makalah avian influenza
DESCRIPTION
makalah sederhana tentang flu burungTRANSCRIPT
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
penyakit Avian Influenza
Disusun Oleh :
Cecep Angga W 0901100008
Ella Lintang P 0901100013
Lailatul Mufidah 0901100021
Rijal Luqman 0901100033
Sayidatu Mu’awanah 0901100035
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2010
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
”Makalah dan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan penyakit Avian Influenza”
dengan baik.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah guna memenuhi tugas mata
kuliah ”Keperawatan Medikal Bedah I”.
Dengan terselesaikannya makalah ini, maka penyusun menghaturkan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak/Ibu Tim Dosen Ajar Mata Kuliah Keperawatan Medikal
Bedah I yang telah memberikan masukan baik berupa materi
perkuliahan maupun koreksi dalam makalah ini.
2. Teman-teman Kelas 2 A Prodi Keperawatan Malang yang telah
memberikan semangat dan bantuan yang tidak mungkin diberikan
orang lain kepada penyusun.
3. Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan moral dan
materi sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
4. Serta pihak-pihak yang turut mendukung dalam penyusunan
makalah ini, baik secara moril maupun materil.
Oleh karena itu kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih
memiliki kekurangan sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan di masa mendatang. Semoga makalah yang kami
susun dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Malang, 28 September 2010
Penyusun
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. 1
DAFTAR ISI …………………………………………………………………... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………... 3
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………… 3
1.3. Tujuan ……………………………………………………………. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian ……………………………………………………....... 5
2.2. Etiologi…………………………………………………………… 6
2.3. Media Penyebaran dan Penularan Flu Burung …………………... 7
2.4 Keluhan Utama ………………………………………………….. 7
2.5. Pemeriksaan Diagnostik…………………………………………. 8
2.6. Patofisiologi……………………………………………………… 9
2.7. Penatalaksanaan flu burung ……………………………………… 10
2.8. Penanggulangan ………………………………………………... 11
2.9 Asuhan Keperawatan…………………………………………….. 12
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan……………………………………………………. 17
3.2. Saran…………………………………………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 18
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1
pada unggas di konfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang,
Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Wabah
penyakit flu burung yang melanda Indonesia memang sangat menjadi perhatian,
baik masyarakat luas maupun badan kesehatan Kemungkinan dampak negatif
yang ditimbulkan oleh virus ganas ini akan semakin meluas karena didukung oleh
tingkat penyebaran virus yang bisa berkembang dengan cepat. Hal itu bisa terjadi
jika tidak dilakukan tindakan preventif, baik terhadap unggas maupun pada
manusia yang bersinggungan langsung dengan ternak unggas.
Sejak merebaknya virus flu burung, terutama di Indonesia, tidak kurang
dari 10 juta unggas telah dimusnahkan karena diduga tertular virus mematikan itu.
Oleh karena itu pemerintah menghimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak
panik menghadapi kasus flu burung, tetapi tetap waspada agar tidak mudah
terjangkit penyakit ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyakit flu burung ?
2. Bagaimana etiologi penyakit flu burung ?
3. Bagaimana penyebaran dan penularan flu burung ?
4. Bagaimana keluhan utama seseorang yang terjangkit flu burung ?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostik seseorang yang terjangkit flu
burung ?
6. Bagaimana patofisiologi penyakit flu burung ?
7. Bagaimana penatalaksanaan penyakit flu burung ?
8. Bagaimana penanggulangan penyakit flu burung ?
3
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian penyakit flu burung.
2. Mengetahui etiologi penyakit flu burung.
3. Mengetahui penyebaran dan penularan flu burung
4. Mengetahui keluhan utama seseorang yang terjangkit flu burung.
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostik seseorang yang terjangkit flu
burung.
6. Mengetahui patofisiologi penyakit flu burung.
7. Mengetahui penatalaksanaan penyakit flu burung.
8. Mengetahui penanggulangan penyakit flu burung.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Penyakit flu burung atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan avian
influenza adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe
A dan ditularkan oleh unggas. Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung
dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Flu Burung (H5N1) adalah suatu jenis influenza tipe A yang menyerang
hewan unggas terutama ayam dan kadangkala kepada manusia. Flu Burung dapat
berpindah dari unggas hidup kepada manusia, walaupun penularan antara manusia
relatif jarang terjadi.
