makalah citronella
DESCRIPTION
pengetahuan bahanTRANSCRIPT
Citronella (diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengetahuan Bahan)
Disusun oleh:
Rita Aisyatul Dalfah-NIM. 1005338Dea Aisyah Rusmawati-NIM. 1005384
Dina Widiawati-NIM. 1006404Tedy Tarudin-NIM. 1000684
Kukuh Hadiatma-NIM. 1000215
Program Studi Pendidikan Teknologi AgroindustriFakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan IndonesiaBandung
2011
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt yang masih memberikan kesehatan dan kesempatan-
Nya kepada kita semua, terutama kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini.
Berikut ini, penulis mempersembahkan sebuah makalah yang berjudul
“Citronella”. Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
semua, terutama bagi penulis sendiri.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
kekeliruan, karena penulis dalam tahap belajar. Oleh karena itu, kepada pembaca yang
budiman, penulis mohon maaf. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada dosen
mata kuliah Pengetahuan Bahan, Ibu Dewi , S.Tp., M.Si yang telah membimbing dan
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, serta kepada semua keluarga, teman-
teman yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.
Semoga Allah Swt senantiasa memberkahi dan meridai makalah ini sehingga
bermanfaat bagi seluruh pembaca terutama bagi penulis.
Bandung, Mei 2011
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................... ii i
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................2
BAB II ISI................................................................................................................3
A. Minyak Atsiri.....................................................................3
B. Serai Wangi.............................................................................................4
C. Citronella................................................................................................6
D. Proses Pembuatan Citronella...................................................................7
E. Aplikasi Citronella Dalam Industri Pangan...............................................10
BAB III PENUTUP...................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................11
B. Saran...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... v
ii
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1. Sebaran luas areal tanaman dan produksi minyak serai wangi
tahun 2007………………………………………………………. 7
iii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1. Serai wangi……………………………………………………... 4
2. Diagram proses pembuatan citronella………………………….. 9
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minyak asiri adalah minyak yang dihasilkan dari dedaunan, rimpang dan kayu.
Bahan minyak asiri di Indonesia sangat banyak jumlahnya. Indonesia kaya akan jenis
tumbuhan yang bisa menghasilkan minyak asiri. Karena itulah Indonesia menjadi salah
satu sumber bahan baku minyak asiri di dunia. Industri minyak atsiri ini memiliki
prospek yang sangat bagus.
Sejak zaman dahulu Indonesia terkenal kaya akan rempah-rempah. Rempah-
rempah dengan susunan senyawa kompleks yang memiliki bau sangat kuat dan begitu
khas sehingga banyak orang yang menyukai rempah-rempah. Orang asing datang ke
Indonesiapun karena tergiur akan rempah-rempah yang begitu melimpah di Indonesia.
Salah satu rempah-rempah yang terkenal adalah serai wangi. Selama ini, serai
wangi dipakai untuk bumbu masak dan bahan pencampur jamu. Namun, ternyata serai
wangi terutama batang dan daun bisa pula dimanfaatkan sebagai pengusir nyamuk. Hal
tersebut dikarenakan tanaman serai wangi ini mengandung zat-zat seperti geraniol,
metilheptenon, terpen-terpen, terpen-alkohol, asam-asam organik, dan terutama adalah
sitronelal. Zat sitronelal ini memiliki sifat racun kontak. Sebagai racun kontak, ia dapat
menyebabkan kematian akibat kehilangan cairan secara terus-menerus sehingga tubuh
nyamuk kekurangan cairan.
Indonesia merupakan salah satu Negara exportir minyak atsiri terbesar di dunia.
