makalah karl mark tsk
TRANSCRIPT
MAKALAH
PEMIKIRAN KARL MARK
Diajukan untuk memenuhi salasatu tugas mata kuliah Teori Sosiologi Klasik
Dosen : Sri Damayanti, M.Si
Disusun oleh :
Nama : Trisna Nurdiaman
NIM : 1138030215
JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2014
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji serta syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT Sang
Pencipta alam semesta beserta seisinya dengan penuh kesempurnaan dan
keindahan yang tiada tara. Atas berkat rahmat dan iradat-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang mengenai pemikiran salah satu
tokoh sosiologi terkemuka yaitu Karl Mark.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda alam yang
telah membawa revolusi kehidupan minadzulumaati ila nnuur yakni Rasulullah
SAW dan sampai saat ini tetap menjadi Uswah Al-Hasanah bagi seluruh umat
manusia di seluruh dunia. Kepada keluarganya, para sahabatnya dan seluruh
umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salasatu tugas mata kuliah Teori
Sosiologi Klasik. Layaknya fitrah seorang manusia yang tidak luput dari
kesalahan, penulis sepenuhnya menyadari dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan masukan yang konstruktif dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat yang pada
khusunya bagi penulis sendiri dan pada umumnya bagi semuanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, 21 Jumadil Awal 1435
Penulis
23 Maret 2014
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ······························································ i
DAFTAR ISI ·········································································· ii
BAB I PENDAHULUAN ··························································· 1
A. Latar Belakang ······························································· 1
B. Rumusan Masalah ···························································· 1
C. Tujuan Penelitian ····························································· 1
BAB II PEMBAHASAN ··························································· 2
A. Biografi ········································································ 2
B. Asumsi Teoritis dan Pokok Pemikiran ··································· 8
C. Metodologi ···································································· 12
D. Analisis dan Tanggapan ····················································· 14
BAB III PENUTUP ·································································· 17
A. Kesimpulan ··································································· 17
B. Saran ··········································································· 18
DAFTAR PUSTAKA ······························································· 19
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah perkembangannya, Sosiologi tidak akan pernah lepas
dari berbagai tokoh terkemukanya yang telah berjasa besar terhadap
perkembangan Sosiologi. Para tokoh tersebut telah menyumbangkan
berbagai gagasan-gagasannya untuk menjelaskan bagaimana fenomena sosial
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Salah satu tokoh terkemuka dari barat yang telah ikut serta
menuangkan gagasannya dalam menjelaskan kehidupan sosial masyarakat
adalah Karl Marx. Ia adalah seorang Ekonom sekaligus Sosiolog yang
mendapat pengaruh dari pemikiran Hegel dimana dia menginterpretasikan
Hegelianisme kedalam sebuah format atheistik militan. Sebagai seorang
filosof terkemuka, ajarannya berkembang pesat dan menjadi salah satu aliran
besar dalam aliran ideologi yaitu Marxisme.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi Karl Marx ?
2. Bagaimana pokok pemikiran dan asumsi teoritis Karl Marx ?
3. Bagaimana metodologi yang digunakan Karl Marx?
4. Bagaimana analisis dan tanggapan terhadap pemikiran Karl Marx dari segi
perspektif Islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi Karl Marx.
2. Untuk mengetahui pokok pemikiran dan asumsi teoritis Karl Marx.
3. Untuk mengetahui metodologi yang digunakan Karl Marx.
4. Untuk mengetahui bagaimana analisis dan tanggapan terhadap pemikiran
Karl Marx dari segi perspektif Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Karl Marx
Karl Marx lahir di Trier, Prusia pada tanggal 5 Mei 1818. Ayahnya
merupakan seorang pengacara dan keluarganya termasuk kedalam golongan
keluarga menengah dimana ayahnya relatif baik dalam memberi nafkah pada
keluarganya. Orang tua Karl Marx merupakan keluarga keturunan Rabbi
(Pendeta Yahudi) namun karena alasan pekerjaan, ayahnya menjadi penganut
agama Kristen Protestan aliran Martin Luther yang relatif liberal untuk
menjadi seorang pengacara yang manakala saat itu Karl Marx masih sangat
kecil. Pada tahun 1824, yakni ketika Marx berusia 6 tahun, seluruh
keluarganya mengalami converse (perpindahan) agama Yahudi ke Agama
Kristen Protestan. 1 Peristiwa ini memberi pengaruh bagi perjalanan
kehidupan Karl Marx yang selanjutnya.
Salah satu sifat Karl Marx adalah tidak mau diatur, jorok dan acak-
acakan. Hal ini seolah-olah bertentangan dengan ketekunan, ketelitian dan
sifatnya yang selalu ingin tahu terhadap segala sesuatu. Pada tahun 1835, Karl
Marx menamatkan sekolah menengahnya (Gymnasium Trier) di Treves
dimana ia pada saat itu berusia 17 tahun. Kemudian Marx melanjutkan
sekolahnya ke Fakultas Hukum, Universitas Bonn atas kehendak ayahnya.
Satu tahun kemudian Marx pindah ke Universitas Berlin. Sesuai
dengan apa yang telah ia cita-citakan, Marx mengkhususkan diri untuk
mempelajari filsafat dan sejarah.
