makalah biologi osteoporosis

24

Click here to load reader

Upload: dila-dyona

Post on 20-Nov-2015

237 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Biologi

TRANSCRIPT

BIOLOGI OSTEOPOROSISTugas ini dibuat untuk melengkapi tugas makalah Biologi

Disusun Oleh Kelompok 1 Kelas XI MIA 1 :1. Bibin Ambarwati(10)2. Maulana Yusuf H(19)3. Muanniqotul Fadhila(20)4. Reang Aji W(25)

SMA NEGERI 1 REMBANGTAHUN PELAJARAN 2014/2015Jalan Gajah Mada 5, Rembang 59201, Telepon& Fax.( 0295 ) 691375e-mail :[email protected] website : www.smansarbg.com

BAB IPENDAHULUAN

1.1 TUJUAN1.1.1 Untuk mengetahui pengertian osteoporosis.1.1.2 Untuk mengetahui penyebab osteoporosis.1.1.3 Untuk mengetahui stadium osteoporosis.1.1.4 Untuk mengetahui gejala osteoporosis.1.1.5 Untuk mengetahui faktor risiko osteoporosis.1.1.6 Untuk mengetahui cara pencegahan osteoporosis.

1.2 LATAR BELAKANGDi indonesia kesadaran akan osteoporosis masih rendah, terutama dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif di mana terjadi proses pengurangan kepadatan tulang yang mengakibatkan terjadinya kerapuhan dan mudah patah pada tulang. Kebutuhan zat gizi merupakan salah satu faktor penentu dalam proses terjadinya kepadatan tulang. Pada atlet, kebutuhan zat gizi olahraga merupakan bagian yang penting karena menjadi salah satu faktor penentu prestasi atlet. Mengkonsumsi zat gizi yang benar akan membantu dalam menyediakan energi saat berolahraga dan menyempurnakan proses pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Karena metabolisme di dalam tubuh atlet lebih tinggi maka kebutuhan zat gizi seorang atlet akan lebih besar dibandingkan non-atlet. Dalam beberapa studi kasus mengenai konsumsi zat gizi atlet khususnya atlet remaja masih menggambarkan asupan gizi yang tidak adekuat. Hal ini terjadi terutama pada atlet senam, volly, figure skatersdan renang. Berdasarkan penelitian dari Michigan State University, pada pelari, perenang, dan penyelam diketahui memilki kepadatan tulang yang lebih rendah dibandingkan dengan atlet di cabang olahraga lainnya. Hasil analisa data risiko Osteoporosis pada tahun 2005 oleh Puslitbang Gizi Depkes RI dengan metode pemeriksaan DMT (Densitas Massa Tulang) menggunakan alat diagnostic clinicalbone sonometer, menunjukkan angka prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) sebesar 41,7% dan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3%. Pada atlet, tingkat kepadatan mineral tulang atlet volley 24% lebih besar dibandingkan atlet renang. Dari studi yang dilakukan pada 298 atlet yang mengikuti Senior Olympic Atlet tahun 2005 ditemukan bahwa atlet cabang olahraga seperti renang dan senam, nilai BMD (Bone Mineral Density) berkisar antara -1 sampai dengan -1,4.Kepadatan mineral tulang meningkat selama masa pubertas, puncaknya dicapai pada usia di atas 10 hingga permulaan 20 tahun, kemudian mendatar, setelah usia 30 tahun terjadi kehilangan massa tulang dengan kecepatan 0,5%-1% pertahun, kemudian masuk masamenopause turun 1%-2% pertahun berlangsung hingga 5 sampai 10 tahun. Umumnya massa tulang pria lebih besar daripada wanita. Selama hidup, tulang yang tua disingkirkan (resorpsi) dan tulang yang baru dibentuk pada rangka (formasi). Selama masa anak-anak dan remaja, tulang baru di bentuk lebih cepat daripada tulang lama (yang disingkirkan), sehingga tulang menjadi lebih besar, berat dan padat. Formasi tulang lebih cepat dibandingan resorpsi tulang sampai massa tulang puncak (kekuatan dan kepadatan tulang maksimum) yang dicapai sekitar usia 30. Setelah usia ini, resorpsi tulang akan melampaui formasi tulang. Masa remaja merupakan masa kritisdi mana terjadinya perubahan secara fisik, biokimia, dan emosional yang sangat cepat. Pada periode ini juga terjadi puncak pertumbuhan tinggi badan (Peak High Velocity) dan berat badan (Peak Weight Velocity)yang sangat pesat , serta pertumbuhan massa tulang (Peak Bone Mass/PBM) yang menyebabkan kebutuhan zat gizi remaja meningkat. Banyak faktor yang dapat meningkatkan proses pertumbuhan tulang di antaranya adalah konsumsi kalsium, aktivitas fisik, dan paparan matahari yang cukup.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN OSTEOPOROSISOsteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porousberarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang.Menurut WHO pada International Consensus Development Conference,di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan risiko terjadinya patah tulang.

