makalah analisis risiko perbankan
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Bank sebagai institusi yang memiliki izin untuk melakukan banyak aktifitas, memiliki
peluang yang sangat luas dalam memperoleh pendapatan (income). Dalam menjalankan
aktifitas, untuk memperoleh pendapatan perbankan selalu dihadapkan pada risiko.
Risiko yang mungkin terjadi dapat menimbulkan kerugian bagi bank jika tidak dideteksi
serta tidak dikelola sebagaimana mestinya. Untuk itu, bank harus mengerti dan mengenal
risiko-risiko yang mungkin timbul dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Risiko itu sendiri
tidak harus selalu dihindari pada semua keadaan, namun semestinya dikelola secara baik
tanpa harus mengurangi hasil yang ingin dicapai. Risiko yang dikelola secara tepat dapat
memberikan manfaat kepada bank dalam menghasilkan laba yang atraktif. Oleh karena itu,
perlu dilakukan analisa terhadap risiko-risiko yang terjadi agar terhindar dari sesuatu yang
tidak diinginkan.
1.2. RUMUSAN MASALAH
a) Mengetahui Makna dari Risiko.
b) Mengetahui Definisi Perbankan.
c) Menjelaskan Jenis-jenis dan Dampak yang ditimbulkan dari Risiko.
d) Melakukan Analisa Terhadap Risiko yang terjadi di dalam Perbankan.
e) Memaparkan Studi Kasus yang Terjadi di Perbankan.
BAB II
1
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI RISIKO
Risiko adalah ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang
menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Setiap aktifitas
yang dilakukan manusia tidak terlepas dari kemungkinan adanya risiko. Contohnya saja, jika
sesorang bekerja, kemungkinan ia akan mendapatkan risiko berupa kehilangan waktu
senggang, terganggunya kesehatan, bahkan kemungkinan akan dipecat. Namun jika
seseorang tidak bekerja, ia tidak akan memperoleh keuntungan financial dan karier. Begitulah
banyaknya kemungkinan akan terjadi risiko yang tidak diinginkan.
Hal ini juga sangat erat dengan sebuah organisasi. Setiap organisasi memiliki visi dan
misi dan merupakan peluang untuk dicapai, tetapi terdapat juga berbagai macam risiko untuk
tidak tercapai. Sehingga didalam sebuah organisasi rentan terjadinya berbagai risiko.
2.2. DEFINISI PERBANKAN
Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998
tentang Perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak.
Dari pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa bank merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang industri keuangan, maksudnya perbankan selalu berkaitan dalam
bidang keuangan. Sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan.
2.3. PENTINGNYA ANALISIS BANK
Suatu evaluasi eksternal kapasitas bank untuk beroperasi secara aman dan produktif
dalam lingkungan bisnis biasanya dilakukan setahun sekali. Semua penilaian tahunan
2
semacam itu memiliki kesamaan karakterisik, tetapi dengan sedikit perbedaan fokus,
bergantung pada tujuan penilaian:
· Pengawas sector public (regulator) berwenang menilai apakah bank layak, memenuhi
persyaratan regulasi, seta aman dan mampu memenuhi komitmen keuangan untuk deposan
dan kreditor lainnya.
· Auditor eksternal, yang biasanya ditunjuk oleh dewan direksi bank, berusaha untuk
memastikan bahwa laporan keuangan secara wajar menunjukkan posisi keuangan dan hasil
operasi bank.
Kelayakan keuangan dan kelemahan kelembagaan bank juga dievaluasi melalui
penilaian keuangan, tinjauan portofolio yang diperpanjang, atau tinjauan jaminan terbatas.
Evaluasi seperti ini sering kali terjadi jika pihak ketiga mengevaluasi risiko kredit yang dihadapi
pihak bank. Proses penilaian bank biasanya meliputi penilaian profil risiko secara keseluruhan,
kondisi keuangan, kelayakan, dan prospek masa depan. Tinjauan bank juga menilai jika
kondisi lembaga dapat diperbaiki dengan bantuan yang cukup atau jika keadaan itu
menimbulkan bahaya bagi sektor perbankan secara keselruhan.
