makalah audit kecurangan
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

AUDIT KECURANGAN
Defenisi Kecurangan
Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) fraud adalah:
Perbuatan - perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan
tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang
dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain
Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan definisi fraud ialah setiap tindakan ilegal ditandai dengan
penipuan, penyembunyian atau pelanggaran kepercayaan. Tindakan ini tidak tergantung pada
aplikasi kekerasan atau ancaman kekerasan fisik. Penipuan yang dilakukan oleh partai dan
organisasi untuk memperoleh kekayaan uang, atau jasa; untuk menghindari pembayaran atau
hilangnya layanan, atau untuk mengamankan keuntungan pribadi atau bisnis
Defenisi Audit Kecurangan
Upaya untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk
dapat melakukan audit kecurangan terhadap pembukuan dan transaksi komersialmemerlukan dua
gabungan keterampilan yaitu sebagai auditor terlatih dan criminal investigator.
JENIS-JENIS KECURANGAN
Sebagai suatu konsep hukum yang luas, kecurangan merupakan setiap ketidakjujuran yang
disengaja untuk merampas hak atau kepemilikan orang atau pihak lain. Dalam konteks audit atas
laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji dalam laporan keuangan yang
dilakukan dengan sengaja. Dua kategori kecurangan adalah kecurangan dalam laporan keuangan
dan penyalahgunaan aset.
a. Pelaporan keuangan yang curang
Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabaian terhadap jumlah atau
pengungkapan yang disengaja dengan maksud untuk menipu para pemakai laporan itu.. Sebagian
besar kasus melibatkan salah saji terhadap jumlah yang disengaja bukan pengungkapan.

Sebagai contoh, Worldcom yang diberitakan telah mengkapitalisasi miliaran dollar
sebagai aset tetap, yang semestinya harus dibebankan. Pengabaian terhadap jumlah kurang lazim
dilakukan, namun sebuah perusahaan dapat melebihsajikan laba dengan mengabaikan hutang
dagang(usaha) dan liabilitas lainnya.
Meskipun kebanyakan kasus Pelaporan keuangan yang curang melibatkan upaya untuk
melebihsajikan laba, apakah dengan cara melebihsajikan aset dan pendapatan (laba) atau pun
dengan mengabaikan liabilitas dan beban, perusahaan juga dengan sengaja mengurangsajikan
laba. Pada perusahaan-perusahaan non publik hal tersebut mungkin dilakukan dengan tujuan
untuk mengurangi pajak penghasilan. Perusahaan juga mungkin sengaja merendahsajikan laba
ketika labanya tinggi untuk membentuk cadangan laba sebagai “cookie jar reserve” yang dapat
digunakan untuk memperbesar laba dalam periode mendatang.
Praktek yang dilakukan bisa dengan melebih sajikan atau merendah sajikan. Dua jenis
praktek merendahsajikan dapat dilakukan dengan:
Manajemen laba (Earning management) menyangkut tindakan manajemen yang
disengaja dilakukan untuk memenuhi target laba.
Perataan Laba (Income smoothing) merupakan salah satu bentuk manajemen laba di
mana pendapatan dan beban ditukar-tukar di antara periode untuk mengurangi fluktuasi
laba. Salah satu teknik untuk meratakan laba adalah dengan mengurangi nilai persediaan
dan aset lainnya yang diperoleh perusahaan pada saat akuisisinya, yang mengakibatkan
laba yang lebih tinggi ketika aset tersebut dijual di kemudian hari.
Perusahaan juga dapat dengan sengaja melebihsajikan cadangan keusangan persediaan dan
penyisihan piutang tak tertagih untuk mengimbangi laba yang tinggi. Dua jenis teknik yang
paling umum digunakan oleh manajemen untuk melebihsajikan informasi laporan keuangan
adalah dengan mengakui pendapatan dengan tidak tepat dan melebihsajikan aset.
b. Penyalahgunaan (Misappropriation) Aset
Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian atas aset milik
suatu entitas. Istilah penyalahgunaan aset sering kali digunakan untuk mengacu pada pencurian
yang dilakukan oleh pegawai dan pihak-pihak internal lainnya di dalam suatu organisasi.

Menurut perkiraan Association of certified Fraud Examiners, rata-rata perusahaan merugi
6% dari pendapatannya disebabkan oleh kecurangan, meskipun sebagian besar dari pencurian
tersebut melibatkan pihak-pihak eksternal, seperti pengutilan yang dilakukan oleh pelanggan dan
penipuan yang dilakukan oleh pemasok. Suatu survey mengenai kecurangan yang
diselenggarakan oleh Association of Certified Fraud Examiners menemukan bahwa rata-rata
jumlah kerugian yang disebabkan oleh kasus-kasus kecurangan yang melibatkan manajemen
puncak tiga kali lebih besar daripada kecurangan yang melibatkan pegawai lainnya.
KONDISI-KONDISI PENYEBAB KECURANGAN
Terdapat 3 (tiga) kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan
keuangan dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam SAS 99 (SA 316). Tiga
kondisi yang menyebabkan kecurangan yang dinamakan dengan segitiga kecurangan (fraud
triangle) yaitu:
1. Insentif/tekanan
Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif atau tekanan untuk melakukan
kecurangan
2. Kesempatan
Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk melakukan
kecurangan.
3. Sikap/rasionalisasi
Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang memungkinkan
manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada
dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka tekanan yang cukup besar sehingga
menyebabkan mereka membenarkan melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.
a) Faktor Resiko untuk Pelaporan Keuangan yang Curang

Sebuah pertimbangan penting auditor dalam membongkar kecurangan adalah
mengidentifikasikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko kecurangan. Faktor-faktor
risiko untuk Pelaporan Keuangan yang Curang:
Insentif/Tekanan
Sebuah insentif yang umum bagi perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangannya
adalah adanya menurunnya prospek keuangan perusahaan. Sebagai contoh penurunan dalam
laba dapat mengancam kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana pembiayaan.
Perusahaan mungkin juga melakukan manipulasi laba untuk memenuhi prakiraan atau tolak
ukur para analis seperti laba tahun sebelumnya, atau untuk secara semu untuk menaikkan
harga saham.
Kesempatan
Meskipun laporan keuangan dari semua perusahaan mungkin saja menjadi dapat sasaran
manipulasi, risikonya menjadi lebih besar untuk perusahaan yang bergerak dalam industri
yang melibatkan pertimbangan dan estimasi yang signifikan jauh lebih besar. Sebagai
contoh, penilaian persedian mengandung risiko salah saji yang lebih besar bagi perusahaan
yang persediaannya tersebar di banyak lokasi.
Penggantian personil akuntansi atau kelemahan lainnya dalam proses akuntansi dan
informasi dapat menciptakan munculnya kesempatan terjadinya salah saji. Banyak kasus
dalam pelaporan keuangan yang curang disebabkan oleh tidak efektifnya pengawasan
komite audit dan dewan direksi atas pelaporan keuangan.
Sikap/Rasionalisasi
Sikap manajemen puncak terhadap pelaporan keuangan merupakan faktor risiko sangat
penting dalam menilai kemungkinan adanya pelaporan keuangan yang curang . Jika CEO
atau manajer puncak lainnya sangat tidak peduli pada proses pelaporan keuangan, seperti
terus mengeluarkan prakiraan yg terlalu optimis atau terlalu khawatir mengenai pencapaian
prakiraan laba para yang dibuat analis, pelaporan keuangan yang curang lebih mungkin
terjadi.

