makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
1/22
2.1 Pendahuluan
Eksodonsia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan pencabutan gigi. Ilmu ini merupakan bagian dari Ilmu Bedah Mulut.
Ekstraksi gigi adalah suatu prosedur yang mengkombinasikan prinsip bedah dan prinsip
fisika dan mekanik
Menurut buku Exodontia Practice Eksodonsia dapat didefinisikan sebagai
pencabutan gigi atau akar gigi dari soket gigi dengan rasa sakit yang ringan dan luka yang
minimal pada tulang dan struktur sekitarnya sehingga penyembuhan postoperatif berjalan
dengan baik. Sedangkan ekstraksi gigi adalah prosedur bedah meliputi tulang dan jaringan
lunak rongga mulut, aksesnya terbatas oleh bibir dan pipi serta lebih lanjut lagi berkomplikasi
dengan gerakan lidah dan mandibula.
2.1 INDIKASI PENCABUTAN GIGI
Pencabutan gigi dilakukan karena berbagai alasan. Perlu diperhatikan bahwa indikasi
yang tercantum ini merupakan pedoman, bukan merupakan aturan yang mutlak.
a. Dental Cariesbesar dan tidak dapat di rawat secara konservasi/ endodontikKetika gigi telah rusak parah akibat karies, dokter gigi harus mengevaluasi kemungkinan
merawat gigi yang karies. Meskipus pasien dan dokter gigi menginginkan untuk merawat
gigi, tetapi semua prosedur konservatif gagal maka diindikasikan pencabutan gigi. Hal ini
mungkin terjadi karena alasan teknis atau pasien tidak kooperatif. Terkadang margin yang
tajam dari gigi melukai mukosa. Banyaknya gigi yang mengalami karies akan memperburuk
oral hygiene. Dalam beberapa kasus, pencabutan gigi akan meningkatkan oral hygien.
b. Penyakit Periodontal Parah/Mobilitas gigi
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
2/22
Ketika gigi terkena penyakit periodontal, dokter gigi harus memutuskan
apakah akan mencabut gigi atau tidak. Keputusan akhir bergantung pada (a)
kesuksesan terapi periodontal, (b) perilaku pasien terhadap gigi yang sedang dirawat
dan (c) faktor waktu dan ekonomis.
Salah satu alasan pencabutan gigi adalah penyakit periodontal yang parah dan
luas (kehilangan lebih dari 40% support periodontal). Jika periodontitis ganas pada
orang dewasa terjadi dalam waktu yang lama, kehilangan tulang alveolar yang luas
dan mobilitas gigi yang irreversible akan ditemukan. Pada situasi ini gigi yang
goyang/mobilitas harus dicabut.
c. Patologi Pulpa yang menjadi kausa infeksi dari jaringan sekitarAlasan dilakukannya pencabutan gigi yang lain adalah karena gigi yang
mengalami patologi pula (nekrosis pulpa atau pulpitis irreversible) tidak dapat dirawat
endodontic dengan baik. Termasuk indikasi umum dari pencabutan karena kegagalan
perawatan endodontic.Gigi ini dapat menjadi kausa infeksi dari jaringan sekitar.
d. Alasan OrtodontikPasien dibawah perawatan ortodontik pada gigi yang crowded biasanya
membutuhkan ekstraksi gigi untuk memberikan spaceuntuk pembentukan lengkung
gigi. Gigi yang biasa dicabut adalah gigi premolar pertama maksila dan mandibula,
namun kadang juga bisa gigi premolar kedua.
e. Alasan ProstetikEkstraksi gigi diindikasikan untuk mendapatkan protesa gigi yang efisien.
Contohnya, terkadang untuk mendapatkan desain dan penempatan protesa gigi yang
lebih baik membutuhkan ekstraksi beberpa gigi. Tetapi sebaiknya jika
memungkinkan jangan mencabut semua gigi agar tulang rahang tidak mengalami
atrofi dan dapat memberikan stabilitas pada protesa.
