makalah jiwa

22
 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang dimiliki seseorang terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran yang berharga bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk kemampuan dan patut dipertimbangkan (Townsend, 2005). Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan orang dan dapat diekspresikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi. Harga diri rendah kronik merupakan suatu keadaan yang maladaptif dari konsepdiri, dimana perasaan tentang diri atau evaluasi diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang cukup lama. Termasuk didalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang negatif dan dihubungkan dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak adekuat. Harga diri rendah kronik merupakan suatu komponen utama dari depresi yang ditunjukkan dengan perilaku sebagai hukum dan tidak mempunyai rasa (Stuart & Laraia, 2001). Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal mencapai keinginan (Kelliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini  jika tidak segera ditanggu langi sudah tentu berdampa k pada ganggu an jiwa yang lebih berat. Beberapa tanda- tanda harga diri rendah yaitu rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan sosial, kurang percaya diri kadang sampai mencederai diri sendiri (Townsend, 1998). Dalam hal ini penulis mengambil kasus harga diri rendah dikarenakan masalah- masalah kejiwaan bisa muncul lebih serius itu dimulai dari harga diri rendah. Kasus ini juga dapat memberikan gambaran bagaimana seseorang

Upload: cecillia-pakpahan-marjorie

Post on 19-Jul-2015

638 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 1/22

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang

dimiliki seseorang terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran yang

berharga bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk kemampuan dan patut

dipertimbangkan (Townsend, 2005).

Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan orang dan

dapat diekspresikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi. Harga diri rendah kronik 

merupakan suatu keadaan yang maladaptif dari konsepdiri, dimana perasaan tentangdiri atau evaluasi diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang cukup lama.

Termasuk didalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang negatif dan dihubungkan

dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada harapan, ketakutan, merasa sedih,

sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak adekuat. Harga diri rendah kronik 

merupakan suatu komponen utama dari depresi yang ditunjukkan dengan perilaku

sebagai hukum dan tidak mempunyai rasa (Stuart & Laraia, 2001).

Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering

muncul adalah gangguan konsep diri harga diri rendah, yang mana harga diri rendah

digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

mencapai keinginan (Kelliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini

 jika tidak segera ditanggulangi sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang

lebih berat. Beberapa tanda- tanda harga diri rendah yaitu rasa bersalah terhadap diri

sendiri, merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan

sosial, kurang percaya diri kadang sampai mencederai diri sendiri (Townsend, 1998).

Dalam hal ini penulis mengambil kasus harga diri rendah dikarenakan

masalah- masalah kejiwaan bisa muncul lebih serius itu dimulai dari harga diri

rendah. Kasus ini juga dapat memberikan gambaran bagaimana seseorang

Page 2: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 2/22

 

mengalami gangguan pada konsep dirinya yaitu harga diri rendah dan dampak apa

saja yang bisa ditimbulkan jika masalah tersebut tidak teratasi.

B. TUJUAN PENULISAN

1.  Tujuan Umum

Tujuan penulisan yang ingin penulis dapatkan adalah diperolehnya

pengalaman secara nyata dalam melakuka asuhan keperawatan pada pasien dengan

harga diri rendah di Ruang Indragiri Rumah Sakit Jiwa Tampan.

2.  Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan konsep diri:harga diri rendah.

b. Mampu merumuskan diagnose keperawatan pada klien dengan gangguan

konsep diri: harga diri rendah.

c.  Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan

konsep diri: harga diri rendah.

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan gangguan

konsep diri: harga diri rendah.

e.  Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan gangguan konsep

diri: harga diri rendah.

f.  Mampu mengidentifikasi fakto pendukung dan penghambat serta mencari

solusi dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, serta mampu memberikan

masukan kepada pihak tim kesehatan yang ada di rumah sakit.

g. Mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dengan kasus dengan

gangguan konsep diri: harga diri rendah.

h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk 

narasi.

Page 3: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 3/22

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Konsep Diri

Gangguan konsep diri merupakan suatu kondisi dimana individu mengalami

atau berisiko mengalami kondisi perubahan perasaan pikiran atau pandangan dirinya

sendiri yang negatif (Carpenito, 2001). Gangguan konsep diri meliputi gangguan

pada : gambaran diri, ideal diri, penampilan peran, identitas diri dan harga diri.

1. Gambaran diri

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan

tidak sadar.Sikap tersebut mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk,fungsi, penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu. Disaat seseorang lahir

sampai mati, maka selama 24 jam sehari individu hidup dengan tubuhnya, sehingga

setiap perubahan tubuh akan mempengaruhi kehidupan individu. Individu yang stabil,

realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan

yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses didalam kehidupan

sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga dirinya (Stuart, 2007).

2. Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku

sesuai dengan standar pribadi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri :

kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya, faktor

budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri, ambisi dan keinginan

untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri (Stuart & Sunden,

1998).

3. Penampilan peran

Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial

berhubungan dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran yang

ditetapkan adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang

diterima adalah peran yang terilih atau dipilh oleh individu (Stuart, 2007).

Page 4: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 4/22

 

4. Identitas diri

Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari

observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri

sebagai suatu kesatuan yang utuh (Stuart, 2007). Pengorganisasian prinsip dari

kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, keimbangan, konsistensi dan

keunikan individu. Seseorang yang mempunyai perasaan identitas yang kuat akan

memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.

Kemandirian timbul dari perasaan berharga (respek terhadap diri sendiri),

kemampuan dan penguasaan diri. Seseorang yang mandiri dapat mengatur dan

menerima dirinya.

5. Harga diri

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri ( Stuart, 2007). Harga diri

yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,

walaupun melakukan kekalahan dan kegagalan tetapi tetap merasa sebagai seorang

yang penting dan berharga ( Carpenito, 2001)

Ada 4 cara untuk meningkatkan harga diri pada individu (Stuart & Sunden,

1998) yaitu : memberi kesempatan untuk berhasil, menanamkan gagasan, mendorong

aspirasi, membantu membentuk pertahanan diri (koping).

Harga diri yang rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang

buruk yang mengakibatkan individu cenderung melakukan kesalahan-kesalahan yang

berangkat dari sebab-sebab internal (Carpenito, 2001).

Faktor predisposisi gangguan harga diri, (Suliswati,dkk 2005):

a. Penolakan dari orang lain.

b. Kurang penghargaan.

c. Pola asuh yang salah: terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu

dituntut dan tidak konsisten.

d. Persaingan antar saudara.

e. Kesalahan dan kegagalan yang berulang.

Page 5: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 5/22

 

f. Tidak mampu mencapai standart yang ditentukan.

Karakteristik gangguan harga diri meliputi : tampak atau tersembunyi,

menyatakan kekurangan dirinya, mengekspresikan rasa malu atau bersalah, menilai

diri sebagai individu yang tidak memiliki kesempatan, ragu-ragu untuk mencoba

sesuatu/situasi yang baru, mengingkari masalah yang nyata pada orang lain,

melemparkan tanggung jawab terhadap masalah, mencari alasan untuk kegagalan diri,

sangat sensitive terhadp kritikan, merasa hebat (Stuart, 2007).

Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah meliputi: mengkritik diri

sendiri atau orang lain, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada

orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting yang berlebihan, perasaan

tidak mampu, mudah tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan negativemengenai tubuhnya sendiri, pandangan hidup yang pesimis, kecemasan (Stuart, 2007)

B. Harga Diri

1.  Pengertian

Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri ( Stuart, 2007). Harga diri

yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,

walaupun melakukan kekalahan dan kegagalan tetapi tetap merasa sebagai seorang

yang penting dan berharga ( Carpenito, 2001)

Harga diri rendah merupakan bagian masalah psikososial yang banyak 

ditemukan di tengah - tengah masyarakat menunjukkan grjuti oungu, penilaian

individu yang subjektif, yang dipengaruhi oteh lisien harga diri rendah adalah pasien

cenderung untuk menilai dirinya negatii dan merasa lebih rendah dari orang lain

(Departemen Kesehatan RI, 2000).

Harga diri adalah pandangan keseluruhan dari individu tenang dirinya sendiri.

Penghargaan diri juga kadang dinamakan martabat diri atau gambaran diri. Misalnya,

anak dengan penghargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya memandang dirinya

sebagai seseorang, tetapi juga sebagai seseorang yang baik (Santrock, 2010).

Page 6: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 6/22

 

Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang dimiliki

seseorang terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu  ukuran yang berharga

bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk   kemampuan dan patut dipertimbangkan

(Townsend, 2005).

2.  Pembentukan Harga Diri

Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak berhadapan dengan

dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Interaksi

secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan peran yang saling tergantung

pada orang yang bicara dan orang yang diajak bicara. Interaksi menimbulkan

pengertian tentang kesadaran diri, identitas, dan pemahaman tentang diri. Hal ini akanmembentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai orang yang berarti, berharga,

dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga individu mempunyai perasaan harga

diri (Burn, 1998).

Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak berhadapan dengan

dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Interaksi

secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan peran yang saling tergantung

pada orang yang bicara dan orang yang diajak bicara. Interaksi menimbulkan

pengertian tentang kesadaran diri, identitas, dan pemahaman tentang diri. Hal ini akan

membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai orang yang berarti, berharga,

dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga individu mempunyai perasaan harga

diri (Burn, 1998).

3.  Klasifikasi Harga Diri

Harga diri ada 2 macam: harga diri rendah kronis dan harga diri rendah situasi

(Carpenito, 2001 ).

a. Harga diri rendah kronis adalah suatu kondisi penilaian diri yang negatif 

berkepanjangan pada seseorang atas dirinya.

Page 7: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 7/22

 

Karakteristiknya antara lain :

 Mayor: untuk jangka waktu lama / kronis : Pernyataan negatif atas dirinya,

ekspresi rasa malu/ bersalah, penilaian diri seakan-akan tidak mampu menghadapi

kejadian tertentu, ragu-ragu untuk mencoba sesuatu yang baru.

 Minor: Seringnya menemui kegagalan dalam pekerjaan, tergantung pada pendapat

orang lain, presentasi tubuh buruk, tidak asertif bimbang,dan sangat ingin mencari

ketentraman.

b. Harga diri rendah situasional suatu keadaan dimana seseorang memiliki perasaan-

perasaan yang negatif tentang dirinya dalam berespon terhadap peristiwa

(kehilangan, perubahan).

Karakteristiknya : Mayor : Kejadian yang berulang / berkala dari penilaian diri yang negatif dalam

berespon terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara positif, menyatakan

perasaan negatif tentang dirinya ( putus asa, tidak berguna).

 Minor : Pernyataan negatif atas dirinya, mengekspresikan rasa mal/bersalah,

penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa/situasi kesulitan membuat

keputusan, mengesolasi diri.

4.  Aspek-aspek Harga Diri

Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak berhadapan dengan

dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Interaksi

secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan peran yang saling tergantung

pada orang yang bicara dan orang yang diajak bicara. Interaksi menimbulkan

pengertian tentang kesadaran diri, identitas, dan pemahaman tentang diri. Hal ini akan

membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai orang yang berarti, berharga,

dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga individu mempunyai perasaan harga

diri (Burn, 1998).

Page 8: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 8/22

 

Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak berhadapan dengan

dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang di lingkungan sekitarnya. Interaksi

secara minimal memerlukan pengakuan, penerimaan peran yang saling tergantung

pada orang yang bicara dan orang yang diajak bicara. Interaksi menimbulkan

pengertian tentang kesadaran diri, identitas, dan pemahaman tentang diri. Hal ini akan

membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai orang yang berarti, berharga,

dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga individu mempunyai perasaan harga

diri (Burn, 1998).

Ada 4 cara untuk meningkatkan harga diri pada individu (Stuart & Sunden,

1998) yaitu : memberi kesempatan untuk berhasil, menanamkan gagasan, mendorong

aspirasi, membantu membentuk pertahanan diri (koping).Harga diri yang rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang

buruk yang mengakibatkan individu cenderung melakukan kesalahan-kesalahan yang

berangkat dari sebab-sebab internal (Carpenito, 2001).

C.  Konsep Harga Diri Rendah

1.  Pengertian

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri

yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadp diri sendiri atau

kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak 

mampu mencapai keinginan sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1998). Gangguan harga

diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang

mengancam dan hubungan interpersonal yang buruk. Harga diri meningkat bila

diperhatikan/dicintai dan dihargai atau dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang

berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Harga diri tinggi/positif ditandai dengan

ansietas yang rendah, efektif dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu

yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu

beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman sedangkan

Page 9: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 9/22

 

individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan

menganggap sebagai ancaman (Yoseph, 2009).

2.  Proses

Berdasarkan hasil riset Malhi (2008, dalam http:www.tqm.com)

menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita

seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.

Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya, hal ini

menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan life span

history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering

disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masaremaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.

Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri

rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari

kemampuannya.

Dalam Purba (2008), ada empat cara dalam meningkatkan harga diri yaitu:

1) Memberikan kesempatan berhasil

2) Menanamkan gagasan

3) Mendorong aspirasi

4) Membantu membentuk koping.

3.  Faktor terjadinya

Menurut Fitria (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya

harga diri rendah yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi.

a.  Faktor predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang

tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai

tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain ideal diri yang

tidak realistis.

Page 10: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 10/22

 

b.  Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah hilannya

sebagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, mengalami

kegagalan serta menurunya produktivitas.

