makalah geomorfologi pulau jawa

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Jawa merupakan pulau yang berbatasan dengan laut Jawa di sebelah utara, samudera hindia di sebelah selatan, selat sunda di sebelah barat, dan sebelah timur berbatasan dengan selat Bali. Jawa merupakan bagian dari lempeng tektonik Pasifik. Di Indonesia lempeng pasifik disebut lempeng benua, dimana Jawa merupakan jalur pertemuan 2 lempeng yaitu lempeng Indo-Australia dengan lempeng Pasifik. Ada 3 gerakan lempeng yaitu : saling ketemu, menjauh, dan bergeser. Gerakan lempeng di Indonesia adalah saling ketemu. Lempeng benua dan samudera saling bertumbukan ditandai dengan penunjaman ke bawah, dimana lempeng samudera dengan massa berat yang lebih besar menunjam lempeng benua, yang ditunjam adalah massa penyusun material daratan. Akibat penunjaman tersebut menyebabkan terbentuknya palung dan terjadi formasi batuan yang tidak selaras sehingga terjadi pergerakan yang mempengaruhi magma dalam bumi. Pada saat penunjaman, semakin ke bawah suhu semakin tinggi, sehingga tekanan tinggi. Pada kedalaman tertentu penunjaman tersebut dapat menghancurkan litosfer dan menguraikan athenosfer sehingga menyebabkan jalur dalam bersifat vulkanik. Sumatera, Jawa, dan Bali hampir sama/ sejajar garis penunjamannya. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pergerakan lempeng tektonik yang terjadi sangat mempengaruhi kepulauan di Indonesia.

Upload: dangdieu

Post on 31-Dec-2016

259 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

BAB I 

PENDAHULUAN

1.1. Latarbelakang

Jawa merupakan pulau yang berbatasan dengan laut Jawa di sebelah utara, samudera

hindia di sebelah selatan, selat sunda di sebelah barat, dan sebelah timur berbatasan dengan selat

Bali. Jawa merupakan bagian dari lempeng tektonik Pasifik. Di Indonesia lempeng pasifik

disebut lempeng benua, dimana Jawa merupakan jalur pertemuan 2 lempeng yaitu lempeng Indo-

Australia dengan lempeng Pasifik. Ada 3 gerakan lempeng yaitu : saling ketemu, menjauh, dan

bergeser. Gerakan lempeng di Indonesia adalah saling ketemu.

Lempeng benua dan samudera saling bertumbukan ditandai dengan penunjaman ke

bawah, dimana lempeng samudera dengan massa berat yang lebih besar menunjam lempeng

benua, yang ditunjam adalah massa penyusun material daratan. Akibat penunjaman tersebut

menyebabkan terbentuknya palung dan terjadi formasi batuan yang tidak selaras sehingga terjadi

pergerakan yang mempengaruhi magma dalam bumi.

Pada saat penunjaman, semakin ke bawah suhu semakin tinggi, sehingga tekanan tinggi.

Pada kedalaman tertentu penunjaman tersebut dapat menghancurkan litosfer dan menguraikan

athenosfer sehingga menyebabkan jalur dalam bersifat vulkanik. Sumatera, Jawa, dan Bali

hampir sama/ sejajar garis penunjamannya. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

pergerakan lempeng tektonik yang terjadi sangat mempengaruhi kepulauan di Indonesia. Di Jawa

jika terjadi gaya endogen berupa pengangkatan dapat memunculkan busur-busur gunung api.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang masalah di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana keadaan umum Pulau Jawa?

2. Bagaimana keadaan Geomorfologi Jawa Barat?

3. Bagaimana keadaan Geomorfologi Jawa Tengah?

4. Bagaimana keadaan Geomorfologi Jawa Timur?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Geomorfologi Umum Pulau Jawa

Pulau Jawa mempunyai sifat fisiografi yang khas dan hal ini disebabkan karena beberapa

keadaan. Satu diantaranya Jawa beriklim tropis. Disamping itu ciri-ciri geografinya disebabkan

karena merupakan geosiklinal muda dan jalur orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat.

