia pemilik qudrah

tersebut, bukan mereka, Dia bisa menghilangkannya jika Dia berkehendak. Jika Dia

 berkehendak maka Dia akan memaksa seluruh makhluk untuk taat pada-Nya, dan

memaksa mereka untuk tidak berbuat maksiat pada-Nya, akan tetapi Dia tidak 

melakukan hal itu, karena itu akan menghilangkan makna mihnah (ujian) dan balwa(musibah).”

1) Kelanjutan dari prinsip-prinsip di atas melahirkan beberapa ide-ide

khas Mu’tazilah :

Allah menciptakan makhluk atas dasar tujuan dan hikmat kebijksanaan, ini

selanjutnya merupakan salah satu inti sari dari pendapat Mu’tazilah bahwa semua

 perbuatan Allah ada sebab dan tujuannya (af’alullah mu’allalah).\

17

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 18/37

2) Allah tidak menghendaki keburukan dan tidak pula

memerintahkannya, ini merupakan salah satu isi konsep al-Shalih wa al-Ashlah

(yang baik dan yang terbaik) dalam teologis Mu’tazilah.

3) Manusia mempunyai kemampuan (qudrah) untuk  

mewujudkan/menciptakan perbuatannya, sebab dengan cara demikian, dapat

dipahami adanya perintah-perintah Allah, janji dan ancaman-Nya, dosa dan

 pahala, sorga dan neraka, ujian dan musibah yang diberikan-Nya, pengutusan

Rasul-Rasul, dan tidak ada kezaliman pada Allah. Ini adalah konsep yang mereka

sepakati dalam masalah Qadha (ketetapan) dan Qadar (takdir) Allah, serta

kaitannya dengan masalah perbuatan manusia yang sebelumnya telah

diperdebatkan Qadariyah dan Jabariyah, oleh sebab konsep ini pula mereka

terkadang disebut Qadariyah

4) Allah harus (mesti) mengerjakan yang baik dan yang terbaik. Karena

itu, menjadi kewajiban Allah untuk menciptakan manusia, memerintahkan

manusia dan membangkitkannya kembali, ini juga bagian dari konsep al-Shalih

wa al-Ashlah, dan juga berkaitan dengan konsep Luthf (rahmat Allah), dimana

Allah menciptakan Luthf sebagai potensi bagi manusia untuk mengikuti rahmat

dan hidayah Allah, tetapi meskipun demikian manusia tetap saja pilihan-pilihanmanusia yang tampak dalam tindakan dan perbuatannya adalah ciptaan manusia

 bukan ciptaan Allah .

5) Sebagai salah satu bukti keadilan Allah dan kebebasan manusia dalam

mewujudkan perbuatannya, Allah SWT menciptakan akal bagi manusia, yang

  bisa membedakan baik dan buruk. Dari sisi ini kemudian lahirlah konsep

Mu’tazilah yang berkaitan dengan posisi dan fungsi akal bagi manusia, yaitu

  bahwa manusia yang berakal dengan akalnya mampu membedakan antarasesuatu yang baik dan yang buruk, sebelum datangnya Syari’at, bahkan lebih dari

itu mampu untuk mengenal Allah SWT (ma’rifatullah), jika dia tidak 

menggunakan akalnya untuk mengenal Allah maka dia berhak dihukum selama-

lamanya . Imam al-Ghazali di dalam bukunya al-Mustashfa, sebagaimana dikutip

oleh Zuhdi Jarullah, menjelaskan bahwa Mu’tazilah membagi perbuatan kepada

dua jenis: baik dan buruk, dan mereka berpandangan bahwa manusia mampu

membedakan perbuatan baik dan buruk dengan akalnya, sebelum datangnya

18

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 19/37

Syari’at (wahyu). Hal itu boleh jadi melalui hukum dharurah al-’aql (yang pasti

langsung diterima akal tanpa perenungan), seperti baiknya tindakan

menyelamatkan orang yang tenggelam, baiknya kejujuran, buruknya berdusta,

atau boleh jadi juga melalui hukum nazhar al-’aql (yang bisa diterima akal

setelah melalui perenungan), seperti mengetahi baiknya kejujuran meskipun

mengandung bahaya dan mengetahui buruknya berdusta meskipun mengandung

manfaat. Baik-buruknya semua perbuatan itu dapat diketahui akal kecuali

 perbuatan-perbuatan Ibadah, karena yang seperti ini media untuk mengetahuinya

adalah pendengaran bukan akal.

Ajaran tentang keadilan berkaitan dengan beberapa hal, antara lain :

a. Perbuatan manusia

Manusia menurut mu’tazilah melakukan dan menciptakan perbuatannya sendiri,

terlepas dari kehendak dan kekuasaan Tuhan. Manusia benar-benar bebas untuk 

menenttukan pilihannya.Tuhan hanya menyuruh dan menghendaki yang baik. konsep

ini memiliki konsekuensi logis dengan keadilan Tuhan, yaitu apapun yang akan

diterima manusia di akhirat merupakan balasan perbuatannya di dunia.

 b. Berbuat baik dan terbaik 

Maksudnya adalah kewajiaban Tuhan untuk berbuat baik, bahkan terbaik bagimanusia, Tuhan tidak mungkin jahat atau aniaya karena itu akan menimbulkan

 persepsi bahwa Tuhan tidak maha sempurna. Bahkan menurut Annazam, salah satu

tokoh mu’tazilah konsep ini berkaiatan dengan kebijaksanaaan, kemurahan dan

kepengasihan Tuhan.

c. Mengutus Rasul

Mengutus Rasul kepada manusia merupakan kewajiaban Tuhan karena alasan

 berikut ini :1) Tuhan wajib berbuat baik kepada manusia dan hal itu tidak dapat terwujud

kecuali dengan mengutus Rasul kepada mereka

2) Al-Qur’an secara tegas menyatakan kewajiban Tuhan untuk belas kasih

kepada manusia. Cara terbaik untuk maksud tersebut adalah dengan pengutusan

rasul.

3) Tujuan di ciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepadaNya dengan

 jalan mengutus rasul.

19

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 20/37

Paham keadilan dimaksudkan untuk mensucikan Tuhan dari perbuatan-Nya.

Hanya Tuhan lah yang berbuat adil, karena Tuhan tidak akan berbuat zalim, bahkan

semua perbuatan Tuhan adalah baik. Untuk mengekspresikan kebaikan Tuhan,

Mu’tazilah mengatakan bahwa wajib bagi Tuhan mendatangkan yang baik dan

terbaik bagi manusia. Dari sinilah muncul paham al Shalah wa al Aslah yakni paham

Lutf atau rahmat Tuhan. Tuhan wajib mencurahkan lutf bagi manusia, misalnya

mengirim Nabi dan Rasul untuk membawa petunjuk bagi manusia.12 

Keadilan Tuhan menuntut kebebasan bagi manusia karena tidak ada artinya

syari’ah dan pengutusan para Nabi dan Rasul kepada yang tidak mempunyai

kebebasan. Karena itu dalam pandangan Mu’tazilah, manusia bebas menentukan

 perbuatannya.