Sementara menurut Purba, dkk (2008) gangguan harga diri rendah dapat

terjadi secara situasional dan kronik. Gangguan harga diri yang terjadi secara

situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus

dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau menjadi

narapidana sehingga harus masuk penjara. Selain itu, dirawat di rumah sakit juga

menyebabkan rendahnya harga diri seseorang diakibatkan penyakit fisik, pemasangan

alat bantu yang membuat klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akanstruktur, bentuk dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang

mengharagai klien dan keluarga. Sedangkan gangguan harga diri kronik biasanya

sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum

dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat. Menurut Peplau dan Sulivan

dalam Yosep (2009) mengatakan bahwa harga diri berkaitan dengan pengalaman

interpersonal, dalam tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti good 

me, bad me, not me, anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amannya

tidak terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang

digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut Caplan,

lingkungan sosial akan mempengaruhi individu, pengalaman seseorang dan adanya

perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial, tidak 

dihargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat

harga diri rendah. Caplan (dalam Keliat 1999) mengatakan bahwa lingkungan sosial,

pengalaman individu dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan,

ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan

menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.

Page 11: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 11/22

 

4.  Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala harga diri rendah Keliat (2009) mengemukakan beberapa

tanda dan gejala harga diri rendah adalah:

a. Mengkritik diri sendiri

b. Perasaan tidak mampu

c. Pandangan hidup yang pesimis

d. Penurunan produkrivitas

e. Penolakan terhadap kemampuan diri.

Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan harga diri

rendah juga tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,

selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk,dan bicara lambat dengan nada suara lemah.

5.  Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensori

Harga Diri Rendah

Koping Individu Tidak Efektif 

Traumatik Tumbuh Kembang

Sumber: Yosep (2009)

Berdasarkan jurnal psikologi yang dilampirkan, Hubungan Antara

Kebiasaan Berpikir Negatif Tentang Tubuh Dengan  Body Esteem Dan Harga

Diri, dinyatakan bahwa kebiasaan berpikir negative mengenai diri sendiri dapat

Page 12: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 12/22

 

mengakibatkan individu merasa harga diri rendah. Hal ini dapat dilihat dalam

kutipan:

“Tubuh memang merupakan bagian penting dalam pembentukan konsep diri

seseorang, karena kesadaran awal manusia mengenai dirinya dimulai dari kesadaran

akan tubuhnya, pengenalan ini semakin lama akan semakin menjadi bagian yang

intim dari konsep diri secara umum (James, 1999). Oleh karena itu, selama ini sudah

banyak penelitian mengenai body esteem yang dikaitkan dengan harga diri secara

keseluruhan; baik melalui studi lintas budaya maupun lintas jender. Dari hasil-hasil

penelitian tersebut ditemukan adanya indikasi bahwa body esteem yang rendah

berhubungan dengan rendahnya harga diri seseorang; gangguan makan; serta

kerentanan terhadap depresi dan gangguan kecemasan (Henriques & Calhoun,

1999; Klaczynski, et al., 2004; Matz, et al., 2002; Verplanken, et al., 2005).

Ditemukan pula bahwa hasil-hasil tersebut bervariasi tergantung dari kelompok

yang merupakan sasaran studi, berdasarkan jenis kelamin, usia maupun

budaya/etnis. Seperti misalnya penelitian yang menemukan bahwa perempuan

memiliki body esteem yang lebih rendah dibadingkan laki-laki; dan bahwa

perubahan body esteem perempuan akan berkontribusi terhadap perubahan harga

diri secara keseluruhan; serta bahwa efek body esteem terhadap harga diri secara

keseluruhan ini bervariasi antar berbagai kelompok usia dan budaya/etnis

(McKinley, 1998; Henriques & Calhoun, 1999; Klaczynski, et al., 2004). Teori Sosial

Comparison (Dorian & Garfinkel, 2002) menyatakan bahwa setiap orang akan

melakukan perbandingan antara keadaan dirinya sendiri dengan keadaan orang-

orang lain yang mereka anggap sebagai pembanding yang realistis. Perbandingan

social semacam ini terlibat dalam proses evaluasi diri seseorang, dan dalam

melakukannya seseorang akan lebih mengandalkan penilaian subyektifnya

dibandingkan penilaian obyektif. Bila masyarakat terlanjur membentuk pandangan

bahwa penampilan fisik yang ideal itu adalah seperti yang dimiliki para model yang

