makalah audit kinerja.doc

19
MAKALAH AUDIT MANAJEMEN “Studi Kasus Audit Kinerja” Oleh : KELOMPOK 12 Gita Febrila C. P. (125020307111033) Galuh Ayu Maharani (125020307111046) Restu Nur Rasyiidah (125020307111056) UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI

Upload: restu-nur-rasyiidah

Post on 08-Nov-2015

148 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Audit kinerja

TRANSCRIPT

MAKALAH AUDIT MANAJEMEN

Studi Kasus Audit Kinerja

Oleh :

KELOMPOK 12Gita Febrila C. P.

(125020307111033)

Galuh Ayu Maharani(125020307111046)Restu Nur Rasyiidah(125020307111056)UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

MALANG

2015PENDAHULUAN

Audit kinerja merupakan perluasan dari audit keuangan yang biasanya dilakukan oleh organisasi, baik sector bisnis maupun sector public. Dilihat dari teknik pengauditan, pada dasarnya tidak terdapat perbedaan mendasar antara audit keuangan dengan audit kinerja. Definisi dari audit kinerja adalah suatu proses yang sistematik untuk memperoleh dan mengeluasi bukti secara objektif atas kinerja suatu organisasi, program, fungsi, atau aktivitas/kegiatan. Evaluasi dilakukan terhadapt tingkat ekonomi, efisiensi, dan keefektifan dalam mencapai target yang ditetapkan serta kepatuhannya terhadap kebijakan dan peraturan yang ditetapkan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Dengan adanya audit kinerja ini diharapkan dapat mengetahui apakah sumber daya organisasi telah diperoleh dan digunakan secara ekonomis, efisien dan efektif; tidak terjadi pemborosan, kebocoran, salah alokasi, dan salah sasaran dalam mencapai tujuan. Selain itu audit kinerja berfungsi untuk mengetahui apakah penggunaan sumber daya dalam rangka mencapai target dan tujuan telah memenuhi prinsip ekonomis, efisien, dan efektivitas serta tidak melanggar ketentuan hokum, peraturan perundang-undangan dan kebijakan manajemen. Pada sisi yang lain, audit kinerja juga bermanfaat mengidentifikasi dan mendorong dilakukannya perbaikan system pengendalian manajemen . sehingga dengan dilakukannya audit kinerja ini organisasi baik pada sector bisnis maupun sector public dapat memperoleh informasi yang objektif.

Audit kinerja meliputi dua jenis, yaitu

1. Audit ekonomi dan efisiensi

Audit ini dilakukan untuk menentukan apakah suatu entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber daya secara ekonomis dan efisien dan untuk mengetahui penyebab timbulnya inefisiensi atau pemborosan yang terjadi, termasuk ketidakcukupan system informasi manajemen maupun kekurangan system pengendalian internal.

2. Audit program

Audit program kerja atau disebut juga audit efektivitas dilakukan untuk menentukan seberapa jauh target atau hasil yang ditetapkan yang telah tercapai, seberapa jauh efektivitas program, aktivitas fungus atau organisasi dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Berikut tahapan-tahapan kunci dalam siklus audit kinerja.

PEMAHAMAN ENTITAS YANG DIAUDIT

Manfaat memahami Entitas yang DiauditPemahaman yang objektif dan komprehensif atas entitas yang akan diaudit sangat penting untuk mempertajam tujuan audit serta mengidentifikasi isu-isu kritis dan penting sehingga audit dapat dilaksanakan secara lebih ekonomis, efisien, dan efektif. Pemahaman tersebut juga membantu mencegah dihasilkannya temuan yang menyesatkan (misleading). Auditor perlu mempertimbangkan apakah biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan informasi ini sepadan dengan nilai tambah yang diberikan oleh informasi tersebut terhadap hasil audit.Entry meeting: langkah awal yang strategisDalam tantangan pertama yang dihadapi auditing ini, yaitu auditor harus mampu membangun kesamaan persepsi dengan auditee (entry meeting) agar terjalin kerja sama yang baik. Dengan bekerja sama, diharapkan auditee akan banyak membantu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan selama pelaksanaan audit.Informasi yang diperlukan untuk memahami entitasInformasi yang dimilikiauditeesangat beragam meliputi gambaran umum entitas, proses bisnis, dan informasi lainnya.

