makalah endokrin
DESCRIPTION
Makalah EndokrinTRANSCRIPT
MAKALAH ENDOKRINOLOGI
PENYAKIT AKIBAT GANGGUAN HORMONAL PADA PANKREAS
“Diabetes mellitus”
Dosen Pembimbing:
Oleh:
1. Elly Nur Indasari (125230100111048)
2. Linda Febriana (125130101111040)
3. Lita Oktatiurma (125130101111045)
4. Ema Eka Safitri (125130101111049)
5. Adrian Bagus Prakoso (125130100111 )
PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyakit Akibat
Gangguan Hormonal Pankreas Diabetes mellitus” dengan lancar dan selesai tepat waktu.
Dengan adanya makalah ini penulis berharap mahasiswa dapat menjadikan makalah ini
sebagai referensi sehingga lebih memahami materi mengenai Diabetes mellitus.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Program
Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya. Sehingga bisa lebih optimal dalam
mengaplikasikan penerapan dari ilmu yang dibahas dalam makalah ini.
Penulis menyadari bahwa ” Tak ada gading yang tak retak ”, oleh karena itu penulis
menantikan kritik dan sarannya demi perbaikan makalah selanjutnya. Akhir kata penulis
ucapkan sekali lagi terima kasih yang tak terhingga. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Malang, 9 Mei 2013
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ......................................................................................................... 2
Daftar Isi ......................................................................................................... 3
Pendahuluan ......................................................................................................... 4
Pembahasan ......................................................................................................... 5-13
Penutup ......................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ......................................................................................................... 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan penyakit kelainan pada metabolisme yang disebabkan
kurangnya hormon insulin. Hormon insulin dihasilkan oleh sekelompok sel beta di kelenjar
pankreas dan sangat berperan dalam metabolisme glukosa dalam sel tubuh. Diabetes melitus
adalah suatu kondisi di mana kadar gula di dalam darah lebih tinggi dari biasa/normal ,karena
tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan hormon insulin secara cukup. Perlu
diketahui bahwa hormon insulin dihasilkan oleh pankreas dalam tubuh untuk
mempertahankan kadar gula agar tetap aman. Jumlah glukosa pada tubuh hewan sebaiknya
harus selalu dikontrol dengan cermat untuk meminimalisir terjadinya Diabetes mellitus.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Diabetes mellitus?
2. Bagaimana etiologi dan klasifikasi Diabetes mellitus?
3. Apa penyebab dari Diabetes mellitus?
4. Bagaimana pengaruh gangguan hormonal pankreas pada Diabetes mellitus?
5. Bagaimana gejala-gejala yang ditimbulkan dari Diabetes mellitus?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Diabetes mellitus.
2. Untuk mengetahui etiologi dan klasifikasi Diabetes mellitus.
3. Untuk mengetahui penyebab Diabetes mellitus.
4. Untuk mengetahui pengaruh gangguan hormonal pankreas pada Diabetes mellitus.
5. Untuk mengetahui gejala-gejala yang ditimbulkan dari Diabetes mellitus.
1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapakan dapat menambah wawasan dan bisa
menjadi referensi sebagai acuan belajar untuk lebih memahami materi mengenai penyakit
akibat gangguan hormonal pada pankreas yaitu Diabetes mellitus.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Diabetes mellitus
Diabetes mellitus adalah kelainan yang disebabkan oleh defisiensi insulin. Diabetes
mellitus merupakan gangguan endokrin yang paling banyak dijumpai. Kejadian diabetes
banyak disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme yang menghambat aktivitas insulin.
Gangguan hormonal yang dapat berpengaruh diantaranya adalah kasus peningkatan aktivitas
glukagon dan terjadinya kerja kelenjar tiroid yang berlebihan. Kekurangan insulin disebabkan
oleh perubahan degeneratif dari sel-sel beta, penurunan efektivitas hormon, dan tumor
endokrin yang menyebabkan penurunan sekresi hormon.