Proses analisis bank juga terjadi dalam konteks pembuatan kebijakan moneter. Oleh
karena itu, pengawasan perbankan tidak dapat dipisahkan dari misi yang lebih luas dari
otoritas moneter. Meskipun perhatian kebijakan bank sentral berfokus pada aspek ekonomi
makro berupa keseimbangan umum dan stabilitas harga, pertimbangan mikro setiap likuiditas
dan solvabilitas bank merupakan kunci untuk mencapai stabilitas itu.
2.4. RISIKO DALAM LEMBAGA KEUANGAN
Bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro,
tabungan dan deposito. Kemudian aktifitas bank yang lainnya juga dikenal sebagai tempat
untuk meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan. Tidak hanya itu, masih banyak
kegiatan bank yang lainnya. Namun diantara banyaknya aktifitas bank, tidak terlepas dari
berbagai risiko. Risiko inilah yang perlu diketahui bersama baik itu pemegang saham,
nasabah, maupun karyawan bank tersebut.
Analisis risiko diterapkan dalam situasi yang mengandung berbagai akibat dan tak
pasti. Di luar bidang finansial khusus, analisis risiko melibatkan empat proses dominan:
menspesifikasi berbagai karakter dari akibat yang relevan, menetapkan distribusi probabilitas
3
dari akibat yang terkait dengan tiap karakter (sering dengan cara menganalisis periode
sebelumnya), evaluasi terhadap akibat- akibat tak pasti agar dapat dibuat beberapa pilihan,
dan analisis metode untuk mengurangi atau memindahkan risiko ke agen lain.
Elemen penting analisis risiko dan manajemen dapat dilihat dari suatu tinjauan atas
masalah-masalah yang diperhitungkan dunia perbankan. Bank berada dalam bisnis risiko
karena mengeluarkan kontrak hutang pada dua sisi neraca, karena karakteristik kontrak ini
berbeda aset dan liabilitasnya (peran transformasi aset tradisional mereka), dan karena
mereka adalah institusi yang amat siap: dari rasio liabilitas hutang yang tinggi sampai ke
modal ekuitas. Risiko paling tinggi adalah, karena pinjaman yang tak terbayar, bank menjadi
bangkrut karena nilai aset mereka jatuh di bawah nilai liabilitas hutangnya. Dalam praktek,
bank adalah subyek dari berbagai model risiko: kredit, harga, kurs luar negeri, likuiditas,
operasional, penjualan-terpaksa (forced-sale), dan lain lain. Untuk tujuan penjelasan yang
terperinci, kami melarang diskusi risiko kredit, yaitu, risiko di mana pinjaman tidak dibayar.
2.4.1. Jenis-Jenis Risiko Perbankan
Risiko yang dihadapi oleh bank dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu
risiko financial dan risiko nonfinansial. Risiko financial tergolong kedalam risiko pasar
dan risiko kredit. Sedangkan risiko nonfinansial meliputi risiko operasional, risiko
regulator, dan risiko hukum.
a. Risiko Pasar
Risiko pasar merupakan risiko yang melekat pada instrumen dan aset yang
diperdagangkan dipasar. Risiko pasar juga dapat diartikan sebagai risiko kerugian
pada posisi neraca serta pencatatan tagihan dan kewajiban di luar neraca yang timbul
dari pergerakan harga pasar (market prices). Risiko pasar bisa muncul dari sumber-
sumber mikro maupun makro. Fluktuasi harga dipasar keuangan telah melahirkan
jenis-jenis risiko pasar yang lain. Sehingga risiko pasar dapat diklasifikasikan menjadi
risiko harga ekuitas, risiko suku bunga, risiko nilai tukar, dan risiko harga komoditi.
b. Risiko Suku Bunga
Risiko ini merupakan risiko kerugian yang disebabkan oleh perubahan dari suku
bunga pada struktur yang mendasari yaitu pinjaman dan simpanan. Risiko suku bunga
ini bisa muncul dari berbagai sumber, misalnya risiko penentuan harga ulang
4
(repricing risk) muncul karena perbedaan waktu jatuh tempo dan repricing asset.