Namun sayangnya Indonesia hanya mampu menjual bahan baku saja tanpa diolah lebih
lanjut. Apabila Indonesia mampu mengolahnya mungkin kita bias bayangkan berapa
banyak penghasilan yang akan didaptkan oleh para petani. Kurangnya pengetahuan dan
teknologilah yang menjadi factor sulitnya Indonesia untuk mengolah minyak atsiri
tersebut.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas pada makalah ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Apa pengertian minyak atsiri?
b. Apa pengertian serai wangi?
c. Apa pengertian citronella?
d. Bagaimana proses pembuatan citronella?
e. Apa aplikasi citronella dalam dunia industri?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Mengetahui pengertian dari minyak atsiri.
b) Mengetahui pengertian dari serai wangi.
c) Mengetahui pengertian dari citronella.
d) Mengetahui proses pembuatan citronella.
e) Mengetahui aplikasi citronella dalam dunia industri.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Minyak Atsiri
Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang
merupakan bahan yang bersifat mudah menguap (volatile), mempunyai rasa getir, dan
bau mirip tanaman asalnya yang diambil dari bagian-bagian tanaman seperti daun, buah,
biji, bunga, akar, rimpang, kulit kayu, bahkan seluruh bagian tanaman. Minyak atsiri
selain dihasilkan oleh tanaman, dapat juga sebagai bentuk dari hasil degradasi oleh
enzim atau dibuat secara sintetis.
Minyak atsiri adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental
pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas.
Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk
pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bibit
minyak wangi.
Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder
yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan
(hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat alelopati)
dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga
mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang berbau
menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai minyak atsiri.
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain itu,
susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama di hidung)
sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap senyawa
penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang
berbeda. Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai
senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma
tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik
terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil.
7
B. Serai Wangi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledona
Bangsa : Poales
Suku : Graminae
Marga : Andropogon
Jenis : Andropogon nardus L
ama umum : Serai Gambar 1. Serai wangi
(Anonim, 2001)
Nama lain serai di daerah lain yaitu sereue mongthi (Aceh), sere (Gayo), sangge-
sangge (Batak), serai batawi (Minangkabau), sarae (Lampung), sere (Melayu), sereh
(Sunda), sere (Jawa Tengah), sere (Madura), kedong witu (Sumba), naosina (Roti),
humuku (timor) sare (Makassar), sare (Bugis), serai (Ambon), lauwariso (Seram)
(Anonim, 2001).
Serai mempunyai perawakan berupa rumput-rumputan tegak, menahun dan
mempunyai perakaran yang sangat dalam dan kuat. Batangnya dapat tegak ataupun
condong, membentuk rumpun, pendek, masif, bulat dan sering kali di bawah buku-
bukunya berlilin, penampang lintang batang berwarna merah. Daunnya merupakan daun
tunggal, lengkap dan pelepah daunnya silindris, gundul, seringkali bagian permukaan
dalam berwarna merah, ujung berlidah (ligula), helaian, lebih dari separuh
menggantung, remasan berbau aromatik. Susunan bunganya malai atau bulir majemuk,
bertangkai atau duduk, berdaun pelindung nyata, biasanya berwarna sama umumnya
putih. Daun pelindung bermetamorfosis menjadi gluma steril dan fertil (pendukung
bunga). Kelopak bunga bermetamorfosis menjadi bagian palea (2 unit) dan lemma atau
sekam (1 unit), mahkota bermetamorfosis menjadi 2 kelenjar lodikula, berfungsi untuk
membuka bunga di pagi hari. Benang sari berjumlah 3-6, membuka secara memanjang,
kepala putik sepasang berbentuk bulu dengan perpanjangan berbentuk jambul. Buahnya
berupa buah padi, memanjang, pipih dorso ventral, embrio separo bagian biji
(Sudarsono, dkk., 2002).
Kandungan dari serai terutama minyak atsiri dengan komponen sitronelal 32-
45%, geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%, geranil asetat 3-8%, sitronelil asetat 2-4%,
8
sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin, limonen, kamfen. Minyak
serai mengandung 3 komponen utama yaitu sitronelal, sitronelol dan geraniol
(Sastrohamidjojo, 2004). Hasil penyulingan dari Andropogon nardus L dapat diperoleh
minyak atsiri yang disebut Oleum citronellae, terutama terdiri atas geraniol dan
sitronelal yang dapat digunakan untuk menghalau nyamuk (Tjitrosoepomo, 2005). Abu
dari daun dan tangkai serai mengandung 45 % silika yang merupakan penyebab desikasi
(keluarnya cairan tubuh secara terus menerus) pada kulit serangga sehingga serangga
akan mati kekeringan. Sitronelol dan geraniol merupakan bahan aktif yang tidak disukai
dan sangat dihindari serangga, termasuk nyamuk sehingga penggunaan bahan-bahan ini
sangat bermanfaat sebagai bahan pengusir nyamuk (Yunus, 2008).