Contoh faktor-faktor risiko untuk Pelaporan Keuangan yang Curang:
Contoh faktor resiko untuk pelaporan keuangan yang curang
Tiga kondisi kecurangan
Insentif/Tekanan Kesempatan Sikap/Rasionalisasi
Manajemen atau pegawai
lain merasakan dorongan
atau tekanan untuk
melakukan kecurangan.
Terbukanya kesempatan
bagi manajemen atau
pegawai untuk
menyalahsajikan laporan
keuangan.
Ada sikap, karakter, atau
serangkaian nilai-nilai etis
yang membolehkan
manajemen atau pegawai
dengan sengaja untuk
melakukan tindakan yang
tidak jujur, atau berada
dalam lingkungan yang
menekan yang membuat
mereka merasinalisasi
dilakukannya tindakan yang
tidak jujur.
Contoh faktor dalam
resiko
Contoh faktor dalam
resiko
Contoh faktor dalam
resiko
Stabilitas keuangan atau
profitabilitas terancam
oleh kondisi ekonomi,
industri, atau entitas.
Contohnya: meliputi
penurunan permintaan
pelanggan yang
signifikan dan
peningkatan kegagalan
dalam
Estimasi akuntansi yang
signifikan melibatkan
pertimbangan subyektif
atau ketidakpastian yang
sulit diverifikasi.
Ketidakefektifan dewan
direksi atau komite
audit dalam mengawasi
pelaporan keuangan.
Staf akuntansi, audit
Komunikasi dan
dukungan nilai-nilai
entitas tidak tepat / tidak
efektif.
Sejarah pelanggaran
hukum sekuritas atau
perundangan dan
peraturan lainnya.
Kebiasaan manajemen
membuat peramalan

industri/perekonomian
secara keseluruhan
Tekanan berlebihan
pada manajemen untuk
memenuhi pelunasan
utang atau ketentuan
pinjaman lainnya.
Kekayaan bersih
pribadi manajemen
atau dewan direksi
secara material
terancam oleh kinerja
keuangan entitas
internal, atau teknologi
informasi yang sering
berganti atau tidak
efektif.
yang terlalu agresif /
tidak realistis bagi para
analis, kreditor, atau
pihak ketiga lainnya.
b) Faktor-faktor risiko untuk penyalahgunaan asset
Insentif/Tekanan
Tekanan keuangan merupakan insentif umum bagi pegawai yg menyalahgunakan aset.
Pegawai yg memiliki utang yg sangat besar, atau menghadapi masalah mereka
penyalahgunaan obat-obat terlarang atau judi, mungkin mencuri untuk memenuhi kebutuhan
pribadinya.
Kesempatan
Kesempatan untuk melakukan pencurian ada pada semua perusahaan. Akan tetapi,
kesempatan itu jauh lebih besar di perusahaan yang memiliki kas yang bisa diakses, atau
mudah dibawa. Sebagai contoh, kasino menangani kas dalam jumlah yang sangat besar
dengan sedikit sekali catatan formal atas kas atau uang yang diterima. Demikian pula,
pencurian laptop lebih sering terjadi ketimbang pencurian system desktop.
Pengendalian internal yang lemah akan menciptakan kesempatan terjadinya pencurian.
Pemisahan tugas yang tidak memadai hampir dipastikan menjadi liseni bagi para pegawai

untuk melakukan pencuriaan. Apabila pegawai menangani penyimpanan atau bahkan
memiliki akses sementara terhadap aset dan sekaligus memegang catatan akuntansi untuk
asset itu, maka timbul potensi terjadinya pencurian.
Sikap/Rasionalisasi
Sikap manajemen terhadap pengendalian dan kode etik dapat menyebabkan para karyawan
dan manajer membenarkan pencurian terhadap aset.
Contoh faktor resiko untuk penyalahgunaan asset
Tiga kondisi kecurangan
Insentif/Tekanan Kesempatan Sikap/Rasionalisasi
Manajemen atau pegawai
lain memiliki insentif dan
tekanan untuk
menyalahgunakan aset yang
material
Terbukanya kesempatan
bagi manajemen atau
pegawai untuk menyalah
sajikan laporan keuangan.
Ada sikap, karakter, atau
serangkaian nilai-nilai etis
yang membolehkan
manajemen atau pegawai
untuk melakukan tindakan
yang tidak jujur,atau berada
dalam lingkungan yangm
enekan yang membuat
mereka merasinalisasi
dilakukannya tindakan yang
tidak jujur.
Contoh faktor dalam
resiko
Contoh faktor dalam
resiko
Contoh faktor dalam
resiko
Kewajiban keuangan
pribadi menciptakan
tekanan bagi mereka
yang memiliki akses ke
kas atau aset lain yang
rentan terhadap
Ada jumlah kas di
tangan atau item
persediaan yang kecil,
bernilai tinggi, atau
sedang diminati.
Internal control tidak
Meremehkan perlunya
memantau atau
mengurangi resiko
penyalahgunaan aset.
Meremehkan
pengendalian internal

pencurian untuk
menyalahgunakan aset
tersebut.
Hubungan yang buruk
antara manajemen dan
pegawai yang memiliki
akses ke aset yang
rentan pencurian
memotivasi pegawai
untuk menyalahgunakan
aset itu .
Contoh mencakup
berikut ini:
o Pernah atau
diperkirakan akan
ada pemberhentian
sementara pegawai.
o Promosi,
kompensasi, atau
imbalan lainnya
tidak sesuai dengan
harapan.
memadai atas aset
karena tidak adanya
berikut ini:
o Pemisahan tugas
atau pemeriksaan
independen yang
memadai.
o Penyaringan
pelamar kerja untuk
menjadi pegawai
yang memiliki akses
ke aset.
o Cuti wajib bagi
pegawai yang
memiliki akses ke
aset.
dengan mengabaikan
pengendalian yang ada
atau tidak mengoreksi
defisiensi pengendalian
internal yang diketahui.
MENILAI RISIKO KECURANGAN
SAS 99 memberikan pedoman bagi auditor dalam menilai risiko kecurangan. Auditor
harus mempertahankan tingkat skeptisme profesional ketika mereka mempertimbangkan
informasi yg luas, termasuk faktor-faktor risiko kecurangan, untuk mengidentifikasi dan
menghadapi risiko kecurangan.
1. Skeptisme Profesional