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
3/22
a. Gigi dengan Lesi PatologisGigi yang terlibat lesi patologis disarankan untuk dicabut. Contohnya gigi dengan
granuloma yang besar lebih 1/3 panjang akar. Beberapa situasi gigi dapat dipertahankan dan
dirawat endodontic. Bagaimanapun, jika dilakukan pengangkatan lesi harus
denganpembedahan yang luas, maka sebaiknya gigi dicabut.
f. Gigi SupernumererGigi supernumerer biasanya terpendam dan harus dicabut. Gigi supernumerer dapat
mengganggu erupsi gigi pengganti dan berpotensi menyebabkan gigi tersebut resorpsi dan
displacement
g. Fraktur gigiFraktur mahkota atau fraktur akar merupakan indikasi yang tidak umum untuk dilakukan
pencabutan. Fraktur gigi dapat menimbulkan rasa nyeri dan tidak dapat ditangani dengan
teknik konservasi. Pencabutan dapat dilakukan jika endodontik dan prosedur restoratif
kompleks tidak dapat menanggulangi rasa nyeri
h. Gigi ImpaksiGigi impaksi sangat dipertimbangkan untuk diekstraksi. Jika dipastikan bahwa gigi
impaksi tidak dapat erupsi sempurna dalam oklusi fungsional karena kekurangan ruangan,
mengganggu gigi di dekatnya, atau hal lainnya, maka harus dilakukan pencabutan dengan
cara pembedahan
i. Gigi Terletak Pada Garis Fraktur RahangPasien dengan fraktur mandibula atau prosesus alveolaris terkadang harus dilakukan
pencabutan. Pada beberapa situasi gigi dapat dipertahankan, namun ketika gigi terkena
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
4/22
trauma, terinfeksi, atau terluksasi parah dari jaringan tulang sekitarnya atau mengganggu
reduksi dan fikasasi fraktur, pencabutan gigi tersebut sangat dibutuhkan.
j.
Malposisi Gigi
Jika gigi yang malposisi menyebabkan jaringan lunak terluka dan tidak bisa direposisi
dengan perawatan ortodontik, maka harus diekstraksi. Contoh yang umum adalah molar
ketiga maksila, yang erupsi secara buccal version yang parah dan menyebabkan ulserasi dan
luka jaringan lunak pada pipi. Contoh yang lainnya gigi yang hipererupsi karena kehilangan
gigi lawannya. Jika rehabilitasi prostetik dilakukan pada
k. Terapi RadiasiPasien yang menerima terapi radiasi untuk kanker mulut, kepala, atau leher dapat
dipertimbangkan untuk mencabut gigi yang terkena radiasi. Namun, beberapa gigi dapat tetap
dipertahankan dengan perawatan yang tepat.
a. Ekonomi/FinansialIndikasi akhir dari pencabutan gigi adalah masalah ekonomi. Semua indikasi untuk
ekstraksi akan lebih kuat jika pasien secara finansial tidak dapat mendukung untuk perawatan
dalam mempertahankan gigi. Ketidakmampuan pasien untuk membayar prosedur atau tidak
punya cukup waktu untuk melakukan prosedur maka dapat dilakukan pencabutan gigi
1. KONTRAINDIKASI EKSTRAKSI GIGISebelum melakukan ekstraksi gigi, seorang dokter gigi harus benar-benar mengetahui keadaan
pasien untuk memastikan bahwa tidak ada kondisi yang akanmembahayakan sebelum, saat,
maupun setelah ekstraksi gigi. Oleh karenanya harus diketahui kontraindikasi dilakukannya
ekstraksi maupun keadaan atau kondisi yang membuat ekstraksi gigi harus ditunda untuk
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
5/22
sementara waktu.Kontra indikasi eksodonsi akan berlaku sampai dokter akan memberi ijin
atau menanti keadaan umum penderita dapat menerima suatu tindakan bedah tanpa
menyebabkan komplikasi yang membahayakan bagi jiwa penderita.
Ekstraksi pada gigi dengan kondisi tertentu sebaiknya ditunda, misalnya pada infeksi
gigi yang progresif hingga menyebar ke tulang. Hal ini akan menyulitkan anestesi. Untuk
mengatasinya maka perlu diberikan antibiotik sebelum ekstraksi. Pada pasien yang
menggunakan obat antikoagulan semisal aspirin maupunwarfarin, hendaknya menghentikan
penggunaannya 3 hari menjelang ekstraksi gigi. Pada pasien-pasien dengan katup jantung
prostetik maupun riwayat oprasi jantung terbuka 6 bulan yang lalu harus mendapatkan terapi
antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi.