Tanaman serai di Indonesia banyak terdapat di Jawa, di tepi jalan atau di
persawahan dan dikenal dengan nama sereh/new citronella grass (Sudarsono, dkk.,
2002). Tanaman serai Jawa tumbuh pada berbagai tanah yang memiliki kesuburan
cukup. Tanah yang memiliki iklim lembab dengan curah hujan teratur menghasilkan
minyak dengan kualitas tinggi. Daerah yang beriklim panas dengan cukup sinar
matahari dan curah hujan tiap tahun merupakan syarat utama untuk menghasilkan daun
dan minyak sereh yang baik. Kekeringan yang berkepanjangan atau curah hujan yang
berlebihan akan merusak tanaman serai. Kenyataan tanaman serai merupakan tanaman
tanah tandus dan tidak membutuhkan pemupukan yang intensif. Panen pertama
dilakukan 6 hingga 8 bulan setelah penanaman. Panen berikutnya dapat dilakukan
dalam jarak 3 hingga 4 bulan. Panen dilakukan pada pagi hari dan tidak pada saat hujan.
Pemotongan terlalu pendek akan menyebabkan minyak yang dihasilkan sedikit yang
berarti juga akan mempengaruhi hasil minyak atsiri secara keseluruhan
(Sastrohamidjojo, 2004).
Tanaman serai juga bermanfaat untuk anti radang, menghilangkan rasa sakit dan
melancarkan sirkulasi darah. Manfaat lain untuk sakit kepala, otot, batuk, nyeri
lambung, haid tidak teratur dan bengkak setelah melahirkan (Hariana, 2006). Akar
tanaman serai digunakan sebagai peluruh air seni, peluruh keringat, peluruh dahak,
bahan untuk kumur dan penghangat badan. Daun serai digunakan sebagai peluruh angin
perut, penambah nafsu makan, pengobatan pasca persalinan, penurun panas dan pereda
kejang (Sudarsono, dkk., 2002). Minyak serai digunakan terutama sebagai bahan
pewangi sabun, spray, disinfektan, dan bahan pengkilap (Guenther, 1990)
9
C. Citronella
Citronella merupakan salah satu minyak atsiri yang diperoleh dari daun dan
batang berbagai jenis Cymbopogon. Citronella digunakan secara luas sebagai sumber
parfum bahan kimia seperti sitronelal, sitronellol dan geraniol. Citronella juga
merupakan tanaman yang terkenal berbasis obat nyamuk , dan telah terdaftar untuk
digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1948.
Dalam perdagangan dikenal ada 2 tipe citronella yaitu tipe Ceylon dan tipe
Jawa. Tipe yang pertama diperoleh dengan cara destilasi dari Chimbopogon nardus
Rendle di Ceylon dan yang kedua diperoleh dari Cymbopogon winterianus Jowitt di
Jawa. Sesuai dengan Indian Standard Institute (I.S. 512-1954), minyak sereh type
Ceylon mengandung 55-65% total alkohol dihitung sebagai sitronelal. Sedangkan
minyak tipe Jawa mengandung 35-97% total alkohol, dihitung sebagai geraniol dan 34-
45% total aldehid dihitung sebagai sitronelal. Minyak atsiri type Ceylon lazim
digunakan sebagai disinfektan, bahan pengikat dan bahan pengusir nyamuk
(Sastrohamidjojo, 2004).