Risiko kurva hasil (yield curve risk) adalah ketidak pastian income akibat adanya
perubahan pada kurva hasil.
c. Risiko Kredit
Risiko kredit merupakan risiko kegagalan nasabah untuk memenuhi kewajibannya
secara penuh dan tepat waktu sesuai dengan kesepakatan. Akibat dari risiko ini,
terdapat ketidakpastian pada laba bersih dan nilai pasar dari ekuitas yang muncul dari
keterlambatan atau tidak membayar pokok pinjaman beserta bunganya.
d. Risiko Likuiditas
Risiko Likuiditas muncul akibat ketidakcukupan likuiditas untuk memenuhi
kebutuhan operasional telah mereduksi kemampuan bank untuk memenuhi
liabilitasnya pada saat jatuh tempo. Risiko ini juga bisa muncul akibat sulitnya bank
untuk mendapatkan dana cash pada biaya yang wajar, baik melalui pinjaman (risiko
likuiditas pendanaan atau pembiayaan) atau menjual asset (risiko likuiditas asset).
e. Risiko Operasional
Risiko ini tidak terdefenisikan dengan jelas, risiko ini bisa muncul akibat kesalahan
atau kecelakaan yang bersifat manusiawi ataupun teknis. Ini merupakan risiko
kerugian yang secara langsung maupun tidak langsung dihasilkan oleh
ketidakcukupan atau kegagalan proses internal, faktor manusia, tekhnologi atau akibat
faktor-faktor eksternal.
f. Risiko Hukum
Risiko hukum berhubungan dengan risiko tidak terlaksananya kontrak. Risiko
hokum terkait dengan masalah undang-undang, legislasi, dan regulasi yang dapat
memengaruhi pemenuhan kontrak atau transaksi.
2.4.2. Tahap Analisis Risiko
Analisis risiko dan manajemen bank melibatkan 4 tahap utama. Pertama,
identifikasi dan perhitungan risiko, yaitu kalkulasi probabilitas kegagalan. Kedua, apa
yang dapat diperbuat untuk memperkecil probabilitas kegagalan. Ketiga, menghitung
5
batas kerusakan pada kejadian saat risiko muncul, atau munculnya kegagalan.
Keempat, aksi untuk memindahkan risiko ke agen-agen lain, atau bagi-risiko.
1) Mengidentifikasikan Dan Menghitung Risiko
Bank akan menggunakan keahliannya dan mempertimbangkan pengalaman
terdahulu untuk menghitung probabilitas kegagalan. Prosedur ini melibatkan
upaya menyaring para calon peminjam dan calon proyek dan mencari informasi
untuk memastikan karakteristik dan ukuran risiko. Melalui keahlian dan
pengalaman, sebuah bank dapat saja memiliki keunggulan komparatif dalam
jajaran bank-bank lain dalam proses ini.
2) Mengurangi Probabilitas Risiko
Bank akan mengurangi probabilitas risiko, contohnya dengan cara
menetapkan syarat pinjaman, memikirkan kontrak insentif yang cocok untuk
memastikan agar perilaku peminjam sedemikian rupa sehingga probabilitas
kegagalannya lebih rendah (contoh: dengan mewajibkan peminjam
menginvestasikan sumber pribadinya dalam proyek), mengambil jaminan dari
peminjam agar peminjam juga akan kehilangan apabila pinjaman tidak dibayar,
penetapan rasio kredit, mengambil ekuitas dalam proyek agar bank punya suara
dalam manajemennya, dan seterusnya. Dengan cara ini, pemberi pinjaman dapat
mencoba mengurangi probabilitas kegagalan. Kontrak insentif yang cocok dapat
juga dipergunakan untuk mengurangi kemungkinan penyelewengan moral
peminjam: insentif yang mungkin didapatkan peminjam atas kegagalan yang
disengaja. Kontrak harus terstruktur agar menghasilkan insentif yang lebih besar
bagi peminjam untuk membayar daripada untuk gagal secara sengaja.