SAS 1 menyatakan bahwa, dalam melaksanakan skeptisme professional, seorang auditor
“tidak mengasumsikan bahwa manajemen tidak jujur tetapi juga tidak mengasumsikan
kejujuran absolut”. Dalam praktiknya, menjaga sikap skeptisme professional dapat menjadi
sulit karena, meskipun beberapa contoh kasus kecurangan dalam laporan keuangan tingkat
tinggi, kecurangan material jarang terjadi dibandingkan dengan jumlah audit atas laporan
keuangan yang di lakukan setiap tahun. Sebagian besar auditor tidak akan pernah
menemukan kecurangan material selama kariernya. Selain itu, melalui prosedur evaluasi atas
penerimaan dan kelanjutan klien, auditor menolak sebagian besar calon klien yang dianggap
tidak memiliki kejujuran dan integritas
Untuk mempertahankan skeptisime profesional tersebut, ada dua hal yang harus diingat:
a. Pikiran yang selalu mempertanyakan.
SAS 99 menekankan agar mempertimbangan atas kecenderungan klien untuk melakukan
kecurangan, tanpa memperdulikan bagaimana keyakinan auditor mengenai kemungkinan
terjadinya kecurangan serta kejujuran dan intergritas manajemen. Selama tahap perencanaan
audit dalam setiap pengauditan, tim yang menerima penugasan harus membahas perlunya
mempertahankan pikiran yang selalu mempertanyakan selama audit berlangsung untuk
mengidentifikasi risiko kecurangan dan mengevaluasi bukti audit secara kritis.
b. Evaluasi kritis atas bukti audit.
Ketika mengungkap informasi yg ditemukan atau kondisi-kondisi lainnya yang
mengindikasikan bahwa mungkin telah terjadi salah saji yang material disebabkan oleh
kecurangan, auditor harus menyelidiki permasalahannya secara mendalam, mendapatkan
bukti tambahan sebagaimana diperlukan dan berkonsultasi dengan anggota tim lainnya.
Auditor juga harus berhati-hati jangan sampai merasionalisasikan atau mengasumsikan suatu
salah saji itu yang merupakan kejadian yang berdiri sendiri .Sebagai contoh, katakanlah
seorang auditor mengungkapkan adanya penjualan tahun berjalan yang seharusnya
dicantumkan sebagai penjualan pada tahun berikutnya.
2. Sumber-Sumber Informasi untuk Mengukur Kecurangan

Sumber informasi yang digunakan untuk menilai risiko kecurangan ada lima yaitu:
a) Komunikasi antara sesama tim audit
SAS 99 mewajibkan tim audit untuk melakukan diskusi untuk berbagi wawasan dari
anggota tim audit yang telah berpengalaman serta untuk “curah pendapat”menyangkut
hal berikut ini:
1. Bagaimana dan di mana menurut keyakinan mereka laporan keuangan entitas
mungkin rentan terhadap salah saji yang material akibat kecurangan. Ini harus
mencakup pertimbangan tentang factor-faktor ekternal dan internal yang sudah
diketahui yang mempengaruhi entitas dan mungkin:
Menimbulkan insentif/tekanan bagi manajemen untuk melakukan
kecurangan
Membuka kesempatan dilakukannya kecurangan
Mengindikasikan budaya atau lingkungan yang memungkinkan manajemen
merasionalisasi tindakan kecurangan.
2. Bagaimana manajemen dapat melakukan dan menutupi pelaporan keuangan yang
curang.
3. Bagaimana seseorang dapat menyalahgunakan asset entitas.
4. Bagaimana auditor menanggapi kerentanan salah saji yang material akibat
kecurangan tersebut.
b) Pengajuan Pertanyaan kepada Manajemen
SAS 99 mengharuskan auditor untuk mengajukan pertanyaan spesifik tentang kecurangan
dalam setiap pengauditan. Pengajuan pertanyaan kepada manajemen dan pihak lainnya
dalam perusahaan akan memberikan kesempatan bagi para pegawai untuk menyampaikan
informasi kepada auditor yang dalam kondisi lain mungkin tidak akan disampaikan.
Disamping itu, jawaban atas pertanyaan auditor sering kali mengungkapkan informasi

mengenai kecurangan. Auditor harus menanyakan apakah manajemen mengetahui setiap
kecurangan atau mencurigai adanya kecurangan dalam perusahaan.
c) Faktor-faktor Risiko
SAS 99 mengharuskan auditor untuk mengevaluasi apakah faktor-faktor risiko
kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan,
kesempatan untuk melakukan kecurangan, atau sikap/rasionalisasi digunakan untuk
membenarkan tindakan kecurangan.
d) Prosedur analitis
Auditor harus melakukan prosedur analitis selama tahap perencanaan dan penyelesaian
audit untuk membantu mengidentifikasikan transaksi-transaksi atau peristiwa yang tidak
biasa yang mungkin mengindikasikan adanya salah saji yang material dalam laporan
keuangan
e) Informasi lainnya
Auditor harus mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh dalam setiap
tahap atau bagian audit ketika menilai risiko kecurangan. Kebanyakan prosedur
penilaian risiko yang dilakukan auditor untuk menilai risiko salah saji material selama
tahap perencanaan yang dapat mengindikasikan adanya risiko kecurangan lebih tinggi.
Sebagai contoh, informasi mengenai integritas dan kejujuran manajemen yang diperoleh
dalam prosedur penerimaan klien, pengajuan pertanyaan dan prosedur analitis yang
dilakukan sehubungan dengan review auditor terhadap laporan keuangan kuartalan klien
serta informasi yang dipertimbangkan dalam mengukur risiko bawaan dan risiko
pengendalian dapat membuat auditor mengkhawatirkan kemungkinan adanya salah saji
dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan.
3. Mendokumentasikan Penilaian Kecurangan
SAS 99 mengharuskan auditor mendokumentasikan hal-hal berikut ini yang berhubungan
dengan pertimbangan auditor mengenai salah saji yang material akibat kecurangan:

a. Diskusi antar personil tim penugasan selama tahap perencanaan audit tentang kerentanan
laporan keuangan entitas terhadap kecurangan yang material
b. Prosedur yang ditempuh untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk
mengidentifikasi dan menilai risiko kecurangan yang material
c. Risiko khusus tentang kecurangan yang material yang sudah terindetifikasi , serta uraian
tentang respons auditor terhadap risiko tersebut.
d. Alasan yang mendukung kesimpulan bahwa tidak ada risiko yang signifikan atas
pengakuan pendapatan yang tidak tepat secara material
e. Hasil dari prosedur yang ditempuh untuk menghadapi risiko pengabaian pengemdalian
oleh manajemen
f. Kondisi dan hubungan analitis lainnya yang menunjukan bahwa diperlukan prosedur
auditing tambahan atau respon lainnya, serta tindakan yang diambil oleh auditor
g. Sifat komunikasi tentang kecurangan yang disampaikan kepada manajemen, komite audit
atau pihak lainnya.
Setelah risiko kecurangan diidentifikasi dan didokumentasikan, auditor harus
mengevaluasi faktor-faktor yang mengurangi risiko kecurangan sebelum mengembangkan
respons yang tepat terhadap risiko kecurangan itu. Tata kelola korporasi dan faktor-faktor
pengendalian lainnya yang mengurangi risiko kecurangan
MENGAWASI TATA KELOLA KORPORASI UNTUK MENGURANGI RISIKO
KECURANGAN
Manajemen bertanggung jawab mengimplementasikan tata kelola korporasi dan prosedur
pengendalian untuk meminimalisasikan risiko kecurangan, yang dapat dikurangi melalui
kombinasi antara tindakan pencegahan, menghalangi dan pendeteksian.
Untuk membantu manajemen dan dewan direksi dalam upaya memerangi kecurangan,
AICPA bersama dengan beberapa organisasi professional, menerbitkan Program dan
Pengendalian Antikecurangan: Pedoman untuk Membantu mencegah, Mengantisipasi, dan

Mendeteksi Kecurangan. Pedoman ini mengidentifikasikan tiga unsur berikut untuk mencegah,
mengantisipasi dan mendeteksi kecurangan:
1. Budaya kejujuran dan etika yang bernilai tinggi
Hasil riset menunjukkan bahwa cara yang paling efektif untuk mencegah kecurangan dan
menghalangi kecurangan adalah mengimplementasikan program serta pengendalian anti
kecurangan yang berdasarkan pada nilai-nilai utama yang dianut oleh perusahaan. Nilai-nilai
tersebut menciptakan suatu lingkungan yang mendukung perilaku dan ekspektasi yang dapat
diterima, bahwa para pegawai dapat menggunakannya nilai itu untuk mengarahkan tindakan
mereka. Nilai-nilai tersebut membantu menciptakan suatu budaya jujur dan etika yang menjadi
dasar bagi tanggung jawab pekerjana para pegawai.
Penerapan nilai-nilai perusahaan dapat menciptakan budaya jujur dan etika yang tinggi,
yang meliputi 6 unsur:
a. Menetapkan tone at the top (Teladan dari Pimpinan)
Manajemen dan dewan direksi bertanggung jawab unntuk memberikan teladan dalam
perilaku yang beretika dalam perusahaan. Kejujuran dan integritas manajemen akan
memperkuat kejujuran dan integritas pegawai di seluruh organisasi. Manajemen tidak
dapat bertindak dengan caranya sendiri dan berharap pihak-pihak lain dalam perusahaan
berperilaku dengan cara yang berbeda. Melalui tindakan dan komunikasinya, manajamen
dapat menunjukkan bahwa perilaku tidak jujur dan tidak etis tidak dapat di terima,
meskipun menguntungkan bagi perusahaan.
Tone at the top yang dilandasi dengan kejujuran dan integritas, akan menjadi dasar bagi
kode perilaku yang lebih terinci, yang dapat dikembangkan untuk memberikan pedoman
yang lebih khusus mengenai perilaku yang diperbolehkan dan dilarang.
b. Menciptakan lingkungan kerja yang positif.
Dari riset yang dilakukan terlihat bahwa pelanggaran lebih jarang terjadi bila karyawan
mempunyai perasaan positif tentang atasan mereka ketimbang bila mereka merasa
diperalat, diancam atau diabaikan. Tempat kerja yang positif dapat mengdongkrak

semangat karyawan, yang dapat mengurangi kemungkinan karyawan melakukan
kecurangan terhadap perusahaan.
Para pegawai juga harus bisa mendapatkan nasihat dari dalam sebelum mereka
mengambil keputusan yang memiliki implikasi hukum (legal) atau etika. Banyak
organisasi yang menerapkan suatu proses ‘whistle blowing’ (membuka rahasia) bagi para
pegawai untuk melaporkan pepelanggaran actual atau yang di curigai atau pelanggaran
yang potensial atas kode perilaku atau kebijakan etika.
c. Mempekerjakan dan mempromosikan pegawai yang tepat.
Dengan melakukan pengecekan latar belakang memverifikasi pendidikan, riwayat
pekerjaan, serta referensi pribadi calon karyawan, termasuk referensi tentang karakter dan
integritas. Agar berhasil mencegah kecurangan, perusahaan yang dikelola dengan baik
harus menerapkan kebijakan pemilihan yang efektif untuk mengurangi kemungkinan
mempekerjakan dan mempromosikan orang-orang yang memiliki tingkat kejujuran yang
rendah, terutama yang akan menduduki jabatan yang penting. Kebijakan tersebut dapat
mencakup pengecekan terhadap latar belakang orang-orang yang dipertimbangkan akan
di pekerjakan atau yang akan di promosikan untuk menduduki jabatan yang penting.
d. Pelatihan.
Semua pegawai baru harus dilatih tentang ekspektasi perusahaan menyangkut perilaku
etis pegawai. Pegawai harus diberitahu tentang tugasnya untuk menyampaikan
kecurangan actual atau yang dicurigai serta cara yang tepat untuk menyampaikannya.
Selain itu, pelatihan kewaspadaan terhadap kecurangan juga harus disesuaikan dengan
tanggung jawab pekerjaan khusus pegawai itu, misalnya: pelatihan yang berbeda untuk
agen pembelian dan agen penjualan.
e. Konfirmasi.
Sebagian besar perusahaan mengharuskan pegawainya untuk secara periodic
mengonfirmasikan tanggung jawabnya mematuhi kode perilaku. Pegawai diminta untuk
menyatakan bahwa mereka memahami ekspektasi perusahaan serta sudah mematuhi kode
perilaku, dan mereka tidak mengetahui adanya pelanggaran.