a. Gambaran Umum EntitasGambaran Umum Entitas adalah segala informasi yang terkait dengan entitas, yang dapat memberikan gambaran secara utuh mengenai entitas. Informasi mengenai gambaran umum entitas mencakup hal-hal sebagai berikut:

1. visi, misi, dan strategi entitas

2. peraturan terkait (legal mandate)

3. kebijakan-kebijakan yang ditetapkan entitas

4. lingkungan internal, eksternal, dan pihak terkait (stakeholders)

5. tugas pokok dan fungsi entitas

6. struktur organisasi

7. anggaran dan realisasi

8. petunjuk pelaksanaan internal dan pedoman operasional yang ada

9. uraian tentang sistem informasi manajemen

10. key performance indicators (KPI) yang diguanakan

11. catatan entitas yang berupa notulen rapat pimpinan/manajemen

12. hasil-hasil diskusi dengan manajemen dan stakeholders13. hasil evaluasi dan laporan audit internal entitas

14. evaluasi program entitas dan rencana audit internal

15. hasil audit terdahuluAuditor harus memberikan perhatian yang lebih besar pada pertauran perundang-undangan yang berlaku, ketentuan-ketentuan lain, dan kebijakan-kebijakan yang ditetapkan terkait dengan entitas, mengingat pada organisasi publik ketentuan dan kebijakan yang ditetapkan pemerintah bersama DPR merupakan landasan kegiatan operasi auditee.

b. Pemahaman atas Input, Proses, dan Output Entitas

Pemahaman ini merupakan sasaran pokok karena langsung berkaitan dengan evaluasi terhadap aspek ekonomi, efisiensi, dan efektivitas yang merupakan interaksi antara input, proses, dan output. Pemahaman ini dimaksudkan agar auditor dapat memahami proses pelayanan yang diberikan oleh entitas, sumber daya yang digunakan sebagai input, bagaimana sumber daya tersebut diproses untuk menghasilkan output, dan output apa (berupa barang atau jasa) yang dihasilkan dari proses produksi tersebut.

c. Informasi Lain

Auditor juga harus memperoleh informasi penting lain yang berkaiotan dengan entitas, seperti hal-hal berikut.

1. Pendapat publik yang direfleksikan dalam keputusan atau risalah-risalah sidang/rapat DPR.

2. Hasil studi yang dilakukan industri, profesional, atau kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan dengan entitas yang diaudit

3. Informasi lain yang diperoleh melalui koordinasi antardepartemen

4. Hasil-hasil penelitian akademis

5. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh negara lain

6. Hasil liputan media massaDalam rangka memahami entitas, salah satu cara dengan memahami sistem pengendalian internal entitas yang akan diperiksa. Adapun komponen sistem pengendalian internal adalah sebagai berikut.

(1) Lingkungan PengendalianKondisi lingkungan organisasi yang menetapkan corak suatu organisasi dan memengaruhi kesadaran akan pengendalian, meliputi integritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompetensi, partisipasi dewan komisaris atau komite audit, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, pemberian wewenang dan tanggung jawab, serta kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

(2) Penaksiran risikoProses yang meliputi identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko yang dihadapi oleh manajemen, yang dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi.

(3) Aktivitas pengendalianKebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan, meliputi review kinerja, pengolahan informasi, pengendalian fisik, serta pemisahan tugas.(4) Informasi dan KomunikasiPengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi yang memungkinkan setiap orang dapat melaksanakan tanggung jawab mereka.

(5) PemantauanKondisi di mana seluruh sistem pengendalian organisasi harus dimonitor untuk menilai mutu dari system pendalian tersebut.

