makalah furunkel
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bisul merupakan satu jangkitan kulit yang biasa terjadi kepada semua
orang. Bisul sendiri dalam bahasa kedokteran disebut furunkel, yakni radang atau
infeksi yang disebabkan kuman atau bakteri staphylococcus aureus. Bila ada gatal
pada kulit lalu digaruk, sedangkan kebersihan kurang dijaga, sehingga bakteri
masuk dan terjadi infeksi dan timbul bisul.
Bisul mungkin saja muncul sejak bayi, bahkan bayi baru lahir. Ibu-ibu,
terutama yang baru punya anak pertama, umumnya takut memandikan dan
mengeramasi bayinya. Padahal bayi juga sudah berkeringat. Terlebih kalau bayi
dibubuhi dengan segala macam minyak penghangat yang tentu jadi lahan subur
untuk berkembangbiaknya kuman. Dan kondisi kulit yang seperti ini juga bisa
menjadi penyebab bisulan.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi furunkel
2. Untuk mengetahui etiologi furunkel
3. Untuk mengetahui patofisiologi furunkel
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala furunkel
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan furunkel
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Furunkel (bisul) adalah nodul nyeri hebat yang terbentuk dalam kulit oleh
peradangan terbatas dari korium dan jaringan subkutis, mengelilingi nekrotis
sentral atau inti disebabkan oleh stapholococcus yang memasukinkuli memasuki
kulit melalui folikel rambut. S. aureus adalah penyebab infeksi piogenik kulit
yang paling sering, ia dapat juga menyebabkan furunkel, karbunkel, osteomelitis,
artritis septik, infeksi luka, abses, pneumonia, empiema, endokarditis, meningitis
dan penyakit yang diperantarai toksin, termasuk keracunan makanan.
Bisul merupakan nanah yang terkumpul dalam satu rongga yang sangat
menyakitkan. Kelompok bisul biasa dipanggi pekung (carbuncles) tetapi
perubahan pada kulit seperti ini tidak biasa berlaku pada kanak-kanak.
Secara medis, bisul adalah infeksi kuman pada folikel rambut dan kelenjar
minyak kulit. Bisul merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh
kuman. Penyakit ini sering dijumpai pada anak karena daya tahan kulitnya
terhadap invasi kuman belum sesempurna orang dewasa. Kelainan berupa masa
padat kemerahan berbentuk kerucut, ditengahnya terdapat gelembung bernanah.
Kemudian melunak menjadi abses lalu pecah. Biasanya mengeras dan terdapat
pada bokong, kuduk, belakang bagian leher, dibawah ketiak, badan dan tungkai,
dan sekeliling pinggang, pangkal paha, atas kaki, punggung
Furunkel (boil atau bisul) adalah peradangan pada folikel rambut, kulit,
dan jaringan sekitarnya yang sering terjadi pada daerah bokong, kuduk, aksila,
badan, dan tungkai. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat
yang biasa disebut sebagai furunkulosis.
Furunkel merupakan tonjolan yang nyeri dan berisi nanah yang terbentuk
dibawah kulit ketika bakteri menginfeksi dan menyebabkan inflamasi pada satu
atau lebih folikel rambut. Furunkel juga merupakan infeksi kulit yang meliputi
seluruh folikel rambut dan jaringan subkutaneus disekitarnya.
B. Etiologi
Furunkel dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah
sebagai berikut :
1. Iritasi pada kulit
2. Kebersihan kulit yang kurang terjaga
3. Daya tahan tubuh yang rendah
4. Infeksi oleh staphylococcus aureus. Berbentuk bulat (coccus), diameter 0,5-
1,5µm, susunan bergerombol seperti anggur, tidak mempunyai kapsul,
nonmotil, katalase positif, pada pewarnaan gram tampak berwarna ungu.
5. Bakteri lain atau jamur. Paling sering ditemukan didaerah tengkuk, axial, paha
dan bokong. Akan terasa sangat nyeri jika timbul didaerah sekitar hidung,
telinga, atau jari-jari tangan.