Kondisi seperti itu mengakibatkan Jawa mempunyai bentuk yang sempit dan memanjang.

Perubahannya dalam bagian-bagian tertentu yaitu sepanjang dan searah dengan panjangnya

pulau Jawa.

Sifat relief yang disebabkan oleh iklim tropis sudah diketahui dan dipelajari di Indonesia.

Curah hujan yang besar dan temperatur yang tinggi menyebabkan pelapukan yang cepat dan

intensif, danudasi, dan gejala yang mengikuti adalah erosi vertikal. Perbedaan topografi yang

disebabkan karena adanya perbedaan batuannya kurang nampak jelas bila dibandingkan dengan

daerah iklim lain, meskipun pulau Jawa banyak terdapat lembah kecil dan mempunyai tebing

yang curam. Akibatnya banyak hujan berarti banyak air yang harus dibuang sehingga banyak

terjadi dijumpai parit alam (gully) yang begitu rapat. Karena banyaknya pari-parit yang rapat

mengakibatkan topografinya terkikis, sehingga sisa permukaan yang dulu pernah terangkat

tinggal sebagian igir yang sempit dan akan hilang dalam waktu singkat.

Sebaliknya peneplain dan permukaan yang datar juga akan terbentuk dalam waktu yang

cepat dari pada di daerah iklim lainnya. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan suatu daerah

berupa peneplain, tetapi untuk pulau Jawa mungkin mengherankan mengapa semua topografinya

belum merupakan peneplain. Alasannya bahwa erosi dan danudasi dapat diimbangi oleh

orogenesa muda dan epirogenesa yang masih bergerak, yang mana gerak lipatan/ melipat masih

terus berlangsung dalam sebuah periode era pleistosen. Akan tetapi di balik itu gunungapi

banyak mengeluarkan bahan-bahan yang banyak dari pada apa yang dihasilkan oleh gejala erosi

pada permukaan tanah.

Zona Fisiografis

Pada dasarnya dapat dibedakan 3 zona pokok memanjang sepanjang pulau. Ketiga zona ini

sangat berbeda baik di Jawa Timur, Jawa Tengah, maupun Jawa Barat. Dibagian tengah dan

bagian paling barat pulau Jawa, zona-zona serta jalurnya tampak kurang jelas karena

menunjukan adanya perubahan-perubahan. Zona-zona tersebut dapat digolongkan sebagai

berikut:

a. Zona Selatan

Kurang lebih berupa plato, berlereng (miring) ke arah selatan menuju laut Hindia dan

disebelah utara berbentuk tebing patahan. Kadang-kadang zona ini sering terkikis sehingga

kehilangannya bentuk platonya. Di Jawa Tengah sebagian dari zona ini telah diganti (ditempati)

oleh dataran alluvial.

b. Zona Tengah

Di Jawa Timur dan sebagian dari Jawa Barat merupakan depresi. Di tempat-tempat

tersebut muncul kelompok gunung berapi yang besar. Di Jawa Tengah sebagian daerahnya

diganti (ditempati) oleh rangkaian pegunungan Serayu selatan, yang mana disebelah utara

berbatasan dengan depresi yang lebih kecil. Di bagian paling barat daerah Banten ditempati oleh

bukit-bukit dan pegunungan.

c. Zona Utara

Zona utara terdiri dari rangkaian gunung lipatan, berupa bukit-bukit rendah diselingi

oleh beberapa gunungapi. Dan ini biasanya berbatasan dengan dataran alluvial.

2.2. Geomorfologis Jawa Barat

Adapun keadaan geomorfologi Jawa Barat dibagi menjadi beberapa zona, yaitu:

a) Zona Selatan

Zona Selatan merupakan jalur yang bersambung dan luas, berawal dari Nusa

Kambangan sebelah timur ke pelabuhan Ratu di sebelah barat yang terakhir dibatasi oleh laut

yang dalam dari samudera Hindia. Zona Selatan terdiri dari :

Plato Jampang

Plato Jampang memiliki dip ke Selatan dengan escarpment di sebelah utaranya..