 Al-Adl  masih ada hubungannya dengan tauhid, dengan Al-Adl, Mu’tazilah

ingin mensucikan perbuatan Tuhan dari persamaan dengan perbuatan makhluk,

karena Tuhan Maha Sempurna maka Tuhan pasti Adil. Ajaran ini ingin bertujuan

untuk menempatkan Tuhan benar-benar Adil menurut sudut pandang manusia. Dan

mereka yakin bahwa Allah itu Maha Adil, maka dia tidak akan menindas makhluk-

makhluk-Nya. Prinsip seperti ini pada dasarnya memang disepakati oleh umat Islam,

tak ada satupun di antara mereka yang menentang dan mempersoalkan keadilan Ilahidalam tataran substansi. Kalaupun terjadi perbedaan dan perselisihan, ini biasanya

terjadi hanya karena masalah tasiran saja.

  Namun bagi Mu’tazilah, mereka percaya bahwa pada hakikatnya ada

tindakan atau perbuatan-perbuatan yang pada dasarnya adalah ‘adil’ dan sebaliknya,

ada juga tindakan dan perbuatan-perbuatan yang pada dasarnya ‘tidak adil’. Sebagai

contoh, kalau Allah memberikan pahala pada orang yang taat dan yang berbuat baik 

serta memberikan hukuman kepada para pendosa, maka tindakan Allah disebut adil,dan Allah memang Maha Adil. Dia (Allah) memberikan penghargaan terhadap yang

taat dan menghukum terhadap yang bersalah, dan mustahil Allah akan melakukan hal

yang sebaliknya.

Demikian juga dengan contoh yang lain, misalnya kehendak bebas. Tidak 

mungkin Allah menciptakan makluk yang tidak mempunyai kehendak bebas, lalu

kemudian menciptakan perbuatan dosa dengan tangan makhluk itu dan setelah itu

12 Harun Nasution, Teologi…, op cit., h. 55.

20

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 21/37

menghukumnya. Itu adalah perbuatan tidak adil, Allah tidak mungkin dan tidak 

 pantas untuk melakukan tindakan yang seperti itu.

Selanjutnya, apakah dalam persoalan keimanan seseorang bisa atau mampu

merubah pemikirannya sendiri dari tadinya seorang kafir menjadi muslim? Atau

sebaliknya apakah seseorang bisa atau mampu merubah pemikiranannya sendiri dari

tadinya seorang preman kemudian berubah menjadi ustadz? Jawaban-nya jelas dan

 pasti bisa. Karena jika seseorang tidak mampu untuk melakukan hal tersebut, maka

tidak adil kalau Allah menghukum orang atas perbuatan jahatnya sementara orang itu

sendiri tidak mempunyai kemampuan untuk merubah situasinya. Dan berdasarkan

kepada prinsip ini, mereka juga disebut “ Al’Adliyah”, yaitu orang-orang yang

menganut pendapat tentang keadilan.13

Yang mereka maksud dengan keadilan adalah keyakinan bahwasanya

kebaikan itu datang dari Allah, sedangkan. Dalilnya kejelekan datang dari makhluk 

dan di luar kehendak (masyi’ah) Allah adalah firman Allah :

“Dan Allah tidak suka terhadap kerusakan.” (Al-Baqarah: 205).

“Dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya.” (Az-Zumar: 7).

Menurut mereka kesukaan dan keinginan merupakan kesatuan yang tidak bisa

dipisahkan. Sehingga mustahil bila Allah tidak suka terhadap kejelekan, kemudianmenghendaki atau menginginkan untuk terjadi (mentaqdirkannya) oleh karena itu

mereka menamakan diri mereka dengan nama Ahlul ‘Adl atau Al-‘Adliyyah.

Bantahannya :

As-Syaikh Yahya bin Abil-Khair Al-‘imrani berkata : kita tidak sepakat

 bahwa kesukaan dan keinginan itu satu, dasarnya adalah dalam Al-Qur’an Allah

 berfirman : “Maka sesungguhnya Allah tidak menyukai Orang-orang kafir”.

Padahal kita semua tahu Allah-lah yang menginginkan adanya orang kafir tersebut dan Dia-lah yang menciptakan mereka. Terlebih lagi Allah telah menyatakan

 bahwasanya apa yang dikehendaki dan dikerjakan hamba tidak lepas dari kehendak 

dan ciptaan-Nya, Allah berfirman : “Dan kalian tidak akan mampu menghendaki

(jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah”. (Al-Ihsan : 30). “Padahal Allah-lah yang

meciptakan kalian dan yang kalian perbuat”. (Ash-Shaafaat : 96).

13http://istanailmu.com/2011/02/12/aliran-mu%E2%80%99tazilah-asal-usul-dan-al-ushul-al-khamsah/html

21

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 22/37

Dari sini kita tahu bahwa ternyata istilah keadilan itu mereka jadikan sebagai

 bagian dari takdir Allah, kedok untuk mengingkari kehendak Allah. Atas dasar inilah

mereka lebih pantas dikatakan Qadariyyah, Majusyiah, dan orang-orang yang zalim.

3. Al Wa’d wa al Wa’id (Janji dan Ancaman)

Ajaran ini berisi tentang janji dan ancaman. Tuhan yang Maha adil tidak 

akan melanggar janjinya dan perbuatan Tuhan terikat dan di batasi oleh janjinya

sendiri. Ini sesuai dengan prinsip keadilan.

Ajaran ketiga ini tidak memberi peluang bagi Tuhan selain menunaikan

 janjinya yaitu memberi pahala orang yang ta’at dan menyiksa orang yang berbuat

maksiat, ajaran ini tampaknya bertujuan mendorong manusia berbuat baik dan tidak 

melakukan perbuatan dosa.14

Ajaran ini merupakan kelanjutan dari keadilan Tuhan, Tuhan tidak disebut

adil jika ia tidak memberi pahala kepada orang yang berbuat baik dan menghukum

orang yang berbuat buruk, karena itulah yang dijanjikan oleh Tuhan. QS. Al Zalzalah

ayat 7-8.

Terjemahnya: “Barang siapa yang berbuat kebajikan seberat biji zarrah, niscaya

dia akan lihat balasannya, (7) dan barang siapa yang berbuat keburukan seberat 

biji zarrah, niscaya dia akan melihat balasannya pula.(8).”

