makalah bordetella pertusisi fix.doc

18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri merupakan salah satu makhluk hidup yang jumlahnya banyak disekitar kita. Bakteri pun berada di mana-mana. Maka dari itu bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup sering terjadi. Karena banyaknya manusia yang mengabaikan penyakit tersebut karena terkadang gejala awal yang diberikan adalah gejala awal yang biasa saja. Maka dari itu alangkah baiknya jika kita dapat mengetahui bagaimana cara bakteri itu menginfeksi dan gejala-gejala apa yang akan diberikannya. Sebagaimana kita ketahui sebelumnya mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia, dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit. 1

Upload: rossie-ariyani

Post on 29-Dec-2015

296 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah bordetella pertusisi fix.doc

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bakteri merupakan salah satu makhluk hidup yang jumlahnya banyak disekitar kita.

Bakteri pun berada di mana-mana. Maka dari itu bakteri merupakan penyebab penyakit yang

cukup sering terjadi. Karena banyaknya manusia yang mengabaikan penyakit tersebut karena

terkadang gejala awal yang diberikan adalah gejala awal yang biasa saja. Maka dari itu

alangkah baiknya jika kita dapat mengetahui bagaimana cara bakteri itu menginfeksi dan

gejala-gejala apa yang akan diberikannya.

Sebagaimana kita ketahui sebelumnya mikroorganisme adalah organisme hidup yang

berukuran mikroskopis sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme

dapat ditemukan disemua tempat yang memungkinkan terjadinya kehidupan, disegala

lingkungan hidup manusia, dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk

secara alami ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya

bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan inangnya tetapi

dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit.

Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada di alam, hanya sebagian kecil saja

yang merupakan patogen. Pada bab ini kami akan membahas mengenai bakteri Bordetella

pertussis. Pertusis itu sendiri merupakan suatu penyakit akut saluran pernapasan yang

banyak menyerang anak balita dengan kematian yang tertinggi pada anak usia di bawah satu

tahun yang disebabkan oleh infeksi Bordetella pertussis.  Dan untuk pertama kalinya

diasingkan oleh Bordet dan Gengou pada tahun 1906. Standarisasi vaksin serta

penggunaannya secara luas sangat menurunkan morbilitas dan mortalitas penyakit ini.

Pertusis sangat infesius pada orang yang tidak memiliki kekebalan. Penyakit ini mudah

menyebar ketika si penderita batuk.

1

Page 2: makalah bordetella pertusisi fix.doc

B. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:

1.  Memahami ciri-ciri, morfologi bakteri Bordetella pertussis

2. Tingkat Patogenesis dari Bakteri Bordetella pertussis

3. Proses Bakteri Menimbulkan Penyakit

4. Gejala-gejala penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri

5. Cara penularan penyakit pertusis

6. Cara penanganan terhadap bakteri Bordetella pertussis

C. Manfaat Penulisan

1. Kita dapat mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh Bordetella pertussis

2. Kita dapat mengetahui cara penanggulangan infeksi oleh Bordetella pertussis

3. Dapat mengetahui pencegahan penularan penyakit pertusis

4. Dapat membuat kita lebih hati-hati lagi terhadap bahaya infeksi Bordetella pertussis

5. Dapat membuat kita lebih tahu akan spesifikasi penyakit pertusis

2

Page 3: makalah bordetella pertusisi fix.doc

BAB II

STUDI PUSTAKA

A. Karakteristik Bakteri

1. Klasifikasi

Kingdom : Eubacterium

Filum       : Coccobacillus

Kelas       : Bacillus

Ordo       : Coccobacillus

Famili       : Alcaligenaceae

Genus     : Bordetella

Spesies   : Bordetella pertussis

2. Ciri-ciri Bordetella pertussis

a. Coccobacilus, bentuk ovoid

b. Panjang 0,5 - 1 μm

c. Diameter 0,2 - 0,2 μm

d. Gram negatip

e. Tidak berspora

f. Tidak bergerak

g. Berkapsul

h. Pewarnaan tuluidin blue menghasilkan granula bipoler metakromatik

i. Media perbenihan : bordet gengou

Terdapat tiga spesies Bordetella : B. pertussis, B. parapertussis, dan B.

bronchiseptica. Hubungan sifat genetis, fisiologi, dan antigenik serta komponen

isoenzim yang menyebabkan tiga spesies ini ditempatkan dalam satu genus.

