makalah koloid rifky
DESCRIPTION
Tugas kimiaTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bersinggungan dengan
sistem koloid sehingga sangat penting untuk dikaji. Sebagai contoh,
hampir semua bahan pangan mengandung partikel dengan ukuran
koloid, seperti protein, karbohidrat, dan lemak. Emulsi seperti susu juga
termasuk koloid. Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga
berupa koloid, misalnya krim, dan salep yang termasuk emulsi.
Dalam industry cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban
semuanya melibatkan sistem koloid. Semua bentuk seperti spray untuk
serangga, cat, hair spray, dan sebagainya adalah
juga koloid. Dalam bidang pertanian, tanah juga dapat digolongkan
sebagai koloid. Jadi system koloid sangat berguna bagi kehidupan
manusia.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian koloid ?
2. Apa jenis-jenis koloid ?
3. Bagaimana sifat-sifat koloid ?
4. Perbedaan koloid liofil dan liofob ?
5. Bagaimana pembuatan koloid ?
6. Bagaimana peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu koloid
2. Untuk mengetahui jenis-jenis koloid
3. Untuk mengetahui sifat-sifat koloid
4. Untuk mengetahui perbedaan Antara koloid liofil dan liofob
5. Untuk mengetahui bagaimana pembuatan koloid
6. Untuk menetahui peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua
zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase
terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain
(medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara
1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang,
lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid
adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat)
dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid
yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
1. Disperse koloid
Bila suatu zat dicampurkan dengan zat lain, maka akan terjadi
penyebaran secara merata dari suatu zat ke dalam zat lain yang
disebut dengan sistem dispersi.Tepung kanji bila dimasuk- kan ke
dalam air panas maka akan membentuk sistem dispersi, dengan air
sebagai medium pen-dispersi dan tepung kanji sebagai zat terdispersi.
Berdasarkan ukuran partikel hasil pendispersian dapat digolongkan
menjadi tiga macam sistem dispersi, yaitu: larutan sejati, sistem
koloid, dan suspensi.
a. Dispersi kasar (suspensi)
Dispersi kasar atau Suspensi merupakan campuran heterogen
antara fasa terdispersi dengan medium pendispersi. Fasa terdispersi
biasanya berupa padatan sedangkan medium pendispersinya berupa
zat cair. Fasa terdispersi dan medium pendispersinya dapat
dibedakan dengan jelas karena merupakan campuran yang
heterogen. Fasa terdispersinya memiliki ukuran partikel lebih besar
dari 10– 5 sehingga akan terlihat sebagai endapan. Contohnya :
campuran tepung dengan air.
b. Dispersi halus (larutan sejati/dispersi molekuler)
Larutan sejati adalah campuran antara fasa terdispersi dengan
medium pendispersi. Fasa terdispersi biasanya berupa padatan atau
cair, sedangkan medium pendispersinya berupa zat cair. Pada
larutan sejati fasa terdispersi larut sempurna kedalam medium
pendispersi sehingga terbentuk campuran yang homogen.
Contohnya larutan garam dalam air. Fasa terdispersi dan medium
pendispersinya tidak dapat dibedakan. Oleh karena ukuran partikel
fasa terdispersi antara 10– 7 – 10– 5 cm, maka fasa terdispersi dapat
larut dalam medium pendispersi.
c. Dispersi koloid
Dispersi koloida merupakan campuran antara system dispersi
kasar dan dispersi halus. Dalam system koloid antara fasa
terdispersi dan medium pendispersi tampak homogen. Namun
sesungguhnya, disperse koloid merupakan campuran yang
heterogen. Hal ini akan tampak dengan jelas saat dispersi koloid
diaamati menggunakan mikroskop ultra. Contoh dispersi koloid yaitu
campuran antara air dan tinta.
Secara garis besar, perbandingan antara Larutan, Koloid dan
Suspensi dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
N
oLarutan Koloid Suspensi
1Ukuran partikelnya <
1 nm
Ukuran partikelnya
antara 1 – 100 nm
Ukuran
partikelnya >
100 nm
2 Terdiri dari 1 fase Terdiri dari 2 faseTerdiri dari 2
fase
3 Stabil (tidak
mengendap)
Pada umumnya stabil Tidak stabil
(mudah
mengendap)
4 Tidak dapat disaringDapat disaring dengan
penyaring ultra
Dapat
disaring
5
Homogen (tidak dapat
dibedakan walaupun
menggunakan
mikroskop ultra)
Secara makroskopis
bersifat homogen tetapi
jika diamati dengan
mikroskop ultra, bersifat
heterogen
Heterogen
6 Jernih Tidak jernih Tidak jernih
7
Contoh : larutan gula,
udara bersih, etanol
70 %
Contoh : air sabun, susu,
mentega
Contoh : air
kopi, air
sungai yang
kotor,
campuran air
dan pasir.