Kaum Mu’tazilah meyakini bahwa jika seseorang masuk neraka, seharusnya

tidak akan menuju kesana dengan alasan sifat Rahman Tuhan atau dengan alasan

adanya campur tangan Tuhan. Sedang kalangan Mu’tazilah meyakini bahwa dosa

dapat diampuni oleh tuhan, bahkan ketika seseorang telah berada di dalam neraka

sekalipun, atau keyakinan mereka yang menyatakan bahwa orang mukmin dapat

dikeluarkan dari neraka ketika dosa-dosa mereka telah habis oleh siksaan neraka.Mu’tazilah menolak pandangan bahwa di dalam surga seseorang akan melihat

Tuhan, dengan alasan bahwa setiap bentuk penglihatan terhadap Tuhan akan

menempatkan tuhan pada dimensi ruangan. Nabi Muhammad diriwayatkan pernah

 bersabda bahwa penghuni syurga akan menyaksikan Tuhan. Ketika ditanya perihal

  bagaimana melihat Tuhan, nabi menjawab: “sebagaimana orang melihat bulan

14 Abu Mansur Al-Maturidi, At-tauhid , tahqiq oleh Fathullah Khalif, Maktabah Al-islamiyah Muhammad Ozdoneir,Istambul,1979. H..326, 334

22

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 23/37

  purnama”, maksudnya adalah dengan melalui “refleksi” (Pancaran, secara tidak 

langsung) sebagaimana bulan memancarkan cahaya matahari.15

Tuhan yang Maha Adil dan Bijaksana, tidak akan melanggar janjinya. Kaum

Mu’tazilah yakin bahwa janji dan ancaman itu pasti terjadi, yaitu janji Tuhan yang

 berupa pahala (surga) bagi orang yang berbuat baik, dan ancamannya yang berupa

siksa (neraka) bagi orang yang berbuat durhaka. Begitu pula janji Tuhan untuk 

memberi pengampunan bagi orang yang bertaubat.

Yang mereka maksud dengan landasan ini adalah bahwa wajib bagi Allah

untuk memenuhi janji-Nya (al-wa’d ) bagi pelaku kebaikan agar dimasukkan ke

dalam Al-Jannah, dan melaksanakan ancaman-Nya (al-wa’id ) bagi pelaku dosa besar 

(walaupun di bawah syirik) agar dimasukkan ke dalam An-Naar, kekal abadi di

dalamnya, akan tetapi siksa yang diterimanya lebih ringan daripada siksa orang yang

kafir. Tidak boleh bagi Allah untuk menyelisihkan hal ini. Dan inilah yang mereka

sebut dengan janji dan ancaman itu. Sehingga mereka sering disebut dengan

Wa’idiyyah.16

Bantahannya:

1) Seseorang yang beramal shalih (sekecil apapun) akan mendapatkan pahalanya

(seperti yang dijanjikan Allah) sebagai karunia dan nikmat dari-Nya. Dantidaklah pantas bagi makhluk untuk mewajibkan yang demikian itu, karena

termasuk pelecehan terhadap Rububiyyah-Nya dan sebagai bentuk keraguan

kepada Allah terhadap Firman-Nya : “Sesungguhnya Allah tidak menyelisihi

  janji-Nya”. (Ali-Imran: 9) Bahkan Allah mewajibkan bagi diri-Nya sendiri

sebagai keutamaan untuk para hamba-Nya. Adapun orang-orang yang

mendapatkan ancaman dari Allah karena dosa besarnya (di bawah syirik) dan

meninggal dunia dalam keadaan seperti itu, maka sesuai dengan kehendak Allah.Dia Maha berhak untuk melaksanakan ancaman-Nya dan Maha berhak pula

untuk tidak melaksanakannya, karena Dia telah mensifati diri-Nya dengan Maha

Pemaaf, Maha Pemurah, Maha Pengampun, Maha Pengasih Lagi Maha

Penyayang. Terlebih lagi Dia telah menyatakan : “Sesungguhnya Allah tidak 

15 Shorter Encyclopedia of Islam, hlm.292.

16http://istanailmu.com/2011/02/12/aliran-mu%E2%80%99tazilah-asal-usul-dan-al-ushul-al-khamsah/html

23

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 24/37

akan mengampuni dosa syirik (bila pelakunya meninggal dunia belum bertaubat

darinya) dan mengampuni dosa yang di bawah (syirik) itu, bagi siapa yang

dikehendaki-Nya.” (An-Nisa: 48).

2) Adapun pernyataan mereka bahwa pelaku dosa besar (di bawah syirik) kekal

abadi di An-Naar, maka sangat bertentangan dengan firman Allah dalam Surat

An-Nisa ayat 48 di atas, dan juga bertentangan dengan sabda Rasulullah SAW

yang artinya: “Telah datang Jibril kepadaku dengan suatu kabar gembira,

 bahwasanya siapa saja dari umatku yang meninggal dunia dalam keadaan tidak 

syirik kepada Allah niscaya akan masuk ke dalam al-jannah.” Aku (Abu Dzar)

  berkata: “Walaupun berzina dan mencuri?” Beliau menjawab: “ Walaupun

 berzina dan mencuri “ ( HR. Al-Bukhori Dan muslim dari sahabat Abu Dzar Al-

Ghiffari ) namun meskipun mungkin mereka harus masuk neraka terlebih dahulu.

4. Manzilah Baina Manzilatain (Posisi di antara dua tempat )

Seperti yang telah terdahulu, asas ini merupakan ide Washil bin ‘Atha’ ketika

menanggapi masalah pelaku dosa besar, dengan menyatakan bahwa pelaku dosa

 besar tidak mukmin dan tidak juga kafir melainkan fasik. Konsep iman, kafir dan

fasik Washil ini dijelaskan oleh Abu Zahrah melalui kutipan dari al-Syahrastanidalam al-Milal wa al-Nihal bahwa Iman menurut Washil adalah sekumpulan

kebaikan, jika seseorang melakukannya maka dia berhak disebut Mukmin, dan ini

adalah sebuah pujian. Sedangkan pada diri orang fasik sekumpulan kebaikan itu

tidak sempurna, sehingga dia tidak berhak mendapat pujian, sehingga tidak disebut

Mukmin, akan tetapi dia tidak juga Kafir, karena syahadah dan serangkaian

kebaikan-kebaikan masih ada pada dirinya, dan itu tidak bisa diingkari. Namun jika

dia meninggal dalam kondisi belum bertaubat atas dosa besar yang dilakukannya,maka dia kekal di neraka, sebab di akhirat hanya ada dua golongan: golongan yang

masuk sorga, dan golongan yang masuk neraka, hanya saja si pelaku dosa besar tadi

mendapat keringanan azab di neraka (berada di neraka yang paling ringan azabnya).