Pada Plato Jampang ini terdapat cliff yang sangat mencolok karena proses

pengangkatan. Pada sudut barat daya sisa-sisa dari endapan tanggul yang terangkat

ditemukan Duyfjespada “Platform” bawah yang menunjukan penurunan sementara ke

bawah permukaan laut. Daerah ini mempunyai keistimewaan berupa pola lembah yang

sejajar dengan garis pantai. Pola lembah tersebut terjadi karena alur sungai yang

mengalir sejajar dengan garis pantai diantara tanggul pantai yang belum terjadi

pengangkatan. Di dekat batas bagian utara daerah ini terangkat dengan ketinggian

kurang lebih 700 meter dan tanggul pantai bagian dalam terangkat sampai 400 meter.

Di daerah-daerah pada permukaan Lengkong terdapat bukit-bukit yang menonjol

tinggi. Jalur yang mencolok dari bukit-bukit tersebut memotong Plato secara miring

yang terletak di sebelah selatan Cikaso Udik sampai Cibuni.

Plato Rongga

Plato Rongga terletak di sebelah timur gunung Malang. Plato ini dipnya

merupakan “Flexur” tidak teratur berarah ke dataran Bandung dan sisi tenggaranya

dibatasi oleh massa intrusi yang lebih tinggi yaitu gunung Cillin. Jauh ke timur seluruh

escarpment besar dari zona selatan ini tertimbun oleh pegunungan muda gunung

Malabar, Papandai dan Cikurai. Plato ini merupakan bagian plato selatan yang sudah

tertutup oleh bahan-bahan vulkanis.

Plato Karangnunggal

Plato ini terletak jauh ke timur dekat dengan Karangnunggal dengan permukaan

350-400 meter di atas permukaan laut. Di sebelah utaranya terdapat igir yang lebih

tinggi. Plato Karangunggal ini jauh lebih rendah, lebih muda dan tidak diketahui

apakah berkaitan dengan Plato Lengkong atau masih lebih muda lagi.

b) Zona Tengah

Ada Persamaan antara zona tengah di Jawa Timur dan di Jawa Barat. Keduanya

merupakan depresi jika dibandingkan terhadap zona disekitarnya dan kedua-duanya merupakan

kedudukan dari gunung berapi. Selain persamaan ada beberapa perbedaaan, yaitu :

Zona Tengah di Jawa Barat disebut depresi tetapi memiliki kedudukan yang masih tetap

tinggi, contoh: Depresi Bandung mempunyai ketinggian 675 meter di atas permukaan air

laut.

Pada zona tengah Jawa Barat gunung berapi tidak terletak pada garis lurus sepanjang

bagian tengah depresi.

Pada zona tengah Jawa Barat terdapat beberapa igir dari lipatan yang jarang ditemukan di

zona tengah Jawa Timur, dimana keadaanya berganti-ganti dengan depresi.

Di bagian barat (Banten) yang menunjukan sifat yang berbeda, dimana tidak terdapat

depresi, tetapi terdapat komplek pegunungan yang sedikit demi sedikit merendah menjadi

perbukitan yang rendah sampai ke ujung sebelah barat pulau Jawa.

Zona Tengah Jawa Barat terdiri dari beberapa bentuk fisiografis, yaitu:

1. Dataran Tasikmalaya

Gunung Sawal menempati posisi yang terpisah di tengah-tengah zona tengah. Dan

kelompok pegunungan selanjutanya terdapat di sebelah barat dari dataran Tasikmalaya.

Pegunungan ini merupakan penghalang utama dalam menghubungkan dengan zona

selatan, dimana hanya terdapat celah sempit yang dipergunakan untuk jalur jalan raya

(Galunggung, Talagabodi Cakrabuana).

2. Dataran Garut.

Kota Garut dikelilingi pada semua sisinya oleh gunung berapi, di sebelah selatan gunung

Kracak Tua dan gunung Cikaruai muda yang masih berbentuk kerucut yang teratur dan

pada sebelah barat daya, barat dan utara berhubungan dengan gunung-gunung yang

melintang yaitu gunung Papandai, Guntur, Mandalawangi, Calancang.

3. Kompleks Pegunungan di Barat Garut.

Gunung yang paling utara ialah gunung Calancang yang tua dan kompleks, dimana

sebagian sudah merupakan zone utara. Pegunungan dibagi menjadi dua golongan yaitu

kelompok gunung Takuban Prahu dan Pegunungan Malabar yang memanjang dari timur

ke barat gunung Takuban Prahu di batas utara.

4. Lipatan Rajamandala

Di sebelah dataran Bandung terdapat gunung Rajamandala memanjang miring memotong

zona tengah dan menghubungkan antara zona selatan dengan zona utara.

5. Dataran Bandung.

Di sepanjang lembah Citarum terdapat tuff air tawar, tanah liat. Daerah ini telah

mengalami patahan dan kemudian terangkat dibeberapa tempat dan tertutup secara tidak

konform oleh tuff lakustrin baru.

6. Dataran Cianjur - Sukabumi.

Depresi Cianjur telah mengalami penurunan lebih rendah dari dataran Bandung. Bagian

yang paling dalam lebih kurang 270 meter di atas permukaan air laut. Ditengah Depresi

Cianjur-Sukabumi muncul gunung Gede Panrangro, berupa gunung kembar.

7. Kompleks gunung Gede-Pangrango

Gunung tertua pada daerah ini adalah gunung Pangrango Tua dengan kawahnya yang

besar dimana diperdalam karena proses erosi. Pada sebelah timur terdapat topografi

longsoran vulkanis yang khas yang terdiri dari kubah-kubah tidak beraturan pada dataran

rendah.

8. Sektor Banten

Bagian paling barat atau sektor Banten dari zona tengah keadaannya berbeda dengan

bagian-bagian lainnya dari zona ini. Sektor Banten terdiri dari daerah pegunungan yang

rumit yang dibangun baik oleh intrusi maupun batuan berlapis dan terkikis kuat dengan

lembah-lembah yang dalam.

b) Zona Utara

Zona utara terdiri dari :

Daerah Lipatan

Di Jawa timur dan Jawa tengah endapan-endapan berjalan terus tanpa gangguan

selama pleosen dan pletosen tengah bagian bawah. Di Jawa Barat endapan-endapan

diselingi oleh beberapa lapisan tidak konform, dimana lapisan pleosen atas dari alas

Bojong di Banten serta alas pleosen Ciberang dan kali Glagah diendapkan sebagai

endapan laut terakhir.

Endapan Kipas

Berupa celah yang besar dibagian utara dekat dengan Bogor, dimana melalui celah ini

mengalir bahan vulkanis Gede-Pangrango dan gunung Salak memencar merupakan

kipas alluvial mencapai dekat Jakarta. Rangkaian lipatan ke timur dari celah ini

ditutupi oleh endapan vulkanik lain pada permukaan yang lebih tinggi.

Jalur Peneplain

Di bagian barat celah Bogor terdapat suatu peneplain dengan ciri-ciri khusus yang

terdiri dari tuff sedikit terlipat diselingi oleh massa intrusif yang keras dengan puncak

yang datar dan reruntuhan pegunungan tua.

Gunung Cireme dan Sekitarnya

Gunung Cireme berupa gunung muda endapan vulkanisnya mengalir dan menutupi

sebagian besar dari batuan lipatan lapissan bawahnya yang dibeberapa tempat batuan

tadi menonjol dari batuan vulkanik bagian luar. Aliran vulkaniknya bebas sampai

mencapai laut Cirebon. Pada lereng barat daya terdapat reruntuhan dari pegunungan

tua. Di selatan terdapat pegunungan Celancang tua yang menutupi zona utara.

Kompleks Takuban Prahu.

Kompleks pegunungan Takuban Prahu merupakan pusat peletusan yang terletak di

utara Bandung. Bagian yang tua telah terpotong/ terkoyak oleh beberapa patahan, dan

sebagian dari pegunungan ini telah longsor. Pergerakan ini ada hubungannya dengan

pelipatan terakhir dari pegunungan Tambakan. Sebagian lereng selatan telah

berbatasan dengan patahan Lembang, dimana bagian utara dari kompleks ini telah

terlempar dan longsor. Dan sisa yang tertinggal dari pegunungan ini muncul lagi yang

muda.

Kompleks Pegunungan di Banten

Kompleks pegunungan yang besar di barat laut yang agak terpencil berupa komplek

pegunungan dengan pusatnya berupa kaldera. Danau dibagian barat dekat selat Sunda.

2.2. Geomofologi Jawa Tengah

Geomorfologi Jawa Tengah dibagi ke dalam beberapa zona yaitu:

Zona Selatan

Di zona selatan ini sudah banyak daerah yang tertutup oleh dataran alluvial. Dataran

pantai yang terjadi di pesisir selatan terjadi karena penurunan/ penenggelaman ke bawah

permukaan laut. Sisa paling timur dari zona ini terdapat di pegunungan Progo. Sisa ini berbentuk

seperti bentuk dome. Hanya dibeberapa tempat di Nanggulan terdapat endapan batu-batuan

eosen terdiri dari breksi andesit oligosen, sebagian tertutup oleh batuan kapur meosen. Setelah

beberapa gerakan tektonik sebagian besar daerah tadi diratakan dan untuk waktu yang lama tetap

sebagai dataran rendah. Selanjutnya karena pergerakan yang terjadi kemudian sebagian dari

peneplain ini terangkat sehingga terjadi dome dan di daerah sekitarnya mengalami penurunan.

Pada puncak dome beberapa bagian dari peneplain tua masih nampak demikian juga

sekelilingnya berupa daerah batuan kapur yang mempunyai kenampakan topografi karst.

Dengan demikian pegunungan Progo dapat dimasukan ke dalam zona selatan yang ada di

sebelah timur Jawa Tengah. Oleh karena itu dapat dianggap bahwa “updoming” dari pegunungan

Progo barat seumur dengan pengangkatan dari zona selatan yang ada di Jawa Timur. Sisi utara

dari pegunungan Progo barat ini terpotong escarpment seperti halnya dengan zona selatan.

Pelipatan di sisi utara Progo lebih kuat, sifat tektonik berubah dan dapat dikatakan peralihan ke

zona tengah. Pada kaki escarpment ini batu-batuan tua nampak menonjol dipermukaan, tidak

jauh dari candi Borobudur. Keadaan ini seperti yang terjadi di pegunungan Jiwo. Bagian

selanjutnya dari zona selatan adalah daerah Karang Bolong yang terdiri dari lapisan meosen

batuan kapur meosen muda dengan karst relief yang menutupi batuan andesit tua. Di sebelah

selatan clifnya dibatasi oleh lautan. Di sebelah utara oleh celah (pass) yang menghubungkan

dengan barisan pegunungan dari zona tengah. Sisa zona selatan yang lain yaitu pulau Nusa

Kambangan dan bukit Selok. T. Hoen menganggap bukit Selok dan Nusa Kambangan

merupakan suatu Horst. Di Nusa Kambangan lapisan tanahnya (strata) terangkat dan mungkin

juga terlipat. Di atas strata tersebut terdapat permukaan-permukaan yang terkikis. Dari sudut

geologis Nusa Kambangan membentuk peralihan ke zona tengah, tetapi secara fisiografi dapat

disamakan/ dimasukan dalam zona selatan.