Di Universitas Berlin, Marx menunjukan bakatnya dalam dunia
filsafat. Marx menjadi anggota dari “Club Young Hegelian” yakni kelompok
diskusi yang membahas filsafat Hegel.2 Rekan Marx yang juga menjadi tokoh
utama dalam kelompok diskusi tersebut adalah Feuerbach, Arnold Ruge dan
Bruno Baueur. Mereka mengkaji ajaran-ajaran Hegel yang pada saat itu
1 Andi M. Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx (Materialisme Dialektis dan Materialisme Historis).
Yogyakarta : LkiS, 2009 hlm. 34 2 Ibid., Hlm.36
3
menjadi dogma dan sumber ideologi resmi dijerman. Marx banyak menulis
puisi dan esai mengenai kehidupan dengan menggunakan bahasa teologi yang
diwarisi dari ayahnya, namun tetap menerapkan filosofi ateis dari young
Hegelian.
Pada tahun 1841, Marx menerima gelar Doktor dalam ilmu filsafat.
Desrtasinya berjudul “The Difference Betwen the Natural Philosophy of
Democritos and Natural Philosophy of Epicurus” (perbedaan antara filsafat
alam Demokritus dan filsafat alam Epicurus) mana kala saat itu ia berusia 23
tahun.
Sebagai seorang filosof tentunya Marx menginginkan kebebasan
berfikir dan tidak ingin terikat oleh institusi-institusi disekitarnya. Pada
mulanya Marx berkeinginan untuk menjadi seorang dosen, namun karena
pemahamannya yang radikal membuatnya harus mambatalkan cita-citanya
tersebut. Hal ini dilatar belakangi oleh dipecatnya Bruno Bauer dari
jabatannya sebagai rektor di Universitas Bonn setelah ia menulis buku
berjudul “Kritik der Evangelischen Geschichte der Synoptiker” (Kritik
terhadap Sejarah Injil Sinoptik) sebanyak dua jilid pada tahun 1841.
Untuk mewujudkan kenginannya dalam kebebasan berpikir, maka
Marx menjadi penulis di sebuah perusahaan koran yang Liberal dan Radikal
dimana golongan radikal pada saat itu menerbitkan majalah oposisi dengan
nama Rhine Gazette. Marx menjadi penyumbang pertama majalah ini dan
menulis sebuah artikel tentang kaum petani Jerman.3
Dalam kurun waktu 10 bulan, tepatnya sekitar bulan Oktober 1842
Marx menjadi pemimpin redaksi koran tersebut. Setelah terbit selama satu
tahun, koran ini akhirnya ditutup oleh pemerintah karena kritik Marx yang
terlalu keras terhadap pemerintah. Esai-esai awal yang terbitkan dalam
periode ini mulai mencerminkan sejumlah pendirian Marx sepanjang
hidupnya. Esai-esai tulisan Marx itu secara bebas ditaburi prinsip-prinsip
demokrasi, kemanusiaan dan idealisme awal.4
3 Ibid., hlm.38 4 Yesmil Anwar & Adang. Sosiologi untuk Universitas. Bandung: Refika Aditama, 2013. Hlm. 134
4
Setelah koran tempat bekerjanya ditutup oleh pemerintah, Marx
pindah ke Paris bersama Arnold Ruge yakni teman diskusinya dalam
kelompok Club Young Hegelian. Bagi Marx, Prancis merupakan awal
pengembaraan panjang dimana dia mulai menyadari penderitaan, merasakan
pengucilan, pengusiran dan penjara.5 Di negeri ini mulai tumbuh benih-benih
komunis pada diri Marx dimana Marx mulai mempelajari sosialisme secara
sungguh-sungguh dan berkenalan dengan pemimpin-pemimpin sosialis
bawah tanah Perancis.
Pada tahun 1844 Marx berkenalan dengan seorang anggota sosialis
asal London yang bernama Fredrich Engels. Pertemuannya dengan Engels
merupakan hal yang penting dalam riwayat hidup Marx diamana Engels
merupakan teman seumur hidup Marx, donatur dan kolaboratornya. Marx dan
Engels mengadakan diskusi panjang di sebuah cafe terkenal di Prancis dan
meletakan landasan kerja untuk bersahabat seumur hidup.6 Jiwa revolusioner
dan ketidakmampuan melihat penderitaan manusia yang mereka miliki
mampu mengikat keduanya. 7 Awal persahabatan erat Marx dan Engels
ditandai ditandai dengan penulisan buku bersamanya yang berjudul “Heilige
Familie” (The Holy Familiy).
Pada tahun 1845 Marx di usir dari Perancis atas permintaan penguasa
Jerman terhadap pemerintah Perancis sebagai akibat dari tulisan dan
agitasinya di majalah Vorwats dan Marx pun terpaksa pindah ke Brussel
bersama keluarganya. Karena Marx sakit hati terhadap pemerintah Jerman, ia
pun melepaskan status kewarganegaraannya sebagai warga Jerman. Di
Brussel inilah Marx memperdalam studi ekonominya, menjalin kontak
dengan organisasi-organisasi buruh dan terlibat secara intensif dalam diskusi-
diskusi protes kaum pekerja.