Dan Mu’tazilah memandang orang fasik pelaku dosa besar semasa hidupnya tetap

 bisa disebut Muslim, tanpa bermaksud untuk memuliakan dan memujinya, karena

mereka masih dianggap Ahlul Qiblah, dan masih bberpeluang bertaubat, paling

kurang untuk membedakannya dengan orang Dzimmi. Ali Mushtafa al-Gharabi

24

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 25/37

memparkan bahwa iman dalam pandangan Mu’tazilah memiliki tiga rukun: qaul,

ma’rifah, dan ‘amal. Qaul (ucapan) harus benar-benar bisa menjelaskan apa yang ada

di hati, dan tidak mungkin bisa membedakan antara mukmin dan yang tidak mukmin

kecuali dengan ucapan lisan. Dan Ma’rifah (pengetahuan) mereka anggap sebagai

  bagian dari iman, sehingga mereka menolak taklid dalam beriman, hal ini

menyebabkan mereka sangat memperhatikan bahasan-bahasan logika. Sedangkan

‘Amal (amal perbuatan) juga menjadi rukun penting bagi keimanan dalam konsep

Mu’tazilah, hanya saja meninggalkan amal tidak menjadikan seseorang kafir secara

mutlak, melainkan akan menjadikannya fasik, karena pada dirinya terdapat dua

  bagian iman lainnya, yaitu qaul dan ma’rifah. Inilah sebenarnya dasar pendapat

mereka tentang al-Manzilah baina al-Manzilatain.

Jadi bagi Mu’tazilah patokan iman seseorang adalah tiga hal di atas (qaul,

ma’rifah, dan ‘amal), jika ketiga hal itu tidak ada pada diri seseorang baru bisa

dikatakan seseorang itu kafir, sedangkan jika pada diri seseorang hanya terdapat

sebagiannya saja, maka dia disebut fasik, tidak kafir.

Pokok ajaran ini adalah orang Islam yang melakukan dosa besar (ma’siat )

selain syirik dan belum bertaubat dia tidak dikatakan mu’min dan tidak pula

dikatakan kafir, tetapi fasik. Hal ini karena keimanan menuntut adanya kepatuhankepada Tuhan dan tidak cukup hanya pengakuan dan pembenaran saja.

Di dalam dunia ini, orang yang melakukan dosa besar itu bukanlah mukmin

dan bukan pula kafir, tetapi  fasiq, tidak boleh disebut mukmin, walaupun dalam

dirinya ada iman kerana pengakuan dan ucapan dua kalimah syahadahnya, dan tidak 

  pula disebut kufur, walaupun ‘amal perbuatan dianggap dosa, kerana ia tidak 

mempengaruhi imannya. Sementara di akhirat kelak orang yang melakukan dosa

 besar itu tidak akan dimasukkan ke dalam syurga dan tidak pula dimasukkan kedalam neraka yang dahsyat, seperti orang kafir, tetapi dimasukkan ke dalam neraka

yang paling ringan.

Dalam konteks ini, timbul sebuah pertanyaan, “Siapakah yang disebut kafir 

oleh aliran Mu’tazilah?” Menurut mayoritas kaum Mu’tazilah, orang yang tidak 

 patuh terhadap yang wajib dan yang sunat disebut pelaku maksiat . Mereka membagi

maksiat kepada 2 (dua) bagian, yaitu maksiat besar dan maksiat kecil. Maksiat besar 

25

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 26/37

ini dinamakan kufur . Adapun yang membawa seseorang pada kekufuran ada 3 (tiga)

macam, yakni:

1) Seseorang yang menyamakan Allah dengan makhluk.

2) Seseorang yang menganggap Allah tidak adil atau zalim.

3) Seseorang yang menolak eksistensi Nabi Muhammad yang menurut nas telah

disepakati kaum muslimin.

Inilah ajaran yang mula-mula menyebabkan lahirnya mazhab mu’tazilah.

Ajaran ini terkenal dengan status orang mukmin yang melakukan dosa besar, seperti

dalam sejarah, khawarij menganggap orang tersebut kafir bahkan musyrik,

sedangkan murji’ah berpendapat bahwa orang itu tetap mukmin dan dosanya

sepenuhnya di serahkan kepada Tuhan. Menurut pandangan mu’tazilah orang islam

yang mengerjakan dosa besar yang sampai matinya belum taubat orang itu di

hukumkan tidak kafir dan tidak pula mukmin, tetapi diantara keduanya. Mereka itu

dinamakan ornag fasiq, jadi mereka di tempatkan di suatu tempat diantara

keduanya.17

Posisi menengah atau fasik dalam ajaran Mu’tazilah di tempati oleh orang-

orang Islam yang berbuat dosa besar. Pembuat dosa besar bukan kafir karena masih

 percaya kepada Tuhan dan Nabi Muhammad saw, tetapi tidak juga dapat dikatakanmukmin karena imannya tidak lagi sempurna, maka inilah sebenarnya keadilan

(menempatkan sesuatu pada tempatnya), akan tetapi di akhirat hanya ada syurga dan

neraka, maka tempat bagi orang-orang yang berbuat dosa adalah di neraka, hanya

saja tidak sama dengan orang-orang kafir sebab Tuhan tidak adil jika siksaannya

sama dengan orang kafir. Jadi lebih ringan dari orang kafir.18 

Yang mereka maksud adalah, bahwasanya keimanan itu satu dan tidak 

 bertingkat-tingkat, sehingga ketika seseorang melakukan dosa besar (walaupun di  bawah syirik) maka telah keluar dari keimanan, namun tidak kafir (di dunia).

Sehingga ia berada pada suatu keadaan di antara dua keadaan (antara keimanan dan

kekafiran).

Bantahannya :

17 Thahir Taib, Abd.Mu’in, Ilmu Kalam, Penerbit Widjaya, Jakarta,1986.Hal.103

18 Harun Nasution, Teologi…, op cit., h. 56-57.

26

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 27/37

1) Bahwasanya keimanan itu bertingkat-tingkat, bertambah dengan ketaatan dan

 berkurang dengan kemaksiatan, sebagaimana firman Allah : “Dan jika dibacakan

ayat-ayat-Nya Kepada mereka, maka bertambahlah keimanan mereka”. (Al-

Anfal :2). Dan juga firman-Nya : “Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di

antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: ‘Siapakah di antara

kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?’ Adapun orang-

orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa

gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka

dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang

telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir”. ( At-Taubah : 124-125 ).

Dan dalam Firman-Nya yang lain juga: “(Yaitu) orang-orang (yang menaati

Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan:

‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu,

karena itu takutlah kepada mereka’, maka perkataan itu menambah keimanan

mereka dan mereka menjawab: ‘Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan

Allah adalah sebaik-baik Pelindung’.” (Ali ‘Imran: 173).