Zona Tengah

Berbeda dengan Jawa Timur, zona tengah disini bukan merupakan depresi, melainkan

suatu daerah pegunungan disebut pegunungan Serayu selatan. Pada zona selatan merupakan zona

plat yang terangkat, terletak lebih ke timur, dan sebagian besar tertutup oleh dataran alluvial. Di

Jawa Tengah zona ini dipengaruhi oleh gerakan yang berlawanan. Pegunungan Serayu ini

dimasukan dalam zone selatan berdasarkan pertimbangan geologis. Dari sudut geologi daerah ini

mengalami lipatan dan thrusting pada waktu periode meosen, akibatnya tidak hanya batuan

tertier tua saja yang tampak tetapi juga batu-batuan kristalin dan batu-batuan mesozoikum

lainnya.

Zona Utara

Peneplain Kendeng tertutup dibagian barat oleh batuan breksea vulkanis yang banyak

memiliki kesamaan dengan Alas Notopuro. Lapisan tersebut menutup pegunungan Kendeng

bagian barat dengan tidak konform dan terlipat sangat kuat disini disebut Alas Damar. Zona

utara terdiri dari :

Gunung Ungaran

Tempat ini mengalami pengangkatan seperti halnya sisa-sisa dari zona pegunungan

Kendeng dan dibeberapa tempat terdapat patahan-patahan, juga pusat dari gunung yang tua

tenggelam sepanjang patahan-patahan yang berbentuk lingkaran. Pada depresi tadi gunung

Ungaran muda muncul, sekarang dialiri oleh sungai yang telah membentuk lembah sempit

menuju lingkaran kawah yang telah terangkat dari breksea vulkanis.

Gunung Suropati dan depresei Pening

Gunung Suropati tua yang rendah terpotong jadi dua bagian oleh lembah yang besar.

Lembah ini bergabung dengan depresi Pening dimana bahan-bahan vulkanis dari segala arah

dibawa kesitu dan terbendung di sebelah timur oleh pungung lipatan. Terjadinya rawa Pening ini

sebenarnya merupakan pembendungan baik oleh pengangkatan punggung lipatan maupun arus

vulkanis. Sungai Tuntang memotong igir tadi, sehingga mengalirkan air Rawa Pening, tetapi air

Rawa Pening naik lagi akibat diadakan Station listrik pada lembah Tuntang.

Kompleks pegunungan Dieng/ Sundoro

Bagian selanjutnya dari zona utara ini ditempati oleh beberapa kompleks pegunungan:

- Kompleks pegunungan Dieng terdiri dari suatu kelompok gunung, diantaranya

terdapat plato dengan beberapa pusat letusan kecil. Plato ini disebut Dieng plato

dengan beberapa candi-candi Hindu yang terkenal.

- Gunung Sundoro adalah gunung muda yang terletak disebelah tenggara Dieng yang

merupakan peralihan pegunungan zona tengah.

- Komples pegunungan Jembangan sebelah utara Dieng, terdiri dari pegunungan tua

dan depresi vulkano tektonik yang dipengaruhi oleh patahan-patahan yang mana

sebagian besar mengalami longsoran.

2.3. Geomorfologi Jawa Timur

Zona yang berbeda sangat jelas dan mudah dipisahkan di daerah Jawa Timur atau paling

tidak sebagian besar dari bagian tadi dapat diketahui dengan jelas. Adapun pembagian satuan/

zona fisiografi di Jawa Timur adalah:

Zona Plato Selatan

Deskripsi fisiografi dari zona plato selatan baik dimulai disebelah barat dan pada daerah

peralihan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, karena bagian ini sangat nyata dan dapat diamati

dengan jelas, terutama berdasarkan penyelidikan mendasar dari H. Lehman. Permukaan plato ini

merupakan sebagian peneplain yang terangkat (uplifted), meliputi baik pada batuan meosen tua

dan batuan kapur meosen muda. Peneplain ini tidak hanya terangkat tetapi juga mengalami gerak

pembengkokan (warped) ke dalam depersi dan kulminasi yang luas. Zona Plato Selatan kondisi

Fisiografinya meliputi:

- Topografi Karst Gunung Sewu

- Cekungan Wonosari dan Baturetno

- Escarpment Plato Selatan

- Perluasan Lembah

- Zona Plato disebelah Timur Popoh

- Semenanjung Blambangan

- Zona Tengah Vulkanik

- Kelompok Pegunungan Arjuno

- Kelompok Pegunungan Tengger

- Kelompok pegunungan Paling Timur

- Kelompok Gunung Wilis

- Kelompok Gunung Lawu

Zona Utara atau Zona Lipatan.

