makalah divertikulitis
DESCRIPTION
adi mayantri putraTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulilah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ”DIVERTIKULITIS” ini dengan baik. Tujuan pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pencernaan dan juga sebagai panduan
belajar.
Makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak terdapat
kekurangan. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi pembaca dan memberikan informasi yang baru dan menambah
pengetahuan bagi kita semua.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini terutama dosen Pengajar, dan teman-teman yang telah
mendukung.
Bengkulu, Desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang...........................................................................................
B. Tujuan........................................................................................................
BAB II Konsep dasar teori
A. Pengertian..................................................................................................
B. Etiologi......................................................................................................
C. Patofisiologi...............................................................................................
D. Manifestasi klinis.......................................................................................
E. WOC..........................................................................................................
F. Pemeriksaan penunjang.............................................................................
G. Penatalaksanaan
H. Komplikasi................................................................................................
BAB III Konsep dasar Askep
A. Pengkajian teoritis.....................................................................................
B. Analisa Data..............................................................................................
C. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul..........................................
D. Rencana Asuhan Keperawatan (NCP).......................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit divertikular belum dikenal di Negara Barat sebelum abad ke-
20. Setelah terjadi perkembangan dan kemajuan industri yang diikuti dengan
perubahan pola makan dan konsumsi jenis makanan dari yang mengandung
banyak serat ke jenis makanan yang kurang mengandung banyak serat,
penyakit divertikular mulai muncul dan makin meningkat prevalensinya sesuai
dengan peningkatan umur penduduk.
Divertikulosis merupakan suatu keadaan pada kolon yang dicirikan
dengan adanya herniasi mukosa melalui tunika muskularis yang membentuk
kantong berbentuk seperti botol. Bila satu kantong atau lebih mengalami
peradangan, keadaan inilah yang disebut sebagai Divertikulitis.
Divertikulosis dapat dibawa dari lahir, tetapi umumnya ditemukan
setelah lahir. Insidensi diverticulosis secara keseluruhan tinggi; penyakit ini
menyerang sekitar 10% penduduk menurut sebagian besar pemeriksaan mayat.
Divertikulosis jarang terjadi pada usia di bawah 35 tahun, tetapi meningkat
seiring bertambahnya usia sehingga pada usia 85 tahun, dua pertiga penduduk
mengalami penyakit ini. Lokasi terjadinya divertikula yang paling sering
adalah kolon sigmoid, yaitu sekitar 90% kasus.
Maka dari uraian di atas, penulis mencoba mengangkat masalah tentang
Divertikulitis.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mempelajari tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
Divertikulitis.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep dasar teoritis Divertikulitis.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan
Divertikulitis, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, dan
intervensi.
BAB IIKONSEP DASAR TEORITIS
A. Definisi
Divertikula dalam bahasa latinnya (diverticulum) adalah Penonjolan
keluar abnormal berbentuk katong yang terbentuk dari lapisan usus yang
meluas sepanjang defek di lapisan otot,merupakan penonjolan dari mukosa
serta submukosa. Divertikula biasanya merupakan manifestasi motalitas yang
abnormal.Divertikulum dapat terjadi di mana saja sepanjang saluran
gastrointestinal.
Divertikulum adalah lekukan luar seperti kantong yang terbentuk dari
lapisan usus yang meluas sepanjang defek di lapisan otot. Divertikula dapat
terjadi di mana saja sepanjang saluran gastrointestinal. Divertikulosis
merupakan divertikula multipel yang terjadi tanpa inflamasi atau gejala.
Divertikulitis terjadi bila makanan dan bakteri tertahan di suatu divertikulim
yang menghasilkan infeksi dan inflamasi yang dapat membentuk drainase dan
akhirnya menimbulkan perforasi atau pembentukan abses (Keperawatan
Medikal-Bedah Volume 2, 2001:hal.1100).
Divertikulosis merupakan divertikula multiple yang terjadi tanpa
inflamasi atau gejala. Divertikulitis terjadi bila makanan dan bakteri tertahan
di suatu divertikulum yang menghasilkan infeksi dan inflamasi yang dapat
membentuk drainase dan akhirnya menimbulkan perforasi atau pembentukan
abses.
Divertikulitis paling umum terjadi pada kolon sigmoid(95%).Hal ini
telah diperkirakan bahwa kira-kira 20% pasien dengan divertikulosis
mengalami divertikulitis pada titik yang sama. Divertikulitis paling umum
terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Insidensnya kira-kira 60% pada individu
dengan usia lebih dari 80 tahun.Predisposisi congenital dicurigai bila terdapat
gangguan pada individu yang berusia di bawah 40 tahun. Asupan diet rendah
serat diperkirakan sebagai penyebab utama penyakit. Divertikulitis dapat
terjadi pada serangan akut atau mungkin menetap sebagai infeksi yang kontinu
dan lama.