Menurut National Institute of Health(NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007). Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh. Tulang mempunyai struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan hanya memberi kekuatan dan membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang juga terus mengalami perubahan karena berbagai stres mekanik dan terus mengalami pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel.Untuk mempertahankan kekuatannya, tulang terus menerus mengalami proses penghancuran dan pembentukan kembali. Tulang yang sudah tua akan dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan kuat. Proses ini merupakan peremajaan tulang yang akan mengalami kemunduran ketika usia semakin tua.Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia akil balig atau pubertas, ketika tulang menjadi makin besar, makin panjang, makin tebal, dan makin padat yang akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 25-30 tahun. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia 30 tahun, yang akan makin bertambah setelah diatas 40 tahun, dan akan berlangsung terus dengan bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada osteoporosis.

2.2 PENYEBAB OSTEOPOROSISBeberapa penyebab osteoporosis, yaitu:1. Osteoporosis PascamenopauseTerjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen produksinya mulai menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.

2. Osteoporosis SenilisKemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas)dan pembentukan tulang baru (osteoblas).Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.

3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, antikejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok dapat memperburuk keadaan ini.

4. Osteoporosis Juvenil IdiopatikMerupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadardan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.2.3 STADIUM OSTEOPOROSIS

1. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan lebih cepat daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30-35 tahun. 2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun (osteopenia).3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan sentuhan atau benturan ringan.4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat patah tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan mengalami stres dan depresi.

2.4 GEJALA OSTEOPOROSISPada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang. Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut:1. Tinggi badan berkurang2. Bungkuk atau bentuk tubuh berubah3. Patah tulang4. Nyeri bila ada patah tulang.

2.5 FAKTOR RISIKO OSTEOPOROSISOsteoporosis dapat menyerang setiap orang dengan faktor risiko yang berbeda. Faktor risiko Osteoporosis dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang tidak dapat dikendalikan dan yang dapat dikendalikan. Berikut ini faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat dikendalikan:1. Jenis kelaminKaum wanita mempunyai faktor risiko terkena osteoporosis lebih besar dibandingkan kaum pria. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. 2. UsiaSemakin tua usia, risiko terkena osteoporosis semakin besar karena secara alamiah tulang semakin rapuh sejalan dengan bertambahnya usia. Osteoporosis pada usia lanjut terjadi karena berkurangnya massa tulang yang juga disebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium.3. RasSemakin terang kulit seseorang, semakin tinggi risiko terkena osteoporosis. Karena itu, ras Eropa Utara (Swedia, Norwegia, Denmark) dan Asia berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis dibanding ras Afrika hitam. Ras Afrika memiliki massa tulang lebih padat dibanding ras kulit putih Amerika. Mereka juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga tekanan pada tulang pun besar. Ditambah dengan kadar hormon estrogen yang lebih tinggi pada ras Afrika.4. Pigmentasi dan tempat tinggalMereka yang berkulit gelap dan tinggal di wilayah khatulistiwa, mempunyai risiko terkena osteoporosis yang lebih rendah dibandingkan dengan ras kulit putih yang tinggal di wilayah kutub seperti Norwegia dan Swedia.