Page 13: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 13/22

 

ditampilkan dalam media massa, maka akan ada kecenderungan bahwa individu

akan membandingkan dirinya berdasarkan standar yang tidak realistis. Oleh karena

itu, tidak mengherankan bahwa orang-orang yang sebenarnya memiliki proporsi

tinggi badan serta berat badan yang normal mungkin saja memiliki penilaian yang

negatif mengenai tubuhnya karena menggunakan tubuh model-model yang

dilihatnya di media masa sebagai pembanding (Vilegas  & Tinsley, 2003). Sampai

batas tertentu, proses berpikir kritis terhadap diri sendiri memang akan membantu

seseorang untuk menilai dirinya sendiri secara sehat dan untuk beradaptasi dengan

lingkungannya. Baru-baru ini Verplanken (2006) melakukan penelitian mengenai

kebiasaan seseorang untuk berpikiran negatif dalam menilai dirinya sendiri (negative

self-thinking habit ). Negative self-thinking yang menjadi kebiasaan serta terus

menerus muncul secara otomatis, sering dan menetap dalam benak seseorang,

tentunya tidak lagi berkontribusi terhadap pembentukan konsep diri yang sehat.

Sebaliknya hal tersebut merupakan suatu disfungsi psikologis, yang selanjutnya

dapat menurunkan harga diri serta membuat seseorang rentan untuk mengalami

gangguan kecemasan dan depresi (Verplanken, 2006). Negative self-thinking habit 

yang disfungsional memiliki tiga aspek sebagai berikut: (1) pemikiran tentang diri

yang muatannya negatif; (2) frekuensi munculnya pemikiran serupa itu secara

sering; dan (3) pemikiran ini muncul tanpa disadari, tanpa disengaja, serta sulit

untuk dikontrol (e.g., Haaga et al.; Moretti & Shaw dalam Verplanken, 2006).” 

Page 14: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 14/22

 

BAB III

Tinjauan Kasus

Pada hari Rabu, 5 April 2012, mulai dilakukan pengkajian dengan Ibu K.

Pada pertemuan pertama ini, Ibu K tampak kumal, jorok, bau, sering menunduk, tidak 

ada kontak mata, ngomong lambat, suara pelan, dan tidak banyak bicara. Dalam

komunikasi, diperoleh hasil wawancara dengan klien bahwa klien bernama K, belum

menikah, pendidikan hingga jenjang Sekolah Dasar, dan tinggal di Indragiri Hilir.

Dan saat melakukan kegiatan, Ibu K sering mengatakan “tidak bisa” atau tidak tahu”

apabila diminta untuk melakukan sesuatu. Ibu K mengatakan bahwa ia adalah

seorang laki-laki dan Ibu K tidak menyukai laki-laki karna punya hubungan yangtidak baik antara klien dengan kekasihnya semasa dulu. Ibu K juga mengatakan

bahwa ia adalah teman dari Nike Ardila dan Ali Topan, serta mengatakan bahwa

klien melihat gumpalan darah di atas matahari. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik,

diperoleh tekanan darah klien adalah 110/70 mmHg, nadi 75 x/mnt, dan suhu 37.

Selain dari hasil observasi dan pernyataan klien, perawat juga memperoleh data dari

rekam medis klien. Adapun data yang diperoleh dari rekam m edis bahwa klien

dimasukkan ke Rumah Sakit tersebut karena klien mengamuk dan dipasung, kadang

ketawa-ketawa sendiri dan bernyanyi. Klien adalah anak ke 3 dari 8 bersaudara dan

tidak ada keluarga klien yang memiliki riwayat gangguan jiwa. Klien berumur 23

tahun. Klien dirawat dibawa ke rumah sakit pada tanggal 16 November 2011.

Berdasarkan data yang telah diperoleh; Ibu K selalu menunduk, tidak ada

kontak mata, dan sering mengatakan “tidak bisa” saat diminta melakukan sesuatu,

sehingga perawat mendiagnosa bahwa Ibu K mengalami gangguan konsep diri: harga

diri rendah.

Setelah menetapkan daignosa, perawat membuat implementasi untuk 

membantu Ibu K mengatasi harga diri rendahnya. Perawat berencana untuk 

mengidentifikasi penyebab harga diri rendahnya, mengidentifikasi aspek &

Page 15: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 15/22

 

kemampuan positif Ibu K, membantu Ibu K memilih dan menetapkan kemampuan

yang akan dilatih, dan melatih kemampuan yang sudah dipilih. Berhubung Ibu K

mengatakan bahwa ia tidak memiliki hobi atau kegiatan lain yang bisa ia lakukan,

maka perawat menentukan kegiatan yang akan dilakukan atas persetujuan Ibu K.