C. Patofisiologi
Infeksi dimulai dari peradangan pada folikel rambut dikulit (folikulitis)
yang menyebar pada jaringan sekitarnya. Radang pus (nanah) yang dekat sekali
dengan kulit disebut pustula. Pustula ini menyebabkan kulit diatasnya sangat tipis,
sehingga pus di dalam dapat dengan mudah mengalir keluar. Sementara itu,
bisulnya (furunkel) sendiri berada pada daerah kulit yang lebih dalam. Terkadang
pus yang berada di dalam bisul diserap sendiri oleh tubuh, tetapi lebih sering
mengalir sendiri melalui lubang yang ada di kulit.
Bakteri stafilokokus aureus umumnya masuk melalui luka, goresan atau
robekan pada kulit. Respon primer host terhadap infeksi stafilokokus aureus
adalah mengerahkan sel PMN ketempat masuknya kuman tersebut untuk
melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ketempat infeksi oleh
komponen bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokolin
TNF (tumor necrosis factor) dan IL (interleukin) yang dikeluarkan oleh sel
endotel dan makrofak yang teraktivasi, hal tersebut menyebabkan inflamasi dan
terbentuklah pus (gab sel darah putih, bakteri, dan sel kulit mati).
D. Tanda dan Gejala
Gejala yang timbul dari adanya furunkel bervariasi, bergantung pada
beratnya penyakit. Gejala yang sering ditemui pada furunkel adalah sebagai
berikut :
1. Nyeri pada daerah ruam. Muncul tonjolan yang nyeri, berbentuk halus,
berbentuk kubah dan bewarna merah disekitarnya
2. Ruam pada daerah kulit berupa nodus eritematosa yang berbentuk kerucut dan
memiliki pustule
3. Nodul dapat melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik
yang dapat pecah membentuk fistel lalu keluar melalui lobus minoris
resistensiae
4. Setelah seminggu, umumnya furunkel akan pecah sendiri dan sebagian dapat
menghilang dengan sendirinya
5. Ukuran tonjolan meningkat dalam beberapa hari dan dapat mencapai 3-10 cm
atau bahkan lebih
6. Demam dan malaise sering muncul dan pasien tampak sakit berat
7. Jika pecah spontan atau disengaja, akan mongering dan membentuk lubang
yang kuning keabuan pada bagian tengah dan sembuh perlahan dengan
granulasi
8. Waktu penyembuhan kurang lebih 2 mg
9. Jaringan parut permanen yang terbentuk biasanya tebal dan jelas.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada neonatus dengan furunkel
bergantung pada keadaan penyakit yang dialaminya. Asuhan yang biasanya
diberikan adalah sebagai berikut :
1. Kebanyakan furunkel tidak membutuhkan pengobatan dan akan sembuh
dengan sendirinya
2. Jaga kebersihan daerah yang mengalami furunkel serta daerah sekitarnya
3. Berikan pengobatan topikal dengan kompres hangat untuk mengurangi nyeri
dan melunakan nodul. Kompres hangat dapat dilakukan sambil menutup ruam
untuk mencegah penularan ke daerah lainnya
4. Jangan memijit furunkel, terutama yang letaknya di daerah hidung dan bibir
atas karena dapat menyebabkan penyebaran kuman secara hematogen
5. Bila furunkel terjadi di daerah yang tidak umum, seperti pada hidung atau
telinga, maka brkolaborasilah dengan dokter untuk melakukan insisi
6. Jika memungkinkan untuk membuka furunkel, maka lakukanlah dengan cara
berikut :
a. Beri penjelasan pada keluarga mengenai tindakan yang akan dilakukan
atau berikan informed consent
b. Minta seseorang untuk memegangi anak
c. Ambillah sebuah pisau bedah steril dan insisi furunkel dengan segera pada
puncaknya saja. Kemudian masukkan penjepit dalam luka dan bukalah
penjepitnya untuk membuat jalan keluar bagi pus. Dengan cara ini, pus
akan keluar tanpa mengganggu sesuatu. Perhatikan pisau bedah, jangan
sampai masuk ke dalam karena dapat melukai pembuluh darah saraf
d. Berikan analgesik, misalnya aspirin atau parasetamol untuk mengatasi
nyeri
e. Tutuplah luka dengan kasa kering, usahakan agar satu sudut dari kasa
dimasukkan, agar jalan tetap terbuka, sehingga pus dapat keluar
f. Bersihkan alat-alat
g. Ingatkan keluarga untuk mengganti perbannya secara periodic
h. Terapi antibiotik dan antiseptik diberikan bergantung pada luas dan
beratnya penyakit, misalnya dengan pemberian achromycin 250 mg
sebanyak 3 atau 4 kali per hari
i. Bila furunkel terjadi secara menetap atau berulang atau dalam jumlah
yang banyak, maka kaji faktor predisposisi adanya diabetes mellitus
j. Bila furunkel disertai demam berikan antibiotic sistemik.