Saat ini, produksi minyak dunia sekitar 4.000 ton. Produsen utama adalah Cina
dan Indonesia memproduksi 40% dari pasokan dunia. Minyak ini juga diproduksi di
Taiwan, Guatemala, Honduras, Brasil, Sri Lanka, India , Argentina, Ekuador, Jamaika ,
Madagaskar, Meksiko, dan Afrika Selatan. Pasar untuk minyak serai wangi alam telah
terkikis oleh bahan kimia yang disintesis dari terpentin berasal dari tumbuhan runjung.
Namun, minyak bumi serai dan turunannya lebih disukai oleh industri parfum.
Daerah penanaman dan produksi minyak sereh wangi di Indonesia dengan luas
areal pada tahun 2007 sebesar 19.592,25 ha (Tabel 3), terbesar di daerah Jawa,
khususnya Jabar dan Jateng dengan pangsa pasar dan produksi mencapai 95% dari total
produksi Indonesia. Area lainya adalah NAD dan Sumatera Barat. Daerah sentra
produksi di Jawa Barat adalah: Purwakarta, Subang, Pandeglang, Bandung, Ciamis,
Kuningan, Garut, dan Tasikmalaya. Sedangkan di Jateng adalah Cilacap, Purbalingga
dan Pemalang (Data Sbdit Tanaman Atsiri, Dittansim, 2008).
Proses pengambilan minyak sereh wangi di Indonesia biasanya dilakukan
melalui proses penyulingan selama 3 – 4 jam. Rendemen rata-rata minyak sereh wangi
sekitar 0,6 – 1,2% tergantng jenis sereh wangi serta penanganan dan efektifitas
penyulingan. Komponen terpenting dalam minyak sereh wangi adalah sitronellal dan
10
geraniol. Kedua komponen tersebut menentukan intensitas bau, harum, serta nilai harga
minyak atsiri, sehingga kadarnya harus memenuhi syarat ekspor agar dapat diterima.
Minyak ini digunakan dalam industri, terutama sebagai pewangi sabun, sprays,
desinfektans, pestisida nabati, bahan pengilap, peningkat oktan BBM dan aneka ragam
preparasi teknis.
Perkiraan pemakaian dunia pada tahun 2007 lebih dari 2000 ton / tahun.
Indonesia adalah produsen ketiga dunia setelah Cnia dan Vietnam. Beberapa negara
yang selalu aktif membeli sereh wangi Indonesia antara lain adalah Singapura, Jepang,
AS, Australia, Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, India, dan Taiwan. Dengan
pembeli utama adalah AS, Perancis, Italia, Singapura dan Taiwan. Volume ekspor
minyak sereh wangi relatif kecil, yakni sebesar 115,67 ton dengan nilai US$ 701,0 pada
tahun 2004
Tabe 1. Sebaran luas areal tanaman dan produksi minyak serai wangi tahun
2007
D.Proses Pembuatan Citronella
Produksi minyak atsiri dari tumbuh-tunbuhan dapat dilakukan dengan empat
cara, yaitu: (a) penyulingan (distillation), (b) pressing (expression), (c) ekstraksi
menggunakan pelarut (solvent extraction), dan (d) adsorbsi oleh lemak padat
(enfleurasi). Di antara keempat cara tersebut yang banyak digunakan oleh industri
minyak atsiri adalah cara pertama dan ketiga.