Kemudian menggambar, mencuci kain dan menyanyi menjadi pilihan kegiatan yang

akan dilakukan.

Setelah menyusun rencana kegiatan tersebut, perawat membuat kontrak waktu

dalam setiap pertemuan yang dilakukan untuk menjalankan kegiatan yang telah

dipilih. Dalam kegiatan menggambar dan menyanyi, Ibu K sering kali mengatakan

“tidak bisa” dan pada kenyataannya Ibu K  mampu melakukannya dengan baik.

Dengan inforcement positif yang diberikan perawat, Ibu K semakin hari terlihatsemakin percaya diri untuk melakukan kegiatan yang dilakukan.

Setelah kegiatan berlangsung, Ibu K terlihat senang melakukan kegiatan yang

telah dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari respon Ibu K yang mau melakukan pesan

dari perawat, yaitu saat perawat meninggalkan selembar kertas untuk digambar dan

Ibu K melakukannya dan Ibu K juga mau menyanyi dan mulai rajin tersenyum

kepada orang-orang.

Page 16: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 16/22

 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.  Kesimpulan

Saat pengkajian penulis mengalami sedikit kesulitan karena pasien kurang

kooperatif. Penulis menemuan faktor presipitasi yaitu pengalaman buruk masa lalu

klien (Ibu K) terhadap lelaki yang mendustainya. Penulis menekankan komunikasi

terapeutik pada klien harga diri rendah agar klien dapat mengungkapkan perasaannya

sehingga dapat diketahui masalah-masalah yang ada pada diri klien.

Diagnose yang didapat dari pohon masalah adalah gangguan konsep diri:harga diri rendah.

Untuk perencanaan pada klien harga diri rendah, prinsip intervensinya adalah

 jangan memberikan pernyataan negative karena akan menurunkan harga dirinya,

memberikan motivasi, menggali kemampuan possitif yang dimiliki klien dan

melibatkan klien dalam aktivitas sederhana yang mampu dilakukan klien, seperti

menggambar, mencuci kain, merapikan tempat tidur dan menyanyi.

Penulis dalam melakukan implementasi, dapat dilakukan tindakan

keperawatan pada diagnose gangguan konsep diri: harga diri rendah.

Evaluasi yang didapat dari klien pada saat pertemuan terakhir adalah untuk 

implementasi keperawatan yang telah dilakukan pada diagnose deficit perawatan diri

dan gangguan konsep diri: harga diri rendah.

B.  Saran

Dalam makalah ini, penulis membuat saran kepada semua pihak yang terlibat

dalam perawatan kesehatan jiwa terutama masalah klien dengan harga diri rendah

untuk diruangan bagi tim kesehatan maupun mahasiswa yang praktek di rumah sakit

 jiwa.

Page 17: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 17/22

 

Saran untuk perawat ruangan yaitu perawat ruangan terus memotivasi dan

melibatkan klien dengan kegiatan sehari-hari seperti membersihkan ruangan, mencuci

baju, merapikan tempat tidur, dan lain-lain, pertahankan atau tingkatkan komunikasi

terapeutik serta tingkatkan koping individu dan keluarga, pertahankan dan

tingkartkan kerjasama antara perawat-klien.

Saran untuk mahasiswa yaitu agar melakukan pengkajian sesuai dengan teori

dan dapat mendokumentasikan data lengkap, agar dalam melakukan pengkajian

perawat menggunakan teknik komunikasi terapeutik , sehingga dapat terbina

hubungan saling percaya.

Page 18: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 18/22

 

Lampiran 1

JURNAL REFLEKSI

Pertama sekali waktu saya harus menginjakakkan kaki di Rumah Sakit Jiwa

Tampan, rasanya menakutkan. Apalagi ditambah dengan teriakan pasien dan

panggilan-panggilan dari mereka. Tetapi, itu semua justru hilang begitu saja saat

mulai berkomunikasi dengan pasiennya secara langsung. Semuanya menjadi

membahagiakan hingga pada pertemuan terakhir. Enggan untuk bertemu, enggan pula

untuk berpisah. Saya mendapat tugas untuk preklinik di ruang Indragiri. Di Indragiri

semua pasiennya adalah wanita.Hari pertama saat saya harus mencari pasien kelolaan untuk saya angkat

kasusnya dalam tugas perkuliahan saya, saya bingung untuk memilih pasien. Yang

saya lihat hanyalah dari fisik dan sikap yang kelihatan. Saya sangat menghindari yang

berteriak-teriak dan manggil-manggil. Saya cendereung mencari yang tenang dan bisa

diajak ngobrol. Akhirnya, saya bertemu dengan seorang ibu, bernama Ibu L.