Flu burung yang baru baru ini menghebohkan seantero dunia tak lain
adalah influenza yang disebabkan oleh virus jenis H5N1. Sifat virus ini dapat
bertahan selama 4 hari dalam air dengan suhu 22 derajat Celcius, dan lebih dari 30
hari pada suhu 0 derajat Celcius dalam tinja unggas, dan akan lebih lama bila
hidup dalam tubuh unggas yang sakit. Virus akan mati dengan pemanasan 60
derajat Celcius selama 30 menit, atau pada suhu 56 derajat Celcius selama 3 jam,
atau pada suhu 80 derajat Celcius selama satu menit.
Selain itu virus ini tidak tahan alias mati dengan desinfektan alkohol 70%,
iodin, formalin dan deterjen.Kelebihan virus ini dapat merubah antigen sehingga
menghasilkan virus baru yang lebih ganas.
Penularan terjadi dari unggas yang sakit kepada manusia melalui udara
atau kontak langsung, dan sampai saat ini belun terdeteksi penularan dari manusia
ke manusia. Berdasarkan kasus kasus yang ada ternyata penularannya
membutuhkan proses yang tidak mudah.
5
2.2 Etiologi
Avian Influenza merupakan jenis penyakit yang tergolong ganas pada
berbagai macam unggas yang menyerang saluran pernafasan, pencernaan dan
sistem syaraf. Avian Influenza disebabkan oleh virus influenza (virus RNA) yang
mempunyai aktifitas Haemaglutinin dan Neuraminidase dan tergolong dalam
Orthomyxoviridae.
Virus influenza terdiri dari tiga tipe patogen yang berbeda yaitu tipe A, tipe
B dan tipe C, dimana setiap tipe dari virus influenza ditentukan oleh struktur
patogen protein nucleic dan matrik antigen yang saling berhubungan erat di
antara virus tertentu (Tabbu, 2000; Horimoto and Kawaoka, 2001).
Selain unggas, virus influenza juga menginfeksi beberapa spesies mamalia
dan manusia.Virus influenza tipe A menyerang hewan seperti yang ditemukan
pada ayam, babi, kalkun, bebek, mentok, angsa, burung dan ikan paus. Virus
influenza tipe B ditemukan pada manusia dan babi (WHO, 2005; Nidom, 2005).
Virus influenza A dapat menginfeksi unggas dan mamalia. Virus influenza tipe B
dan C dapat diisolasi dari manusia dan sifatnya kurang patogen (low pathogenic)
dibandingkan dengan virus influenza A.
Perbedaan virus influenza A dan B terdapat pada protein permukaan yang
berfungsi sebagai saluran ion. Virus influenza C mempunyai tujuh macam gen dan
hanya mempunyai satu macam glikoprotein yaitu Haemaglutinin-Esterase-Fusion
(HEF) yang berfungsi sebagai protein haemaglutinin (HA) dan neuraminidase
(NA)
Bentuk virus influenza adalah adalah pleomorfik, ovoid, spherik atau
filamen dengan ukuran diameter 80 – 120 nm. Virus ini memiliki envelope,
genom ssRNA bersegmen sehingga dapat terjadi reassortment (Raharjo dan
Nidom, 2004).
Virus Influenza A merupakan virus RNA dengan genom yang terdiri dari delapan
gen RNA dan menghasilkan sepuluh protein. Kedelapan fragmen gen ini terbagi
menjadi dua bagian yaitu gen eksternal dan gen internal.
Gen eksternal terdiri dari gen haemaglutinin (HA) dan gen neuraminidase (NA)
yang bersifat antigenik dan berfungsi dalam perlekatan pada sel hospes (Horimoto
6
dan Kawaoka, 2001; Harder dan Werner, 2006).
Gen internal terdiri dari gen polymerase basic 2 (PB2), polymerase basic 1 (PB1),
polymerase acidic (PA), nucleoprotein (NP), matriks (M) dan non-structural (NS).
Gen internal ini berfungsi dalam replikasi dan transkripsi virus.
Virus Avian Influenza bersifat inaktif pada suhu 56 oC selama tiga hari
dengan temperatur 60 oC selama tiga menit, pH asam, bahan kimia (oksidator,
sodium doedecyl sulphate, Lipid solven, B Propiolakton), desinfektasia (formalin
dan senyawa Iodium), tetapi dapat bertahan lama pada jaringan hewan, feses dan
air (Treanor, 2004).
2.3 Media penyebaran dan penularan flu burung dapat melalui :
• Kotoran unggas.
• Sarana transportasi ternak.
• Peralatan kandang yang tercemar.
• Pakan dan minuman unggas yang tercemar.
• Pekerja di peternakan.
• Burung.