3

Page 4: makalah bordetella pertusisi fix.doc

Bordetellae merupakan parasit obligat pada manusia dan hewan. Berbiak di

antara silia sel epitel. Manusia hanya merupakan inang alami B. pertussis, B.

parapertussis, dan sedangkan B. bronchiseptica tetap merupakan patogen pada

hewan. Bordetella merupakan bakteri aerob sempurna, tidak menghasilkan hidrogen

sulfida, indol atau asetilmetilkarbinol

3. Patogenesis

Secara umum patogenesis infeksi Bordetellapertusis terjadi melalui 4 tingkatan :

- perlekatan pada cilia dan multiplikasi

- perlawanan terhadap mekanisme peja-mu

- kerusakan lokal

- timbul penyakit sistemik

Bordetella pertussis yang terhirup melalui udara pernapasan lalu melekat pada

cilia epithel saluran napas. Setelah melekat terjadi multiplikasi dan menyebar

keseluruh permukaan epithel saluran napas.Proses ini tidak invasif yang disebut

bakteriemia (-). Selama bermultiplikasi, bakteri menghasilkan toksin yang

menimbulkan gejalapenyakit, seperti:

1. Pertusis toxin yang terdiri dari:

a. toxin sub unit A yang berfungsi sebagai aktivasi enzym membran sel

b. toxin sub unit B yang berfungsi sebagai untuk berikatan dgn reseptor seltarget

2. LPF yang berfungsi untuk menghambat migrasi limfositdan makrofag ke

daerahinfeksi

3. Toxin mediated adenosinediphosphate (ADP) yang berfungsi mengatur sintesi

protein didalam sitoplasma yang berakibat:

a. Perubahan fungsi fisiologis ser target, termasuk limfosit (menjadikannya

lemah dan mati)

b. Memblokir beta adrenergik

c. Meningkatkan aktifitas insulin sehingga kadar gula turun4

Page 5: makalah bordetella pertusisi fix.doc

4. Dermonecrotic toxin atau heat labile cytoplasmic toxin yang menyebabkan

kontraksi otot polos pembuluh darah dinding trakhea sehingga menyebabkan

iskemia dan nekrosis trakhea

5. Sitotoksin bersifat menghambat sintesa DNA sehingga menyebabkan siliostasis

dan kematian sel

6. Pertusis lipopolysaccharid (endotoksin tetapi toksin ini tidak terlalu penting pada

proses patogenesis

Toksin tersebut juga dapat mengakibatkan peradangan ringan dengan hiperplasi

jaringan limfoid peribronkial yang menyebabkan terbentuknya mukus pada

permukaan cilia sehingga terjadi batuk dan gangguan fungsi cilia.

Mekanisme kerja:

Organisma ini masuk melalui saluran pernafasan atas, mempunyai ciri-ciri

viscerotropic dan melekat kepada sel-sel epitelium bersilia yang terdapat pada

bronkus. Batuk rejan adalah satu infeksi permukaan dan organisma ini jarang

menembus mukosa tetapi menyebabkan nekrosis dan keradangan pada

subepitelium merupakan ciri infeksi ini.

Organisma berkoloni di saluran nafas secara khusus melalui F-HA dan PT. Gejala

awal penyakit ini ialah rhinitis, batuk, bersin disebabkan multiplikasi organisma

dalam saluran pernafasan. Kemudian pergerakan silia akan berkurang dan

pembersihan bakteria dan rembesan menjadi perlahan. Mukus dan rembesan

akan terkumpul dan ini memudahkan pertumbuhan organisma. Toksin-toksin

dilepaskan menyebabkan nekrosis dan pengikisan (sloughing) sel-sel bersilia.