Penyakit Diabetes mellitus merupakan penyakit dengan gejala kadar gula darah yang tinggi yang
disebabkan tubuh tidak lagi memiliki hormon insulin atau insulin tidak dapat bekerja sebagaimana
mestinya. Insulin disekresikan oleh sel-sel beta yang merupakan salah satu dari empat tipe sel dalam
pulau-pulau Langerhans pankreas. Sekresi insulin akan meningkat dan menggerakkan glukosa ke
dalam sel-sel otot, hati serta lemak. Insulin di dalam sel-sel tersebut menimbulkan efek seperti
menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot (dalam bentuk glikogen), meningkatkan
penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan adiposa dan mempercepat pengangkutan asam-
asam amino (yang berasal dari protein makanan) ke dalam sel. Perubahan degeneratif dari sel beta
pankreas sering merupakan akibat sekunder pada peradangan bagian eksokrin.
2.2 Etiologi dan Klasifikasi Diabetes mellitus
Sebagian besar kasus diabetes mellitus disebabkan oleh rusaknya sel beta pankreas
sehingga produksi insulin menjadi terhambat atau tidak sama sekali. Beberapa ahli
berpendapat bahwa dengan meningkatnya umur, maka intolerensi terhadap glukosa juga
meningkat. Intolerensi glukosa pada usia lanjut berkaitan dengan obesitas, aktivitas fisik
yang kurang, berkurangnya massa otot, penyakit penyerta, penggunaan obat-obatan sehingga
terjadi penurunan sekresi insulin dan resistensi insulin. Diabetes mellitus merupakan
penyakit yang diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Para ahli kesehatan juga
menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Faktor
herediter sering pula menyebabkan timbulnya diabetes melalui peningkatan kerentanan
sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibodi
autoimun melawan sel-sel beta, sehingga mengarah pada penghancuran sel-sel beta. Obesitas
juga merupakan salah satu penyebab terjadinya diabetes mellitus, salah satu alasan
5
bahwa obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin didalam sel target insulin di seluruh
tubuh, sehingga membuat jumlah insulin yang tersedia kurang efektif dalam
meningkatkan efek metabolik insulin yang biasa.
Klasifikasi Diabetus Milletus
Diabetes mellitus dibagi menjadi 2 kategori utama berdasarkan sekresi insulin
endogen untuk mencegah munculnya ketoasidosis, yaitu (1) Diabetes mellitus tergantung
insulin (IDDM = insulin dependent diabetes mellitus) atau tipe I, dan (2) Diabetes mellitus
tidak tergantung insulin (NIDDM = non-insulin dependent diabetes mellitus) atau tipe II.
Diabetes mellitus tipe I (IDDM = insulin dependent diabetes mellitus)
DM tipe I adalah penyakit yang disebabkan oleh gangguan sistem imun atau
kekebalan tubuh penderita dan mengakibatkan kelainan sel pankreas sehingga terjadi reaksi
autoimun yang menyebabkan kerusakan sel beta. Penderita Diabetes tipe 1 dikenal sebagai
diabetes yang tergantung insulin. Tipe ini berkembang jika sel-sel beta pankreas
memproduksi insulin terlalu sedikit atau bahkan tidak memproduksi sama sekali. Diabetes
mellitus (DM) tipe I diperantarai oleh degenerasi sel β Langerhans pankreas akibat infeksi
virus, pemberian senyawa toksin, diabetogenik (streptozotosin, aloksan), atau secara genetik
(wolfram sindrome) yang mengakibatkan produksi insulin sangat rendah atau berhenti sama
sekali. Hal tersebut mengakibatkan penurunan pemasukan glukosa dalam otot dan jaringan
adiposa.