3) Menghitung Batas Kerusakan
Peminjam atau pembeli aset finansial akan mencari cara membatasi
kerusakan karena kegagalan atau jatuhnya harga aset. Prosedur standarnya
adalah menyertakan pinjaman atau aset dalam suatu portofolio yang
terdiversifikasi secara efisien, di mana risiko individu lebih kecil dibandingkan jika
terkorelasi sepenuhnya. Dengan cara ini, keseluruhan portofolio lebih tak berisiko
daripada aset tertentu di dalamnya: yang tersisa adalah risiko sistematis, yaitu
bagian risiko total investasi yang tak dapat dihindari dengan
6
mengkombinasikannya dengan investasi lain dalam portofolio yang berbeda.
Dalam prosedur ini, nilai investasi atau pinjaman tertentu dihitung karena
kontribusinya pada keseluruhan risiko portofolio dan bukan karena karakteristik
risikonya yang inheren. Konsekuensinya, investor yang menolak risiko secara
rasional memilih investasi yang memiliki risiko inheren lebih tinggi daripada risiko
portofolio yang sudah ada apabila investasi ini memiliki dampak dalam hal
mengurangi risiko portofolio keseluruhan. Bank dapat membentuk portofolio
pinjaman yang terdiverisifikasi dengan cara membuat berbagai jenis pinjaman
(misalnya, untuk para peminjam yang jenisnya memang berbeda-beda) atau
dengan memberikan berbagai pinjaman sejenis tapi ditujukan kepada beberapa
peminjam. Inilah aplikasi hukum terhadap jumlah-jumlah besar. Akibatnya, apabila
terdapat probabilitas 10% dari pinjaman $1.000 tak dapat dibayar, nilai ekspektasi
pinjaman berikutnya dapat ditetapkan, apakah 0 atau $1.000. Di sisi lain, dengan
probabilitas yang sama, apabila 10 pinjaman bernilai $100 diberikan, probabilitas
nilai ekspektasi portofolio berikutnya menjadi $900. Bank juga akan mencari cara
untuk membatasi kerugian akibat kegagalan dengan, misalnya, meminta jaminan
(jaminan ditahan apabila terjadi kegagalan), atau dengan membatasi jumlah
pinjaman individu tergantung pada modal ekuitas bank, jadi bank tak akan
bangkrut bila peminjam tidak membayar. Bank juga dapat membatasi kerugian
melalui kontrak pembatasan.
4) Memindahkan Risiko
Komponen keempat analisis dan manajemen risiko adalah dengan memindahkan
risiko kepada agen lain. Prosedur standarnya adalah asuransi. Di sini, seorang agen
yang menolak risiko, membayar premi untuk melimpahkan risiko pada perusahaan
asuransi. Hal ini hanya mungkin terwujud apabila menguntungkan kedua pihak.
Keuntungan dari yang diasuransikan adalah melimpahkan risiko di mana manfaat dari
pihak yang diasuransikan adalah disiapkan membayar premi. Ini menguntungkan
pemberi pemilik asuransi apabila dapat menarik premi yang membuahkan laba
setelah pengajuan klaim. Hal ini dimungkinkan apabila pemberi asuransi mampu
mendapatkan struktur risiko yang terdiversifikasi. Namun, tidak semua risiko dapat
diasuransikan. Syarat yang diperlukan adalah:
7
pertama, risiko asuransi dapat diobservasi dan diverifikasi (kita tak dapat
diasuransikan hanya karena sakit kepala tapi bisa diasuransikan apabila kaki
kita patah).
Kedua, risiko harus dapat didiversifikasi oleh pemberi asuransi,
Ketiga, tak boleh ada penyelewengan moral, artinya, jangan sampai ada
insentif bagi pemegang asuransi untuk menimbulkan risiko. Berkenaan
dengan syarat ketiga ini, contohnya, sebuah rumah tak dapat diasuransikan
dengan nilai yang lebih besar daripada nilai rumah itu sendiri karena hal ini
dapat menimbulkan insentif bagi pemiliknya untuk membakar rumah tersebut.