k. Jika infeksi berat atau pada area berbahaya dosis antibiotik maximal harus
diberikan dalam bentuk parenteral.
l. Bila lesi besar, nyeri dan fluktuasi, insisi dan drainase sangat diperlukan.
m. Jika infeksi berulang atau ada komplikasi, periksa kultur perlu dilakukan.
n. Terapi antimicrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi
berkurang dan berubah.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FURUNKEL
1. Pengkajian
Pengumpulan data
a. Data Demografi
1) Biodata
- Nama :
- Usia :
- Jenis kelamin :
- Alamat :
- Suku / bangsa :
- Status pernikahan :
- Agama / keyakinan :
- Pekerjaan :
- Diagnosa medik :
- No. medical record :
- Tanggal masuk :
- Tanggal pengkajian :
2) Penanggung jawab
- Nama :
- Usia :
- Jenis kelamin :
- Pekerjaan :
- Hubungan dengan klien :
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Mengkaji data subjektif yaitu data yang didapatkan dari klien, meliputi:
a) Alasan masuk rumah sakit
Pasien mengatakan terasa nyeri di leher dan mengatakan sakit saat
menelan.
b) Keluhan utama:
- Pasien mengatakan nyeri dan merasa tidak nyaman pada daerah
leher
- Pasien mengatakan mual dan muntah.
- Pasien mengatakan sakit saat menelan
Kronologis keluhan: Pasien mengeluh nyeri di leher
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit yang sama
atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita. Misalnya,
sebelumnya pasien mengatakan pernah mengalami infeksi pada saluran
tenggorokan dan pernah menjalani perawatan di RS
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji apakah dalam keluarga pasien ada/tidak yang mengalami
penyakit yang sama.
4) Riwayat Psikososial dan Spiritual
Mengkaji orang terdekat dengan pasien, interaksi dalam keluarga, dampak
penyakit pasien terhadap keluarga, masalah yang mempengaruhi pasien,
mekanisme koping terhadap stres, persepsi pasien terhadap penyakitnya,
tugas perkembangan menurut usia saat ini, dan sistem nilai kepercayaan.
c. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum klien : Baik atau tidak
Kesadaran :
Tanda-tanda vital :
Suhu :
Nadi :
Pernafasan :
Tekanan darah :
d. Pengkajian Fungsional Gordon
1) Pola Persepsi Kesehatan manajemen Kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang
dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien? Biasanya klien yang
datang ke rumah sakit sudah mengalami gejala pada stadium lanjut, klien
biasanya kurang mengetahui penyebab terjadinya serta penanganannya
dengan cepat.
2) Pola Nutrisi Metabolic
Kaji kebiasaan diit buruk ( rendah serat, aditif, bahan pengawet),
anoreksia, mual/muntah, mulut rasa kering,
intoleransi makanan, perubahan berat badan, perubahan
kelembaban/turgor kulit. Biasanya klien akan mengalami penurunan berat
badan akibat inflamasi penyakit dan proses pengobatan kanker.
3) Pola Eliminasi
Kaji bagaimana pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi
urin, perubahan bising usus, distensi abdomen. Biasanya klien tidak
mengalami gangguan eliminasi.
4) Pola aktivas latihan
Kaji bagaimana klien menjalani aktivitas sehari-hari. Biasanya klien
mengalami kelemahan atau keletihan akibat inflamasi penyakit.
5) Pola istirahat tidur
Kaji perubahan pola tidur klien selama sehat dan sakit, berapa lama klien
tidur dalam sehari? Biasanya klien mengalami perubahan pada pola
istirahat; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,
ansietas.
6) Pola kognitif persepsi
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan
penglihatan,pendengaran, perabaan, penciuman,perabaan dan kaji
bagaimana klien dalam berkomunikasi?
7) Pola persepsi diri dan konsep diri
Kaji bagaimana klien memandang dirinya dengan penyakit yang
dideritanya? Apakah klien merasa rendah diri? Biasanya klien akan
merasa sedih dan rendah diri karena penyakit yang dideritanya.