Selain Marx aktif dalam kegiatan sosialisnya, Marx juga tetap aktif
dalam menulis berbagai buku filsafat . Theses on Feuerbach merupakan
sebuah judul buku karangannya mengenai dalil-dalil Feuerbach yang dikenal 5 Andi M. Ramly, op.cit., hlm. 39 6 Yesmil Anwar & Adang, loc.cit 7 Andi M. Ramly, loc.cit.
5
menjadi pokok dan watak yang mewarnai filsafatnya di kemudian hari.
Kemudian pada tahun 1847 Marx juga menulis sebuah buku dalam bahasa
Perancis yang berjudul La Misere de la Philosophie (The Proverty of
Philosiphy) yang merupakan kritik Marx terhadap buku Philosophie de la
Missere karangan Pierre Joseph Proudhon bahwa menurut Marx Proudhon
tidak revolusioner dan tidak memberi gambaran masa depan bagi kaum buruh
untuk membebaskan diri dari genggaman kapitalis. Buku lainya yang Marx
tulis pada masa itu adalah Die Deutsche Ideologie (The German Ideology)
dimana buku ini merupakan hasil kerja samanya dengan Engels.
Setelah kepindahannya ke Brussel, Radikalisme Marx meningkat dan
ia pun menjadi anggota aktif gerakan Revolusioner Internasional. Marx
bergabung dengan Liga Komunis dan dia diminta menulis anggaran dasar
kelompok tersebut bersama Engels. Hasilnya adalah buku Manifesto Komunis
(1848), sebuah karya besar yang ditandai oleh slogan-slogan politik yang
termasyur (misalnya, ”Kaum buruh seluruh dunia, bersatulah!”). 8 liga
komunis yang dimaksud merupakan kerjasama dari kaum buruh Inggris,
Jerman dan Perancis. Para pemimpinnya memimpikan terwujudnya
sosialisme.
Terbitnya Manifesto Komunis mengakibatkan kaum buruh semakin
terdorong untuk melakukan revolusi sehingga terjadilah revolusi liberal di
Eropa. Kekacauan demi keacauan terjadi, dimulai dari Perancis pada tanggal
24 Februari 1848, kemudian meluas ke Inggris, Jerman hingga akhirnya
sampai ke Brussel dimana Marx tinggal. Setelah pemerintah Belgia
menyadari keberadaan Marx yang telah memberi banyak pengaruh terhadap
kaum buruh maka akhirnya pemerintah Belgia menangkap Marx dan
mengusirnya keluar negri.
Kemudian Marx datang ke Perancis, namun niatnya untuk
membebaskan negerinya dari pemerintahaan yang absoluth lebih lebih berat,
maka Marx pergi ke Koln. Disana Ia memimpin majalah New Renish Gazette,
namun sejarah berkata lain, revolusi di Eropa ini gagal. Hal tersebut membuat
8 Yesmil Anwar & Adang, op.cit., hlm 135
6
Marx kecewa, selain karena teori revolusi rakyatnya tidak dijalankan secara
konsekuen oleh kaum buruh, tetapi ia juga ditangkap dan diadili di Jerman.
Namun Marx berhasil membela diri dan lolos dari penjara. Satu hal yang
membuatnya lolos dari penjara adalah karena ia telah melepaskan status
kewarganegaraannya sebagai warga negara Jerman. Ia hanya diusir dan
kembali ke Perancis untuk berpartisipasi dalam demonstrasi-demonstrasi
terhadap penguasa. Kedatangannya sebagai perusuh segera tersiar dan
akibatnya ia ditangkap kemudian diusir ke London, tempat pembuangannya
yang terakhir.9
Pengusirannya dari satu negeri ke negeri lain di Eropa merupakan
sebuah bukti dalam salah satu teorinya yang mengatakan bahwa “kaum
komunis tidak punya tanah air”. Teori ini merupakan teori mengenai dirinya
sendiri.
Di inggris Marx tinggal di distrik Soho, yaitu sebuah perkampungan
kaum miskin dan gelandangan. Kehidupannya di tempat ini diiringi dengan
berbagai penderitaan dan kemiskinan. Penghasilanya sebagai penulis di
sebuah surat kabar New York Tribune tidak mencukupi kebutuhan rumah
tangganya, namun sahabatnya Engels selalu membatunya untuk tetap
bertahan hidup.
Meskipun Marx selalu di usir dari negeri ke negeri di Eropa akibat
kegiatan revolusinya, bahkan ia sampai jatuh kedalam lembah kemiskinan
dan penderitaan, namun Marx tak pernah berhenti dari aktifitas
revolusionernya. Kota London tercatat sebagai tempat pengkristalan segenap
teorinya khususnya dalam masalah ekonomi di samping aktifitasnya dalam
memajukan rumusan-rumusan sosialis. Ia kembali menerbitkan majalah Neue
Renishce Zeitung sebagai media menyatakan pikiran-pikirannya.10
Tulisan-tulisannya berbentuk pamflet, namun kemudian dibukukan,
seperti : The Class Strugle in France dan The Eingh-teenth Brumaire of
Louis Bonaparte yang menerangkan tentang pandangan materialisme historis
9 Andi M. Ramly, op.cit.,hlm. 43 10 Andi M. Ramly, op.cit.,hlm. 45
7
dan menerangkan kondisi berikut sebab yang mendasari kudeta Napoleon
Bonaparte.