B. Jenis-jenis Koloid
Koloid merupakan suatu sistem yang terdiri dari dua fase yaitu fase
terdispersi dan fase pendispersi (medium pendispersi). Berdasarkan
fase terdispersi dan fase pendispersinya, koloid dikelompokkan menjadi
8 jenis koloid, seperti yang tercantum dalam tabel berikut.
NoFase
Terdispersi
Medium
PendispersiNama Kolid Contoh
1. Padat Padat Sol padat
Gelas berwarna,
intan hitam, paduan
logam
2. Padat Cair Sol
Sol emas, sol
belerang, tinta, cat,
tanah liat
3. Padat GasAerosol
PadatAsap (smoke), debu
4. Cair Gas Aerosol Cair Kabut (fog), awan,
embun
5. Cair Cair Emulsi
Susu, santan,
minyak ikan,
mayonnaise
6. Cair Padat Emulsi PadatJelly, mutiara, keju,
mentega, nasi
7. Gas Cair Buih/busaBuih sabun, krim
kocok, pasta
8. Gas Padat Buih padat
Karet busa, batu
apung, styrofoam,
kerupuk
Penggolongan sistem koloid didasarkan pada jenis fase pendispersi dan
fase terdispersi
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam
gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat disebut
aerosol padat. Contoh aerosol padat : debu buangan knalpot.
Sedangkan zat yang terdispersi berupa zat cair disebut aerosol cair.
Contoh aerosol cair : hairspray dan obat semprot.
Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong
(propelan aerosol). Contoh propelan aerosol yang banyak digunakan
yaitu CFC dan CO2.
2. Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair
disebut sol. Contoh sol : putih telur, air lumpur, tinta, cat dan lain-lain.
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat padat
disebut sol padat. Contoh sol padat : perunggu, kuningan, permata
(gem).
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain
disebut emulsi. Sedangkan sistem koloid dari zat cair yang terdispersi
dalam zat padat disebut emulsi padat dan sistem koloid dari zat cair
yang terdispersi dalam gas disebut emulsi gas. Syarat terjadinya
emulsi yaitu kedua zat cair tidak saling melarutkan.
Emulsi digolongkan ke dalam 2 bagian yaitu emulsi minyak dalam
air dan emulsi air dalam minyak.. Contoh emulsi minyak dalam air :
santan, susu, lateks. Contoh emulsi air dalam minyak : mayonnaise,
minyak ikan, minyak bumi. Contoh emulsi padat : jelly, mutiara, opal.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator).
Misalnya sabun dicampurkan kedalam campuran minyak dan air, maka
akan diproleh campuran stabil yang disebut emulsi.
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih,
sedangkan sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat padat
disebut buih padat.Buih digunakan dalam proses pengolahan biji logam
dan alat pemadam kebakarn. Contoh buih cair : krim kocok (whipped
cream), busa sabun. Contoh buih padat : lava, biskuit.
Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat yang
mengandung pembuih dan distabilkan oleh pembuih seperti sabun dan
protein. Ketika buih tidak dikehendaki, maka buih dapat dipecah oleh
zat-zat seperti eter, isoamil dan alkohol.
5. Gel
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat padat dan
bersifat setengah kaku disebut gel. Gel dapat terbentuk dari suatu sol
yang zat terdispersinya mengadsropsi medium dispersinya sehingga
terjadi koloid yang agak padat. Contoh gel : agar-agar, semir sepatu,
mutiara, mentega.
Campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem koloid tetapi
suatu larutan sebab semua gas bercampur baik secara homogen
dalam segala perbandingan.
C. Sifat-Sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh
partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul
koloid yang cukup besar.
Efek Tyndall merupakan satu bentuk sifat optik yang dimiliki oleh
sistem koloid. Pada tahun 1869, Tyndall menemukan bahwa apabila
suatu berkas cahaya dilewatkan pada sistem koloid maka berkas
cahaya tadi akan tampak. Tetapi apabila berkas cahaya yang sama
dilewatkan pada dilewatkan pada larutan sejati, berkas cahaya tadi
tidak akan tampak. Singkat kata efek Tyndall merupakan efek
penghamburan cahaya oleh sistem koloid.