SASARAN AUDIT

Salah satu tugas dasar manajemen adalah menetepakan sasaran dan perencanaan untuk mencapai sasaran tersebut secara efisien dan ekonomis. Sasaran auditor adalah menguji rencana dan sasaran entitas untuk menentukan apakah kebijakan publik yang diambil tidak keliru dan apakah sumber daya telah digunakan dengan maksimal. Untuk mendapatkan sasaran ini, auditor harus menyimpan peraturan dasar dan kebijakan yang ditetapkan oleh organisasi serta membiasakan diri dengan peraturan pokok yang dijalankan.

Auditor juga harus menentukan sasaran formal yang ditetapkan. Sasaran ini harus jelas, realistis, logis, dan memberikan gambaran dasar mengenai organisasi. Auditor harus menentukan bahwa sasaran dapat diukur hasilnya. Auditor juga harus memutuskan apakah alokasi sumber daya ke organisasi cukup memadai untuk mencapai tujuan.KRITERIA AUDIT

Kriteria audit adalah standar, ukuran, harapan, dan praktik terbaik yang seharusnya dilakukan atau dihasilkan oleh entitas yang diaudit.Kriteria Proses dan Kriteria Hasil

Penerapan kriteria proses dan kriteria hasil dikaitkan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Pada audit kinerja, kriteria proses berkaitan dengan cara kerja dan sumber daya yang seharusnya digunakan dalam proses pekerjaan.

2. Pada audit keuangan, yang ditujukan untuk menilai kewajaran informasi keuangan dan informasi lainnya, kriteria proses berkaitan dengan standar cara kerja, dan pengguna sumber daya untuk menghasilkan informasi yang benar dalam rangka pengambilan keputusan.

3. Pada audit kepatuhan, kriteria proses berkaitan dengan penggunaan cara-cara dan penggunaan sumber daya yang dapat menjamin terpenuhinya ketaatan atas kriteria hasil.

MENGGUNAKAN KRITERIA PROSES DAN ATAU KRITERIA HASIL

Berikut ini adalah beberapa panduan dalam menentukan kapan sebaiknya kriteria proses atau kriteria hasil digunakan untuk menilai kinerja auditee.

1. Apabila auditee mempunyai kriteria yang jelas atau hasil yang ingin dicapai, penelaah kegiatan melalui kriteria hasil tampaknya lebih efektif jika dibandingkan dengan melalui proses.

2. Apabila hasil dinyatakan dalam bentuk kualitatif dan tidak dinyatakan secara jelas dalam bentuk kuantitatif, auditor sebaiknya menggunakan kriteria proses.

3. Dalam hal auditee tidak memiliki proses atau cara yang mencapai hasil yang diinginkan, auditor akan lebih banyak menekankan audit pada kriteria hasil dibandingkan dengan kriteria proses.

4. Kriteria audit dapat dituangkan dalam bentuk model pengelolaan yang baik(model of good management).

MANFAAT KRITERIA AUDIT

Suatu kriteria audit dapat memberikan manfaat bagi auditor sebagai berikut.

1. Sebagai dasar komunikasi

2. Sebagai alat untuk mengaitkan tujuan dengan program audit

3. Sebagai dasar dalam pengumpulan data

4. Sebagai dasar penetapan temuan serta menambah struktur dan bentuk observasi audit.

KARAKTERISTIK KRITERIA AUDIT

1.Dapat dipercaya

2.Objektif

3.Berguna

4.Dapat dimengerti

5.Dapat diperbandingkan

6.Kelengkapan

7.Dapat diterima

LANGKAH-LANGKAH DALAM MENENTUKAN KRITERIA AUDIT

Menilai ketepatan Karakteristik kriteria audit

Menentukan sumber Kriteria Audit

Beberapa sumber informasi lainnya yang dapat digunakan sebagai refrensi dalam menentukan kriteria audit adalah sebagai berikut:

1.Tim Audit lainnya yang pernah memeriksa kegiatan yang sama

2.Produk-produk kerja yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan

3.Undang-undang dan kebijakan entitas yang diaudit

4.Pernyataan para ahli atau akademisi

5.Laporan-laporan yang disusun oleh entitas yang diaudit

6.Pendapat dari pimpinan tertinggi dari entitas yang diaudit

7.Kebijakan pemerintah

8.Informasi yang berasal dari auditee

Mengembangkan Kriteria Audit

Mengomunikasikan kriteria dengan auditee

Kriteria yang akan digunakan sebagai alat penilaian harus didiskusikan secara langsung dan sedini mungkin dengan auditee.

PEMEROLEHAN BUKTI DALAM AUDIT KINERJA

Pengertian Bukti AuditBukti audit adalah fakta dan informasi yang akan digunakan untuk mengambil keputusan dari tujuan audit; pengambilan bukti harus direncanakan, dan dikumpulkan dan dianalisa sebelum keputusan ditetapkan. Dapat disimpulkan bahwa bukti audit adalah fakta dan informasi yang diperoleh auditor melalui pengamatan suatu kondisi, wawancara, dan pemeriksaan catatan yang dapat digunakan untuk pembuatan kesimpulan audit dari tujuan audit.1) Pengumpulan Bukti/Data

I Gusti Agung Rai (2010:148) menjelaskan bahwa tujuan pengumpulan bukti audit dalam pelaksanaan audit kinerja adalah untuk mengukur output dan dampak dari bidang yang diaudit, menguji hipotesis, menjelaskan mengenai kinerja atau kekurangan dari kinerja auditee. Berdasarkan SPKN PSP 04, bukti audit yang dapat digunakan untuk mendukung temuan dan kesimpulan dapat dibedakan sebagai berikut:

(a) bukti fisik,

(b) bukti dokumen,

(c) bukti kesaksian, dan

(d) bukti analisis.

Bukti audit tersebut dapat diperoleh dengan cara inspeksi atau pengamatan langsung, review dokumen permintaan keterangan, dan pembuatan perhitungan, pembandingan, atau analisis. Berdasarkan Juklak audit kinerja BPK RI (2008), suatu bukti audit dapat dikategorikan andal jika memenuhi hal-hal sebagai berikut:

(a) sumber bukti,

(b) cara perolehan bukti, dan

(c) validitas dan reabilitas bukti.

2) Pengujian Bukti/ Data

Pengumpulan dan pengujian bukti audit merupakan salah satu tahapan penting dalam pelaksanaan audit kinerja. Menurut Ayudya Dheni Arfianto (2010) Tujuan pengujian data dimaksudkan untuk menentukan atau memilih bukti-bukti pemeriksaan yang penting dan perlu (dari bukti-bukti pemeriksaan yang ada) sebagai bahan penyusunan suatu temuan dan kesimpulan pemeriksaan. Bukti audit diperlukan untuk mendukung suatu temuan audit dan kesimpulan. Akurasi temuan dan kesimpulan hasil audit kinerja sangat bergantung kualitas bukti audit kinerja yang diperoleh selama proses audit kinerja. SPKN PSP 04 menetapkan bahwa bukti audit yang diperoleh auditor kinerja harus memenuhi sifat sebagai berikut:

(1) bukti harus cukup untuk mendukung temuan audit,

(2) bukti harus kompeten, dan

(3) bukti harus relevan.

