makalah iritasi telinga

19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak orang menganggap kotoran telinga, tahi kuping, tilu, atau istilah medisnya serumen, merupakan sesuatu yang bersifat kotor, jorok, menjijikkan, keberadaannya berkait dengan sanitasi seseorang. Fenomena ini tak jarang menjadikan seseorang demikian terobsesinya pada kebersihan telinganya. Sering terdengar ada sebagian masyarakat yang mengorek tahi kupingnya setiap hari. Apakah benar kotoran telinga harus dikikis habis dari telinga? Apakah tahi kuping tidak memiliki fungsi sama sekali? Mitos yang umum beredar di masyarakat bahwa serumen merupakan kotoran telinga yang wajib dibuang. Jika terdapat kotoran telinga, diyakini ada sejumlah akibat yang dapat ditimbulkannya misalnya telinga terasa gatal, gangguan pendengaran, telinga terasa penuh, dan hal yang utama seringnya dikaitkan dengan tingkat pemeliharaan kebersihan pribadi seseorang. Penumpukan serumen yang berlebihan, menggumpal sampai menyumbat liang telinga, memang harus dikeluarkan, tetapi dengan menggunakan metode atau cara yang aman. 1

Upload: dzanihanaarizawa

Post on 18-Dec-2015

199 views

Category:

Documents


37 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangBanyak orang menganggap kotoran telinga, tahi kuping, tilu, atau istilah medisnya serumen, merupakan sesuatu yang bersifat kotor, jorok, menjijikkan, keberadaannya berkait dengan sanitasi seseorang. Fenomena ini tak jarang menjadikan seseorang demikian terobsesinya pada kebersihan telinganya. Sering terdengar ada sebagian masyarakat yang mengorek tahi kupingnya setiap hari. Apakah benar kotoran telinga harus dikikis habis dari telinga? Apakah tahi kuping tidak memiliki fungsi sama sekali?Mitos yang umum beredar di masyarakat bahwa serumen merupakan kotoran telinga yang wajib dibuang. Jika terdapat kotoran telinga, diyakini ada sejumlah akibat yang dapat ditimbulkannya misalnya telinga terasa gatal, gangguan pendengaran, telinga terasa penuh, dan hal yang utama seringnya dikaitkan dengan tingkat pemeliharaan kebersihan pribadi seseorang. Penumpukan serumen yang berlebihan, menggumpal sampai menyumbat liang telinga, memang harus dikeluarkan, tetapi dengan menggunakan metode atau cara yang aman.Sebelum memahami beberapa efek buruk dari kebiasaan mengorek-mengikis habis tahi kuping ini, ada baiknya dipahami sedikit fungsi penting kotoran telinga. Serumen memiliki beberapa manfaat esensial yang mengharuskan orang tetap memelihara eksistensinya dalam jumlah tertentu pada indera pendengarannya. Fungsi itu antara lain sebagai media proteksi terhadap segala bentuk kotoran, debu, pasir, biji tanaman kecil, debris yang masuk, agar tak menembus bagian telinga yang lebih dalam. Dia juga berfungsi menonaktifkan kuman-bakteri yang masuk telinga, mempertahankan kelembaban liang telinga, hingga menangkap serangga yang merayap-terbang kesasar yang terperangkap di dalam lubang telinga. Beragam fungsi penting tersebut dimungkinkan karena kekhasan sifatnya yang lengket, kental, serta berbau khas.Beragam cara tidak sehat tersebut justru akan mendorong kotoran telinga masuk ke bagian telinga yang lebih dalam, yang jika kebiasaan ini tetap dipertahankan, lama-lama gumpalan serumen akan makin membesar. Ironisnya, itu sampai menyumbat liang telinga. Dampak selanjutnya, beragam gangguan pendengaran seperti suara krebek-krebek, bunyi yang hilang timbul, penurunan tajam pendengaran, atau bahkan bisa sampai berakibat tuli. Sumbatan total pada telinga akan secara otomatis menghalangi hantaran gelombang suara dari luar untuk kemudian melanjutkan beberapa proses penting di dalam telinga sampai akhirnya impuls suara ini dapat diubah ke bentuk suara yang nyata yang dapat didengar.Selain itu, kebiasaaan buruk ini memudahkan terjadinya perlukaan-perdarahan liang telinga. Pada keadaan yang bersifat ekstrem, pernah pula dilaporkan terjadinya kolaps pingsan pada seeorang yang sedang asyik mengorek telinganya. Bagaimana kita menyikapi kotoran telinga ini? Sekali lagi, serumen bukanlah kotoran telinga, tetapi justru berfungsi menangkap setiap kotoran yang masuk. Secara alami, setelah produksinya dianggap cukup untuk menjalankan beragam fungsi penting di atas, kelebihannya akan keluar dengan sendirinya ke muara lubang telinga. Nah, kotoran telinga yang menyembul inilah yang dapat dibersihkan dengan menggunakan tisue, lapa basah, atau melakukan irigasi telinga.Tetapi, pada beberapa individu ada yang memiliki sifat serumen yang keras, yang sulit keluar secara alami, sehingga dapat menumpuk di lubang telinga. Pada keadaan seperti ini, terdapat beberapa metode yang dapat membantu pengeluaran serumen berlebihan ini, antara lain melalui irigasi telinga dengan menggunakan air hangat, kuretase dengan sendok serumen (semacam kawat kecil yang ujungnya membulat), irigasi dengan menggunakan larutan hydrogen peroxida, dengan larutan yang terdiri dari komposisi vinegar, air, dan peroxida dengan perbandingan 1:1:2.Sebuah metode yang beberapa waktu lalu sempat populer yaitu teknik pemanasan dengan lilin. Dilaporkan metode ini justru dapat memicu timbulnya infeksi, serumen yang panas dapat pula menimbulkan efek luka bakar pada telinga luar, bahkan akibat yang serius bisa terjadi perforasi dari liang telinga sehingga cara ini tidak dianjurkan penerapannya. Sebuah tips yang sangat sederhana dalam upaya membantu melunakkan kotoran telinga yang keras untuk kemudian mendorongnya keluar yang dapat dengan mudahnya dibuat-dikerjakan di rumah, yaitu irigasi pada telinga atau penggunaan 1 sendok the baking soda dalam larutan 15 ml air hangat, efektif melunakkkan serumen yang keras. Larutan ini digunakan 3 tetes sehari selama 5 hari.