Marx memandang kehancuran sosial diakibatkan oleh keadaan
perekonomian yang kacau berkaitan dengan mekanisme sistem pemerintahan
yang ada, salah satunya dengan keikut sertaan lembaga gereja yang
dipandangnya telah dipakai oleh penguasa sebagai alat untuk memeras dan
memperbudak kaum buruh yang miskin. Menurut Marx, agama merupakan
candu yang meninabobokan masyarakat (it is the opium of the people) dalam
bukunya Contribution to The Critique of Hegel’s Philosophy of Right.11
Marx banyak menghabiskan hari-harinya di British Musium Exploring
untuk melakukan kegiatan riset yang lebih rinci mengenai peran sistem
kepitalis. Hasil dari studinya ini adalah buku A Contributio to the Critique of
Political Ekonomi dan kemudian disusul dengan buku karya terbesarnya yang
paling monumental yaitu Das Kapital. Jilid pertama buku Das Kapital
diterbitkan pada tahun 1867 berisi tentang produksi kapital dan cara kerja dari
sistem kapitalis dimana Marx juga mengemukakan teori nilai kerja (work
value) dan teori nilai lebih (surplus value).
Popularitas Marx sebagai penulis dan pemimpin gerakan buruh
Internasional naik kembali. Namun perpecahan gerakan internasional tahun
1876, dan kegagalan berbagai gerakan revolusioner dan penyakit-penyakit,
akhirnya membuat Marx ambruk. 12 Kehidupan kelabu Marx yang penuh
penderitaan di masa ini dapat dilihat dalam beberapa potongan surat buatan
Marx yang dikirimkan kepada Enggels :
“Istriku sakit, si kecil Jeny sakit, pembantu [Helene] menderita
semacam demam penyakit jiwa, saya tidak sanggup memanggil dokter sebab
saya tidak mempunyai uang untuk membayarnya. Untuk delapan atau
sepuluh hari yang lalu kami masih sanggup membeli roti dan kentang, namun
untuk sekarang saya ragu untuk dapat menyediakannya”.13
11 Lihat : Andi M. Ramly, op.cit.,hlm. 46 12 Lihat : Yesmil Anwar & Adang, loc. Cit. 13 Andi M. Ramly, op.cit., hlm 44
8
Pada tahun 1881 Isteri Marx meninggal, kemudian disusul oleh
puterinya Jeny pada tahun 1882 dan akhirnya disusul oleh Marx sendiri yang
meninggal pada tahun 1883.
B. Asumsi Teoritis dan Pokok Pemikiran Karl Marx
1. Kelas Sosial (Kapitalis dan Plroletar)
Bagi Marx dan Engels, kelas merupakan pengelompokan sosial paling
mendasar pada masyarakat. 14 Kelas sosial sendiri terus bertransformasi
hingga akhirnya muncul kaum kapitalis dan kaum proletar.
Pada awalnya, dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia
harus melalui sebuah proses tindakan produktif (bekerja) untuk mengubah
lingkungan alam agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia tidak
bisa menyesuaikan diri secara fisiologis terhadap segala lingkungan alamiah.
Untuk mengefektikan kerjanya, maka manusia dituntut untuk saling
bekerjasama. Jadi hubungan sosial pokok atas semua hubungan sosial adalah
hubungan produksi.
Dalam buku The German Ideology (1846) Marx dan Engels 15
mengemukakan ada empat corak produksi 16 atau formasi sosial dalam
perjalanan sejarah manusia, yaitu:
Ragam kesukuan yang terkait dengan bentuk produksi primitif seperti
berburu-meramu, penggembalaan, dan pengolahan lahan secara
sederhana;
Formasi sosial perbudakan, seperti pada jaman Yunani dan Romawi
kuno;
Formasi sosial feodal yang merujuk pada tatanan sosial-ekonomi
Perancis dan Inggris sejak abad ke-8 hingga menjelang revolusi Perancis
(1789);
14 Lihat : Dede Mulyanto. Antropologi Marx (Karl Marx tentang Masyarakat dan Kebudayaan). Bandung : Ultimus, 2011. Hlm. 107 15 Ibid., Hlm. 67 16 Corak produksi adalah gabungan kompleks antara kekuatan dan hubungan produksi yang memungkinkan masyarakat memproduksi kebutuhan materialnya.
9
Corak produksi kapitalis yang sudah muncul sekitar abad ke-16 dan
menjadi dominan dengan revolusi industri.
Menurut Marx, apabila masyarakat dilihat secara keseluruhan akan
ada dua kelas utama yang saling berhadapan dalam tatanan ekonomi kapitalis
yaitu borjuis dan proletar. Borjuis adalah sekelompok pemilik sarana
produksi dan pembeli tenaga kerja, sedangkan proletar adalah sekelompok
orang yang tidak memiliki sarana produksi dan hidup dari menjual tenaga
kerjanya.17 Borjuis sama dengan kapitalis, kapitalis merupakan orang yang
menghasilkan uang dengan uang.