DM tipe II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
Diabetes tipe II yaitu diabetes yang tidak tergantung pada insulin, biasanya terjadi
sekitar 90 sampai 95% dari penderita diabetes secara keseluruhan. Secara patofisiologi, DM
tipe II disebabkan karena dua hal yaitu (1) penurunan respon jaringan perifer terhadap
insulin, peristiwa tersebut dinamakan resistensi insulin, dan (2) Penurunan kemampuan sel β
pankreas untuk mensekresi insulin sebagai respon terhadap beban glukosa. Sebagian besar
DM tipe II diawali dengan kegemukan karena kelebihan makan. Keadaan normal insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel, sebagai akibatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Sehingga
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Upaya
untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus
6
terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Penderita dengan toleransi glukosa
terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan
dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel-sel
beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa
akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
2.3 Penyebab Diabetes mellitus
Diabetus mellitus merupakan penyakit yang paling sering terjadi, tidak
menggambarkan suatu penyakit spesifik dengan etiologi tunggal, tetapi agaknya merupakan
suatu sindrom heterogen. Sampai saat ini etiologi diabetes mellitus belum jelas akan tetapi
beberapa faktor dapat menyebabkan (multifaktorial). Faktor yang diduga sebagai etiologi
adalah faktor genetik, faktor infeksi, faktor toksisitas, faktor nutrisi ; makan berlebihan atau
kurang makan, faktor stress, faktor obat dan hormon, faktor penyakit pankreas dan faktor
kelemasan. Hal ini didukung oleh beberapa faktor yang menyebabkan diabetes mellitus
adalah sebagai berikut :
1. Genetik atau faktor keturunan
Diabetes mellitus merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks. Sebanyak 50 %
penderita diabetes mellitus dewasa berasal dari keluarga yang menderita diabetes
mellitus. Dengan begitu dapat dikatakan bahwa diabetus mellitus cenderung
diturunkan bukan ditularkan.
2. Bahan toksin atau beracun
Beberapa bahan toksin atau racun dapat menyebabkan rusaknya sel – sel yang
memproduksi insulin. Bahan seperti aloksan, pyrinuron, (rodentisida) dan
streptozotocin (produk dari sejenis jamur) dapat secara langsung merusak sel β. Bahan
toksin lain yang berasal dari casava atau singkong yang mengandung glikosida
sianogenik dapat melepaskan sianida sehingga memberi efek toksin terhadap jaringan
tubuh. Bagi penderita yang mengalami keracunan pada pankreas dan akan tampak
gejala diabetes mellitus. Gejala klinik diabetes mellitus yang disebabkan oleh
keracunan sianida tampak parah jika penderita mengalami kekurangan protein. Hal ini
disebabkan protein sangat dibutuhkan dalam proses detoksikasi sianida.
3. Virus
Penyebab diabetes mellitus yang lain adalah berasal dari mikroorganisme yang
disebut virus. Beberapa virus yang diduga menyebabkan diabetus mellitus adalah
7
rubela, mumps dan human coxsackievirus B4. Mekanisme beberapa virus di atas
sehingga dapat menyebabkan timbulnya diabetes mellitus adalah melalui infeksi
sitolitik pada sel β yang mengakibatkan destruksi atau kerusakan sel. Selain itu reaksi
otoimonitas juga dapat menyebabkan hilangnya otoimun pada sel β yang berakibat
matinya sel β sebagai penghasil insulin.
4. Nutrisi
Nutrisi yang berlebihan (obesitas / over nutrision) merupakan faktor penyebab
terjadinya diabetes mellitus. Semakin lama dan berat obesitas akibat nutrisi yang
berlebihan maka semakin besar kemungkinan terjangkitnya diabetus mellitus.