2) Atas dasar ini, pelaku dosa besar (di bawah syirik) tidaklah bisa dikeluarkan dari

keimanan secara mutlak. Bahkan ia masih sebagai mukmin namun kurang iman,karena Allah masih menyebut dua golongan yang saling bertempur (padahal ini

termasuk dosa besar) dengan sebutan orang-orang yang beriman, sebagaimana

dalam firman-Nya: “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang yang beriman

saling bertempur, maka damaikanlah antara keduanya.” (Al-Hujurat: 9)

 

5. Amar Ma’ruf, Nahi Munkar. (Memerintahkan Kebaikan dan Melarang

Keburukan )Prinsip ini merupakan prinsip yang diakui dan menjadi kewajiban seluruh

umat Islam, karena perintahnya jelas di dalam al-Qur’an dan Hadits. Dan yang ingin

diwujudkan dengan adanya prinsip ini adalah untuk mewujudkan secara praktis

  prinsip-prinsip keadilan dan kebebasan dalam tingkah laku sosial. Ajaran dasar 

tentang amar ma’ruf nahi munkar sebenarnya sangat erat kaitannya dengan usaha

 pembinaan akhlak, karena hal itu berarti mendidik orang untuk berbuat baik dan

melarang berbuat jahat. Ajaran ini dapat pula menjadi bukti bahwa Mu’tazilah amat

27

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 28/37

menekankan pentingnya pendidikan akhlak, sebagai bukti konsep Iman dalam

  pandangan Mu’tazilah tidak cukup hanya dengan tashdiq (pembenaran) di hati,

melainkan harus diikuti dengan amalan, dan iman bertambah dengan ketaatan dan

 berkurang dengan melakukan maksiat.

Kaum Mu’tazilah sepakat mengatakan bahwa akal manusia sanggup

membedakan yang baik dan yang buruk, sebab sifat-sifat dari yang baik dan yang

 buruk itu dapat dikenal. Dan manusia berkewajiban memilih yang baik dan menjauhi

yang buruk. Untuk itu, tak perlulah Tuhan mengutus Rasul-Nya. Apabila seseorang

tidak mau berusaha untuk mengetahui yang baik dan yang buruk itu, ia akan

mendapat siksaan dari Tuhan. Begitu pula apabila ia tahu akan yang baik tetapi tidak 

diikutinya, atau ia tahu mana yang buruk tetapi tidak dihindarinya. Adapun mengutus

Rasul, itu adalah merupakan pertolongan tambahan dari Tuhan, “agar orang-orang 

  yang binasa itu, binasanya adalah dengan alasan, dan orang yang hidup itu,

hidupnya adalah dengan alasan pula”.

Selain itu, mereka juga berprinsip bahwa diwajibkan melakukan

 pemberontakan terhadap pemerintah (muslim) apabila mereka telah berlaku dzalim

dan sewenang-wenang dalam berkuasa.

Ajaran ini menekankan keberpihakan kepada kebenaran dan kebaikan. Inimerupakan konsekuensi logis dari keimananan seseorang. Pengakuan keimanan

harus dibuktikan dengan perbuatan baik, diantaranya dengan menyuruh orang

  berbuat baik dan mencegahnya dari kejahatan. Menurut Abd Al-Jabbar ada

 beberapa syarat beramar m’ruf dan nahi munkar, antara lain:

1) Mengetahui perbuatan yang di suruh itu memamg ma’ruf dan yang di larang

adalah munkar 

2) Ia mengetahui bahwa kemunkaran telah nyata dilakukan orang3) Ia mengetahui bahwa amar ma’ruf dan nahi munkar tidak akan membawa

madhorot yang lebih besar 

4) Ia mengetahui atau paling tidak menduga bahwa tindakannya tidak akan

membahayakan dirinya dan haratanya.

Perbedaan mazhab mu’tazilah dengan mazhab lain mengenai ajaran kelima

ini terletak pada tata pelaksanaanya. Menurut mu’tazilah jika memang diperlukan

kekerasan dapat ditempuh untuk mewujudkan ajaran tersebut.

28

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 29/37

Perintah berbuat baik dan mencegah kemungkaran adalah suatu kebajikan

 bagi semua umat Islam. Seruan amar ma’ruf nahi munkar bisa dilakukan dengan hati,

tetapi jika memungkinkan dapat dilakukan dengan seruan bahkan dengan tangan dan

 pedang. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi yang artinya : “Barang siapa yang melihat 

kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangan, jika tidak mampu, maka

dengan lisannya, dan jika tidak mampu maka dengan hati, itulah serendah-

rendahnya iman”.

Sejarah pemikiran Islam menunjukkan betapa giatnya orang-orang

Mu’tazilah mempertahankan Islam terhadap kesesatan yang tersebar luas pada

 permulaan masa ‘Abbasia yang hendak menghancurkan kebenaran-kebenaran Islam,

 bahkan mereka tidak segan-segan menggunakan kekerasan dalam melakukan prinsip

tersebut.

Di antara kandungan landasan ini adalah wajibnya memberontak terhadap

 pemerintah (muslim) yang zalim.

Bantahannya :

Memberontak terhadap pemerintah muslim yang zalim merupakan prinsip

sesat yang bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Sebagaimana Allah

 berfirman:“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil 

amri (pimpinan) di antara kalian.” (An-Nisa: 59)

Rasulullah bersabda: “Akan datang setelahku para pemimpin yang tidak 

mengikuti petunjukku dan tidak menjalankan sunnahku, dan sungguh akan ada di

antara mereka yang berhati setan namun bertubuh manusia.” (Hudzaifah berkata):

“Wahai Rasulullah, apa yang kuperbuat jika aku mendapati mereka?” Beliau

menjawab: “Hendaknya engkau jangan mendengar (perintahnya) dan menaatinya,walaupun punggungmu dicambuk dan hartamu diambil.” (HR. Muslim, dari shahabat

Hudzaifah bin Al-Yaman). 19

Kelima prinsip tersebut di atas merupakan standar bagi kemu’tazilahan

seseorang, dengan artian seseorang baru dikatakan Mu’tazilah jika dia menganut dan

mengakui kelima hal tersebut, namun jika dia tidak mengakui salah satunya atau

19 http://wiki.myquran.org/index.php/Mu’taziliyah

29

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 30/37

menambahkan padanya satu hal saja, maka orang ini tidak pantas menyandang nama

Mu’tazilah.