5. Riwayat keluargaJika ada nenek atau ibu yang mengalami osteoporosis atau mempunyai massa tulang yang rendah, maka keturunannya cenderung be risiko tinggi terkena osteoporosis.6. Sosok tubuhSemakin mungil seseorang, semakin berisiko tinggi terkena osteoporosis. Demikian juga seseorang yang memiliki tubuh kurus lebih berisiko terkena osteoporosis dibanding yang bertubuh besar.7. MenopauseWanita pada masa menopause kehilangan hormon estrogen karena tubuh tidak lagi memproduksinya. Padahal hormon estrogen dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan mempertahankan massa tulang. Semakin rendahnya hormon estrogen seiring dengan bertambahnya usia, akan semakin berkurang kepadatan tulang sehingga terjadi pengeroposan tulang, dan tulang mudah patah. Menopause dini bisa terjadi jika pengangkatan ovarium terpaksa dilakukan disebabkan adanya penyakit kandungan seperti kanker, mioma dan lainnya. Menopausedini juga berakibat meningkatnya risiko terkena osteoporosis.

Berikut ini faktor faktor risiko osteoporosis yang dapat dikendalikan. Faktor-faktor ini biasanya berhubungan dengan kebiasaan dan pola hidup.

1. Aktivitas FisikSeseorang yang kurang gerak, kurang beraktivitas, otot-ototnya tidak terlatih dan menjadi kendor. Otot yang kendor akan mempercepat menurunnya kekuatan tulang. Untuk menghindarinya, dianjurkan melakukan olahraga teratur minimal tiga kali dalam seminggu (lebih baik dengan beban untuk membentuk dan memperkuat tulang).

2. Kurang KalsiumKalsium penting bagi pembentukan tulang, jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang. Kebutuhan akan kalsium harus disertai dengan asupan vitamin D yang didapat dari sinar matahari pagi, tanpa vitamin D kalsium tidak mungkin diserap usus.

3. MerokokPara perokok berisiko terkena osteoporosis lebih besar dibanding bukan perokok. Telah diketahui bahwa wanita perokok mempunyai kadar estrogen lebih rendah dan mengalami masa menopause 5 tahun lebih cepat dibanding wanita bukan perokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok berpengaruh buruk pada tubuh dalam hal penyerapan dan penggunaan kalsium. Akibatnya, pengeroposan tulang/osteoporosis terjadi lebih cepat.

4. Minuman Keras/BeralkoholAlkohol berlebihan dapat menyebabkan luka-luka kecil pada dinding lambung. Dan ini menyebabkan perdarahan yang membuat tubuh kehilangan kalsium (yang ada dalam darah) yang dapat menurunkan massa tulang dan pada gilirannya menyebabkan osteoporosis.

5. Minuman SodaMinuman bersoda (softdrink) mengandung fosfor dan kafein (caffein). Fosfor akan mengikat kalsium dan membawa kalsium keluar dari tulang, sedangkan kafein meningkatkan pembuangan kalsium lewat urin. Untuk menghindari bahaya osteoporosis, sebaiknya konsumsi soft drink harus dibarengi dengan minum susu atau mengonsumsi kalsium ekstra.

6. StresKondisi stres akan meningkatkan produksi hormon stres yaitu kortisol yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Kadar hormon kortisol yang tinggi akan meningkatkan pelepasan kalsium kedalam peredaran darah dan akan menyebabkan tulang menjadi rapuh dan keropos sehingga meningkatkan terjadinya osteoporosis.

7. Bahan KimiaBahan kimia seperti pestisida yang dapat ditemukan dalam bahan makanan (sayuran dan buah-buahan), asap bahan bakar kendaraan bermotor, dan limbah industri seperti organoklorida yang dibuang sembarangan di sungai dan tanah, dapat merusak sel-sel tubuh termasuk tulang. Ini membuat daya tahan tubuh menurun dan membuat pengeroposan tulang.

2.6 PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS

Pencegahan penyakit osteoporosis sebaiknya dilakukan pada usia muda maupun masa reproduksi. Berikut ini hal-hal yang dapat mencegah osteoporosis, yaitu:1. Asupan Kalsium CukupMempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk lansia 1200mg per hari. Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan.2. Paparan Sinar Matahari Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang. Berjemurlah dibawah sinar matahari selama 20-30 menit, 3x/minggu. Sebaiknya berjemur dilakukan pada pagi hari sebelum jam 9 dan sore hari sesudah jam 4. Sinar matahari membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang.

3. Melakukan Olahraga dengan BebanSelain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olahraga beban misalnya senam aerobik, berjalan dan menaiki tangga. Olahraga yang teratur merupakan upaya pencegahan yang penting. Tinggalkan gaya hidup santai, mulailah berolahraga beban yang ringan,kemudian tingkatkan intensitasnya. Yang penting adalah melakukannya dengan teratur dan benar.