8) Pola peran hubungan
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama
dirawat di Rumah Sakit? Dan bagaimana hubungan social klien dengan
masyarakat sekitarnya?
9) Pola reproduksi dan seksualitas
Kaji apakah ada masalah hubungan dengan pasangan? Apakah ada
perubahan kepuasan pada klien?.
10) Pola koping dan toleransi stress
Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah? Apakah klien
menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan stres?
11) Pola nilai dan kepercayaan
Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi penyakitnya?
Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan klien? Biasanya
klien lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa
a. Data subyektif :
Pasien mengeluh nyeri, badan terasa panas, mual muntah, gatal-gatal pada
kulit, terdapat luka pada kulit, tidak bisa tidur/kurang tidur, malu dengan
kondisi sakitnya, dan mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya.
b. Data obyektif :
Suhu tubuh meningkat melebihi 38 derajat celcius, ekspresi wajah meeringis,
menggaruk-garuk di kulit, gelisah tidak bias tidur, menutup diri/menarik diri,
porsi makan tidak dihabiskan, kulit tampak lecet/luka, mual-muntah, pasien
bertanya tentang penyakitnya
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
b. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan lesi kulit
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
perawatan kulit dan cara menangani kelainan kulit
f. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Rencana Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
Hasil yang diharapkan : pasien dapat mempertahankan integritas kulit
Rencana tindakan keperawatan
- Kaji/catat ukuran atau warna, kedalaman luka dan kondisi sekitar luka
Rasional : Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan dan petunjuk
tentang sirkulasi
- Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan kulit dengan cara mandi sehari
2 kali
Rasional :Menjaga kebersihan kulit dan mencegah komplikasi
- Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi
Rasional : Maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya
kulit dan perluasan kelainan primer
- Kolaborasi dalam pemberian obat topical
Rasional : Mencegah atau mengontrol infeksi
b. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan lesi kulit
Hasil yang diharapkan : nyeri terkontrol/teratasi
Rencana tindakan keperawatan :
- Kaji skala nyeri
Rasional : Perubahan karakter, lokasi, intensitas nyeri dapt
mengindikasikan komplikasi
- Dorong ekspresi, perasaan tentang nyeri
Rasional : Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat
meningkatkan mekanisme koping
- Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, massage, guiding imajenery
Rasional : Memfokuskan kembali pehatian, meningkatkan relaksasi dan
meningkatkan rasa control yang dapat menurunkan ketergantungan
farmakologis
- Berikan aktivitas terapeutik tepat sesuai dengan kondisi dan usia pasien
Rasional : Membantu mengurangi konsentrasi nyeri yang dialami dan
memfokuskan kembali perhatian
- Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi
Rasional : Perubahan metode untuk penghilangan nyeri
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
Hasil yang diharapkan : kebutuhan tidur pasien terpenuhi
Rencana tindakan :
- Kaji tingkat tidur pasien
Rasional : Untuk mengetahui kualitas tidur pasien
- Anjurkan pasien untuk menghindari minuman yang mengandung cafein
menjelang tidur malam hari
Rasional : Cafein memiliki efek puncak 2-4 jam sesudah dikonsumsi
- Anjurkan pasien untuk melakukan gerak badan secara teratur
Rasional : Memberikan efek yang menguntungkan untuk tidur jika
dilakukan pada sore hari
- Anjurkan melakukan hal-hal ritual rutin menjelang tidur
Rasional : Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan terjaga
menjadi keadaan tidur
- Kolaborasi pemberian obat antihistamin
Rasional : Memberikan obat diharapkan pasien dapat tidur
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
Hasil yang diharapkan : pengembangan peningkatan penerimaan diri
Rencana tindakan keperawatan :
- Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien
Rasional : Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau
keadaan yang tampak nyata bagi pasien. Kesan seseorang terhadap dirinya
sendiri akan berpengaruh pada konsep diri
- Berikan kesempatan untuk pengungkapan, dengarkan dengan cara terbuka
dan tidak menghakimi untuk mengekspresikan perasaan.
Rasional : Pasien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami
- Bantu pasien yang cemas dalam mengembangkan kemampuan untuk
menilai diri dan mengenali diri serta mengatasi masalah.