Prinsipnya, bank dapat berusaha mengasuransikan pinjamannya, meskipun
pada prakteknya hal ini jarang terjadi karena bank itu sendiri biasanya adalah tempat
asuransi yang lebih efisien, artinya, melihat ukuran dan keragaman portofolio
pinjamannya, premi risiko dapat diubah menjadi suku bunga pinjamannya sendiri,
yang lebih rendah dari premi yang akan dibebankan oleh perusahaan asuransi
eksternal. Sebagai tambahannya, apabila pinjaman diasuransikan secara eksternal.
Bahaya moral timbul, karena mungkin terjadi insentif bagi bank.
2.5. DAMPAK RISIKO PERBANKAN
Sebagai dampak terjadinya risiko kerugian keuangan langsung, kerugian akibat risiko
(risk loss) pada suatu bank dapat berdampak pada pemangku kepentingan (stakeholders)
bank, yaitu pemegang saham, karyawan, dan nasabah, serta berdampak juga kepada
perekonomian secara umum.
Pengaruh risk loss pada pemegang saham dan karyawan adalah langsung,
sementara pengaruh terhadap nasabah dan perekonomian tidak langsung.
a. Dampak Terhadap Pemegang Saham
Penurunan nilai investasi, yang akan memberikan pengaruh terhadap
penurunan harga dan penurunan keuntungan.
Hilangnya peluang memperoleh dividen yang seharusnya diterima sebagai
akibat turunnya keuntungan perusahaan.
Kegagalan investasi yang telah dilakukan.
b. Dampak Terhadap Karyawan
Dikenakan sanksi indisipliner karena kelalaian yang menimbulkan kerugian.
8
Pengurangan pendapatan, seperti pemotongan gaji.
Pemutusan hubungan kerja.
c. Dampak Terhadap Nasabah
Merosotnya tingkat pelayanan.
Berkurangnya jenis dan kualitas produk yang ditawarkan.
Krisis likuiditas sehingga menyulitkan dalam pencarian dana.
Perubahan peraturan.
d. Dampak Terhadap Perekonomian
Dampak yang ditimbulkan bagi perekonomian berupa terjadinya risiko sistemik,
dimana risiko tersebut berdampak bagi perekonomian secara keseluruhan dan secara
langsung berdampak pada pemegang saham, karyawan dan nasabah. Hal ini terjadi
pada saat bank tidak dapat memenuhi kewajibannya. Bank tidak dapat menyediakan
dana yang cukup pada saat nasabah melakukan penarikan dananya.
2.6. ANALISA RISIKO TERHADAP INDUSTRI KEUANGAN
Dalam analisis ini pemakalah melaporkan beberapa pandangan para praktisi
perbankan terhadap resiko yang dihadapi lembaganya.
Kurangnya pemahaman terhadap risiko yang ada pada model pembiayaan.
Tingkat return dari simpanan nasabah harus sama dengan yang ada di bank
lain.
Risiko penarikan: rendahnya tingkat return dapat menyebabkan penarikan
dana.
Risiko fidusia: para deposan akan menuntut pertanggung jawaban bank
karena rendahnya tingkat return atas simpanan mereka.
2.7. STUDI KASUS
Selama dua decade terakhir ini kegagalan dalam melakukan manajemen risiko telah
memakan banyak korban pada industri keuangan. Kerugian bisa secara financial maupun
nonfinansial.
Pada tahun 1991, lembaga BCCL mengalami kerugian sebesar 500 juta dolar, karena
lemah dalam menganalisis kredit, dokumentasi kredit yang tidak lengkap, saling
menghilangkan data dan penyelewengan, pencucian uang.
9
Desember 1993, Metallgesselschaft mengalami kerugian 1500 juta dolar, karena
strategi lindung nilai yang salah : salah asumsi ekonomi, kegagalan likuidasi posisi,
strategi yang menjurus pada penyelewengan.