Dari pemaparan tentang pemikiran Mu’tazilah di atas, terlihat bahwa akal

adalah satu-satunya sandaran pemikiran mereka. Oleh karena itu, terkenallah bahwa

mu’tazilah adalah pengusung teologi rasionalitas. Teologi rasionaltas yang di usung

kaum mu’tazilah tersebut bercirikan:

1) Kedudukan akal tinggi di dalamnya, sehingga mereka tidak mau tunduk 

kepada arti harfiah dari teks wahyu yang tidak sejalan dengan pemikiran filosofis

dan ilmiah. Mereka tinggalkan arti harfiah teks dan ambil arti majazinya, dengan

lain kata mereka tinggalkan arti tersurat dari nash wahyu dan mengambil arti

tersiratnya. Mereka dikenal banyak memakai ta’wil dalam memahami wahyu.

2) Akal menunjukkan kekuatan manusia, maka akal yang kuat menggambarkan

manusia yang kuat, yaitu manusia dewasa. Manusia dewasa, berlainan dengan

anak kecil, mampu berdiri sendiri, mempunyai kebebasan dalam kemauan serta

 perbuatan, dan mampu berfikir secara mendalam. Karena itu aliran ini menganut

faham qadariah, yang di Barat dikenal dengan istilah  free-will and free-act , yang

membawa kepada konsep manusia yang penuh dinamika, baik dalam perbuatan

maupun pemikiran3) Pemikiran filosofis mereka membawa kepada penekanan konsep Tuhan Yang

Maha Adil. Maka keadilan Tuhanlah yang menjadi titik tolak pemikiran teologi

mereka. Keadilan Tuhan membawa mereka selanjutnya kepada keyakinan adanya

hukum alam ciptaan Tuhan, dalam al-Qur’an disebut Sunnatullah, yang mengatur 

  perjalanan apa yang ada di alam ini. Alam ini berjalan menurut peraturan

tertentu, dan peraturan itu perlu dicari untuk kepentingan hidup manusia di dunia

ini.20

C. Tokoh-Tokoh Aliran Muktazilah

Tokoh-tokoh aliran mu’tazilah banyak jumlahnya dan masing-masing

mempunyai pikiran dan ajaran-ajaran sendiri yang berbeda-beda dengan tokoh-tokoh

sebelumnya atau tokoh-tokoh pada masanya, sehingga masing-masing tokoh

20 http://istanailmu.com/2011/02/12/aliran-mu%E2%80%99tazilah-asal-usul-dan-al-ushul-al-khamsah/html

30

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 31/37

mempunyai aliran sendiri-sendiri. Dari segi geografis, aliran muktazilah dibagi

menjadi dua, yaitu aliran mu’tailah basrah dan aliran mu’tazilah baghdad. Aliran

 basrah lebih dahulu munculnya, lebih banyak mempunyai kepribadian sendiri dan

yang pertama-tama mendirikan aliran mu’tazilah.

Perbedaan antara kedua aliran muktazilah tersebut pada umumnya

disebabkan karena situasi geografis dan kulturil. Kota basrah lebih dahulu didirikan

dari pada kota Baghdad dan lebih dahulu mengenal peraduan aneka ragam

kebudayaan dan agama. Dalam pada itu, meskipun Baghdad kota terbelakang

didirikan, namun oleh khalifah Abbasiyah dijadikan menjadi ibu kota khalifah.

Tokoh-tokoh aliran basrah antara lain:

1. Washil bin Atha’ Al-Makhzumi Al-Ghozzal (80-131 H/699-748 M)

 Nama lengkapnya wasil bin ‘ata al ghazal.ia terkenal sebagai pendiri aliran

mu’tazilah dan menjadi pimpinan/kepala yang pertama. Ia pula yang terkenal sebagai

orang yang meletakkan lima prinsip aliran muktazilah.

2. Abdul Huzail Muhammad bin al Huzail al ‘Allaf (135-226H/752-840 M)

  Nama lengkapnya adalah abdul huzail Muhammad bin alhuzail al-allaf 

sebutan al-allaf diperolehnya karena rumahnya terletak dikampung penjual makanan

 binatang. Ia guru pada usman at-tawil, murid wasil. Puncak kebesarannya dicapainya  pada masa al ma’mun, karena khalifah ini pernah manjadi muridnya dalam

 perdebatan mengenai soal agama dan aliran pada masa-masanya. Hidupnya penuh

dengan perdebatan dengan orang zindiq (orang pura-pura islam), skeptis, majusi,

zoroaster dan menurut riwayat ada 3000 orang yang masuk islam ditanganya.

3. Ibrahim bin Sayyar bin Hani an Nazzaham (wafat 231 H/845 M)

 Nama lengkapnya adalah ibrahim bin sayyar bin hani an-nazzham, tokoh

mu’tazilah yang terkemuka, lancer berbicara, banyak mendalami filsafat dan banyak  pula karyanya. Ketika ia kecil ia banyak bergaul engan orang-orang bukan islam, dan

sesudah dewasa ia banyak berhubungan dengan filoso-filosof yang hidup pada

masanya, serta banyakmengambil pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh

mereka.

4. Al- Jubbai (wafat 303 H/915 M)

  Nama lengkapnya adalah abu ali Muhammad bin ali al-jubbai,tokoh

mu’tazilah basrah dan murid dari as-syahham (wafat 267 H/ 885 M), tokoh

31

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 32/37

mu’tazilah juga. Al-jubbai dan anaknya, yaitu abu hasyim al-jubbai, mencerminkan

akhir masa kejayaan aliram mu’tazilah.21 

Tokoh-tokoh aliran Baghdad antara lain:22 

1. Bisjr bin Al-Muktamir (wafat 226H/840 M)

Ia adalah pendiri aliran muktazilah di baghdad. Pandangan-pandangannya

mengenai kesusasteraan, sebagaimana yang banyak dikutip oleh al-jahi dalam

 bukunya al bayan wat-tabyin, menimbulkan dugaan bahwa ia adalah orang yang

 pertama-tama mengadakan ilmu baghdad.23 

2. Al-Khayyat ( wafat 300H/912 M)

Ia adalah abu al-husein al khayyat, termasuk tokoh mu’tazilah Baghdad, dan

 pengarang buku “al-intisar” yang dimaksudkan untuk membela aliran mu’tazilah dari

serangan abnu ar rawandi. Ia hidup pada masa kemunduran aliran mu’tazilah

3. Al-Qadhi Abdul Jabbar (wafat 1024 M)

Ia juga hidup pada masa kemunduran mu’tazilah. Ia diangkat menjadi kepala

hakim (qadhi al-qudhat) oleh ibnu abad. Diantara karangan-karangannya adalah

alasan tentang pokok ajaran aliran mu’tazilah. terdiri dari beberapa jilid, dan banyak 

dikutip oleh as-syarif al murtadha, dan buku karanganya yang lain adalah  bukunya

 Al-Ushulul-Khomsah dan al-Mughni fi Abwab al-Tawhid wa al-A’dl .24

4. Az-Zamaihsyari (467-538 H/1075-1144 M)

 Nama lengkapnya adalah jar allah abul qasim muhammad bin umar kelahiran

zamachsyar, sebuah dusun di negeri chawarazm (sebelah selatan lautan Qaswen).