2.4 Keluhan Utama
Keluhan utama seseorang terjangkit flu burung pada dasarnya sama dengan flu
biasa. Laporan dari kasus yang terjadi tahun 1999 menunjukkan adanya variasi
gejala berupa:
Demam sekitar 39 derajat Celsius
Batuk
Lemas
Sakit tenggorokan
Sakit kepala
Tidak nafsu makan
Muntah
Nyeri perut
Nyeri sendi
Diare
7
Infeksi selaput mata (conjunctivitis)
Dalam keadaan memburuk, terjadi severe respiratory distress, yakni sesak
napas hebat, kadar oksigen rendah sementara kadar karbondioksida
meningkat. Ini terjadi karena infeksi flu menyebar ke paru-paru dan
menimbulkan radang paru-paru (pneumonia).
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
• Petugas laboratorium telah melakukan kewaspadaan standart.
• Spesimen darah (EDTA, Beku / Serum) diambil diruang perawatan isolasi.
Spesimen darah, usap tenggorokan yang telah diambil tersebut disimpan dalam
media tertentu oleh petugas laboratorium dan petugas dari Badan Litbangkes akan
datang mengambil spesimen tersebut untuk diperiksa sebagai konfirmasi
diagnosis.
• Rutin :
o Darah Lengkap: hemoglobin, hitung lekosit, hitung jenis lekosit, trombosit,
laju endap darah.
o Albumin/Globulin
o SGOT/SGPT
o Ureum, Kreatinin
o Creatine Kinase
• Analisis Gas Darah.
• Mikrobiologi :
o Pemeriksaan gram dan basil tahan asam
o Kultur Sputum/Usap tenggorokan
• Pemeriksaan Serologi :
Dapat dilakukan Rapid test terhadap virus Influenza walaupun mungkin hasilnya
tidak terlalu tepat, dan deteksi antibodi (ELISA) serta deteksi antigen (HI, IF/FA).
8
2.6 Patofosiologi
Patofisiologi Avian influenza terbagi menjadi 3 tahap :
1. Tahap pertama
Infeksi virus Avian Influenza terjadi secara inhalasi (menghirup) atau ingesti
(memakan) virus Avian Influenza.
2. Tahap kedua
Virus masuk ke submukosa melalui kapiler. Virus ini kemudian mengalami
replikasi di dalam sel endotel dan menyebar melalui sistem peredaran darah atau
sistem limfatik untuk selanjutnya menginfeksi sel organ viseral, otak dan kulit.
Gejala klinis dan kematian disebabkan karena terjadinya kegagalan multiplikasi
organ.
Kerusakan yang disebabkan oleh virus Avian Influenza ini berasal dari salah satu
dari tiga proses berikut ini:
a) Proses perbanyakan (replikasi) virus secara langsung dalam sel, jaringan dan
otak;
b) Efek secara tidak langsung dari produksi mediator seluler seperti sitokin;
c) Iskemik (suplai darah yang tidak mencukupi) akibat adanya bekuan darah
(thrombus) dalam jantung atau pembuluh darah (Radji, 2006).
3. Tahap ketiga
Replikasi virus; biasanya terbatas pada saluran pernafasan atau pencernaan.
Kematian dapat terjadi akibat kerusakan pada saluran pernafasan, khususnya jika
terjadi komplikasi dengan infeksi sekunder oleh bakteri. Virus Avian Influenza
juga dapat menyebar secara sistemik, memperbanyak diri dan menimbulkan
kerusakan pada ginjal dan sel-sel organ yang lain (Radji, 2006).
9
2.7 Penatalaksanaan Flu Burung
Pertolongan Pertama kepada penderita Flu Burung:
a. Laporkan ke petugas kesehatan segera dan konsultasikan ke ahli kesehatan
apabila ada yang menderita demam dan atau gejala seperti flu.
b. Oksigenasi bila terdapat sesak nafas. Hidrasi dengan pemberian cairan
parenteral (infus).
c. Pemberian obat anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.
d. Amantadin diberikan pada awal infeksi, sedapat mungkin dalam waktu 48 jam
pertama selama 3-5 hari dengan dosis 5 mg/kg berat badan perhari dibagi dalam 2
dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.
Sedangkan penatalaksanaan lainnya yang dapat dilakukan sebagai berikut :
Penanganan medis maupun pemberian obat dilakukan oleh petugas medis yang
berwenang
Obat-obatan yang biasa diberikan adalah penurun panas dan anti virus. Di antara
anti virus yang dapat digunakan adalah jenis yang menghambat replikasi dari neu-
ramidase (neuramidase inhibitor), antara lain Oseltamivir (Tamiflu) dan
Zanamivir. Oseltamivir adalah suatu cara pengobatan antiviral yang terbukti da-
pat menekan kemampuan virus untuk menyebar dari sel yang terinfeksi ke sel
yang sehat.