Infeksi adalah terjadi secara lokal tetapi gejala sistemik muncul mungkin

disebabkan oleh PT yang tersebar malalui saluran darah.

Struktur antigen:

Proteksi terhadap infeksi oleh Bordetella pertussis merupakan respon imunoloik

terhadap antigen (antigen-antigen) kuman. Sifat antigen protektif kuman ini tidak

5

Page 6: makalah bordetella pertusisi fix.doc

diketahui. Walaupun demikian, penelitian serologic yang ekstensif telah berhasil

menemukan antigen-antigen yang penting. Diketahui adanya antigen permukaan O

yang termostabil pada smooth strains dan rough strains Bordetella pertussis. Antigen

O ini berupa protein, mudah diekstraksi dari sel dan terdapat di dalam cairan

supernatant biakan kuman. 

Antigen-antigen serta factor-faktor lainnya seperti HLT (heat-labile toxin),

lipopolisakarida (endotoksin), HSF (histamine-sensitizing factor), LPF

(lymphocytosis-promoting factor), MPF (mouse-protective factor), hemaglutinin dan

agaknya juga IAP (islet-activating protein) adalah sangat erat kaitannya dengan

infeksi, penyakit dan kekebalan. 

B. Faktor-faktor Virulensis

Bordetella pertusis setelah ditularkan melalui sekresi udara pernapasan kemudian

melekat pada silia epitel saluran pernapasan. Mekanisme pathogenesis infeksi oleh

Bordetella pertusis terjadi melalui empat tingkatan yaitu perlekatan, perlawanan terhadap

mekanisme pertahanan pejamu, kerusakan local dan akhirnya timbul penyakit sistemik.

Filamentous Hemaglutinin (FHA), Lymphosithosis Promoting Factor (LPF)/ Pertusis

Toxin (PT) dan protein 69-Kd berperan pada perlekatan Bordetella pertusis pada silia.

Setelah terjadi perlekatan, Bordetella pertusis, kemudian bermultiplikasidan menyebar ke

seluruh permukaan epitel saluran napas. Proses ini tidak invasive oleh karena pada

pertusis tidak terjadi bakteremia. Selama pertumbuhan Bordetella pertusis, maka akan

menghasilkan toksin yang akan menyebabkan penyakit yang kita kenal dengan whooping

cough.

Toksin terpenting yang dapat menyebabkan penyakit disebabkan karena pertusis

toxin. Toksin pertusis mempunyaiu 2 subunit yaitu A dan B. Toksin sub unit B

selanjutnya berikatan engan reseptor sel target kemudian menghasilkan subunit A yang

aktif pada daerah aktivasi enzim membrane sel. Efek LPF menghambat migrasi limfosit

dan makrofag ke daerah infeksi.

6

Page 7: makalah bordetella pertusisi fix.doc

Toxin mediated adenosine diphosphate (ADP) mempunyai efek mengatur sintesis

protein dalam membrane sitoplasma, berakibat terjadi perubahan fungsi fisiologis dari sel

target termasuk lifosit (menjadi lemah dan mati), meningkatkan pengeluaran histamine

dan serotonin, efek memblokir beta adrenergic dan meningkatkan aktifitas insulin,

sehingga akan menurunkan konsentrasi gula darah. Toksin menyebabkan peradangan

ringan dengan hyperplasia jaringan limfoid peribronkial dan meningkatkan jumlah mukos

pada permukaan silia, maka fungsi silia sebagai pembersih terganggu, sehingga mudah

terjadi infeksi sekunder (tersering oleh Streptococcus pneumonia, H. influenzae dan

Staphylococcus aureus ). Penumpukan mucus akan menimbulkan plug yang dapat

menyebabkan obstruksi dan kolaps paru.