Latihan fisik atau olahraga untuk penderita osteoporosis berbeda dengan olahraga untuk mencegah osteoporosis. Latihan yang tidak boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis adalah sebagai berikut:

Latihan atau aktivitas fisik yang berisiko terjadi benturan dan pembebanan pada tulang punggung. Hal ini akan menambah risiko patah tulang punggung karena ruas tulang punggung yang lemah tidak mampu menahan beban tersebut. Hindari latihan berupa lompatan, senam aerobik dan joging.

Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan membungkuk kedepn dengan punggung melengkung. Hal ini berbahaya karena dapat mengakibatkan cedera ruas tulang belakang. Juga tidak boleh melakukan sit up, meraih jari kaki, dan lain-lain.

Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan menggerakkan kaki kesamping atau menyilangkan dengan badan, juga meningkatkan risiko patah tulang, karena tulang panggul dalam kondisi lemah.

Berikut ini latihan olahraga yang boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis :

Latihan fisik atau olahraga untuk penderita osteoporosis berbeda dengan olahraga untuk mencegah osteoporosis. Latihan yang tidak boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis adalah sebagai berikut:

Latihan atau aktivitas fisik yang berisiko terjadi benturan dan pembebanan pada tulang punggung. Hal ini akan menambah risiko patah tulang punggung karena ruas tulang punggung yang lemah tidak mampu menahan beban tersebut. Hindari latihan berupa lompatan, senam aerobik dan joging.

Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan membungkuk kedepn dengan punggung melengkung. Hal ini berbahaya karena dapat mengakibatkan cedera ruas tulang belakang. Juga tidak boleh melakukan sit up, meraih jari kaki, dan lain-lain.

Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan menggerakkan kaki kesamping atau menyilangkan dengan badan, juga meningkatkan risiko patah tulang, karena tulang panggul dalam kondisi lemah.

Berikut ini latihan olahraga yang boleh dilakuka n oleh penderita osteoporosis :

Jalan kaki secara teratur, karena memungkinkan sekitar 4,5 km/jam selama 50 menit, lima kali dalam seminggu. Ini diperlukan untuk mempertahankan kekuatan tulang. Jalan kaki lebih cepat (6 km/jam) akan bermanfaat untuk jantung dan paru-paru.

Latihan beban untuk kekuatan otot, yaitu dengan mengangkat dumbble kecil untuk menguatkan pinggul, paha, punggung, lengan dan bahu.

Latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kesigapan.

Latihan untuk melengkungkan punggung ke belakang, dapat dilakukan dengan duduk dikursi, dengan atau tanpa penahan. Hal ini dapat menguatkan otot-otot yang menahan punggung agar tetap tegak,mengurangi kemungkinan bengkok, sekaligus memperkuat punggung.

Untuk pencegahan osteoporosis, latihan fisik yang dianjurkan adalah latihan fisik yang bersifat pembebanan, terutama pada daerah yang mempunyai risiko tinggi terjadi osteoporosis dan patah tulang. Jangan lakukan senam segera sesudah makan. Beri waktu kira-kira 1 jam perut kosong sebelum mulai dan sesudah senam.Dianjurkan untuk berlatih senam tiga kali seminggu, minimal 20 menit dan maksimal 60 menit. Sebaiknya senam dikombinasikan dengan olahraga jalan secara bergantian, misalnya hari pertama senam, hari kedua jalan kaki, hari ketiga senam, hari keempat jalan kaki, hari kelima senam,hari keenam dan hari ketujuh istirahat.Jalan kaki merupakan olahraga yang paling mudah, murah dan aman, serta sangat bermanfaat. Gerakannya sangat mudah dilakukan, melangkahkan salah satu kaki kedepan kaki yang lain secara bergantian. Lakukanlah jalan kaki 20-30 menit, paling sedikit tiga kali seminggu.dianjurkan berjalan lebih cepat dari biasa, disertai ayunan lengan.