Untuk menghasilkan uang dari uangnya, maka kapitalis harus
membuat relasi sosial dengan proletariat dengan cara membeli tenaganya
untuk dipekerjakan. Prinsip ekonomi kapitalis adalah melakukan kegiatan
ekonomi dengan biaya produksi seminimal mungkin dan berusaha
mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Maka, untuk meminimalkan
biaya produksi, kapitalis membeli murah tenaga proletar. Dari sinilah muncul
teori nilai-lebih yang dikemukakan oleh Marx.
a) Teori Nilai Lebih
Dalam teori nilai lebih, Marx mengemukakan bahwa kapitalis
membayar buruh dengan harga yang tidak sepadan dengan pekerjaan yang
dilakukan si buruh. Caranya dengan tidak menghentikan kerja seorang buruh
ketika pekerjaan tersebut sudah menghasilkan komoditi yang nilainya setara
dengan tenaga siburuh yang dibelinya. Artinya siburuh harus melakukan dua
jenis kerja, yaitu kerja untuk menghasilkan nilai yang setara dengan upah
yang diperolehnya dan kerja untuk menghasilkan nilai bagi si kapitalis.18
Kerja lebih inilah yang menjadi ‘nilai lebih’ sebagai sumber utama
keuntungan bagi si kapitalis.
Dengan hadirnya teknologi, apabila dilihat secara sepintas tingkat
kesejarteraan buruh relatif meningkat, namun peningkatannya tidak
sebanding dengan peningkatan kekayaan kapitalis.
17 Ibid., hlm. 108 18 Ibid., hlm. 168
10
b) Teori Akumulasi Kapital
Menurut Marx, bukan karena pribadi si kapitalis yang serakah dan
tidak berbudi yang menyebabkan ia harus mengambil bagian ‘nilai-lebih’
lebih banyak. Namun, hukum persaingan dalam kapitalisme mewajibkan
setiap kapitalis meningkatkan keuntungan agar bisa mengakumulasi dan
mengembangkan kapitalnya terus menerus demi mempertahankan usahanya
dari persaingan dengan kapitalis-kapitalis lainnya.
c) Teori Alienasi
Menurut Marx, alienasi merupakan akibat dari hilangnya kontrol
individu atas kegiatan kreatifnya sendiri dan produksi yang dihasilkannya.
Pekerjaan dialami sebagai suatu keharusan untuk sekedar bertahan hidup dan
tidak sebagai alat bagi manusia untuk mengembangkan kemampuan
kreatifnya. Alienasi melekat dalam setiap sistem pembagian kerja dan
pemilikan pribadi, tetapi bentuknya yang paling ekstrem ada di dalam
kapitalisme, dimana mekanisme pasar tersebut menurunkan kodrat manusia
menjadi komoditi. Bentuk ekstrem alienasi itu merupakan akibat dari
perampasan produk buruh oleh majikan kapitalisnya.
2. Konflik Sosial dan Komunisme
Adanya kesenjangan dan perbedaan distribusi kekayaan antara
kapitalis dan proletar menyebabkan timbulnya konflik antar kelas. Kelas
buruh mengalami banyak penindasan dan penghisapan dalam segala
kemampuannya. Konflik antara kaum kapitalis dan proletar merupakan titik
sentral dari kajian Marx mengenai masyarakat. Bahkan bagi Marx sebuah
kelas dianggap benar-benar eksis ketika orang menyadari bahwa ia sedang
berkonflik dengan kelas-kelas lain. Tanpa kesadaran ini, menurut Marx
mereka hanya akan membentuk suatu kelas dalam dirinya (Class in its Self),
ketika mereka mulai menyadari konflik terjadi, maka mereka menjadi suatu
kelas yang sebenarnya atau sering disebut kelas untuk dirinya (Class for its
Self).
11
Segala macam konflik mengasumsikan bentuk dari peningkatan-
peningkatan konsolidasi terhadap kekacauan.19 Dalam pandangan Campbell,
Marx melihat masyarakat sebagai sebuah proses perkembangan yang akan
menyudahi konflik dengan konflik. 20 Namun pertentangan kelas dari segi
ekonomi ini akan berakhir dengan sebuah keadaan masyarakat tanpa kelas,
tanpa konflik dan kreatif yang dinamakan ‘komunis’.
Ketika kaum proletariat sudah menjadi satu kesatua bertindak yang
meliputi seluruh dunia, maka Marx meramalakan akan terjadi revolusi kaum
buruh dengan cara merampas paksa semua alat produksi yang selama ini telah
menjadi alat penindas kapitalis terhadap proletar. Revolusi tersebut menjadi
penutup tahap sejarah kapitalis dan akan muncul tahap sejarah baru komunis.
Dalam tahap komunis, manusia akan benar-benar menjadi subjek sejarah
dimana dapat mengatur hubungannya dengan alam secara rasional yang
menguasai proses produksi. Sisa-sisa masyarakat kapitalis akan segera
disingkirkan oleh para diktator proletariat. Apabila semua hal tersebut sudah
terpenuhi, maka negara akan berangsur-angsur lenyap karena sudah tidak
diperlukan lagi.