Diabetes mellitus disebabkan oleh kurangnya produksi dan ketersediaan insulin dalam
tubuh atau terganggunya fungsi insulin yang sebenarnya jumlahnya cukup. Kurangnya
insulin tersebut disebabkan oleh kerusan sebagian besar sel – sel β pulau pankreas yang
berfungsi menghasilkan pankreas
2.4 Pengaruh Gangguan Hormonal Pankreas pada Diabetes mellitus
Pankreas terletak pada rongga abdomen, memiliki permukaan yang membentuk
lobulasi, berwarna putih keabuan hingga kemerahan. Organ ini merupakan kelenjar majemuk
yang terdiri atas jaringan eksokrin yang menghasilkan enzim – enzim pankreas (amylase,
peptidase, dan lipase), dan jaringan endokrin yang menghasilkan hormon – hormon (insulin,
glukagon, dan somatostatin). Fungsi endokrin pankreas terdapat pada sekelompok sel yang
ditemukan oleh Langerhans di tahun 1869, sehingga sekelompok sel tersebut dinamakan
sebagai pulau Langerhans. Pada tikus dewasa, pankreas berisi kira-kira 1-2% pulau-pulau
Langerhans dengan diameter antara 100-200 µm. Ada lima tipe sel yang ditemukan di pulau
Langerhans tikus, masing-masing memiliki kemampuan sekresi hormon yang berbeda-beda,
yaitu:
1. Sel alpha
yaitu sel yang menghasilkan hormon glukagon. Sel ini merupakan sel terbanyak kedua
yang ditemukan di pulau Langerhans setelah sel beta (20%). Glukagon merupakan
polipeptida berukuran 3,5 kilodalton, disintesis oleh sel alfa pulau Lagerhans pankreas,
yang disekresi sebagai respon terhadap kadar glukosa darah rendah. Jika kadar glukosa
darah rendah, glukagon disekresi oleh pankreas dan dibawa oleh aliran darah ke organ
8
sasaran. Hati merupakan organ sasaran utama dari glukagon. Sel-sel hati memiliki reseptor
eksternal glukagon. Pada saat berikatan dengan reseptor, glukagon mengaktifasi adenilat
siklase, enzim pada permukaan intraselular membran. Adenilat siklase merubah ATP
menjadi siklik AMP, yang merupakan second messenger. Selanjutnya, siklik AMP
berikatan dan mengaktifasi protein kinase yang bergantung siklik AMP. Protein kinase
memfosforilasi beberapa enzim, yang dapat merubah aktifitas enzimatiknya, menjadi
bentuk aktif dan tidak aktif. Fosforilasi glikogen sintase merubahnya menjadi bentuk
tidak aktif, sehingga menghambat sintesis glikogen. Sebaliknya, fosforilasi pada
fosforilase kinase, membuat enzim ini menjadi bentuk aktif. Terbentuknya fosforilase
kinase aktif, selanjutnya mengubah glikogen fosforilase tidak aktif menjadi bentuk aktif.
Dengan terbentuknya glikogen fosforilase aktif, maka proses glikogenolisis meningkat.
Penghambatan sintesis glikogen dan peningkatan glikogenolisis, menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah.
2. Sel beta
yaitu sel yang menghasilkan hormon insulin. Sel β terletak di dalam pulau Langerhans dan
memenuhi sekitar 80% dari volume pulau Langerhans. Insulin merupakan hormon yang
berperan penting dalam mekanisme penyakit diabetes mellitus dan memiliki peran secara
langsung maupun tidak langsung dalam proses biokimia di dalam tubuh. Insulin adalah
hormon yang dihasilkan oleh sel β pada pulau Langerhans di pankreas. Kerja utama dari
hormon ini adalah meningkatkan pengambilan glukosa darah ke dalam jaringan dan
disimpan sebagai glikogen atau lipid. Insulin merupakan hormon anabolik yang menjaga
agar tidak terjadi hiperglikemia sewaktu terjadi proses pemasukan glukosa atau pada saat
terlalu banyak makan karena jumlah glukosa dalam darah merangsang sekresi insulin oleh
sel β pada pulau Langerhans pankreas. Pembentukan awal insulin terjadi akibat
rangsangan glukosa pada ribosom retikulum endoplasmik kemudian menyebabkan
translasi dan transkripsi mRNA menjadi proinsulin. Proinsulin bergerak menuju apparatus
golgi kemudian diubah menjadi insulin dan C-peptide yang dibungkus dalam granula
sitoplasma. Granula – granula insulin tersebut tetap disimpan pada sel beta sampai
waktunya dibutuhkan. Keberadaan asam lemak dapat mempengaruhi insulin. Asam lemak
memiliki efek menghambat atau merangsang sekresi insulin. Hal tersebut menegaskan
bahwa asam lemak memiliki peran penting terhadap homeostasis glukosa dalam
mekanisme pelepasan insulin. Reece (2005) menyatakan bahwa prinsip kerja utama dari
insulin pada metabolisme karbohidrat di jaringan yang sensitif terhadap insulin adalah
9
menyelenggarakan proses transportasi glukosa ke dalam membran sel. Pada hati, insulin
meningkatkan pengambilan glukosa dengan merangsang enzim-enzim di sel hati yang
membantu produksi glikogen dan lipogenesis serta menghambat enzim-enzim yang
mempercepat terjadinya glikogenolisis.