Berdasarkan SPKN PSP 04, untuk menentukan kompeten atau tidaknya suatu bukti audit, terdapat beberapa acuan yang dapat menjadi pertimbangan auditor. Namun, auditor tidak hanya berpedoman pada acuan itu saja, tetapi juga harus menggunakan pertimbangan profesionalnya. Acuan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bukti yang didapatkan dari pihak luar entitas yang dapat dipercaya lebih kompeten dibandingkan dengan bukti yang didapatkan dari pihak entitas yang diaudit;

2. Bukti yang dikembangkan dari sistem pengendalian internal yang efektif lebih kompeten dibandingkan dengan yang didapatkan dari sistem pengendalian internal yang lemah;

3. Bukti yang didapatkan secara langsung melalui pemeriksaan fisik, pengamatan, perhitungan, inspeksi lebih kompeten dibandingkan dengan yang didapatkan secara tidak langsung;

4. Dokumen asli lebih kompeten dibandingkan dengan fotokopi atau tembusannya;

5. Bukti kesaksian yang diperoleh dari orang yang berada dalam kondisi bebas untuk berbicara atau tidak mendapatkan tekanan dari pihak yang berkepentingan lebih kompeten dibandingkan dengan bukti kesaksian yang didapatkan dari kondisi yang tidak bebas. Misalnya kondisi dimana seseorang mendapatkan tekanan atau diancam;

6.Bukti kesaksian yang didapatkan dari seseorang yang tidak memihak atau pakar dalam bidang tersebut lebih kompeten dibandingkan dengan bukti kesaksian yang didapatkan dari seseorang yang memihak, atau hanya mempunyai pengetahuan yang sedikit mengenai bidang tersebut.

JENIS BUKTI AUDITAuditor manajemen harus memiliki pengetahuan yang cukup dalam setiap penugasannya, mengetahui fakta dan informasi yang reliable,significan, dan relevan dengan tujuan audit. Bukti audit dapat dikelompokan ke dalam empat kelompok yaitu:

1. Bukti analisis (analytical evidence):Bukti audit harus sesuai dengan kenyataan. Bukti analisis adalah bukti yang diperoleh auditor dari hasil penerapan pengetahuan dan keahliannya atas fakta dan informasi yang diperolehnya selama pekerjaan audit berlangsung. Bukti audit ini memilki tingkat kepercayaan paling tinggi bagi auditor, karena merupakan hasil analisisnya sendiri.

2. Bukti langsung (direct evidence); Bukti yang diperoleh langsung dari sumber yang kompeten dan berwenang, misalnya bukti pembelian yaitu faktur asli yang diterbitkan oleh penjual. Kepemilikan gedung, berupa akte jual beli dan balik nama dari notaris. Bukti ini mempunyai kekuatan hokum yang pasti, sehingga memiliki kekuatan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh auditor.

3. Bukti tidak langsung (circumstantial, or indirect evidence); bukti ini diperoleh dari sumber bukan utama, misalnya bukti hasil wawancara dengan karyawan tentang kondisi mesin yang digunakan dalam proses produksi, bukti konfirmasi, bukti pernyataan dsb.

4. Buktiterbaik dan sekunder(best and secondary evidence); Bukti terbaik dapat diartikan sebagai bukti asli (dokumen asli), sementara bukti sekunder dapat dikatakan sebagai duplikat (kopi) dari bukti atau dokumen asli. Dalam berbagai kondisi, bukti asli sebaiknya digunakan terlebih dahulu sebelum bukti-bukti lain digunakan.Contoh bukti kelompok ini adalah copy kontrak, untuk bukti jenis ini auditor harus meyakinkan diri bahwa bukti tersebut sesuai dengan aslinya. Bukti jenis ini mempunyai tingkat kepercayaan yang lemah dibandingkan dengan bukti original.

Kualitas dan reliabilitas bukti akan sangat berpengaruh pada kesimpulan auditor. Berdasarkan kualitas dan reliabilitas bukti, dapat diklasifikasi menjadi :

1) Bukti yang relevan yaitu bukti yang berkaitan erat dengan pokok permasalahan yang sedang dibahas auditor. Bukti ini harus mempunyai keterkaitan secara logis dengan criteria dari tujuan audit.

2) Bukti yang material; bukti yang sangat mempengaruhi auditor dalam mengambil keputusan. Materialitas bukti dapat diukur dengan jumlah uang secara absolute atau penting tidaknya dengan poko masalah dan tujuan audit. Penilaian materialitas ini sangat subyektif menurut pertimbangan auditor.