Penyulingan adalah metoda ekstraksi yang tertua dalam pengolahan minyak
atsiri. Metoda ini cocok untuk serai wangi, karena serai wangi tidak mudah rusak oleh
panas. Penyulingan merupakan suatu proses pemisahan secara fisik suatu campuran dua
atau lebih produk yang mempunyai titik didih yang berbeda dengan cara mendidihkan
terlebih dahulu komponen yang mempunyai titik didih rendah terpisah dari campuran
11
(Kister, 1990). Untuk mempermudah proses penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan
perlakuan pendahluan (penanganan bahan baku) dengan beberapa cara seperti
pengeringan, pencucian dan perajangan. Pengeringan dapat mempercepat proses
ekstraksi dan memperbaiki mutu minyak, namun selama pengeringan kemungkingan
sebagian minyak akan hilang karena penguapan dan oksidasi oleh udara (Ketaren,
1985). Beberapa jenis bahan baku tidak perlu dikeringkan, seperti jahe, lajagoan, dan
bahan lain yang disuling dalam keadaan segar untuk mencegah kehilangan aroma yang
diinginkan. Pencucian dilakukan untuk membersihkan bahan dari kotoran yang
menempel, mencegah hasil minyak agar tidak kotor, dan efisiensi pemuatan bahan
dalam ketel suling. Perajangan bertujuan untuk memudahkan penguapan minyak atsiri
dari bahan, memperluas permukaan suling dari bahan dan mengurangi sifat kamba.
Pada umumnya perajangan dilakukan pada ukuran 20 – 30 cm.
Pada pross penyulingan ini, tekanan, suhu, laju alir, dan lama penyulingan diatur
berdasarkan jenis komoditi. Lama penyulingan sangat bervariasi mulai dari 3-5 jam
untuk sereh wangi, 5 – 8 jam untuk minyak nilam dan cengkeh, 10 – 14 jam untuk
minyak pala, dan 10-16 jam untuk minyak akar wangi bergantung kepada jenis bahan
baku (basah / kering), penggunaan tekanan dan suhu penyulingan. Tekanan uap yang
tinggi dapat menyebabkan dekomposisi pada minyak, oleh karena itu penyulingan lebih
baik dimulai dengan tekanan rendah, kemudian meningkat secara bertahap sampai pada
akhir proses. Selama proses penyulingan, uap air yang terkondensasi dan turun ke dasar
ketel harus dibuang secara periodik melalui keran pembuangan air untuk mencegah pipa
uap berpori terendam, karena hal ini dapat menghambat aliran uap dari boiler ke ketel
suling.
Pada proses pendinginan, suhu air pendingin yang masuk ke dalam tabung atau
kolam pendingin yang ideal sekitar 25-30 derajat C, dan suhu air keluar maksimum 40 –
50 derajat C. Suhu air keluar tersebut dapat diatur dengan memperbesar / memperkecil
debit air pendingin yang masuk ke dalam tabung / kolam pendingin. Pemisahan minyak
dari tabung pemisah sebaiknya “tidak diciduk” (diambil dengan gayung), karena hal itu
akan menyebabkan minyak yang telah terpisah dari air akan kembali terdispersi dalam
air dan sulit memisah kembali, sehingga mengakibatkan kehilangan (loses).
Minyak yang dihasilkan masih terlihat keruh karena mngandung sejumlah kecil
air dan kotoran yang terdispersi dalam minyak. Air tersebut dipsahkan dengan
12
menyaring minyak menggunakan kain teflon / sablon. Pemisahan air juga dapat
dilakukan dengan menambahkan zat pengikat air berupa Natrium Sulfat anhidrat
(Na2SO4) sebanyak 1% selanjutnya diaduk dan disaring.
Gambar 2. Diagram proses pembuatan citronella13
Penyulingan minyak atsiri serai wangi menggunakan sistem penyulingan uap
dan air. Pemilihan sistem penyulingan ini karena bahan yang digunakan berupa daun
dan batang sehingga minyak atsiri yang dihasilkan lebih banyak, penyulingan lebih
singkat dan bahan yang disuling tidak menjadi gosong. Bahan yang akan disuling
sebaiknya dipotong-potong terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk mempermudah
pelepasan minyak atsiri setelah bahan tersebut ditembus oleh uap. Bahan yang dipotong
harus segera disuling karena bila tidak segera diproses maka minyak atsiri yang
mempunyai sifat mudah menguap, sebagian akan teruapkan sehingga hasil total minyak
atsiri yang diperoleh akan berkurang dan komposisi minyak atsiri akan berubah
sehingga akan mempengaruhi hasilnya. Bahan tanaman yang akan diproses secara
penyulingan uap dan air ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah
berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan. Bagian bawah alat
penyulingan diisi air sedikit di bawah dimana bahan ditempatkan. Air dipanaskan tetapi
bahan tanaman tidak terkena air yang mendidih (Sastrohamidjojo, 2004).