3. Sel delta
Somatostatin dijumpai di sel D pulau Langerhans pancreas. Menghambat sekresi insulin,
glukagon, dan polipeptida pankreas dan mungkin bekerja lokal di dalam pulau pankreas
secara parakrin. Penderita tumor pancreas penyekresi somatostain (somatostatinoma)
mengalami hiperglikemia dan gejala-gejala diabetes lain yang menghilang setelah tumor
diangkat. Para pasien juga mengalami dispepsia akibat lambatnya pengosongan lambung
serta penurunan sekresi asam lambung, dan batu empedu, yang dicetuskan oleh penurunan
kontraksi kantong empedu akibat inhibisi sekresi CCK. Sekresi somatostatin pancreas
meningkat oleh beberapa rangsangan yang juga merangsang sekresi insulin, yakni glukosa
dan asam amino, terutama arginin dan leusin. Sekresi juga ditingkatkan oleh CCK.
Somatostatin dikeluarkan dari pancreas dan saluran cerna ke aliran darah perifer.
Sel-sel D merupakan sel yang terakhir yang menerima aliran darah di pulau pancreas, hal
ini dikarenakan sel D terletak di bagian hilir dari sel β dan α. Dengan demikian
somatostatin hanya dapat mengatur sekresi insulin dan glucagon melalui sirkulasi
sistemik. Peran fisiologis somatostatin belum diketahui secara pasti. Jika diberikan dalam
jumlah yang memberikan efek farmakologis, somatostatin menghambat hampir semua
sekresi endokrin dan eksokrin pancreas, usus, dan kantung empedu. Somatostatin juga
dapat menghambat sekresi kelenjar saliva, dan pada kondisi tertentu dapat memblok
sekresi paratiroid, kalsitonin, prolaktin, dan ACTH. Sel α lebih sensitive sekitar 50 kali
terhadap somatostatin daripada sel β, tetapi penghambatan sekresi glucagon lebih bersifat
sementara. Somatostatin juga menghambat absorbsi nutrient dari usus, menurunkan
motilitas usus, dan mengurangi aliran darah visera.
Somatostatin memiliki mempunyai berbagai efek penghambat antara lain :
-Somatostatin bekerja secara local di dalam pulau Langerhans sendiri guna menekan
sekresi insulin dan glucagon
-Somatostatin menurunkan motilitas lambung, duodenum, dann kantung empedu
-Somatostatin mengurangi sekresi dan absorbsi dalam saluran cerna
10
4. Sel F, sel ini menghasilkan pancreatic polypeptide yang berfungsi menghambat sekresi
somatostatin, kontraksi kantung empedu, dan sekresi dari enzim pankreas.
5. Sel Gamma. Pada penderita diabetes mellitus tipe I ditemukan perubahan-perubahan pada
pankreas berupa pengecilan ukuran dari pankreas, atrofi pada bagian eksokrin pankreas,
dan atrofi sel-sel asinar di sekitar pulau Langerhans yang mengalami degenerasi.
Sedangkan pada diabetes mellitus tipe II yang terjadi adalah ketidakseimbangan dari
sekresi eksokrin pankreas dan gangguan kontrol glukosa darah.
2.5 Gejala-Gejala Yang Ditimbulkan dari Diabetes mellitus
Gejala klinis diabetes mellitus meliputi gejala-gejala pada stadium kompensasi dan
dekompensasi pankreas, serta gejala-gejala kronik lainnya. Gejala-gejala pada stadium
kompensasi misalnya polifagi, polidipsi, poliuri dan penurunan berat badan. Adanya gejala
klinis hiperglikemia dan glikosuria akan menyebabkan tekanan osmotik di tubuli meningkat
dan menghambat reabsorbsi air. Karena terhambatnya reabsorbsi air ini menyebabkan hewan
yang menderita diabetes mellitus mengalami poliuria dan akibat adanya poliuria terus
menerus akan menyebabkan dehidrasi tingkat jaringan. Hewan yang menderita diabetes
mellitus tidak dapat memecah glukosa dalam darah sehingga akan menggunakan lemak
tubuhnya untuk mengganti energi atau makanan bagi sel sehingga akan terjadi ketonemia dan
ketonuria dan tubuh terlihat kurus. Adanya badan-badan keton di dalam darah akan
menimbulkan terjadinya asidosis sehingga frekuensi nafas meningkat dan mengalami koma.