Kontraindikasi pencabutan gigi didasarkan beberapa faktor, yang utama faktor lokal
dan sistemik.
1. Faktor Lokala. Kontraindikasi ekstraksi gigi yang bersifat setempat umumnya menyangkut
suatu infeksi akut jaringan di sekitar gigi. Misalnya gigi dengan kondisi abses yang
menyulitkan anestesi.
b. Sinusitis maksilaris akut. Sinus adalah rongga berisi udara yang terdapat disekitar rongga hidung. Sinusitis (infeksi sinus) terjadijika membran mukosa
saluran pernapasan atas (hidung,kerongkongan, sinus) mengalami
pembengkakan. Pembengkakan tersebut menyumbat saluran sinus yang bermuara ke
rongga hidung. Akibatnya cairan mukus tidak dapat keluar secara
normal.Menumpuknya mukus di dalam sinus menjadi faktor yang mendorong
terjadinya infeksi sinus. Pecabutan gigi terutama gigi premolar dan molar
sebaiknya ditunda sampai sinusitisnya teratasi(Inneke, 1998).
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
6/22
c. Adanya suspek keganasan, yang apabila dilakukan ekstraksi gigiakanmenyebabkan kanker cepat menyebar dan makin ganas..
2. Faktor SistemikPasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan pertimbangan
khusus untuk dilakukan ekstraksi gigi. Bukan kontraindikasi mutlak. Faktor-faktor ini meliputi
pasien-pasien yang memiliki riwayat penyakit khusus, gangguan psikis dan kondisi
fisik pasien yang lemah. Dengan kondisi riwayat penyakit tersebut,ekstraksi bisa
dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien sudah berada dalam pengawasan dokter
ahli dan penyakit yang menyertainya bisa dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting
untuk menghindari terjadinya komplikasi sebelum pencabutan, saat pencabutan,
maupun setelahpencabutan gigi (Inneke, 1998).
a. Diabetes mellitusDiabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi antibiotik
profilaktik untuk pembedahan rongga mulut. Pasien dengan diabetes yang
tidak terkontrol akan mengalami penyembuhan lebih lambat dan cenderung
mengalami infeksi, sehingga memerlukan pemberian antibiotik profilaksis.
Responnya terhadap infeksi tersebut diduga keras akibat defisiensi leukosit
polimorfonuklear dan menurunnya atau terganggunya fagositosis, diapedisis,
dankhemotaksis karena hiperglikemi.
b. KehamilanKehamilan bukan kontraindikasi terhadap pembersihan kalkulus ataupun
ekstraksi gigi, karena tidak ada hubungan antara kehamilan dengan
pembekuan darah. Perdarahan pada gusi mungkin merupakan manifestasi dari
gingivitis kehamilan/ epulis yang disebabkan pergolakan hormon selama
kehamilan. Namun perlu diwaspadai terjadinya kondisi hipertensi dan diabetes
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
7/22
mellitus gestasional yang umumnya temporer selama kehamilan. Umumnya
kendala bagi ibu hamil adalah ekstraksi gigi dapat meningkatkan stress, baik
oleh karena nyeri maupun peradangan dari proses pencabutan gigi yang akan
meningkatkan prostaglandin yang berperan dalam kontraksi uterus, namun hal
itu dapat diatasi dengan pemberian analgetik maupun antiinflamasi yang aman
bagi ibu hamil. Bila keadaan umum ibu hamil kurang jelas, sebaiknya dikonsulkan
kebagian obsgyn(Inneke, 1998; APA 2007).