3. Agama dan Ideologi
Marx memandang agama sebagai sebuah ideologi dimana Marx
menempatkan agama dalam konteks sosial-historis. Sebagai sebuah ideologi,
agama berfungsi sebagai seperangkat sanksi moral, khayal, penghibur atas
kondisi ketidakadilan, penyelubung kenyataan dan pembenar
ketidaksetaraan.21
Marx menganggap agama sebagai perwujudan dari rasa ketertindasan
dan pembenaran atas tatanan sosial yang ada. Agama menjadi candu bagi
masyarakat. Marx menekankan bahwa agama sebenarnya muncul dari kondisi
material tertentu bukan dari wahyu atau gagasan kreatif yang muncul begitu
19 Wardi Bachtiar. Sosiologi Klasik (dari Comte Hingga Parsons). Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, hlm. 125 20Lihat di : Imam B. Jauhari. Teori Sosial (Proses Islamisasi dalam Ilmu Pengetahuan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012, hlm. 69 21 Dede Mulyanto, Op.cit., hlm. 149
12
saja karena ilham illahiyah tanpa adanya pergulatan dialektik antara
kesadaran dengan lingkungan. Ia melihat bahwa agama berlaku atas
masyarakat bagaikan candu yang meringankan penderitaan, tetapi tidak
menghilangkan keadaan yang memunculkan penderitaan tersebut.
menurutnya agama semata-mata bersifat menenangkan orang dan
memungkinkan orang-orang yang berada dibawah pengaruh agama tersebut
menerima begitu saja keadaan sosial karena perhatian mereka dialihkan
kepada harapan akan kebahagiaan kehidupan di kemudian hari dimana semua
penderitaan dan kesengsaraan akan lenyap untuk selama-lamanya (alam
akhirat).
Hubugan erat antara kondisi-kondisi kehidupa material dan
suprastruktur sulit untuk diidentifikasi adalah karena ideologi-ideologi itu
memberikan ketimpangan dan kekukurangan dalam kehidupan material.
Akibatnya, meskipun ideologi itu mencerminkan dan hubungan-hubungan
produksi dalam masyarakat, cerminan itu seringkali menyimpang atau dalam
istilah Marx sebagai “suatu kesadaran-dunia yang terbalik”.22 Saat ideologi-
ideologi tersebut menjadi kesadaran subjektif seseorang akan menyebabkan
individu tersebut tidak mampu menyadari kepentingan mereka yang
sesungguhnya. Contohnya seseorang buruh lebih menunjuk sebab kemiskinan
yang dideritanya karena nasib atau taqdir dibanding karena praktik
penghisapan para kapitalis.
4. Negara
Dalam pandangan Marx, keberadaan negara dikaitkan dengan
kemunculan kelas-kelas dan pertentangannya. Menurut Marx, negara adalah
komite eksekutif kelas penguasa. Negara adalah suatu badan politik yang
terutama berfungsi melindungi kepentingan ekonomi dan politik kelas sosial
yang memegang dominasi. Ketika masyarakat terpilah kedalam kelas-kelas,
maka negara menjadi suatu keharusan dari sudut pandang kelas dominan.
Meskipun Marx menempatkan negara sebagai sarana kelas dominan,
namun ia juga membedakan antara elite politik dengan elite ekonomi dalam
22 Lihat di: Dede Mulyanto, op.cit., hlm. 141
13
kelas dominan. Marx memandang bahwa kelas dominan tidaklah seragam.
Ada banyak faksi dan kepentingan berlainan di dalamnya. Untuk itu, negara
bertindak lanyaknya lembaga mandiri.
C. Metodologi
Pendekatan yang digunakan oleh Karl Marx untuk menemukan
hukum-hukum yang mendasari segala perubahan dalam sejarah adalah
materialisme historis. Istilah materialisme historis sendiri bukan secara
langsung dikemukakan oleh Marx, namun istilah ini sebenarnya penamaan
oleh para penulis setelah Marx. Di dalam buku The German Ideology yang
Marx tulis bersama sahabat Engels, disebutkan pendekatan sejarah
empirisnya dengan pandangan materialis atas sejarah.
Materialisme historis merupakan pendekatan sejarah empiris,
maksudnya melalui pengamatan atas peristiwa-peristiwa historis yang terjadi
dapat ditemukan hukum-hukum pergerakan sejarah.23 Pengetahuan terhadap
hukum sejarah dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk meramalkan
masa depan.
Dalam pandangan Marx, fungsi dari pengetahuan bukanlah untuk
pengetahuan itu sendiri, melainkan harus menjadi praktik. Oleh karena itu
upaya-upaya yang dilakukan Marx untuk menemukan hukum-hukum yang
mendasari segala perubahan dalam sejarah adalah untuk ikut aktif
menentukan arahnya. Marx memandang bahwa pengetahuan harus digunakan
untuk menegakan keadilan dan untuk menguak kenyataan yang sebenarnya
dari kabut kesadaran palsu yang telah membuat manusia terasing dari
lingkungan dan serta dirinya sendiri.
Sebagian besar karier hidup Marx dihabiskan untuk kegiatan
revolusionernya dangan menganalisis sejarah masyarakat berkelas yang pada
khususnya adalah masyarakat borjuis. Analisisnya ini bukan saja hanya untuk
mengetahui hukum-hukum yang menjadi benteng pertahanan kelas tersebut,
melainkan juga untuk merobohkan kelas masyarakat tersebut.