Konfirmasi tersebut akan membantu mengokohkankebijakan kode perilaku dan juga
membantu menghalangi para pegawai untuk melakukan kecurangan atau pelanggaran
etika lainnya. Dengan menindaklanjuti pengungkapan dan ketiadaan tanggapan, maka
auditor internal atau pihak lainnya dapat mengungkap masalah-masalah penting.
f. Disiplin.
Pegawai harus mengetahui bahwa mereka akan dimintai pertanggungjawaban jika tidak
mengikuti kode perilaku perusahaan. Penekanan pada pelanggaran kode perilaku, tanpa
memperhatikan tingkat pegawai yang melakukan perbuatan itu, mengirimkan pesan yang
jelas kepada seluruh pegawai bahwa ketaatan pada kode perilaku dan standar etis lainnya
memang penting dan diharapkan.
2. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi risiko-risiko kecurangan
Manajemen bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan mengukur risiko kecurangan,
mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko yang teridentifikasi, serta memantau
pengendalian internal yang mencegah dan mendeteksi kecurangan
a. Mengidentifikasikan dan mengukur resiko kecurangan.
Pengawasan yang efektif atas kecurangan dimulai dengan pengakuan manajemen bahwa
kecurangan mungkin terjadi, hampir semua pegawai sanggup melakukan perbuatan yang
tidak jujur bila situasinya memungkinkan. Pengakuan ini meningkatkan kemungkinan
bahwa program dan pengendalian yang efektif untuk mencegah, menghalangi, serta
mendeteksi kecurangan akan diterapkan.
b. Mengurangi resiko kecurangan.
Manajemen bertanggung jawab untuk merancang mengimplementasikan program serta
pengendalian untuk mengurangi risiko kecurangan, dan dapat mengubah aktivitas serta
proses bisnis yang rentan terhadap kecurangan untuk mengurangi insentif dan
kesempatan untuk melakukan kecuraangan. Sebagai contoh, manajemen dapat
mengoutsource operasi tertentu, seperti pengalihan penagihan kas dari personil
perusahaan ke system lockbox di bank. Program dan pengendalian lainnya dapat

diimplementasikan di semua tingkat perusahaan, seperti pelatihan tentang risiko
kecurangan untuk semua pegawai, serta memperkuat kebijakan pengangkatan dan
promosi.
c. Memantau program dan pengendalian pencegahan kecurangan
Untuk bidang-bidang yang risiko kecurangan tinggi, manajemen harus mengevaluasi
secara periodic apakah program dan pengendalian antikecurangan yang tepat telah
diimplementasikan serta berjalan efektif. Sebagai contoh, review dan evaluasi
manajemen atas hasil keuangan unit operasi atau anak perusahaan akan meningkatkan
kemungkinan bahwa hasil-hasil yang dimanipulasi akan terdeteksi
3. Pengawasan dari komite audit.
Komite audit mengemban tanggung jawab utama mengawasi pelaporan keuangan serta
proses pengendalian internal organisasi. Dalam memenuhi tanggung jawab memperhitungkan
potensi diabaikannya internal control oleh manajemen serta mengawasi proses penilaian resiko
kecurangan oleh manajemen dan program dan pengendalian anti kecurangan. Komite audit juga
membantu menciptakan tone at the top yang efektif tentang pentingnya kejujuran dan perilaku
etis dengan mendukung toleransi nol manajemen terhadap kecurangan
Pengawasan oleh komite audit juga berfungsi sebagai penghalang dilakukannya
kecurangan oleh manajemen senior. Sebagai contoh, untuk meningkatkan kemungkinan bahwa
setiap upaya oleh manajemen senior untuk melibatkan pegawai dalam melakukan atau menutupi
kecurangan dapat segera terungkap, pengawasan harus mencakup:
Pelaporan langsung temuan-temuan penting oleh audit internal kepada komite audit
Laporan periodic oleh pejabat etika tentang whistle blowing (membuka rahasia)
Laporan lain tentang tidak adanya perilaku etis atau kecurangan yang dicurigai

MERESPONS RISIKO KCURANGAN
Respons auditor terhadap risiko kecurangan meliputi hal-hal berikut ini:
1. Mengubah pelaksanaan audit secara menyeluruh.
Auditor dapat memilih diantara beberapa respons secara keseluruhan bila risiko kecurangan
meningkat. Jika risiko salah saji akibat kecurangan meningkat, personil yang lebih
berpengalaman dapat ditugaskan dalam audit itu, dalam beberapa kasus , seseorang spesialis
kecurangan dapat ditugaskan dalam audit itu. Pelaku kecurangan seringkali sudah
mengetahui prosedur audit yang akan dilaksanakan. Karena alasan ini, menurut SAS 99,
mengharuskan auditor memasukkan unsure ketidakterdugaan dalam rencana audit.
2. Merancang dan melakukan prosedur audit untuk menangani resiko kecurangan.
Prosedur audit yang tepat yang digunakan untuk menangani resiko kecurangan tertentu
tergantung pada akun audit yang diaudit dan jenis risiko kecurangan yang diidentifikasi.
Auditor juga harus mempertimbangkan prinsip akuntansi yang dipilih manajemen. Jadi,
perhatian saksama harus diberikan pada prinsip-prinsip akuntansi yang melibatkan
pengukuran subjektif atau transaksi yang rumit. Karena auditor menduga adanya risiko
kecurangan dalam pengakuan pendapatan, mereka juga harus mengevaluasi kebijakan
pengakuan pendapatan perusahaan.
3. Merancang dan melaksanakan prosedur untuk menangani pengabaian pengendalian oleh
manajemen
Risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen selalu ada hampir semua audit. Karena
manajemen memiliki suatu posisi yang unik untuk melakukan kecurangan dengan
menngabaikan pengendalian yang seharusnya berjalan efektif, dalam setiap audit auditor
harus menjalankan prosedur untuk menangani risiko pengabaian oleh manajemen.