c. Penyakit KardiovaskulerPasien dengan penyakit jantung termasuk kontraindikasi ekstraksi
gigi.Kontraindikasi di sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan tindakan
ekstraksi gigi pada pasien ini, namun dalam penangannannya perlu konsultasi
pada para ahli, dalam hal ini dokter spesialis jantung Dengan berkonsultasi,
untuk mendapatkan rekomendasi atau izin daridokter spesialis mengenai
waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima tindakan ekstraksi gigi tanpa
terjadi komplikasi yang membahayakan bagi jiwa pasien serta tindakan
pendamping yang diperlukan sebelum atau sesudah dilakukan ekstraksi gigi,
misalnya saja penderita jantung rematik harus diberi Penicillin G Benzatin
sebelum dan sesudah ekstraksi dilakukan.
d. Kelainan Darah / Blood DyscrasiaPasien-pasien dengan penyakit trombositopeni purpura, leukemia,anemia,
hemofilia, maupun kelainan darah lainnya sangat penting untuk diketahui
riwayat penyakitnya sebelum dilakukan tindakan ekstraksi gigi. Untuk itu agar
tidak terjadi komplikasi pasca ekstraksi perlu ditanyakan adakah kelainan
perdarahan seperti waktu perdarahan dan waktu pembekuan darah yang tidak normal
pada penderita.
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
8/22
e. HipertensiBila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor,pembuluh
darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh
darah kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita
menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat
tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi.
2.4 Alat Ekstrasi Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah
2.4.1 Elevator
2.4.1.1 Indikasi Penggunaan Elevator
1. Untuk ekstraksi gigi yang tidak dapat dicabut dengan tang2. Untuk menggoyangkan gigi sebelum penggunaan dengan tang3. Untuk mengeluarkan sisa akar4. Untuk memecah gigi5. Untuk mengangkat tulang inter radikuler (cryer)6. Untuk memisahkan gigi dengan gingiva sebelum penggunaan dengan tang ( bein)
2.4.1.2 Bahaya Penggunaan Elevator
1. Dapat merusak gigi2. Dapat mengakibatkan patah tulang maksila dan mandibula3. Dapat mengakibatkan pecahnya tulang alveolaris4. Dapat merusak jaringan mukosa5. Dapat mengakibatkan terbukanya sinus maksilaris6. Dapat mendorong sisa akar ke dalam sinus maksilaris
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
9/22
2.4.1.3 Syarat-syarat Menggunakan Elevator
1. Jangan menggunakan gigi yang berdekatan sebagai titik fulrum2. Jangan menggunakan dinding bukal dan lingual sebagai titik fulkrum3. Harus selalu menggunakan jari tangan sebagai fiksasi untuk menjaga jika elevator
meleset
4. Pada waktu membuang inter radikuler, jangan merusak jaringan gigi lainnya.
2.4.1.4 Desain Elevator
Elevator didesain dalam dua desain yaitu elevator lurus dan elevator bengkok.
Elevator yang lebih banyak digunakan dalam proses ekstraksi gigi adalah elevator lurus.
Sedangkan Elevator bengkok sering digunakan untuk gigi yang tidak erupsi atau impaksi atau
fragmen akar.
Gambar Straight Bein Elevator
Pola desain elevator lurus terdiri dari bilah, tangkai dan pegangan paralel dimana
bilah dari elevator lurus adalah cembung/cekung dengan ujung tajam. Sedangkan bilah dari
ujung sampai ke tangkai merupakan dataran miring. Bilah ini mempunyai lebar bervariasi
yaitu 2-3,5 mm atau 4 mm. Bidang miring dari bilah memberi keuntungan mekanis yaitu bila
dikombinasikan dengan ujung yang tajam memungkinkan insersinya ke celah periodontal.
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
10/22
Apabila bilah digunakan sejajar dengan permukaan akar gigi yang dicabut dan ujung bilah
ditekankan ke apical, maka ligamentum periodontium akan putus dan alveolus terdilatasi.
Pegangan elevator standar didesain membentuk buah pir yang besar, bisa digunakan
dengan pegangan jari atau telapak tangan. Pegangan telapak tangan digunakan untuk
menghantarkan tekanan yang besar sedangkan pegangan jari digunakan untuk aplikasi yang
sensitive. Pegangan crossbar diorientasikan tegak lurus dengan tangakai, memungkinkan
digunakannya tekanan rotasi. Ukurannya berkisar dari besar (7-8 cm) dan sedang (4-5cm).