Iran. Sebutan “jarullah” yang berarti tetangga Allah, dipakainya karena ia lama

tinggal dimakkahsan bertempat di sebuah rumah dekat ka’ba.selama hidupnya ia

 banyak mengaakan perjalanan, dari negeri kelahirannya menuju Baghdad, kemudian

ke makkah untuk bertempat disana beberapa tahun lamanya dan akhirnya ke jurjan persi-iran) dan disana ia menghembuskan nafasya yang penghabisan.

Pada diri az-zamachsyari terkumpul karya aliran muktazilah selama kurang

lebih empat abad. Ia menjadi tokoh dalam ilmu tafsir, nahwu (grammatika) dan

21 Al mU’tazilah : 149

22 A. Hanafi M.A, Pengantar Teologi Islam, 2003, Hal. 82-83

23 Dhuhal islam III : 141

24 Dhuhal islam III : 44

32

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 33/37

 pramasastra (lexicology), seperti yang dapat kita lihat balam tafsirnya “al-kassaf”,

dan kitab-kitab lainnya seperti “al-faiq”. “asasul balaghah” dan “al-mufassal”.

D. Pengaruh dan Analisis Aliran Mu’tazilah

Sejak Islam tersebar luas, banyaklah bangsa-bangsa yang memeluk islam.

Tetapi tidak semua pemeluk yang baru masuk Islam itu dengan ikhlas.

Ketidakikhlasan itu semakin tampak sejak khalifah Mu’awiyah. Mereka itu

sebenarnya musuh Islam dalam selimut. Diantara musuh-musuh itu ialah golongan

Syi’ah ekstrim ( Ashabul Qulat ) yang banyak mempunyai unsur kepercayaan yang

menyimpang jauh dari ajaran Islam. Dalam keadaan dan situasi seperti ini muncullah

firqoh Mu’tazilah yang segera berkembang pesat dan mempunyai sistem berfikir 

yang lebih menonjolkan akal fikiran. Karena itu mereka dinamakan  Rasionalisme

 Islam.

Mu’tazilah ini ternyata banyak terpengaruh oleh unsur-unsur dari luar. Antara

lain dari kalangan orang Yahudi, sehingga mereka berpendapat bahwa Al Qur’an itu

Hadits. Pengaruh yang sama dari orang-orang Kristen. Orang-orang Mu’tazilah giat

mempelajari filsafat Yunani untuk mempertahankan pendapat-pendapatnya, terutama

filsafat Plato dan Aristoteles. Ilmu logika sangat menarik perhatiannya, karenamenunjang berfikir logis. Memang Mu’tazilah lebih mengutamakan akal fikiran, dan

sesudah itu baru Al Qur’an dan Hadits. Hal ini berbeda dengan golongan Ahlus

Sunnah, yang mendahulukan Al Qur’an dan Hadits, kemudian baru akal fikiran.

Pemikiran keagamaan Mu’tazilah yang demikian itu ditolak oleh faham

Sunni. Penafsiran Al Qur’an tidak boleh sama sekali menonjolkan akal fikiran.

Sesuai dengan Hadits Nabi, yaitu: “barang siapa menafsirkan Al Qur’an dengan

 pendapat akal fikiran saja, maka hendaklah menyiakan dirinya dalam neraka” (HR Turmudzi dan Nasa’i).25 

Jasa kaum Mu’tazilah terhadap filsafat Islam yang datang kemudian juga

 besar, karena aliran Mu’tazilah adalah orang-orang Islam yang pertama membuka

 pintu filsafat, menterjemahkan buku-bukunya serta meratakan jalan bagi orang-orang

yang datang kemudian. Adapun pengaruh Mu’tazilah terhadap filsafat dapat

dikemukakan sebagai berikut :

25 Drs. H. Sahilun A. Nasir, Pengantar Ilmu Kalam, Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada, 1991

33

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 34/37

1. Usaha pemaduan agama dan filsafat

Usaha pemaduan agama dengan filsafat dan mengambil jalan tengah

merupakan rintisan dan karya pikiran yang penting dari aliran Mu’tazilah, dan yang

diwariskan kepada orang-orang yang datang sesudahnya.

2. Penghargaan terhadap kemampuan akal

Karena orang-orang Mu’tazilah asyik mempelajari filsafat dan banyak pula

terpengaruh oleh pikiran-pikirannya, maka mereka percaya akan kekuatan dan

kesanggupan otak manusia untuk dapat mengetahui segala sesuatu dan

memperbandingkannya satu sama lain.

Mu’tazilah adalah merupakan gerakan keagamaan yang telah banyak 

membahas prinsip-prinsip keagamaan. Disamping itu juga membahas beberapa

 peristiwa politik dengan pembahasan yang bersifat keagamaan. Pendapat mereka

tentang politik ini menunjukkan corak kebebasan dan keberanian mereka dalam

 berpikir, menganalisa dan mengeritik. Mereka tidak segan-segan mengeritik sahabat

  Nabi dan Tabiin, memuji atau mencelanya, membenarkan atau menyalahkan.

Keberanian aliran Mu’tazilah mengemukakan pendapat dan tidak menyerang kepada

  penguasa menyebabkan pendapatnya berkembang meluas, bahkan Khalifah Al

Muktasim dan Al Watsik merupakan penyebar aliran ini.Orang-orang Mu’tazilah terpengaruh oleh pemakaian rasio atau akal yang

mempunyai kedudukan tinggi dalam kebudayaan Yunani klasik. Pemakaian dan

kepercayaan kepada rasio ini dibawa oleh Mu’tazilah ke dalam teologi Islam/Ilmu

Kalam, dengan demikian teologi mereka mengambil corak liberal , dalam arti bahwa

sungguhpun mereka banyak menggunakan rasio, tetapi tidak meninggalkan wahyu.

Teologi mereka yang bersifat rasionil itu begitu menarik bagi kaum

intelegensia yang terdapat pada lingkuingan pemerintahan kerajaan Islam Abbasiyahdipermulaan abad ke 9 Masehi. Sehingga Khalifah AL Makmun, putra dari Khalifah

Harun Al Rosyid di tahun 827 M menjadikan teologi Mu’tazilah sebagai madzhab

yang resmi dianut negara dan masyarakat.