Tiga prosedur harus dilakukan dalam setiap audit :
a) Memeriksa ayat jurnal dan penyesuaian lainnya untuk mencari bukti salah saji yang mungkin
akibat kecurangan.
Kecurangan seringkali diakibatkan oleh penyesuaian terhadap jumlah yang dilaporkan dalam
laporan keuangan, meskipun terdapat pengendalian internal yang efektif di dalam laporan
keuangan, meskipun terdapat pengendalian internal yang efektif selama proses pencatatan.
Pertama auditor harus memaham proses pelaporan keuangan entitas, disamping pengendalian
terhadap ayat jurnal dan penyesuaian lainnya, serta megajukan pertanyaan kepada pegawai
yang terlibat dalam proses penyusunan pelaporan keuangan tentang aktivitas tidak tepat atau
tidak biasa dalam pemrosesan ayat jurnal dan penyesuaian lainnya.
SAS 99 mengharuskan pengujian atas ayat jurnal dan penyesuaian laporan keuangan lainnya.
Luas pengujian ini dipengaruhi oleh efektivitas pengendalian dan hasil pengajuan pertanyaan
b) Mereview estimasi akuntansi untuk mengetahui adanya bias
SAS 99 mengharuskan auditor untuk memperhitungkan potensi bias manajemen ketika
mereview estimasi tahun berjalan. Auditor juga diharuskan untuk ‘menengok ke belakang’
dengan melihat estimasi tahun sebelumnya yang signifikan guna mengidentifikasi setiap
perubahan proses perusahaan atau pertimbangan dan asumsi manajemen yang mungkin
mengindikasikan potensi bias.
c) Mengevaluasi dasar pemikiran bisnis untuk transaksi-transaksi tidak biasa yang signifikan.
SAS 99 lebih berfokus pada pemahaman yang melandasi dasar pemikiran binis untuk
transaksi-transaksi tidak biasa yang signifikan, yang mungkin berada di luar lini bisnis
normal perusahaan ketimbang yang disyaratkan pada tahun sebelumnya. Sebagai contoh,
perusahaan dapat melakukan transaksi pembiayaan untuk menghindari pelaporan kewajiban
dalam neraca

Memutakhirkan Proses Penilaian risiko
Penilaian risiko salah saji yang material akibat kecurangan harus terus dilakukan auditor
sepanjang audit dan dikoordinasikan dengan prosedur penilaian risiko lainnya. Auditor harus
mewaspadai kondisi-kondisi berikut ketika melakukan audit:
Perbedaan dalam catatan akuntansi
Bukti audit yang bertentangan atau hilang
Hubungan yang serba salah atau tidak biasa antara auditor dan manajemen
Hasil dari prosedur substantive atau prosedur analitis pada tahap review akhir yang
mengindikasikan risiko kecurangan yang sebelumnya tidak diketahui
Jawaban yang tidak jelas atau tidak masuk akal atas pertanyaan yang diajukan selama
audit atau yang menghasilkan bukti yang tidak konsisten dengan bukti lainnya.
BIDANG-BIDANG RISIKO KECURANGAN YANG SPESIFIK
Risiko Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Usaha
Akun pendapatan dan piutang usaha yang terkait serta kas biasanya sangat rentan
terhadap manipulasi dan pencurian. Sebuah penelitian yang disponsori oleh committee of
sponsoring organization (COSO) menemukan bahwa lebih dari separuh kasus kecurangan dalam
laporan keuangan melibatkan pendapatan dan piutang usaha.
Risiko Pelaporan Keuangan yang Curang atas pendapatan
SAS 99 yang dikeluarkan oleh Auditing Standards Board secara khusus mengharuskan
auditor mengidentifikasi pengakuan pendapatan sebagai risiko kecurangan dalam kebanyakan
audit. Ada beberapa alasan yang membuat pendapatan rentan terhadap manipulasi. Alasan
terpentingnya adalah bahwa pendapatan hamper selalu merupakan akun terbesar dalam laporan
laba rugi, sehingga satu salah saji yang hanya merupakan presentase kecil dari pendapatan masih
bisa berdampak besar terhadap laba.

Lebih saji pendapatan seringkali meningkatkan laba bersih dalam jumlah yang sama,
karena harga pokok penjualan yang terkait untuk pendapatan fiktif dan pendapatan yang diakui
sebelum waktunya itu sering kali tidak diakui. Alasan lainnya mengapa pendapatan rentan
terhadap manipulasi adalah sulitnya menentukan waktu yang tepat untuk mengakui pendapatan
dalam banyak situasi.
Tiga jenis utama manipulasi pendapatan adalah
1. Pendapatan fiktif.
Bentuk kecurangan pendapatan yang paling fatal melibatkan penciptaan pendapatan-
pendapatan aktif. Pelaku berusaha keras untuk menciptakan pendapatan fiktif, dengan
menciptakan kebijakan fiktif, dan melibatkan para karyawan perusahaan.
2. Pengakuan Pendapatan terlalu Cepat (prematur).
Perusahaan seringkali mempercepat waktu pengakuan pendapatan guna memenuhi
prakiraan laba atau penjualan. Misalnya mengakui pendapatan periode berikut pada
periode kini.
3. Manipulasi Penyesuaian atas Pendapatan.
Penyesuaian yang paling umum untuk pendapatan menyangkut retur penjualan dan
pengurangan harga. Suatu perusahaan mungkin menyembunyikan retur penjualan untuk
melebihsajikan penjualan dan laba bersih. Perusahaan juga mungkin merendahsajikan
beban piutang tak tertagih, sebagian karena dibutuhkan banyak pertimbangan untuk
menentukan jumlah yang tepat.
Tanda-tanda Peringatan Kecurangan Pendapatan
Ada banyak tanda peringatan atau gejala yang mengindikasikan kecurangan pendapatan.
Ada dua tanda peringatan kecurangan terhadap pendapatan adalah :
1. Prosedur Analitis
Prosedur analitis yang sering kali mengisyaratkan adanya kecurangan pendapatan,
terutama presentase margin kotor dan perputaran piutang usaha. Pendapatan fiktif akan