23 Dede Mulyanto, op.cit., 50
14
Dasar-dasar materialisme historis adalah pandangan bahwa sejarah
berisi manusia yang nyata, kegiatan-kegiatan mereka, dan kondisi material
kehidupan baik yang ditemukan sudah ada sebelumnya ataupun yang
dihasilkan oleh kegiatan-kegiatan mereka melalui kerja. Menurut Marx,
premis pertama sejarah manusia adalah keberadaan manusia yang sedang
hidup dan menghidupkan sejarah. 24 Oleh sebab itu pertama-tama yang paling
penting untuk diperhatikan adalah hubungan antar individu beserta hubungan
antara mereka dengan lingkungan.
Marx menempatkan manusia ‘yang berdarah-berdaging’, yang
bergulat langsung dengan lingkungan materialnya sebagai pelakon utama
dalam drama sejarah.25 Apabila Hegel mempunyai gagasan bahwa Tuhanlah
yang menciptakan manusia, sementara Feuerbach bergagasan bahwa
manusialah yang menciptkan Tuhan, maka Karl Marx mempunyai gagasan
bahwa manusialah yang menciptakan sejarah yang kemudian menciptakan
Tuhan. Marx menempatkan manusia sebagai tujuan tertinggi pembebasan dari
keterbelengguan hubungan-hubungan sosial yang menindas.
D. Analisis dan Tanggapan terhadap Pemikiran Karl Marx dari Segi
Perspektif Islam
1. Analisis
Sebuah kata kunci pokok yang menjadi penyebab utama dari
pemikiran seorang Karl Marx adalah ‘keadilan’. Berangkat dari hal tersebut,
dapat dicermati bagaimana Karl Marx melihat ketidak adilan yang terjadi
pada masyarakat proletar. Marx merasa kasihan terhadap kesengsaraan yang
dirasakan oleh kelas buruh.
Penghisapan dan pengakumulasian yang dilakukan oleh para kapitalis
membuat para buruh sengsara, dan ironisnya lagi dalam pandangan Marx
justru si buruh tidak menyadari penyebab sebenarnya akan kemiskinan yang
dialaminya. Ia malah merasa bahwa yang menyebabkan kemiskinan tersebut
24 Ibid. Hlm. 50 25 Ibid. Hlm. 52
15
adalah karena nasib atau taqdir dari Tuhan padahal kemiskinan tersebut
diakibatkan oleh penghisapan besar-besaran dan akumulasi yang dilakukan
oleh para kapitalis. Sehingga Marx memandang, agama sebagai ideologi
hanyalah memberikan ilusi-ilusi palsu yang membuat seseorang tenang dalam
kesadaran palsu dan melupakan kepentingan yang sebenarnya.
Marx mengakui bahwa bukanlah sifat si kapitalis yang serakah
ataupun biadab yang menyebabkan si kapitalis harus mengambil ‘nilai-lebih’
sebanyak mungkin dan mengakumulasikannya, melainkan karena sistem
kapitalis yang yang mengharuskan setiap kapitalis untuk melakukan hal
tersebut, karena jika tidak si kapitalis akan kalah bersaing dengan kepitalis
yang lainnya.
Sistem kapitalis dipandang sebagai biang dari ketidakadilan tersebut
maka menurut Marx sistem tersebut harus diganti dengan sistem komunis
yang dipandangnya mampu menghilangkan ketidakadilan. Caranya dengan
merampas paksa hak milik pribadi para kapitalis sehingga alat produksi
menjadi milik bersama dan distribusi kekayaannya akan merata.
2. Tanggapan terhadap Pemikiran Marx Berdasarkan Perspektif Islam
Menurut Kuntowijoyo,26 Islam mengakui adanya diferensiasi bahkan
polarisasi sosial. Al-Qur’an melihat fenomena sosial tersebut sebagai
Sunnatullah. Sebagai hukum alam, sebagai realitas empiris yang ditakdirkan
terhadap dunia manusia. Tidak sedikit ayat Al-Qur’an yang mengakui akan
adanya perbedaan kelas sosial tersebut.
Meskipun demikian bukan berarti bahwa Islam mentoleransi27 adanya
Social inequality (ketidakrataan sosial) yang menyebabkan ketidak adilan.
Tentu saja mengakui dan mentoleransi itu berbeda. Realitas empiris yang
sangat dipengaruhi oleh penomena diferensiasi dan polarisasi, oleh Islam
dipandang sebagai ajang real kehidupan duniawi tempat setiap muslim akan
memperjuangkan cita-cita keadilan sosialnya.28 Islam menuntut kepada setiap
26 Lihat di: Imam B. Jauhari, op.cit., hlm. 77 27 Mentoleransi disini berarti : mendiamkan atau membiarkan 28 Imam B. Jauhar, op.cit., hlm. 78
16
muslim untuk menegakan keadilan dimana hal tersebut memiliki nilai ibadah,
sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 90:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (Q.S. An-Nahl : 90)
Pengaturan tata dan konflik sosial dalam pandangan Islam semata-
mata tidak boleh karena nilai kemanusiaan, melainkan untuk menegakkan
keadilan dan mendapat keridaan dari Allah SWT. Islam mengakui adanya dua
realitas atau sering disebut dengan realitas ganda, yaitu realitas dunia dan
realitas Akhirat. Realitas dunia meruapak realitas empiris yang berada dalam
struktur objektif sedangkan realitas normatif berada dalam struktut subjektif.