Pertemuan pertama ini, Ibu L terlihat kooperatif dan dia mau bercerita panjang lebar

atas pertanyaan yang saya ajukan. Setelah bercakap-cakap sejenak bersama Ibu L,

saya segera mencari pasien resume. Kemudian saya punya 1 target pasien yang

sedang berbaring di tempat tidur dan terlihat tidak ingin untuk dihampiri. Tetapi saya

tetap memberanikan diri untuk menghampiri dan menegurnya. Ternyata hasilnya nol.

Kehadiran saya tidak diterima.

Hari kedua, Kamis, 5 April, pandangan saya tertuju pada pasien yang

sebelumnya menolak saya. Saya kembali menghampiri dan berhasil mendapatkan

izinny untuk ngobrol bareng, ternyata namanya Ibu K. Akan tetapi, saya menjadi lupa

kepada pasien kelolaan saya,Ibu L. Pertemuan pertama dengan Ibu K, saya langsung

diajak jalan keliling rumah sakit sambil menggandeng tangan saya. Saat itu rasanya

saya mulai mendapatkan trust nya. Ibu K tidak banyak bicara. Setiap kali diajukan

 pertanyaan, hampir semua jawabannya “tidak tahu”. Setelah selesai dari pertemuan

Page 19: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 19/22

 

dengan Ibu K, saya mencari Ibu L untuk membina trust. Akan tetapi, saat saya

mencoba menegurnya, sepertinya saya sudah kehilangan trust yang kemarin mungkin

sudah mulai tumbuh. Ibu L tidak mau lagi ngobrol dengan saya. Hari kedua berada di

rumah sakit jiwa ini, saya melihat respon yang tidak baik dari perawat terhadap

pasien. Ada salah seorang  perawat yang mengatakan “masa kamu samain pasien

sama perawat”. Saya terkejut mendengar ada perawat yang berkata seperti itu hanya

karena dia mengira pasien menggunakan gelas perawat. Mungkin memang geli

menggunakan peralatan pasien karena gelas dan piring mereka itu pada ga bersih

semua. Yang menjadi pertanyaan saya, mengapa sih peralatan pasien itu tidak dicuci

bersih? Sementara rumah sakit punya petugas dapur yang saya rasa bisa untuk 

melakukannya. Saya melihat gelas dan piring pasien itu pada berminyak semua dantempat air minumnya pun berlumut dan air minum nya keruh. Selain itu, saya juga

melihat nasi basi diletakin aja di atas meja atau didekat rak piring. Yang namanya

pasien jiwa belum tentu mengerti itu nasinya masih layak makan atau tidak.

Bagaimana kalo pasien sampai memakan nasi itu disaat tidak ada perawat yang

mengawasi?

Dalam pertemuan ketiga, Sabtu, 7 April, Ibu L telah dijemput oleh

keluarganya. Kemudian pasien resume saya (Ibu K) saya jadikan pasien kelolaan

saya. Saya melanjutkan pertemuan ketiga dengan Ibu K. Kami kembali berjalan

mengelilingi rumah sakit. Saya berusaha untuk mengidentifikasi masalahnya, namun

masih gagal. Ibu K terlihat selalu menunduk dan tidak mau menatap setiap lawan

bicaranya. Setiap kali ditanya oleh orang lain, Ibu K hanya mengabaikannya atau

tersenyum miris atau menjawab “tidak tahu”. Berdasarkan hasil observasi saya ini,

saya menyangka bahwa masalahnya Ibu K ini adalah isolasi social. Ternyata saat saya

mencoba menggali isolasi sosialnya, Ibu K malah mengatakan bahwa ia mempunyai

banyak teman, yaitu Nike Ardila. Lalu saya berpaling dari diagnose sebelumnya,

menjadi waham. Pada pertemuan ketiga ini saya juga menduga bahwa Ibu K punya

pengalaman buruk terhadap laki-laki sehingga ia sangat benci sekali kepada laki-laki

dan menganggap laki-laki itu setan. Hingga saat ini saya belum menegakkan diagnose

Page 20: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 20/22

 

yang pasti. Jadi saya mencoba untuk mengajak Ibu K melakukan sebuah kegiatan,

yaitu menggambar. Saat menggambar, Ibu K sering sekali mengatakan “tidak bisa”.

Dari hasil observasi ini, saya menjadikan gangguan konsep diri: harga diri rendah

sebagai diagnose utama sementara.