B. Rumusan Masalah1. Apa Pengertian Irigasi Telinga?2. Apa Tujuan Irigasi Telinga?3. Apa Indikasi Irigasi Telinga? 4. Apa Perhatian dan Kontraindikasi Irigasi Telinga?5. Apa Komplikasi Irgasi Telinga?6. Bagaimana Persiapan Klien Irigasi Telinga?7. Apa Persiapan Alat dan Bahan Irigasi Telinga?8. Bagaimana Prosedur Tindakan Irigasi Telinga?9. Bagaimana Pertimbangan Khusus Irigasi Telinga?10. Bagaimana Pendidikan Kesehatan Irigasi Telinga?11. Apa Obat-obatan yang berhubungan dengan irigasi telinga ?C. Manfaat 1. Untuk Mengetahui Pengertian Irigasi Telinga2. Untuk Mengetahui Tujuan Irigasi Telinga3. Untuk Mengetahui Indikasi Irigasi Telinga4. Untuk Mengetahui Perhatian dan Kontraindikasi Irigasi Telinga5. Untuk Mengetahui Komplikasi Irgasi Telinga6. Untuk Mengetahui Persiapan Klien Irigasi Telinga7. Untuk Mengetahui Persiapan Alat dan Bahan Irigasi Telinga8. Untuk Mengetahui Prosedur Tindakan Irigasi Telinga9. Untuk Mengetahui Pertimbangan Khusus Irigasi Telinga10. Untuk Mengetahui Pendidikan Kesehatan Irigasi Telinga11. Untuk Mengetahui Obat-obatan yang berhubungan dengan irigasi telinga

BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian

Irigasi Telinga adalah proses pembilasan saluran telinga eksternal dengan air steril atau saline steril. Hal ini digunakan untuk mengobati pasien yang mengeluh adanya benda asing atau cerumen (lilin telinga) impaksi dalam telinga.