Hipoksemia dan sianosis disebabkan oleh gangguan perukaran oksigenasi pada

saat ventilasi dan timbulnya apnea saat terserang batuk. Terdapat perbedaan pendapat

mengenai kerusakan susunan saraf pusat, apakah akibat pengaruh langsung toksin

ataukah sekunder sebagai akibat anoksia. Terjadi perubahan fungsi sel yang reversible,

pemulihan tampak apabila sel mengalami regenerasi, hal ini dapat menerangkan mengapa

kurangnya efek antibiotic terhadap proses penyakit.

C. Penyakit yang Ditimbulkan

Batuk rejan adalah penyakit pernafasan akut yang disebabkan oleh Bordotella

pertussis, yaitu sebuah bakteri cocco bacillus gram negatif. B.pertussis adalah bakteri

yang biasanya dibudidayakan pada media yang mengandung darah, karena darah

merupakan sumber yang baik dari banyak nutrisi. B.pertussis disebarkan oleh aerosol

atau kontak langsung dengan orang yang terinfeksi atau pembawa asimtomatik. Pada

tahap pertama infeksi, gejala penyakit mirip dengan flu biasa. Pada tahap kedua infeksi,

berkembang menjadi batuk kering, yang menjadi paroksismal dan kemudian disertai

dengan produksi lendir yang berlebihan dan muntah. Selama tahap kedua berlangsung,

batuk dapat menjadi sangat parah sehingga dapat menyebabkan kejang-kejang dan

sianosis. Pengambilan nafas yang panjang antara batuk yang paroksismal, pada orang

7

Page 8: makalah bordetella pertusisi fix.doc

yang terinfeksi, terdengar seperti teriakan. Gejala ini yang memberikan nama pada

penyakit ini.

Karena gejala awal sangat tidak spesifik, batuk rejan jarang didiagnosis sampai

orang yang terinfeksi mulai mengalami batuk paroksismal yang parah yang merupakan

ciri khas dari penyakit ini. Pada tahap ini, pengobatan dengan antibiotik tidak efektif

dalam menyembuhkan gejala-gejala pasien, tetapi kadang-kadang diberikan karena

antibiotik mengurangi kesempatan bagipenularan penyakit kepada orang lain. Orang yang

terinfeksi paling menular selama tahap awal penyakit sebelum jelas dapat dibedakan dari

flu biasa, sebuah fakta yang memberikan kontribusi terhadap penyebaran penyakit.

Dalam beberapa kasus, edema, perdarahan, dan pembuluh darah di otak mengembangkan

dan memproduksi kerusakan saraf yang ireversibel.

Bentuk parah dari batuk rejan terlihat hampir sangat sering pada bayi dan anak-

anak. Orang dewasa, bahkan orang dewasa yang diimunisasi, dapat terserang bentuk

ringan dari penyakit ini. Penyakit pada orang dewasa, ditandai dengan batuk dengan

jangka waktu lebih dari dua minggu, disebut juga "batuk 100 hari." Telah diperkirakan

bahwa 20 sampai 25% orang dewasa yang memiliki gejala batuk terus-menerus terinfeksi

oleh B.pertussis. Pada orang dewasa yang diinfeksi oleh B.pertussis, mungkin tidak

menunjukkan gejala apapun. Orang dewasa dengan batuk terus-menerus atau pembawa

asimtomatik dapat menularkan penyakit kepada anggota yang rentan dari populasi dan

bahaya khusus untuk bayi yang sangat muda yang belum menerima semua imunisasi

mereka.

8

Page 9: makalah bordetella pertusisi fix.doc

D. Pencegahan dan Pengobatan

a) Pencegahan

Pencegahan dan perawatan yang dapat dilakukan antara lain :

- Lakukan vaksinasi pada bayi untuk mencegah terserangnya penyakit ini.

Vaksinasi tidak boleh diberikan kepada anak-anak berumur 6 tahun ke atas

karena dapat menyebabkan demam yang parah.

- Pemberian 3 suntikan vaksin pertussis ( biakan tidak murni) dalam konsentrasi

tepat pada bayi sangat perlu. Biasanya diberikan dengan kombinasi dengan

toksoid difteria dan tetanus (DPT)

- Tempatkan penderita dalam ruang terpisah dengan anak – anak lainnya kira-

kira 6 minggu untuk menghindari penularan.