Gambar. C. (I) Winter Cryer Elevator (II) Winter Crossbar Elevator. D (I) Straight Elevator / Bein (II) London
Hospital Stick Pattern Elevator (III) Apexo Elevator.
2.4.1.5 Prinsip Kerja Elevator
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
11/22
1. Level principle, dengan cara mencungkil2. Wedge principle, dengan cara mendorong3. Wheel and Axle principle, dengan cara memutar4. Kombinasi
2.4.1.6 Penggunaan Elevator
Tekanan terkontrolDasar-dasar pemakaian elevator yang efektif dan aman adalah tekanan yang terkontrol
karena tekanan yang berlebihan dapat mengakibatkan cedera pada gigi di dekatnya dan
jaringan pendukungnya.
Aplikasi Paralel
Elevator lurus diinsersikan pada region mesio-gingivo interproksimal, paralel dengan
permukaan akar (aplikasi paralel) untuk menghantarkan tekanan yang terkontrol. Elevator
diorientasikan dengan konkavitas bilah menghadap gigi yang akan dicabut. Pada waktu
mengetes anastesi dan mengetes kegoyahan gigi, digunakan pegangan jari. Untuk menekan
tang agar mendilatasi alveolus, pegangan diletakkan dalam telapak tangan, di bukit tangan,
kemudian elevator ditekan kearah apical ke dalam celah periodontal. Bersamaan dengan itu
instrument dirotasikan searah jarum jam (ke bukal) pada daerah kiri rahang bawah serta
berlawanan dengan arah jarum jam untuk bagian kanan rahang bawah. Tekanan ungkitan
dapat dilakukan dengan titik tumpu pada linggir tulang interproksimal. Untuk mendapatkan
dorongan dan ungkitan, pegangan digerakkan dari posterior ke anterior. Tidak dianjurkan
untuk menggunakan gigi yang tidak hendak dicabut sebagai tumpuan.
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
12/22
Aplikasi verticalPada metode ini bilah diinsersikan ke dalam celah interproksimal mesial pada dataran
yang vertical terhadap gigi yang akan dicabut. Alat ini ditumpukan pada linggir alveolar
dengan konkavitas menghadap ke distal (kearah gigi yang akan dicabut). Elevator dirotasikan
searah jarum jam untuk rahang bawah kanan (kearah oklusal) serta berlawanan arah jarum
jam untuk rahang bawah kiri (ke oklusal). Tekanan yang dihasilkan cenderung menggerakkan
gigi kearah distal-oklusal. Selain itu, tekanan ungkitan dapat dilakukan dengan jalan
menekankan pegangan kearah gingival, menjauhi dataran oklusal, sementara bilah mengait
permukaan akar gigi. Karena tekanan resultan dan risiko dari bertumpu pada gigi di dekatnya,
aplikasi vertical hanya dicadangkan untuk pencabutan molar ketiga yang tertentu saja atau
apabila gigi yang di dekatnya juga akan dicabut.
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
13/22
2.4.2 Tang
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
14/22
2.4.2.1 Desain tang
Pencabutan dengan tang mempunyai satu tujuan yaitu menghantarkan tekanan
terkontrol pada gigi sehingga mengakibatkan dilatasi alveolus dan luksasi, serta pencabutan.
Desain yang umum dari tang dilengkapi dengan pegangan, engsel dan paruh.
Pegangan bisa horizontal dan vertikal. Tang horizontal tersedia untuk rahang bawah dan
rahang atas sedangkan desain vertikal hanya untuk rahang bawah saja. Tang horizontal
dimodifikasi dengan pegangan lurus atau melengkung dan kadang diperlengkapi dengan
suatu ring pada salah satu sisi pegangan. Ada dua persyaratan pokok untuk engsel dari
berbagai macam tang,
(1) bibir tak akan terjepit pada waktu tang dikatupkan
(2) pegangan tang bisa bergerak bebas (tidak macet).
Paruh merupakan bagian kerja dari tang dibuat dengan berbagai macam desain.
Klasifikasi tang yang pertama didasarkan pada kesimetrisan paruh. Paruh yang simetris
adalah yang universal yaitu tang yang bisa digunakan untuk mencabut gigi kanan ataupun
gigi kiri pada suatu rahang (hanya RA/RB). Lebar paruh yang lebih lebar digunakan untuk
gigi molar.
