makalah akalasia

55
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini memang semakin modernnya zaman, semakin banyak juga penyakit yang timbul akibat Gaya hidup manusia dan karena factor alami. Salah satunya penyakit Akalasi yang terjadi karean penurunan fungsi dari esophagus yang menjadikan sering terjadi tersedak saat makan maupun minum, penyakit ini tidak bisa menular tapi bisa terjadi pada semua jenis kelamin. Penyakit akalasia ini lebih menyerang kepada orang yang sudah usia lanjut sehingga butuh perawatan khusus karena akan menggaggu masa tua kita semua, sehingga dibutuhkan pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik lagi untuk mencegah terjadinya penyakit ini sejak dini. Oleh karena itu, penyakit ini sangat menarik untuk dibahas karena sangat dekat sekali dengan kehidupan sehari-hari kita. Penyakit ini tentu bisa merusak aspek psikoliogi dan psikososial penderita, dan diperlukan asuhan keperawatan yang holistik dan pendidikan kesehatan untuk mencegah penyakit ini. 1.2 Tujuan Penulisan Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan suatu gambaran, penjelasan yang lebih mendalam mengenai penyakit Akalasia Esofagus ini. Diharapkan masyarakat dapat melakukan pencegahan dan pengobatan dini dengan cara yang tepat. 1

Upload: gustini-putri-dewanti

Post on 01-Jul-2015

1.221 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah akalasia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini memang semakin modernnya zaman, semakin banyak juga penyakit yang timbul

akibat Gaya hidup manusia dan karena factor alami. Salah satunya penyakit Akalasi yang terjadi

karean penurunan fungsi dari esophagus yang menjadikan sering terjadi tersedak saat makan

maupun minum, penyakit ini tidak bisa menular tapi bisa terjadi pada semua jenis kelamin.

Penyakit akalasia ini lebih menyerang kepada orang yang sudah usia lanjut sehingga

butuh perawatan khusus karena akan menggaggu masa tua kita semua, sehingga dibutuhkan

pengetahuan untuk mengobati dan lebih baik lagi untuk mencegah terjadinya penyakit ini sejak

dini.

Oleh karena itu, penyakit ini sangat menarik untuk dibahas karena sangat dekat sekali

dengan kehidupan sehari-hari kita. Penyakit ini tentu bisa merusak aspek psikoliogi dan

psikososial penderita, dan diperlukan asuhan keperawatan yang holistik dan pendidikan

kesehatan untuk mencegah penyakit ini.

1.2 Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan suatu gambaran, penjelasan yang lebih

mendalam mengenai penyakit Akalasia Esofagus ini. Diharapkan masyarakat dapat melakukan

pencegahan dan pengobatan dini dengan cara yang tepat.

1.3 Rumusan Masalah

1) Apakah yang menyebabkan penyakit Akalasia Esofagus?

2) Bagaimana gejala dan pengobatan penyakit Akalasia Esofagus?

3) Ada berapa klasifikasi penyakit Akalasia Esofagus?

4) Bagaimana patofisiologi Akalasia Esofagus?

4) Bagaimana Asuhan Keperawatan terhadap Penyakit Akalasia Esofagus?

5) Bagaimana Pendidikan Kesehatan untuk penyakit Akalasia Esofagus?

6) Artikel terbaru tentang Akalasia Esofagus?

1

Page 2: Makalah akalasia

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode pustaka

dan studi literatur, dengan mencari dan mengumpulkan data penting dari berbagai sumber

seperti website dan situs-situs internet serta buku-buku yang ada.

2

Page 3: Makalah akalasia

BAB II

KONSEP

2.1 ANATOMI FISIOLOGI

1.  Mulut

Mulut atau rongga oral adalah jalan masuk menuju system pencernaan dan berisi organ

aksesori yang berfungsi dalam proses awal pencernaan. Rongga vestibulum (bukal) terletak di

antara gigi dan bibir, serta pipi sebagai batas luarnya. Organ oral utama dibatasi gigi dan gusi di

bagian depan, palatum lunak dan keras di bagian atas, lidah di bagian bawah, dan orofaring di

bagian belakang.

a) Bibir

Bibir tersusun dari otot rangka (orbikularis mulut) dan jaringan ikat. Organ ini berfungsi

untuk menerima makanan dan produksi wicara.

Permukaan luar bibir dilapisi kulit yang mengandung folikel rambut, kelenjar

keringat, serta kelenjar sebasea.

Area transisional memiliki epidermis transparan. Bagian ini tampak merah karena

dilewati oleh banyak kapiler yang dapat terlihat.

Permukaan dalam bibir adalah membrane mukosa. Bagian frenulum

labia melekatkan membrane mukosa pada gusi di garis tengah.

3

Page 4: Makalah akalasia

b) Pipi

Pipi mengandung otot buksinator maksikasi. Lapisan epitel pipi merupakan subjek abrasi

dan sel secara konstan terlepas untuk kemudian diganti dengan sel-sel baru yang membelah

dengan cepat.

c) Lidah

Lidah dilekatkan pada dasar mulut oleh frenulum lingua. Lidah berfungsi untuk

menggerakkan makanan saat dikunyah atau ditelan, untuk pengecapan, dan dalam produksi

wicara.

Otot-otot ekstrinsik lidah berawal pada tulang dan jaringan di luar lidah serta

berfungsi dalam pergerakan lidah secara keseluruhan.

Otot-otot intrinsik lidah memiliki serabut yang menghadap ke berbagai arah untuk

membentuk sudut satu sama lain, ini memberikan mobilitas yang besar pada lidah.

Papila adalah elevasi jaringan mukosa dan jaringan ikat pada permukaan dorsal lidah.

Papila-papila ini menyebabkan tekstur lidah menjadi kasar.

1. Papila fungiformis dan papilla sirkumvalata memiliki kuncup-kuncup pengecap.

2. Sekresi berair dari kelenjar Von Ebner, terletak di otot lidah, bercampur dengan

makanan pada permukaan lidah dan membantu pengecapan rasa.

Tonsil-tonsil lingua adalah agregasi jaringan limfoid pada sepertiga bagian belakang

lidah.

d) Kelenjar saliva

Kelenjar saliva mensekresi saliva ke dalam rongga oral. Saliva terdiri dari cairan encer

yang mengandung enzim dan cairan kental yang mengandung mukus.

Ada tiga pasang kelenjar saliva, yaitu:

1) Kelenjar parotid adalah kelenjar saliva terbesar, terletak agak ke bawah dan di

depan telinga dan membuka melalui duktus parotid (Stensen) menuju suatu elevasi

kecil (papilla) yang terletak berhadapa dengan gigi molar kedua pada kedua sisi.

4

Page 5: Makalah akalasia

2) Kelenjar submaksilar (submandibular) kurang lebih sebesar kacang kenari dan

terletak di permukaan dalam pada mandibula serta membuka melalui duktus

Wharton menuju ke dasar mulut pada kedua sisi frenulum lingua.

3) Kelenjar sublingual terletak di dasar mulut dan membuka melalui duktus sublingual

kecil menuju ke dasar mulut.

Saliva terutama terdiri dari sekresi serosa, yaitu 98% air dan mengandung enzim

amilase serta berbagai jenis ion (natrium, klorida, bikarbonat, dan kalium),

juga sekresi mukus yang lebih kental dan lebih sedikit yang mengandung glikoprotein

(musin), ion, dan air.

Saliva memiliki fungsi sebagai berikut.

1) Saliva melarutkan makanan secara kimia untuk pengecapan rasa.

2) Saliva melembabkan dan melumasi makanan sehingga dapat ditelan. Saliva juga

memberikan kelembaban pada bibir dan lidah.

3) Amilase pada saliva mengurai zat tepung menjadi polisakarida dan maltosa.

4) Zat buangan seperti asam urat dan urea serta berbagai zat lain seperti obat, virus, dan

logam diekskresi ke dalam saliva.

5) Zat antibakteri dan antibody dalam saliva berfungsi untuk membersihkan rongga oral

dan membantu memelihara kesehatan oral serta mencegah keruakan gigi.

Kendali saraf pada sekresi saliva.

1) Aliran saliva dapat dipicu melalui stimulus psikis (pikiran akan makanan), mekanis

(keberadaan makanan), atau kimiawi (jenis makanan).

2) Stimulus dibawa melalui serabut aferen dalam saraf cranial V, VII,IX, dan X

menuju nuklei salivatori inferior dan superior dalam medulla. Semua kelenjar saliva

dipersarafi serabut simpatis dan parasimpatis.

3) Volume dan komposisi saliva bervariasi sesuai jenis stimulus dan jenis inervasinya

(system simpatis atau parasimpatis).

a. Stimulus parasimpatis mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah dan  sekresi

serosa yang banyak sekali.

b. Stimulus simpatis mengakibatkan vasokontrinksi pembuluh darah dan sekresi

mukus yang lebih kental dan lengket.

5

Page 6: Makalah akalasia

c. Pada manusia normal, saliva yang disekresi permenit adalah sebanyak 1ml. Saliva

yang disekresi dapat mencapai 1 L sampai 1,5 L dalam 24 jam.

e) Gigi

Gigi tersusun dalam kantong-kantong (alveoli) pada mandibula dan maksila.

Anatomi gigi

1) Setiap lengkung barisan gigi pada rahang membentuk lengkung gigi. Lengkung

bagian atas lebih besar dari bagian bawah sehingga gigi-gigi atas secara normal akan

menutup gigi bawah.

2) Manusia memiliki 2 susunan gigi ; gigi primer (desiduous, gigi susu) dan gigi

sekunder (permanen).

a. Gigi primer dalam setengah lengkung gigi (dimulai dariruang antara dua gigi

depan) terdiri dari 2gigi seri, satu taring dan dua graham, untuk total keseluruhan

20 gigi.

b. Gigi sekunder mulai keluar pada usia 5 sampai 6 tahun. Setengah dari lengkung

gigi terdiri dari 2gigi seri, satu taring, dua remolar dan tiga geraham, untuk total

keseluruhan 32 buah. Geraham ketiga disebut gigi bungsu.

3) Komponen gigi

a. Mahkota adalah bagian gigi yang terlihat. Satu sampai tiga akar yang tertanam

terdir dari bagian gigi yang tertanam ke dalam prosesus (kantong) alveolar tulang

rahang.

b. Mahkota dan akar beertemu pada leher yang diselubungi gingival (gusi).

c. Membran periodontal merupakan jaringan ikat yang melapisi kantong alveolar

dan melekatpada sementum di akar. Membran ini menahan gigi di rahang.

d. Rongga pulpa dalam mahkota melebar ke dalam saluran akar, berisi pulpa gigi

yang mengandung pembuluh darah dan saraf. Saluran akar membuka ke tulang

melalui foramen apical.

e. Dentin menyelubungi rongga pulpa dan membentuk bagian terbesar gigi. Dentin

pada mahkota gigi tertutup oleh email dan di bagian akar oleh sementum. Email

terdiri dari 97% bahan anorganik (terutama kalsium fosfat) dan merupakan zat

terkeras dalam tubuh. Zat ini berfungsi untuk melindungi,tetapi dapat tererosi oleh

enzim dan asam yang diproduksi bakteri mulut dan mengakibatkan karies gigi.

6

Page 7: Makalah akalasia

Fluoride dalam air minum atau yang sengaja dikenakan pada gigi dapat

memperkuat email.

Fungsi gigi. Gigi berfungsi dalam proses mastikasi (pengunyahan). Makanan yang

masuk dalam mulut dipotong menjadi bagian-bagian kecil dan bercampur

dengansaliva untuk membentuk bolus makanan yang dapat ditelan.

2. Faring

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa

yunani yaitu Pharynk. Ada tiga pembagian faring, yaitu:

1. Epifaring (nasofaring)

2. Mesofaring (orofaring)

3. Hipofaring (faringofaring)

Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak

mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak

bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan

rongga hidung, didepan ruas tulang belakang. Ke atas bagian depan berhubungan dengan rongga

hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga

mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari; Bagian

superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi

dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior

disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang

gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah

bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.

7

Page 8: Makalah akalasia

3. Esofagus

Esofagus diinervasi oleh persarafan simpatis dan parasimpatis (nervus vagus) dari

pleksus esofagus atau yang biasa disebut pleksus mienterik Auerbach yang terletak di antara otot

longitudinal dan otot sirkular sepanjang esophagus Esofagus mempunyai 3 bagian fungsional.

Bagian paling atas adalah upper esophageal sphincter (sfingter esofagus atas), suatu cincin otot

yang membentuk bagian atas esofagus dan memisahkan esofagus dengan tenggorokan. Sfingter

ini selalu menutup untuk mencegah makanan dari bagian utama esofagus masuk ke dalam

tenggorokan. Bagian utama dari esofagus disebut sebagai badan dari esofagus, suatu saluran otot

yang panjangnya kira-kira 20 cm. Bagian fungsional yang ketiga dari esofagus yaitu lower

esophageal sphincter (sfingter esophagus bawah), suatu cincin otot yang terletak di pertemuan

antara esofagus dan lambung. Seperti halnya sfingter atas, sfingter bawah selalu menutup untuk

mencegah makanan dan asam lambung untuk kembali naik/regurgitasi ke dalam badan esofagus.

Sfingter bagian atas akan berelaksasi pada proses menelan agar makanan dan saliva dapat masuk

ke dalam bagian atas dari badan esofagus. Kemudian, otot dari esofagus bagian atas yang terletak

di bawah sfingter berkontraksi, menekan makanan dan saliva lebih jauh ke dalam esofagus.

Kontraksi yang disebut gerakan peristaltik ini akan membawa makanan dan saliva untuk

turun ke dalam lambung. Pada saat gelombang peristaltik ini sampai pada sfingter bawah, maka

akan membuka dan makanan masuk ke dalam lambung. Esofagus berfungsi membawa makanan,

cairan, sekret dari faring ke gaster melalui suatu proses menelan, dimana akan terjadi

pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang lunak, proses menelan terdiri

dari tiga fase yaitu :

1. Fase oral

Makanan dalam bentuk bolus akibat proses mekanik bergerak pada dorsum lidah menuju

orofaring, palatum mole dan bagian atas dinding posterior faring terangkat.

2. Fase pharingeal

Terjadi refleks menelan (involuntary), faring dan taring bergerak ke atas oleh karena

kontraksi m. Stilofaringeus, m. Salfingofaring, m. Thyroid dan m. Palatofaring, aditus

laring tertutup oleh epiglotis dan sfingter laring.

3. Fase oesophageal

8

Page 9: Makalah akalasia

Fase menelan (involuntary) perpindahan bolus makanan kedistal oleh karena relaksasi m.

Krikofaring, di akhir fase sfingter esophagus bawah terbuka dan tertutup kembali saat

makanan sudah lewat.

MEKANISME MENELAN (DEGLUTISI)

1. Menelan

Menelan merupakan suatu aksi fisologi kompleks, dimana makanan atau cairan berjalan

dari mulut ke lambung. Juga merupakan rangkaian gerakan otot yang sangat terkoordinasi,

dimulai dari pergerakan volunter lidah & diselesaikan refleks dalam faring dan esofagus. Pada

saat menelan, sfingter esofagus atas membuka sesaat untuk memberi jalan kepada bolus

makanan yang ditelan. Menelan menimbulkan gelombang kontraksi yang bergerak ke bawah

sampai ke lambung. Hal ini dimungkinkan dengan adanya kerja sama antara kedua lapisan otot

esofagus yang berjalan sirkuler dan longitudinal (gelombang peristaltik primer) dan adanya daya

tarik gravitasi. Cairan yang diminum dalam posisi tegak akan mencapai cardia lebih cepat dari

gelombang peristaltik primer. Tapi pada posisi berbaring (kepala di bawah), maka cairan akan

berjalan sesuai dengan kecepatan gelombang peristaltik primer.

2. Neurofisiologi Menelan

Proses menelan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase oral, fase faringeal dan fase

esophageal.

9

Page 10: Makalah akalasia

a. Fase Oral

Makanan yang dikunyah oleh mulut (bolus) didorong ke belakang mengenai dinding

posterior faring oleh gerakan volunter lidah.

Pada fase oral ini akan terjadi proses pembentukan bolus makanan yang dilaksanakan

oleh gigi geligi, lidah, palatum mole, otot-otot pipi dan saliva untuk menggiling dan membentuk

bolus dengan konsistensi dan ukuran yang siap untuk ditelan. Proses ini berlangsung secara di

sadari.

Peranan saraf kranial pada pembentukan bolus fase oral.

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

Mandibula

Bibir

Mulut & pipi

Lidah

n. V.2 (maksilaris)

n. V.2 (maksilaris)

n.V.2 (maksilaris)

n.V.3 (lingualis)

N.V : m. Temporalis, m. maseter, m.

pterigoid

n. VII : m.orbikularis oris, m.

zigomatikum, m.levator labius oris,

m.depresor labius oris, m. levator anguli

oris, m. depressor anguli oris

n.VII: m. mentalis, m. risorius,

m.businator

n.XII : m. hioglosus, m. mioglosus

Pada fase oral ini perpindahan bolus dari ronggal mulut ke faring segera terjadi, setelah

otot-otot bibir dan pipi berkontraksi meletekkan bolus diatas lidah. Otot intrinsik lidah

berkontraksi menyebabkan lidah terangkat mulai dari bagian anterior ke posterior. Bagian

anterior lidah menekan palatum durum sehingga bolus terdorong ke faring.

Bolus menyentuh bagian arkus faring anterior, uvula dan dinding posterior faring

sehingga menimbulkan refleks faring. Arkus faring terangkat ke atas akibat kontraksi m. palato

faringeus (n. IX, n.X dan n.XII)

Peranan saraf kranial fase oral

ORGAN AFFEREN (sensorik) EFFEREN (motorik)

Bibir n. V.2 (mandibularis), n.V.3 n. VII : m.orbikularis oris, m.levator

labius oris, m. depressor labius,

10

Page 11: Makalah akalasia

Mulut & pipi

Lidah

Uvula

(lingualis)

n. V.2 (mandibularis)

n.V.3 (lingualis)

n.V.2 (mandibularis)

m.mentalis

n.VII: m.zigomatikus,levator anguli oris,

m.depressor anguli oris, m.risorius.

m.businator

n.IX,X,XI : m.palatoglosus

n.IX,X,XI : m.uvulae,m.palatofaring

Jadi pada fase oral ini secara garis besar bekerja saraf karanial n.V2 dan nV.3 sebagai

serabut afferen (sensorik) dan n.V, nVII, n.IX, n.X, n.XI, n.XII sebagai serabut efferen

(motorik).

b. Fase Faringeal

Palatum mole & uvula menutup rongga hidung, laring terangkat dan menutup glotis,

mencegah makanan masuk trakea. Kemudian bolus melewati epiglotis menuju faring bagian

bawah dan memasuki esofagus.

Fase ini dimulai ketika bolus makanan menyentuh arkus faring anterior (arkus

palatoglosus) dan refleks menelan segera timbul. Pada fase faringeal ini terjadi :

1. m. Tensor veli palatini (n.V) dan m. Levator veli palatini (n.IX, n.X dan n.XI)

berkontraksi menyebabkan palatum mole terangkat, kemudian uvula tertarik keatas dan

ke posterior sehingga menutup daerah nasofaring.

2. m.genioglosus (n.XII, servikal 1), m ariepiglotika (n.IX,nX) m.krikoaritenoid lateralis

(n.IX,n.X) berkontraksi menyebabkan aduksi pita suara sehingga laring tertutup.

3. Laring dan tulang hioid terangkat keatas ke arah dasar lidah karena kontraksi

m.stilohioid, (n.VII), m. Geniohioid, m.tirohioid (n.XII dan n.servikal I).

4. Kontraksi m.konstriktor faring superior (n.IX, n.X, n.XI), m. Konstriktor faring

inermedius (n.IX, n.X, n.XI) dan m.konstriktor faring inferior (n.X, n.XI) menyebabkan

faring tertekan kebawah yang diikuti oleh relaksasi m. Kriko faring (n.X)

5. Pergerakan laring ke atas dan ke depan, relaksasi dari introitus esofagus dan dorongan

otot-otot faring ke inferior menyebabkan bolus makanan turun ke bawah dan masuk ke

dalam servikal esofagus. Proses ini hanya berlangsung sekitar satu detik untuk menelan

cairan dan lebih lama bila menelan makanan padat.

11

Page 12: Makalah akalasia

Peranan saraf kranial pada fase faringeal

Organ Afferen Efferen

Lidah

Palatum

Hyoid

Nasofaring

Faring

Laring

Esofagus

n.V.3

n.V.2, n.V.3

n.Laringeus superior cab

internus (n.X)

n.X

n.X

n.rekuren (n.X)

n.X

n.V :m.milohyoid, m.digastrikus

n.VII : m.stilohyoid

n.XII,nC1 :m.geniohyoid, m.tirohyoid

n.XII :m.stiloglosus

n.IX, n.X, n.XI :m.levator veli palatini

n.V :m.tensor veli palatini

n.V  : m.milohyoid, m. Digastrikus

n.VII : m. Stilohioid

n.XII, n.C.1 :m.geniohioid, m.tirohioid

n.IX, n.X, n.XI : n.salfingofaringeus

n.IX, n.X, n.XI : m. Palatofaring, m.konstriktor

faring sup, m.konstriktor ffaring med.

n.X,n.XI : m.konstriktor faring inf.

n.IX :m.stilofaring

n.X  : m.krikofaring

Pada fase faringeal ini saraf yang bekerja saraf karanial n.V.2, n.V.3 dan n.X sebagai

serabut afferen dan n.V, n.VII, n.IX, n.X, n.XI dan n.XII sebagai serabut efferen.

Bolus dengan viskositas yang tinggi akan memperlambat fase faringeal, meningkatkan

waktu gelombang peristaltik dan memperpanjang waktu pembukaan sfingter esofagus bagian

atas. Bertambahnya volume bolus menyebabkan lebih cepatnya waktu pergerakan pangkal lidah,

pergerakan palatum mole dan pergerakan laring serta pembukaan sfingter esofagus bagian atas.

Waktu Pharyngeal transit juga bertambah sesuai dengan umur.

Kecepatan gelombang peristaltik faring rata-rata 12 cm/detik. Mc.Connel dalam

penelitiannya melihat adanya 2 sistem pompa yang bekerja yaitu :

1. Oropharyngeal propulsion pomp (OPP) adalah tekanan yang ditimbulkan tenaga lidah 2/3

depan yang mendorong bolus ke orofaring yang disertai tenaga kontraksi dari

m.konstriktor faring.

12

Page 13: Makalah akalasia

2. Hypopharyngeal suction pomp (HSP) adalah merupakan tekanan negatif akibat

terangkatnya laring ke atas menjauhi dinding posterior faring, sehingga bolus terisap ke

arah sfingter esofagus bagian atas. Sfingter esofagus bagian atas dibentuk oleh

m.konstriktor faring inferior, m.krikofaring dan serabut otot longitudinal esofagus bagian

superior.

c. Fase Esofageal

Terjadi gelombang peristaltik pada esofagus, mendorong bolus menuju sfingter esofagus

bagian distal, kemudian menuju lambung.

Pada fase esofageal proses menelan berlangsung tanpa disadari. Bolus makanan turun

lebih lambat dari fase faringeal yaitu 3-4 cm/ detik.

Fase ini terdiri dari beberapa tahapan :

1. Dimulai dengan terjadinya relaksasi m.kriko faring. Gelombang peristaltik primer

terjadi akibat kontraksi otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus bagian

proksimal. Gelombang peristaltik pertama ini akan diikuti oleh gelombang peristaltik

kedua yang merupakan respons akibat regangan dinding esofagus.

2. Gerakan peristaltik tengah esofagus dipengaruhi oleh serabut saraf pleksus mienterikus

yang terletak diantara otot longitudinal dan otot sirkuler dinding esofagus dan gelombang

ini bergerak seterusnya secara teratur menuju ke distal esofagus.

Cairan biasanya turun akibat gaya berat dan makanan padat turun karena gerak peristaltik

dan berlangsung selama 8-20 detik. Esophagal transit time bertambah pada lansia akibat dari

berkurangnya tonus otot-otot rongga mulut untuk merangsang gelombang peristaltik primer.

3. Peranan Sistem Saraf dalam Proses Menelan

Proses menelan diatur oleh sistem saraf yang dibagi dalam 3 tahap :

1. Tahap afferen/sensoris dimana begitu ada makanan masuk ke dalam orofaring langsung

akan berespons dan menyampaikan perintah.

2. Perintah diterima oleh pusat penelanan di Medula oblongata/batang otak (kedua sisi)

pada trunkus solitarius di bag. Dorsal (berfungsi utuk mengatur fungsi motorik proses

menelan) dan nukleus ambigius yg berfungsi mengatur distribusi impuls motorik ke

motor neuron otot yg berhubungan dgn proses menelan.

13

Page 14: Makalah akalasia

3. Tahap efferen/motorik yang menjalankan perintah

MEKANISME TERSEDAK

Apa itu tersedak ?

Tersedak adalah masuknya benda asing misalnya makanan atau minuman ke dalam

tenggorokan. Hal ini biasanya jarang terjadi, tetapi anak kecil lebih sering mengalaminya

daripada orang dewasa. Tersedak harus diwaspadai bila mengenai anak berusia kurang dari 1

tahun karena sering menimbulkan gawat nafas dan kematian.

Bagaimana bisa tersedak ?

Kerongkongan sebagai jalan masuknya makanan dan minuman secara anatomis terletak

di belakang tenggorokan (jalan nafas). Kedua saluran ini sama-sama berhubungan dengan lubang

hidung maupun mulut. Agar tidak terjadi salah masuk, maka di antara kerongkongan dan

tenggorokan terdapat sebuah katup (epiglottis) yang bergerak secara bergantian menutup

tenggorokan dan kerongkongan seperti layaknya daun pintu. Saat bernafas, katup menutup

kerongkongan agar udara menuju tenggorokan, sedangkan saat menelan makanan, katup

menutup tenggorokan agar makanan lewat kerongkongan. Tersedak dapat terjadi bila makanan

yang seharusnya menuju kerongkongan, malah menuju tenggorokan karena berbagai sebab.

Apa yang membuat orang mudah tersedak?

Banyak faktor yang dapat mempermudah terjadinya tersedak, antara lain :

1. Faktor personal yaitu umur (paling sering pada anak < 4 tahun), jenis kelamin

(perempuan lebih sering daripada laki-laki), pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal

14

Page 15: Makalah akalasia

2. Kegagalan mekanisme perlindungan yang normal misalnya pada saat tidur, kesadaran

menurun, mabuk, dan epilepsi

3. Faktor fisik yaitu adanya kelainan bawaan dan kelainan neurologik

4. Proses menelan yang belum sempurna pada anak

5. Belum tumbuhnya gigi geraham pada anak kurang dari 4 tahun

6. Faktor kejiwaan

7. Tindakan bedah dan medis sebelumnya

8. Dll.

Apa gejala orang tersedak ?

Gejala yang paling sering muncul saat tersedak adalah batuk-batuk, hal ini normal karena

batuk adalah mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari tenggorokan.

Akan tetapi semakin besar benda yang masuk maka gejala yang muncul lebih mirip orang yang

tercekik ( choking) seperti : sesak nafas, tidak ada suara atau suara serak, mengi, hingga tidak

nafas dan ini perlu tindakan medis yang segera untuk menghindari gawat nafas. Selain itu hal

yang perlu diwaspadai adalah benda asing yang tetap tertinggal di tenggorokan tanpa disadari,

hal ini berbahaya karena benda asing ini akan menimbulkan reaksi peradangan dan akhirnya

malah menyumbat jalan nafas sehingga gejala sesak nafas akan muncul beberapa hari kemudian.

Apa yang harus dilakukan bila tersedak ?

Tindakan yang cepat dan tepat diperlukan dalam mengatasi tersedak ini. Tindakan itu

antara lain :

1. Membatukkan benda asing itu keluar terutama melalui mulut, bila benda asing keluar dari

hidung, harus segera dibersihkan sehingga tidak menyumbat hidung.

2. Pada anak kecil, dapat dibantu dengan membalikkan anak dengan kepala di bawah lalu

menepuk-nepuk punggung dan tengkuk hingga benda asing terbatukkan keluar

3. Bila benda asing menyumbat total saluran nafas yang ditandai dengan sesak nafas dan

tidak adanya suara, maka dapat dilakukan pertolongan dengan perasat heimlich dengan

cara:

15

Page 16: Makalah akalasia

a.

Bila korban masih bisa berdiri, penolong berada di belakang korban lalu

melingkarkan tangan ke dada pasien sedangkan kepalan tangan berada di perut

bagian atas, kemudian hentakan tangan anda ke arah belakang atas secara tiba-tiba

dengan harapan benda asing akan terdorong keluar karena tekanan yang

dihasilkan.

b.

Bila korban terbaring, baringkan korban dengan kepala lurus dan leher tidak

tertekuk ke samping. Lalu penolong berada di samping korban dan letakkan

kepalan tangan pada perut bagian atas dan lakukan penekanan ke arah bawah atas

agar benda asing terdorong keluar.

c.

Pada anak kecil, korban dipangku oleh penolong lalu dengan 2 atau 3 jari saja

lakukan penekanan pada perut bagian atas sedangkan bila anak kecil terbaring

lakukan hal yang sama seperti orang dewasa hanya saja penolong hanya

menggunakan jari-jarinya saja.

d. Bila tindakan-tindakan di atas tidak berhasil maka segera bawa ke rumah sakit

untuk mendapat pertolongan darurat.

Bagaimana mencegah tersedak?

Daripada menderita akibat tersedak, tentu lebih baik mencegah terjadinya tersedak

apalagi terhadap anak kecil. Berikut adalah tips-tips sederhana mencegah tersedak.

16

Page 17: Makalah akalasia

1. Jangan berbicara sambil makan, karena selain tidak sopan, hal ini juga membuat kerja

katup menurun sehingga resiko tersedak lebih tinggi.

2. Pada anak-anak atau bayi, hindari memberi susu atau makanan saat anak lagi menangis

atau tertawa karena lebih mudah tersedak.

3. Sesaat setelah makan, anak-anak atau bayi harus didudukkan dulu selama 10 menit untuk

mengeluarkan udara dari lambung sehingga resiko muntah dan masuk dalam saluran

nafas mengecil

4. Makanlah dengan posisi duduk, terutama pada anak kecil hindari menyusu atau makan

dengan posisi berbaring

5. Hindari makan terlalu kenyang terutama pada bayi sehingga resiko dimuntahkan kembali

dan tersedak jadi kecil

6. Kunyahlah makanan hingga halus.

2.2 DEFINISI

Akalasia (kardiospasme atau megaesofagus) adalah:

- Kegagalan relaksasi serat-serat otot polos saluran cerna pada persimpangan bagian yang

satu dengan yang lain khususnya kegagalan sfingter esofagogaster untuk mengendur pada

waktu menelan akibat degenerasi sel-sel ganglion pada organ itu. (kamus saku

kedokteran Dorland, 2007)

- Gagal melemas; menandakan relaksasi inkomplet sfingter esofagus bawah sebagai

respons terhadap menelan yang menimbulkan obstruksi fungsional esofagus yang

menyebabkan esofagus lebih proksimal mengalami dilatasi. (buku ajar patologi robbins,

2007)

- Suatu keadaan khas yang ditandai dengan tidak adanya peristalsis korpus esofagus bagian

bawah dan sfingter esofagus bagian bawah(SEB) yang hipertonik sehingga tidak bisa

mengadakan relaksasi secara sempurna pada waktu menelan makanan. (buku ajar ilmu

penyakit dalam jilid I, 2006)

Jika akalasia menjadi berat, esofagus tidak bisa mengosongkan makanan yag ditelan ke

dalam lambung untuk beberapa jam, padahal waktu normal adalah beberpa detik. Setelah

berbulan-bulan atau bertahun-tahun esofagus menjadi sangat besar bahkan bisa menampung 1

17

Page 18: Makalah akalasia

liter makanan, yang kemudian menjadi busuk infeksius selama periode yang lama dari stasis

esofagus.

2.3 ETIOLOGI

Penyebab penyakit ini sampai sekarang belum diketahui. Namun, secara histologik pada

penyakit akalasia ditemukan penyebab berupa degenerasi sel ganglion plexus auerbach di

sepanjang esophagus parstorakal yang menyebabkan control neurologis dan sebagai akibatnya

gelombang peristaltik primer tidak mencapai sfingter esophagus bawah.

Berdasar teori, penyebab akalasia antara lain:

1. Teori genetik

Akalasia dapat diturunkan berkisar antara 1%-2% dari populasi penderita akalasia.

2. Teori infeksi

Akalasia disebabkan oleh:

a. Bakteri (diphtheria pertusis, dostridia, tuberculosis, sipilis)

b. Virus (herpes, varicella zooster)

c. Zat toxic (gas kombat)

3. Teori autoimun

Akalasia disebabkan oleh respons inflamasi dalam pleksus mienterikus esophagus

didominasi oleh limfosit T yang berperan dalam penyakit autoimun.

4. Teori degenerative

Akalasia berhubungan dengan proses penuaan dengan status neurologi atau penyakit psikis

seperti Parkinson atau depresi.

2.4 EPIDEMIOLOGI

Penyakit akalasia jarang dijumpai dibanding dengan penyakit lain. Sebagian besar kasus

terjadi pada umur pertengahan dengan perbandingan jenis kelamin yang hampir sama, lebih

sering terjadi pada orang dewasa meskipun dapat terjadi pada masa anak atau bayi. Penyakit ini

juga tidak diturunkan dan biasanya memerlukan waktu bertahun-tahun hingga menimbulkan

gejala. Di Amerika Serikat ditemukan sekitar 2000 kasus akalasia setiap tahun, sebgian besar

pada usia 25-60 tahun dan sedikit pada anak-anak.

18

Page 19: Makalah akalasia

2.5 KLASIFIKASI

Berdasar etiologi, akalasia dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Primer

Merupakan kasus akalasia yang paling banyak ditemukan di Amerika Serikat. Pada jenis

ini, penyebab akalasia tidak diketahui, tetapi diduga disebabkan oleh virus neurotropik

yang mengakibatkan lesi pada nucleus dorsalis vagus pada batang otak dan ganglia

misenterikus pada esofagus. Namun, beberapa sumber juga menyatakan bahwa degenerasi

pleksus auerbach menyebabkan hilangnya kontrol neurologis yang mengakibatkan

gelombang peristaltik primer tidak mencapai sfingter esofagus bagian bawah(SEB) untuk

merangsang relaksasi. Adapun faktor keturunan yang cukup berpengaruh pada penyakit

akalasia ini.

2. Sekunder

Akalasia disebabkan oleh penyakit lain, antara lain:

- Infeksi(penyakit Chagas)

- Karsinoma lambung yang menginvasi esofagus melalui radiasi, toksin atau obat-obat

tertentu.

- Tumor intraluminer, seperti tumor kardia atau pendorongan ekstra luminar seperti

pseudokista pancreas.

- Obat anti kolinergik atau pasca vagotomi.

Gambaran klinis:

No. Tanda gejala Primer Sekunder

1. Disfagia Ringan sampai berat ( >1 tahun)Sedang sampai berat (< 6

bulan)

2. Regurgitasi Sedang sampai berat Ringan

3. Berat badan menurun Ringan (5 kg) Berat (15 kg)

4. Nyeri dada Ringan sampai sedang Jarang

5. Komplikasi paru Sedang Jarang

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Ada tanda-tanda utama dari penyakit akalasia, yaitu:

1. Disfagia (sukar menelan)

19

Page 20: Makalah akalasia

klien mengalami disfagia atau sukar menelan baik untuk makanan padat maupun cair.

Sifat pada permulaan hilang timbul yang dapat terjadi selama bertahun-tahun sebelum

diagnosis diketahui secara jelas. Letak obstruksi biasanya dirasakan pada retrosternal

bagian bawah.

2. Regurgitasi

Kilen mengalami regurgitasi atau aliran kembali. Hal ini berhubungan dengan posisi

klien (seperti saat berbaring) dan sering terjadi pada malam hari karena adanya akumulasi

makanan pada esofagus yang melebar. Namun, ciri khasnya adalah klien tidak merasa

asam ataupun pahit.

3. Penurunan berat badan

Hal ini disebabkan karena klien takut makan akibat adanya odinofagia(nyeri menelan).

Namun, jika penyakit ini sudah berlangsung lama akan terjadi kenaikan berat badan

karena pelebaran esofagus akibat retensi makanan dan akan meningkatkan tekanan

hidrostatik yang akan melebihi tekanan sfingter esofagus bagian bawah (SEB).

4. Gejala yang menyertai gejala utama, seperti nyeri di dada . Gejala ini dialami sekitar 30%

kasus tetapi tidak begitu dirasakan oleh klien. Sifat nyeri dengan lokasi substernal dan

biasanya dirasakan apabila meminum air dingin. Hal ini merupakan akibat komplikasi

retensi makanan dalam bentuk batuk dan pneumonia aspirasi.

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan radiologi sangat membantu dalam penegakan diagnosis pada suatu

penyakit, ini harus dikorelasikan dengan temuan klinis dan riwayat penyakitnya.12 Pada

foto polos toraks pasien achalasia tidak menampakkan adanya gelembung-gelembung

udara pada bagian atas dari gaster, dapat juga menunjukkan gambaran air fluid level pada

sebelah posterior mediastinum. Pemeriksaan esofagogram barium dengan pemeriksaan

fluoroskopi, tampak dilatasi pada daerah dua pertiga distal esofagus dengan gambaran

peristaltik yang abnormal serta gambaran penyempitan di bagian distal esofagus atau

esophagogastric junction yang menyerupai seperti bird-beak like appearance.

20

Page 21: Makalah akalasia

Rontgenogram thorax bisa menunjukkan pelebaran mediastinum akibat esofagus

yang berdilatasi mengandung batas udara-cairan. Tanda aspirasi paru menahun bisa

terlihat. Evaluasi ‘cinefluoroscopic’ esophagus akan menunjukkan tiga stadium :

Stadium 1 atau akalasia ringan, memperlihatkan tidak ada atau sedikit dilatasi dengan

retensi minimum materi kontraks proksimal terhadap sphincter esophagus bawah.

Kontraksi giat esophagus dapat terlihat dalam stadium ini dan mungkin sulit

dibedakan dari spasme esophagus difus.

Stadium 2 , memperlihatkan lebih banyak dilatasi dengan kontraksi nonperistaltik

yang lemah dan sambungan esophagogaster meruncing, yang menggambarkan

sphincter distal tidak relaksasi atau tertutup rapat.

Stadium 3 , memperlihatkan esophagus sangat besar dengan retensi makanan dan

sering penampilan seperti sigmoideum

2. Pemeriksaan Esofagoskopi

Esofagoskopi merupakan pemeriksaan yang dianjurkan untuk semua pasien

akalasia oleh karena beberapa alasan yaitu untuk menentukan adanya esofagitis retensi

dan derajat keparahannya, untuk melihat sebab dari obstruksi, dan untuk memastikan ada

tidaknya tanda keganasan. Pada pemeriksaan ini, tampak pelebaran lumen esofagus

dengan bagian distal yang menyempit, terdapat sisa-sisa makanan dan cairan di bagian

proksimal dari daerah penyempitan, Mukosa esofagus berwarna pucat, edema dan

kadang-kadang terdapat tanda-tanda esofagitis akibat retensi makanan. Sfingter esofagus

bawah akan terbuka dengan melakukan sedikit tekanan pada esofagoskop dan

esofagoskop dapat masuk ke lambung dengan mudah.

3. Pemeriksaan Manometrik

Gunanya untuk memulai fungsi motorik esofagus dengan melakukan pemeriksaan

tekanan di dalam lumen sfingter esofagus. Pemeriksaan ini untuk memperlihatkan

kelainan motilitas secara- kuantitatif dan kualitatif. Pemeriksaan dilakukan dengan

memasukkan pipa untuk pemeriksaan manometri melalui mulut atau hidung. Pada

akalasia yang dinilai adalah fungsi motorik badan esofagus dan sfingter esofagus bawah.

Pada badan esofagus dinilai tekanan istirahat dan aktifitas peristaltiknya. Sfingter

21

Page 22: Makalah akalasia

esofagus bagian bawah yang dinilai adalah tekanan istirahat dan mekanisme relaksasinya.

Gambaran manometrik yang khas adalah tekanan istirahat badan esofagus

meningkat, tidak terdapat gerakan peristaltik sepanjang esofagus sebagai reaksi proses

menelan. Tekanan sfingter esofagus bagian bawah normal atau meninggi dan tidak terjadi

relaksasi sfingter pada waktu menelan.

4. Menelan barium atau esofagogastroduodenoskopi (EGD); ± pemantauan pH esofagus

atau manometer.

Pemeriksaan radiologis barium biasa dikombinasikan dengan pemeriksaan

diagnostic lambung dan duodenum (rangkaian pemeriksaan radiologis gasyrointestinal

bagian atas menggunakan barium sulfat) menggunakan barium sulfat dalam cairan atau

suspens kri yang ditelan . Mekanisme menelan dapat terlihat secara langsung dengan

pemeriksaan fluoroskopi atau perekaman gambaran radiografik. Bila dicurigai terdapat

kelainan esophagus ahli radiologi dapat meletakkan penderita dalam berbagai posisi.

5. Pemeriksaan motilitas

Berfungsi memeriksa bagian motorik esophagus dengan menggunakan kateter

peka tekanan atau balon mini mg diletakkan dalam lambung dan kemudian naikkan

kembali. Tekanan kemudian ditransmisi ke transduser yang diletakkan di luar tubuh

penderita , pengukuran perubahan tekanan esophagus dan lambung sangat menambah

pengertian aktivitas esophagus pada keadaan sehat atau sakitsaat istirahat dan selama

menelan.

2.8 DIAGNOSA BANDING

1. Penyakit Chagas

Penyakit Chagas adalah infeksi yang disebabkan oleh parasit, Trypanosoma cruzi,

dan terbatas pada Sentral Amerika dan Amerika selatan. Ia ditularkan ke manusia-manusia

melalui gigitan-gigitan serangga dari reduviid bug. Parasit dikeluarkan dalam feces

serangga pada saat ia menggigit. Menggaruk gigitan memecahkan kulit dan mengizinkan

parasit untuk memasuki tubuh. Parasit menyebar keseluruh tubuh namun mengambil

kediaman utama di otot-otot dari saluran pencernaan, dari esophagus ke rektum, meskipun

22

Page 23: Makalah akalasia

ia juga sering mempengaruhi otot jantung. Pada saluran pencernaan, parasit menyebabkan

degenerasi syaraf-syaraf yang mengontrol otot-otot dan dapat menjurus pada fungsi yang

abnormal dimana saja di saluran pencernaan. Ketika ia mempengaruhi esophagus,

kelainan-kelainan adalah sama (identis) dengan yang dari achalasia.

Penyakit Chagas akut terjadi kebanyakan pada anak-anak. Pada individu-individu yang

terlihat pada waktu yang jauh kemudian untuk persoalan-persoalan menelan, penyakit

akutnya telah lama berlalu. Diagnosis dari penyakit Chagas dapat dicurigai jika ada

keterlibatan dari bagian-bagian lain dari saluran pencernaan, seperti pembesaran dari usus

kecil atau usus besar dan jantung. Metode yang paling baik untuk membuat diagnosis

adalah dengan pengujian serologi yang mencari antibodi-antibodi dalam darah terhadap

parasit.

2. Kanker Esophagus

Kanker yang mulai di esophagus (juga disebut esophageal cancer) dibagi kedalam

dua tipe-tipe utama, squamous cell carcinoma dan adenocarcinoma, tergantung pada tipe

dari sel-sel yang ganas. Squamous cell carcinomas timbul di sel-sel squamous yang

melapisi esophagus. Kanker-kanker ini biasanya terjadi pada bagian atas dan tengah dari

esophagus. Adenocarcinomas biasanya berkembang pada jaringan yang berkelenjar pada

bagian bawah dari esohagus. Perawatan adalah serupa untuk kedua tipe-tipe dari kanker

esophagus.

Jika kanker menyebar keluar dari esophagus, ia seringkali pertama pergi ke nodus-

nodus limfa. Nodus-nodus limfa adalah struktur-struktur yang kecil berbentuk kacang yang

adalah bagian dari sistim imun tubuh. Kanker esophagus dapat juga menyebar ke hampir

semua bagian lain tubuh, termasuk hati, paru-paru, otak, dan tulang-tulang. Untuk

membedakan antara achalasia dengan kaker esophagus maka dilakukan endoskopi

2.9 KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi dan akalasia sebagai akibat dari retensi makanan pada esofagus

adalah sebagai berikut:

1. Obstruksi saluran pernapasan

23

Page 24: Makalah akalasia

Obstruksi saluran napas adalah kegagalan sistem pernapasan dalam memenuhi kebutuhan

metabolik tubuh akibat sumbatan saluran napas bagian atas (dari hidung sampai

percabangan trakea). Obstruksi saluran napas ini sering menyebabkan gagal napas.

2. Bronkhitis

Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki. Peradangan

tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi udara (Samer Qarah, 2007).

Definisi bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak tidak lebih dari

tiga minggu (Samer Qarah, 2007). Definisi bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum

setiap hari selama setidaknya 3 bulan dalam setahun selama paling sedikit 2 tahun

berturut-turut.

3. Pneumonia aspirasi

Pneumonia Aspirasi adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh terhirupnya bahan-

bahan ke dalam saluran pernafasan.

4. Abses paru

Abses Paru diartikan sebagai kematian jaringan paru-paru dan pembentukan rongga yang

berisi sel-sel mati atau cairan akibat infeksi bakteri.

5. Divertikulum meckel

Divertikulum Meckel adalah suatu kelainan bawaan, yang merupakan suatu kantung

(divertikula) yang menjulur/menonjol dari dinding usus halus; divertikula bisa

mengandung jaringan lambung maupun jaringan pankreas.

6. Perforasi esophagus

Perforasi esofagus adalah pecahnya dinding esofagus karena muntah-muntah. 90 %

penyebab ruptur esofagus adalah iatrogenik,yang biasanya diakibatkan oleh instrumentasi

medis seperti paraesophageal endoskopi atau pembedahan. Dan 10%nya disebabkan oleh

muntah-muntah

7. Small cell carcinoma

8. Sudden death

2.10 PENATALAKSANAAN

24

Page 25: Makalah akalasia

1. Medikamentosa

a. Obat antagonis kalsium, nifedipin 10-20 mg peroral dapat menurunkan tekanan SEB

pasien dengan akalasia ringan sampai sedang. Hasil pengobatan ini didapatkan

perbaikan gejala klinis pasien sampai dengan 18 bulan bila dibandingkan dengan

placebo. Pemakaian preparat nifedipin sublingual, 15-30 menit sebelum makan

memberikan hasil yang baik.

b. Amilnitrit dapat digunakan pada waktu pemeriksaan esofagogram yang akan

berakibat relaksasi pada daerah kardia.

c. Isosorbit dinitrat dapat menurunkan tekanan sfingter esophagus bagian bawah dan

meningkatkan pengosongan esophagus.

2. Injeksi Botulinum Toksin

Suatu injeksi botulinum toksin intrasfingter dapat digunakan untuk menghambat

pelepasan asetilkolin pada bagian sfingter esofagus bawah, yang kemudian akan

mengembalikan keseimbangan antara neurotransmiter eksitasi dan inhibisi. Dengan

menggunakan endoskopi, toksin diinjeksi dengan memakai jarum skleroterapi yang

dimasukkan ke dalam dinding esophagus dengan sudut kemiringan 45°, dimana jarum

dimasukkan sampai mukosa kira-kira 1-2 cm di atas squamocolumnar junction.

Lokasi penyuntikan jarum ini terletak tepat di atas batas proksimal dari sfingter

esofasus bawah dan toksin tersebut diinjeksi secara caudal ke dalam sfingter. Dosis

efektif yang digunakan yaitu 80-100 unit/mL yang dibagi dalam 20-25 unit/Ml untuk

diinjeksikan pada setiap kuadran dari sfingter esophagus bawah.

3. Dilatasi SEB

Dengan cara sederhana menggunakan businasi hurst yang terbuat dari bahan karet

yang berisi air raksa dalam ukuran F (French) mempunyai 4 jenis ukuran. Prinsip

kerjanya berdasarkan gaya berat yang dipakai dari ukuran terkecil sampai terbesar secara

periodik. Keberhasilan businasi ini hanya pada 50 % tanpa kambuh, 30 % sedang dan

terjadi kambuh sedangkan 15% gagal.

Dengan menggunakan dilatasi pneumatik. Dilatasi ini dapat dilakukan dengan

cara memasukan tabung yang berisi air raksa yang disebut bougie atau lazim disebut

25

Page 26: Makalah akalasia

dengan kantong pneumatic yang diletakan di daerah sfingter esophagus bagian bawah,

ditiup kuat.

Pasien harus dipuasakan dulu selama 12 jam dan dilakukan pemasangan dengan

panduan fluoroskopi. Posisi balon harus berada di atas hiatus diafragmatika dan setengah

lagi dalam gaster. Balon dikembangkan secara maksimal dan secepat mungkin agar

peregangan SEB seoptimal mungkin, selama 60 detik setelah itu dikempiskan.Untuk satu

kali pengobatan, pengembangan balon tidak melebihi dua kali.

Tanda-tanda pengobatan berhasil bila pasien merasa nyeri bila balon ditiup dan

segera menghilang jika balon dikempiskan. Bila nyeri menetap, kemungkinan terjadi

perforasi.

4. Miotomy heller

Pembelahan serabut-serabut otot perbatasan esophagus-lambung. Operasi ini

terdiri dari suatu pemisahan serat otot (mis: miotomi) dari sfingter esofagus bawah (5 cm)

dan bagian proksimal lambung (2 cm), yang diikuti oleh partial fundoplication untuk

mencegah refluks. Pasien dirawat di rumah sakit selama 24-48 jam, dan kembali

beraktfitas sehari-hari setelah kira-kira 2 minggu. Secara efektif, terapi pembedahan ini

berhasil mengurangi gejala sekitar 85-95% dari pasien, dan insidens refluks post operatif

adalah antara 10% dan 15%. Oleh karena keberhasilan yang sangat baik, perawatan

rumah sakit yang tidak lama, dan waktu pemulihan yang cepat, maka terapi ini dianggap

sebagai terapiutama dalam penanganan akalasia esofagus.

Piloroplasti (pelebaran pintu keluar lambung) sering dilakukan bersamaan agar

dapat mengosongkan isi lambung dengan cepat dan mencegah refluk ke dalam

esophagus.

2.11 PATOFISIOLOGI

Terlampir

2.12 ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

26

Page 27: Makalah akalasia

1. Identitas Klien

Nama : Ny. Celline

Usia : 72 tahun

Alamat : -

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : -

Diagnosa medis : Akhalasia

Pekerjaan : -

2. Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama

Klien mengalami masalah saat makan atau minum

Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien didiagnosa akhalasia dengan keluhan mengalami masalah saat makan atau

minum, seringkali tersedak sampai beberapa kali makanan bukannya tertelan tapi

masuk ke rongga hidung sehingga terbatuk dan bersin saat makan

Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Klien mengalami keadaan ini agak lama tapi 2 bulan belakangan ini makin berat

3. Pemeriksaan Fisik

BB : 50 kg

TB : 165 cm

4. Pengumpulan Data

DS :

Klien mengeluh mengalami masalah saat makan atau minum.

Ia seringkali tersedak sampai beberapa kali makanan bukannya tertelan tapi masuk ke

dalam rongga hidung sehingga ia terbatuk dan bersin saat makan.

DO :

BB turun

5. Pemeriksaan Penunjang : -

B. Analisis Data

No

.

Data menyimpang Etiologi Masalah keperawatan

27

Page 28: Makalah akalasia

1. DS: klien

mengeluh

mengalami

masalah saat

makan dan minum

DO: BB turun

Sulit menelan→akhalasia→

makanan tertahan di

esofagus→intake makanan ke

lambung menurun→absorpsi

nutrient

berkurang→ nutrisi kurang dari

kebutuhan

Gangguan kebutuhan

nutrisi kurang dari

kebutuhan

2. DS: klien

mengeluh

mengalami

masalah saat

makan dan minum

DO:-

Gagalnya spingter untuk

relaksasi→makanan dan

minuman tertahan di

esofagus→tekanan di esophagus

lebih besar daripada di

gaster→refluk→tersedak→intake

cairan ke tubuh berkurang

Gangguan cairan kurang

dari kebutuhan

3. DS: Ia seringkali

tersedak sampai

beberapa kali

makanan bukannya

tertelan tapi masuk

ke dalam rongga

hidung sehingga ia

terbatuk dan bersin

saat makan.

DO: -

Faktor usia→ degenerasi

syaraf→ kerja otot menurun

→sfingter esofagus bawah gagal

berelaksasi→ makanan masuk

ke saluran nafas→ respon

batuk dan bersin→ resiko

bersihan jalan nafas tak efektif

Resiko bersihan jalan

nafas tak efektif

4. DS: Ia seringkali

tersedak sampai

beberapa kali

makanan bukannya

tertelan tapi masuk

Faktor usia→ degenerasi

syaraf→ kerja otot menurun

→sfingter esofagus bawah gagal

berelaksasi→ makanan masuk

ke saluran nafas→resiko aspirasi

Resiko aspirasi

28

Page 29: Makalah akalasia

ke dalam rongga

hidung sehingga ia

terbatuk dan bersin

saat makan.

DO: -

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan sulit menelan ditandai oleh

klien mengeluh mengalami masalah saat makan dan minum dan Berat badan turun

2. Gangguan kebutuhan cairan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan sulit menelan

ditandai oleh klien mengeluh mengalami masalah saat makan dan minum

3. Resiko bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan makanan masuk ke saluran

nafas

4. Resiko aspirasi berhubungan dengan makanan masuk ke saluran nafas

D. Rencana Asuhan Keperawatan

No. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Ketidakseimbangan

nutrisi

kurang dari

kebutuhan

berhubungan dengan

klien

mengalami masalah

pada

saat makan ditandai

dengan

penurunan berat

badan.

Setelah 1 minggu

perawatan,

kebutuhan nutrisi

klien seimbang

/terpenuhi dengan

criteria hasil :

Berat badan naik

½ kg.

Mencapai Body

Max Index yang

Normal

Nafsu makan

meningkat

Berikan makanan

sesuai dengan

kebutuhan

Berikan makanan

dengan porsi sedikit

tapi sering

Berikan makanan

jangan terlalu padat

dan terlalu cair

Pemberian yang sesuai

indikasi dan tidak

memberatkan klien

apabila

berlebihan

Mencegah terjadinya

penumpukan makanan

pada

esophageal

Makanan yang tidak

terlalu

padat dan tidak terlalu

cair

29

Page 30: Makalah akalasia

Beritahu pada klien

untuk selalu

menghabiskan

makanannya

Berikan obat –

obatan golongan

nitrates dan calcium

channel blokers

dapat dengan mudah

dicerna

oleh tubuh

Membantu

melancarkan dan

memudahkan

pencapaian

tujuan

Obat golongan nitrates

membantu

mengendurkan

spincter esophagus

bagian

bawah sedangkan

calcium

channel bloker dapat

membantu esophagus

untuk

relaks dan tidak

konstriksi.

2. Gangguan kebutuhan

cairan kurang dari

kebutuhan

berhubungan dengan

sulit menelan ditandai

oleh klien mengeluh

mengalami masalah

saat minum

Kebutuhan nutrisi

klien seimbang/

terpenuhi dengan

kriteria hasil :

Pasien tidak

bermasalah saat

minum

Pantau jumlah

keluaran urin klien

Berikan cairan yang

adekuat

Berikan buah-buahan

Agar dapat

mengetahui jumlah

cairan yang harus

diberikan dan jenis

cairan

Agar pasien tidak

kekurangan elektrolit

dan kebutuhan cairan

stabil

Untuk menambah

30

Page 31: Makalah akalasia

dan sayuran yang

mengandung banyak

air

cairan yang diperlukan

klien

3. Bersihan jalan

nafas tak efektif

b.d masuknya

makanan ke saluran

pernafasan (batuk dan

bersin)

Tujuan jangka

pendek : klien

mampu dan

mengerti

menerapkan batuk

efektif

Tujuan jangka

panjang :

bersihan jalan nafas

efektif dalam waktu

3 hari

Ajarkan klien batuk

efektif

Berikan posisi tidur

lebih tinggi

Berikan perawatan

mulut yang baik

setelah batuk

Kaji kondisi

pernafasan (frekuensi,

kedalaman, gerakan

dada, penggunaan

otot bantu nafas,

tegak, dan

meningkatkan

kenyamanan sewaktu

inspirasi)

Batuk efektif dapat

dilakukan dalam

kondisi duduk

Posisi semi fowler

akan mempermudah

pasien untuk bernafas,

dan meningkatkan

ekspansi dada

sehingga udara mudah

masuk

Meningkatkan

kenyamanan klien

selama mengalami

perawatan

Berguna dalam

evaluasi derajat

distress pernafasan

dan kronisnya proses

penyakit

4. Resiko tinggi aspirasi

b.d makanan tidak

tertelan dan masuk

ke saluran pernafasan

Setelah diberikan

perawatan 3x 24 jam

klien tidak lagi

beresiko aspirasi

saat pemberian

Dorong/ bantu latihan

nafas abdomen atau

bibir

Memberikan pasien

beberapa cara untuk

mengatasi dan

mengontrol dipsnea

dan menurunkan

31

Page 32: Makalah akalasia

nutrisi dengan

kriteria hasil :

Klien tidak lagi

tersedak saat

makan

Pola nafas klien

saat makan tidak

terganggu

Ajarkan klien posisi

duduk saat makan

Kolaborasi pre dan

post operasi:

Pemasangan NGT

Pemantauan posisi

NGT

jebakan udara

posisi duduk saat

makan dapat

mengurangi resiko

terjadinya aspirasi

indikasi pemasangan

NGT pre operasi dan

post operasi pada

klien akalasia untuk

pemberian nutrisi dan

obat yang adekuat bagi

klien.

Pemantauan posisi

NGT oleh perawat

ditujukkan untuk

meninjau kebersihan

respon klien agar

terhindar dari infeksi

mikroorganisme yang

dapat memperburuk

prognosis penyakit.

2.13 PENDIDIKAN KESEHATAN

32

Page 33: Makalah akalasia

1. Menjelaskan konsep dan prognosis penyakit achalasia2. Makanan di berikan sedikit-sedikit tapi sering3. Makanan Lunak, Tinggi serat, hindari gorengan4. Saat makan, posisi harus duduk5. Pertahankan posisi duduk setelah makan6. Hindari posisi hiperekstensi pada kepala

BAB III

33

Page 34: Makalah akalasia

SEVEN JUMP

KASUS 1

Ny. Celline 72 thun TB:165 cm BB: 50kg, mengeluh belakangan ini mengalamai masalah saat

makan minum, ia sering kali tersedak sampai beberapa kali, makanan bukannya tertelan tetapi

masuk ke rongga hidung, sehingga dia batuk dan bersin saat makan. Keadaan ini sudah

berlangsung agak lama, tetapi 2 bulan belakangan ini makin berat sehingga BB menurun,

sebelumnya BB Ny.Celline cukup ideal dengan BMI 24.

STEP 1

1. Diagnosa dengan keluhan tersedak?2. Apa penyebab pas 2 bulan lebih berat?3. Komplikasi pada saluran nafas?4. Mekanisme tersedak hingga ke hidung?5. Pertolongan pertama saat tersedak?6. Mekanisme menelan yang normal?7. Penatalaksaan non medis? 8. Nutrisi harus diberikan?9. Klasifikasi BMI?10. Apakah kalau minum juga keluar dari hidung?11. Pemeriksaan Diagnostik?12. Cara pemberian nutrisi?13. Berhubungan dengan degenerasi?14. Manifestasi klinis ?15. diagnosa keperawatan utama ? askep?16. Aktifitas yang intoleran?intervensi?17. Penyebab BB turun?18. Penkes dan pencegahan?19. Farmakologi?20. Anfis saluran pencernaan bagian atas?21. Factor resiko?22. Insidensi?23. Apakah ada klasifikasi?24. Ada kerusakan sfingter saat makan tapi batuk?25. Diagnose banding?

STEP 3

34

Page 35: Makalah akalasia

20. esophagus 23-25 cm diameter 2 cm, 1/3 bagian atas otot volunteer dan 2/3 bagian bawah otot

involunter. Esophagus: mulut-faring-kerongkongan-sfingter-lambung. Bagian bawah: usus

besar-usus halus- anus.

17. BB menurun – tidak tercerna makanan itu – perombakan lemak makanan tertahan – makanan

susah masuk lambung – tidak ada yang dicerna. Tidak ada nutrisi ke sel – metabolism

anaerob – BB terganggu – ada gangguan digestive – pencernaan terganggu – makanan belum

diabsorpsi.

1. Achalasia karena degenarasi

9. BMI underweight : <19 , normal: 19-25 , overweight: >25

3. Ada refluks makanan da yang masuk ke pernafasan sehingga pneumonia control sfingter

rusak asam lambung mengiritasi esophagus.

6. makanan ke kerongkongan sambil ngomong maka bisa tersedak saat makan sfingter tidak

optimal.

4. makanan masuk tertahan di esophagus, tekanan besar aspirasi sfingter terbuka sehingga masuk

ke pernafasan.

12. nutrisi, makanan yang lunak, cairan, makan sering tapi sedikit, jangan terlalu banyak cairan,

bias besar lambung dan mual.

13. ya, otot inviolunter ada degenerasi sehingga tidak berfungsi.

24. penurunan fungsi sfingter etiologi degenerative

14. BB menurun, sulit menelan, chest pain, malaise, anorexia, fatique.

11. x-ray , barium: tertahan dimana makanan, Manometrik:pengukuran tekanan di esophagus,

Endoscopy: camera dimasukkan ke dalam esophagus

15. Gangguan nutrisi dan Gangguan cairan dan elektrolit

21- 22. Sama untuk jenis kelamin, usia dewasa merupakan factor resiko.

23. tidak ada

18. Nutrisi: sedikit tapi sering, aktivitas untuk ditoleransi, jangan makan yang terlalu keras,

jangan sambil tidur. Pencegahan: jangan makan sambil ngomong.

2. selama 2 bulan intake nutrisi menurun, pertahanan tubuh menurun, lemas dan penurunan

kekebalan tubuh.

26. colon menyerap – konstipasi.

5. dipeluk dari belakang pegang perut terus ditekan

35

Page 36: Makalah akalasia

Intake cairan menurun

Gg. Cairan kurang dari kebutuhan

tubuhinfus

STEP 4 MIND MAP

STEP 5 LO

19, 25

Anfis

Patof

Askep

Mekanisme tersedak

BAB IV

36

Asupan nutrisi

tertahan

Tidak masuk ke

lambung

Gg. Ingesti

BB turun

Lemah

Resiko intoleran

aktifitas

Nutrisi makan

sedikit tapi sering,

makanan lunak,

posisi yang benar

saat makan

Degenatif

Fungsi esophagus

Makan dan minum

tertahan di

esophagus

Refluks

tersedak

achalasia

sfingter gastro

esophageal terbuka

HCL ke esophagus

esofagitis

Page 37: Makalah akalasia

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akalasia adalah keadaan sfingter esofagus inferior yang gagal berelaksasi selama

menelan. Sebagai akibatnya, makanan yang ditelan ke dalam esofagus gagal untuk melewati

esofagus masuk ke dalam lambung.

Jika akalasia menjadi berat, esofagus sering tidak mengosongkan makanan yang ditelan

ke dalam lambung selama beberapa jam, padahal waktu yang normal adalah beberapa detik.

Setelah berbulan-bulan dan bertahun-tahun, esofagus menjadi sangat membesar sehingga sering

kali dapat menampung sebanyak satu liter makanan, yang sering menjadi terinfeksi dan

membusuk selama periode statis esofagus yang lama. Infeksi juga dapat mengakibatkan ulserasi

mukosa esofagus, kadang-kadang menimbulkan nyeri subternal atau bahkan ruptur dan

kematian.

Akalasia dapat diobati dengan melebarkan katup secara mekanik, contohnya dengan

menggelembungkan sebuah balon di dalam kerongkongan. 40% hasil dari prosedur ini

memuaskan, tetapi mungkin perlu dilakukan secara berulang. Dengan pemberian nitrat

(contohnya nitroglycerin) yang ditempatkan di bawah lidah sebelum makan atau penghambat

saluran kalsium (contohnya nifedipine), maka tindakan untuk melebarkan kerongkongan dapat

ditangguhkan.

Sebagai perawat kita dapat memberikan Health Education kepada klien dengan cara

menghindari alcohol, dan makanan panas, dingin, dan pedas dan dianjurkan untuk tidur dengan

kepala terangkat untuk menghindari aspirasi.

B. Saran

Makalah sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sebagai kelompok

mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing dan teman – teman sesama mahasiswa.

Selain itu penyakit akalasia ini sangat berbahaya dan kita sebagai host harus bisa menerapkan

pola hidup sehat agar kesehatan kita tetap terjaga.

37