Pada keadaan koma kulit mukosa dan lidah tampak kering, bulbus mata menjadi lunak,
pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih lambat serta napas bau aseton. Gejala-gejala kronik
yang sering terjadi misalnya lemah badan, anoreksia, semutan, mata kabur, mialgia, atralgia,
kemampuan seksual berkurang dan lain-lain. Diabetes mellitus memiliki sejumlah komplikasi
karena vaskulopati dan neuropati atau campuran keduanya. Komplikasi diabetes mellitus
dapat bersifat akut atau kronis. Komplikasi akut terjadi jika kadar glukosa darah seseorang
meningkat atau menurun dengan tajam dalam waktu yang relative singkat. Kadar glukosa
darah bisa menurun jika hewan yang menderita menjalani diet yang ketat. Namun perubahan
yang besar dan mendadak dapat berkibat fatal.
Dalam komplikasi akut yang terjadi seperti hipoglikemia, ketoasidosis diabetik koma,
koma hiperosmoler non ketotik, dan koma lakto asidosis. Hipoglikemia yaitu keadaan dimana
kadar glukosa darah dibawah normal. Gejala hipoglikemia ditandai dengan munculnya rasa
lapar, gemetar, mengeluarkan keringat, berdebar debar, pusing, gelisah, dan hewan yang
11
menderita bisa menjadi koma. Ketoasidosis diabetik koma diartikan sebagai keadaan tubuh
yang sangat kekurangan insulin dan bersifat mendadak akibat infeksi, lupa untuk suntik
insulin, pola makan yang terlalu bebas, atau stress. Koma hiperosmoler non ketotik
diakibatkan adanya dehidrasi berat, hipotensi, dan shock. Oleh karena itu, koma hiperosmolar
non ketotik diartikan sebagai keadaan tubuh tanpa penimbunan lemak yang menyebabkan
hewan yang menderita menunjukkan pernapasan yang cepat dan dalam. Koma lakto asidosis
diartikan sebagai keadaan tubuh dengan asam laktat yang tidak dapat diubah menjadi
bikarbonat. Akibat dari hal ini, kadar asam laktat dalam darah meningkat dan bisa mengalami
koma. Komplikasi kronis diartikan sebagai kelainan pembuluh darah yang akhirnya bisa
menyebabkan serangan jantung, serangan otak yang biasanya diikuti dengan kelumpuhan dan
struk. Kerusakan pembuluh-pembuluh darah peripheral biasanya mempengaruhi bagian tubuh
bawah dan kaki, kerusakan ginjal (neuropati), kerusakan saraf (neuropati) yang dapat
menyebabkan kelumpuhan (paralisis), impotent dan penyakit mata (retinopati), retina mata
terganggu sehingga terjadi kehilangan sebagian atau keseluruhan dari penglihatan, hewan
yang menderita retinopati diabetik mengalami gejala penglihatan kabur sampai kebutaan.
Pada umumnya Diabetes mellitus pada hewan ditandai dengan:
1. Muntah
Efek samping lain dari ketoasidosis, jika penyakit diabetes hewan sudah mencapai ke titik
ini hewan akan muntah. Ketoasidosis lebih sering ditemukan pada hewan peliharaan yang
lebih tua.
2. Depresi
Sebuah tanda diabetes pada anjing dan kucing adalah ketoasidosis, asidosis metabolik
disebabkan oleh pemecahan lemak dan protein dalam hati dalam menanggapi kekurangan
insulin. Keton di tubuh dalam jumlah tinggi beracun, dan ketidakseimbangan dalam tubuh
hewan dapat menyebabkan depresi.
3. Cloudy Eyes
Sebuah komplikasi umum dari diabetes pada hewan adalah katarak, atau mata berawan.
Katarak dapat menyebabkan kebutaan jika tidak dipantau.
4. Penipisan bulu atau kebotakan
Bulu yang menipis, kering atau kusam disepanjang punggung. Penipisan rambut umumnya
merupakan gejala penyakit tertentu, termasuk diabetes.