Karena telah menjadi aliran resmi dari pemerintah, kaum Mu’tazilah mulai

  bersikap dalam menyiarkan ajaran-ajaran mereka secara paksa, terutama faham

mereka bahwa Al Qur’an bersifat mahluk dalam arti diciptakan dan bukan

 bersifatqadim

dalam arti kekal dan tidak diciptakan.

34

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 35/37

Ketika Al Mutawakkil menjadi khalifah (232 H-486M), beliau membatasi

  persengketaan tentang pecahnya kaum muslimin menjadi dua golongan, yaitu

golongan yang memuja akal pikiran dan menundukkan nash-nash agama kepada

ketentuannya (kaum Mu’tazilah) dan golongan lain yang masih berpegang teguh

kepada bunyi nash-nash Al Qur’an dan Hadits semata dan menganggap tiap yang

  baru itu bid’ah dan kafir, untuk mengembalikan kekuasaan golongan yang

mempercayai keaslian Al Qur’an. Sejak saat itu aliran Mu’tazilah mengalami

tekanan berat.

Pada waktu Mahmud Ghaznawi (361-421 H) seorang Sunni pengikut

madzhab Syafii berkuasa dan memasuki kota Rai (Iran) pada tahun 393 H, beratus-

ratus buku perpustakaan di kota itu dibakarnya. Sejak itulah aliran Mu’tazilah yang

dahulunya kuat berangsur-angsur menjadi lemah dan mengalami kemunduran, dan

kegiatan orang-orang Mu’tazilah baru hilangsama sekali setelah terjadi serangan

orang-orang Mongolia atas dunia Islam.26 

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Mu’tazilah adalah nama yang diberikan kepada peristiwa Washil bin ‘Atha

dengan gurunya yang meninggalkan pengajian karena tak sependapat dalam hal

 pelaku dosa besar. Sementara mereka sendiri menamakan Ahlu al Adl Wattauhid 

(Orang-orang yang berpegang pada prinisip Keadilan dan prinsip Tauhid). Aliran

Mu’tazilah dikenal sebagai aliran rasional dalam Islam karena memberi peran akal

lebih besar, sehingga dalam ajaran-ajarannya berbeda pendapat dengan golongan

Ahlussunnah Wal Jama’ah, seperti penolakan terhadap sifat-sifat Tuhan, pelaku dosa

26 Drs. H. M. Muhaimin, Ilmu Kalam, Sejarah dan Aliran-alirannya, IAIN Walisongo, 1999 hal 87-93

35

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 36/37

 besar bukan mukmin dan bukan kafir. Tuhan wajib menepati janji dan amanahNya,

dan al Qur’an adalah makhluk.

Mu’taziliyah memiliki 5 ajaran utama, yakni: (1)Tauhid, (2)Keadilan, (3)

Janji dan ancaman, (4) Posisi di antara 2 posisi, dan (5) Amar ma’ruf (tuntutan

 berbuat baik) dan nahi munkar (mencegah perbuatan yang tercela).

Dari segi geografis, aliran Mu’tazilah dibagi menjadi dua, yaitu aliran Mu”tazilah

Basrah dan aliran Mu’tazilah Baghdad. Aliran Basrah adalah yang pertama

mendirikan aliran Mu”tazilah. Tokoh-tokoh aliran Basrah antara lain : Wasil bin ‘Ata

al Ghazzal (80-131 H/699-748 M), Abdul Huzail Muhammad bin al Huzail al ‘Allaf 

(135-226 H/752-840 M), Ibrahim bin Sayyar bin Hani an Nazzaham (wafat 231

H/845 M), dan Al Jubbai (wafat 303 H/915 M). Sedangkan tokoh-tokoh aliran

Baghdad antara lain: Basyr bin al Mu’tamir (wafat 226 H/840 M) dan Al Khayat

(wafat 300 H/912 M). Kemudian pada masa-masa berikutnya lagi ialah Al Qadhi

Abdul Jabbar (wafat 1024 M di Ray) dan Az Zamachsyari (467-538 H/1075-1144

M).

B.  Saran

Dari lima ajaran yang diajarkan oleh aliran Mu’tazilah, sudah cukup menjadi

 bukti tentang kesesatan aliran tersebut dan sangat bertentangan dengan Al-qur’an danAs-sunnah. Oleh karena itu, untuk menghindari terjerumusnya kita ke dalam aliran-

aliran sesat yang sering bermunculan dari zaman ke zaman, hendaknyalah kita selalu

mendekatkan diri kepada Allah SWT dan berpegang teguh kepada Al-qur’an dan As-

sunnah.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Maturidi, Abu Mansur. 1979. At-tauhid , btahqiq oleh Fathullah Khalif, MaktabahAl-islamiyah Muhammad Ozdoneir,Istambul.

Hanafi, 2003. Pengantar Teologi Islam. Jakarta: PT. Pustaka al husna baru.

Ibrahim Madkour, 1995.   Fii al Falsafaf al Islamiyah Manhaj wa Tathbiquh,

diterjemahkan oleh Yudian Wahyudi Asmian dengan judul  Aliran dan Teori

 Filsafat Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

36

5/12/2018 MAKALAH LIMA LANDASAN POKOK MU TAZILAH, selamet - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-lima-landasan-pokok-mutazilah-selamet 37/37

Jabbar, Qodhi Abu Hasan Abdul.1965. Syarah Al-ushul Al-khomsah, Kairo: Maktab

Wahbah.

Mas’adi, Ghufron A. 1996. The Concise Encyclopaedia of Islam. Jakarta: PTGrafindo Persada.

Muhaimin, M. 1999. Ilmu Kalam, Sejarah dan Aliran-alirannya. IAIN Walisongo.

 Nasir, Sahilul A. 1996. Pengantar Ilmu Kalam. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

 Nasir, Sahilul A. 1994. Pengantar Ilmu Kalam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

  Nasution, Harun. , 1986.  Teologi Islam (Aliran- aliran Sejarah Analisa

 Perbandingan). Jakarta: UI Press.

Rosihon, Abdul Rozak Anwar. 2009. Ilmu Kalam, Bandung: CV.Pustaka Setia.

Thahir Taib, Abd.Mu’in. 1986. Ilmu Kalam. Jakarta: Penerbit Widjaya.

Zahrah, Imam Muhammad Abu. 1996.   Aliran Politik dan Aqidah Dalam Islam.

Jakarta: Logos Publishing House .

http://tinakh68.blogspot.com/2010/11/aliran-mutazilah.html

http://wiki.myquran.org/index.php/Mu%27taziliyah

http://istanailmu.com/2011/02/12/aliran-mu%E2%80%99tazilah-asal-usul-dan-al-ushul-al-khamsah/html

http://www.anakciremai.com/2009/04/makalah-ilmu-kalam-tentang-aliran.html

37