- Berikan makanan yang bergizi yang mudah dicerna sedikit demi sedikit

- Hindari makanan yang banyak mengandung gula pasir, pemanis buatan,

gorengan dan makanan/minuman dingin.

- Batuk rejan yang terjadi pada bayi dan balita harus segera di periksa ke dokter.

b) Pengobatan

- Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan batuk

rejan diantaranya berkhasiat sebagai anti-infeksi, antibakteri, antibiotik,

antibatuk (antitussive), peluruh dahak (ekspektorant). Beberapa tumbuhan

obat tersebut antara lain :

1. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees.)

Khasiat : antiradang, antibiotik, menurunkan panas, menghilangkan sakit

(analgetik), menghilangkan bengkak, antitoksik, menstimulasi sistem immun

9

Page 10: makalah bordetella pertusisi fix.doc

2.Pegagan (Centella asiatica Urban.)

Khasiat : anti-infeksi, antitoksik, penurun panas

3.Lidah Buaya (Aloe vera L.)

Khasiat : antiradang, meredakan sakit (analgetik), parasitiside, pencahar.

4.Bawang Putih (Allium sativum L.)

Khasiat : antibiotik, peluruh dahak, antiseptik, menstimulasi sistem immun,

membunuh parasit (parasitiside).

5.Kencur (Kaempferia galanga L.)

Khasiat : antibatuk, peluruh dahak , antibakteri, menghilangkan sakit

6.Buah Mengkudu (Morinda citrifolia L.)

Khasiat : antiseptik, antiradang,

7.Kulit Jeruk Mandarin (Citrus nobilis Lour.)

Khasiat : meredakan batuk, antiasma, pelururuh dahak, antiradang

Antibiotik

Peran antibiotik diperdebatkan. Namun, karena diagnosis sering sulit di

tahap-tahap awal, antibiotik mungkin diperlukan. Antibiotik ini menghilangkan

bakteri dari saluran udara tetapi perlu untuk mulai dalam tahap Catarrhal atau

tahap awal penyakit ringan.

Antibiotik pilihan adalah eritromisin selama 14 hari (anak-anak: 40-50

mg/kg per hari di empat dosis terbagi; orang dewasa: 1 hingga 2 g/hari). Kursus

selama 7 hari juga dapat efektif dalam kasus-kasus yang lebih ringan.

10

Page 11: makalah bordetella pertusisi fix.doc

Agen lain dari kelas antibiotik yang sama yang dapat digunakan termasuk

azitromisin, 10 mg/kg pada hari pertama diikuti dengan dosis harian 5 mg/kg

pada hari 2 sampai 5. Klaritromisin adalah alternatif lain.

11

Page 12: makalah bordetella pertusisi fix.doc

BAB III

KESIMPULAN

1. Batuk rejan adalah penyakit pernafasan akut yang disebabkan oleh

Bordotella pertussis

2. Bordotella pertussis, yaitu sebuah bakteri cocco bacillus gram negatif

3. Toksin pertussis menimbulkan limfositosi memiliki kemampuan

melekatkan bakteri pada epitel sel bersilia

4. Gejala penyakit mirip dengan flu biasa, sehingga sulit terdeteksi

5. Salaha satu cara pencegahan

6. Pengobatan bisa digunakan tumbuhan herbal atau antibiotik

12

Page 13: makalah bordetella pertusisi fix.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Hembing&y=cybermed|0|0|8|104

2. http://www.news-medical.net/health/Treatment-of-whooping-cough-%28Indonesian

%29.aspx (diakses hari rabu tanggal 19 desember 2012 jam 11.26 WIB)

3. http://forum.upi.edu/index.php?topic=15671.0 (diakses pada hari minggu, 16 Des 12,

pukul 09.00)

4. Salyers, Abigail A. Whitt, Dixie D. 2002. Bacterial Phatogenesis Second Edition.

Washington, D.C.: ASM Press.

13