Zona Utara ini keadaannya paling lebar di Jawa Timur ±87 km. Di Jawa Timur dibagian

utara

Igir Pengunungan Kendeng

Igir pegunungan Kendeng merupakan kenampakan garis yang horizontal, dimana semua

punggung-punggungnya mempunyai tinggi yang sama. Menurut Rutten yaitu terbentuk sebagai

akibat kerja peneplainisasi sehingga mencapai ketinggian permukaan yang sama. Dan ketinggian

peneplain tadi menurut Lehman berkisar ± 120-145 m yaitu tinggi dekat lembah melintang dari

Bengawan Solo ke arah barat naik sampai setinggi 180 m, dan ke timur semakin tinggi lagi ± 250

m. Sisa peneplain hanya terdapat pada igir yang terdiri dari batuan yang tahan lapuk.

Menurut Lehman bahwa diantara igir tadi terdapat suatu sistem pengikisan permukaan

yang lebih rendah, yaitu pada ketinggian ± 150 m di atas permukaan laut. Untuk menentukan

umur dari pengikisan permukaan intramontana dan umur dari peneplain di atas, maka harus

mengarahkan penyelidikan pada endapan yang terlipat. Untungnya stratigrafi dari endapan

terlipat ini diketahui umurnya dari penyelidikan yang dilakukan oleh L.J.C Van Es dan

diteruskan Duyjes yaitu diketemukan fosil binatang bertulang belakang. Dengan demikian urutan

geomorfologinya menurut Lehman adalah endapan yang terjadi pada plestosen tua yang

menutupi alas plestosen Kalibeng adalah alas Pucangan yang mana telah diketemukan fauna Jetis

berumur plestosen tua. Dari sebelah timur masih merupakan endapan laut, di sebelah barat

sebagian endapan terdiri dari vulkanis dan sebagian terdiri dari tanah liat air tawar. Hal ini

menunjukan pernah terjadi regresi, menurut Duyjes dikatakan bahwa regresi yang terjadi akibat

dari gerak tektonik. Tetapi oleh Smith Sibinga dikatakan bahwa regresi tadi akibat dari karena

penurunan permukaan air laut. Di lereng sebelah selatan igir Kendeng terdapat semacam breksea

endesitik Notopuro, yang mana menutupui alas Kabuh secara conform.

Perbukitan Rembang

Perbukitan Rembang terdiri dari bukit-bukit lipatan, tetapi berbeda dengan pegunungan

Kendeng. Dari sudut tektonik lipatan di perbukitan Rembang lebih landai dan simetris dari pada

yang terdapat di Kendeng, dimana zona Kendeng lipatannya kuat, curam, dan upturned.

Ditinjau dari sudut stratigraphy endapan neogen muda lebih tipis hal ini disebabkan

karena daerah tadi terletak di luar proses neogen geosiklin dan merupakan daerah peralihan

terhadap zona laut Jawa. Beberapa endapan terutama plestosen atas terdiri dari batuan kapur (gb

16) yang mempunyai pengaruh dalam topografi. Endapan-endapan plestosen bawah dan tengah

sebagian terdiri dari batuan tanah liat. Dengan demikian sangat mudah dirusak oleh gaya erosi

ditempat siklin. Gerak lipatan ini terjadi pada bagian akhir plestosen tengah.