Setiap latihan fisik harus diawali dengan pemanasan untuk : Menyiapkan otot dan urat agar meregang secara perlahan dan mantap sehingga mencegah terjadinya cedera. Meningkatkan denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh sedikit demi sedikit. Menyelaraskan koordinasi gerakan tubuh dengan keseimbangan gerak. Menimbulkan rasa santai. Lakukan selama 10 menit dengan jalan ditempat, gerakan kepala, bahu, siku dan tangan, kaki, lutut dan pinggul. Kemudian lakukan peregangan selama kira-kira 5 menit. Latihan peregangan akan menghasilkan selama kira-kira 5 menit. Latihan peregangan akan menghasilkan kelenturan otot dan kemudahan gerakan sendi. Latihan ini dilakukan secara berhati-hati dan bertahap, jangan sampai menyebabkan cedera. Biasanya dimulai dengan peregangan otot-otot lengan, dada, punggung, tungkai atas dan bawah, serta otot-otot kaki. Latihan inti, kira-kira 20 menit, merupakan kumpulan gerak yang bersifat ritmis atau berirama agak cepat sehingga mempunyai nilai latihan yang bermanfaat. Utamakan gerakan, tarikan dan tekanan pada daerah tulang yang sering mengalami osteoporosis, yaitu tulang punggung, tulang paha, tulang panggul dan tulang pergelangan tangan. Kemudian lakukan juga latihan beban. Dapat dibantu dengan bantal pasir, dumbble,atau apa saja yang dapat digenggam dengan berat 300-1000 gram untuk 1 tangan, mulai dengan beban ringan untuk pemula, dan jangan melebihi 1000 gram. Beban untuk tulang belakang dan tungkai sudah cukup memdai dengan beban dari tubuh itu sendiri.Setelah latihan inti harus dilakukan pendinginan dengan memulai gerakan peregangan seperti awal pemanasan dan lakukan gerakan menarik napas atau ambil napas dan buang napas secara teratur. Jika masih memungkinkan. Lakukan senam lantai kira-kira 10 menit. Latihan ini merupakan gabungan peregangan, penguatan dan koordinasi. Lakukan dengan lembut dan perlahan dalam posisi nyaman, rileks dan napas yang teratur.

4. Hindari Rokok Dan Minuman BeralkoholMenghentikan kebiasaan merokok merupakan upaya penting dalam mengurangi faktor risiko terjadinya osteoporosis. Terlalu banyak minum alkohol juga bisa merusak tulang.

5. Deteksi Dini OsteoporosisKarena osteoporosis merupakan suatu penyakit yang biasanya tidak diawali dengan gejala, maka langkah yang paling penting dalam mencegah dan mengobati osteoporosis adalah pemeriksaan secara dini untuk mengetahui apakah kita sudah terkena osteoporosis atau belum, sehingga dari pemeriksaan ini kita akan tahu langkah selanjutnya. Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengukur kepadatan mineral tulang adalah sebagai berikut :

a. Dual-energy X-ray absorptiometry (DEXA), menggunakan dua sinar-X berbeda, dapat digunakan untuk mengukur kepadatan tulang belakang dan pangkal paha. Sejumlah sinar-X dipancarkan pada bagian tulang dan jaringan lunak yang b. Peripheral dual-energy X-ray absorptiometry (P-DEXA), merupakan hasil modifika si dari DEXA. Alat ini mengukur kepadatan tulang anggota badan seperti pergelangan tangan, tetapi tidak dapat mengukur kepadatan tulang yang berisiko patah tulang seperti tulang belakang atau pangkal paha. Jika kepadatan tulang belakang dan pangkal paha sudah diukur maka pengukuran dengan P-DEXA tidak diperlukan. Mesin P-DEXA mudah dibawa, menggunakan radiasi sinar-X dengan dosis yang sangat kecil, dan hasilnya lebih cepat dan konvensional dibandingkan DEXA. c. Dual photon absorptiometry (DPA), menggunakan zat radioaktif untuk menghasilkan radiasi. Dapat mengukur kepadatan mineral tulang belakang dan pangkal paha, juga menggunakan radiasi sinar dengan dosis yang sangat rendah tetapi memerlukan waktu yang cukup lama.d. Ultrasounds, pada umumnya digunakan untuk tes pendahuluan. Jika hasilnya mengindikasikan kepadatan mineral tulang rendah maka dianjurkan untuk tes menggunakan DEXA. Ultrasounds menggunakan gelombang suara untuk mengukur kepadatan mineral tulang, biasanya pada telapak kaki. Sebagian mesin melewatkan gelombang suara melalui udara dan sebagian lagi melalui air. Ultrasounds dalam penggunaannya cepat, mudah dan tidak menggunakan radiasi seperti sinar-X. Salah satu kelemahan Ultrasounds tidak dapat menunjukkan kepadatan mineral tulang yang berisiko patah tulang karena osteoporosis. Penggunaan Ultrasounds juga lebih terbatas dibandingkan DEXA. e. Quantitative Computed Tomography (QTC), adalah suatu model dari CT-scan yang dapat mengukur kepadatan tulang belakang. Salah satu model dari QTC disebut peripheral QCT (pQCT) yang dapat mengukur kepadatan tulang anggota badan seperti pergelangan tangan. Pada umumnya pengukuran dengan QCT jarang dianjurkan karena sangat mahal, menggunakan radiasi dengan dosis tinggi, dan kurang akurat dibandingkan dengan DEXA, PDEXA,atau DPA.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KESIMPULANKesimpulan yang didapatkan adalah sebagai berikut :