Angulasi paruh terhadap pegangan menunjukkan fungsinya, yang mempunyai sudut
hampir 90 derajat terhadap pegangan digunakan untuk rahang bawah. Pada potongan
melintang, kebanyakan paruh tang adalah cembung/ cekung dengan bagian yang kuat di
dapat dari permukaan paruh yang besar, yang mencekeran sementum dan bukan melalui
perantaraan fiksasi linear yang tidak stabil dari ujung potongnya saja. Ujung potong tang
dimaksudkan untuk memungkinkan memisahkan perlekatan gingiva dan menambah adaptasi
akar dari tang. Ketajaman ujung tang merupakan indikator yang baik untuk menilai manfaat
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
15/22
dan pemeliharaan tang. Tang sebaiknya sering diperiksa kalau ada kegempilan atau tumpul
pada ujungnya, tang dapat dipertajam seperlunya.
Gambar. A. Tang khusus Rahang Atas. B. Tang khusus Rahang Bawah
2.4.2.2 Tang Ekstraksi Rahang Atas
Pada pencabutan gigi rahang atas dibutuhkan tang khusus untuk rahang atas. Biasanya
tang tersebut memiliki paruh dan pegangan yang hampir satu garis penuh (180 derajat) dan
jika dilihat dari samping berupa garis lurus.
Tang rahang atas terdiri dari beberapa macam yaitu tang ekstraksi mahkota anterior,
radiks anterior, mahkota premolar, radiks premolar, mahkota molar kanan, mahkota molar
kiri, dan bayonet.
1. Tang ekstraksi mahkota dan radix gigi anterior
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
16/22
Untuk pencabutan gigi yang masih memiliki mahkota, digunakan tang yang
memiliki tangkai lurus dan memiliki paruh terbuka. Bisa digunakan untuk mencabut
gigi anterior rahang atas baik kiri maupun kanan. Sedangkan untuk mencabut sisa
akar gigi, dapat digunakan tang yang paruhnya tertutup dan bentuknya runcing ke
arah paruh.
2. Tang ekstraksi mahkota gigi premolar
Untuk mencabut gigi premolar yang masih memiliki mahkota di gunakan tang
yang memiliki tangkai berbentuk S untuk mempermudah pencabutan. Bisa di
gunakan untuk mencabut seluruh gigi premolar rahang atas baik kiri maupun kanan.
3. Tang ekstraksi radiks gigi premolar
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
17/22
Tang ekstraksi untuk sisa akar pada gigi premolar memiliki prinsip sama
dengan tang ekstraksi radiks anterior, yakni memiliki paruh yang tajam ke arah paruh
dan tertutup.
4. Tang Ekstraksi mahkota gigi molar 1 dan 2
Untuk pencabutan gigi molar rahang atas dapat di gunakan dua buat tang. Ada
tang universal yaitu tang yang digunakan untuk ekstraksi gigi molar bagian kanan dan
kiri. Cirinya kedua paruhnya tajam. Lalu ada pula tang spesifik, yaitu tang untuk
mencabut gigi molar kanan saja atau kiri saja. Pada bagian paruhnya berbeda antara
kanan dan kiri. Satu paruh berbentuk membulat dan satu paruh lagi berbentuk tajam
atau biasa disebut eagles break. Bagian paruh yang tajam atau bertakik digunakan
untuk bagian bukal dari gigi molar. Sedangkan yang membulat untuk bagian palatal.
5. Tang ekstraksi radiks gigi molar
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
18/22
Untuk pencabutan radiks molar posterior, tangkainya berbentuk conta angle
untuk mendapatkan akses yang mudah. Bentuk paruhnya sama seperti tang untuk
pencabutan radiks gigi anterior dan premolar.
6. Tang ekstraksi khusus gigi molar 3
Tang ini memiliki bentuk paruh yang tajam atau tumpul. Bentuk tangkainya
membengkok untuk mempermudah akses. Memiliki bentuk khas seperti bayonet.