Masing-masing dari anti virus tersebut memiliki efek samping dan perlu diberikan
dalam waktu tertentu sehingga harus digunakan secara hati-hati sesuai instruksi
dokter, karena obat-obatan itu kemungkinan dapat mendatangkan akibat sampin-
gan yang kurang baik.
Seseorang yang terkena flu harus istirahat dan tidur yang cukup dan banyak
minum.
Obat demam dan sirup obat batuk berguna untuk meringankan gejala. Apabila
tidak ada infeksi karena bakteri, obat antibiotika jangan dipakai. Pasien juga perlu
menjaga kebersihan diri dan sering cuci tangan untuk menghindari penyebaran
virus dari tangan yang kena virus sewaktu menyentuh hidung atau mulut.
10
2.8 Penanggulangan
Melakukan vaksinasi untuk mengurangi kesempatan terjadinya infeksi
yang bersamaan antara influenza manusia dan flu burung. Infeksi ganda yang
bersamaan tersebut akan memberikan kesempatan pada virus manusia dan virus
dari flu burung untuk pertukaran gen atau mutasi, yang kemungkinan akan meng-
hasilkan jenis influenza baru yang mana akan mudah menyebar sebagaimana in-
fluenza manusia namun akan mematikan sebagaimana flu burung.
Perlindungan terbaik terhadap avian influenza adalah dengan membangun
ketahanan tubuh yang baik. Hal ini bisa diperoleh melalui pola makan seimbang,
olahraga teratur, istirahat yang cukup, pengurangan ketegangan dan tidak
merokok. Apabila anda memiliki gejala-gejala flu, lebih baik menghindari tempat-
tempat umum yang ramai yang memiliki sirkulasi udara buruk.
Kotoran-kotoran burung dan unggas hidup yang terinfeksi dapat membawa
virus flu burung. Orang harus menghindari untuk menyentuh burung dan unggas
serta kotorannya. Apabila anda telah memegang burung dan unggas hidup. segara
cuci tangan dengan sabun cair dan air dengan benar. Apabila anda memelihara
burung di rumah, hindari memegang burung itu dan mencuci tangan dengan benar
memakai sabun cair setiap kali sehabis memegangnya atau setelah membersihkan
kotorannya. Sekolah-sekolah dan tempat-tempat penitipan anak harus mengambil
tindakan-tindakan untuk menghindari anak-anak untuk menyantuh unggas hidup.
Unggas dan telur harus dimasak dengan benar sebelum dimakan. Apabila
melakukan perjalanan keluar negri, hindari memegang burung dan unggas hidup.
Apabila mengalami gejala flu setelah kembali dari daerah berjangkitnya flu
burung, harus segera berkonsultasi ke dokter. Beritahu dokter riwayat perjalanan
anda. Pakailah masker untuk menghindari penyebaran penyakit itu.
11
Perhatikan selalu kebersihan diri dan lingkungan dengan baik setiap saat.
Pelihara kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan memakai sabun cair,
terutama sebelum makan, memegang hidung, mulut dan mata. Tutup mulut dan
hidung anda dengan kertas batuk atau bersin. Buang kertas tisu kotor ke dalam
tempat sampah yang memiliki tutup, lalu cuci tangan dengan benar.
2.9 Askep Flu Burung
A. Pengkajian
1. Identitas Klien.
2. Riwayat klien dahulu dan sekarang.
3. Pemeriksaan Fisik (objektif) dan keluhan (subjektif), meliputi : aktivitas
dan istirahat, sirkulasi, eliminasi, makanan atau cairan, hygiene,
neurosensori, nyeri atau kenyamanan, seksualitas, interaksi sosial,
penyuluhan atau pembelajaran. Beberapa infeksi bisa asimptomatik.
4. Tes laboratorium
B.Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan Bersihan jalan napas,
berihubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal,
sekresi kental akibat influenza.
Intervensi:
• Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, misal mengi, krekels,
ronki
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan
napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal
penyebaran, krekels basah (bronkitis); bunyi napas redup dengan ekspirasi
mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi napas (asma berat).
• Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi.
12
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut.
Pernapasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding
inspirasi.
• kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada. Catat adanya/derajat
dispnea, mis., keluhan “lapar udara,” gelisah, ansietas, distres pernapasan,
penggunaan otot bantu.
Rasional : Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap
proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah
sakit, mis., infeksi, reaksi alergi.
• Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat
tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
Rasional : Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan
dengan menggunakan gravitasi. Namun, pasien dengan distres berat akan
mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas. Sokongan tangan/kaki
dengan meja, bantal, dan lain-lain membantu menurunkan
• Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu bantal
yang berhubungan dengan kondisi individu.