3) Bukti kompeten; bukti ini merupakan bukti yang diperoleh dari sumber berwenang dan independen. Beberapakriteria untuk bukti kompeten:

a. Bukti diperoleh dari sumber independen, dengan jaminan kepercayaan yang tinggiterpisah dari organisasi yang diaudit.

b. Bukti yang diperoleh dari organisasi dengan system pengendalian intern yang baik.

c. Bukti yang diperoleh sendiri oleh auditor, seperti bukti hasil pemeriksaan fisik, hasil observasi, atau hasil perhitungan atau analisis auditor.

d. Dokumen asli, bukac copy.

4) Bukti yang cukup (sufficiency evidence); bukti yang cukup artinya bukti yang akan memberikan kesimpulan yang yang sama dengan auditor. Dengan bukti yang cukup orang lain tidak akan dapat mempermasalahkan kesimpulan auditor.

TUJUAN PEROLEHAN BUKTI AUDITTujuan Perolehan Bukti Audit adalah untuk menentukan bahwa:1. Kriteria atas kegiatan yang diaudit sudah sesuai dan dapat diterima2. Terdapat pelaksanaan yang menyimpang (baik tidak diterapkannya prosedur yangsudah ditetapkan untuk setiap program/aktivitas atau tidak dilakukannya pengendalian/supervisi yang semestinya atas kegiatan yang diaudit) merupakan penyebab dari timbulnya akibat yang kurang menguntungkan bagi kegiatan yang diaudit.3. Terdapat akibat yang cukup penting dan material dari terjadinya perbedaan antara kondisi dengan kriteria yang telah ditetapkanDalam proses pengumpulan bukti audit, auditor melakukan empat pengambilan keputusan yang saling berkaitan, yaitu :1.Penentuan prosedur audit yang akan digunakan.2.Penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu.3.Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari populasi.4.Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tertentu.PELAPORAN

Setelah pekerjaan lapangan dan analisis diselesaikan, hasil audit harus disampaikan dalam bentuk laporan audit. Penulisan temuan kepada manajemen merupakan hubungan yang penting antara proses dan hasil audit. Struktur laporan seharusnya serupa dengan laporan penelitian lainnya. Laporan ini terdiri dari pembukaan, isi, referensi. Bagian pembukaan menunjukkan maksud laporan yang mencakup judul, daftar isi, dan daftar tabel. Bagian isi merupakan inti laporan yang sebenarnya, berisi pendahuluan, beberapa penjelasan, temuan, rekomendasi untuk tindakan koreksi, dan tanggapan manajemen. Sementara, bagian referensi berisi catatan kaki dan bibliografi.

Bagian pendahuluan dari isi mencakup pernyataan sasaran audit dan gambaran mengenai lingkup dan metodologi audit. Pernyataan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan yang seharusnya dan juga mencakup atau mengungkapkan bahwa standar telah dilaksanakan.

Penemuan adalah laporan tentang apa yang ditemukan oleh auditor. Temuan ini harus menunjukkan relevansi dari temuan yang material selama audit dan temuan ini juga harus menjelaskan kecukupan serta kelengkapan dari informasi relevan. Penemuan seharusnya menjadi sumber rekomendasi untuk tindakan koreksi. Laporan temuan seharusnya dapat dimengerti dan kesimpulan yang diambil oleh auditor dapat diterima. Selain itu laporan temuan pengembangan dari dari sasaran audit, laporan ini menunjukkan efektivitas dari pengendalian internal dan kelemahan-kelemahannya. Ini juga menggambarkan catatan pelanggaran yang ditemukan selama proses audit.

Satu laporan audit harus disusun dalam bentuk yang dapat dimengerti. Apabila klien tidak mengetahui aspek teknisnya, maka penjelasan yang efektif dan presentasi dapat dilakukan agar laporan lebih dapat dimengerti, termasuk rekomendasi audit yang diberikan oleh auditor.