E. Aplikasi Citronella dalam Dunia Industri
Minyak atsiri digunakan secara luas sebagai sumber bahan kimia parfum seperti
sitronelal , sitronellol dan geraniol . Bahan kimia ini digunakan secara luas dalam sabun,
parfum, kosmetik, dan industri bumbu di seluruh dunia. Citronella juga digunakan
sebagai obat anti nyamuk dan skin lotion.
Tanaman serai bermanfaat untuk anti radang, menghilangkan rasa sakit dan
melancarkan sirkulasi darah. Manfaat lain untuk sakit kepala, otot, batuk, nyeri
lambung, haid tidak teratur dan bengkak setelah melahirkan (Hariana, 2006).
Minyak ini digunakan dalam industri, terutama sebagai pewangi sabun, sprays,
desinfektans, pestisida nabati, bahan pengilap, peningkat oktan BBM dan aneka ragam
preparasi teknis.
14
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Minyak atsiri adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental
pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas.
Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk
pengobatan) alami.
Serai atau sereh adalah tumbuhan anggota suku rumput-rumputan yang
dimanfaatkan sebagai bumbu dapur untuk mengharumkan makanan.
Citronella merupakan salah satu minyak atsiri yang diperoleh dari daun dan
batang berbagai jenis Cymbopogon yang disuling. Citronella digunakan secara luas
sebagai sumber parfum bahan kimia seperti sitronelal, sitronellol dan geraniol.
Citronella juga merupakan tanaman yang terkenal berbasis obat nyamuk , dan telah
terdaftar untuk digunakan di Amerika Serikat sejak tahun 1948.
Proses pembuatan citronella dilakukan dengan cara penyulingan minyak atsiri
serai menggunakan sistem penyulingan uap dan air. Pemilihan sistem penyulingan ini
karena bahan yang digunakan berupa daun dan batang sehingga minyak atsiri yang
dihasilkan lebih banyak, penyulingan lebih singkat dan bahan yang disuling tidak
menjadi gosong.
Dalam industri, minyak atsiri digunakan secara luas sebagai sumber bahan kimia
parfum seperti sitronelal , sitronellol dan geraniol . Bahan kimia ini digunakan secara
luas dalam sabun, parfum, kosmetik, dan industri bumbu di seluruh dunia. Citronella
juga digunakan sebagai obat anti nyamuk dan skin lotion.
15
B. Saran
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan rempah-rempah, salah satunya
serai wangi. Serai wangi memiliki banyak manfaat, oleh karena itu kita harus bias
memanfaatkannya misalnya untuk membuat obat anti nyamuk sederhana dari serai
wangi tersebut. Peluang untuk berusaha minyak atsiri memiliki potensi sangat bagus,
sebaiknya pemerintah memberikan pelatihan agar pengetahuan dan kemampuan petani
dapat meningkat sehingga penghasilan mereka akan bertambah dan para petani dapat
hidup sejahtera.
16
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Citronella. [Terhubung berkala] http://translate.google.co.id/translate?
hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/
Citronella_oil&ei=4STZTdj0CI3OvQOE6PzBBw&sa=X&oi=translate&
ct=result&resnum=1&ved=0CCsQ7gEwAA&prev=/search%3Fq
%3Dcitronella%26hl%3Did%26biw%3D1280%26bih%3D578%26prmd
%3Divns [22 Mei 2010]
Rizal, molide. Minyak Atsiri Indonesia. [Terhubung berkala]
http://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/ [22 Mei 2010]
Wardani, sukma. UJI AKTIVITAS MINYAK ATSIRI DAUN dan BATANG SERAI
(Andropogon nardus L) SEBAGAI OBAT NYAMUK ELEKTRIK
TERHADAP NYAMUK Aedes aegypti. [Terhubung berkala] webnya [22
Mei 2010]