B. Etiologi
a. Mikro dan makro perforasi
b. Perbedaan tekanan antar lumen colon dan serosa serta area kelemahan
dalam dinding colon.
c. Diet rendah serat
d. Kuman-kuman seperti taenia coli
C. Patofisiologi
Diverticulitis dapat dibawa dari lahir (factor congenital) yang tidak
diketahui penyebabnya (idiopatik) dimana seluruh lapisan usus merupakan
dinding divertikel. Tetapi hal ini jarang terjadi, umumnya ditemukan setelah
lahir dan kebanyakan pada usus besar khususnya pada kolon sigmoid dan
kolon desendens.
Divertikulum terbentuk bila mukosa dan lapisan submukosa colon
mengalami herniasi sepanjang dinding muskuler akibat tekanan intraluminal
yang tinggi, volume colon yang rendah(isi kurang mengandung serat),dan
penurunan kekuatan otot dalam dinding colon(hipertrofi muskuler akibat masa
fekal yang mengeras).Divertikulum menjadi sumbatan dan kemudian
terinflamasi bila obstruksi terus berlanjut. Inflamasi cenderung melebar ke
dinding usus sekitar, mengakibatkan timbulnya kepekaan dan spastisitas
kolon. Abses dapat terjadi, menimbulkan peritonitis, sedangkan erosi
pembuluh darah(arterial)dapat menimbulkan perdarahan.
D. Manifestasi Klinis
a. Konstipasi
b. Nyeri abdomen
c. Tanda-tanda divertikulosis akut adalah iregularitas usus dan interval diare,
nyeri dangkal dan ram pada kuadran kiri bawah dari abdomen dan demam
ringan.
d. Mual, muntah
e. Pada inflamasi local divertikula berulang, usus besar menyempit pada
striktur fibrotik, yang menimbulkan kram,feces berukuran kecil-kecil, dan
peningkatan konstipasi.
f. Perdarahan samar dapat terjadi, menimbulkan anemia defisiensi besi
g. Kelemahan dan keletihan
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan sinar-x seperti enema barium yang akan menunjukkan adanya
penyempitan kolon dan penebalan lapisan otot.
Pemeriksaan sinar-x terhadap abdomen dapat menunjukkan adanya udara
bebas di bawah diafragma bila perforasi terjadi akibat diverticulitis.
Pemindai tomografi computer (CT) dapat menunjukkan abses.
Kolonoskopi dilakukan untuk mengobservasi divertikula dan
membedakannya dengan kemungkinan penyakit lain.
Tes laboratorium yang akan membantu dalam diagnosis adalah hitung
darah lengkap.
F. Penatalaksanaan
a. Usus di istirahatkan dengan menunda asupan oral,memberikan cairan
intravena,dan melakukan pengisapan nasogastrik bila ada muntah atau
distensi.
b. Antibiotika spektrum luas diberikan selama 7 sampai 10 hari Pemeridin
(Demerol) diberikan untuk menghilangkan nyeri.
c. Antispasmodik seperti propantelin bromide(Pro-Banthine) dan
oksifensiklimin(daricon)dapat diberikan
d. Menggunakan pelunak feces(colace)/supositoria.
e. Reseksi derajat-satu pada bagian sigmoid yang terkena untuk serangan
berulang
f. Prosedur derajat-multipel untuk komplikasi, seperti obstruksi, perforasi
dan fistula.
G. Komplikasi
Komplikasi diverticulitis mencakup:
Penyumbatan usus
Perdarahan.
Fistula
Pembentukan abses, perforasi dan peritonitis
BAB III
KONSEP DASAR ASKEP
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
(nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam masuk RS, no register dan diagnosis medis).
2. Keluhan Utama
Pada pasien dengan divertikulum datang dengan keluhan nyeri
abdomen bersifat kram dan tersering terlokalisasi atau diare, gangguan
BAB, mual muntah atau gejala urinarius menetap, distensi abdomen
dan masa abdomen, sampai dengan komplikasi serius seperti perforasi
(asimtomatik) beberapa jam sebelum dibawa ke Rumah Sakit.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Selama mendapat riwayat kesehatan, pasien ditanya tentang awitan dan
durasi nyeri serta pola eliminasi saat ini dan masa lalu. Kebiasaan diet
dikaji ulang untuk menentukan asupan serat. Pasien ditanya tentang
mengejan saat defekasi,adanya konstifasi dengan periode diare,
tenesmus (spasme sfingter anal dengan nyeri dan dorongan untuk
defekasi) terus-menerus, kembung abdomen, dan distensi.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah mempunyai riwayat inflamasi usus
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang
mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Perhatikan apakah pasien tampak pucat lesu, nyeri abdomen, mual
muntah, BAB pasien.
b. Palpasi
Palpasi pada daerah divertikulitis tampil pada nyeri tekan ringan pada
kuadran kiri bawah
c. Auskultasi pada daerah abdomen
d. Perkusi
e. Pemeriksaan Diagnostik
Sinar-X abdomen dilakukan untuk mengesampingkan apendisitis.