Dari sudut fisiografi suatu perbedaan dengan pegunungan Kendeng bahwa ia merupakan

antiklin seungguhpun sebagian telah miring, tetapi secara topografi ia masih jelas dalam

kektinggiannya yang di atasnya ditutupi oleh lapisan datar dari suatu peneplain, hal ini telah

dijelaskan oleh Lehman, yaitu karena adanya gerakan lipatan yang lambat dan berlanjut selama

proses erosi dan danudasi. Permukaan yang diratakan terletak diantara antiklin masih

mempunyai tinggi kurang lebih 150-300 meter. Diantara lipatan tersebut terdapat depresi dimana

permukaan aslinya mulai menurun dan yang sekarang telah diisi oleh endapan muda seperti

cekungan Belora, Jojongan dan lain-lain. Pola drainase asli dari antiklin adalah radial, tetapi

karena fase gerak lipatan yang terjadi kemudian dan juga gerak pengangkatan dari beberapa

antiklin maka sungai-sungai akan memperdalam lembah-lembahnya pada permukaan dasar dan

merubah aslinya menjadi subsekwen yaitu menurut batuan yang lunak.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan makalah di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Kawasan pulau Jawa merupakan pertemuan dua lempeng yaitu lempeng Indo-Australia

dengan lempeng Pasifik.

2. Gerakan lempeng di Indonesia sangat mempengaruhi kepulauan di Indonesia.

3. Jawa mempunyai sifat fisiografi yang khas, karena Jawa beriklim tropis, merupakan

geosiklinal muda, dan jalur orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat. Kondisi

tersebut mengakibatkan pulau Jawa mempunyai bentuk yang sempit dan memanjang.

4. Dari bentuk pulau Jawa yang sempit dan memanjang, terdapat 3 zona pokok memanjang

sepanjang pulau, yaitu : Zona selatan yang kurang lebih berupa plato, zona tengah yang

berupa depresi, dan zona utara yang berupa rangkaian gunung lipatan.

5. Ditinjau dari kondisi geologi ketiga zona tersebut mempunyai sifat yang berbeda, yaitu: zona

selatan terdiri dari endapan vulkanik yang tebal dan bahan-bahan endapan yang terlipat pada

waktu periode meosen tengah, zona tengah ditempati oleh depresi yang diisi oleh endapan

vulkanik muda, zona utara merupakan inti dari geosiklinal muda dimana banyak terdapat

lipatan.

6. Kondisi fisiografi Jawa :

- Jawa Timur :

Zona plato selatan dimana permukaan plato ini merupakan sebagian peneplain yang terangkat

(uplifted), meliputi baik pada batuan meosen tua dan batuan kapur meosen muda.

Zona utara atau zona lipatan kondisinya paling lebar di Jawa timur ±87 km dimana dibagi

menjadi 2 sub zona yang berbeda, yaitu Igir Pegunungan Kendeng dan Perbukitan Rembang.

- Jawa Tengah

Zona selatan adalah daerah yang tertutup oleh dataran alluvial. Dataran pantai yang terjadi di

pesisir selatan terjadi karena penurunan/ penenggelaman ke bawah permukaan laut.

Zona tengah di sini bukan merupakan depresi, melainkan suatu daerah pegunungan yang disebut

pegunungan Serayu selatan. Dari sudut geologi daerah ini mengalami lipatan dan thrusting pada

waktu periode meosen.

Zona utara merupakan peneplain Kendeng yang tertutup dibagian barat oleh batuan breksea

vulkanis yang banyak memiliki kesamaan dengan Alas Notopuro.

- Jawa Barat

Zona selatan merupakan jalur yang bersambung dan luas, berawal dari Nusa Kambangan sebelah

timur ke pelabuhan Ratu di sebelah barat yang terakhir dibatasi oleh laut yang dalam dari

samudera Hindia.

Zona tengah memiliki kesamaan antara zona tengah di Jawa Timur dan di Jawa Barat. Keduanya

merupakan depresi jika dibandingkan terhadap zona disekitarnya dan kedua-duanya merupakan

kedudukan dari gunung berapi.

Daftar Pustaka

Out Line of The Geomorphology of Java. A.J. PANNEKOEK

TEMPO Interaktif, Bandung.

Anonim "http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengah"

Anonim "http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timur"

Anonim "http://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barat"

Anonim www.bakosurtanal.go.id