2.4.2.3 Tang Ekstraksi Rahang Bawah
Dalam penggunaan tang, pinch grasp untuk rahang bawah. Padakebanyakan kasus,tang ini diaplikasikan pada gigi dengan paruh paralel terhadap sumbu panjang gigi. Adaptasi
dicapai dengan menempatkan paruh yang lingual dulu , kemudian tang ditutup dan ditekan ke
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
19/22
apikal. Jika mahkota bukal atau permukaan akar rusak maka paruh bukan diaplikasikan
pertama. Tekanan mencengkeram ke apikal dipertahankan selama proses pencabutan, karena
mempertahankan daptasi adalah sangat penting bagi keberhasilan aplikasi awal yang
merupakan kondisi yang diharapkan karena dengan demikan terjadi dilatasi alveolus.
Penghantaran tekanan yang terkontrol tegantung pada posisi operator penggunaan
tangan dan lengan, graspdan posisi pasien yang benar. Tekanan yang terkontrol dan besarakan dihantarkan dengan aman apabila persyaratan tersebut dpenuhi. Tang dipegang dekat
ujung pegangan menjauhi paruh tang. Memegang jauh dari ujung pegangan kan mengurangi
keuntungan mekanis dan sebaiknya di hindarkan. Persepsi taktil dari tekanan diaplikasikan
dan hasil yang diperoleh dapat berkurang karena cara memegang tang yang terlampau kuat,
disebut sindrom white knuckle.
Ciri-ciri dari tang rahang bawah adalah
o Paruh dan pegangan bersudut antara 45-90o Untuk gigi incisiv dan premolar kedua paruhnya bersudut tumpulo Bentuk tang seprti huruf C dan L
Tang ekstraksi mahkota dan radiks gigi anterior
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
20/22
Untuk pencabutan gigi anterior rahang bawah yang masih memiliki mahkota
digunakan yang paruhnya berbentuk bulat dan kedua paruhnya menutup sedangkan
untuk pencabutan radiks saja, dipilih yang ujung paruhnya tajam.
2. Tang ekstraksi mahkota gigi premolar
Untuk pencabutan gigi premolar rahang atas digunakan tang yang kedua
paruhnya agak membuka (tidak tertututp sempurna). Bisa digunakan untuk
pencabutan gigi premolar kiri atau kanan.
3. Tang ekstraksi radiks gigi posterior
Dalam posisi menutup, kontak antara paruhnya sangat rapat dan tidak
memiliki celah. Bisa digunakan untuk pencabutan radiks gigi posterior kanan atau
kiri.
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
21/22
4. Tang ekstraksi mahkota gigi molar
Tang #17 didesain untuk pencabutan gigi molar rahang bawah. Paruhnya
simetris dengan tonjolan bagian tengah atau ujung pada masing-masing paruh , yang
ditujukan agar mencengkeram bifurkasi atau groove akar bukal atau lingual. Ujung
tersebut apabila dikembinasikan dengan peruh yang lebar akan memberikan adaptasi,
molar yang lebih baik (permukaan lebih luas) dibandingkan dengan tang #151. Tang
lain yang sering digunakan untuk rahang bawah #23 (cow horn). Paruhnnya simetris
dan berbentuk seperti tanduk konus, yang didesain untuk beradaptasi dengan baik di
bifurkasi gigi molar. Tang ini digunakan dengan tekanan menutup yang kuat dan
kontinu yang dikombinasikan dengan tekanan ke arah bukal dan lingual.
Tang #151, tang mandibula mempunyai paruh yang hamper membentuk sudut
900 dengan pegangan. Tang #151 dulu didesain untuk gigi premolar bawah tetapi
-
7/22/2019 makalah dsp 8 ekso dewasa.docx
22/22
mellaui pengalaman, bentuk universal ini (bisa untuk kanan atau kiri) menjadi murni
digunakan untuk pencabutan gigi bawah termasuk seluruh molar bawah.
Sumber :
Anil Malik Neelima. 2008. Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. New Delhi : Jaypee.
Chatterjee Parama. 2009.A Concise Textbook of Oral and Maxillofacial Surgery. New Delhi
: Jaypee.
Pederson Gordon. 1996.Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta : EGC.
Datarkar, Abhay N. 2007. Exodontia Practice. Jaypee Brothers Medical Publisher.