Enema barium memberikan informasi diagnostic dengan menandai
sisi dan luasnya penyakit.
Pemindai temografi computer(CT) dapat menunjukan abses
Kolonoskopi dilakukan untuk mengobservasi divertikula dan
membedakannya kemungkinan penyakit lain.
Tes laboratorium yang akan membantu dalam diagnosis adalah
hitungan darah lengkap (hitung sel darah putih akan meningkat)
dan laju sedimentasi (biasanya akan meningkat).
7. Data Dasar pengkajian
1) Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah
Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
Merasa gelisah dan ansietas
Pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan dengan efek
proses penyakit.
2) Sirkulasi
Tanda : Takikardia (respons terhadap demam, dehidrasi, proses
inflamasi, dan nyeri)
Kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K)
TD: Hipotensi, termasuk postural.
Kulit/ membrane mukosa: turgor buruk, kering, lidah
pecah-pecah (dehidrasi/malnutrisi).
3) Eliminasi
Gejala : tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau
atau berair
Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang
timbul, sering, tak dapat dikontrol (sebanyak 20-30 kali
defekasi/hari); perasaan dorongan/kram (tenesmus);
defekasi berdarah/pus/mukosa dengan atau tanpa keluar
feses.
Perdarahan per rectal
Riwayat batu ginjal (dehidrasi)
Tanda : menurunnya bising usus, tak ada peristaltic atau
adanya peristaltic yang dapat dapat dilihat.
Hemoroid, fisura anal (25%); fistula perianal
oliguria
4) Integritas ego
Gejala : ansietas, ketakutan, emosi kesal, mis: perasaan tak
berdaya/ tak ada harapan.
Factor stress akut/kronis, mis: hubungan dengan
keluarga/ pekerjaan, pengobatan yang mahal.
Factor budaya-peningkatan prevalensi pada populasi
yahudi
Tanda : menolak, perhatian menyempit, depresi
5) Makanan/ cairan
Gejala : anoreksia, mual/muntah
Penurunan BB
Tidak toleran terhadap diet/sensitive mis:buah
segar/sayur, produk susu, makanan berlemak.
Tanda : penurunan lemak subkutan/massa otot
Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk.
Membrane mukosa pucat; luka; inflamasi rongga mulut.
6) Higiene
Tanda : ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin
Bau badan
7) Nyeri/ kenyamanan
Gejala : nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin
hilang dengan defekasi)
Titik nyeri berpindah
Nyeri mata, fotofobia (iritis)
Tanda : nyeri tekan abdomen/distensi.
8) Keamanan
Gejala : riwayat lupus eritematosus, anemia hemolitik,
vaskulitis.
Arthritis (memperburuk gejala dengan eksaserbasi
penyakit usus)
Peningkatan suhu 39,6-40o (eksaserbasi akut)
Penglihatan kabur
Alergi terhadap makanan/ produk susu (mengeluarkan
histamine ke dalam usus dan mempunyai efek
inflamasi)
Tanda : lesi kulit mungkin ada, mis: eritema nodusum
(meningkat, nyeri tekan, kemerahan, dan membengkak)
pada tangan, muka; pioderma gangrenosa (lesi tekan
purulen/ lepuh dengan batas keunguan) pada paha, kaki,
dan mata kaki.
Ankilosa spondilitis
9) Seksualitas
Gejala : frekuensi menurun/ menghindari aktivitas seksual.
10) Interaksi social
Gejala : masalah hubungan/ peran sehubungan dengan kondisi.
Ketidakmampuan aktif dalam social.
B. Analisa Data
Nama klien :Ruang rawat :Diagnosa medik :
No
Data Etiologi Masalah Keperawatan
1
2
3
DS:DO:
Klien tampak meringis kesakitan akibat nyeri
Tidak nafsu makan : mual dan muntah
Demam ringan
TTV :TD: 100/70 mmHgND: 70/iRR: 16/iS: 38 °C
DS:DO:
Klien tampak susah BAB
Nafsu makan klien berkurang, hanya mampu menghabiskan ½ porsi.
DO: Penurunan
haluaran urine Mual dan
muntah Kulit pucat Pasien tampak
gelisah TTV
TD: 100/70 mmHgND: 70/iRR: 16/iS: 38 °C
1. Inflamasi dan infeksi
2. Penyempitan kolon, sekunder akibat penebalan segmen otot dan striktur.
3. Proses infeksi
1. Nyeri
2. Konstipasi
3. Perubahan perfusi jaringan gastrointestinal
C. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi
2. Konstipasi berhubungan dengan penyempitan kolon
3. Perubahan perfusi jaringan gastrointestinal berhubungan dengan proses
infeksi.