Pengamatan mengenai efek Tyndall dapat dilihat pada gambar
berikut.
2. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa
bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika
kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat
bahwa partikelpartikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.
Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikelpartikel suatu
zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti
pada zat cair dan gas ( dinamakan gerak Brown), sedangkan pada zat
padat hanya beroszillasidi tempat (tidak termasuk gerak Brown).
Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas,
pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan
partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari
segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan
yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel
sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran
partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian
pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak
Brown yang terjadi.
Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam
larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair
dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu.
Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik
yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya,
gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat.
Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka
gerak Brown semakin lambat
3. Adsorpsi
Zat-zat yang terdispersi dalam sistem koloid dapat memiliki sifat
listrik pada permukaannya. Sifat ini menimbulkan gaya an der aals
bahkan ikatan valensi yang dapat mengikat partikel-partikel zat asing.
Gejala penempelan zat asing pada permukaan partikel koloid disebut
adsorpsi Zat-zat teradsorpsi dapat terikat kuat membentuk lapisan
yang tebalnya tidak lebih dari satu atau dua lapisan partikel.
Jika permukaan partikel koloid mengadsorpsi suatu anion maka
koloid akan bermuatan negatif. Jika permukaan partikel koloid
mengadsorpsi suatu kation maka koloid akan bermuatan positif. Jika
yang diadsorpsi partikel netral, koloid akan bersifat netral.
Oleh karena kemampuan partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel
lain maka system koloid dapat membentuk agregat sangat besar
berupa jaringan, seperti pada jel. Sebaliknya,agregat yang besar dapat
dipecah menjadi agregat kecil-kecil seperti pada sol.
4. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk
endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi
membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti
pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
5. Koloid Pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat
melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
6. Dialisis
Dialisis adalah suatu teknik pemurnian koloid yang didasarkan pada
perbedaan ukuran partikel-partikel koloid. Dialisis dilakukan dengan
cara menempatkan dispersi koloid dalam kantong yang terbuat dari
membrane semipermeabel, seperti kertas selofan dan perkamen.
Selanjutnya merendam kantong tersebut dalam air yang mengalir.
Oleh karena ion-ion atau molekul memiliki ukuran lebih kecil dari
partikel koloid maka ion-ion tersebut dapat pindah melalui membran
dan keluar dari sistem koloid. Adapun partikel koloid akan tetap berada
didalam kantung membran.
7. Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan
koloid. Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh
medan listrik. Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat
bergerak dalam medan listrik. Jika ke dalam koloid dimasukkan arus
searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan positif akan bergerak
menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan
terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).
Elektroforesis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan suatu
sistem koloid. Jika koloid bergerak menuju elektroda positif maka
koloid yang dianalisa mempunyai muatan negatif. Begitu juga
sebaliknya, jika koloid bergerak menuju elektroda negatif maka koloid
yang dianalisa mempunyai muatan positif.. Contoh percobaan
elektroforesis sederhana untuk menentukan jenis muatan dari koloid
diperlihatkan pada gambar berikut ini.
D. Koloid Liofil dan Liofob
Koloid ini terjadi pada sol. Sol liofil adalah koloid yang fase
terdispersinya suka (dapat mengikat) pada cairan (fase pendispersinya).
Sol liofob adalah koloid yang fase terdispersinya tidak suka paca cairan
(fase pendispersinya) pada koloid liofil pengikatan medium pendispersi
disebabkan oleh gaya tarik menarik (berupa gaya elektrostatik) pada
setiap ujung gugus molekul terdispersi.
Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan
elektrolit, tetapi menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung
yaiut koloid liofil.