B. Tujuan 1. Sebagai penatalaksanaan tindakan medis evakuasi benda asing atau serumen dari telinga dan dan membersihkan rongga telinga dari nanah dan kotoran telinga.2. Liang telinga bersih dari benda asing, seperti: semut atau serangga lainnya, dan biji-bijian.3. Telinga bebas dari kongesti dan rasa sakit.(Suzanne C Smeltzer. 2001)

C. Indikasi1. Untuk mengeluarkan cairan, serumen, bahan-bahan asing dari kanal audiotory eksternal2. Untuk mengirigasi kanal audiotory eksternal dengan larutan antiseptic3. Untuk menghangatkan atau mendinginkan kanal audiotory eksterna

D. Perhatian dan Kontra Indikasi1. Perforasi membran timpani atau resiko tidak utuh (injuri sekunder, pembedahn, miringitomi)2. Terjadi komplikasi sebelum irigasi3. Temperatur yang akstrim panas dapat menyebabkan pusing mual dan muntah.4. Bila ada benda pengisap air dalam telinga, seperti bahan sayuran (kacang), jangan diirigasi karena bahan-bahan tersebut mengambang dan sulit dikeluarkan 5. Klien dengan menggunakan pipa timpanotomi magnet dari logam dalm telinganya6. Sesudah operasi telinga7. Bila ada perdarahan telinga 8. Hipersensitivitas(Donna L Wong. 2008)E. Komplikasi1. Vertigo, mual, nyeri selama dan setelah prosedur, stop segera bila terjadi, kemudian ulangi lagi dan pastikan tekanan dan temperature yang cocok untuk mencegah berulangnya gejala rupture membrane timpani2. Kehilangan pendengaran 3. Trauma / injury kanal telinga dalam

F. Persiapan Klien1. Atur posisi klien dengan memiringkan kepala ke arah telinga2. Lindungi pakaian klien dengan handuk atau bahan tahan air

G. Alat dan bahana) Baki berisi alat alat yang steril : Mangkok kecil berisi cairan dengan suhu 37 0C. Semprit telinga atau otologik syiringe (metal). syiringe 60 ml ukuran 18 atau 20 G dan untuk anak-anak waterpik Pinset telinga. Corong telinga. Pemilin telinga. Pengail telinga.

b) Baki berisi alat alat yang tidak steril : Bengkok 1 buah. Perlak dan alasnya. Lampu spiritus. Otoskop Termometer Sarung tangan Handuk Cooton tip untuk anak-anak Lampu kepala Kapas dalam tempatnya. Ember kotoran.(Sosya. 2011)c) Jenis cairan yang digunakan : NaCL 0,99% H2O2

H. Prosedur kerjaa) Persiapan perawat1) Mengecek catatan medis2) Memeriksa kembali instruksi dokter3) Mengkaji status pasien

b) Persiapan pasien1) Beritahu tindakan apa yang akan dilakukan kepada klien. Dan Jelaskan bahwa klien akan mengalami perasaan penuh, hangat, dan kadang2 tidak nyaman saat cairan kontak dengan membran timpani2) Klien diberitahu dalam posisi duduk. Bila klien adalah anak kecil, harus di pangku sambil dipegang kepalanya.

c) Prosedur perawatan1) Perlak dan alasnya dipasang pada bahu dibawah telinga yang akan dibersihkan.2) Berikan bengkok pada pasien dan minta kerjasama pasien untuk memegang bengkok dengan posisi di bawah telinga.3) Pasang lampu kepala.4) Perawat cuci tangan.5) Perawat memakai handscoon6) Identifikasi visual menggunakan otoskop pada telinga yang bermasalah7) Bersihkan kotoran telinga dengan kapas, memakai pemilin kapas yang telah di flamber terlebih dahulu.8) Hisaplah cairan dengan menggunakan semprit( syringe) dan keluarkan udara dari semprit.9) Tariklah daun telinga klien ke atas kemudian ke belakang dan dengan tangan yang lain perawat memancarkan cairan ke dinding atas dari liang telinga. (Penyemprotan cairan harus perlahan lahan dan tepat ditujukan ke dinding atas liang telinga agar tidak merusak membran timpani.10) Jika sudah bersih, keringkan daun telinga dengan kapas yang telah dipilin dan di flamber.11) Lihat atau periksa kembali liang telinga klien apakah sudah bersih atau belum dengan menggunakan corong telinga.12) Perawat cuci tangan.13) Bersihkan alat alat.14) Tulis hasil dalam catatan keperawatan.15) Macam cairan dan suhu Warna dan banyaknya cairan yang keluar. Keadaan umum klien.(Kozier & Erb. 2009)