melebihsajikan presentase margin kotor, dan pengakuan pendapatan premature juga
melebihsajikan presentase margin kotor jika harga pokok penjualan yang terkait tidak
diakui. Pendapatan fiktif juga memperkecil perputaran piutang usaha, karena pendapatan
fiktif juga dimasukkan dalam piutang yang belum tertagih.
2. Perbedaan documenter
Meskipun para pelaku kecurangan sudah berusaha sebisanya, transaksi fiktif jarang
memilki bukti documenter pada tingkat yang sama seperti dalam transaksi yang sah.
Auditor harus mewaspadai cirri-ciri dan prubahan yang tidak biasa dalam dokumen, dan
mereka harus menggunakan dokumen yang asli, bukan yang salinan. Karena para pelaku
kecurangan berusaha menutupi kecurangan, bahkan satu transaksi saja yang tidak biasa
dalam sampel auditor harus dianggap sebagai indicator yang potensial tentang adanya
kecurangan yang harus diselidiki
Penyalahgunaan Penerimaan kas yang melibatkan pendapatan
Meskipun penyalahgunaan penerimaan kas jarang sematerial pelaporan pendapatan yang
curang, kecurangan semacam ini bisa berdampak buruk terhadap orgsnisasi karena asset
langsung hilang. Penyalahgunaan kas yang tipikal yang menyangkut tidak dicatatnya penjualan
yang kemudian diikuti oleh penyesuaian terhadap piutang usaha pelanggan untuk
menyembunyikan pencurian itu.
Kelalaian Mencatat penjualan
Kecurangan paling sukar dideteksi adalah apabila penjualan tidak dicatat dan kas dari
penjualan itu dicuri. Kecurangan seperti ini lebih mudah dideteksi jika barang dikirim
secara kredit kepada pelanggan. Penelusuran dokumen pengiriman ke ayat jurnal
penjualan dalam jurnal penjualan serta akuntansi untuk semua dokumen pengiriman
dapat digunakan untuk memverifikasi bahwa semua penjualan sudah dicatat
Pencurian Penerimaan Kas setelah penjualan Dicatat
Jauh lebih sulit menyembunyikan pencurian penerimaan kas setelah penjualan dicatat.
Jika pembayaran dari seorang pelanggan dicuri, penagihan berkala atas rekening yang

belum dibayar akan dengan cepat membongkar kecurangan itu. Akibatnya, untuk
menyembunyikan pencuria, si pelaku kecurangan harus mengurangi rekening pelanggan
dengan salah satu dari tiga cara:
1. Mencatat suatu return penjualan atau pengurangan harga
2. Menghapus rekening pelanggan
3. Mencatat pembayaran dari pelanggan lain dalam rekening pelanggan itu, juga dikenal
dengan sebagai lapping
Tanda-tanda peringatan atas Penyalahgunaan Pendapatan dan Penerimaan Kas
Pencurian penjualan dan penerimaan kas terkait yang nilainya relative kecil dapat
dicegah dan dideteksi dengan baik oleh pengendalian internal yang dirancang untuk
meminimalkan kesempatan untuk melakukan kecurangan. Untuk mendeteksi kecurangan yang
lebih besar , proses analitis dan perbandingan lainnya mungkin bisa membantu
Risiko Kecurangan persedian
Persedian kerap kali merupakan akun terbesar dalam neraca banyak perusahaan, dan
auditor sering merasa sulit memverifikasi eksistensi dan penilaian persedian. Akibatnya,
persedian rentan terhadap manipulasi oleh manajer yang ingin mencapai tujuan pelaporan
keuangan tertentu. Karena biasanya juga dalam keadaan siap jual, persediaan rentan terhadap
penyalahgunaan
Risiko Pelaporan Keuangan yang curang untuk Persediaan
Persedian fiktif telah menjadi pusat dari beberapa kasus besar pelaporan keuangan yang
curang. Walaupun auditor diharuskan memverifikasi eksistensi persedian fisik, pengujian audit
tetap dilakukan atas dasar sampel, dan biasanya tidak semua lokasi persediaan diuji. Dalam
beberapa kasus yang melibatkan persediaan fiktif, auditor sudah lebih dulu memberi tahu klien
lokasi persedian mana yang akan diuji. Akibatnya, relative mudah bagi klien untuk
memindahkan persediaan ke lokasi-lokasi yang diuji.

Tanda – tanda Peringatan Kecurangan persedian
Banyak tanda peringatan atau gejala yang berpotensi menunjukkan kecurangan
persediaan, namun yang paling efektif adalah prosedur analitis untuk mendeteksi kecurangan
persedian. Prosedur analitis terutama presentase margin kotor dan perputaran persedian sering
kali membantu membongkar kecurangan persediaan. Persedian fiktif akan merendahsajikan
harga pokok penjualan dan melebihsajikan presentase margin kotor. Persediaan fiktif juga
memperkecil perputaran persedian.
Risiko Kecurangan dalam Pembelian dan Utang Usaha
Kasus pelaporan keuangan yang curang melibatkan utang usaha relative umum meskipun lebih
jarang terjadi bila dibandingkan dengan kecurangan yang melibatkan persediaan atau piutang
dagang . Kurang saji yang disengaja atas utang usaha biasanya menghasilkan kurang saji
pembelian dan harga pokok penjualan serta lebih saji laba bersih. Penyalahgunaan yang
signifikan yang melibatkan pembelian juga dapat terjadi dalam bentuk pembayaran kepada
vendor fiktif, serta suap dan perjanjian illegal lainnya dengan pemasok.
Risiko Pelaporan Keuangan yang Curang untuk Utang Usaha
Perusahaan mungkin melakukan upaya yang disengaja untuk merendahsajikan utang
usaha dan melebihsajikan laba. Hal ini dapat dicapai dengan tidak mencatat utang usaha sampai
periode berikutnya, dengan mencatat penurunan fiktif utang usaha. Perusahaan kerap kali
mengadakan perjanjian yang rumit dengan pemasok yang menyebabkan utang usaha dikurangi
untuk kredit periklanan dan penyisihan lainnya. Perjanian tersebut seringkali tidak
didokumentasikan sebaik transaksi akuisisi.
Penyalahgunaan dalam Siklus akuisisi dan Pembayaran
Kecurangan yang paling umum dalam siklus akuisisi adalah si pelaku melakukan
pembayaran kepada vendor fiktif dan menyimpan uang itu dalam rekening fiktif. Kecurangan ini
dapat dicegah dengan menetapkan bahwa pembayaran hanya akan dilakukan kepada vendor
yang sudah disetujui dan dengan meneliti secara cermat dokumentasi yang mendukung akuisisi
itu oleh personil yang berwenang sebelum pembayaran yang dilakukan.