D. Nursing Care Planning
NoDiagnosa
KeperawatanTujuan
Kriteria
HasilIntervensi Rasional
1 Nyeri berhubungan
dengan inflamasi dan
infeksi, Ditandai
dengan skala nyeri 3
Setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan
selama 3 x 24
jam diharapkan
nyeri
berkurang.
Nyeri
berkurang.
Meminta
analgetik
sesuai
kebutuhan
Mentaati diet
rendah serat
selama episode
akut.
TTV DBN:
- TD: 110/70-
120/80 mmHg
- ND: 60-100
x/i
- RR: 16-24 x/i
- S: 36,5-37,5
°C
MANDIRI :
Dorong pasien untuk
melaporkan nyeri
Kaji laporan kram
abdomen atau nyeri,
catat lokasi, lamanya,
intensitas (0-10).
Selidiki dan laporkan
perubahan
karakteristik nyeri
kaji ulang factor-
faktor yang
meningkatkan atau
menghilangkan nyeri
izinkan pasien untuk
memulai posisi
nyaman
berikan tindakan
nyaman
MANDIRI :
Mencoba untuk
mentoleransi nyeri
Perubahan pada
karakteristik nyeri
dapat menunjukkan
penyebaran
penyakit/ terjadinya
komplikasi.
Dapat
menunjukkan
dengan tepat
pencetus atau factor
pemberat atau
mengidentifikasi
terjadinya
komplikasi.
Menurunkan
tegangan abdomen
dan meningkatkan
rasa control.
Meningkatkan
relaksasi,
memfokuskan
KOLABORASI
Berikan analgetik
(mis: analgetik)
Berikan preparat
antispasmodic sesuai
program
kembali perhatian,
dan meningkatkan
kemampuan
koping.
Untuk meredakan
nyeri
Untuk menurunkan
spasme usus
2 Konstipasi
berhubungan dengan
penyempitan kolon.
Setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan
selama 3 x 24
jam diharapkan
klien
mendapatkan
dan
mempertahanka
n pola eliminasi
normal
Mendapatkan pola
eliminasi normal
Melaporkan
kram dan nyeri
abdomen
berkurang
Melaporkan
pasase feses
lembut dan
berbentuk,
tanpa nyeri
Menambah-
kan sekam
yang tidak
terproses
dalam
makanan
Minum
sedikitnya 10
gelas cairan
sehari (bila
asupan cairan
dapat
ditoleransi
Latihan setiap
hari
MANDIRI :
Berikan asupan cairan
2 L/ hari (dalam batas
cadangan jantung
pasien)
Berikan makanan
yang lembut tetapi
mempunyai serat
tinggi
Berikan program
latihan individual
Tinjau ulang rutinitas
harian pasien
Masukkan laksatif
bulk harian seperti
Metamucil
Berikan pelunak feses
sesuai resep
MANDIRI :
Membantu
melancarkan
defekasi
Untuk
meningkatkan bulk
feses dan
memudahkan
peristaltic, sehingga
meningkatkan
defekasi.
Untuk
memperbaiki tonus
otot
Untuk membuat
jadwal makan dan
menyusun waktu
untuk defekasi.
Membantu
mendorong feses
melewati kolon.
Untuk menurunkan
mengejan saat
defekasi, yang pada
waktunya
menurunkan
Berikan enema
retensi-minyak
tekanan usus
Untuk melunakkan
feses dan
menurunkan
inflamasi.
3 Perubahan perfusi
jaringan
gastrointestinal
berhubungan dengan
proses infeksi.
Setelah
dilakukan
intervensi
keperawatan
selama 3 x 24
jam diharapkan
ada perbaikan
perfusi jaringan
gastrointestinal.
Mencapai perfusi
jaringan
gastrointestinal
normal.
Memenuhi
pembatasan
makanan
Haluaran urine
adekuat
TTV DBN:
- TD: 110/70-
120/80 mmHg
- ND: 60-100
x/i
- RR: 16-24 x/i
- S: 36,5-37,5
°C
MANDIRI :
Awasi tanda vital dan
haluaran urine
Berikan cairan IV
MANDIRI :
Memberikan
informasi tentang
derajat/
ketidakadekuatan
perfusi jaringan dan
membantu
menentukan
kebutuhan
intervensi
Untuk
menggantikan
kehilangan volume
sesuai kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Burner and suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,-edisi 8,-
volume 2, EGC, Jakarta
Engram, Barbara, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol 2,
EGC, Jakarta.
Price, Silvia A. 2006. Patofisiologi, volume 2. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Setiyohadi, bambang dan Tambunan, A.Sanusi. 2006. Ilmu Penyakit Dalam
Edisi 4, Jilid 2. Jakarta: EGC