Kuntowijoyo juga menegaskan bahwa realitas normatif mencegah
konflik-konflik antar golongan baik secara vertikal maupun horizontal.
Konflik dipandang sebagai suatu yang inheren dalam Islam, namun Islam
tidak mentoleransi ketidakadilan sosial yang terjadi karenanya.
Memang Marx dalan konteks ini berusaha untuk menegakkan
keadilan, namun cara yang ditempuhnya tidak tepat. Sebuah gerakan suatu
kelas yang berusaha meniadakan kelas yang lainnya merupakan gerakan
melawan fitrah. Islam memang mengakui harus adanya gerakkan untuk
menegakan keadilan, namun gerakan itu gerakan itu tidak bersifat Class for
its Self yang mementingkan kelas itu sendiri.
Salah satu solusi konkret yang ada dalam Islam untuk mencegah
konflik ketidakadilan tersebut adalah dengan mekanisme zakat. Zakat
17
merupakan kewajiban bagi orang yang telah mencapai nisabnya untuk
menegakkan keadilan. Zakat tidak bersifat karitatif (atas kasih sayang) tetapi
bersifat imperatif yang dapat dituntut oleh kelas miskin.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bografi Karl Marx
Karl Marx lahir di Trier, Prusia pada tanggal 5 Mei 1818.
Pada tahun 1835, Marx masuk ke Fakultas Hukum, Universitas Bonn
atas kehendak ayahnya dan setelah satu tahun Marx pindah ke
Universitas Berlin untuk belajar filsafat dan sejarah.
Pada tahun 1841, Marx menerima gelar Doktor dalam ilmu filsafat.
Setelah menyelesaikan kuliahnya, Marx mengabdikan seluruh
hidupnya menjadi aktifis sosialis radikal yang menentang kapitalis.
2. Pokok Pemikiran dan Asumsi Teoritis Karl Marx
Kelas Sosial (Kapitalis dan Proletar), Menurut Marx apabila
masyarakat dilihat secara keseluruhan akan ada dua kelas utama yang
saling berhadapan dalam tatanan ekonomi kapitalis yaitu borjuis dan
proletar.
Konflik Sosial dan Komunisme, titik sentral dari kajian Marx
mengenai masyarakat adalah konflik antara kaum kapitalis dan proletar
yang pada akihirnya diramalkan sistem komunis akan menggantikan
sistem kapitalis.
Agama dan Ideologi, Marx memandang agama sebagai ideologi yang
memberikan kesadaran palsu.
Negara, menurut Marx negara merupakan komite eksekutif kelas
penguasa
3. Metodologi yang digunakan Karl Marx adalah metodologi materialisme
historis.
4. Analisis dan tanggapan terhadap pemikiran Karl Marx dari segi perspektif
Islam.
19
Analisis: pokok dari semua pemikiran Marx adalah ketidakadilan
pada sistem kapitalis dan cara untuk menegakkan keadilannya
dengan sistem komunis.
Tanggapan: cara yang ditempuh Marx untuk menegakkan dengan
komunisme merupakan gerakan melawan fitrah.
B. Saran
Sebagai insan akademisi, maka sudah seharusnya setiap mahasiswa
menempatkan sebuah pemikiran yang salah satunya dari Karl Marx pada
posisi yang benar. Yakni dengan tidak menempatkan pemikiran Karl Marx
sejajar dengan kitab suci ataupun juga sebaliknya dengan menganggap teori
pemikiran Karl Marx sebagai sebuah hal yang ‘haram’ untuk dipahami,
melainkan sebagai sebuah hal yang perlu kita pelajari, namun kebenarannya
tidak sama seperti Al-Qur’an yang tidak dapat dikritisi.
Selain itu, kita juga sebagai mahasiswa yang berada di bawah naungan
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung yang mempunyai ciri
khas ‘benafaskan Islami’, maka sudah seharusnya bagi kita untuk
mengkomparasikan apa yang kita analisis dengan perspektif Islam baik
bersumber dari Al-Qur’an maupun bersumber dari Hadits.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Yasmi & Adang. Sosiologi untuk Universitas. Bandung: Refika Aditama,
2013.
Bachtiar, Wardi. Sosiologi Klasik (Dari Comte hingga Parsons). Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2010.
Jauhari, Imam B. Teori Ilmu Sosial (Proses Islamisasi dalam Ilmu Pengetahuan).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Mulyanto, Dede. Antropologi Marx (Karl Marx tentang Masyarakat dan
Kebudayaan). Bandung: Ultimus, 2011.
Ramly, Andi M. Peta Pemikiran Karl Marx (Materialisme Dialektis dan
Materialisme Historis). Yogyakarta: LKiS, 2009.
Yuana, Kumara Ari. The Greatest Philoshophers (100 Tokoh Filsuf Barat Abad 6
SM – Abad 21). Yogyakarta: Andi Offset, 2010.