Pertemuan keempat, Senin, 9 April, saya mencoba untuk menggali mengenai

Nike Ardila yang dikatakan Ibu K sebelumnya. Namun, Ibu K tidak lagi mau

membahasnya. Lalu saya memutuskan untuk menggali penyebab Ibu tidak menyukai

laki-laki melalui kegiatan menggambar. Dari hasil menggambar ini, ternyata Ibu K

memang terlihat tidak menyukai laki-laki. Ibu K tidak mau menggambarkan wajah

laki-laki, dan mengatakan bahwa ia menyukai wajah perempuan untuk menjadi

pasangannya.Hari ke 5 di Rumah Sakit Jiwa Tampan ini, kami bertugas di ruangan UPIP.

Di ruangan ini saya mendapat pasien bernama Tn. S yang masi berusia 21 tahun

dengan diagnose halusinasi. Berdasarkan hasil wawancara, klien mengatakan bahwa

dia sering dicemooh oleh teman-teman sepermainannya dan dianggap gila oleh

mereka. Pertemuan dengan Tn. S ini sangat berkesan sekali bagi saya meski hanya

dengan sekali pertemuan saja.

Hari ke 6 di Rumah Sakit Jiwa Tampan, saya melanjutkan pertemuan yang ke

5 dengan Ibu K. Senang sekali bisa membantunya mandi dan berias diri. Setelah itu,

kami melanjutkan kembali kegiatan menggambar yang lalu. Saya mengajarkan Ibu K

untuk membedakan antara pria dan wanita. Saya mengajaknya berkeliling rumah

sakit untuk memperkenalkannya kepada perawat dan pasien lain, sambil menjelaskan

perbedaan antara pria dan wanita. Saya meniggalkannya secarik kertas agar Ibu K

bisa menggambarkan apa yang dia rasa dan pikirkan. Siapa tahu Ibu K bisa berbagi

cerita lewat gambarannya. Ditengah kegiatan ini, Ibu K kembali mengatakan bahwa

ia berteman dengan salah seorang penyanyi tahun 70an, Ali Topan. Namun, Ibu K

tidak berkata banyak mengenai itu.

Page 21: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 21/22

 

Pertemuan ke 6 dengan Ibu K, saya mulai terbiasa untuk membantunya

mandi, namun peralatan mandi yang saya berikan sebelumnya telah dibuang oleh Ibu

K.

Pertemuan ke 7 dengan Ibu K, disaat ujian revisi tengah berlangsung, Ibu K

akhirnya mau berbagi cerita mengenai pengalaman masa lalunya. Ternyata Ibu K

memang benar memiliki pengalaman buruk terhadap laki-laki. Ibu K mengatakan

bahwa ia telah didustai, namun ia tidak menceritakan lebih lanjutnya lagi. Tetapi

kepastian itu sangat membuatku merasa bahagia karena setidaknya rasa penasaranku

telah berlalu dan aku bisa lebih membantunya untuk mengatasi masalah ini. Sayang

sekali, ini adalah hari terakhir kami preklinik di Rumah Sakit Jiwa Tampan ini.

Hampir sedih sebenarnya, tapi semua berubah menjadi kebahagiaan yang luar biasa.Hari ini juga, saya melihat kepulangan Ibu K ke rumahnya dan ternyata Ibu K masih

menyimpan peralatan mandi yang saya berikan dan tidak membuangnya. Hari ini

 juga saya melihat Tn. S dijenguk oleh ibunya. Dan hari ini juga saya bisa

menenangkan salah satu pasien di ruang Indragiri yang tengah mengamuk dan ia

mempercayakan sebuah pesan yang penting baginya di secarik kertas yang dia

berikan padaku. Pasien ini bernama Ibu Kd.

Pengalaman preklinik perdana yang sangat menyenangkan. Rasanya masih

kurang untuk beramah-ramah kepada pasien-pasien di Rumah Sakit Jiwa ini.

Terutama saat trust  telah terbina, tidak menutup kemungkinan kita bisa menyayangi

mereka selayaknya keluarga. Saya bahagia bisa berada ditengah-tengah mereka

selama ini. Saya berharap, kehadiran kami semua bisa berarti buat pasien-pasien jiwa

disana. Yang bisa saya petik dari semua kejadian ini adalah “Jangan takut dengan

pasien jiwa, sekalipun mereka terlihat menakutkan. Justru mereka akan menyambut

dengan bahagia dan ikhlas. Begitulah juga seharusnya kita memperlakukan mereka.” 

Page 22: MAKALAH JIWA

5/17/2018 MAKALAH JIWA - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-jiwa-55ab58b34f5b7 22/22

 

BAB IV

PEMBAHASAN

Santrock, J. W. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010, hal. 112-113.