1. Semakin bertambah umur, gambaran kepadatan tulang semakin menurun yang berarti risiko untuk mengalami osteoporosis semakin besar dan korelasinya sangat kuat. 2. Semakin banyak jumlah anak yang dimiliki oleh seorang wanita, gambaran kepadatan tulang semakin menurun yang berarti risiko wanita tersebut untuk mengalami osteoporosis semakin besardan korelasinya kuat. 3. Penggunaan kontrasepsi pil berpengaruh positif terhadap gambaran kepadatan tulang dan korelasinya lemah. 4. Berdasarkan flowchart Graph G dan Bobot dengan ditambahkannya satu pengujian untuk mengecek dua buah tetangga saling bertetangga pada citra watershed yaitu matrik delapan berteta ngga atas kanan dengan bawah kiri dapat mengurangi segmentasi yang berlebih pada citra watershed.5. Penggabungan citra watershed dapat menghasilkan catchment basin yang merepresentasikan daerah cortical bone bagian luar dan dalam tampak jelas tanpa ada garis yang terputus.6. Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan pada kinerja program watershed dengan batas threshold rata-rata dari sepuluh subyek kiri dan kanan adalah 90%, didapatkan nilai rata-rata akurasi 91.0%.7. Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan pada kinerja program watershed berintegrasi dengan activecontour berbasis level set dengan batas threshold rata-rata dari sepuluh subyek kiri dan kanan adalah 90%, didapatkan nilai rata-rata akurasi 98.8%.

3.2 SARANSaran yang kami berikan adalah sebagai berikut :1. Perlu dilakukan penelitian dengan subjek penelitian yang lebih banyak. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk faktor-faktor risiko osteoporosis lainnya guna mengurangi kejadian patah tulang karena osteoporosis di kemudian hari. 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui penggunaan kontrasepsi lainnya selain pil yang berpengaruh terhadap munculnya kejadian osteoporosis. 4. Melakukan preprosesing maksimal dengan mempertajam cortical bone dan mengaburkan selain cortical bone serta pembentukan garis lurus pada daerah cortical bone untuk mendapatkan citra watershed yang lebih bagus lagi atau tanpa ada kolam-kolam yang lain selain cortical bone. 5. Melakukan cropping hanya pada daerah cortical bone saja, untuk memudahkan dalam melakukan segmentasi selanjutnya. 6. Dalam melakukan evaluasi untuk penelitihan berikutnya juga perlu dievaluasi dari segi ruang, waktu, dan biaya pada program watersed berintegrasi dengan active contour berbasis level set.

3.3 DAFTAR PUSTAKAhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22611/4/Chapter%20II.pdf#page=1&zoom=90,-116,208http://id.wikipedia.org/wiki/Osteoporosishttp://penyakitosteoporosis.com/tag/pengertian-osteoporosis/http://penyakitosteoporosis.com/page/2/http://indonesiaindonesia.com/f/13922-osteoporosis-milik-kaum-wanita-pria-beresiko/http://obattradisionalpenyakitamandel.blogspot.com/2013/10/faktor-penyebab-penyakit-osteoporosis.htmlhttp://penyakitosteoporosis.com/tag/faktor-penyebab-osteoporosis/http://zona-populer.blogspot.com/2012/10/wanita-lebih-rentan-terkena-osteoporosis.htmlhttp://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-7292-5106201805-kesimpulan.pdfhttp://repository.maranatha.edu/1845/7/0410175_Conclusion.pdfhttp://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-976-BABI.pdf