I. Pertimbangan Khusus1. Kanal telinga anak-anak lebih kecil2. Tarik aurikel ke bawah dan kebelakang3. Anak-anak posisi supinasi bila perlu di resraint, untuk menghindari pergerakan4. Untuk mengurangi ansieas jelaskan prosedur dan izinkan anak-anak untuk menyentuh air atau mendengarkan suara air.J. Pendidikan kesehatan1. Laporkan bila ada nyeri, mual, pusing atau hilang pendengaran selama atau setelah prosedur tindakan 2. Bersihkan telinga luar dengan menggunakan kain, sabun dan air setiap hari3. Jangan memasukan bahan-bahan ke dalam telinga

K. Obat-obatan yang berhubungan dengan irigasi telinga : 1. Obat-obat ototoksika. Diuretic : Furosemid Asetazolamid b. Obat kemoterapi Sisplatin Nitrogen mustardc. Antimalaria Quinine Kloroquin

d. Obat anti inflamasi Salisilat (aspirin) Indometasin e. Bahan kimia Alcohol Arsenic f. Antibiotika aminoglikosida Amikasin Gentamisin Kanamisin g. Antibiotika lainnya Eritromisin mikrosiklin

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan Secara teori, orang tak akan mungkin menjumpai serumen di bagian telinga yang lebih dalam, karena ia hanya diproduksi pada 1/3 liang telinga bagian luar oleh kelenjar serumen berkait dengan beragam fungsi protektif di atas. Pada beberapa keadaan, sering dijumpai justru kotoran telinga terdorong jauh ke dalam, bagaimana ini bisa terjadi? Kebiasaan mengorek telinga dengan cotton bud, bulu ayam, skrip rambut, ujung peniti, merupakan kebiasaan tidak sehat sebagai salah satu biang keladi yang sering dijumpai. Beragam cara tidak sehat tersebut justru akan mendorong kotoran telinga masuk ke bagian telinga yang lebih dalam, yang jika kebiasaan ini tetap dipertahankan, lama-lama gumpalan serumen akan makin membesar. Ironisnya, itu sampai menyumbat liang telinga. Dampak selanjutnya, beragam gangguan pendengaran seperti suara krebek-krebek, bunyi yang hilang timbul, penurunan tajam pendengaran, atau bahkan bisa sampai berakibat tuli. Sumbatan total pada telinga akan secara otomatis menghalangi hantaran gelombang suara dari luar untuk kemudian melanjutkan beberapa proses penting di dalam telinga sampai akhirnya impuls suara ini dapat diubah ke bentuk suara yang nyata yang dapat didengar. Sebuah sebuah tips yang sangat sederhana dalam upaya membantu melunakkan kotoran telinga yang keras untuk kemudian mendorongnya keluar yang dapat dengan mudahnya dibuat-dikerjakan di rumah, yaitu irigasi pada telinga atau penggunaan 1 sendok the baking soda dalam larutan 15 ml air hangat, efektif melunakkkan serumen yang keras. Larutan ini digunakan 3 tetes sehari selama 5 hari.B. SARAN Melalui makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk kita semua, kita lebih mengetahui tentang irigasi telinga sehingga kita dapat menerapkan dalam asuhan keperawatan dan kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan , oleh karena itu saran dan kritik sangat kami harapkan

DAFTAR PUSTAKAAdams, L George. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarata: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :EGC

Kathleen S Oman. 2008. Panduan belajar keperawatan emergensi. Jakarta : EGC

Kozier & Erb. 2009. Buku ajar praktik keperawatan klinis edisi 5. Jakarta : EGC

Wong, L Donna. 2008. Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik : Volume 1. Jakarta : EGCGibson, John. 2002. Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat. Jakarta : EGC Guendemann, Barbara J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif : Volume 2.Jakarta : EGC

Watson, Roger. 2002. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Jakarta : EGCSeprianti, Sosya Mona. 2011. Irigasi Mata. Diunggah dari http://sosyamonaseprianti.blogspot.com/2011/06/irigasi-mata.html pada tanggal 28 April 2014

10