Tahun 1994, Credit Lyonnais mengalami kerugian hingga 24.220 juta dolar, karena
ketidakcukupan pengawasan dan deregulasi internal dalam kaitan dengan berbagai
penyelewengan, mis-manajemen pinjamam, pencucian uang, penyelewengan
kekuasaan berupa konspirasi antara politisi, banker, dan pemilik baru.
09 februari 1990, lembaga Drexel Burnham Lambert rugi sebesar 1.900 juta dolar
(bangkrut), karena investasi pada saham lapis bawah (junk bond), pendanaan jangka
pendek, tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo karena nilai saham
jauh dan tidak laku dipasar.
5 november 1997, lembaga Bre-X mengalami kerugian 120 juta dolar karena sengaja
melakukan manipulasi nilai saham dengan menyatakan adanya penemuan tambang
emas.
Dari kasus-kasus diatas, menurut Ferry N.Idroes ada beberapa solusi/implementasi
terhadap risiko, sebagai berikut:
Hindari (Avoidance): keputusan yang diambil adalah dengan cara menghindari atau
tidak melakukan aktivitas yang dimaksud. Misalnya sebuah bank mendapat tawaran
untuk melakukan bisnis pencucian uang dari kegiatan terorisme yang menjanjikan
keuntungan, sehingga risikonya adalah berupa ancaman penutupan bank serta
ancaman pidana terhadap pelakunya. Maka bank memutuskan untuk tida melakukan
aktivitas tersebut.
Alihkan (transfer): membagi risiko dengan pihak lain. Konsekuensinya terdapat biaya
yang harus dikeluarkan atau berbagi keuntungan yang diperoleh. Misalnya untuk
pembiayaan proyek yang sangat besar, sebuah bank melakukan skema pinjaman
sindikasi. Pengalihan risiko juga termasuk penggunaan lembaga asuransi sebagai
penanggung kerugian dengan membayar premi selain itu, penggunaan sumber daya
diluar organisasi (outsourcing) juga termasuk kedalam pengalihan risiko.
Mitigasi risiko (mitigate risk): menerima risiko pada tingkat tertentu dengan melakukan
tindakan untuk mitigasi risiko melalui peningkatan control, kualitas proses, serta aturan
yang jelas terhadap pelaksanaan aktivitas dan risikonya.
10
Menahan risiko residual (retention of residual risk): menerima risiko yang mungkin
timbul dari aktivitas yang dilakukan. Perbankan harus mengambil berbagai macam
risiko dalam menjalankan aktivitasnya. Risiko yang dimaksud tidak dapat dihindari ,
dialihkan, dan dimitigasi. Akibatnya,risiko tersebut harus ditanggung sejalan dengan
pelaksanaan aktivitas.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan baik
dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Kemudian aktifitas bank yang lainnya juga dikenal
sebagai tempat untuk meminjam uang bagi masyarakat yang membutuhkan. Tidak hanya itu,
bank juga dapat dimanfaatkan dalam aktifitas-aktifitas lainnya seperti membayar rekening
listrik, pajak dan sebagainya. Masih banyak kegiatan bank yang lainnya. Namun diantara
banyaknya aktifitas bank tersebut, tidak terlepas dari berbagai risiko. Risiko-risiko inilah yang
harus dipelajari dan dipahami oleh pemegang saham, karyawan maupun nasabah. Karena
risiko-risiko yang kemungkinan terjadi dapat mengakibatkan kerugian. Namun, jika risiko
tersebut dikelola secara tepat dapat memberikan manfaat kepada bank dalam menghasilkan
laba yang atraktif. Untuk itulah pentingnya menganalisa risiko-risiko tersebut agar dapat
mencari solusi dari setiap risiko yang terjadi, demi kemajuan perbankan kedepannya.
3.2. SARAN
Sesungguhnya makalah ini banyak terdapat kekurangan, baik itu sistematika
penulisannya maupun kaedah bahasa yang digunakan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
11