Berikut ini penjelasan yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan
liofob:
Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-
menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dan medium
pendispersi. Contoh, disperse kanji, sabun, deterjen
Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya
tarik-menarik yang lemah atau bahkan tidak ada sama sekali antar
fase terdispersi dan medium pendispersinya. Contoh: dispersi emas,
belerang dalam air
Sifat-Sifat Sol Liofil Sol Liofob
Pembuatan Dapat dibuat langsung dengan
mencampurkan fase terdispersi
dengan medium terdispersinya
Tidak dapat dibuat
hanya dengan
mencampur fase
terdispersi dan medium
pendisperinya
Muatan
partikel
Mempunyai muatan yang kecil
atau tidak bermuatan
Memiliki muatan positif
atau negative
Adsorpsi
medium
pendispersi
Partikel-partikel sol liofil
mengadsorpsi medium
pendispersinya. Terdapat
proses solvasi/ hidrasi, yaitu
terbentuknya lapisan medium
pendispersi yang teradsorpsi di
sekeliling partikel sehingga
menyebabkan partikel sol liofil
tidak saling bergabung
Partikel-partikel sol
liofob tidak
mengadsorpsi medium
pendispersinya. Muatan
partikel diperoleh dari
adsorpsi partikel-
partikel ion yang
bermuatan listrik
Viskositas
(kekentalan)
Viskositas sol liofil > viskositas
medium pendispersi
Viskositas sol hidrofob
hampir sama dengan
viskositas medium
pendispersi
Penggumpal
an
Tidak mudah menggumpal
dengan penambahan elektrolit
Mudah menggumpal
dengan penambahan
elektrolit karena
mempunyai muatan
Sifat
reversibel
Reversibel, artinya fase
terdispersi sol liofil dapat
dipisahkan dengan koagulasi,
kemudian dapat diubah
kembali menjadi sol dengan
penambahan medium
pendispersinya
Irreversibel artinya sol
liofob yang telah
menggumpal tidak
dapat diubah menjadi
sol
Efek Tyndall Memberikan efek Tyndall yang
lemah
Memberikan efek
Tyndall yang jelas
Migrasi
dalam
medan listrik
Dapat bermigrasi ke anode,
katode, atau tidak bermigrasi
sama sekali
Akan bergerak ke anode
atau katode, tergantung
jenis muatan partikel
E. Pembuatan Koloid
Pembuatan koloid dengan cara kondensasi dan dispersi dapat
dilakukan dengan berbagai reaksi. Perhatikan uraian berikut.
1. Cara Kondensasi
Pembuatan koloid dengan cara kondensasi dapat dilakukan dengan
reaksi hidrolisis, reaksi oksidasi, reaksi reduksi, kesetimbangan ion,
dan mengubah pelarut.
a. Reaksi Hidrolisis
Pembuatan koloid dengan cara reaksi hidrolisis, contohnya
pembuatan sol Fe(OH)3. Reaksi:
FeCl3(aq) + 3 H2O(l) Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
b. Reaksi Oksidasi
Pembuatan sol dengan cara oksidasi, misalnya pembuatan sol
belerang. Sol belerang dibuat dengan mengalirkan gas H2S ke
dalam larutan SO2.
Reaksi: 2 H2S(g) + SO2(g) 3 S(s) + 2 H2O(l)
Pada reaksi di atas S2– dioksidasi menjadi S.
c. Reaksi Reduksi
Sol dari logam Pt, Ag, dan Au dapat dibuat dengan cara
mereaksikan larutan encer ion logam dengan zat pereduksi misalnya
FeSO4, formaldehida, dan timah klorida. Contohnya pembuatan sol
emas.
Reaksi: 2 AuCl3(aq) + 3 SnCl2(aq) 2 SnCl4(aq) + 2 Au(s)
Pada reaksi tersebut ion Au3+ direduksi menjadi logam emas.
d. Kesetimbangan Ion
Pembuatan sol dengan kesetimbangan ion misalnya pembuatan
sol AgCl dan sol As2S3.
1) Pembuatan sol AgCl
Sol AgCl dapat dibuat dengan menambahkan larutan HCl yang
sangat encer kepada larutan AgNO3.
Reaksi: Ag+(aq) + Cl–(aq) AgCl(s)
2) Pembuatan sol As2S3
Pada larutan H2S encer ditambahkan oksida arsen (As2O3)
Reaksi: As2O3(s) + 3 H2S(aq) As2S3(s) + 3 H2O(l)
Sol As2O3 berwarna kuning, bermuatan negatif, dan termasuk
koloid liofob, yaitu sol yang tidak menarik medium pendispersi.
e. Mengubah Pelarut
Cara kondensasi ini dilakukan untuk menurunkan kelarutan suatu
zat terlarut.
Contohnya:
1) Belerang larut dalam etanol tetapi tidak larut dalam air.
Bila larutan jenuh belerang dalam etanol dituangkan ke dalam air,
maka akan terbentuk sol belerang. Hal ini terjadi akibat
menurunnya kelarutan belerang di dalam campuran tersebut.
2) Indikator fenolftalein larut dalam etanol tapi tidak larut dalam air.