Rasional : Menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan
memulihkan realitas situasi
- Dorong pasien untuk bersosialisasi dengan orang lain dan Bantu pasien
kea rah penerimaan diri
Rasional : Membantu dalam meningkatkan sosialisasi dan penerimaan diri
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
perawatan kulit dan cara menangani kelainan kulit
Hasil yang diharapkan : pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang
penyakitnya, pasien memahami tentang perawatan kulit.
Rencana tindakan keperawatan :
- Kaji tingkat pengetahuan pasien
Rasional : Memberikan data dasar untuk mengetahi tingkat pemahaman
pasien
- Jaga agar pasien mendapat informasi yang benar, memperbaiki kesalahan
informasi
Rasional : Pasien memiliki perasaan ada sesuatu yang mereka perbuat dan
merasakan manfaatnya
- Beri nasehat kepada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab dan
fleksibel dengan pengolesan cream atau lotion
Rasional : memerlukan air agar fleksibelitas kulit tetap terjaga.
Pengolesan cream atau lotion untuk mencegah agar kulit tidak menjadi
kasar, retak dan bersisik
- Peragakan penerapan terapi yang diprogramkan : obat topical
Rasional : Memungkinkan pasien untuk memperoleh kesempatan untuk
menunjukkan cara yang tepat untuk melakukan terapi
f. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Hasil yang diharapkan : peningkatan suhu tubuh diatas rentang dermal
Rencana tindakan keperawatan :
- Pantau suhu pasien ( derajat dan pola )
Rasional : Suhu 38,9-41oC menunjukkan proses infeksius
- Berikan kompres hangat
Rasional : Membantu mengurangi demam
- Anjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : Membantu mengurangi demam
- Berikan antipiretik
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus
g. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Hasil yang diharapkan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Rencana tindakan keperawatan :
- Kaji status nutrisi secara kontinu
Rasional : Memberikan pilihan intervensi
- Timbang berat badan setiap hari dan bandingkan dengan berat badan saat
penerimaan
Rasional : Memantau kecenderungan dalam penurunan/penambahan berat
badan
- Dokumentasikan pemasukan oral selama 24 jam
Rasional : Mengidentifikasi ketidakseimbangan antara perkiraan
kebutuhan nutrisi dan masukan actual
- Rujuk pada ahli gizi
Rasional : Membantu dalam identifikasi defisit nutrisi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bisul merupakan nanah yang terkumpul dalam satu rongga yang sangat
menyakitkan. Kelompok bisul biasa dipanggi pekung (carbuncles) tetapi
perubahan pada kulit seperti ini tidak biasa berlaku pada kanak-kanak.
Infeksi dimulai dari peradangan pada folikel rambut dikulit (folikulitis)
yang menyebar pada jaringan sekitarnya. Gejala yang timbul dari adanya furunkel
bervariasi, bergantung pada beratnya penyakit.
Furunkel dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah
sebagai berikut :
1. Iritasi pada kulit
2. Kebersihan kulit yang kurang terjaga
3. Daya tahan tubuh yang rendah
4. Infeksi oleh staphylococcus aureus
5. Bakteri lain atau jamur
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu kesehatan anak nelson. Vol 2/editor, Richard E. Behrman, robert M.
Kliegman, ann M. Arvin ; editor edisi bahasa indonesia : A. samik wahab –ed.
15–. Jakarta : EGC, 1999
Kamus Saku Kedokteran Dorlan/Alih Bahasa, Poppy Kumala...[Et Al.] : Copy
Editor Edisi Bahasa Indonesia, Dyah Nuswantari. –Ed. 25–. Jakarta : EGC
Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita. Jakarta :
Salemba Medika
http://azhyanha.blogspot.com/2010/03/37-c.html
http://www.ibudananak.com/index.php?
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan
hidayatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini, makalah ini berjudul tentang
“penumpukan serumkel” Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah.
Raha, september 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman………………………………………………………………………………………
Kata Pengantar………………………………………………………………………….....
Daftar Isi………………………………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………..……….
B. Rumusan masalah……………………………………………………….…………..
C. Tujuan………………………………………………………………..…………...…........
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian furunkel……………………………………………………
B .Etiologi........................................................................……………
C. Manifestasi Klinik................................................................................................
D. Asuhan Keperawatan.........................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA