makalah akalasia
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini memang semakin modernnya zaman, semakin banyak juga penyakit yang timbul
akibat Gaya hidup manusia dan karena factor alami. Salah satunya penyakit Akalasi yang terjadi
karean penurunan fungsi dari esophagus yang menjadikan sering terjadi tersedak saat makan
maupun minum, penyakit ini tidak bisa menular tapi bisa terjadi pada semua jenis kelamin.
Penyakit akalasia ini lebih menyerang kepada orang yang sudah usia lanjut sehingga
butuh perawatan khusus karena akan menggaggu masa tua kita semua, sehingga dibutuhkan
pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik lagi untuk mencegah terjadinya penyakit ini sejak
dini.
Oleh karena itu, penyakit ini sangat menarik untuk dibahas karena sangat dekat sekali
dengan kehidupan sehari-hari kita. Penyakit ini tentu bisa merusak aspek psikoliogi dan
psikososial penderita, dan diperlukan asuhan keperawatan yang holistik dan pendidikan
kesehatan untuk mencegah penyakit ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan suatu gambaran, penjelasan yang lebih
mendalam mengenai penyakit Akalasia Esofagus ini. Diharapkan masyarakat dapat melakukan
pencegahan dan pengobatan dini dengan cara yang tepat.
1.3 Rumusan Masalah
1) Apakah yang menyebabkan penyakit Akalasia Esofagus?
2) Bagaimana gejala dan pengobatan penyakit Akalasia Esofagus?
3) Ada berapa klasifikasi penyakit Akalasia Esofagus?
4) Bagaimana patofisiologi Akalasia Esofagus?
4) Bagaimana Asuhan Keperawatan terhadap Penyakit Akalasia Esofagus?
5) Bagaimana Pendidikan Kesehatan untuk penyakit Akalasia Esofagus?
6) Artikel terbaru tentang Akalasia Esofagus?
1
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode pustaka
dan studi literatur, dengan mencari dan mengumpulkan data penting dari berbagai sumber
seperti website dan situs-situs internet serta buku-buku yang ada.
2
BAB II
KONSEP
2.1 ANATOMI FISIOLOGI
1. Mulut
Mulut atau rongga oral adalah jalan masuk menuju system pencernaan dan berisi organ
aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Rongga vestibulum (bukal) terletak di
antara gigi dan bibir, serta pipi sebagai batas luarnya. Organ oral utama dibatasi gigi dan gusi di
bagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah di bagian bawah, dan orofaring di
bagian belakang.
a) Bibir
Bibir tersusun dari otot rangka (orbikularis mulut) dan jaringan ikat. Organ ini berfungsi
untuk menerima makanan dan produksi wicara.
Permukaan luar bibir dilapisi kulit yang mengandung folikel rambut, kelenjar
keringat, serta kelenjar sebasea.
Area transisional memiliki epidermis transparan. Bagian ini tampak merah karena
dilewati oleh banyak kapiler yang dapat terlihat.
Permukaan dalam bibir adalah membrane mukosa. Bagian frenulum
labia melekatkan membrane mukosa pada gusi di garis tengah.
3
b) Pipi
Pipi mengandung otot buksinator maksikasi. Lapisan epitel pipi merupakan subjek abrasi
dan sel secara konstan terlepas untuk kemudian diganti dengan sel-sel baru yang membelah
dengan cepat.
c) Lidah
Lidah dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulum lingua. Lidah berfungsi untuk
menggerakkan makanan saat dikunyah atau ditelan, untuk pengecapan, dan dalam produksi
wicara.
Otot-otot ekstrinsik lidah berawal pada tulang dan jaringan di luar lidah serta
berfungsi dalam pergerakan lidah secara keseluruhan.
Otot-otot intrinsik lidah memiliki serabut yang menghadap ke berbagai arah untuk
membentuk sudut satu sama lain, ini memberikan mobilitas yang besar pada lidah.
Papila adalah elevasi jaringan mukosa dan jaringan ikat pada permukaan dorsal lidah.
Papila-papila ini menyebabkan tekstur lidah menjadi kasar.
1. Papila fungiformis dan papilla sirkumvalata memiliki kuncup-kuncup pengecap.
2. Sekresi berair dari kelenjar Von Ebner, terletak di otot lidah, bercampur dengan
makanan pada permukaan lidah dan membantu pengecapan rasa.
Tonsil-tonsil lingua adalah agregasi jaringan limfoid pada sepertiga bagian belakang
lidah.
d) Kelenjar saliva
Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri dari cairan encer
yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus.
Ada tiga pasang kelenjar saliva, yaitu:
1) Kelenjar parotid adalah kelenjar saliva terbesar, terletak agak ke bawah dan di
depan telinga dan membuka melalui duktus parotid (Stensen) menuju suatu elevasi
kecil (papilla) yang terletak berhadapa dengan gigi molar kedua pada kedua sisi.
4
2) Kelenjar submaksilar (submandibular) kurang lebih sebesar kacang kenari dan
terletak di permukaan dalam pada mandibula serta membuka melalui duktus
Wharton menuju ke dasar mulut pada kedua sisi frenulum lingua.
3) Kelenjar sublingual terletak di dasar mulut dan membuka melalui duktus sublingual
kecil menuju ke dasar mulut.
Saliva terutama terdiri dari sekresi serosa, yaitu 98% air dan mengandung enzim
amilase serta berbagai jenis ion (natrium, klorida, bikarbonat, dan kalium),
juga sekresi mukus yang lebih kental dan lebih sedikit yang mengandung glikoprotein
(musin), ion, dan air.
Saliva memiliki fungsi sebagai berikut.
1) Saliva melarutkan makanan secara kimia untuk pengecapan rasa.
2) Saliva melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat ditelan. Saliva juga
memberikan kelembaban pada bibir dan lidah.
3) Amilase pada saliva mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltosa.
4) Zat buangan seperti asam urat dan urea serta berbagai zat lain seperti obat, virus, dan
logam diekskresi ke dalam saliva.
5) Zat antibakteri dan antibody dalam saliva berfungsi untuk membersihkan rongga oral
dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah keruakan gigi.
Kendali saraf pada sekresi saliva.
1) Aliran saliva dapat dipicu melalui stimulus psikis (pikiran akan makanan), mekanis
(keberadaan makanan), atau kimiawi (jenis makanan).
2) Stimulus dibawa melalui serabut aferen dalam saraf cranial V, VII,IX, dan X
menuju nuklei salivatori inferior dan superior dalam medulla. Semua kelenjar saliva
dipersarafi serabut simpatis dan parasimpatis.
3) Volume dan komposisi saliva bervariasi sesuai jenis stimulus dan jenis inervasinya
(system simpatis atau parasimpatis).
a. Stimulus parasimpatis mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah dan sekresi
serosa yang banyak sekali.
b. Stimulus simpatis mengakibatkan vasokontrinksi pembuluh darah dan sekresi
mukus yang lebih kental dan lengket.
5
c. Pada manusia normal, saliva yang disekresi permenit adalah sebanyak 1ml. Saliva
yang disekresi dapat mencapai 1 L sampai 1,5 L dalam 24 jam.
e) Gigi
Gigi tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan maksila.
Anatomi gigi
1) Setiap lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi. Lengkung
bagian atas lebih besar dari bagian bawah sehingga gigi-gigi atas secara normal akan
menutup gigi bawah.
2) Manusia memiliki 2 susunan gigi ; gigi primer (desiduous, gigi susu) dan gigi
sekunder (permanen).
a. Gigi primer dalam setengah lengkung gigi (dimulai dariruang antara dua gigi
depan) terdiri dari 2gigi seri, satu taring dan dua graham, untuk total keseluruhan
20 gigi.
b. Gigi sekunder mulai keluar pada usia 5 sampai 6 tahun. Setengah dari lengkung
gigi terdiri dari 2gigi seri, satu taring, dua remolar dan tiga geraham, untuk total
keseluruhan 32 buah. Geraham ketiga disebut gigi bungsu.
3) Komponen gigi
a. Mahkota adalah bagian gigi yang terlihat. Satu sampai tiga akar yang tertanam
terdir dari bagian gigi yang tertanam ke dalam prosesus (kantong) alveolar tulang
rahang.
b. Mahkota dan akar beertemu pada leher yang diselubungi gingival (gusi).
c. Membran periodontal merupakan jaringan ikat yang melapisi kantong alveolar
dan melekatpada sementum di akar. Membran ini menahan gigi di rahang.
d. Rongga pulpa dalam mahkota melebar ke dalam saluran akar, berisi pulpa gigi
yang mengandung pembuluh darah dan saraf. Saluran akar membuka ke tulang
melalui foramen apical.
e. Dentin menyelubungi rongga pulpa dan membentuk bagian terbesar gigi. Dentin
pada mahkota gigi tertutup oleh email dan di bagian akar oleh sementum. Email
terdiri dari 97% bahan anorganik (terutama kalsium fosfat) dan merupakan zat
terkeras dalam tubuh. Zat ini berfungsi untuk melindungi,tetapi dapat tererosi oleh
enzim dan asam yang diproduksi bakteri mulut dan mengakibatkan karies gigi.
6
Fluoride dalam air minum atau yang sengaja dikenakan pada gigi dapat
memperkuat email.
Fungsi gigi. Gigi berfungsi dalam proses mastikasi (pengunyahan). Makanan yang
masuk dalam mulut dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan bercampur
dengansaliva untuk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.
2. Faring
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa
yunani yaitu Pharynk. Ada tiga pembagian faring, yaitu:
1. Epifaring (nasofaring)
2. Mesofaring (orofaring)
3. Hipofaring (faringofaring)
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak
mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan
rongga hidung, didepan ruas tulang belakang. Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga
hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga
mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari; Bagian
superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi
dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior
disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang
gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah
bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
7
3. Esofagus
Esofagus diinervasi oleh persarafan simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) dari
pleksus esofagus atau yang biasa disebut pleksus mienterik Auerbach yang terletak di antara otot
longitudinal dan otot sirkular sepanjang esophagus Esofagus mempunyai 3 bagian fungsional.
Bagian paling atas adalah upper esophageal sphincter (sfingter esofagus atas), suatu cincin otot
yang membentuk bagian atas esofagus dan memisahkan esofagus dengan tenggorokan. Sfingter
ini selalu menutup untuk mencegah makanan dari bagian utama esofagus masuk ke dalam
tenggorokan. Bagian utama dari esofagus disebut sebagai badan dari esofagus, suatu saluran otot
yang panjangnya kira-kira 20 cm. Bagian fungsional yang ketiga dari esofagus yaitu lower
esophageal sphincter (sfingter esophagus bawah), suatu cincin otot yang terletak di pertemuan
antara esofagus dan lambung. Seperti halnya sfingter atas, sfingter bawah selalu menutup untuk
mencegah makanan dan asam lambung untuk kembali naik/regurgitasi ke dalam badan esofagus.
Sfingter bagian atas akan berelaksasi pada proses menelan agar makanan dan saliva dapat masuk
ke dalam bagian atas dari badan esofagus. Kemudian, otot dari esofagus bagian atas yang terletak
di bawah sfingter berkontraksi, menekan makanan dan saliva lebih jauh ke dalam esofagus.
Kontraksi yang disebut gerakan peristaltik ini akan membawa makanan dan saliva untuk
turun ke dalam lambung. Pada saat gelombang peristaltik ini sampai pada sfingter bawah, maka
akan membuka dan makanan masuk ke dalam lambung. Esofagus berfungsi membawa makanan,
cairan, sekret dari faring ke gaster melalui suatu proses menelan, dimana akan terjadi
pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang lunak, proses menelan terdiri
dari tiga fase yaitu :
1. Fase oral
Makanan dalam bentuk bolus akibat proses mekanik bergerak pada dorsum lidah menuju
orofaring, palatum mole dan bagian atas dinding posterior faring terangkat.
2. Fase pharingeal
Terjadi refleks menelan (involuntary), faring dan taring bergerak ke atas oleh karena
kontraksi m. Stilofaringeus, m. Salfingofaring, m. Thyroid dan m. Palatofaring, aditus
laring tertutup oleh epiglotis dan sfingter laring.
3. Fase oesophageal
8
Fase menelan (involuntary) perpindahan bolus makanan kedistal oleh karena relaksasi m.
Krikofaring, di akhir fase sfingter esophagus bawah terbuka dan tertutup kembali saat
makanan sudah lewat.
MEKANISME MENELAN (DEGLUTISI)
1. Menelan
Menelan merupakan suatu aksi fisologi kompleks, dimana makanan atau cairan berjalan
dari mulut ke lambung. Juga merupakan rangkaian gerakan otot yang sangat terkoordinasi,
dimulai dari pergerakan volunter lidah & diselesaikan refleks dalam faring dan esofagus. Pada
saat menelan, sfingter esofagus atas membuka sesaat untuk memberi jalan kepada bolus
makanan yang ditelan. Menelan menimbulkan gelombang kontraksi yang bergerak ke bawah
sampai ke lambung. Hal ini dimungkinkan dengan adanya kerja sama antara kedua lapisan otot
esofagus yang berjalan sirkuler dan longitudinal (gelombang peristaltik primer) dan adanya daya
tarik gravitasi. Cairan yang diminum dalam posisi tegak akan mencapai cardia lebih cepat dari
gelombang peristaltik primer. Tapi pada posisi berbaring (kepala di bawah), maka cairan akan
berjalan sesuai dengan kecepatan gelombang peristaltik primer.
2. Neurofisiologi Menelan
Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase
esophageal.
9
a. Fase Oral
Makanan yang dikunyah oleh mulut (bolus) didorong ke belakang mengenai dinding
posterior faring oleh gerakan volunter lidah.
Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan
oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk
bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara di
sadari.
Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral.
ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)
Mandibula
Bibir
Mulut & pipi
Lidah
n. V.2 (maksilaris)
n. V.2 (maksilaris)
n.V.2 (maksilaris)
n.V.3 (lingualis)
N.V : m. Temporalis, m. maseter, m.
pterigoid
n. VII : m.orbikularis oris, m.
zigomatikum, m.levator labius oris,
m.depresor labius oris, m. levator anguli
oris, m. depressor anguli oris
n.VII: m. mentalis, m. risorius,
m.businator
n.XII : m. hioglosus, m. mioglosus
Pada fase oral ini perpindahan bolus dari ronggal mulut ke faring segera terjadi, setelah
otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidah
berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian
anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring.
Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring
sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m. palato
faringeus (n. IX, n.X dan n.XII)
Peranan saraf kranial fase oral
ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)
Bibir n. V.2 (mandibularis), n.V.3 n. VII : m.orbikularis oris, m.levator
labius oris, m. depressor labius,
10
Mulut & pipi
Lidah
Uvula
(lingualis)
n. V.2 (mandibularis)
n.V.3 (lingualis)
n.V.2 (mandibularis)
m.mentalis
n.VII: m.zigomatikus,levator anguli oris,
m.depressor anguli oris, m.risorius.
m.businator
n.IX,X,XI : m.palatoglosus
n.IX,X,XI : m.uvulae,m.palatofaring
Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan nV.3 sebagai
serabut afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut efferen
(motorik).
b. Fase Faringeal
Palatum mole & uvula menutup rongga hidung, laring terangkat dan menutup glotis,
mencegah makanan masuk trakea. Kemudian bolus melewati epiglotis menuju faring bagian
bawah dan memasuki esofagus.
Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus
palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi :
1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI)
berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas dan
ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.
2. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis
(n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.
3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi
m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).
4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring
inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan
faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)
5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan dorongan
otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk ke
dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk menelan
cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.
11
Peranan saraf kranial pada fase faringeal
Organ Afferen Efferen
Lidah
Palatum
Hyoid
Nasofaring
Faring
Laring
Esofagus
n.V.3
n.V.2, n.V.3
n.Laringeus superior cab
internus (n.X)
n.X
n.X
n.rekuren (n.X)
n.X
n.V :m.milohyoid, m.digastrikus
n.VII : m.stilohyoid
n.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoid
n.XII :m.stiloglosus
n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini
n.V :m.tensor veli palatini
n.V : m.milohyoid, m. Digastrikus
n.VII : m. Stilohioid
n.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioid
n.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeus
n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring, m.konstriktor
faring sup, m.konstriktor ffaring med.
n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf.
n.IX :m.stilofaring
n.X : m.krikofaring
Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai
serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.
Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan
waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian
atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah,
pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus bagian atas.
Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur.
Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam
penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :
1. Oropharyngeal propulsion pomp (OPP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga lidah 2/3
depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi dari
m.konstriktor faring.
12
2. Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibat
terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap ke
arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh
m.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus bagian
superior.
c. Fase Esofageal
Terjadi gelombang peristaltik pada esofagus, mendorong bolus menuju sfingter esofagus
bagian distal, kemudian menuju lambung.
Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun
lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.
Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :
1. Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik primer
terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian
proksimal. Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik
kedua yang merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.
2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikus
yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan gelombang
ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.
Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak peristaltik
dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia akibat dari
berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik primer.
3. Peranan Sistem Saraf dalam Proses Menelan
Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :
1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring langsung
akan berespons dan menyampaikan perintah.
2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi)
pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik proses
menelan) dan nukleus ambigius yg berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke
motor neuron otot yg berhubungan dgn proses menelan.
13
3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah
MEKANISME TERSEDAK
Apa itu tersedak ?
Tersedak adalah masuknya benda asing misalnya makanan atau minuman ke dalam
tenggorokan. Hal ini biasanya jarang terjadi, tetapi anak kecil lebih sering mengalaminya
daripada orang dewasa. Tersedak harus diwaspadai bila mengenai anak berusia kurang dari 1
tahun karena sering menimbulkan gawat nafas dan kematian.
Bagaimana bisa tersedak ?
Kerongkongan sebagai jalan masuknya makanan dan minuman secara anatomis terletak
di belakang tenggorokan (jalan nafas). Kedua saluran ini sama-sama berhubungan dengan lubang
hidung maupun mulut. Agar tidak terjadi salah masuk, maka di antara kerongkongan dan
tenggorokan terdapat sebuah katup (epiglottis) yang bergerak secara bergantian menutup
tenggorokan dan kerongkongan seperti layaknya daun pintu. Saat bernafas, katup menutup
kerongkongan agar udara menuju tenggorokan, sedangkan saat menelan makanan, katup
menutup tenggorokan agar makanan lewat kerongkongan. Tersedak dapat terjadi bila makanan
yang seharusnya menuju kerongkongan, malah menuju tenggorokan karena berbagai sebab.
Apa yang membuat orang mudah tersedak?
Banyak faktor yang dapat mempermudah terjadinya tersedak, antara lain :
1. Faktor personal yaitu umur (paling sering pada anak < 4 tahun), jenis kelamin
(perempuan lebih sering daripada laki-laki), pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal
14
2. Kegagalan mekanisme perlindungan yang normal misalnya pada saat tidur, kesadaran
menurun, mabuk, dan epilepsi
3. Faktor fisik yaitu adanya kelainan bawaan dan kelainan neurologik
4. Proses menelan yang belum sempurna pada anak
5. Belum tumbuhnya gigi geraham pada anak kurang dari 4 tahun
6. Faktor kejiwaan
7. Tindakan bedah dan medis sebelumnya
8. Dll.
Apa gejala orang tersedak ?
Gejala yang paling sering muncul saat tersedak adalah batuk-batuk, hal ini normal karena
batuk adalah mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari tenggorokan.
Akan tetapi semakin besar benda yang masuk maka gejala yang muncul lebih mirip orang yang
tercekik ( choking) seperti : sesak nafas, tidak ada suara atau suara serak, mengi, hingga tidak
nafas dan ini perlu tindakan medis yang segera untuk menghindari gawat nafas. Selain itu hal
yang perlu diwaspadai adalah benda asing yang tetap tertinggal di tenggorokan tanpa disadari,
hal ini berbahaya karena benda asing ini akan menimbulkan reaksi peradangan dan akhirnya
malah menyumbat jalan nafas sehingga gejala sesak nafas akan muncul beberapa hari kemudian.
Apa yang harus dilakukan bila tersedak ?
Tindakan yang cepat dan tepat diperlukan dalam mengatasi tersedak ini. Tindakan itu
antara lain :
1. Membatukkan benda asing itu keluar terutama melalui mulut, bila benda asing keluar dari
hidung, harus segera dibersihkan sehingga tidak menyumbat hidung.
2. Pada anak kecil, dapat dibantu dengan membalikkan anak dengan kepala di bawah lalu
menepuk-nepuk punggung dan tengkuk hingga benda asing terbatukkan keluar
3. Bila benda asing menyumbat total saluran nafas yang ditandai dengan sesak nafas dan
tidak adanya suara, maka dapat dilakukan pertolongan dengan perasat heimlich dengan
cara:
15
a.
Bila korban masih bisa berdiri, penolong berada di belakang korban lalu
melingkarkan tangan ke dada pasien sedangkan kepalan tangan berada di perut
bagian atas, kemudian hentakan tangan anda ke arah belakang atas secara tiba-tiba
dengan harapan benda asing akan terdorong keluar karena tekanan yang
dihasilkan.
b.
Bila korban terbaring, baringkan korban dengan kepala lurus dan leher tidak
tertekuk ke samping. Lalu penolong berada di samping korban dan letakkan
kepalan tangan pada perut bagian atas dan lakukan penekanan ke arah bawah atas
agar benda asing terdorong keluar.
c.
Pada anak kecil, korban dipangku oleh penolong lalu dengan 2 atau 3 jari saja
lakukan penekanan pada perut bagian atas sedangkan bila anak kecil terbaring
lakukan hal yang sama seperti orang dewasa hanya saja penolong hanya
menggunakan jari-jarinya saja.
d. Bila tindakan-tindakan di atas tidak berhasil maka segera bawa ke rumah sakit
untuk mendapat pertolongan darurat.
Bagaimana mencegah tersedak?
Daripada menderita akibat tersedak, tentu lebih baik mencegah terjadinya tersedak
apalagi terhadap anak kecil. Berikut adalah tips-tips sederhana mencegah tersedak.
16
1. Jangan berbicara sambil makan, karena selain tidak sopan, hal ini juga membuat kerja
katup menurun sehingga resiko tersedak lebih tinggi.
2. Pada anak-anak atau bayi, hindari memberi susu atau makanan saat anak lagi menangis
atau tertawa karena lebih mudah tersedak.
3. Sesaat setelah makan, anak-anak atau bayi harus didudukkan dulu selama 10 menit untuk
mengeluarkan udara dari lambung sehingga resiko muntah dan masuk dalam saluran
nafas mengecil
4. Makanlah dengan posisi duduk, terutama pada anak kecil hindari menyusu atau makan
dengan posisi berbaring
5. Hindari makan terlalu kenyang terutama pada bayi sehingga resiko dimuntahkan kembali
dan tersedak jadi kecil
6. Kunyahlah makanan hingga halus.
2.2 DEFINISI
Akalasia (kardiospasme atau megaesofagus) adalah:
- Kegagalan relaksasi serat-serat otot polos saluran cerna pada persimpangan bagian yang
satu dengan yang lain khususnya kegagalan sfingter esofagogaster untuk mengendur pada
waktu menelan akibat degenerasi sel-sel ganglion pada organ itu. (kamus saku
kedokteran Dorland, 2007)
- Gagal melemas; menandakan relaksasi inkomplet sfingter esofagus bawah sebagai
respons terhadap menelan yang menimbulkan obstruksi fungsional esofagus yang
menyebabkan esofagus lebih proksimal mengalami dilatasi. (buku ajar patologi robbins,
2007)
- Suatu keadaan khas yang ditandai dengan tidak adanya peristalsis korpus esofagus bagian
bawah dan sfingter esofagus bagian bawah(SEB) yang hipertonik sehingga tidak bisa
mengadakan relaksasi secara sempurna pada waktu menelan makanan. (buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid I, 2006)
Jika akalasia menjadi berat, esofagus tidak bisa mengosongkan makanan yag ditelan ke
dalam lambung untuk beberapa jam, padahal waktu normal adalah beberpa detik. Setelah
berbulan-bulan atau bertahun-tahun esofagus menjadi sangat besar bahkan bisa menampung 1
17
liter makanan, yang kemudian menjadi busuk infeksius selama periode yang lama dari stasis
esofagus.
2.3 ETIOLOGI
Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum diketahui. Namun, secara histologik pada
penyakit akalasia ditemukan penyebab berupa degenerasi sel ganglion plexus auerbach di
sepanjang esophagus parstorakal yang menyebabkan control neurologis dan sebagai akibatnya
gelombang peristaltik primer tidak mencapai sfingter esophagus bawah.
Berdasar teori, penyebab akalasia antara lain:
1. Teori genetik
Akalasia dapat diturunkan berkisar antara 1%-2% dari populasi penderita akalasia.
2. Teori infeksi
Akalasia disebabkan oleh:
a. Bakteri (diphtheria pertusis, dostridia, tuberculosis, sipilis)
b. Virus (herpes, varicella zooster)
c. Zat toxic (gas kombat)
3. Teori autoimun
Akalasia disebabkan oleh respons inflamasi dalam pleksus mienterikus esophagus
didominasi oleh limfosit T yang berperan dalam penyakit autoimun.
4. Teori degenerative
Akalasia berhubungan dengan proses penuaan dengan status neurologi atau penyakit psikis
seperti Parkinson atau depresi.
2.4 EPIDEMIOLOGI
Penyakit akalasia jarang dijumpai dibanding dengan penyakit lain. Sebagian besar kasus
terjadi pada umur pertengahan dengan perbandingan jenis kelamin yang hampir sama, lebih
sering terjadi pada orang dewasa meskipun dapat terjadi pada masa anak atau bayi. Penyakit ini
juga tidak diturunkan dan biasanya memerlukan waktu bertahun-tahun hingga menimbulkan
gejala. Di Amerika Serikat ditemukan sekitar 2000 kasus akalasia setiap tahun, sebgian besar
pada usia 25-60 tahun dan sedikit pada anak-anak.
18
2.5 KLASIFIKASI
Berdasar etiologi, akalasia dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Primer
Merupakan kasus akalasia yang paling banyak ditemukan di Amerika Serikat. Pada jenis
ini, penyebab akalasia tidak diketahui, tetapi diduga disebabkan oleh virus neurotropik
yang mengakibatkan lesi pada nucleus dorsalis vagus pada batang otak dan ganglia
misenterikus pada esofagus. Namun, beberapa sumber juga menyatakan bahwa degenerasi
pleksus auerbach menyebabkan hilangnya kontrol neurologis yang mengakibatkan
gelombang peristaltik primer tidak mencapai sfingter esofagus bagian bawah(SEB) untuk
merangsang relaksasi. Adapun faktor keturunan yang cukup berpengaruh pada penyakit
akalasia ini.
2. Sekunder
Akalasia disebabkan oleh penyakit lain, antara lain:
- Infeksi(penyakit Chagas)
- Karsinoma lambung yang menginvasi esofagus melalui radiasi, toksin atau obat-obat
tertentu.
- Tumor intraluminer, seperti tumor kardia atau pendorongan ekstra luminar seperti
pseudokista pancreas.
- Obat anti kolinergik atau pasca vagotomi.
Gambaran klinis:
No. Tanda gejala Primer Sekunder
1. Disfagia Ringan sampai berat ( >1 tahun)Sedang sampai berat (< 6
bulan)
2. Regurgitasi Sedang sampai berat Ringan
3. Berat badan menurun Ringan (5 kg) Berat (15 kg)
4. Nyeri dada Ringan sampai sedang Jarang
5. Komplikasi paru Sedang Jarang
2.6 MANIFESTASI KLINIS
Ada tanda-tanda utama dari penyakit akalasia, yaitu:
1. Disfagia (sukar menelan)
19
klien mengalami disfagia atau sukar menelan baik untuk makanan padat maupun cair.
Sifat pada permulaan hilang timbul yang dapat terjadi selama bertahun-tahun sebelum
diagnosis diketahui secara jelas. Letak obstruksi biasanya dirasakan pada retrosternal
bagian bawah.
2. Regurgitasi
Kilen mengalami regurgitasi atau aliran kembali. Hal ini berhubungan dengan posisi
klien (seperti saat berbaring) dan sering terjadi pada malam hari karena adanya akumulasi
makanan pada esofagus yang melebar. Namun, ciri khasnya adalah klien tidak merasa
asam ataupun pahit.
3. Penurunan berat badan
Hal ini disebabkan karena klien takut makan akibat adanya odinofagia(nyeri menelan).
Namun, jika penyakit ini sudah berlangsung lama akan terjadi kenaikan berat badan
karena pelebaran esofagus akibat retensi makanan dan akan meningkatkan tekanan
hidrostatik yang akan melebihi tekanan sfingter esofagus bagian bawah (SEB).
4. Gejala yang menyertai gejala utama, seperti nyeri di dada . Gejala ini dialami sekitar 30%
kasus tetapi tidak begitu dirasakan oleh klien. Sifat nyeri dengan lokasi substernal dan
biasanya dirasakan apabila meminum air dingin. Hal ini merupakan akibat komplikasi
retensi makanan dalam bentuk batuk dan pneumonia aspirasi.
2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan radiologi sangat membantu dalam penegakan diagnosis pada suatu
penyakit, ini harus dikorelasikan dengan temuan klinis dan riwayat penyakitnya.12 Pada
foto polos toraks pasien achalasia tidak menampakkan adanya gelembung-gelembung
udara pada bagian atas dari gaster, dapat juga menunjukkan gambaran air fluid level pada
sebelah posterior mediastinum. Pemeriksaan esofagogram barium dengan pemeriksaan
fluoroskopi, tampak dilatasi pada daerah dua pertiga distal esofagus dengan gambaran
peristaltik yang abnormal serta gambaran penyempitan di bagian distal esofagus atau
esophagogastric junction yang menyerupai seperti bird-beak like appearance.
20
Rontgenogram thorax bisa menunjukkan pelebaran mediastinum akibat esofagus
yang berdilatasi mengandung batas udara-cairan. Tanda aspirasi paru menahun bisa
terlihat. Evaluasi ‘cinefluoroscopic’ esophagus akan menunjukkan tiga stadium :
Stadium 1 atau akalasia ringan, memperlihatkan tidak ada atau sedikit dilatasi dengan
retensi minimum materi kontraks proksimal terhadap sphincter esophagus bawah.
Kontraksi giat esophagus dapat terlihat dalam stadium ini dan mungkin sulit
dibedakan dari spasme esophagus difus.
Stadium 2 , memperlihatkan lebih banyak dilatasi dengan kontraksi nonperistaltik
yang lemah dan sambungan esophagogaster meruncing, yang menggambarkan
sphincter distal tidak relaksasi atau tertutup rapat.
Stadium 3 , memperlihatkan esophagus sangat besar dengan retensi makanan dan
sering penampilan seperti sigmoideum
2. Pemeriksaan Esofagoskopi
Esofagoskopi merupakan pemeriksaan yang dianjurkan untuk semua pasien
akalasia oleh karena beberapa alasan yaitu untuk menentukan adanya esofagitis retensi
dan derajat keparahannya, untuk melihat sebab dari obstruksi, dan untuk memastikan ada
tidaknya tanda keganasan. Pada pemeriksaan ini, tampak pelebaran lumen esofagus
dengan bagian distal yang menyempit, terdapat sisa-sisa makanan dan cairan di bagian
proksimal dari daerah penyempitan, Mukosa esofagus berwarna pucat, edema dan
kadang-kadang terdapat tanda-tanda esofagitis akibat retensi makanan. Sfingter esofagus
bawah akan terbuka dengan melakukan sedikit tekanan pada esofagoskop dan
esofagoskop dapat masuk ke lambung dengan mudah.
3. Pemeriksaan Manometrik
Gunanya untuk memulai fungsi motorik esofagus dengan melakukan pemeriksaan
tekanan di dalam lumen sfingter esofagus. Pemeriksaan ini untuk memperlihatkan
kelainan motilitas secara- kuantitatif dan kualitatif. Pemeriksaan dilakukan dengan
memasukkan pipa untuk pemeriksaan manometri melalui mulut atau hidung. Pada
akalasia yang dinilai adalah fungsi motorik badan esofagus dan sfingter esofagus bawah.
Pada badan esofagus dinilai tekanan istirahat dan aktifitas peristaltiknya. Sfingter
21
esofagus bagian bawah yang dinilai adalah tekanan istirahat dan mekanisme relaksasinya.
Gambaran manometrik yang khas adalah tekanan istirahat badan esofagus
meningkat, tidak terdapat gerakan peristaltik sepanjang esofagus sebagai reaksi proses
menelan. Tekanan sfingter esofagus bagian bawah normal atau meninggi dan tidak terjadi
relaksasi sfingter pada waktu menelan.
4. Menelan barium atau esofagogastroduodenoskopi (EGD); ± pemantauan pH esofagus
atau manometer.
Pemeriksaan radiologis barium biasa dikombinasikan dengan pemeriksaan
diagnostic lambung dan duodenum (rangkaian pemeriksaan radiologis gasyrointestinal
bagian atas menggunakan barium sulfat) menggunakan barium sulfat dalam cairan atau
suspens kri yang ditelan . Mekanisme menelan dapat terlihat secara langsung dengan
pemeriksaan fluoroskopi atau perekaman gambaran radiografik. Bila dicurigai terdapat
kelainan esophagus ahli radiologi dapat meletakkan penderita dalam berbagai posisi.
5. Pemeriksaan motilitas
Berfungsi memeriksa bagian motorik esophagus dengan menggunakan kateter
peka tekanan atau balon mini mg diletakkan dalam lambung dan kemudian naikkan
kembali. Tekanan kemudian ditransmisi ke transduser yang diletakkan di luar tubuh
penderita , pengukuran perubahan tekanan esophagus dan lambung sangat menambah
pengertian aktivitas esophagus pada keadaan sehat atau sakitsaat istirahat dan selama
menelan.
2.8 DIAGNOSA BANDING
1. Penyakit Chagas
Penyakit Chagas adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit, Trypanosoma cruzi,
dan terbatas pada Sentral Amerika dan Amerika selatan. Ia ditularkan ke manusia-manusia
melalui gigitan-gigitan serangga dari reduviid bug. Parasit dikeluarkan dalam feces
serangga pada saat ia menggigit. Menggaruk gigitan memecahkan kulit dan mengizinkan
parasit untuk memasuki tubuh. Parasit menyebar keseluruh tubuh namun mengambil
kediaman utama di otot-otot dari saluran pencernaan, dari esophagus ke rektum, meskipun
22
ia juga sering mempengaruhi otot jantung. Pada saluran pencernaan, parasit menyebabkan
degenerasi syaraf-syaraf yang mengontrol otot-otot dan dapat menjurus pada fungsi yang
abnormal dimana saja di saluran pencernaan. Ketika ia mempengaruhi esophagus,
kelainan-kelainan adalah sama (identis) dengan yang dari achalasia.
Penyakit Chagas akut terjadi kebanyakan pada anak-anak. Pada individu-individu yang
terlihat pada waktu yang jauh kemudian untuk persoalan-persoalan menelan, penyakit
akutnya telah lama berlalu. Diagnosis dari penyakit Chagas dapat dicurigai jika ada
keterlibatan dari bagian-bagian lain dari saluran pencernaan, seperti pembesaran dari usus
kecil atau usus besar dan jantung. Metode yang paling baik untuk membuat diagnosis
adalah dengan pengujian serologi yang mencari antibodi-antibodi dalam darah terhadap
parasit.
2. Kanker Esophagus
Kanker yang mulai di esophagus (juga disebut esophageal cancer) dibagi kedalam
dua tipe-tipe utama, squamous cell carcinoma dan adenocarcinoma, tergantung pada tipe
dari sel-sel yang ganas. Squamous cell carcinomas timbul di sel-sel squamous yang
melapisi esophagus. Kanker-kanker ini biasanya terjadi pada bagian atas dan tengah dari
esophagus. Adenocarcinomas biasanya berkembang pada jaringan yang berkelenjar pada
bagian bawah dari esohagus. Perawatan adalah serupa untuk kedua tipe-tipe dari kanker
esophagus.
Jika kanker menyebar keluar dari esophagus, ia seringkali pertama pergi ke nodus-
nodus limfa. Nodus-nodus limfa adalah struktur-struktur yang kecil berbentuk kacang yang
adalah bagian dari sistim imun tubuh. Kanker esophagus dapat juga menyebar ke hampir
semua bagian lain tubuh, termasuk hati, paru-paru, otak, dan tulang-tulang. Untuk
membedakan antara achalasia dengan kaker esophagus maka dilakukan endoskopi
2.9 KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dan akalasia sebagai akibat dari retensi makanan pada esofagus
adalah sebagai berikut:
1. Obstruksi saluran pernapasan
23
Obstruksi saluran napas adalah kegagalan sistem pernapasan dalam memenuhi kebutuhan
metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas bagian atas (dari hidung sampai
percabangan trakea). Obstruksi saluran napas ini sering menyebabkan gagal napas.
2. Bronkhitis
Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki. Peradangan
tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi udara (Samer Qarah, 2007).
Definisi bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak tidak lebih dari
tiga minggu (Samer Qarah, 2007). Definisi bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum
setiap hari selama setidaknya 3 bulan dalam setahun selama paling sedikit 2 tahun
berturut-turut.
3. Pneumonia aspirasi
Pneumonia Aspirasi adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh terhirupnya bahan-
bahan ke dalam saluran pernafasan.
4. Abses paru
Abses Paru diartikan sebagai kematian jaringan paru-paru dan pembentukan rongga yang
berisi sel-sel mati atau cairan akibat infeksi bakteri.
5. Divertikulum meckel
Divertikulum Meckel adalah suatu kelainan bawaan, yang merupakan suatu kantung
(divertikula) yang menjulur/menonjol dari dinding usus halus; divertikula bisa
mengandung jaringan lambung maupun jaringan pankreas.
6. Perforasi esophagus
Perforasi esofagus adalah pecahnya dinding esofagus karena muntah-muntah. 90 %
penyebab ruptur esofagus adalah iatrogenik,yang biasanya diakibatkan oleh instrumentasi
medis seperti paraesophageal endoskopi atau pembedahan. Dan 10%nya disebabkan oleh
muntah-muntah
7. Small cell carcinoma
8. Sudden death
2.10 PENATALAKSANAAN
24
1. Medikamentosa
a. Obat antagonis kalsium, nifedipin 10-20 mg peroral dapat menurunkan tekanan SEB
pasien dengan akalasia ringan sampai sedang. Hasil pengobatan ini didapatkan
perbaikan gejala klinis pasien sampai dengan 18 bulan bila dibandingkan dengan
placebo. Pemakaian preparat nifedipin sublingual, 15-30 menit sebelum makan
memberikan hasil yang baik.
b. Amilnitrit dapat digunakan pada waktu pemeriksaan esofagogram yang akan
berakibat relaksasi pada daerah kardia.
c. Isosorbit dinitrat dapat menurunkan tekanan sfingter esophagus bagian bawah dan
meningkatkan pengosongan esophagus.
2. Injeksi Botulinum Toksin
Suatu injeksi botulinum toksin intrasfingter dapat digunakan untuk menghambat
pelepasan asetilkolin pada bagian sfingter esofagus bawah, yang kemudian akan
mengembalikan keseimbangan antara neurotransmiter eksitasi dan inhibisi. Dengan
menggunakan endoskopi, toksin diinjeksi dengan memakai jarum skleroterapi yang
dimasukkan ke dalam dinding esophagus dengan sudut kemiringan 45°, dimana jarum
dimasukkan sampai mukosa kira-kira 1-2 cm di atas squamocolumnar junction.
Lokasi penyuntikan jarum ini terletak tepat di atas batas proksimal dari sfingter
esofasus bawah dan toksin tersebut diinjeksi secara caudal ke dalam sfingter. Dosis
efektif yang digunakan yaitu 80-100 unit/mL yang dibagi dalam 20-25 unit/Ml untuk
diinjeksikan pada setiap kuadran dari sfingter esophagus bawah.
3. Dilatasi SEB
Dengan cara sederhana menggunakan businasi hurst yang terbuat dari bahan karet
yang berisi air raksa dalam ukuran F (French) mempunyai 4 jenis ukuran. Prinsip
kerjanya berdasarkan gaya berat yang dipakai dari ukuran terkecil sampai terbesar secara
periodik. Keberhasilan businasi ini hanya pada 50 % tanpa kambuh, 30 % sedang dan
terjadi kambuh sedangkan 15% gagal.
Dengan menggunakan dilatasi pneumatik. Dilatasi ini dapat dilakukan dengan
cara memasukan tabung yang berisi air raksa yang disebut bougie atau lazim disebut
25
dengan kantong pneumatic yang diletakan di daerah sfingter esophagus bagian bawah,
ditiup kuat.
Pasien harus dipuasakan dulu selama 12 jam dan dilakukan pemasangan dengan
panduan fluoroskopi. Posisi balon harus berada di atas hiatus diafragmatika dan setengah
lagi dalam gaster. Balon dikembangkan secara maksimal dan secepat mungkin agar
peregangan SEB seoptimal mungkin, selama 60 detik setelah itu dikempiskan.Untuk satu
kali pengobatan, pengembangan balon tidak melebihi dua kali.
Tanda-tanda pengobatan berhasil bila pasien merasa nyeri bila balon ditiup dan
segera menghilang jika balon dikempiskan. Bila nyeri menetap, kemungkinan terjadi
perforasi.
4. Miotomy heller
Pembelahan serabut-serabut otot perbatasan esophagus-lambung. Operasi ini
terdiri dari suatu pemisahan serat otot (mis: miotomi) dari sfingter esofagus bawah (5 cm)
dan bagian proksimal lambung (2 cm), yang diikuti oleh partial fundoplication untuk
mencegah refluks. Pasien dirawat di rumah sakit selama 24-48 jam, dan kembali
beraktfitas sehari-hari setelah kira-kira 2 minggu. Secara efektif, terapi pembedahan ini
berhasil mengurangi gejala sekitar 85-95% dari pasien, dan insidens refluks post operatif
adalah antara 10% dan 15%. Oleh karena keberhasilan yang sangat baik, perawatan
rumah sakit yang tidak lama, dan waktu pemulihan yang cepat, maka terapi ini dianggap
sebagai terapiutama dalam penanganan akalasia esofagus.
Piloroplasti (pelebaran pintu keluar lambung) sering dilakukan bersamaan agar
dapat mengosongkan isi lambung dengan cepat dan mencegah refluk ke dalam
esophagus.
2.11 PATOFISIOLOGI
Terlampir
2.12 ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
26
1. Identitas Klien
Nama : Ny. Celline
Usia : 72 tahun
Alamat : -
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : -
Diagnosa medis : Akhalasia
Pekerjaan : -
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Klien mengalami masalah saat makan atau minum
Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien didiagnosa akhalasia dengan keluhan mengalami masalah saat makan atau
minum, seringkali tersedak sampai beberapa kali makanan bukannya tertelan tapi
masuk ke rongga hidung sehingga terbatuk dan bersin saat makan
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengalami keadaan ini agak lama tapi 2 bulan belakangan ini makin berat
3. Pemeriksaan Fisik
BB : 50 kg
TB : 165 cm
4. Pengumpulan Data
DS :
Klien mengeluh mengalami masalah saat makan atau minum.
Ia seringkali tersedak sampai beberapa kali makanan bukannya tertelan tapi masuk ke
dalam rongga hidung sehingga ia terbatuk dan bersin saat makan.
DO :
BB turun
5. Pemeriksaan Penunjang : -
B. Analisis Data
No
.
Data menyimpang Etiologi Masalah keperawatan
27
1. DS: klien
mengeluh
mengalami
masalah saat
makan dan minum
DO: BB turun
Sulit menelan→akhalasia→
makanan tertahan di
esofagus→intake makanan ke
lambung menurun→absorpsi
nutrient
berkurang→ nutrisi kurang dari
kebutuhan
Gangguan kebutuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
2. DS: klien
mengeluh
mengalami
masalah saat
makan dan minum
DO:-
Gagalnya spingter untuk
relaksasi→makanan dan
minuman tertahan di
esofagus→tekanan di esophagus
lebih besar daripada di
gaster→refluk→tersedak→intake
cairan ke tubuh berkurang
Gangguan cairan kurang
dari kebutuhan
3. DS: Ia seringkali
tersedak sampai
beberapa kali
makanan bukannya
tertelan tapi masuk
ke dalam rongga
hidung sehingga ia
terbatuk dan bersin
saat makan.
DO: -
Faktor usia→ degenerasi
syaraf→ kerja otot menurun
→sfingter esofagus bawah gagal
berelaksasi→ makanan masuk
ke saluran nafas→ respon
batuk dan bersin→ resiko
bersihan jalan nafas tak efektif
Resiko bersihan jalan
nafas tak efektif
4. DS: Ia seringkali
tersedak sampai
beberapa kali
makanan bukannya
tertelan tapi masuk
Faktor usia→ degenerasi
syaraf→ kerja otot menurun
→sfingter esofagus bawah gagal
berelaksasi→ makanan masuk
ke saluran nafas→resiko aspirasi
Resiko aspirasi
28
ke dalam rongga
hidung sehingga ia
terbatuk dan bersin
saat makan.
DO: -
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan sulit menelan ditandai oleh
klien mengeluh mengalami masalah saat makan dan minum dan Berat badan turun
2. Gangguan kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan sulit menelan
ditandai oleh klien mengeluh mengalami masalah saat makan dan minum
3. Resiko bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan makanan masuk ke saluran
nafas
4. Resiko aspirasi berhubungan dengan makanan masuk ke saluran nafas
D. Rencana Asuhan Keperawatan
No. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
berhubungan dengan
klien
mengalami masalah
pada
saat makan ditandai
dengan
penurunan berat
badan.
Setelah 1 minggu
perawatan,
kebutuhan nutrisi
klien seimbang
/terpenuhi dengan
criteria hasil :
Berat badan naik
½ kg.
Mencapai Body
Max Index yang
Normal
Nafsu makan
meningkat
Berikan makanan
sesuai dengan
kebutuhan
Berikan makanan
dengan porsi sedikit
tapi sering
Berikan makanan
jangan terlalu padat
dan terlalu cair
Pemberian yang sesuai
indikasi dan tidak
memberatkan klien
apabila
berlebihan
Mencegah terjadinya
penumpukan makanan
pada
esophageal
Makanan yang tidak
terlalu
padat dan tidak terlalu
cair
29
Beritahu pada klien
untuk selalu
menghabiskan
makanannya
Berikan obat –
obatan golongan
nitrates dan calcium
channel blokers
dapat dengan mudah
dicerna
oleh tubuh
Membantu
melancarkan dan
memudahkan
pencapaian
tujuan
Obat golongan nitrates
membantu
mengendurkan
spincter esophagus
bagian
bawah sedangkan
calcium
channel bloker dapat
membantu esophagus
untuk
relaks dan tidak
konstriksi.
2. Gangguan kebutuhan
cairan kurang dari
kebutuhan
berhubungan dengan
sulit menelan ditandai
oleh klien mengeluh
mengalami masalah
saat minum
Kebutuhan nutrisi
klien seimbang/
terpenuhi dengan
kriteria hasil :
Pasien tidak
bermasalah saat
minum
Pantau jumlah
keluaran urin klien
Berikan cairan yang
adekuat
Berikan buah-buahan
Agar dapat
mengetahui jumlah
cairan yang harus
diberikan dan jenis
cairan
Agar pasien tidak
kekurangan elektrolit
dan kebutuhan cairan
stabil
Untuk menambah
30
dan sayuran yang
mengandung banyak
air
cairan yang diperlukan
klien
3. Bersihan jalan
nafas tak efektif
b.d masuknya
makanan ke saluran
pernafasan (batuk dan
bersin)
Tujuan jangka
pendek : klien
mampu dan
mengerti
menerapkan batuk
efektif
Tujuan jangka
panjang :
bersihan jalan nafas
efektif dalam waktu
3 hari
Ajarkan klien batuk
efektif
Berikan posisi tidur
lebih tinggi
Berikan perawatan
mulut yang baik
setelah batuk
Kaji kondisi
pernafasan (frekuensi,
kedalaman, gerakan
dada, penggunaan
otot bantu nafas,
tegak, dan
meningkatkan
kenyamanan sewaktu
inspirasi)
Batuk efektif dapat
dilakukan dalam
kondisi duduk
Posisi semi fowler
akan mempermudah
pasien untuk bernafas,
dan meningkatkan
ekspansi dada
sehingga udara mudah
masuk
Meningkatkan
kenyamanan klien
selama mengalami
perawatan
Berguna dalam
evaluasi derajat
distress pernafasan
dan kronisnya proses
penyakit
4. Resiko tinggi aspirasi
b.d makanan tidak
tertelan dan masuk
ke saluran pernafasan
Setelah diberikan
perawatan 3x 24 jam
klien tidak lagi
beresiko aspirasi
saat pemberian
Dorong/ bantu latihan
nafas abdomen atau
bibir
Memberikan pasien
beberapa cara untuk
mengatasi dan
mengontrol dipsnea
dan menurunkan
31
nutrisi dengan
kriteria hasil :
Klien tidak lagi
tersedak saat
makan
Pola nafas klien
saat makan tidak
terganggu
Ajarkan klien posisi
duduk saat makan
Kolaborasi pre dan
post operasi:
Pemasangan NGT
Pemantauan posisi
NGT
jebakan udara
posisi duduk saat
makan dapat
mengurangi resiko
terjadinya aspirasi
indikasi pemasangan
NGT pre operasi dan
post operasi pada
klien akalasia untuk
pemberian nutrisi dan
obat yang adekuat bagi
klien.
Pemantauan posisi
NGT oleh perawat
ditujukkan untuk
meninjau kebersihan
respon klien agar
terhindar dari infeksi
mikroorganisme yang
dapat memperburuk
prognosis penyakit.
2.13 PENDIDIKAN KESEHATAN
32
1. Menjelaskan konsep dan prognosis penyakit achalasia2. Makanan di berikan sedikit-sedikit tapi sering3. Makanan Lunak, Tinggi serat, hindari gorengan4. Saat makan, posisi harus duduk5. Pertahankan posisi duduk setelah makan6. Hindari posisi hiperekstensi pada kepala
BAB III
33
SEVEN JUMP
KASUS 1
Ny. Celline 72 thun TB:165 cm BB: 50kg, mengeluh belakangan ini mengalamai masalah saat
makan minum, ia sering kali tersedak sampai beberapa kali, makanan bukannya tertelan tetapi
masuk ke rongga hidung, sehingga dia batuk dan bersin saat makan. Keadaan ini sudah
berlangsung agak lama, tetapi 2 bulan belakangan ini makin berat sehingga BB menurun,
sebelumnya BB Ny.Celline cukup ideal dengan BMI 24.
STEP 1
1. Diagnosa dengan keluhan tersedak?2. Apa penyebab pas 2 bulan lebih berat?3. Komplikasi pada saluran nafas?4. Mekanisme tersedak hingga ke hidung?5. Pertolongan pertama saat tersedak?6. Mekanisme menelan yang normal?7. Penatalaksaan non medis? 8. Nutrisi harus diberikan?9. Klasifikasi BMI?10. Apakah kalau minum juga keluar dari hidung?11. Pemeriksaan Diagnostik?12. Cara pemberian nutrisi?13. Berhubungan dengan degenerasi?14. Manifestasi klinis ?15. diagnosa keperawatan utama ? askep?16. Aktifitas yang intoleran?intervensi?17. Penyebab BB turun?18. Penkes dan pencegahan?19. Farmakologi?20. Anfis saluran pencernaan bagian atas?21. Factor resiko?22. Insidensi?23. Apakah ada klasifikasi?24. Ada kerusakan sfingter saat makan tapi batuk?25. Diagnose banding?
STEP 3
34
20. esophagus 23-25 cm diameter 2 cm, 1/3 bagian atas otot volunteer dan 2/3 bagian bawah otot
involunter. Esophagus: mulut-faring-kerongkongan-sfingter-lambung. Bagian bawah: usus
besar-usus halus- anus.
17. BB menurun – tidak tercerna makanan itu – perombakan lemak makanan tertahan – makanan
susah masuk lambung – tidak ada yang dicerna. Tidak ada nutrisi ke sel – metabolism
anaerob – BB terganggu – ada gangguan digestive – pencernaan terganggu – makanan belum
diabsorpsi.
1. Achalasia karena degenarasi
9. BMI underweight : <19 , normal: 19-25 , overweight: >25
3. Ada refluks makanan da yang masuk ke pernafasan sehingga pneumonia control sfingter
rusak asam lambung mengiritasi esophagus.
6. makanan ke kerongkongan sambil ngomong maka bisa tersedak saat makan sfingter tidak
optimal.
4. makanan masuk tertahan di esophagus, tekanan besar aspirasi sfingter terbuka sehingga masuk
ke pernafasan.
12. nutrisi, makanan yang lunak, cairan, makan sering tapi sedikit, jangan terlalu banyak cairan,
bias besar lambung dan mual.
13. ya, otot inviolunter ada degenerasi sehingga tidak berfungsi.
24. penurunan fungsi sfingter etiologi degenerative
14. BB menurun, sulit menelan, chest pain, malaise, anorexia, fatique.
11. x-ray , barium: tertahan dimana makanan, Manometrik:pengukuran tekanan di esophagus,
Endoscopy: camera dimasukkan ke dalam esophagus
15. Gangguan nutrisi dan Gangguan cairan dan elektrolit
21- 22. Sama untuk jenis kelamin, usia dewasa merupakan factor resiko.
23. tidak ada
18. Nutrisi: sedikit tapi sering, aktivitas untuk ditoleransi, jangan makan yang terlalu keras,
jangan sambil tidur. Pencegahan: jangan makan sambil ngomong.
2. selama 2 bulan intake nutrisi menurun, pertahanan tubuh menurun, lemas dan penurunan
kekebalan tubuh.
26. colon menyerap – konstipasi.
5. dipeluk dari belakang pegang perut terus ditekan
35
Intake cairan menurun
Gg. Cairan kurang dari kebutuhan
tubuhinfus
STEP 4 MIND MAP
STEP 5 LO
19, 25
Anfis
Patof
Askep
Mekanisme tersedak
BAB IV
36
Asupan nutrisi
tertahan
Tidak masuk ke
lambung
Gg. Ingesti
BB turun
Lemah
Resiko intoleran
aktifitas
Nutrisi makan
sedikit tapi sering,
makanan lunak,
posisi yang benar
saat makan
Degenatif
Fungsi esophagus
Makan dan minum
tertahan di
esophagus
Refluks
tersedak
achalasia
sfingter gastro
esophageal terbuka
HCL ke esophagus
esofagitis
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akalasia adalah keadaan sfingter esofagus inferior yang gagal berelaksasi selama
menelan. Sebagai akibatnya, makanan yang ditelan ke dalam esofagus gagal untuk melewati
esofagus masuk ke dalam lambung.
Jika akalasia menjadi berat, esofagus sering tidak mengosongkan makanan yang ditelan
ke dalam lambung selama beberapa jam, padahal waktu yang normal adalah beberapa detik.
Setelah berbulan-bulan dan bertahun-tahun, esofagus menjadi sangat membesar sehingga sering
kali dapat menampung sebanyak satu liter makanan, yang sering menjadi terinfeksi dan
membusuk selama periode statis esofagus yang lama. Infeksi juga dapat mengakibatkan ulserasi
mukosa esofagus, kadang-kadang menimbulkan nyeri subternal atau bahkan ruptur dan
kematian.
Akalasia dapat diobati dengan melebarkan katup secara mekanik, contohnya dengan
menggelembungkan sebuah balon di dalam kerongkongan. 40% hasil dari prosedur ini
memuaskan, tetapi mungkin perlu dilakukan secara berulang. Dengan pemberian nitrat
(contohnya nitroglycerin) yang ditempatkan di bawah lidah sebelum makan atau penghambat
saluran kalsium (contohnya nifedipine), maka tindakan untuk melebarkan kerongkongan dapat
ditangguhkan.
Sebagai perawat kita dapat memberikan Health Education kepada klien dengan cara
menghindari alcohol, dan makanan panas, dingin, dan pedas dan dianjurkan untuk tidur dengan
kepala terangkat untuk menghindari aspirasi.
B. Saran
Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok
mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa.
Selain itu penyakit akalasia ini sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa menerapkan
pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.
37