Bidang-Bidang Risiko Kecurangan lainnya
Meskipun beberapa akun lebih rentan dibandingkan dengan yang lainnya, hampir dapat
terjadi manipulasi pada setiap akun. Beberapa akun lain yang memiliki risiko pelaporan
keuangan yang curang atau penyalahgunaan yang spesifik:
Asset Tetap
Asset tetap yang merupakan akun neraca yang besar bagi banyak perusahaan, seringkali
didasarkan pada penilaian yang ditetapkan secara subjektif. Akibatnya, asset tetap dapat
menjadi sasaran manipulasi, terutama bagi perusahaan yang tidak memiliki piutang atau
persedian yang material. Sebagai contoh, perusahaan mungkin mengkapitalisasi beban
reparasi atau beban operasi lainnya sebagai asset tetap. Kecurangan seperti ini paling
mudah dideteksi jika auditor memeriksa bukti yang mendukung penambahan asset tetap.
Beban Penggajian
Kecurangan penggajian yang melibatkan penyalahgunaan asset cukup umum terjadi,
tetapi nilai yang terlibat seringkali tidak material. Dua bidang kecurangan yang paling
umum adalah penciptaan pegawai fiktif dan lebih saji jumlah jam kerja pegawai.
Keberadaan pegawai fiktif biasanya dapat dicegah dengan memisahkan fungsi sumber
daya manusia dan fungsi penggajian. Lebih saji jumlah jam kerja pegawai biasanya
dicegah dengan menggunakan mesin time lock yang mencetak jam dating dan pulang
pegawai atau dengan persetujuan jam kerja
TANGGUNG JAWAB BILA DICURIGAI ADA KECURANGAN
Sebagaimana telah diperkirakan sebelumnya, lebih banyak kecurangan yang terdeteksi
oleh pengendalian internal atau fungsi internal audit dibandingkan oleh auditor eksternal
Merespon Salah Saji yang mungkin ditimbulkan Kecurangan
Selama berlangsungnya audit, auditor terus mengevaluasi apakah bukti yang
dikumpulkan dan observasi lain yang dilakukan mengindikasikan adanya salah saji material yang

disebabkan oleh kecurangan. Semua salah saji yang ditemukan auditor selama audit harus
dievaluasi untuk mengetahui setiap indikasi kecurangan. Apabila dicurigai ada kecurangan ,
auditor akan mengumpulkan informasi tambahan untuk menentukan apakah kecurangan itu
memang ada. Sering kali auditor memulai dengan mengajukan pertanyaan tambahan kepada
manajemen dan pihak lainnya.
Jenis-jenis Teknik Pengajuan Pertannyan
Pengajuan pertanyaan dapat menjadi teknik pengumpulan bukti audit yang efektif.
Wawancara akan memungkinkan auditor menjernihkan masalah yang tidak teramati dan
mengamati respons lisan dan nonlisan responden. Wawancara juga dapat membantu
mengidentifikasi masalah–masalah yang tidak tercantum dalam dokumentasi atau konfirmasi.
Pengajuan pertanyaan sebagai teknik pengumpulan bukti audit harus disesuaikan dengan
tujuan penggunaannya. Tergantung pada tujuan itu, auditor mungkin mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang berbeda dan mengubah nada wawancara. Salah satu dari tiga kategori
pengajuan pertanyaan dapat digunakan tergantung pada tujuan auditor:
Pengajuan pertanyaan informasional
Auditor dapat menggunakan pengajuan pertanyaan informasional untuk memperoleh
informasi tentang fakta dan detail yang belum dimiliki auditor. Biasanya auditor
menginginkan informasi dari terwawancara mengenai peristiwa atau proses di masa lalu atau
yang sedang berjalan saat ini.
Pengajuan Pertanyaan Interogatif
Pengajuan pertanyaan interogatif sering digunakan untuk memastikan apakah setiap individu
berbohong atau sengaja tidak mengungkapkan pengetahuan penting tentang fakta, peristiwa
atau situasi penting, terutama bila auditor curiga si terwawancara sedang mengelabui atau
menyembunyikan informasi.
Mengevaluasi Respons atas pengajuan pertanyaan
Agar pengajuan pertanyaan efektif, auditor harus terampil menyimak dan mengevaluasi
respons atas pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan tindak lanjut yang efektif sering kali

menghasilkan informasi yang lebih baik untuk menilai apakah memang ada kecurangan.
Teknik menyimak serta pengamatan atas petunjuk perilaku akan mempertajam teknik
pengajuan pertanyaan auditor.
Teknik Menyimak
Sangat penting bagi auditor untuk memanfaatkan keterampilan menyimak yang efektif
selama proses pengajuan pertanyaan. Auditor harus terus memperhatikan dengan
mempertahankan kontak mata, mengangguk sebagai tanda setuju atau memperlihatkan tanda-
tanda pemahaman lain. Auditor juga harus berusaha untuk tisak membentuk terlebih dahulu
ide-ide tentang informasi yang diberikan.
Mengamati Petunjuk perilaku
Auditor yang mahir dalam menggunakan pengajuan pertanyaan akan mengevaluasi petunjuk
lisan dan dan non lisan ketika mendengarkan pihak yang diwawancarai.
Tanggung jawab Lain Apabila dicurigai Kecurangan
Auditor seringkali menggunakan perangkat lunak audit seperti ACL atau IDEA untuk
menentukan mungkin ada. Sebagai contoh, perangkat lunak dapat digunakan untuk mencari
transaksi pendapatan fiktif dengan menyelidiki nomor faktur penjualan duplikat atau dengan
merekonsiliasi database faktur penjualan dengan database catatan pengiriman, untuk memastikan
bahwa semua penjualan didukung oleh bukti pengiriman.
Demikian pula, perangkat tersebut akan melakukan pencarian yang efisien untuk
mengetahui terputusnya urutan dokumen, yang dapat mengindikasikan salah saji yang berkaitan
dengan tujuan kelengkapan untuk akun-akun kewajiban dan beban. Auditor menggunakan
perangkat lunak audit, termasuk alat bantu spreadsheet dasar seperti Excel, untuk memilah
transaksi atau saldo akun ke dalam beberapa subkategori guna diuji lebih lanjut.
Auditor juga menggunakan alat bantu kertas kerja dasar seperti excel untuk melakukan
prosedur analitis pada beberapa tingkatan. Sebagai contoh, penjualan dapat di pilah untuk
memisahkan data menurut lokasi, jenis produk, atau waktu (bulanan) untuk analisis lebih lanjut
dengan prosedur analitis.

Auditor juga dapat memperluas prosedur substantive lainnya untuk menanggapi risiko
kecurangan yang lebih tinggi. Sebagai contoh, bila ada risiko bahwa syarat penjualan sudah
diubah untuk mencatat pendapatan secara dini, auditor dapat memodifikasi permintaan
konfirmasi piutang usaha agar memperoleh respons yang lebih terinci dari pelanggan tentang
syarat-syarat transaksi tertentu seperti pembayaran, perpindahan hak menyimpan (custody), serta
syarat-syarat dalam kebijakan return ( pengembalian barang).