Rasional : Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger
episode akut.
• Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir.
Rasional : Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.
2. Diagnosa Keperawatan: Pertukaran gas, kerusakan dapat dihubungkan
13
dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi).
Intervensi:
• Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas
bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya
proses penyakit.
• Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah
untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai
kebutuhan/toleransi individu.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.
• Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
Rasional : Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat
sekitar bibir/atau daun telinga). Keabu-abuan dan dianosis sentral
mengindikasikan beratnya hipoksemia.
• Dorong mengeluarkan sputum; penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal, dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak
efektif.
• Palpasi fremitus
Rasional : Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara
terjebak.
• Awasi tingkat kesadaran/status mental. Selidiki adanya perubahan.
Rasional : Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA
memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang
berhubungan dengan hipoksemia.
14
• Evaluasi tingkat toleransi aktivitas. Berikan lingkungan tenang dan kalem.
Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk tidur/istirahat di kursi selama fase akut.
Mungkinkan pasien melakukan aktivitas secara bertahap dan tingkatkan sesuai
toleransi individu.
Rasional : Selama distres pernapasan berat/akut/refraktori pasien secara total tak
mampu melakukan aktivitas sehari-hari karena hipoksemia dan dispnea. Istirahat
diselingi aktivitas perawatan masih penting dari program pengobatan. Namun,
program latihan ditujukan untuk meningkatkan ketahanan dan kekuatan tanpa
menyebabkan dispnea berat, dan dapat meningkatkan rasa sehat.
3. Diagnosa Keperawatan: Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh dapat
dihubungkan dengan dispnea.
Intervensi:
• Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan.
Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
Rasional : Pasien distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea,
produksi sputum, dan obat.
• Auskultasi bunyi usus
Rasional : Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas
gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan
pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
• Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali
pakai dan tisu.
Rasional : Rasa tak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap
napsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan
napas.
• Dorong periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan
makan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Membantu menurunkan kelemahan selama waktu makan dan
15
memberikan kesempatan untuk meningkatkan masukan kalori total.
• Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
Rasional : Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas
abdomen dan gerakan diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
• Hindari makanan yang sangat pedas atau sangat dingin.
Rasional : Suhu ekstrim dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
• Timbang berat badan sesuai indikasi.
Rasional : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat
badan, dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Catatan: Penurunan berat badan
dapat berlanjut, meskipun masukan adekuat sesuai teratasinya edema.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Avian influenza (H5N1) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Sumber virus diduga
berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Avian Influenza merupakan jenis penyakit yang tergolong ganas pada
berbagai macam unggas yang menyerang saluran pernafasan, pencernaan dan
sistem syaraf. Avian Influenza disebabkan oleh virus influenza (virus RNA) yang
mempunyai aktifitas Haemaglutinin dan Neuraminidase dan tergolong dalam
Orthomyxoviridae.
Penularan terjadi dari unggas yang sakit kepada manusia melalui udara
atau kontak langsung, dan sampai saat ini belun terdeteksi penularan dari manusia
ke manusia.
Perlindungan terbaik terhadap avian influenza adalah dengan membangun
ketahanan tubuh yang baik. Hal ini bisa diperoleh melalui pola makan seimbang,
olahraga teratur, istirahat yang cukup, pengurangan ketegangan dan tidak
merokok.
3.2 Saran
Agar kita tidak terjangkit flu burung adalah dengan cara cuci tangan
setelah melakukan kontak langsung dengan unggas, laporkan ke petugas
kesehatan segera dan konsultasikan ke ahli kesehatan apabila ada yang menderita
demam dan atau gejala seperti flu.
Perhatikan selalu kebersihan diri dan lingkungan dengan baik setiap saat.
Pelihara kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan memakai sabun cair,
terutama sebelum makan, memegang hidung, mulut dan mata. Tutup mulut dan
hidung anda dengan kertas batuk atau bersin. Buang kertas tisu kotor ke dalam
tempat sampah yang memiliki tutup, lalu cuci tangan dengan benar. Apabila anda
memiliki gejala-gejala flu, lebih baik menghindari tempat-tempat umum yang
17
ramai yang memiliki sirkulasi udara buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, Budi Tri,2006. Waspada Flu Burung. Yogyakarta : Kanisius
Soejoedono, Retno D. 2005. Flu Burung. Jakarta : Penebar Swadaya
Capernito,Linda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan.
Jakarta : EGC
Corwin,Ellizabetz. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doengoes. 1999. Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
http://www.infeksi.com/article.php
http://www.khaidir muhaj.blogspot.com
http://www.wikipedia.co.id
18