makalah kimia lingkungan

17
MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN Mengatasi Masalah Sampah Di Kota Semarang Disusun oleh : Nama : Moch Nur Kholis NIM : 4311411010 Prodi : Kimia Rombel : 1 JURUSAN KIMIA 1

Upload: moch-nur-kholis

Post on 22-Oct-2015

74 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

mskslsh

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

Mengatasi Masalah Sampah Di Kota Semarang

Disusun oleh :

Nama : Moch Nur Kholis

NIM : 4311411010

Prodi : Kimia

Rombel : 1

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

1

Page 2: MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan Makalah ini yang berjudul

“Mengatasi Masalah Sampah Di Kota Semarang” alhamdulillah tepat pada waktunya.

Makalah ini berisikan tentang keadaan lingkungan di kota Semarang berkaitan dengan

sampah dan penangananya. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita

mengenai kepedulian terhadap ingkungan.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik

dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa

meridhai segala usaha kita. Amin.

Semarang, Oktober 2012

Penyusun

2

Page 3: MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

DAFTAR ISI

Halaman judul ...............................................................................................................1

Kata Pengantar................................................................................................................2

Daftar Isi..........................................................................................................................3

Bab I : Pendahuluan.....................................................................................................4

1.1.......................................................................................................Latar Belakang 4

1.2..................................................................................................Rumusan Masalah 5

Bab II : Pembahasan......................................................................................................6

Bab III : Penutup...........................................................................................................10

3.1. Kesimpulan.......................................................................................................10

3.2. Saran.................................................................................................................10

Daftar Pustaka...............................................................................................................11

3

Page 4: MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kota Semarang yang merupakan

ibukota Propinsi Jawa Tengah adalah satu-satunya

kota di Propinsi Jawa Tengah yang dapat

digolongkan sebagai kota metropolitan. Sebagai

ibukota propinsi, Kota Semarang menjadi

parameter kemajuan kota-kota lain di Propinsi

Jawa Tengah. Kemajuan pembangunan Kota Semarang tidak dapat terlepas dari

dukungan daerah-daerah di sekitarnya, seperti Kota Ungaran, Kabupaten Demak, Kota

Salatiga dan Kabupaten Kendal.

Saat ini penduduk Kota Semarang sudah mencapai ±1.430.000 orang. Dengan

pertambahan jumlah penduduk yang kian meningkat setiap tahunnya, pertambahan

jumlah volume sampah adalah berbanding lurus dengan pertambahan jumlah penduduk.

Perlu adanya penanganan sampah lebih lanjut dari pemerintah agar masalah sampah di

Kota Semarang dapat teratasi. Pengelolaan sampah di Kota Semarang saat ini baru

menjangkau 120 Kelurahan dari 177 Kelurahan yang ada di Kota Semarang dengan

tingkat pelayanan wilayah hanya mencakup 70% saja. Sampah yang terangkut dibawa ke

TPA Jatibarang kecamatan Mijen baru sekitar 70 % dari seluruh produksi sampah total

Kota Semarang sebesar ±4.500 m3/ hari. Dari penanganan sampah yang masuk ke TPA

Jatibarang dan yang belum terjangkau di pemukiman penduduk perlu adanya

pengembangan untuk mengatasi sampah yang bertumpukan ini.

Saat ini banyak pembangkit listrik yang beroperasi menggunakan bahan bakar

minyak. Hal ini sangat riskan karena cadangan energi minyak akan segera habis.

Sementara Pembangkit Listrik Tenaga Air tidak bisa diharapkan untuk memenuhi

kebutuhan listrik yang terus meningkat karena terganggu oleh iklim. Konsumsi energi

listrik yang terus meningkat tidak dibarengi dengan penyediaan energi listrik. Kondisi ini

menyebabkan defisit energi listrik. Langkah PLN menghimbau masyarakat untuk

melakukan penghematan listrik pada pukul 17.00 – 22.00 WIB terbukti tidak efektif. Oleh

karena itu perlu energi alternatif untuk mengatasi defisit energi listrik ini.