Bila air ditambahkan ke dalam larutan fenolftalein dalam etanol
akan terbentuk cairan seperti susu.
3) Kalsium asetat mudah larut dalam air, tetapi sukar larut dalam
alkohol.
Bila larutan jenuh kalsium asetat ditambahkan alkohol maka akan
terbentuk jelly.
2. Cara Dispersi
Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik (pemecahan dan
penggilingan) serta peptisasi.
a. Cara Mekanik
Dengan cara mekanik, partikel kasar dipecah sampai halus. Dalam
laboratorium kimia pemecahan partikel ini dilakukan dengan
menggunakan lumpang dan alu kecil, sedangkan dalam industri
digunakan mesin penggiling koloid. Zat yang sudah halus
dimasukkan ke dalam cairan sampai terbentuk koloid.
Contoh: Pembuatan sol belerang
Mula-mula belerang dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam air
sehingga
terbentuk suatu koloid.
b. Cara Peptisasi
Cara ini dilakukan dengan menambahkan ion sejenis pada suatu
endapan sehingga endapan terpecah menjadi partikel-partikel
koloid. Contohnya endapan Agl dapat dipeptisasi dengan
menambahkan larutan elektrolit dari ion sejenis, misalnya kalium
iodida (Kl) atau perak nitrat (AgNO3).Agar-agar yang biasa kita
konsumsi berbentuk padat itu adalah koloid yang dibuat dengan
cara peptisasi. Agar-agar tersebut dibuat dengan cara
mencampurkan tepung agar-agar dengan air.
F. Peranan Koloid dalam Kehidupan
1. Mengurangi polusi udara
Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan partikel berbahaya
dapat diatasi dengan menggunakan alat yang disebut pengendap
cottrel. Prinsip kerja alat ini memanfaatkan sifat muatan dan
penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan ke udara telah
bebas dari asap dan partikel berbahaya
Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua
tujuan, yaitu mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan
memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam).
2. Penggumpalan lateks
Getah karet dihasilkan dari pohon karet atau hevea. Getah karet
merupakan sol, yaitu dispersi koloid fase padat dalam cairan. Karet
alam merupakan zat padat yang molekulnya sangat besar (polimer).
Partikel karet alam terdispersi sebagai partikel koloid dalam sol getah
karet. Untuk mendapatkan karetnya, getah karet harus dikoagulasikan
agar karet menggumpal dan terpisah dari medium pendispersinya.
Untuk mengkoagulasikan getah karet, biasanya digunakan asam
formiat; HCOOH atau asam asetat; CH3COOH. Larutan asam pekat itu
akan merusak lapisan pelindung yang mengelilingi partikel karet.
Sedangkan ion-ion H+-nya akan menetralkan muatan partikel karet
sehingga karet akan menggumpal.
Untuk menjaga kestabilan sol lateks, getah karet dicampur dengan
larutan amonia; NH3. Larutan amonia yang bersifat basa melindungi
partikel karet di dalam sol lateks dari zat-zat yang bersifat asam
sehingga sol tidak menggumpal.
3. Membantu pasien gagal ginjal
Proses dialisis untuk memisahkan partikel-partikel koloid dan zat
terlarut merupakan dasar bagi pengembangan dialisator. Penerapan
dalam kesehatan adalah sebagai mesin pencuci darah untuk penderita
gagal ginjal. Ion-ion dan molekul kecil dapat melewati selaput
semipermiabel dengan demikian pada akhir proses pada kantung
hanya tersisa koloid saja. Dengan melakukan cuci darah yang
memanfaatkan prinsip dialisis koloid, senyawa beracun seperti urea
dan keratin dalam darah penderita gagal ginjal dapat dikeluarkan.
Darah yang telah bersih kemudian dimasukkan kembali ke tubuh
pasien.
4. Penjernihan air
Untuk memperoleh air bersih perlu dilakukan upaya penjernihan air.
Kadang-kadang air dari mata air seperti sumur gali dan sumur bor
tidak dapat dipakai sebagai air bersih jika tercemari. Air permukaan
perlu dijernihkan sebelum dipakai. Upaya penjernihan air dapat
dilakukan baik skala kecil (rumah tangga) maupun skala besar seperti
yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pada
dasarnya penjernihan air itu dilakukan secara bertahap. Mula-mula
mengendapkan atau menyaring bahan-bahan yang tidak larut dengan
saringan pasir. Kemudian air yang telah disaring ditambah zat kimia,
misalnya tawas atau aluminium sulfat dan kapur agar kotoran
menggumpal dan selanjutnya mengendap, dan kaporit atau kapur klor
untuk membasmi bibit-bibit penyakit. Air yang dihasilkan dari
penjernihan itu, apabila akan dipakai sebagai air minum, harus
dimasak terlebih dahulu sampai mendidih beberapa saat lamanya.
Sebagai contohnya adalah penjernihan air.
Proses pengolahan air tergantung pada mutu baku air (air belum
diolah), namun pada dasarnya melalui 4 tahap pengolahan. Tahap
pertama adalah pengendapan, yaitu air baku dialirkan perlahan-lahan
sampai benda-benda yang tak larut mengendap. Pengendapan ini
memerlukan tempat yang luas dan waktu yang lama. Benda-benda
yang berupa koloid tidak dapat diendapkan dengan cara itu.
Pada tahap kedua, setelah suspensi kasar terendapkan, air yang
mengandung koloid diberi zat yang dinamakan koagulan. Koagulan
yang banyak digunakan adalah aluminium sulfat, besi(II)sulfat,
besi(III)klorida, dan klorinasi koperos (FeCl2Fe2(SO4)3). Pemberian
koagulan selain untuk mengendapkan partikel-partikel koloid, juga
untuk menjadikan pH air sekitar 7 (netral). Jika pH air berkisar antara
5,5–6,8, maka yang digunakan adalah aluminium sulfat, sedangkan
untuk senyawa besi sulfat dapat digunakan pada pH air 3,5–5,5.
Pada tahap ketiga, air yang telah diberi koagulan mengalami proses
pengendapan, benda-benda koloid yang telah menggumpal dibiarkan
mengendap. Setelah mengalami pengendapan, air tersebut disaring
melalui penyaring pasir sehingga sisa endapan yang masih terbawa di
dalam air akan tertahan pada saringan pasir tersebut.
Pada tahap terakhir, air jernih yang dihasilkan diberi sedikit air
kapur untuk menaikkan pHnya, dan untuk membunuh bakteri diberikan
kalsium hipoklorit (kaporit) atau klorin (Cl2).
5. Sebagai deodorant
Deodoran mengandung aluminium klorida yang dapat
mengkoagulasi atau mengendapkan protein dalam keringat.endapan
protein ini dapat menghalangi kerja kelenjer keringat sehingga
keringat dan potein yang dihasilkan berkurang.
6. Sebagai bahan makanan dan obat
Ada zat-zat yang tidak larut dalam air sehingga harus dikemas
dalam bentuk koloid sehingga mudah diminum. Contohnya obat dalam
bentuk kapsul.
7. Sebagai bahan kosmetik
Ada berbagai bahan kosmetik kosmetik berupa padatan, tetapi lebih
baik digunakan dalam bentuk cairan. Untuk itu biasanya dibuat berupa
koloid dengan tertentu.
8. Sebagai bahan pencuci
Prinsip koloid juga digunakan dalam proses pencucian dengan sabun
dan detergen. Dalam pencucian dengan sabun atau detergen, sabun/
detergen berfungsi sebagai emulgator. Sabun/detergen akan
mengemulsikan minyak dalam air sehingga kotoran-kotoran berupa
lemak atau minyak dapat dihilangkan dengan cara pembilasan dengan
air.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya
terletak antara larutan dan suspensi (campuran kasar). Sistem koloid
memiliki ukuran diantara larutan dan suspensi , tidak jernih tetapi tidak
memisah jika didiamkan, dan tidak dapat dipisahkan dengan cara
penyaringan.
Apabila suatu zat dicampur dengan zat lain akan terjadi penyebaran
secara merat dari zat satu ke zat yang lain yang disebut debgan sistem
dispersi.
Sistem dispersi adalah pencampuran secara merata antara dua zat
atau lebih. Sistem disperse terdiri dari dua bagian, yaitu fase terdispersi
(komponen yang jumlahnya lebih sedikit) dan pendispersi (komponen
yang jumlahnya banyak).
B. Saran
Sebaiknya kita sebagai manusia harus paham tentang sistem
koloid, mempelajari tentang kolid bisa sangat berguna bagi kehidupan
sehari hari dan snagt lah mudah untuk diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid
http://sistemkoloid.tripod.com/kegunaan.htm
http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/38/koloid
http://user.cbn.net.id/johanoni/koloid.htm
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas_x/
koloid/