5. Lemah atau lelah
Diabetes dapat menyebabkan hewan merasa lesu, kurang aktif, atau sering tidur.
12
6. Obesitas
Obesitas sebenarnya dapat menyebabkan diabetes untuk berkembang. Sehingga, jika
hewan obesitas, maka harus diawasi untuk menentukan apakah itu mengembangkan setiap
gejala diabetes.
7. Berat Badan Mendadak Berkurang
Meskipun hewan yang menderita diabetes dapat menunjukkan tanda-tanda lapar dari
sebelumnya, penurunan berat badan yang mendadak adalah kejadian umum karena
diabetes dapat menyebabkan peningkatan metabolisme.
8. Kelaparan Meningkat
Jika hewan tiba-tiba bertindak seolah-olah selalu kelaparan, meskipun makan dalam
jumlah yang biasa (dikenal sebagai polifagia), dan berat bedan tetap ataupun menurun
meskipun asupan makanan meningkat, ini bisa menjadi tanda diabetes.
9. Peningkatan Urinasi
Urinasi lebih sering, karena mengembangkan poliuria, tanda lain peringatan dini dari
diabetes yang berjalan dengan polidipsia.
10. Peningkatan konsumsi air
Minum lebih dari biasanya,dikenal sebagai polidipsia, adalah awal dari gejala diabetes.
Kadar Gula Darah Pada Spesies Hewan
Hewan dikatakan menderita penyakit Diabetes Mellitus bila hasil pemeriksaan kadar glukosa darahnya,sebagai berikut :
Anjing
Kadar glukosa pada anjing normalnya adalah 60/100 mg/dl apabila lebih dari 250 mg/dl dipastikan anjing tersebut menderita diabetes mellitus.
Tikus
Kadar glukosa pada tikus normalnya adalah antara 50-135 mg/dl. Sedangkan tikus yang mengalami diabetes kadar glukosa darahnya melebihi normal yaitu > 200 mg/dl.
Aves
Pada umumnya kadar glukosa darah pada bangsa aves lebih tinggi dari kadar glukosa darah mamalia, kadar glukosa darah normal pada burung adalah 200-500 mg/dl. Kadar glukosa yang melebihi 750 mg/dl dipastikan mengalami diabetes mellitus.
BAB III
13
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat dapat disimpulkan bahwa Diabetes mellitus
merupakan kelainan yang disebabkan oleh defisiensi insulin. Diabetes mellitus
merupakan gangguan endokrin pada pankreas yang paling banyak dijumpai. Kejadian
diabetes banyak disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme yang menghambat
aktivitas insulin. Diabetes mellitus ada dua dua tipe. Tipe pertama merupakan keadaan
yang tergantung tehadap insulin atau dikenal dengan IDDM (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus), ditandai oleh penurunan kadar insulin (insulinopenia) yang disebabkan oleh
destruksi sel-sel β. Diabetes tipe 2 dikenal dengan noninsulin dependent diabetes mellitus
(NIDDM). Insulin diproduksi oleh sel-sel β dalam jumlah normal atau mendekati normal
tetapi sel-sel tubuh tidak mampu menggunakannya karena difesiensi atau gangguan
reseptor insulin.
DAFTAR PUSTAKA
14
Harrison, G.J. 1986. Clinical avian Medicine and Surgery. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Indriyati, Erlina. 2004. Gambaran Histopatologi Organ testis Tikus Penderita Diabetes Mellitus yang Diberi Infus Batang Brotowali (Tinospora tuberculata L.) sebagai Bahan Antidiabetik. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sugiwati, Sri.2005. Aktivitas Antihiperglikemik dari Ekstrak Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.] sebagai Inhibitor Alfa-Glukosidase in Vitro dan Vivo pada Tikus Putih. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor
Susilowati, Retno. Habbatus Saudah Sebagai Amelioran Fungsi Pankreass pada Mencit Diabetes.
Uray, amilia dayatri. 2009. Profil sel β Pulau Langerhans Jaringan Pankreas Tikus Diabetes Mellitus yang Diberi Virgin Coconut Oil (VCO). Fakultas kedokteran Hewan,Institut Pertanian Bogor
15