4

Page 5: MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, saya mengangkat masalah

tersebut menjadi topik dalam mengatasi masalah sampah di Kota Semarang dengan cara

membangun pembangkit listrik tenaga sampah (PLTS) sebagai solusi penanganan sampah

di Kota Semarang dan upaya untuk mengatasi krisis energi listrik.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian diatas menimbulkan permasalahan yang harus ditangani kita

bersama yaitu diantaranya adalah :

Bagaimana mengatasi masalah sampah di Kota Semarang ?

Apa upaya yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan sampah hasil timbunan di TPA

Jatibarang Kota Semarang ?

Bagaimana pemanfaatan sampah untuk diolah menjadi energi alternatif pembangkit

listrik ?

5

Page 6: MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

BAB II

PEMBAHASAN

Pemusnahan sampah Kota Semarang saat ini berada di TPA Jatibarang, yang

berlokasi di Kelurahan Kedungpane, Kecamatan Mijen, Kota Semarang. TPA ini mulai

beroperasi pada bulan Maret 1992. Luas area TPA Jatibarang adalah 46,18 hektar, dengan

rincian 27.71 ha (60%) untuk lahan buang dan 18.47 ha (40%) untuk infrastruktur kolam lindi

(leachate) sabuk hijau dan lahan cover.

TPA Jatibarang memiliki daya tampung

sebanyak 4,15 juta m3, dengan kedalaman rata-rata

40 m. Jarak dari pusat kota ± 11,4 km, dan jarak

terdekat dan terjauh dengan TPS masing-masing ± 4

km dan ± 25 km. Kondisi topografi TPA Jatibarang

adalah: daerah berbukit dan bergelombang dengan

kemiringan lereng sangat curam (lebih dari 24%), dengan ketinggian bervariasi antara 63

sampai 200 meter dari permukaan air laut, dan bagian bawah (terendah mengalir Sungai

Kreo).

Sampai dengan tahun 2000, timbunan sampah sudah mencapai 5,75 juta m3

sampah, padahal daya tampung TPA hanya 4,15 juta m3 sampah. Dengan demikian sudah

melebihi daya tampung TPA sekitar 1,6 juta m3 sampah. Dengan kondisi tersebut

menyebabkan air lindi sulit dikendalikan, sarana penanganan sampah (alat berat,

dump truck) semakin kurang mencukupi (tidak imbang), Sanitary Landfill sulitdilaksanakan,

akibatnya terjadi pencemaran udara dan bau sampah semakin meluas. Hal ini mengundang

protes masyarakat akibat pencemaran yang pada akhirnya dapat berakibat ditutupnya TPA

Jatibarang. Selain itu dapat terjadi sampah longsor yang kemungkinan akan masuk Sungai

Kreo dan menyebabkan pencemaran air.

Keberadaan TPA Jatibarang yang kondisinya sekarang sudah dianggap

mengkhawatirkan karena sudah mulai penuh, perlu dicarikan alternatif lain. Sekarang sudah

diadakan studi untuk mencari alternatif lokasi baru. Namun untuk mencari calon TPA yang

baru sekarang ini Pemerintah Kota mengalami kendala, karena cukup sulit dan mahalnya

mencari lokasi baru, maka upaya yang ditempuh adalah mengoptimalkan TPA yang ada,

dengan cara membuat tanggul, menambah jumlah sarana dan prasarana yang kurang, dan

bekerjasama dengan pihak swasta dalam pengelolaan sampah TPA, misalnya sampah diolah

6

Page 7: MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

menjadi pupuk cair dan padat untuk sampah organik dan untuk sampah non organik dapat

didaur menjadi peralatan rumah tangga.

A. Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS)

Menurut Agus Rusyana Hoetman, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laboratorium

Sumber Daya Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BPPT, Indonesia bisa

memanfaatkan biomass dari sampah perkotaan, tandan kelapa sawit, sekam padi, ampas tebu,

dan potongan kayu yang jumlahnya melimpah untuk mengatasi defisit energi listrik di masa

mendatang. Potensi sumber listrik dari biomass itu bisa mencapai 50 ribu megawatt.

Pemanfaatan biomass sebagi sumber listrik saat ini sudah tidak mengalami kendala, karena

sudah muncul banyak teknologi pembangkit listrik yang mampu mengubah biomass menjadi

sumber listrik. Kapasitas pembangkit listrik biomass juga sudah banyak yang mencapai di

atas satu megawatt sehingga bisa menjadi sumber listrik bagi pabrik dan ribuan rumah.

Menurut Agus Rusyana Hoetman, pemanfaatan energi biomass sebagai sumber listrik jauh

lebih ramah lingkungan dibandingkan pemanfaatan bahan baker fosil, seperti solar dan batu

bara. (Media Indonesia edisi 14 januari 2004).

Indonesia sangat potensial memanfaatkan biomass sebagai sumber energi listrik yang

selama ini kurang dimanfaatkan. Sampah perkotaan, tandan kosong kelapa sawit, sekam padi,

ampas tebu, dan potongan kayu sangat melimpah, tetapi karena tidak dimanfaatkan justru

sering menjadi problem, sebab hanya dipandang sebagai sampah. Menurut Jusri Jusuf pakar

bioenergi dari Yayasan Pengembangan Keterampilan dan Mutu Kehidupan Nusantara,

sampah ternyata bukan hanya dapat diolah menjadi pupuk kompos atau semacamnya, tetapi

juga bisa diolah untuk menghasilkan tenaga listrik. Bahkan, sampah di Jakarta yang

diproduksi rata-rata 20.000 ton per hari tersebut dapat memproduksi energi listrik berdaya

100 megawatt dan memberikan pendapatan rata-rata Rp 320 miliar per tahun.

(www.energi.lipi.go.id edisi 6 Desember 2004).

Sampah perkotaan yang organik pada dasarnya ialah biomass (senyawa organik) yang

dapat dikonversi menjadi energi melalui sejumlah proses pengolahan, baik dengan maupun

tanpa oksigen yang bertemperatur tinggi. Energi yang dihasilkan berbentuk energi listrik, gas,

energi panas dan dingin yang banyak dibutuhkan industri, seperti cool storage, gedung

perkantoran, dan hotel. Termasuk pupuk untuk pertanian dan perkebunan.

Menurut DR. Ir. Tusy Agustin Adibroto (Republika edisi 18 Agustus 2004), dalam

konsep pengelolaan sampah terpadu di kota besar seperti Jakarta, sampah yang jumlahnya

6.000 ton per hari itu dipilih menjadi organik (4080 ton) yang dikomposkan serta anorganik

7

Page 8: MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

(1920 ton) yang di daur ulang. Sisa proses tersebut (1080 ton) dapat diangkut ke

TPA/sanitary landfill atau diolah dalam incinerator. Dengan incinerator, sampah tersebut

dibakar sehingga sisanya tinggal 215 ton (3,6 persen) saja. Sisa pembakaran tersebut dapat

digunakan sebagai bahan bangunan atau dikirim ke TPA.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA), seperti Bantargebang, akan diubah menjadi reusable

sanitary landfill. Dengan perubahan itu, TPA hanya akan menampung 10 sampai 20 persen

saja (sekitar 1000 ton sampah) residu sampah. Langkah-langkah yang dilakukan untuk

menjadikan sampah sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS) adalah sebagai

berikut:

1) Pemisahan Jenis Sampah

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memilih jenis sampah. Di Jepang telah

dibuat peraturan tentang pengelolaan sampah, yang diatur oleh pemerintah kota. Mereka telah

menyiapkan dua buah kantong plastik besar dengan warna berbeda, hijau dan merah. Namun

selain itu ada beberapa kategori lainnya yaitu: botol PET, botol beling, kaleng, batu baterai,

barang pecah belah, sampah besar dan elektronik yang masing-masing memiliki cara

pengelolaan dan jadwal pembuangan berbeda.

Sebagai ilustrasi, cara membuang botol minuman plastik adalah botol PET dibuang di

keranjang kuning punya pemerintah kota. Setelah sebelumnya label plastik yang menempel

kita lepas, label dan penutup botol plastik harus masuk ke kantong sampah berwarna merah

dan dibuang setiap hari kamis. Apabila dalam label itu ada label harga yang terbuat dari

kertas, pisahkan label kertas tersebut dan masukkan ke kantong sampah berwarna hijau dan

buang setiap hari selasa. Dengan mencontoh apa yang dilakukan oleh orang Jepang, kita bisa

memulai membuang sampah dengan memisahkan sampah menurut jenisnya.

2) Pembakaran Sampah

Sampah padat dibakar di dalam incinerator. Hasil pembakaran adalah gas dan residu

pembakaran. Kelebihan sistem pembakaran ini adalah:

a) Membutuhkan lahan yang relatif kecil dibanding sanitary landfill.

b) Dapat dibangun di dekat lokasi industri.

c) Residu hasil pembakaran relatif stabil dan hampir semuanya bersifat anorganik.

d) Dapat digunakan sebagai sumber energi, baik untuk pembangkit uap, air panas,

listrik dan pencarian logam.

Secara umum proses pembakaran di dalam incinerator adalah:

a. Sampah yang dibakar dimasukkan di dalam tempat penyimpanan atau penyuplai.

8

Page 9: MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

b. Berikutnya, sampah diatur sehingga rata lalu dimasukkan ke dalam tungku

pembakaran.

c. Hasil pembakaran berupa abu, selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai penutup

sampah pada landfill.

d. Sedangkan hasil berupa gas akan dialirkan melalui cerobong yang dilengkapi

dengan scrubber atau ditampung untuk dimanfaatkan sebagai pembangkit energi.

B. Manfaat Pembangkit Listrik Tenaga Sampah

Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah mempunyai dua manfaat yaitu :

1) PLTS menghasilkan energi listrik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal ini

berarti mambantu menutupi defisit energi listrik PLN. Jadi, sudah waktunya sampah

diolah jadi energi listrik. Dengan begitu, krisis listrik yang dihadapi dapat teratasi dan

tarif pun bisa murah.

2) Keberadaan TPA tidak hanya menguntungkan pengelola tetapi juga masyarakat

sekitar. Adanya PLTS membuat masyarakat sekitar TPA dapat menggunakan listrik

dengan gratis. Solusi ini dapat mencegah penolakan masyarakat sekitar terhadap

keberadaan TPA.

9

Page 10: MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

Pemisahan jenis sampah

(organik dan non organik)Pembakaran sampah di dalam tungku pembakaran tertutup

atau incinerator

Panas pembakaran untuk pembangkit

listrik

Sisa hasil pembakaran

dikembalikan ke TPA

Hasil akhirSampah berkurang karena pembakaran dan didapat energi pembangkit listrik

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas saya mengambil kesimpulan yaitu :

1. Mengatasi masalah sampah di Kota Semarang dapat dilakukan dengan cara

mengolahnya menjadi pupuk organik dan energi pembangkit listrik untuk sampah

organik. Sedangkan untuk sampah non organik dapat didaur menjadi peralatan rumah

tangga.

2. Cara untuk mengolah sampah menjadi energi pembangkit listrik adalah

B. Saran

Penanganan sampah memang menjadi hal serius yang harus diselesaikan pemerintah

Kota Semarang berkitan dengan terus meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan

sampah yang dihasilkan. Pemerintah perlu mempromosikan program-program mengatasi

masalah lingkungan kepada masyarakat supaya masyarakat mengerti arah tujuan

program dan dapat berpartisipasi dalam penangananya sehingga tercipta Kota Semarang

yang bersih.

10

Page 11: MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

Daftar Pustaka

Purbowati, Reni. 2008. Pengelolaan Sampah Berbasis Komunitas di Kota Semarang.

http://www.suaramerdeka.com/v1/ . Diakses pada 4 Oktober 2012 pukul 21.00 WIB.

Sirodjudin, Ardan. 2010. Solusi Pengelolaan Sampah Di Kota Semarang.

http://www.alpensteel.com/article/56-110-energi-sampah--pltsa/2246--solusi-pengelolaan-

sampah-di-kota-semarang.html. Diakses pada 4 Oktober pukul 21.00 WIB.

Sihotang, Erikson. 2010. Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup.

http://fh.wisnuwardhana.ac.id/. Diakses pada 4 Oktober 2012.

Tim Dosen Mata Kuliah Umum. 2010. Pendidikan Lingkungan Hidup. Semarang : UNNES PRESS

11

Page 12: MAKALAH KIMIA LINGKUNGAN

LAMPIRAN

12